Anda di halaman 1dari 15

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Politik luar negeri suatu negara lahir ketika negara itu sudah dinyatakan sebagai suatunegara yang
berdaulat. Setiap identitas negara yang berdaulat memiliki kebijakan yangmengatur hubungannya
dengan dunia internasional, baik berupa negara maupun komunitasinternasional lainnya. Kebijakan
tersebut merupakan bagian dari politik luar negeri yangdijalankan negara dan merupakan
pencerminan dari kepentingan nasionalnya.Indonesia menerapkan Sistem Politik Luar Negeri Bebas
Aktif sejak awal kemerdekaanhingga sekarang. Pelaksanaan Politik Luar Negeri di Indonesia berbeda
dari masa ke masa dan pelaksanaannya pun masih belum sepenuhnya sesuai dengan istilah

“Bebas dan Aktif”. Dalam

Dunia Internasional, Politik Luar Negeri sangat diperlukan. Hal ini disebabkan karena sebagainegara
yang berdaulat kita harus menjalin hubungan kerjasama dengan negara lain agartercipta dan terjalin
terjalin perdamaian dunia. Dalam hal ini Indonesia memiliki banyak peranan penting dalam
menciptakan dan menjaga stabilitas perdamaian dunia dan ikut sertamembantu negara-negara yang
membutuhkan bantuan.

1.2

Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :1.

Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pembaca mengenai Politik Luar Negeri
Indonesia dan pelaksanaannya (1945

sekarang).2.

Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pembaca mengenai Peran Indonesiadalam


Organisasi dunia Internasional.3.

Pembaca dapat mengambil Hikmah dari penerapan politik luar negeri bebas aktif dan partisipasi aktif
Indonesia di panggung dunia.

1.3

Dasar Teori
Pada 2 September 1948, sebagai Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan
MenteriPertahanan Mohammad Hatta memberikan keterangan kepada Badan Pekerja KNIP
tentangkedudukan politik Negara Indonesia saat itu RI menghadapi berbagai kesulitan yang
tidaksedikit. Perundingan dengan Belanda yang dimediasi oleh Komisi Tiga Negara dari PBBterputus.
Dari dalam negeri oposisi dari aksi Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dipimpinoleh Muso
menghebat.Untuk menangkis serangan-serangan yang ditujukan kepada pemerintah RI,
diadakansidang BP KNIP. Mengenai pertentangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam
perangdingin di masa itu, fraksi FDR PKI dalam Badan Pekerja mendesak supaya RI memilih pihakUni
Soviet. Terkait desakan tesebut, Hatta menyatakan bahwa politik RI tidak memilih pro iniatau pro itu,
melainkan memilih jalan sendiri untuk mencapai kemerdekaan.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1

Landasan Ideal dan Konstitusional Politik Luar Negeri Bebas Aktif

Landasan Ideal dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah Pancasilayang merupakan
dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasiladijadikan sebagai pedoman,
pijakan dalam melaksanakan politik luar negeriIndonesia.Kelima sila yang termuat dalam Pancasila.
berisi pedoman dasar bagi pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ideal dan
mencakup seluruhsendi kehidupan manusia. Hal ini karena Pancasila sebagai falsafah negara
mengikatseluruh bangsa Indonesia, sehingga golongan atau partai politik manapun yang berkuasa di
Indonesia tidak dapat menjalankan suatu politik negara yang menyimpangdari Pancasila.Landasan
konstitusional dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalahPembukaan Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945 alinea

pertama “Bahwa sesungguhnya

kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atasdunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan p

erikeadilan”dan alinea keempat “….

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial….”

2.2

Politik Luar Negeri Bebas Aktif dan Pelaksanaanya2.2.1

Lahirnya Politik Luar Negeri Bebas Aktif

Secara umum, Pengertian Politik Luar Negeri adalah suatu perangkat yangformula, nilai, sikap dan
arah serta sasaran untuk mempertahankan,mengamankan dan memajukan kepentingan nasional
dalam menjalin sebuahkerja sama dengan Negara lain. Secara sederhana, pengertian politik luar
negeriadalah cara negara dalam berinteraksi dengan negara lain untuk mencapai suatutujuan
tertentu. Politik luar negeri suatu negara lahir ketika negara itu sudahdinyatakan sebagai suatu
negara yang berdaulat. Setiap entitas negara yang berdaulat memiliki kebijakan yang mengatur
hubungannya dengan duniainternasional, baik berupa negara maupun komunitas internasional
lainnya.Kebijakan tersebut merupakan bagian dari politik luar negeri yang dijalankannegara dan
merupakan pencerminan dari kepentingan nasionalnya. Indonesiasebagai sebuah negara berdaulat
juga menjalankan politik luar negeri yangsenantiasa berkembang disesuaikan dengan kebutuhan
dalam negeri dan perubahan situasi internasional.Politik luar negeri Indonesia disebut Politik bebas
aktif karena politik luarnegeri Indonesia ditegaskan di atas dua prinsip, yakni bebas dan aktif.
Disebutdengan bebas karena politik luar negeri indonesia terbebas dari pengaruh negaranegara atau
kekuatan asing, atau bebas menentukan sikap apapun tetapi sikapyang didasarkan atas ideologi
Pancasila dan UUD 1945. Meski demikian,Indonesia tidak tinggal diam dengan maslaah masalah
dunia yang munculBersama Perserikatan bangsa bangsa (PBB) dan organisasi organisasi dunialainya,
Indonesia turut aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia. Indilah yangdimaksud dengan Prinsip
Aktif.Tujuan politik luar negeri bebas aktif adalah untuk mengabdi kepada tujuannasional bangsa
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alineakeempat yang menyata

