D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 3 :
KETUA KELOMPOK: SATRIA WINDRA
SEKRETARIS KELOMPOK: KENCANA DEWI
MODERATOR KELOMPOK: REZI DARMAWAN
ANGGOTA: DAFFA ZAKIANSYAH
DAFFA AZHARI
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A Latar belakang
Dari sebagian masyarakat dunia, bangsa Indonesia selalu melakukan
hubungan dengan bangsa lainnya. Dalam menjalin hubungan dengan bangsa
lain, kita menetapkan politik luar negeri yang “bebas” dan “aktif”. Politik luar
negeri bebas aktif ini mulai dicanangkan sejak awal merdeka.
artinya bahwa bangsa Indonesia bebas menjalin hubungan dan kerja sama
dengan bangsa mana pun di dunia ini. Bangsa kita tidak membatasi hubungan
dengan Negara – negara barat saja, juga tidak membatasi dengan bangsa-
bangsa timur saja. Indonesia menjalin hubungan dengan semua bangsa di
dunia.
Aktif artinya bahwa bangsa Indonesia selalu berusaha secara aktif dalam
usaha menciptakan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif berdasar
pada landasan konstitusional, yakni tercantum pada alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 dan pasal 11 UUD 1945. Dalam perkembangan sejarah bangsa
Indonesia, pada masa orde lama (tahun 1959 – 1965) pernah terjadi
penyimpangan terhadap politik luar negeri yang bebas dan aktif ini. Saat itu
bangsa Indonesia cenderung mengeblok ke Rusia (timur). Pada waktu itu, politik
luar negeri Indonesia berporos Jakarta – Pyongyang – Peking.
Sebagai salah satu perwujudan politik luar negeri yang bebas aktif, bangsa
Indonesia pernah menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada
tahun 1955 dan juga membentuk Gerakan Non Blok bersama beberapa negara
Asia Afrika lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan politik luar negeri indonesia dalam menjalin
hubungan internasional?
2. Apa tujuan dari politik luar negeri indonesia?
3. Apa perwujudan dari politik luar negeri indonesia yang bebas dan aktif?
4. Bagaimana politik luar Negeri Indonesia bebas aktif di Era Globalisasi ini?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengertahui pelaksanaan politik luar negeri indonesia dalam
menjalin hubungan internasional
2. Untuk mengetahui tujuan dari politik luar negeri indonesia
3. Untuk mengetahui perwujudan politik luar negeri indonesia yang bebas dan
aktif
4. Untuk mengetahui politik luar negeri indonesia yang bebas aktif di era
globalisasi
PEMBAHASAN
5. Mendirikan ASEAN
Sebagai perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, pada
tanggal 8 Agustus 1967, Indonesia dengan negara-negara Asia Tenggara
lainnya mendirikan organisasi yang diberi nama ASEAN (Association of The
South East Asian Nations), Organisasi Negara-negara Asia Tenggara.
ASEAN ini didirikan berdasarkan Deklarasi Bangkok. Tujuan didirikannya
ASEAN adalah untuk:
A. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, serta
mengembangkan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam
semangat kebersamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan
sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
b. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan
menghormati keadilan dan ketertiban hukum dalam hubungan antarnegara di
kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB;
c. Meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam masalah
yang menjadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu
pengetahuan, dan administrasi;
d. Saling memberi bantuan dalam bentuk sarana pelatihan dan penelitian
dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi;
e. Bekerja sama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan
pertanian dan industri, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-
masalah komoditi internasional, perbaikan sarana-sarana, pengangkutan dan
komunikasi serta taraf hidup rakyatnya;
f. Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi �
Organisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan untuk
menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerja sama secara erat di antara
mereka sendiri.
Tujuan tersebut termaktub dalam Deklarasi Bangkok yang ditanda tangani oleh
lima menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara. Kelima menteri tersebut
ialah:
A) Adam Malik (Indonesia),
b) Tun Abdul Razak (Malaysia),
c) Thanat Khoman (Thailand),
d) Rajaratnam (Singapura),
e) Narcisco Ramos (Filipina).
Dalam usaha memelihara stabilitas dan keamanan Asia Tenggara, Indonesia
memprakarsai untuk melakukan pendekatan agar Asia Tenggara menjadi
daerah bebas nuklir. Pada saat berkecamuk Perang Vietnam, Indonesia juga
memprakarsai diselenggarakannya Jakarta Informal Meeting (JIM) yang
membahas mengenai upaya-upaya mendamaikan Vietnam.