Anda di halaman 1dari 23

Landasan Politik Luar Negeri

Bebas Aktif
Annisa Putri Ramadhani
Aura Fatimah Azzahra
Danisha Ayni Shafa
Erwan Nurrohman
Kintan Naya Guslisofi
Muhammad Irfan Farras
Alif
Namira Dwitanaya P
Naufal Dhio
Naufal Hilmi Ikhsan
Revina Agit Olivia
Sachio Alfonzo
PEMBAHASAN

Pengertian Politik Luar Negeri


dan Politik Bebas Aktif

Landasan Ideal
Pancasila

Landasa Konstitutional
UUD 1945

Landasan Operasional
TAP MPR no IV/MPR/1978
POLITIK LUAR

1 NEGERI DAN
POLITIK BEBAS
AKTIF
POLITIK LUAR NEGERI

Politik Luar Negeri adalah upaya pencapaian kepentingan-kepentingan


nasional melalui kebijakan yang berhubungan dengan negara lain.
Politik luar negeri yang diterapkan suatu negara dapat mencerminkan kondisi
dalam negeri negara tersebut.

Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia 1945-1949, Indonesia


mempunyai prioritas kepentingan nasional untuk memperoleh kedaulatan secara
penuh serta mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional, khususnya
Belanda.

Oleh karena itu, politik luar negeri Indonesia diarahkan pada usaha-usaha
untuk mencari simpati dan berhubungan baik dengan negara-negara maju serta
negara dunia ketiga. Moh Hatta mencetuskan konsep politik luar negeri bebas
aktif pada 2 September 1948 dalam kelompok kerja KNIP.
POLITIK BEBAS AKTIF

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C


Riclefs, politik bebas aktif adalah sikap Indonesia yang mempunyai jalan atau
pendirian sendiri dalam menghadapi masalah internasional tanpa memihak pada
blok Barat maupun blok Timur serta turut berperan aktif dalam menciptakan
perdamaian dunia.

Atas dasar politik bebas aktif, Indonesia memposisikan dirinya sebagai


subyek dalam pengambilan keputusan hubungan luar negeri dan tidak dapat
dikendalikan oleh kepentingan politik negara lain.
POLITIK LUAR NEGERI DAN BEBAS AKTIF

Politik luar negeri RI yang bebas dan aktif adalah kebijakan dan tindakan-tindakan yang
diambil oleh Pemerintah dalam hubungannya dengan negara-negara asing, organisasi
internasional, maupun regional.
POLITIK LUAR NEGERI DAN BEBAS AKTIF

TUJUAN POLITIK LUAR NEGERI BEBAS AKTIF


Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif bertujuan untuk mengabdi kepada
kepentingan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat, terutama kepentingan stabilitas dan kelancaran pembangunan di segala bidang.
Dengan demikian, politik luar negeri Indonesia bertujuan sebagai berikut.

1. Membentuk negara Republik Indonesia yang berbentuk negara kesatuan dan kebangsaan
yang demokratis, dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai Merauke.
2. Membentuk satu masyarakat yang adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Membentuk satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di
dunia.
2 LANDASAN
IDEAL
LANDASAN IDEAL

• Landasan ideal dalam pelaksanaan politik luar negeri indonesia adalah


pancasila. Sebab, nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan
pedoman dan pijakan dalam melaksanakan politik luar negeri Indonesia.

• Moh. Hatta mengatakan bahwa pancasila merupakan salah satu faktor


objektif yang mempengaruhi politik luar negeri Indonesia karena kedudukan
pancasila sebagai falsafah negara mengikat seluruh bangsa Indonesia.
LANDASAN IDEAL

Drs. Moh. Hat


ta

Dasar politik luar negeri Indonesia kembali dipertegas oleh Moh. Hatta dalam buku karyanya
yang berjudul Dasar-Dasar Politik Luar Negeri Indonesia. Secara garis besar tujuan politik luar
negeri Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut:

• Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.