kan: “Melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruhtumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan


kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial….”

2.2.2 Politik Luar Negeri Indonesia Masa Demokrasi Palementer 1950-1959

Prioritas utama politik luar negeri dan diplomasi Indonesia pascakemerdekaan hingga tahun 1950an
lebih ditujukan untuk menentang segalamacam bentuk penjajahan di atas dunia, termasuk juga
untuk memperoleh pengakuan internasional atas proses dekolonisasi yang belum selesai
diIndonesia, dan menciptakan perdamaian dan ketertiban dunia melalui politik bebas aktifnya. Pada
waktu itu Indonesia berusaha keras untuk mendapatkan pengakuan dunia internasional dengan cara
diplomasi. Keberhasilan Indonesiamendapatkan pengakuan dunia internasional melalui meja
perundingan inimenjadi titik tolak dari perjuangan diplomasi Indonesia
mencapaikepentingannya.Sejak pertengahan tahun 1950 an, Indonesia telah memprakarsai
danmengambil sejumlah kebijakan luar negeri yang sangat penting danmonumental, seperti,
Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955.Konsep politik luar negeri Indonesia yang bebas
aktif merupakan gambaran danusaha Indonesia untuk membantu terwujudnya perdamaian dunia.
Salah satuimplementasinya adalah keikutsertaan Indonesia dalam membentuk solidaritas bangsa-
bangsa yang baru merdeka dalam forum Gerakan Non-Blok (GNB) atau(Non-Aligned
Movement/NAM). Forum ini merupakan refleksi atas terbaginyadunia menjadi dua kekuatan besar,
yakni Blok Barat (Amerika Serikat ) dan BlokTimur (Uni Soviet). Konsep politik luar negeri yang bebas
aktif ini berusahamembantu bangsa-bangsa di dunia yang belum terlepas dari belenggu penjajahan.

2.2.3 Politik Luar Negeri Indonesia Masa Soekarno (Demokrasi Terpimpin)

Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965), politik luar negeri Indonesia bersifat high profile,
flamboyan dan heroik, yang diwarnai sikapantiimperialisme dan kolonialisme serta bersifat
konfrontatif. Politik luar negeriIndonesia pada era ini, diabadikan pada tujuan nasional Indonesia.
Pada saat itu kepentingan nasional Indonesia adalah pengakuan kedaulatan politik dan
pembentukan identitas bangsa. Kepentingan nasional itu diterjemahkan dalamsuatu kebijakan luar
negeri yang bertujuan untuk mencari dukungan dan pengakuan terhadap kedaulatan Indonesia, dan
untuk menunjukan karakter yangdimiliki pada bangsa-bangsa lain di dunia internasional. Politik luar
negeriIndonesia pada masa ini juga bersifat revolusioner.Presiden Soekarno dalam era ini berusaha
sekuat tenaga untukmempromosikan Indonesia ke dunia internasional melalui slogan
revolusinasionalnya yakni Nasakom (nasionalis, agama dan komunis) dimana elemen-elemen ini
diharapkan dapat beraliansi untuk mengalahkan Nekolim (NeoKolonialisme dan Imperialisme). Dari
sini dapat dilihat adanya pergeseran arah politik luar negeri Indonesia yakni condong ke Blok
komunis, baik secaradomestic maupun internasional. Hal ini dilihat dengan adanya kolaborasi
politikantara Indonesia dengan China dan bagaimana Presiden Soekarno mengijinkan
berkembangnya Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia.Alasan Soekarno mengijinkan perluasan
PKI itu sendiri adalah agarkomunis mampu berasimilasi dengan revolusi Indonesia dan tidak
merasadianggap sebagai kelompok luar. Ketidaksukaan Presiden Soekarno terhadapimperialisme
juga dapat dilihat dari responnya terhadap keberadaan Belanda diIrian Barat. Tindakan militer
diambil untuk mengambil alih kembali Irian Baratketika diplomasi dianggap gagal. Dukungan
Amerika Serikat yang kemudiandidapatkan Soekarno muncul sebagai akibat konfrontasi kedekatan
Jakartadengan Moskow.Taktik konfrontatif ini kemudian digunakan kembali oleh Soekarno
ketikaterjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia akibat pembentukan Negarafederasi
Malaysia yang dianggap Indonesia pro terhadap imperialisme Barat.Puncak ketegangan terjadi ketika
Malaysia ditetapkan sebagai Anggota TidakTetap Dewan Keamanan PBB. Hal ini menyulut
kemarahan Indonesia. Hinggaakhirnya pada 15 September 1965 Indonesia keluar dari PBB karena
Soekarno beranggapan bahwa PBB berpihak pada Blok Barat. Mundurnya Indonesia dariPBB
berujung pada terhambatnya pembangunan dan modernisasi Indonesiakarena menjauhnya
Indonesia dari pergaulan Internasional.Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno ini Indonesia
terkenalmendapat sorotan tajam oleh dunia internasional. Bukan hanya keaktifannya dan juga
peranannya di kancah internasional tetapi ide-ide serta kebijakan luarnegerinya yang menjadi
panutan beberapa negara pada saat itu. Masa orde lamamerupakan titik awal bagi Indonesia dalam
menyusun strategi dan kebijakan luarnegerinya. Dasar politik luar negeri Indonesia digagas oleh
Hatta dan beliau jugayang mengemukakan tentang gagasan pokok non-Blok. Gerakan non-
Blokmerupakan ide untuk tidak memihak antara blok negara pencetus non-Blok danmenjadi negara
yang paling aktif dalam menyuarakan anti memihak antara kedua blok tersebut. Indonesia juga
menegaskan bahwa politik luar negerinyaindependen (bebas) dan aktif yang hingga kini kita kenal
dengan politik luarnegeri bebas aktif. Indonesia merupakan salah satu negara yang berani keluardari
PBB dalam menyatakan keseriusan sikapnya. Namun nyatanya pada masa orde lama Indonesia tidak
menerapkansepenuhnya politik bebas aktif yang dicetuskannya. Secara jelas terlihatIndonesia pada
saat itu cenderung berporos ke Timur dan dekat dengan negara-negara komunis seperti Cina dan
USSR dibandingkan dengan negara-negaraBarat seperti Amerika Serikat. Presiden Soekarno juga
menetapkan politik luarmarcusuar dimaana dibuat poros Jakarta-Peking-Phyongyang. Hal ini
menyulutkontrofersi dimata dunia internasional, karena Indonesia yang awalnyamenyatakan sikap
sebagai negara non-Blok menjadi berpindah haluan. Hal inimembuat tidak berjalan dengan
efektifnya politik luar negeri bebas aktif saat

itu2.2.4 Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Orde Baru

Pada masa awal Orde Baru terjadi perubahan pada pola hubungan luarnegeri Indonesia dalam
segala bidang. Pada masa pemerintahan Soeharto,Indonesia lebih memfokuskan pada
pembangunan sektor ekonomi.Pembangunan ekonomi tidak dapat dilaksanakan secara baik, tanpa
adanyastabilitas politik keamanan dalam negeri maupun di tingkat regional. Pemikiraninilah yang
mendasari Presiden Soeharto mengambil beberapa langkahkebijakan politik luar negeri (polugri),
yaitu membangun hubungan yang baikdengan pihakpihak Barat

dan “good neighbourhood policy” melalui

Association South East Asian nation (ASEAN).Titik berat pembangunan jangka panjang Indonesia saat
itu adalah pembangunan ekonomi, untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang
danterpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, pada dasawarsa abad yang akan datang.Tujuan utama
politik luar negeri Soeharto pada awal penerapan New Order(tatanan baru) adalah untuk
memobilisasi sumber dana internasional demimembantu rehabilitasi ekonomi negara dan
pembangunan, serta untukmenjamin lingkungan regional yang aman yang memudahkan Indonesia
untuk berkonsentrasi pada agenda domestiknya. Berikut pernyataan PresidenSoeharto mengenai
politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Seperti yangtelah disebutkan sebelumnya, dalam
bidang politik luar negeri, kebijakan politik luar negeri Indonesia lebih menaruh perhatian khusus
terhadap soalregionalisme.Para pemimpin Indonesia menyadari pentingnya stabilitas regional
akandapat menjamin keberhasilan rencana pembangunan Indonesia. Kebijakan luarnegeri Indonesia
juga mempertahankan persahabatan dengan pihak Barat,memperkenalkan pintu terbuka bagi
investor asing, serta bantuan pinjaman.Presiden Soeharto juga selalu menempatkan posisi Indonesia
sebagai pemeran

utama dalam pelaksanaan kebijakan luar negerinya tersebut, seperti halnya padamasa
pemerintahan Presiden Soekarno.Beberapa sikap Indonesia dalammelaksanakan politik luar
negerinya antara lain; menghentikan konfrontasidengan Malaysia.Upaya mengakhiri konfrontasi
terhadap Malaysia dilakukanagar Indonesia mendapatkan kembali kepercayaan dari Barat dan
membangunkembali ekonomi Indonesia melalu iinvestasi dan bantuan dari pihak asing.Tindakan ini
juga dilakukan untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesiameninggalkan kebijakan luar
negerinya yang agresif.Konfrontasi berakhir setelah Adam Malik yang pada saat itu menjabatsebagai
Menteri Luar Negeri menandatangani Perjanjian Bangkok pada tanggal11 Agustus 1966 yang isinya
mengakui Malaysia sebagai suatu negara.Selanjutnya Indonesia juga terlibat aktif membentuk
organisasi ASEAN bersama dengan Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Dalam pembentukan
ASEAN Indonesia memainkan peranan utama dalam pembentukan organisasi ASEAN. ASEAN
merupakan wadah bagi politik luarnegeri Indonesia. Kerjasama ASEAN dipandang sebagai bagian
terpenting darikebijakan luar negeri Indonesia. Ada kesamaan kepentingan nasional antaranegara-
negara anggota ASEAN, yaitu pembangunan ekonomi dan sikap nonkomunis. Dengan demikian,
stabilitas negara-negara anggota ASEAN bagikepentingan nasional Indonesia sendiri sangatlah
penting.ASEAN dijadikan barometer utama pelaksanaan kerangka politik luarnegeri Indonesia.
Berbagai kebutuhan masyarakat Indonesia coba difasilitasidan dicarikan solusinya dalam forum
regional ini. Pemerintahan Soeharto cobamembangun Indonesia sebagai salah satu negara Industri
baru di kawasan AsiaTenggara, sehingga pernah disejajarkan dengan Korea Selatan, Taiwan,
danThailand sebagai macan-macan Asia baru. Di samping itu, politik luar negeriIndonesia dalam
forum ASEAN, juga untuk membentuk citra positif Indonesiasebagai salah satu negara yang paling
demokratis dan sangat layak bagiinvestasi industri.Presiden Soeharto memakai Kerjasama Ekonomi
Asia Pasifik (APEC)untuk memproyeksikan posisi kepemimpinan Indonesia. Pada awalnyaIndonesia
tidak setuju dengan APEC. Kekhawatiran itu didasarkan padaketidakmampuan Indonesia
menghadapi liberalisasi perdagangan.Kekhawatiran lainnya adalah kehadiran APEC dapat mengikis
kerjasama antaranegara-negara ASEAN. Setelah berakhirnya Perang Dingin, Indonesiamengubah
pandangannya terhadap APEC. Faktor pendorongnya antara lainadalah karena Indonesia menjadi
ketua pertemuan APEC selanjutnya.Keberhasilan Indonesia menjadi ketua pertemuan APEC dan juga
keberhasilanmenjadi Ketua Gerakan Non Blok X pada tahun 1992, setidaknya memberikan
pengakuan bahwa Indonesia adalah salah satu pemimpin internasional.Pada masa Orde Baru
pemerintah Indonesia menerapkan politik luar negeri bebas aktif secara efektif. Peranan Indonesia
pada masa Orde Baru terlihat jelasdengan peran aktif dalam acara-acara tingkat dunia. Kerjasama
diperluas dalamberbagai sektor terutama sektor perekonomian, Indonesia juga secara
cepatmemberikan tanggapan akan isu-isu yang muncul dalam dunia internasional.Politik Luar negeri
Indonesia yang bebas aktif pada masa Orde Baru dapatmembawa Indonesia baik di mata dunia.
Namun beberapa pihak menilai bahwa pada masa presiden Soeharto yang jelas anti komunisme
hubungan dengannegara-negara komunis tidak terlalu baik. Kecenderungan hubungan Indonesia
pada masa Orde Baru adalah mengarah kepada negara-negara Barat yang padamasa presiden
Soekarno terabaikan.

2.2.5 Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi

Orientasi politik luar negeri Indonesia di awal reformasi masih sangatdipengaruhi oleh kondisi
domestik akibat krisis multidimensi akibat transisi pemerintahan. Perhatian utama politik luar negeri
Indonesia diarahkan padaupaya pemulihan kembali kepercayaan dunia internasional terhadap
Indonesiaserta memulihkan perekonomian nasional. Politik luar negeri Indonesia saatitu lebih
banyak dipengaruhi oleh perkembangan politik domestik daripada politik internasional.Pada masa
awal reformasi yang dimulai oleh pemerintahan PresidenB.J.Habibie, pemerintah Habibie disibukkan
dengan usaha memperbaikicitra Indonesia di kancah internasional yang sempat terpuruk sebagai
dampakkrisis ekonomi di akhir era Orde Baru dan kerusuhan pasca jajak pendapatdi Timor-Timur.
Lewat usaha kerasnya, Presiden Habibie berhasil menariksimpati dari Dana Moneter Internasional/

