5. Oppenheimer-Lauterpact
Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antarnegara
yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara pihak-pihak
yang mengadakan.
7. B. Schwarzenberger
Perjanjian internasional adalah persetujuan antara subjek
hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban
yang mengikat dalam hukum internasional, dapat berbentuk
bilateral maupun multilateral. Adapun subjek hukum yang
dimaksud adalah lembaga-lembaga internasional dan negara-
negara.
8. Dr. Muchtar Kusumaatmaja, S.H. LLM
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan
antarbangsa yang bertujuan untuk menciptakan akibat-akibat
tertentu.
Kerjasama internasional secara hukum diwujudkan dalam bentuk
perjanjian internasional, yaitu negara-negara dalam melaksanakan
hubungan atau kerjasamanya membuat perjanjian internasional.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, disimpulkan bahwa
perjanjian internasional adalah perjanjian yang dilakukan oleh
subjek-subjek hukum internasional dan mempunyai tujuan untuk
melahirkan akibat-akibat hukum tertentu.
Berdasarkan Isinya
a) Segi politis, seperti pakta pertahanan dan fakta
perdamaian.
b) Segi ekonomi, seperti bantuan ekonomi dan bantuan
keuangan.
c) Segi hukum
d) Segi batas wilayah
e) Segi kesehatan.
Contoh :
1.
1. Status kewarganegaraan Indonesia-RRC, ekstradisi.
2. Laut teritorial, batas alam daratan.
3. Masalah karantina, penanggulangan wabah penyakit
AIDS.
Berdasarkan Subjeknya
Perjanjian antarnegara yang dilakukan oleh banyak negara
yang merupakan subjek hukum internasional.
Perjanjian internasional antara negara dan subjek hukum
internasional lainnya.
Perjanjian antarsesama subjek hukum internasional selain
negara, yaitu organisasi internasional organisasi internasional
lainnya.
Contoh :
1.
1. Perjanjian antar organisasi internasional Tahta suci
(Vatikan) dengan organisasi MEE.
2. Kerjasama ASEAN dan MEE.
Berdasarkan Pihak-pihak yang Terlibat
Perjanjian bilateral, adalah perjanjian yang diadakan oleh dua
pihak. Bersifat khusus (treaty contact) karena hanya mengatur
hal-hal yang menyangkut kepentingan kedua negara saja.
Perjanjian ini bersifat tertutup, yaitu menutup kemungkinan
bagi pihak lain untuk turut dalam perjanjian tersebut.
Perjanjian Multilateral, adalah perjanjian yang diadakan oleh
banyak pihak, tidak hanya mengatur kepentingan pihak yang
terlibat dalam perjanjian, tetapi juga mengatur hal-hal yang
menyangkut kepentingan umum dan bersifat terbuka yaitu
memberi kesempatan bagi negara lain untuk turut serta dalam
perjanjian tersebut, sehingga perjanjian ini sering
disebut law making treaties.
Contoh :
Contoh :
Perjanjian Indonesia dan RRC tentang dwikewarganegaraan,
akibat-akibat yang timbul dalam perjanjian tersebut hanya
mengikat dua negara saja yaitu Indonesia dan RRC.
Perundingan ( Negotiation)
Perundingan ialah perjanjian tahap pertama dalam proses
pembuatan perjanjian internasional. Yang sebelumnya diadakannya
perjanjian, kedua belah pihak terlebih dahulu mengadakan
penjajakan atau pembicaraan pendahuluan.
Penandatanganan “Signature”
Dalam tahap kedua pembuatan perjanjian internasional ialah
penandatanganan. Sebelum tahap ini dilakukan oleh para menteri
luar negeri “menlu” atau kepala pemerintahan. Dalam perjanjian
multirateral, penandatangan dapat dilakukan oleh peserta
perjanjian internasional, yang apabila disetujui oleh dua pertiga
peserta yang hadir, kecuali ketentuan lain dalam perundingan
tersebut.
Pengesahan (ratification)
Tahap yang ketiga dalam pembuatan perjanjian internasional ialah
pengesahan “ratifikasi”, yang tahap penandatanganan atas
perjanjian hanya bersifat sementara dan masih harus dikuatkan
dengan pengesahan atau penguatan. Pengesahan atau penguatan
ini disebut ratifikasi dapat dilakukan oleh badan eksekutif, legislatif
atau campuran “DPR dan Pemerintah”.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 pasal 10
mengatur bahwa “pengesahan” perjanjian Internasional dilakukan
melalui undang-undang apabila berkenaan dengan:
a. Masalah politik, Perdamaian, Pertahanan dan Keamanan Negara;
b. Perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah Negara RI;
c. Kedaulatan dan hak berdaulat Negara;
d. Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup;
e. Pembentukan kaidah hukum baru; f. Pinjaman dan/atau hibah
Luar Negeri.
Pembatalan Perjanjian
Hal-hal yang dapat menyebabkan dibatalkannya suatu perjanjian
antara lain yaitu:
1. Terjadinya pelanggaran.
2. Adanya kecurangan.
3. Ada pihak yang dirugikan.
4. Dan adanya ancaman dari sebelah pihak.
Berakhirnya Perjanjian
Ada beberap hal-hal yang dapat menyebabkan berakhirnya
perjanjian yang diantaranya yaitu: