MLA DI INDONESIA
telah dan nampaknya akan selalu menjadi hal yang menarik untuk ditelaah, baik
dengan semakin kompleksnya isu-isu yang timbul akibat dari perkembangan yang
ada.
tertulis yang dibuat oleh dua atau lebih Negara yang berdaulat atau organisasi
diakhiri dengan berbagai cara, antara lain mulai dari kesepakatan yang diatur di
dalam perjanjian Internasional, repudiasi kewajiban oleh salah satu pihak di dalam
diatas, cara pemberlakuan prinsip hukum rebus sic stantibus nampaknya tetap
menjadi bahan telaah dan sering digunakan oleh negara-negara di dunia untuk
dianggap oleh beberapa ahli hukum dan praktek Internasional sebagai salah satu
konflik senjata yang terjadi, dapat diambil beberapa kesimpulan yang patut
dicermati, yaitu antara lain adalah bahwa untuk beberapa kasus, sebuah perjanjian
kasus-kasus tertentu sebuah perjanjian Internasional tidak berlaku lagi atau yang
disebabkan oleh konflik senjata baik antara para pihak dari perjanjian
dalam perbaikan peta politik yang terjadi terutama setelah Perang Dunia II. Proses
70
“Perjanjian Internasional dan Konflik Bersenjata”, www.hukumonline.com., diakses
terakhir kali pada 22 Oktober 2010. Rebus sic stantibus adalah asas yang dapat digunakan terhadap
perubahan yang mendasar/fundamentali dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian itu.
sama derajatnya satu dengan yang lain terutama sesudah Perang Dunia II.
hanya diatur oleh hukum kebiasaan. Berdasarkan draft pasal-pasal yang disiapkan
Internasional di Wina dari tanggal 26 Maret sampai dengan 24 Mei 1968 dan dari
kebiasaan tersebut.
Treaties yang ditandatangani tanggal 23 Mei 1969. Konvensi ini mulai berlaku
sejak tanggal 27 Januari 1980 dan telah menjadi hukum Internasional positif.
Sampai dengan Desember 1999, sudah 90 negara menjadi pihak pada Konvensi
tersebut 71.
71
Boer Mauna, Hukum Internasional, Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Edisi ke-2, 2005, Alumni, Bandung, 2005, hal. 83.
Negara-Negara sesuai Pasal 2 ayat (1) butir a Konvensi Wina tahun 1969 adalah:
negara dalam bentuk yang tertulis dan diatur dalam hukum Internasional, baik
yang berupa satu instrumen tunggal atau berupa dua atau lebih instrumen yang
antara dua atau lebih subjek hukum Internasional mengenai suatu objek atau
72
Wasito, Konvensi-Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsuler
dan Hukum Perjanjian/Traktat, Andi Offset, Yogyakarta, 1984.
73
F.A. Whisnu Situni, Identifikasi dan Reformasi Sumber-Sumber Hukum Internasional,
Mandar Maju, Bandung, 1989, hal. 31.
74
Mochtar Kusumaatmadja, Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Edisi
Kedua, Cetakan ke-1, Alumni, Bandung, 2003, hal. 117.
2000 tentang Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama
tertentu, yang diatur dalam hukum Internasional yang dibuat secara tertulis serta
publik berarti diatur oleh hukum Internasional, dan dibuat oleh pemerintah dengan
Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri adalah perjanjian dalam
bentuk dan sebutan apapun, yang diatur oleh hukum Internasional dan dibuat
secara tertulis oleh pemerintah Republik Indonesia dengan satu atau lebih Negara,
dilakukan oleh setiap subjek hukum Internasional, tapi di sisi lain definisi tersebut
perjanjian tersebut tidak bisa dilakukan oleh subjek non-Negara dengan subjek
non-Negara, hanya bisa dilakukan oleh Negara (Indonesia) dengan Negara dan
subjek non-Negara.
mengikat salah satu para pihak saja dalam bentuk hukum publik bagi
1. Kata Sepakat.
Kata sepakat adalah inti dari perjanjian Internasional. Tanpa adanya kata
sepakat antara pihak yang mengadakan perjanjian maka tidak akan ada
2. Subjek-Subjek Hukum.
yang terikat pada perjanjian. Dalam perjanjian yang tertutup dan isinya lebih
3. Berbentuk Tertulis
Maksudnya sebagai perwujudan dari kata sepakat yang sah dan mengikat
para pihak. Oleh karena itu kata sepakat tersebut dirumuskan dalam bahasa dan
tulisan yang dapat dimengerti dan dipahami serta disepakati oleh para pihak.
4. Objek Tertentu
Maksudnya adalah objek atau hal yang diatur dalam perjanjian. Setiap
arti khusus, dimana treaty merupakan perjanjian yang paling penting dan
bahasa Indonesia lebih dikenal dengan traktat. Traktat digunakan untuk suatu
persahabatan 77.
2. Convention (Konvensi)
3. Agreement (Persetujuan)
biasanya mempunyai kedudukan yang lebih rendah dari traktat dan Konvensi.
77
Ibid., hal. 90.
78
Ibid., hal. 91.
4. Charter (Piagam)
berasal dari Magna Charta 80 yang dibuat pada tahun 1215. Contoh umum
5. Protocol (Protokol)
a. Protocol of Signature
b. Optional Protocol
79
Ibid., hal. 92.
80
“Magna Charta”, www.wikipedia.com, diakses terakhir kali pada 22 Oktober 2010.
Magna Charta (“piagam besar”) adalah piagam Inggris tahun 1215 yang membatasi kekuasaan
monarki Inggris, terutama raja John, dari kekuasaan absolut, sebagai hasil dari ketidaksetujuan
antara Paus dan raja John dan baronnya atas hak raja. Magna Charta mengharuskan raja untuk
membatalkan beberapa hak dan menghargai beberapa prosedur legal, dan untuk menerima bahwa
keinginan raja dapat dibatasi oleh hukum. Magna Charta adalah langkah pertama dalam proses
sejarah yang panjang yang menuju ke pembuatan hukum konstitusional.
81
Ibid., hal. 93.
berlangsung lebih cepat dan sederhana dan telah digunakan khususnya pada
that Deplete the Ozone Layer yang didasari oleh Pasal 2 dan 8 Vienna
6. Declaration (Deklarasi)
7. Final Act
Final act adalah suatu dokumen yang berisikan ringkasan laporan sidang
Penandatanganan final act hanya berarti berakhirnya suatu tahap dalam proses
materi yang diatur bersifat teknis, memorandum ini dapat berdiri sendiri dan
10. Arrangement
82
Ibid., hal. 94.
83
Ibid., hal. 95.
dengan tanggal yang sama dan mulai berlaku pada tanggal tersebut kecuali bila
12. Process-Verbal
maksud diganti dengan peraturan yang tetap dan terperinci. Biasanya dibuat
bersama atau secara timbal balik diucapkan oleh kepala Negara, kepala
84
Ibid., hal. 96.
Selain itu juga dapat berupa pernyataan sepihak yang dikemukakan oleh
bagi para pihak. Beberapa macam perjanjian Internasional tertulis, antara lain:
dilihat dari segi isinya sangat penting, baik bagi kedua Negara yang
berlaku juga bagi Negara lain atau Negara ketiga yang dapat menjadi peserta
perdana menteri.
ditinjau dari berbagai macam segi. Berdasarkan berbagai segi tinjauan maka
a. perjanjian Bilateral, atau juga disebut bipartite treaty 86, yaitu perjanjian
disebut hukum tertentu atau hukum khusus yang berbeda dengan hukum
tentu saja tidak menimbulkan hukum yang bersifat universal yang berlaku
bagi semua negara. Namun jika cukup banyak perjanjian bilateral yang
85
Ibid., hal. 40.
86
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Perjanjian Internasional, Jakarta: Tata Nusa, 2008, hal.