• Memperoleh barang-barang dari luar untuk memperbesar kemakmuran rakyat, jika barang-
barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan sendiri.
• Meningkatkan perdamaian nasional, karena hanya dalam keadaan damai, Indonesia dapat
melaksanakan pembangunan.
• Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai cita-cita yang tersimpul dalam Pancasila,
undang- undang dasar, dan falsafah bangsa Indonesia.
LANDASAN IDEAL
PANCASILA SEBAGAI LANDASAN IDEAL

Pancasila merupakan Ideologi bangsa dan negara Indonesia. Karena itu, Pancasila menjadi
landasan yang menjiwai politik luar negeri Indonesia. Kelima sila yang termuat dalam Pancasila,
berisi pedoman dasar bagi pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ideal serta
mencakup seluruh kehidupan manusia.

Hal ini karena pancasila sebagai falsafah negara mengikat seluruh bangsa Indonesia, sehingga
parpol manapun yang berkuasa di Indonesia tidak dapat menjalankan suatu politik negara yang
menyimpang dari pancasila.
LANDASAN IDEAL

Penjabaran kelima sila Pancasila sebagai landasan dalam politik luar negeri
Indonesia, yaitu :

● Sila Pertama
Ketuhanan yang Maha Esa. Artinya bangsa Indonesia memandang manusia sebagai
makhluk yang sama sebagai ciptaan tuhan tanpa membedakan ras, suku, dan agama.
Tidak ada negara yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada bangsa Indonesia.

● Sila Kedua
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Artinya bangsa Indonesia mengakui bahwa
manusia mempunyai martabat yang sama. Dengan demikian, politik luar negeri
Indonesia menghindari penindasan terhadap negara lain, serta menolak negara lain
yang akan menindas bangsa Indonesia.

● Sila Ketiga
Persatuan Indonesia. Artinya, segala bentuk kebijakannya lebih mementingkan
kepentingan negara di atas kepentingan golongan/kelompok/pribadi dan
kepentingan negara lain.
LANDASAN IDEAL

● Sila Keempat
Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan
Perwakilan. Berdasarkan hal ini, segala kebijakan politik luar negeri Indonesia
dihasilkan dari musyawarah lembaga-lembaga yang terkait atas aspirasi rakyat
Indonesia.

● Sila Kelima
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila ini menyatakan bahwa, landasan
politik luar negeri Indonesia adalah keadilan yang menyeluruh dan tidak
mementingkan satu pihak negara yang berhubungan. Hasilnya, pembangunan yang
dicapai (termasuk kebijakan politik luar negeri) dapat dinikmati seluruh rakyat
Indonesia.

Drs. Mohammad Hatta menyebut Pancasila sebagai salah satu faktor objektif yang membentuk dan
berpengaruh atas politik luar negeri Indonesia. Hal ini disebabkan karena Pancasila sebagai falsafah negara
yang mengikat seluruh bangsa Indonesia, sehingga golongan atau partai politik manapun yang berkuasa di
Indonesia tidak dapat menjalankan suatu politik negara yang menyimpang dari Pancasila.
3 LANDASAN
KONSTITUTIONAL
LANDASAN KONSTITUTIONAL

Landasan konstitusional dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah Pembukaan Undang-undang
Dasar (UUD) 1945 alinea pertama yaitu “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan” dan alinea keempat “..... dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial…..”

Landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia tentunya memiliki keterkaitan dengan kebijakan politik
luar negeri dan esensi hubungan internasional. Keterkaitan tersebut membentuk suatu identitas dalam suatu sistem
hubungan internasional. Hal inilah yang membuat Indonesia berbeda dengan actors atau negara lainnya. Berikut
tiga esensi yang membentuk suatu hubungan internasional :

a) Actors (negara dan non-negara)


b) Interests (kepentingan)
c) Power (kekuatan)

Kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif menjadikan Indonesia terlepas dari sifat
ketergantungan terhadap satu actors saja. Sehingga Indonesia lebih fleksibel menjalankan perannya dalam
hubungan internasional yaitu dengan mengimplementasikan tiga esensi tersebut.
LANDASAN KONSTITUTIONAL

Selain itu, landasan kontitutional juga dilandasi oleh batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan Pasal 13 yaitu:

Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain. ****)

(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan
undangundang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undangundang.

