Anda di halaman 1dari 8

KONTRIBUSI INDONESIA

DALAM PERDAMAIAN DUNIA

Pemenuhan Tugas Presentasi Sejarah Indonesia

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Irene Paluruan (XII Mipa 1)
Junior Manurung (XII Mipa 1)
Patricia Sandag (XII Mipa 1)
Sabri Patabang (XII Mipa 1)
Satrio Lembang (XII Mipa 1)
Stefany Sumawe (XII Mipa 1)
BAB VI

KONTRIBUSI INDONESIA
DALAM PERDAMAIAN DUNIA

A.Landasan Politik Luar Negri Bebas Aktif


Politik Indonesia bebas aktif artinya Indonesia dapat secara bebas
menentukan sikap dan kebijaksanaannya sendiri dalam menghadapi
permasalahan internasional dan tidak mengikatkan diri pada kekuatan mana
pun.

1. Landasan ideal dan konstitusional politik luar negeri bebas aktif.


Moh. Hatta dalam sila kelima Pancasila berisi pedoman dasar bagi
pelaksanaan kehidupan kebangsaan yang ideal juga menambahkan bahwa
Pancasila merupakan salah satu faktor objektif yang mempengaruhi politik
luar negeri Indonesia. kondisi tersebut terjadi karena kedudukan Pancasila
sebagai falsafah negara mengikat seluruh bangsa Indonesia.
Secara garis besar tujuan politik luar negeri Indonesia dapat di rumuskan
sebagai berikut.
a. mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.
b. memperoleh barang barang dari luar untuk memper besar Kemakmuran
rakyat, jika barang barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan sendiri.
c. meningkatkan perdamaian internasional karena hanya dalam keadaan
damai, Indonesia dapat melaksanakan pembangunan.
d. meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai cita cita yang tersimpul
dalam Pancasila.

Politik luar negeri Indonesia juga memiliki tujuan yaitu mengabdi kepada
tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945 alinea ke empat. Sikap politik luar negeri Indonesia mulai tampak
sejak pertengahan tahun 1945-an ketika kondisi perang dingin mulai
berpindah ke wilayah Asia Tenggara khususnya wilayah Indo-Cina.
Indonesia mampu mengambil sikap politik yang tegas dan menyatukan
negara negara di kawasan di kawasan Asia Tenggara untuk mengatasi
konflik yang memanas di wilayah Indo-Cina.
2. Landasan operasional politik luar negeri bebas aktif.
Landasan operasional politik luar negeri bebas aktif Indonesia terdapat
dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945, pasal 11 dan pasal 13 ayat (1)
dan (2) UUD 1945, dan amanat presiden yang berjudul “ penemuan kembali
revolusi kita “ 17 Agustus 1959 atau yang dikenal sebagai “ manifesto
politik republik Indonesia “. Amanah tersebut membuat tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang kebijakan luar negeri Indonesia. Tujuan
jangka pendek yaitu melanjutkan perjuangan anti impor B really smue
ditambah dengan mempertahankan kepribadian Indonesia di tengah tengah
tarikan tarikan ke kanan dan ke kiri (blok Barat dan blok Timur). Sedangkan
tujuan jangka panjang yaitu melenyapkan imperialisme dan mencapai dasar
dasar bagi perdamaian dunia yang Kekal dan abadi.

Pada masa orde baru landasan operasional politik luar negeri Indonesia
semakin dipertegas melalui beberapa peraturan formal. Adapun peraturan
tersebut antara lain ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966. ketetapan tersbut
dikeluarkan pada 5 Juli 1966 dan menyatakan bahwa sifat politik luar negeri
Indonesia adalah:
a. bebas aktif, anti Imperialisme dan Kolonialisme dalam segala bentuk
manifestasi nya dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
b. mengabdi pada kepentingan nasional dan amanat penderitaan rakyat.

Aturan formal lainnya mengenai landasan pelaksanaan politik luar negeri


Indonesia yaitu ketetapan MPR 22 Maret 1973. Adapun isi ketetapan MPR
22 Maret 1973 sebagai berikut.
a. terus melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dengan mengabdi
ikannya pada kepentingan nasional, khususnya pembangunan ekonomi.
b. mengambil langkah langkah untuk memantapkan stabilitas wilayah Asia
Tenggara dan Pasifik Barat daya sehingga memungkinkan negara negara di
wilayah ini mampu mengurus masa depannya sendiri melalui pembangunan
ketahanan nasional serta memperkuat wadah kerja sama antar negara di
kawasan Asia Tenggara.
c. mengembangkan kerja sama untuk tujuan damai di semua negara dan
badan badan internasional dan lebih meningkatkan perannya dalam
membantu bangsa bangsa yang sudah memperjuangkan kemerdekaannya.