13.
ekstradisi penjahat, perjanjian bilateral yang terpisah ini akan menyatu dan
Akan tetapi hal ini menurut Fenwick C.G. dalam bukunya International
berbeda-beda.
pihak-pihak atau Negara pesertanya pada perjanjian tersebut lebih dari dua
Negara, yang mungkin dibuat dalam kerangka baik regional seperti Warsaw
bilateral ada dua kelompok yaitu perjanjian multilateral yang bersifat umum
yang lazim disebut perjanjian pembuat hukum (law making), dan walaupun
87
Ibid., hal. 14.
88
Ibid., hal. 15.
substansinya merupakan kaidah hukum yang khusus berlaku bagi para pihak
berlaku bagi Negara-Negara lain yang pada awalnya tidak ikut dalam proses
a. melahirkan kaidah hukum yang khusus berlaku bagi para pihak yang
hukum ini tidak berlaku bagi Negara atau peserta lain yang tidak berada
89
Ibid., hal. 16.
a. dalam bentuk satu bahasa, biasanya adalah bahasa yang disetujui kedua
b. dirumuskan dalam bentuk dua bahasa atau lebih tetapi hanya dirumuskan
dalam satu bahasa yang sah dan mengikat para pihak. Biasanya perjanjian
ini dirumuskan dalam bahasa inggris yang disepakati sebagai naskah yang
sah dan otentik serta mengikat para pihak. Sementara naskah dalam bahasa
yang sah, otentik, dan mempunyai kekuatan mengikat yang sama. Perjanjian
ini diwarnai oleh faktor politik yang cukup besar, sehingga setiap pihak
dirumuskan kedalam:
yang akan datang, perjanjian semacam ini tidak akan terjadi. Hal ini
kebiasaan Internasional.
sama sekali baru. Hal ini biasanya berkenaan dengan hal-hal yang baru dan
dari perjanjian adalah hal yang berkenaan dengan kegiatan dari organisasi
Internasional tersebut.
yang berlakunya berdasarkan hanya terbatas pada kawasan tertentu saja dan
tentang perjanjian Internasional, yang mulai berlaku pada tahun 1980. Pasal 2
antara dua Negara atau lebih, dengan tujuan mengadakan hubungan timbal balik
pihak bertemu dalam suatu forum atau tempat khusus membahas dan
yang dibentuk melalui dua tahap cukup sederhana dan cukup prosesnya.
90
I Wayan Parthiana, Op. Cit., hal. 221.
1. tahap Penjajagan
awal yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang berunding mengenai
2. tahap Perundingan
atas materi yang belum dapat disetujui dalam tahap penjajagan, juga digunakan
pemahaman akan maksud dan makna yang tertuang dalam ketentuan di dalam
perjanjian Internasional.
a. Judul
b. Konsiderans/preambule
91
Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya Direktorat Jenderal Hukum dan
Perjanjian Luar Negeri, Departemen Luar Negeri, Pedoman Teknis dan Referensi tentang
Pembuatan Perjanjian Internasional, 2006, hal. 12.
92
Ibid., hal. 15.
1) Definisi
2) Tujuan
3) Lingkup kerjasama
5) Pelaksanaan kerjasama
d. Penyelesaian sengketa/perbedaan
e. Amandemen/perubahan
h. Ketentuan penutup
bahasa Indonesia
disetujui.
Penerimaan merupakan hasil akhir yang telah disepakati para pihak yang akan
ditindaklanjuti dengan tahap penandatanganan. Pada tahap ini juga para pihak
pihak terhadap naskah perjanjian yang telah disepakati dan siap untuk
ditandatangani.
5. tahap Penandatanganan
perjanjian Internasional yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Hal ini
Hukum Indonesia
multilateral.
Indonesia menganut prinsip primat hukum nasional dalam arti bahwa hukum
dan menjadi hukum di Indonesia. Untuk itu melalui Surat Presiden No.
yang ditujukan kepada ketua Dewan Perwakilan Rakyat, dan telah menjadi
tahun.
dari surat presiden ini banyak terjadi penyimpangan sehingga perlu untuk diganti
Internasional.
macam bentuk perjanjian yaitu perjanjian yang penting yang berbentuk traktat
(treaties) dan yang kurang penting berbentuk persetujuan (agreements). Jadi ada
subjek hukum Internasional lain adalah suatu perbuatan hukum yang sangat
93
Boer Mauna, Op. Cit., hal. 167.
yaitu 94:
perjanjian tidak serta merta dapat diartikan sebagai pengikat para pihak terhadap
Dahulu full powers mempunyai arti yang sangat penting. Raja-raja dalam
Oleh karena komunikasi pada zaman dahulu susah dan perjalanan para utusan
memakan waktu yang cukup lama dan juga sulit untuk pulang balik berkonsultasi
maka kepada mereka raja memberikan kuasa penuh bukan saja untuk berunding
menyatakan bahwa wakil dari suatu Negara dalam suatu perundingan dapat
dibebaskan dari surat kuasa kalau memang demikian praktek dari Negara yang
bersangkutan. Demikian juga utusan yang tidak mempunyai full powers pun dapat
95
Boer Mauna, Op. Cit., hal. 100.
pemerintahnya 96.
bertindak mewakili dan atas nama Negaranya, tidak memerlukan kuasa penuh
Menteri Luar Negeri (Minister for Foreign Affairs, Secretary of State). Pejabat-
pejabat Negara ini tidak membutuhkan kuasa penuh dalam segala tindakannya
2. Kepala Misi Diplomatik, khusus dalam pembuatan dan pengikatan diri pada
kerjasama teknis sebagai pelaksanaan dari perjanjian yang sudah berlaku dan
materinya berada dalam lingkup kewenangan suatu lembaga Negara atau lembaga
96
Ibid., hal. 101.
97
I Wayan Parthiana, Op. Cit., hal. 225.
pemberitahuan ke DPR.
nasional Indonesia tidak serta merta. Hal ini juga memperlihatkan bahwa
sistem hukum yang berbeda dan terpisah satu dengan yang lainnya.
antar propinsi atau kota. Perjanjian Internasional mulai berlaku dan mengikat para
pihak setelah memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut 99.
99
Mochtar Kusumaatmadja, Op. Cit., hal. 121.
Internasional tersebut.
mengikat 100.
100
Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian, Wina, 23 Mei 1969, Pasal 14 ayat (1).
Setujunya suatu Negara terikat oleh suatu perjanjian dinyatakan dengan ratifikasi jika: (a)
perjanjian itu menentukan bagi setuju demikian ini dinyatakan dengan cara ratifikasi; (b) dengan
cara lain ternyata bahwa Negara-Negara yang berunding itu setuju bahwa ratifikasi harus
diperlukan; (c) wakil Negara telah menandatangani perjanjian itu harus diratifikasi; atau (d)
maksud Negara untuk menandatangani perjanjian yang harus diratifikasi itu nampak dari full
powers wakil-wakilnya atau dinyatakan selama perundingan.
Ratifikasi, tetapi perjanjian belum dapat dilaksanakan apabila tidak sesuai dengan
materi yang sama dengan yang ditentukan dalam perjanjian yang diratifikasikan
tersebut.
materi muatan yang harus diatur dalam undang-undang berisi hal-hal yang
mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945 yang meliputi hak-hak asasi manusia,
hak dan kewajiban warga Negara, pelaksanaan dan penegakan kedaulatan Negara
ini sama dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional mengenai hal apa saja dari perjanjian Internasional yang
kedaulatan, hak asasi manusia, wilayah Negara dan masalah keuangan Negara.
Hal lain adalah merupakan penjabaran lebih lanjut dan lebih spesifik dari muatan
yang terdiri atas lembaga Negara dan lembaga pemerintah, baik departemen
paling lambat 60 hari sejak surat presiden diterima. Untuk keperluan pembahasan
diperlukan 104.
khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna. Tata cara pembahasan
rancangan undang-undang tersebut diatur dengan Peraturan Tata Tertib DPR 105.
Rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden,
undang-undang 106.
103
Ibid., Pasal 20.
104
Ibid.
105
Ibid., Pasal 32 ayat (1), (5), (6), dan (7).
106
Ibid, Pasal 37.
perjanjian yang dibuat pemerintah dan mengikat seluruh warga Negara 107.
Internasional yang ditunjuk atau disebut secara tegas dalam surat perjanjian untuk
diplomatik, atau melalui cara lain sesuai dengan kesepakatan antara para pihak
dinyatakan bahwa naskah asli dalam bahasa asli dan terjemahannya dalam bahasa
107
Ibid., Pasal 14.
108
Ibid., Pasal 17.
109
Ibid.
undang tersebut.
ditempatkan dalam lembaran berita Negara agar setiap orang mengetahui, tidak
serta merta menjadikan pengaturan ini berlaku menjadi hukum nasional, masih
bidang ekstradisi dan MLA di Indonesia secara umum telah memiliki Undang-
dasar kerjasama Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain dalam bidang
110
“Kerjasama Internasional dalam Masalah Pidana”, stredoall.blogspot.com, terakhir kali
diakses pada 14 Oktober 2010.
Perjanjian Ekstradisi
2007;
Perjanjian MLA
MLA pada intinya dapat dibuat secara bilateral atau multilateral. MLA
bilateral ini dapat didasarkan pada perjanjian MLA atau atas dasar hubungan baik
timbal balik (resiprositas) dua negara. Sejauh ini, Indonesia sudah memiliki
beberapa perjanjian kerja sama MLA Bilateral dengan Australia, China, Korea
Selatan, dan Hong Kong SAR. Sementara itu, MLA Multilateral terangkum pada
MLA regional Asia Tenggara yang sudah ditandatangani hampir semua negara
Perjanjian Bilateral adalah perjanjian yang diadakan oleh dua buah negara
perjanjian yang diadakan oleh banyak negara dan sebagian dibawah pengawasan
internasional akan berlaku juga bagi negara-negara yang bukan peserta, tidak
diikat oleh perjanjian melainkan oleh hukum kebiasaan, walaupun formulasi akhir
dari hukum tersebut dalam perjanjian mungkin penting. Perjanjian yang bersifat
bilateral juga dapat mengikat pihak ketiga berdasarkan alasan yang sama dengan
internasional 112.
111
Ibid.
112
Teuku May Rudy, Hukum Internasional 2, Bandung: Refika Aditama, 2002, hal. 127.
yang berbentuk ‘persetujuan’. Istilah ini secara umum diartikan sama, namun
dalam hukum perjanjian internasional, terdapat perbedaan antar dua istilah ini.
a. Perjanjian 113
semacam itu mencerminkan suatu sifat kontraktual antara negara atau antara
negara saja, namun sekarang dapat dilakukan dalam bentuk antar pemerintahan
113
Menurut pasal 2 angka (1) huruf (a) Konvensi Wina tahun 1969 tentang hukum
Perjanjian, “Perjanjian” diartikan sebagai suatu persetujuan internasional yang dibuat antara
negara di dalam bentuk tertulis dan diatur oleh hukum internasional, apakah itu tersusun di dalam
satu instrumen tunggal, dua atau lebih instrumen yang terkait dan apapun bentuknya yang dibuat
secara khusus.
114
Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit., hal. 18.
kepala negara, tetapi dalam praktek sesudah itu menunjukkan bahwa perjanjian
dapat dibuat bukan saja dalam bentuk antar kepala negara, tetapi juga dalam
bentuk antar negara atau antar pemerintah. Perjanjian yang dibuat antar negara
agak sedikit resmi dibandingkan dengan perjanjian yang dibuat antar kepala
negara. Dalam hal ini yang digunakan bukan istilah “High Contracting
Parties” tetapi “Contracting Parties” atau “Contracting States 115” atau kadang-
kadang juga dipakai secara sederhana seperti “the Parties 116” atau “State
Parties”.
agak dikurangi dengan tidak memasukkan satu unsur resmi atau lainnya yang
Namun hal itu sudah merupakan kebiasaan bahkan dalam hal suatu perjanjian
Perjanjian yang dibuat oleh pemerintah negara juga kurang resmi. Para
115
Menurut pasal 2 angka (1) huruf (f) Konvensi Wina tahun 1969 tentang hukum
Perjanjian, “Negara Peserta” adalah suatu negara yang telah menyatakan kesepakatannya untuk
mengikatkan diri pada suatu perjanjian baik yang belum diberlakukan maupun yang sudah
diberlakukan.
116
Menurut pasal 2 angka (1) huruf (g) Konvensi Wina tahun 1969 tentang hukum
Perjanjian, “Pihak” adalah sesuatu negara yang telah menyatakan kesepakatannya untuk
mengikatkan diri pada suatu perjanjian, dimana perjanjian itu sudah berlaku.
ini mukaddimah perjanjian itu biasanya akan memuat suatu pernyataan tentang
b. Persetujuan
dengan satu perjanjian atau konvensi dan pada umumnya tidak dalam kerangka
lingkup lebih terbatas dan mempunyai pihak yang tidak banyak dibandingkan
dengan konvensi yang biasa. Instrumen semacam ini juga digunakan untuk
pendapat, dalam hal ini, pendapat dari dua atau lebih persona internasional
ditujukan untuk mendapatkan kewajiban dan yang tidak. Dalam arti yang
117
Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit., hal. 19.
antar pemerintah.
para pembuat perjanjian. Selama hal itu dapat digunakan untuk perjanjian
Perjanjian Atlantik Utara tahun 1951, maka persetujuan itu lebih bersifat
umum, digunakan untuk perjanjian bilateral yang sifatnya cukup baik dan
umum. Dalam praktek persetujuan semacam itu, dapat juga dilihat pada
persetujuan yang dibuat antara Indonesia dan Hong Kong SAR mengenai
Bentuk persetujuan ini diberikan untuk satu perjanjian yang dalam bentuk
instrumen tunggal dan yang pada umumnya berbeda dengan satu konvensi
yang berhubungan dengan masalah pokok yang bersifat lebih sempit dan
itu tergantung dari suasana apakah persetujuan antara kementrian semacam itu
tersendiri. 118
118
Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit., hal. 22-23.
dengan undang-undang.
Pengesahan atau ratifikasi 119 adalah hal yang diperlukan guna penguatan
masa depan negara dalam hal-hal tertentu, karena itu harus disahkan oleh
119
Menurut pasal 2 angka (1) huruf (f) Konvensi Wina tahun 1969 tentang hukum
Perjanjian, “Ratifikasi”, “penerimaan”, “pengesahan”, dan “aksesi”, dalam setiap kasus diartikan
sebagai tindakan internasional apapun namanya dimana suatu negara dalam taraf internasional
membuat kesepakatannya untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian.
120
Teuku May Rudy, Op. Cit., hal. 128.
121
Boer Mauna, Op. Cit., hal. 118.
negara untuk diikat suatu perjanjian dinyatakan dalam bentuk ratifikasi bila:
bentuk ratifikasi;
mengadakan ratifikasi;
kemudian.
mengenai MLA juga berpedoman pada UN Model Treaty of MLA tahun 1990,
MLA antara RI dan Hong Kong SAR terbentuk didasari hasrat untuk
Republik Rakyat Cina mengenai Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana,
Republik Rakyat Cina, mengenai Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana.
Perjanjian MLA dengan Hong Kong SAR dibuat karena didasari prinsip ‘one
country two systems’ yang berlaku di daerah administrasi khusus ini, dan
Hong Kong telah menjadi bagian dari wilayah Cina sejak zaman kuno,
diduduki oleh Inggris setelah perang Opium tahun 1840. Pada 19 Desember 1984,
122
Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government
of the Hong Kong Special Administrative Region of the People’s Republic of China concerning
Mutual Legal Assistance in Criminal Matters.
melanjutkan pelaksanaan kedaulatan atas Hong Kong yang berlaku sejak 1 Juli
1997, sehingga memenuhi aspirasi rakyat Cina untuk pemulihan Hong Kong 123.