Pasal 13
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. *)

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
*)
4 LANDASAN
OPERASIONAL
LANDASAN OPERASIONAL
Landasan operasional politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif berupa peraturan perundang-undangan. Setiap
periode pemerintahan, landasan operasional terus berubah sesuai dengan kepentingan nasional. Landasan ini merincikan
secara jelas dan lengkap semua kebijakan politik luar negeri, aturannya, dan lembaga-lembaga yang terkait.

Sejak awal kemerdekaan hingga masa Orde Lama, landasan operasional politik luar negeri Indonesia yang bebas
aktif dinyatakan melalui maklumat dan pidato-pidato Presiden Soekarno. Salah satunya Maklumat Politik Pemerintah
pada 1 November 1945 yang berisi :

● Politik damai dan hidup berdampingan secara damai


● Tidak campur tangan urusan dalam negeri negara lain
● Bekerja sama dengan semua negara di bidang politik, ekonomi, dan lain-lain
● Selalu mengacu pada Piagam PBB dalam melakukan hubungan dengan negara lain
Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965), landasan operasional politik luar negeri Indonesia yaitu sebagai
berikut.
● Pembukaan UUD 1945 alinea pertama
● UUD 1945 Pasal 1
● UUD 1945 Pasal 13 Ayat (1) dan (2)
● Amanat Presiden yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada 17 Agustus 1959 yang dikenal sebagai
“Manifesto Politik Republik Indonesia”.
LANDASAN OPERASIONAL

Amanat Presiden itu sendiri kemudian dijadikan sebagai Garis Besar Haluan Negara. Berkaitan dengan
kebijakan politik luar negeri, Manifesto tersebut memuat tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek,
yaitu :

● Tujuan jangka panjang pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah melenyapkan imperialisme dan
mencapai dasar-dasar bagi perdamaian dunia yang kekal dan abadi.

● Tujuan jangka pendek pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah melanjutkan perjuangan anti-
imperialisme dan mempertahankan kepribadian Indonesia di tengah-tengah tarikan ke kanan dan ke kiri.
LANDASAN OPERASIONAL

Sedangkan pada masa Orde Baru (1966-1998), landasan operasional politik luar negeri Indonesia yaitu sebagai
berikut:

● Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966 pada 5 Juli 1966 tentang penegasan kembali landasan kebijaksanaan
politik luar negeri Indonesia. TAP MPRS ini menyatakan bahwa sifat politik luar negeri Indonesia :
a) Bebas aktif, anti-imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk, dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
b) Mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanat penderitaan rakyat.

● Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada 22 Maret 1973,
yang berisi :
a) Terus melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dengan mengabdikan pada kepentingan nasional,
khususnya pembangunan ekonomi.
b) Mengambil langkah-langkah untuk memantapkan stabilitas wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya.
c) Mengembangkan kerja sama dengan semua negara dan badan-badan internasional

● TAP MPR RI No. IV/MPR/1978, yang ditujukan untuk kepentingan pembangunan di segala bidang.

● TAP MPR RI No. II/MPR/1983, yang dijelaskan secara spesifik mengenai pembangunan nasional. Perubahan
politik luar negeri Indonesia ini menandakan bahwa Indonesia sudah mulai mengikuti dinamika politik
internasional yang berkembang pada saat itu.
LANDASAN OPERASIONAL

Pada masa Reformasi atau Pasca-Orde Baru (1998-sekarang), landasan operasional politik luar negeri Indonesia yaitu
ketetapan MPR No. IV /MPR/1999 pada 19 Oktober 1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. GBHN ini
menekankan pada faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya krisis ekonomi pada 2008 dan krisis nasional pada 1997,
serta upaya reformasi di berbagai bidang khususnya memberantas segala bentuk penyelewengan seperti korupsi, kolusi,
nepotisme, dan lain-lain. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 menetapkan sasaran yang harus dicapai. Adapun sasaran-
sasaran tersebut sebagai berikut.
1. Menegaskan kembali pelaksanaan politik bebas aktif menuju pencapaian tujuan nasional.
2. Ikut serta dalam perjanjian internasional dan peningkatan kerja sama untuk kepentingan rakyat Indonesia.
3. Memperbaiki performa, penampilan diplomat Indonesia dalam rangka suksesnya pelaksanaan diplomasi proaktif
di segala bidang.
4. Mengintensifkan kesiapan Indonesia memasuki era perdagangan bebas
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai