Hubungan internasional adalah interaksi antarbangsa yang bersifat global atau interaksi manusia sebagai
representasi bangsa melampaui batas-batas negara. Interaksi yang berlangsung sejatinya adalah
interaksi antar manusia, namun terjadi dalam konteks hubungan formal antar bangsa. Ini adalah definisi
umum yang cukup sering diajarkan. Beberapa pakar telah mengusulkan pengertiannya sebagai berikut:
Trevor Taylor (1979) mengatakan bahwa hubungan internasional merupakan sebuah disiplin ilmu yang
mencoba menjelaskan tentang aktivitas politik lintas batas negara.
Seymon Brown (1988) berpendapat bahwa hubungan internasional sebagai studi tentang pola tindakan
dan reaksi antara negara-negara berdaulat sebagaimana direpresentasikan oleh elit pemerintahnya.
Joseph Ola (1999) mendefinisikan hubungan internasional sebagai studi tentang segala bentuk interaksi
antarbangsa dalam sebuah sistem internasional.
Pada prinsipnya, hubungan antarbangsa timbul karena kebutuhan. Mirip dengan interaksi sosial yang
timbul karena kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Beberapa poin berikut ini merupakan hasil
identifikasi Sosiologis.com tentang makna atau arti penting hubungan internasional. Makna hubungan
internasional antara lain:
Dari beberapa poin di atas, kita identifikasi bahwa negara yang tidak menjalin hubungan internasional
dengan negara lain akan cenderung terkucil atau terisolasi. Namun demikian, jika para diplomat suatu
negara tidak punya posisi tawar yang strategis, negara yang diwalikinya berpotensi didominasi oleh
negara lain.
Di era globalisasi, hubungan internasional semakin mendapatkan panggung. Kini negara-bangsa hidup
dalam kondisi saling bergantung dengan negara lain. Negara penghasil ponsel butuh pasar untuk
menjual produknya atau perekonomiannya akan collapse. Negara-bangsa saat ini hidup dalam sistem
internasional dengan pola saling ketergantungan.
1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu adanya kekhawatiran terancam kelangsungan hidupnya baik melalui kudeta maupun
intervensi dari negara lain. Selain itu, faktor internal juga mencakup hal-hal berikut.
Adanya kepentingan nasional yang tidak selamanya dapat dipenuhi di dalam negeri sendiri, baik
yang bersifat ekonomis, politik, kultural, maupun keamanan.
Keinginan meningkatkan kesejahteraan nasional.
Keinginan untuk membuka hubungan politik dan memperoleh dukungan dari negara lain.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu ketentuan hukum alam yang tidak dapat dimungkiri bahwa suatu negara tidak
dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan kerja sama dengan negara lain. Selain itu, faktor eksternal juga
mencakup hal-hal berikut.
Adanya perbedaan kemampuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan di berbagai bidang.
Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah
penduduk yang menyebabkan perbedaan pendapatan negara.
Tanggung jawab sebagai warga dunia untuk mewujudkan kehidupan dunia yang tertib, aman,
damai, dan merata.
Berdasarkan beberapa faktor pendorong tersebut, dapat kita ketahui arti penting hubungan internasional
bagi negara-negara yang melaksanakannya dan bagi negara-negara di dunia pada umumnya. Beberapa
di antaranya sebagai berikut.
Hubungan internasional dapat memperbaiki pertumbuhan bangsa dan negara.
Dengan melakukan hubungan internasional negara-negara yang bersangkutan dapat memenuhi
kepentingan nasional yang tidak dapat dipenuhi oleh negara sendiri.
Membiasakan hubungan internasional dapat mewujudkan kehidupan dunia yang tertib, aman,
damai, adil, dan merata.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan internasional mempunyai dua sasaran penting yaitu
untuk mewujudkan perdamaian dunia dan kekuatan nasional suatu negara. Bagaimanakah dengan arah
hubungan internasional di negara Indonesia? Bagi bangsa Indonesia, hubungan internasional diarahkan
untuk hal-hal berikut ini.