123
The Basic Law of the Hong Kong Special Administrative Region of the People’s Republic of
China, April 1990.
total luas wilayah 1.092 km2, dimana 1.042 km2 luas daratannya, berada di
kawasan Asia Timur dengan berbatasan dengan Laut Cina Selatan di selatan dan
dengan wilayah Cina di utara. Hong Kong beriklim muson tropis, dimana
berhawa sejuk dan lembab di musim dingin, panas dan berhujan di musim semi
hingga musim panas, dan hangat serta cerah di musim gugur dengan sekali-sekali
Hong Kong berasal dari bahasa Canton “Heung Kong” yang berarti
perdagangan antara Cina dengan negara-negara Eropa Barat pada tahun 1884-
1950. Hong Kong ditemukan oleh pelaut Portugis, Jorge Alvares, tahun 1533, dan
sejak saat itu kapal-kapal Portugis sering berlabuh di sekitar Hong Kong. Pada
akhirnya Pulau Hong Kong diserahkan Kekaisaran Cina untuk selamanya (in
perpetuity) dan menjadi koloni Kerajaan Inggris melalui Perjanjian Nanking tahun
1842 setelah Perang Candu I. Pada tahun 1860, wilayah koloni Hong Kong
II. Daerah koloni Hong Kong semakin diperluas dengan disewanya wilayah-
124
Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi, ASIA, Internusa, Jakarta, 1990, hal. 72.
Kowloon dan Pulau Lantau) oleh Inggris selama 99 tahun. Masa sewa ini dimulai
pada tanggal 1 Juli 1898 dan berakhir pada tanggal 30 Juni 1997 dan dilakukan
menjadi pelabuhan dagang besar dan pelabuhan masuk bagi Cina. Namun
menetapkan embargo atas RRC sebagai akibat dari Perang Korea. Untuk
mengatasi masalah ini, Hong Kong segera membangun industri tekstil dan
mengambil tenaga buruh murah dari RRC. Industri tekstil ini menjadi tulang
keuangan dan perbankan. Kedua sektor ini akhirnya menjadi pendorong utama
tercapainya kemakmuran Hong Kong saat ini. Pada awal dasawarsa 1980-an,
dengan makin dekatnya akhir masa sewa New Territories, Inggris harus memulai
perundingan pengembalian Hong Kong ke RRC. Hal ini karena RRC telah
menyatakan tidak akan menyewakan New Territories lagi dan Pulau Hong Kong
menyewa New Territories (daerah terakhir setelah Pulau Hong Kong dan
Cina tahun 1997. Perundingan selanjutnya mengenai masa depan Hong Kong
dimulai tahun 1982 dan menghasilkan “Joint Declaration of the United Kingdom
of Great Britain and Northern Ireland and the Government of the People’s
kedaulatan Inggris atas Hong Kong berakhir setelah masa sewanya berakhir
tanggal 30 Juni 1997. Sejak saat itu, Hong Kong resmi dikembalikan ke Cina
tanggal 1 Juli 1997 pada pukul 00.00 waktu setempat setelah 1,5 abad berada
menegaskan untuk melaksanakan apa yang disebut sebagai “one country, two
systems” dan “Hong Kong People Ruling Hong Kong” khusus untuk wilayah
125
Laporan Pelaksanaan Tugas Kedinasan Konsul Kejaksaan KJRI Hong Kong SAR.
sosialis di Cina tidak akan dilaksanakan di Hong Kong, dan sistem kapitalis serta
gaya hidup di Hong Kong akan tidak berubah selama 50 tahun hingga 2047.
Dalam rangka menyusun sistem Pemerintahan Hong Kong SAR, Parlemen Cina
Kong SAR yang disebut Basic Law tanggal 4 April 1990 dan mulai berlaku 1 Juli
1997. Basic Law menggantikan Letters of Patent dan Royal Instruction yang
Berdasarkan Basic Law, Hong Kong SAR memiliki otonomi sangat luas
kecuali dalam masalah politik luar negeri dan pertahanan, serta berhak mengurus
sendiri eksekutif, legislatif, dan judikatif yang independen termasuk juga putusan
akhir pengadilan. Sistem sosial dan ekonomi, gaya hidup, hak-hak dan kebebasan
dijamin oleh Pemerintah RRC, bahkan sistem liberal/kapitalis di Hong Kong SAR
tetap dipertahankan selama 50 tahun. Urusan dalam negeri Hong Kong tidak bisa
dicampuri badan apapun dari RRC. Untuk menjamin ketentuan tersebut betul-
betul dilaksanakan, Pemerintah RRC membentuk “The Hong Kong and Macau
Affairs Office of the State Council” sebagai lembaga pengawas bagi pejabat-
pejabat Cina yang bertugas antara lain mengatur kunjungan pejabat pemerintah
126
Ibid.
Election Committee (EC), yang beranggotakan 800 orang (400 orang ditunjuk
Kong SAR yang disebut sebagai Chief Executive (CE). EC kemudian memilih
Tung Chee-hwa, seorang pengusaha kapal dan mantan anggota Executive Council
(EXCO), yaitu lembaga penasehat Gubernur Chris Patten urusan Hong Kong serta
Hong Kong SAR tanggal 11 Desember 1996 dan resmi dilantik sebagai CE Hong
Kong SAR pertama oleh Presiden RRC Jiang Jemin di Beijing tanggal 18
Desember 1996 dengan masa jabatan 5 tahun. Tung Chee-hwa kemudian terpilih
kembali pada pemilu yang diikuti 800 anggota EC tanggal 1 Juli 2002 untuk masa
c. Kekuasaan Legislatif
Alliance for the Betterment (DAB) 12 kursi (9 kursi dari pembagian geografis dan
2000), dan Partai Liberal 10 kursi (2 kursi dari pembagian geografis) dan
universal suffrage (pemilihan langsung oleh pemilih berusia tertentu). Fraksi pro-
2007 dan anggota LEGCO tahun 2008, sedangkan fraksi pro-pemerintah tak
RRC yang tidak ingin segera melaksanakan demokrasi penuh di Hong Kong.
yang terdiri dari 18 distrik yang memberikan saran pelaksanaan kebijakan di tiap
sebanyak 400 orang yang dipilih, 27 merupakan anggota ex-officio, dan 102 orang
ditunjuk. Sama dengan anggota LEGCO, District Councillors juga memiliki masa
d. Kekuasaan Yudikatif
Di bawah prinsip “one country, two systems”, sistem hukum Hong Kong
SAR berbeda dengan di RRC, dan berlandaskan pada “common law” yang
merupakan warisan Inggris dan menjadi elemen penting dari sistem hukum Hong
Kong SAR, dengan peradilan yang independen dari eksekutif dan legislatif.
Kong SAR yang diketuai Chief Justice, dengan anggotanya terdiri dari 3 orang
hakim tetap dan suatu panel yang terdiri dari 8 hakim Hong Kong tidak tetap dan
9 hakim tidak tetap dari jurisdiksi common law lain. Peraturan-peraturan hukum
referensi atau mengundang hakim asing untuk berpartisipasi dalam proses hukum
b. Pengadilan Tinggi (High Court) yang terdiri dari Pengadilan Banding (Court of
(Family Court).
(selain film dan tayangan televisi) yang akan diedarkan di Hong Kong.
Kong. Pengadilan Banding Akhir memiliki tiga orang hakim tetap dan suatu panel
yang terdiri dari delapan hakim tidak tetap dari Hong Kong dan sembilan hakim
tidak tetap dari jurisdiksi common law lain. Basic Law sendiri dapat
diinterpretasikan oleh Komite harian Kongres Rakyat Nasional RRC dan hak ini
kategori yaitu solicitor dan barrister. Sebagian besar penasehat hukum di Hong
Kong masuk dalam kategori solicitor dan memiliki lisensi serta diatur oleh Law
Society of Hong Kong. Barrister dilisensi dan diatur oleh Hong Kong Bar
Association dan hanya barrister yang berhak masuk ke Pengadilan Banding Akhir
dan Pengadilan Tinggi. Seperti di Inggris pula, tradisi pengadilan di Hong Kong
mewajibkan hakim, jaksa, dan penasehat hukum memakai wig dan jubah 127.
Politik One Country Two Systems Cina adalah politik yang diterapkan di
secara khusus 128, walaupun Hong Kong tersebut adalah wilayah Cina yang baru
lainnya. Artinya segala sesuatunya yang akan ditetapkan di Hong Kong berbeda
bentuknya dan sistemnya dari wilayah Cina lainnya. Inilah yang menyebabkan hal
Politik satu negara dua sistem ini dapat dilihat dari berbagai bentuk dan
127
Ibid.
128
Rene L. Pattiradjawane, seminggu Penyerahan Hong Kong kepada Cina, Harian
Kompas, 26 Juni 1997.
sejak tanggal 1 Juli 1997, setelah acara penyerahan wilayah Hong Kong kepada
Cina. Formulasi kebijakan RRC pada awalnya dimulai tahun 1950-an. Ketika itu
Perdana Menteri Zhou Enlai di depan sidang Kongres Rakyat Nasional (KRN)
pada bulan Mei 1995; mengatakan ada dua alternatif yang terbuka bagi rakyat
Cina untuk menyelesaikan masalah Taiwan melalui cara perang atau cara damai.
dikenal dengan reunifikasi damai dan satu negara dua sistem. Dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan Taiwan ini. Sebab setelah reunifikasi Taiwan bisa
khusus. Hal ini pula yang dijalankan di Hong Kong sebagai satu daerah
administrasi khusus.
Semangat “Reunifikasi secara Damai” dan “Satu Negara Dua Sistem” ini,
adalah komponen paling penting dalam teori dan praktek membangun sosialisme
ala Cina, serta menjadi kebijakan dasar pemerintah RRC. Setidaknya ada empat
1. Hanya ada satu Cina di dunia dan Taiwan adalah bagian yang tidak
terpisahkan.
3. Derajat otonomi yang tinggi, dimana setelah Reunifikasi Taiwan akan menjadi
4. Negosiasi damai sebagai bagian dari aspirasi seluruh rakyat Cina untuk
juga dengan beberapa konflik tidak langsung, gagasan “Satu Negara Dua Sistem”
ini dianggap sebagai sasaran jangka panjang dalam rangka Reunifikasi Taiwan 129,
bersamaan dengan berakhirnya masa sewa Inggris atas Hong Kong, Pulau
Kowloon, dan atas seluruh wilayah Hong Kong lainnya. Kesepakatan yang
tidak akan berubahnya bakal bekas koloni Inggris ini selama 50 tahun.
Sebagai teori unifikasi Cina, “Satu Negara Dua Sistem” menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari deklarasi bersama antara Cina-Inggris serta “Basic
129
Dewa Made Sastrawan, Menguji Kebijaksanaan “Satu Negara Dua Sistem”.
Kong). Ada dua pokok penting dalam teori “Satu Negara Dua Sistem” ini yaitu :
tahun pada abad mendorong, maka dalam 50 tahun, ini bukan sesuatu asal sebut,
muncul dari luapan emosi. Lima puluh tahun adalah hasil yang sudah
bagian dari program jangka panjang reunifikasi Cina dengan tiga wilayah di
sekitarnya, yaitu Hong Kong, Makao (yang menjadi kedaulatan Cina setelah
diserahkan Portugal pada tahun 1999), serta Taiwan. Masalah Taiwan bagi Cina
akan menjadi bagian yang paling sulit untuk diselesaikan, karena berbeda dengan
Hong Kong dan Makao. Jika Hong Kong dan Makao adalah bagian dari politik
Prinsip satu negara dua sistem yang dijadikan kebijakan dasar pemerintah
Cina. Ciri-ciri utama Sosialisme ala Cina ini ditujukan untuk membawa Cina ke
130
Ibid.
wilayahnya adalah prinsip satu negara dua sistem ini belum pernah di lapangan,
dan masih berupa teori yang belum pernah diaplikasikan. Akibatnya, banyak
pertanyaan yang muncul tentang apa yang membedakan Hong Kong, kawasan
kedaulatan Cina pasca 1 Juli 1997 dengan Zona Ekonomi Khusus (ZEK) yang ada
di daratan Cina, seperti Shenzen, Zhultai, Xiamen, Pudong Pulau Hainan dan
lainnya 131.
seperti Tibet, Xinjiang, di bagian Barat RRC, serta Mongolia dalam. Ada
a. Otonomi Wilayah
Hong Kong SAR pada saat terbentuk 1 Juli 1997, adalah sebuah kawasan
pusat. Sebagai sebuah kawasan khusus, Hong Kong SAR akan mempunyai
dalam kebijaksanaan ekonomi saja, dan tidak mempunyai derajat otonomi yang
tinggi. Perbedaan yang lain adalah Hong Kong SAR akan tetap menjalankan
131
Rene L. Pattiradjawane, Laporan dari Hong Kong, Seminggu sebelum Penyerahan
Wilayah, Kompas, Juni 1997.
sebuah Tim Eksekutif pada 1 Juli 1997. Organ eksekutif di Hong Kong
supervisi.
Administratif Khusus dengan derajat otonomi yang tinggi, bukan karena para
penguasa di Beijing melihat Hong Kong sebagai sebuah negara bekas jajahan,
tetapi karena melihat Hong Kong sebagai kawasan ekonomi Internasional yang
metropolis.
b. Integrasi Parsial
secara Internasional bagi Hong Kong di bawah prinsip “satu negara dua
sistem” 132. Hong Kong adalah sebuah entitas, tapi bukan sebuah negara. Hong
mempunyai derajat otonomi yang tinggi. Hong Kong bukan anggota konvensional
panggung internasional.
berubah selama 50 tahun, dan muncul pertanyaan kembali, apakah Hong Kong
132
Ibid.
penduduknya.
(ADB). Polemik lain yang muncul adalah jika Hong Kong SAR, yang terlibat
masalah yurisdiksi dan legislatif Hong Kong SAR pasca Juli 1997, akan
Kong SAR pasca 1 Juli 1997. Tidak ada undang-undang Cina yang bisa
mengkhawatirkan bahwa peradilan Hong Kong pasca Juli 1997 akan banyak
dipengaruhi oleh RRC. Berdasarkan adanya dua sistem ini, permasalahan yang
sistem” lebih mudah digapai dalam teori dibanding dalam mempraktekkannya 133.
Dua entitas yang berbeda, satu dari sebuah masyarakat kapitalis maju yang
dipacu atas dasar kekuasaan hukum dan satunya pada tingkat awal perkembangan
kapitalis yang didorong oleh kekuasaan orang, disatukan dalam kerangka kerja
Memang masih harus dilihat lebih lanjut apakah integrasi secara parsial
dengan daratan Cina ini akan tetap mempertahankan dasar-dasar kesatuan sistem
di Hong Kong.
Basic Law dapat diartikan sebagai hukum dasar. Namun arti sesungguhnya
adalah hukum yang akan dipergunakan di wilayah Hong Kong SAR akan berbeda
dengan negara induknya, Cina. Mengenai penerapan gagasan “satu negara dua
sistem” sesuai dengan sistem Hukum Hong Kong ditegaskan kembali bahwa
Presiden dan Sekjen PKC serta ketua komisi militer pusat, Jiang Zemin
Kong akan bertindak sesuai dengan Basic Law, sebagai contoh ia mengatakan,
“Kalau saya ke Hong Kong, maka saya harus tunduk kepada undang-undang
Hong Kong”.
133
Rhoda Mushkat, “One Country Two International Legal Personality, Hong Kong
University, 1996.
134
Far Eastern Economic review magazine, Juni 1997.
dijaga oleh Cina sebagai pusat bisnis dunia. Pernyataan dan penegasan ini menjadi
Dalam penyelesaian masalah Hong Kong, ada dua dokumen yang sangat
menentukan apakah gagasan “satu negara dua sistem” dapat diejawantahkan pasca
b. Basic Law.
menyelesaikan masalah Hong Kong sebagai persoalan yang tersisa dari sejarah,
dan Basic Law merupakan dokumen legal RRC yang diputuskan sesuai dengan
konstitusi negara tersebut. Basic Law dalam bentuk Hukum mewakili pemulihan
kedaulatan Cina atas Hong Kong dan administrasi setelah 1997, sesuai dengan
dan stabilitas Hong Kong. Pencapaian hal tersebut harus didasarkan pada
mekanisme satu negara dua sistem, serta serangkaian kerja kebijakan khusus yang
Secara isi, Basic Law mulai dari awal sampai akhir memanifestasikan
prinsip “satu negara dua sistem”, rakyat Hong Kong memerintah Hong Kong serta
Kong SAR, Basic Law, menetapkan dalam asumsi untuk menjaga kedaulatan
kapitalis dan gaya hidup Hong Kong yang ada sekarang ini tidak akan berubah
selama 50 tahun.
Hong Kong, dan masalah luar negeri maupun masalah lainnya yang ditetapkan
oleh undang-undang. Segala kekuasaan yang bisa diserahkan kepada Hong Kong
SAR, yang merupakan sebuah otonomi dengan derajat tinggi yang belum pernah
ada presidennya.
Umpan balik dan pernyataan dari Cina, tentang Otonomi Hong Kong
dalam prinsip satu negara dua sistem, tetap juga membawa dampak kekhawatiran.
Dengan asumsi bahwa Hong Kong akan mengalami intervensi yang sama seperti
Tibet, Cina akan menentukan pemerintahan Hong Kong. Artinya, para pemimpin
Sistem Sosialis akan memilih pemimpin-pemimpin dari sistem kapitalis, dan hal
ini sangat bertentangan dengan semangat “satu negara dua sistem” 135.
Secara luas, jaminan tidak akan berubahnya Hong Kong setelah menjadi
kedaulatan Cina telah ditegaskan oleh Presiden Jiang Zemin. Tidak ada yang baru
sejauh berkaitan dengan jaminan para pemimpin Cina atas masa depan Hong
Cina sudah dimulai sejak 1 Juli 1997, sampai paling tidak selama 50 tahun
135
Ibid.
SAR tersebut.
4. Infrastruktur
RRC ? Basic Law Hong Kong SAR tidak secara mendalam membahas masalah
ini. Pasal 119 menyebutkan Pemerintah Hong Kong SAR akan memformulasikan
Hubungan yang tidak serasi antara Inggris dan Cina, seperti tertundanya
Hong Kong. Salah satu contohnya adalah penolakan Beijing untuk menyetujui
jardine.
Salah satu proyek infrastrukturnya adalah Bandara Check Lap Kok, senilai
diperkirakan akan selesai pada tahun 1998. Bandara baru Check Lap Kok ini
Kong, Wilson pada bulan Oktober 1989. Sebagai langkah kepercayaan menjelang
sebagai suatu komplotan untuk mengalihkan dana keluar dari Hong Kong. Bank
pun menolak untuk mendanai mega proyek ini menunggu sampai ada dukungan
dari RRC. Dukungan dari Cina muncul tahun 1994 yang sepakat untuk mendanai
Infrastruktur ini memang sangat penting bagi Hong Kong, melihat posisi
Hong Kong sebagai negara transit internasional. Infrasruktur ini yang akan
5. Pelabuhan Bebas
Kong dari Inggris ke daulatan Cina, Cina sudah mengakui Hong Kong pelabuhan
bebas dengan ciri-cirinya sendiri. Sebuah pelabuhan bebas selalu mengacu kepada
kawasan ekonomi yang terbuka terhadap dunia luar dan bebas bagi keluar masuk
barang dan industri dunia. Hal ini termasuk bebas untuk mendirikan perusahaan
bebas berdagang, bebas pengapalan, bebas pertukaran mata uang, dan bebas arus
Ciri-ciri Hong Kong sebagai pelabuhan bebas antara lain adalah besarnya
wilayah derajat keterbukaan yang tinggi, fungsi-fungsi yang saling terkait, serta
kekuatan ekonomi yang besar. Sebagai pelabuhan yang bebas, wilayah yang
tercakup termasuk pulau Hong Kong, Kowloon, dan New Teritories. Pelabuhan
Belanda.
Derajat tingkat keterbukaan Hong Kong tercermin dengan arus bebas dari
segala jenis modal dan kapital, yang bisa diinvestasikan di segala jalur bisnis dan
industri. Selain itu Hong Kong juga memiliki struktur ekonomi yang
sebagai pusat bisnis dunia yang telah dirintis sejak pendudukan Inggris, memang
dalamnya. Bahkan bukan hanya kepentingan Cina saja, tetapi sudah sampai
Cina ibarat seekor naga yang baru akan bangun dari tidurnya, sehingga di
masa yang akan datang, geliatnya pasti akan membawa perubahan kedudukan
Hong Kong SAR dinilai sebagai langkah yang tepat dalam usaha menjaga posisi
Hong Kong dari negara-negara saingannya. Politik “One Country Two Systems”
Cina dalam mempertahankan Hong Kong sebagai pusat bisnis dunia dinilai akan
mampu dijalankan secara praktek bukan secara teori saja diterapkan. Paling tidak
sebelum dan sesudah penyerahan kepada Cina ditinjau dari Hukum Ekonomi
Internasional masih akan tetap dipertahankan, bahkan bukan tidak mungkin akan
lebih dari saat sebelum penyerahan Hong Kong. Kunci keberhasilannya adalah
“Otonomi daerah Hong Kong SAR yang diberikan secara penuh oleh Cina untuk
atas wilayah Hong Kong sebagai suatu perjanjian yang sah sebagaimana biasanya
perjanjian berakhir.
Namun, jika dilihat dari segi politik dan sejarahnya, perjanjian antara
Inggris dengan Cina adalah perjanjian khusus, sebab setelah selesainya perjanjian
kedua negara induk, Cina masih harus mengadakan perjanjian dengan otoritas
Hong Kong yang diatur dalam joint declaration, dimana segala bentuk
peninggalan Inggris yang ada di Hong Kong masih akan dipertahankan setidak-
tersebut hanya sebatas kepada penyerahan wilayah saja, tidak kepada seluruh
wilayah dilakukan tidak seunik dan seistimewa perjanjian wilayah Hong Kong.
asal. Hanya wilayahnya saja, dan dinyatakan bahwa segala sesuatunya akan
pidana korupsi yang dipimpin oleh Wakil Jaksa Agung RI yang berkunjung ke
kerjasama semacam ini antara kedua negara dalam masalah pidana sehingga
pertemuan dengan John Hunter dari Department of Justice Hong Kong dalam
Legal Assistance in Criminal Matters. Dan selanjutnya pada 27-28 Februari 2006
Agung RI di Jakarta. Dalam pertemuan tingkat teknis tersebut pihak Hong Kong
diwakili oleh Ms Amelia Luk, Deputy Law Officer, Mr. John Hunter Deputy
Criminal Matters antara Pemerintah Hong Kong SAR dan Pemerintah RI, sesuai
Dephukham, Kejagung dan Polri, sementara delegasi Hong Kong diwakili oleh
pemerintah RI-Hong Kong SAR yang dirintis oleh Tim Pemburu Koruptor yang
pertemuan yang bersifat teknis dan non formal, akhirnya Konsul Kejaksaan
perjanjian dari Jaksa Agung RI dan surat dukungan dari Menhukham No.
wakil dari Pemerintah RI dengan Secretary for Justice, Wong Yan Lung, wakil
belah pihak seperti Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional Deplu RI, Dirjen
Ministry of Foreign Affairs of the People’s Republic of China in the Hong Kong
SAR, Acting Konsul Jenderal RI di Hong Kong, wakil PPATK Indonesia, wakil
NCB Interpol kedua pihak, dan wakil Security Bureau Hong Kong SAR.
of Anti Corruption Authority) di Bali pada Nopember 2007, namun pihak Hong
Kong belum mendapat persetujuan tertulis dari Pemerintah Cina, sejalan dengan
azas “one country two system” yang dianut mereka, akhirnya dengan dukungan
Beijing, persetujuan didapatkan dan acara ini dapat terlaksana dengan baik. 136
Hong Kong Daerah Administratif Khusus (Hong Kong SAR), dan Jaksa Agung
136
Jan Samuel Maringka, Memorandum Serah Terima Jabatan Konsul Kejaksaan pada
KJRI Hong Kong SAR, 30 Juni 2008.
dengan negara lain yang telah ditandatangani guna memfasilitasi kerjasama untuk
memerangi kejahatan serius. Hal ini akan memungkinkan untuk berbagai bantuan
timbal balik yang akan ditawarkan dalam penyelidikan dan penuntutan tindak
pidana dan dalam proses yang berkaitan dengan masalah pidana. Persetujuan ini
berisi semua fitur penting dan perlindungan untuk perjanjian internasional jenis
ini.
a. Pelayanan dokumen;
b. Pengambilan bukti;
bantuan;
Perjanjian ini akan mulai berlaku 30 hari setelah tanggal di mana kedua
masing-masing telah dipenuhi. Sejauh ini, Hong Kong SAR telah menandatangani
Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Selandia Baru, Italia, Korea, Swiss, Kanada,
tentang Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana dituangkan dalam
bantuan, berada dalam yurisdiksi pejabat berwenang dari pihak Peminta. Bantuan
juga dapat diberikan dalam kaitan dengan kejahatan yang bertentangan dengan
hukum di bidang perpajakan, bea cukai, pengawasan valuta asing atau masalah
pendapatan lainnya, tetapi tidak dalam kaitan dengan proses persidangan non-
Bantuan meliputi:
d. Penyampaian dokumen;
f. Membuat pengaturan bagi orang untuk membuat bukti atau bantuan dalam
137
Perjanjian MLA HKSAR dan RI, www.cifor.cgiar.org/ilea, diakses terakhir kali pada
11 Oktober 2010.
kejahatan; dan
h. Bantuan lain yang dianggap perlu oleh pihak Peminta dan sesuai dengan
Permintaan bantuan hukum timbal balik diproses oleh otoritas sentral dari
para pihak, yaitu Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dari Republik Indonesia
dan Menteri Kehakiman atau pejabat yang ditunjuknya dari Daerah Administrasi
Khusus Hong Kong. Otoritas sentral dapat diganti dengan pemberitahuan sesegera
melalui sarana lain yang dapat menghasilkan catatan tertulis dengan ketentuan
diperbolehkan oleh hukum pihak Diminta, permintaan dapat dibuat secara lisan,
138
Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government
of the Hong Kong Special Administrative Region of the People’s Republic of China concerning
Mutual Legal Assistance in Criminal Matters, Article 1.
139
Ibid., Article 2.
140
Ibid., Article 4.
alasan-alasan tersebut;
ketertiban umum atau kepentingan utama dari Republik Indonesia atau untuk
Cina atau bagian dari padanya atau kepentingan utama dari Daerah
141
Ibid., Article 5.
bantuan dapat, atau mungkin dapat merugikan keamanan seseorang, apakah orang
tesebut berada di dalam atau di luar wilayah pihak Diminta; atau bantuan akan
memberikan beban lebih bagi sumber daya pihak Diminta. Namun, bantuan tidak
dapat ditolak semata-mata dengan alasan kerahasiaan bank dan lembaga keuangan
sejenis atau bahwa kejahatan tersebut juga dianggap melibatkan masalah fiskal 142.
timbal balik dalam masalah pidana ini, meliputi: pengembalian barang kepada
pihak Diminta (pasal 8), kerahasiaan dan pembatasan penggunaan (pasal 9),
kemungkinan orang dalam tahanan (pasal 12) atau orang lain (pasal 13) untuk
dokumen dan catatan lain yang terbuka bagi umum (pasal 15), pencarian dan
penyitaan (pasal 16), hasil kejahatan (pasal 17), sertifikasi dan pengesahan (pasal
18), perwakilan dan biaya (pasal 19), penyelesaian perselisihan (pasal 20), dan
22).
142
Ibid., Article 6.
Pidana, yang diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 45/117, kemudian diubah
bantuan hukum timbal balik, dan mengingat pula resolusi 23 dari Kongres
Ketujuh, pada tindak pidana yang bersifat/ berkarakter teroris, di mana semua
perjanjian bilateral dan multilateral untuk bantuan timbal balik dalam masalah
setiap orang yang terlibat dalam proses pidana, sebagaimana yang termaktub
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional tentang
dalam masalah pidana sebagai cara yang efektif untuk menangani aspek kompleks
baru dan dimensi, sehingga UN Model Perjanjian dibuat sebagai kerangka kerja
yang berguna sebagai bantuan bagi Negara yang berminat dalam proses negosiasi
Bantuan timbal balik yang akan diberikan sesuai dengan Perjanjian ini
meliputi143:
b. Membantu dalam ketersediaan orang yang ditahan atau orang lain untuk
relevan dan catatan, termasuk catatan bank, keuangan, perusahaan atau bisnis
rekaman 144.
143
Penambahan ruang lingkup bantuan yang akan diberikan seperti ketentuan yang
mencakup informasi tentang kalimat disampaikan warga negara Para Pihak, dapat dianggap
bilateral. Jelas, bantuan tersebut harus sesuai dengan hukum Negara yang Diminta.
144
UN Model Treaty of MLA, Annex 1, Article 1 no.2.
145
Ibid., Article 1 no.3.
orang tersebut;
b. Penegakan hukum bagi pelaku yang berada di Negara yang Diminta, dikenakan
putusan pidana di Negara Peminta kecuali sejauh yang diijinkan oleh hukum
menunjukkan kepada Pihak lain otoritas sentral atau kewenangan oleh atau
melalui yang meminta untuk tujuan ini Perjanjian harus dibuat atau diterima. 146
b. Kejahatan tersebut dianggap oleh Negara Diminta sebagai suatu yang bersifat
politik;
c. Ada alasan kuat untuk meyakini bahwa permohonan bantuan telah dibuat untuk
tujuan penuntutan seseorang atas ras, jenis kelamin, agama, kebangsaan, asal
etnis atau pendapat politik atau bahwa posisi orang itu mungkin akan dapat
146
Ibid., Article 3.
147
Beberapa negara mungkin memiliki keinginan untuk menghapus atau mengubah
beberapa ketentuan atau menyertakan lainnya alasan untuk penolakan, seperti yang berkaitan
dengan sifat pelanggaran (misalnya fiskal), sifat dari hukuman yang berlaku (misalnya hukuman
mati), persyaratan konsep bersama (misalnya yurisdiksi ganda, tidak ada selang waktu) atau jenis
tertentu dari bantuan (misalnya intersepsi telekomunikasi, melakukan tes asam deoksiribonukleat
(DNA)).