International Monetary Funds

(IMF) dan Bank Dunia untuk mencairkan program bantuan untuk mengatasikrisis ekonomi.Pada
masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, hubungan RIdengan negara-negara Barat
mengalami sedikit masalah setelah lepasnyaTimorTimur dari NKRI. Presiden Wahid memiliki cita-cita
mengembalikancitra Indonesia di mata internasional. Untuk itu beliau banyak melakukankunjungan
kenegaraan ke luar negeri. Dalam setiap kunjungan luar negeri yangekstensif selama masa
pemerintahan yang singkat Presiden Wahid secarakonstan mengangkat isu-isu domestik dalam
setiap pertemuannya dengansetiapkepalanegara yang dikunjunginya. Termasuk dalam hal ini, selain
isuTimor-Timur, adalah soal integritas tertorial Indonesia seperti kasus Aceh,Papua dan isu
perbaikan ekonomi.Diplomasi di era pemerintahan Abdurrahman Wahid dalam kontekskepentingan
nasional selain mencari dukungan pemulihan ekonomi,rangkaian kunjungan ke mancanegara
diarahkan pula pada upaya-upayamenarik dukungan mengatasi konflik domestik, mempertahankan
integritasteritorial Indonesia, dan hal yang tak kalah penting adalah demokratisasimelalui proses
peran militer agar kembali ke peran profesional. Ancamanintegrasi nasional di era Presiden Wahid
menjadi kepentingan nasional yangsangat mendesak dan diprioritaskan.Megawati dilantik menjadi
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 23Juli 2001. Pada awal pemerintahannya, suasana politik
dan keamanan menjadisejuk dan kondusif. Walaupun ekonomi Indonesia mengalami
perbaikan,seperti nilai tukar rupiah yang agak stabil, tetapi Indonesia pada masa pemerintahannya
tetap saja tidak menunjukkan perubahan yang berarti dalam bidang-bidang lainnya.Belajar dari
pemerintahan presiden yang sebelumnya, Presiden Megawatilebih memerhatikan dan
memertimbangkan peran DPR dalam penentuankebijakan luar negeri dan diplomasi seperti
diamanatkan dalam UUD 1945.Presiden Megawati juga lebih memprioritaskan diri untuk
mengunjungiwilayah-wilayah konflik di Tanah Air seperti Aceh, Maluku, Irian Jaya,Kalimantan
Selatan atau Timor Barat.Pada era pemerintahan Megawati, disintegrasi nasional masih
menjadiancaman bagi keutuhan teritorial. Selain itu, pada masa pemerintahanMegawati juga terjadi
serangkaian ledakan bom di tanah air. Sehingga dapatdipahami, jika isu terorisme menjadi perhatian
serius bagi pemerintahanMegawati.Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik menjadi Presiden ke-
6Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2004. SBY merupakan PresidenIndonesia pertama
yang dipilih melalui mekanisme pemilihan umum secaralangsung. SBY berhasil mengubah citra
Indonesia dan menarik investasi asingdengan menjalin berbagai kerjasama dengan banyak negara
padamasa pemerintahannya, antara lain dengan Jepang. Perubahan-perubahanglobal pun
dijadikannya sebagai peluang. Politik luar negeri Indonesia di

masa pemerintahan SBY diumpamakan dengan istilah ‘mengarungi lautan

bergelombang’, bahkan ‘menjembatani dua karang’. Hal tersebut dapat

dilihat dengan berbagai insiatif Indonesia untuk menjembatani pihak-pihakyang sedang bermasalah.
Indonesia tidak pandang bulu bergaul dengan negaramanapun sejauh memberikan manfaat bagi
Indonesia.

2.3

Peran Indonesia Dalam Upaya Menciptakan Perdamaian Dunia2.3.1

Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955

Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika adalah sebuah konferensi antaranegara-negara Asia dan Afrika
yang kebanyakan beru saja memperolehkemerdekkaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia,
Myanmar (dahuluBurma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India, dan Pakistan dan dikoordinasi
olehMenteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18-24 April 1955 di
Gedung Merdeka, Dandung, Indonesia. Tujuannyamempromosikan kerjasama ekonomi dan
kebudayaan Asia-Afrika danmelawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet,
ataunegara imperalis lainya Latar Belakang Diselenggarakannya Konferensi Asia-Afriika

-Bangsa-bangsa Asia-Afrika memiliki persamaan nasib dan sejarahyakni sama-sama menjadi sasaran
penjajahan bangsa-bangsaEropa.

-Semakin meningkatnya kesadaran bangsa-bangsa Asia-Afrikayang masih terjajah untuk


memperoleh kemerdekaan.

-Perubahan politik yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhiryakni situasi internasional diliputi
kecemasan akibat adanya perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok Timur.

-Diantara bangsa-bangsa Asia yang telah merdeka masih belumterdapat kesadaran untuk bersatu,
yang kemudian Rusia danAmerika Serikat ikut melibatkan diri dalam masalah tersebut.

2.
Tujuan Konferensi Asia-Afrika

-Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antar bangsa- bangsa Asia-Afrika, serta untuk
menjajagi dan melanjutkankepentingan timbal balik maupun kepentingan bersama.

-Meninjau masalah-masalah hubungan social, ekonomi, dankebudayaan dalam hubungannya


dengan negara-negara peserta.

-Mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingankhusus dari bangsa-bangsa Asia-Afrika


seperti yang menyangkutkedaulatan nasional, rasionalisme, dan kolonialisme.

-Meninjau kedudukan Asia-Afrika serta rakyatnya, sertamemberikan sumbangan untuk


meningkatkan perdamaian dankerja sama internasional.

3.

Peranan Indonesia dalam KAA

-Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraanKonferensi Pancanegara II yang


berlangsung tanggal 28-29Desember 1954 di Bogor (Jawa Barat). Konferensi ini sebagai pendahuluan
dari KAA.

-Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraanKAA yang berlangsung pada
tanggal 18-24 April 1955 di GedungMerdeka Bandung (Jawa Barat). Dalam konferensi ini
beberapatokoh Indonesia menduduki peranan penting, diantaranya adalah :Ketua Konferensi : Mr.
Ali SastroamidjoyoSekretaris Jenderal Konferensi : Ruslan AbdulganiKetua Komite Kebudayaan : Mr.
Muh. YaminKetua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roseno

Gerakan Non Blok (non-aligned) merupakan organisasi negara-negara yangtidak memihak Blok Barat
maupun Blok Timur. Berdirinya Gerakan Non Blokdi latar belakangi oleh hal-hal sebagai berikut :a)

Diilhami Konferensi Asia-Afrikadi Bandung (1955) di mana negara-negara yang pernah dijajah perlu
menggalang solidaritas untukmelenyapkan segala bentuk kolonialisme. b)

Adanya krisis Kuba pada tahun 1961di mana Uni Soviet membangun pangkalan peluru kendali secara
besar-besaran di Kuba, hal inimangakibatkan Amerika Serikat merasa terancam sehingga suasana
menjaditegang. Ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur ini mendorongterbentuknya
GNB.Adapun berdirinya Gerakan Non Blok diprakarsai oleh:(a) Presiden Soekarno dari Indonesia,(b)
Presiden Gamal Abdul Nasser dari Republik Persatuan Arab-Mesir,(c) Perdana Menteri Pandith
Jawaharlal Nehru dari India,(d) Presiden Josep Broz Tito dari Yugoslavia, dan(e) Presiden Kwame
Nkrumah dari Ghana.1.

Tujuan Gerakan Non BlokGerakan Non Blok bertujuan meredakan ketegangan dunia sebagai akibat
pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur.2.
Peranan Indonesia dalam Gerakan Non Bloka)

Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yangmendirikan GNB. b)

Iku memprakarsai berdirinya Gerakan Non Blok dengan menandatanganiDeklarasi Beograd sebagai
hasil Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan NonBlok I pada tanggal 1-6 September 1961.c)

Indonesia menjadi pemimpin GNB pada tahun 1991. Saat itu PresidenSoeharto terpilih menjadi
ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB,Indonesia sukses menggelar KTT X GNB di Jakarta.d)

Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan dikawasan bekas Yogoslavia pada
tahun 1991.e)

Indonesia sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Tingkat TinggiGerakan Non Blok X yang
berlangsung pada tanggal 1-6 September 1992di Jakarta.f)

Ekspor dan impor perdagangan Indonesia dengan negara anggota GNB

2.3.3 Misi Pemeliharaan Perdamaian Garuda

Dalam rangka membantu mewujudkan pemeliharaan perdamaian dankeamanan internasional,