Pembentukan satu negara Republik Indonesia yang demokratis.
Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur secara materiil ataupun spiritual.
Pembentukan satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di
dunia.
Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.
Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar.
Meningkatkan perdamaian internasional.
Meningkatkan persaudaraan segala bangsa.
Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea
keempat, mengenai tujuan negara, “ …ikut serta daam perdamaian dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Kalimat tersebut mengindikasikan bahwa politik
luar negeri bangsa indonesia mempunyai corak tertentu. Pemikiran para pendiri negara atau ( founding
fathers ) yang dituangkan dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun
1945 tersebut berdasarkan kenyataan bahwa sebagai negara yang baru merdeka, bangsa Indonesia
dihadapkan pada lingkungan pergaulan dunia yang dilematis.
Pada awal berdirinya negara Republik Indonesia, bangsa indonesia dihadapkan pada situasi dan
kondisi dunia yang dikuasai oleh dua kekuatan negara adidaya sebagai akibat dari Perang Dunia II. Dua
kekuatan tersebut adalah blok Barat dibawah kendali Amerika Serikat dengan mengusung ideologi
liberal. Kekuatan lainnya dikuasai oleh blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet dengan mengusung
ideologi komunis. Kenyataan ini dangat berpengaruh pada indonesia yang baru saja merdeka. Bangsa
Indoensia sedang berusaha keras untuk mempertahankan kemerdekaanya dari rongrongan Belanda
yang ingin kembali menguasai bangsa indonesia. Kondisi tersebut mau tidak mau memaksa bangsa
indonesia untuk menentukan tindakan, walaupun usianya masih sangat muda. Sikap bangsa indonesia
tersebut tertuang dalam rumusan politik luar negeri indonesia.
Tujuan dari politik luar negeri bangsa Indonesia menurut Muhammad Hatta, yaitu :
Pemerintah Indonesia pada waktu itu berpendapat bahwa pendirian harus diambil tidak
menjadikan negara indonesia terjebak dalam kepentingan dua blok tersebut, bangsa indonesia tidak bisa
menjadi objek dalam pertarungan politik antara blok barat dan blok timur. Bangsa Indonesia harus
menjadi subjek yang berhak menentukan sikap sendiri dan memperjuangkan tujuan sendiri, yaitumerdeka
seutuhnya tanpa ada rongrongan dari negaralain. Dalam kesempatan ini Drs. Muhammad Hatta
menyampaikan pidatonya dengan judul yang sangat menarik, yaitu Mendayung antara Dua Karang.
Pidato tersebut kemudian dirumuskan kembali secara eksplisit sebagai prisip bebas aktif, yang kemudian
menjadi corak politik luar negeri Indonesia sampai saat ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
politik luar negeri Indonesia bersifat bebas aktif.
Sifat politik luar negeri inilah yang mewarnai pola kerja sama Bangsa Indonesia dengan negara
lain. Dengan kata lain, dalam menjalin hubungan internasional dengan negara lain indonesia selalu
menitik beratkan pada peran atau konstribusi yang dapat diberikan oleh Bnagsa Indonesia bagi kemajuan
peradaban serta perdamaian dunia.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Indonesia merupakan negara penganut sistem politik luar negri
Indonesia yang bebas dan aktif. Dalam menjalankan politik tersebut, Indonesia telah melakukan berbagai
upaya dalam menjaga perdamaian serta keamanan dunia internasional, yaitu dengan mambantu
penyelesaian berbagai persoalan serta persengketaan di berbagai kawasan dunia, serta penyelesaian
diplomatik lainnya.
presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno menjadi salah satu pemrakarsa
berdirinya Organisasi tersebut bersama dengan 4 kepala negara sahabat lainnya, yaitu Presiden
Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana menterii India Pandit Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal
Abdul Nasser, dan Perdana Menteri Ghana Kwame Nkrumah.