Negara Diminta atau penuntutan yang ada pada Negara Peminta akan
langkah wajib yang akan tidak konsisten dengan hukum dan praktik yang telah
Ketentuan lain yang diatur dalam UN Model Perjanjian ini antara lain
meliputi: isi (pasal 5) dan pelaksanaan permintaan (pasal 6), pengembalian barang
kepada pihak Diminta (pasal 7), kerahasiaan dan pembatasan penggunaan (pasal
13) atau orang lain (pasal 14) untuk memberikan bukti atau menyediakan bantuan,
tindakan penjagaan (pasal 15), dokumen dan catatan lain yang terbuka bagi umum
(pasal 16), pencarian dan penyitaan (pasal 17), hasil kejahatan (pasal 18),
sertifikasi dan pengesahan (pasal 19), biaya (pasal 20), penyelesaian perselisihan
148
Ibid., Article 4.
b. Negara Peminta, harus menjaga rahasia dan menyimpan bukti informasi yang
dalam permintaan.
1. Seseorang yang dipanggil untuk wajib memberikan bukti pada Negara yang
diminta atau meminta dapat menolak untuk memberikan bukti di mana baik:
menolak memberikan bukti dalam kondisi yang sama dalam proses yang
b. Hukum Negara Peminta izin atau mewajibkan orang tersebut untuk menolak
memberikan bukti dalam kondisi yang sama dalam proses yang berasal dari
Negara Peminta.
2. Jika seseorang mengklaim bahwa ada hak atau kewajiban untuk menolak untuk
memberikan bukti menurut hukum Negara lain, Negara di mana orang tersebut ini
149
Ketentuan yang berkaitan dengan kerahasiaan akan menjadi penting bagi banyak
negara tetapi dapat menghadirkan masalah kepada orang lain. Sifat ketentuan dalam perjanjian
individu dapat ditentukan dalam negosiasi bilateral.
berwenang dari Negara lainnya sebagai bukti adanya atau tidak adanya hak atau
kewajiban 150.
tertentu.
Perjanjian MLA yang dibuat antara RI dengan Hong Kong SAR di tahun
2008, merupakan perjanjian MLA RI pertama yang telah memiliki dasar hukum
tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik dalam masalah Pidana. Perjanjian MLA
RI sebelumnya, yaitu dengan Australia, Cina, dan Korea Selatan, didasari asas
HKSAR lebih luas ruang lingkupnya dalam pasal 1 nomor (3) dimana bantuan
juga dapat diberikan dalam kaitan dengan kejahatan yang bertentangan dengan
150
Beberapa negara mungkin ingin memberikan bahwa saksi yang bersaksi dalam
meminta Negara tidak dapat menolak untuk bersaksi atas dasar hak istimewa yang berlaku di yang
diminta Negara.
151
Pada ketentuan Peralihan UU RI No. 1 tahun 2006 yang tertuang dalam pasal 59, pada
saat UU ini mulai berlaku: (a) semua perjanjian Bantuan yang telah diratifikasi sebelum
berlakunya UU ini dinyatakan tetap berlaku; (b) semua permohonan bantuan yang diajukan baik
berdasarkan perjanjian maupun tidak, tetap diproses sepanjang tidak bertentangan dengan UU ini.
pendapatan lainnya, tetapi tidak dalam kaitan dengan proses persidangan non-
cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini 153.
tahun 2006 tidak mencamtumkan secara jelas dalam pasal tertentu, hal ini hanya
dasar hukum bagi Menteri yang bertanggung jawab di bidang hukum dan hak
pidana kepada negara asing maupun penanganan permintaan bantuan timbal balik
152
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1981, pasal 1 angka (2).
153
Ibid., pasal 1 angka (5).
Authority (otoritas sentral) ini diatur pada pasal 4, dimana otoritas sentral dari
para Pihak bertugas memproses permintaan bantuan hukum timbal balik sesuai
dengan ketentuan dalam Persetujuan ini. Otoritas sentral dari RI adalah Menteri
Hukum dan HAM, sedangkan dari HKSAR adalah Menteri Kehakiman atau
HKSAR.
menunjukkan kepada Pihak lain otoritas sentral atau kewenangan oleh atau
melalui yang meminta untuk tujuan Perjanjian ini harus dibuat atau diterima. 154
barang kepada pihak Diminta. Apabila diminta oleh Pihak Diminta, Pihak
Sebagian besar struktur dan isi perjanjian MLA RI-HKSAR terdapat pada
154
Negara mungkin ingin mempertimbangkan untuk komunikasi langsung antara pusat
berwenang dan bagi pemerintah pusat untuk memainkan peran aktif dalam memastikan cepat
pelaksanaan permintaan, pengendalian kualitas dan menetapkan prioritas. Negara juga mungkin
ingin setuju bahwa pemerintah pusat tidak saluran eksklusif untuk bantuan antara para Pihak dan
bahwa pertukaran langsung informasi harus mendorong sejauh yang diijinkan oleh hukum
nasional atau pengaturan.
yang mana beberapa ketentuannya tidak tercantum dalam perjanjian MLA antara
39);
155
Izin transit diperuntukkan bagi saksi yang berstatus sebagai tahanan atau narapidana
paling lama 12 (dua belas) jam.
54).
beberapa hal, perjanjian MLA RI-HKSAR lebih merinci apa-apa yang disebutkan
a. Harta senilai jumlah harta dan keuntungan lain yang berasal dari kejahatan;
b. Harta yang berasal atau terbentuk secara langsung atau tidak langsung dari
kejahatan;
adalah bahwa biaya melaksanakan permintaan harus ditanggung oleh Negara yang
diminta, kecuali ditentukan lain oleh Para Pihak. Jika biaya dari sebuah
156
Ketentuan lebih rinci dapat dimasukkan. Sebagai contoh, Negara Diminta akan
mengeluarkan biaya memenuhi permintaan bantuan kecuali bahwa Negara Peminta akan
menanggung (a) biaya luar biasa yang diperlukan untuk memenuhi permintaan tersebut, dimana
diperlukan oleh negara Diminta dan tunduk pada konsultasi sebelumnya, (b) biaya yang
berhubungan dengan transfer orang ke atau dari wilayah Negara Diminta, dan setiap biaya,
tunjangan atau biaya yang dibayar kepada orang itu sedangkan dalam Negara Peminta berdasarkan
permintaan berdasarkan Pasal 11, 13 atau 14; (c) biaya yang berhubungan dengan petugas yang
menyampaikan kustodian atau mengawal, dan (d) beban yang terlibat dalam memperoleh laporan
ahli.
a. Biaya perjalanan dan akomodasi serta uang saku orang yang menyediakan
bantuan sesuai dengan permintaan yang dibuat berdasarkan Pasal 11, 12, atau
13 persetujuan ini;
c. Bayaran dan biaya untuk ahli dan mereka yang terlibat dalam penerjemahan
dokumen.
RI, meskipun hanya berbentuk persetujuan yang dapat berlaku setelah exchange
A. Kesimpulan
transnasional.
MLA berdasarkan Konvensi Wina tahun 1969 pada intinya dapat dibuat
China, Korea, dan Hong Kong SAR. Sementara itu, MLA Multilateral
MLA dibuat dalam bentuk ‘perjanjian’, namun ada juga yang berbentuk
antar kepala negara, melainkan juga antar kepala negara atau antar
tunggal dan bersifat lebih spesifik dari perjanjian, misal antar kementrian
undang-undang.
sebagian besar pada UN Model Treaty of MLA dalam bentuk dan isinya,
lanjutannya. Meskipun telah ada MLA antara Indonesia dan Cina, namun
MLA antar Indonesia dan Hong Kong SAR tetap dibuat mengingat
keberadaan Hong Kong SAR dalam Cina dengan prinsip one country two
Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal balik dalam Masalah Pidana, perlu
Authority.
hukum atas warga negaranya yang berada di negara lain, serta dalam
sebagian besar pada UN Model Treaty of MLA dalam bentuk dan isinya,
keberadaannya, antara Indonesia dan Hong Kong SAR pada April 2008,
sampai saat ini masih dalam tahap ratifikasi RUU. Sebaiknya pemerintah
umumnya.