Indonesia mempunyai peran yang cukup menonjolyaitu mengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke
luar negeri.Pengiriman Misi Garuda pertama kali dilakukan pada bulan Januari 1957.Misi ini
dilatarbelakangi oleh adanya konflik di Timur Tengah pada tanggal 26Juli 1956 tentang nasionalisasi
Terusan Suez yang dilakukan oleh Ghamal Abdul Nasser. Kondisi ini mengakibatkan meluasnya
pertikaian. Pada bulan Oktober1956 beberapa negara seperti Inggris, Perancis, dan Israel
melancarkan serangangabungan terhadap Mesir sehingga mengancam perdamaian dunia.
DewanKeamanan PBB pun turun tangan dan meminta pihak yang bersengketa untuk berunding.
Hasil rundingan tersebut pada tanggal 5 November 1956 berupadibentuknya sebuah komando PBB
yaitu United Nations EmergencyForces(UNEF). Setelah dibentuknya komando tersebut, Indonesia
menyatakan bersedia turut serta menyumbangkan pasukan dalam UNEF. Pada 28 Desember,sebagai
pelaksanaannya Indonesia membentuk sebuah pasukan yang berkekuatan satu detasemen (550
orang). Kontingen ini diberi nama PasukanGaruda yang kemudian diberangkatkan ke Timur Tengah
pada bulan Januari1957.Terkait munculnya konflik di Kongo(Zaire) yang berhubungan
dengankemerdekaan Zaire pada bulan Juni 1960 dan Belgia yang memicu pecahnya perang saudara.
PBB kemudian membentuk Pasukan Perdamaian untuk Kongoyaitu United Nations for the
Congo(UNOC) untuk mencegah pertumpahan darahyang lebih banyak. Dengan dibentuknya pasukan
tersebut, Indonesia kembalimengirimkan pasukan sebanyak satu batalyon untuk membantu UNOC.
Pasukan

ini disebut “Garuda II” yang berangkat dari Jakarta pada tanggal 10 September
1960. Pasukan Garuda II menyelesaikan tugasnya pada bulan Mei 1961 dankemudian digantikan
oleh pasukan Garuda III yang mulai bertugas pada bulanDesember 1962 sampai bulan Agustus
1964.Indonesia kembali diberikan kepercayaan oleh PBB untuk mengirim pasukannya yaitu Pasukan
Garuda IV sebagai pasukan pemeliharaan perdamaianPBB ketika meletusnya perang saudara antara
Vietnam Utara dan VietnamSelatan. Sebagai hasil dari persetujuan internasional di Paris pada tahun
1973,PBB membentuk International Commission of Control and Supervission(ICCS)untuk menjaga
stabilitas politik di kawasan Indocina yang terus berlanjut akibatdari perang saudara tersebut. Terdiri
dari beberapa negara yaitu Hongaria,Indonesia, Kanada, dan Polandia yang mempunyai tugas
mengawasi pelanggaran yang dilakukan kedua belah pihak yang bertikai. Pasukan GarudaIV yang
berkekuatan 290 pasukan bertugas dari bulan Januari 1973 untukdigantikan Pasukan Garuda V dan
kemudian Pasukan Garuda VII. Karenaseluruh Vietnam jatuh ke tangan Vietcong (Vietnam Utara
yang komunis) makaseluruh Pasukan Garuda VII ditarik dari VietnamPada tahun 1973, Pasukan
Garuda VI bertugas ketika pecah perang Arab-Israel ke 4. Kontingen Indonesia yang semula bertugas
sebagai pasukan pengamanan dalam perudingan antara Mesir dan Israel. UNEF kembalidiaktifkan
lagi yang beranggotakan kurang lebih 7000 anggota, terdiri ataskesatuan-kesatuan Australia,
Finlandia, Swedia, Irlandia, Peru, Panam, Senegal,Ghana dan Indonesia. Pasukan Garuda
menyelesaikan tugasnya pada 23September 1974 dan digantikan dengan Pasukan Garuda VIII yang
bertugassampai pada tanggal 17 Februari 1975.Keikutsertaan Indonesia sejak tahun 1975 dalam
membantu pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional dengan mengirim pasukan-
pasukannyake negeri lain. Peran aktif Indonesia tersebut pada tahun 2012 ditandai
dengandidirikannya Indonesian Peace Security Centre(IPSC/Pusat Perdamaian danKeamanan
Indonesia). Terdapat beberapa unit yang mengelola kesiapan pasukanyang akan dikirimkan untuk
menjaga perdamaian dunia(Standby Force). Pelaksanaan politik bebas aktif, UUD 1945

Dalam memperjuangkan dan mempertahankan kepentingan nasional, termasuk perlindungan


kepada warga negara Indonesia di luar negeri, diperlukan upaya yang mencakup kegiatan politik dan
hubungan luar negeri yang berlandaskan ketentuan-ketentuan yang merupakan penjabaran lebih
lanjut dari falsafah Pancasila, Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 serta Garis-
garis Besar Haluan Negara.

Dasar pemikiran yang melandasi Undang-undang, tentang Hubungan Luar Negeri adalah bahwa
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri memerlukan ketentuan-
ketentuan yang secara jelas mengatur segala aspek yang menyangkut sarana dan mekanisme
pelaksanaan kegiatan tersebut.

Dalam dunia yang makin lama makin maju sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara global, serta meningkatnya interaksi dan interdependensi antar
negara dan antar bangsa, maka makin meningkat pula hubungan internasional yang diwarnai dengan
kerjasama dalam berbagai bidang. Kemajuan dalam pembangunan yang dicapai Indonesia di
berbagai bidang telah menyebabkan makin meningkatnya kegiatan Indonesia di dunia internasional,
baik dari pemerintah maupun swasta/perseorangan, membawa akibat perlu ditingkatkannya
perlindungan terhadap kepentingan negara dan warga negara.