GNB lahir sebagai suatu solusi atas beberapa kekisruhan yang terjadi di dunia internasional di
sera tahun 1950-an, dimana pada waktu itu telah terjadi perang dingin antara Amerika Serikat dan uni
Sovyet yang membawa dampak besar bagi beberapa negara, seperti Jerman, Vietnam, serta
semenanjung Korea.
Salah satu alasan terjadinya perang dingin diantara 2 negara adikuasa tersebut adalah untuk
memperebutkan negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur serta Asia Tenggara seperti
Indonesia, Malaysia, thailand, serta negara-negara yang banyak menghasilkan energi dunia seperti
Qatar, Uni Emirat Arab, serta Kuwait.
Awal kelahiran Gerakan Non Blok adalah ketika terjadi Konferensi Asia afrika (KAA) di Bandung pada
tahun 1955 dimana kurang lebih 29 kepala negara di kawasan Asia dan Afrika berkumpul guna
melakukan identifikasi serta pendalaman berbagai masalah yang menimpa dunia kala itu, serta
mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi kedua blok yang sedang
bertikai tersebut.
Indonesia beranggapan bahwa hubungan luar negri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antar
bangsa baik itu regional maupun secara global melalui bernagai macam forum bilateral maupun
multilateral yang ditujukan untuk kepentingan nasional dengan politik Luar negri bebas aktif sebagai
landasannya. Kondisi tersebut diarahkan dengan ikut berperan aktif dalam mewujudkan tatanan dunia
baru yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial untuk meningkatkan
hubungan kerja sama internasional, salah satunya adalah dengan memantapkan serta meningkatkan
peranannya dalam Gerakan Non Blok. Adapun langkah yang ditempuh Indonesia dalam meningkatkan
peranan di GNB adalah :
1. Meningkatkan kerjasama antar negara-negara anggota Gerakan Non Blok
Salah satu upaya yang dilakukan Indonesia pada masa perkembangan Gerakan Non Blok adalah dengan
cara meningkatkan keeratan kerja sama yang telah dibangun antar sesama negara anggota GNB,
terutama dalam perkembangan kerjasama di bidang teknik dan ekonomi. Hal tersebut merupakan
perwujudan kerjasama Selatan-Selatan yang melibatkan negara-negara maju maupun lembaga-lembaga
keuangan internasional.
Pada masa kepemimpinannya di GNB adalah Indonesia telah mampu membawa organisasi
tersebut dalam menentukan arah serta menyesuaikan diri terhadap adanya perubahan-perubahan yang
terjadi secara dinamis, yaitu dengan cara melakukan penataan kembali prioritas-prioritas lama organisasi
dan menentukan adanya prioritas-prioritas baru serta menetapkan pendekatan dan orientasi yang baru
pula.
Indonesia telah dianggap telah memberikan warna yang baru bagi organisasi tersebut,
diantaranya adalah dengan menitikberatkan kerjasama pada pembangunan ekonomi yaitu dengan
menghidupkan kembali dialog antara negara-negara selatan.
Indonesia telah dipercaya untuk membantu menyelesaikan pertikaian atau konflik regional di
beberapa negara seperti kamboja, sengketa yang terjadi di laut cina selatan, serta gerakan separatis
Moro di Philipina.
Indonesia telah berhasil menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB yang ke-110
di Jakarta dan Bogor pada 1 hingga 7 September 1992. Dalam KTT tersebut telah berhasil merumuskan
suatu kesepakatan bersama yang dikenal dengan “Pesan jakarta.” Yang di dalamnya terkandung visi dari
Gerakan Non Blok, yaitu
Pasca pelaksanaan KTT tersebut, GNB dianggap telah mampu mendapatkan kembali kekuatan,
keteguhan, serta kejelasan terkait tujuan-tujuannya yang murni.