Pada periode reformasi terjadi perubahan dalam landasan operasional politik


luar negeri Indonesia secara sup Stan Tif, landasan operasional politik luar
negeri Indonesia dapat dilihat melalui ketetapan MPR No. IV/MPR/1999
tentang garis garis besar Haluan negara dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional periode 1999 - 2004. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 juga
menetapkan sasaran yang harus dicapai. Adapun sasaran sasaran tersebut
sebagai berikut.
a. menegaskan kembali pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif menuju
pencapaian tujuan nasional.
b. Ikut serta dalam perjanjan internasional dan peningkatan kerja sama
untuk kepentingan rakyat Indonesia.
c. Memperbaiki performa, penampilan diplomat Indonesia dalam rangka
suksesnya pelaksanaan diplomasi proaktif di segala bidang.
d. Meningkatkan kualitas diplomasi dalam rangka mencapai pemulihan
ekonomi yang cepat melalui intensifikasi kerja sama regional dan
internasional.
e. Mengintensifkan kesiapan Indonesia memasuki era perdagangan bebas.
f. Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negara-negara tetangga.
g. Mengintensifkan kerja sama dengan negara-negara tetangga dalam
kerangka ASEAN dengan tujuan memlihara stabilitas dan kemakmuran di
wilayah Asia Tenggara.

Melalui berbagai undang undang dan ketetapan MPR di atas secara jelas
tampak bahwa arah politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif,
berorientasi untuk kepentingan nasional, menitikberatkan pada solidaritas
antar negara berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa,
menolak segala bentuk penjajahan, serta meningkatkan kemandirian bangsa
dan kerja sama internasional bagi kesejahteraan rakyat.
B. Politik luar negeri bebas aktif dan pelaksanaannya.
1. Lahirnya politik luar negeri bebas aktif.
Latar belakang dibentuknya politik luar negeri Indonesia bebas aktif bermula
dari akhir Perang Dunia II. Pascaperang, terbentuk dua kubu besar yang
saling bersaing dalam Perang Dingin, yaitu Blok Barat dan Blok Timur.
Melihat kondisi politik internasional pada saat itu, Indonesia berusaha
supaya tidak terseret. Wakil Presiden Mohammad Hatta dalam pidatonya,
"Mendayung di antara Dua Karang", menawarkan konsep politik luar negeri
bebas aktif di Indonesia. Pada 2 September 1948, Mohammad Hatta
menyampaikan pidatonya di depan Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP), bahwa Indonesia semestinya bisa menentukan sikap sendiri dalam
menghadapi konflik politik internasional saat itu.

2. Politik luar negeri Indonesia masa demokrasi liberal.


Pada masa awal kemerdekaan Indonesia hingga sistem demokrasi liberal
(demokrasi parlementer) diberlakukan, kebijakan politik luar negeri RI tetap
menganut prinsip bebas aktif. Prinsip bebas aktif berarti Indonesia secara
bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan
internasional, dengan tanpa mengikatkan diri secara apriori kepada kekuatan
dunia mana pun. Pencetus prinsip politik luar negeri bebas aktif adalah
Mohammad Hatta. Wakil Presiden RI pertama tersebut mengajukan gagasan
tentang prinsip bebas-aktif pada 1948. Hatta menguraikan gagasannya itu di
pidato berjudul "Mendayung di Antara Dua Karang" ketika ia menghadiri
sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), 2
September 1948. Gagasan Hatta sesuai dengan kondisi Republik Indonesia
sebagai negara yang baru merdeka serta sedang menghadapi tantangan di
internal maupun eksternal.

3. Politik luar negeri Indonesia masa demokrasi terpimpin.


Demokrasi Terpimpin di Indonesia berlangsung dari tahun 1959-1965.
Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin
didominasi oleh hasrat dan cita-cita besar Soekarno.
Politik luar negeri Indonesia yang diterapkan pada masa Demokrasi
Terpimpin adalah politik bebas–aktif.Kebijakan politik luar negeri Indonesia
didasarkan pada Manipol USDEK yang merupakan akronim dari Manifesto
Politik UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Penerapan politik bebas–aktif pada
masa Demokrasi Terpimpin bersifat revolusioner dan radikal.

4. Politik luar negeri Indonesia masa Orde Baru.


Rezim Orde Baru identik dengan kepemimpinan Presiden Soeharto yang
berkuasa selama kurang lebih 32 tahun hingga akhirnya lengser keprabon
akibat gelombang Reformasi 1998. Hubungan diplomatik kurang terjalin
dengan baik dengan beberapa negara, karena karakter pemimpin dan bangsa
begitu kuat dalam pandangan internasional, apalagi dengan faktor power
shift usai Perang Dingin yang menjadikan politik di masa itu sangat kuat dan
tegas ketika berhadapan dengan dunia luar. Pada masa ini, Orde Baru
memfokuskan Indonesia pada pembangunan sektor ekonomi. Hal tersebut
berangkat dari pembacaan bahwa faktor-faktor seperti kondisi domestik,
modalitas, struktur dan proses penentuan politik luar negeri, agenda utama,
isu-isu domestik yang dominan dan gaya serta pola kepemimpinan politik
menjadi sangat berpengaruh terhadap negara Indonesia pada saat itu. Maka
dari itu, Presiden Soeharto mengambil beberapa langkah kebijakan terkait
politik luar negeri Indonesia, di antaranya dengan membangun hubungan
baik dengan pihak-pihak Barat dan good neighbourhood policy melalui
Association South East Asian Nation (ASEAN) di kawasan Asia Tenggara.
Pada awal Orde Baru, tujuan utama politik luar negeri Indonesia adalah
untuk memobilisasi sumber dana internasional demi membantu rehabilitasi
ekonomi negara dan pembangunan, serta untuk menjamin lingkungan
regional yang aman yang memudahkan Indonesia untuk berkonsentrasi pada
agenda domestiknya

5. Politik luar negeri indonesia masa reformasi.


Perkembangan politik pada masa reformasi ditengarai oleh beberapa
peristiwa dan kebijakan penting terkait perkembangan politik, yaitu:
 Sidang Istimewa MPR 1998
 Otonomi Daerah
 Pencabutan pembatasan partai politik
 Penghapusan Dwifungsi Abri
 Penyelenggaraan pemilu yang lebih demokratis.
 idang Istimewa MPR 1998
 Pada tanggal 10-13 November 1998, MPR mengadakan Sidang
Istimewa untuk menetapkan langkah pemerintah dalam melaksanakan
reformasi di segala bidang.

Dalam Sidang Istimewa MPR 1998 terjadi perombakan besar-besaran


terhadap sistem hukum dan perundang-undangan.

C. Peran Indonesia dalam upaya menciptakan


perdamaian dunia.
Berikut Peran Indonesia dalam Perdamaian Dunia
 Konferensi Asia-Afrika (Bandung Conference) 1955
Indonesia menjadi tuan rumah konferensi ini yang dihadiri oleh
negara-negara Asia dan Afrika yang baru merdeka dari penjajahan.
Konferensi ini menegaskan prinsip-prinsip perdamaian, kerjasama
internasional, dan anti-kolonialisme. Bandung Conference juga
merupakan titik awal gerakan Non-Blok, yang menjadi kelompok
negara-negara yang tidak ingin terlibat dalam blok militer manapun.
 Peran dalam Diplomasi ASEAN
Indonesia adalah salah satu pendiri ASEAN (Association of Southeast
Asian Nations) pada tahun 1967. Melalui organisasi ini, Indonesia
telah berkontribusi dalam memelihara stabilitas politik dan
perdamaian di kawasan Asia Tenggara.
 Krisis Timor Timur
Indonesia memainkan peran penting dalam mengakhiri krisis di Timor
Timur (sekarang Timor-Leste) melalui referendum yang menghasilkan
kemerdekaan bagi Timor-Leste pada tahun 2002. Proses ini, meskipun
kontroversial, menunjukkan komitmen Indonesia terhadap perdamaian
dan proses demokratis.
 Diplomasi Kemanusiaan
Indonesia juga terlibat dalam upaya membantu menyelesaikan
konflik-konflik regional dan internasional, termasuk menjadi mediator
dalam beberapa negosiasi perdamaian. Contohnya adalah peran
Indonesia dalam mediasi perdamaian antara pemerintah Filipina dan
Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
 Peran dalam Pengembangan PBB
Indonesia telah berkontribusi dalam usaha menjaga perdamaian dunia
melalui partisipasinya dalam Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB
(UN Peacekeeping Forces) di berbagai negara yang mengalami
konflik.
 Peran dalam Menangani Konflik Regional
Indonesia terlibat dalam berbagai upaya mediasi dan diplomasi dalam
menangani konflik di kawasan, termasuk upaya dalam menyelesaikan
konflik di Aceh melalui proses perdamaian Helsinki yang mengakhiri
konflik bersenjata antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM).

Anda mungkin juga menyukai