Ketentuan-ketentuan yang mengatur penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan


politik luar negeri yang ada sebelum dibentuknya undang-undang ini baru mengatur beberapa aspek
saja dari penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri serta belum
secara menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu produk hukum yang kuat
yang dapat menjamin terciptanya kepastian hukum bagi penyelenggaraan hubungan luar negeri dan
pelaksanaan politik luar negeri, termasuk koordinasi antarinstansi pemerintah dan antarunit yang
ada di Departemen Luar Negeri.

Dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, Indonesia terikat
oleh ketentuan-ketentuan hukum dan kebiasaan internasional, yang merupakan dasar bagi
pergaulan dan hubungan antar negara. Oleh karena itu Undang-undang tentang Hubungan Luar
Negeri ini sangat penting artinya, mengingat Indonesia telah meratifikasi Konvensi Wina 1961
tentang Hubungan Diplomatik, Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler, dan Konvensi
tentang Misi Khusus, New York 1969.

Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri merupakan pelaksanaan dari ketentuan dasar yang
tercantum di dalam Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan-
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang berkenaan dengan hubungan luar negeri. Undang-
undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik
luar negeri, termasuk sarana dan mekanisme pelaksanaannya, perlindungan kepada warga negara
Indonesia di luar negeri dan aparatur hubungan luar negeri.

Pokok-pokok materi yang diatur dalam Undang-undang ini adalah :

a.
Penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, termasuk sarana dan
mekanisme pelaksanaannya, koordinasi di pusat dan perwakilan, wewenang dan pelimpahan
wewenang dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri.

b.

Ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok mengenai pembuatan dan pengesahan perjanjian


internasional, yang pengaturannya secara lebih rinci, termasuk kriteria perjanjian internasional yang
pengesahannya memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, ditetapkan dengan undang-
undang tersendiri.

c.

Perlindungan kepada warga negara Indonesia, termasuk pemberian bantuan dan penyuluhan
hukum, serta pelayanan konsuler.

d.

Aparatur hubungan luar negeri.

Penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri melibatkan berbagai
lembaga negara dan lembaga pemerintah beserta perangkatnya. Agar tercapai hasil yang maksimal,
diperlukan adanya koordinasi antara lembaga-lembaga yang bersangkutan dengan Departemen Luar
Negeri. Untuk tujuan tersebut, diperlukan adanya suatu peraturan perundang-undangan yang
mengatur secara jelas serta menjamin kepastian hukum penyelenggaraan hubungan luar negeri dan
pelaksanaan politik luar negeri, yang diatur dalam Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri.

Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri ini memberikan landasan hukum yang kuat bagi
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, serta merupakan
penyempurnaan terhadap peraturan-peraturan yang ada mengenai beberapa aspek
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri.

II

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2
Pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia haruslah merupakan pencerminan ideologi
bangsa. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia merupakan landasan idiil yang mempengaruhi
dan menjiwai politik luar negeri Republik Indonesia.

Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif berdasar atas hukum dasar, yaitu Undang-Undang
Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional yang tidak lepas dari tujuan nasional bangsa Indonesia
sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat.

Garis-garis Besar Haluan Negara adalah landasan operasional politik luar negeri Republik Indonesia,
yakni suatu landasan pelaksanaan yang menegaskan dasar, sifat, dan pedoman perjuangan untuk
mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia.

Pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia tidak dapat dipisahkan dari konsepsi Ketahanan
Nasional. Ketahanan Nasional adalah kondisi kehidupan bangsa Indonesia berdasarkan Wawasan
Nusantara dalam rangka mewujudkan daya tangkal dan daya tahan untuk dapat mengadakan
interaksi dengan lingkungan pada suatu waktu sedemikian rupa, sehingga dapat menjamin
kelangsungan hidup dan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan
nasional, yakni suatu masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila.
Pasal 3

Yang dimaksud dengan "bebas aktif" adalah politik luar negeri yang pada hakikatnya bukan
merupakan politik netral, melainkan politik luar negeri yang bebas menentukan sikap dan
kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional dan tidak mengikatkan diri secara a priori pada
satu kekuatan dunia serta secara aktif memberikan sumbangan, baik dalam bentuk pemikiran
maupun partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa dan permasalahan dunia lainnya,
demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

Yang dimaksud dengan diabdikan untuk "kepentingan nasional" adalah politik luar negeri yang
dilakukan guna mendukung terwujudnya tujuan nasional sebagaimana tersebut di dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

PANCASILA

Landasan ideal Politik Bebas Aktif Indonesia adalah Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara berisi
tentang pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara dalam seluruh aspek kehidupan termasuk
politik luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai