Anda di halaman 1dari 31

HUKUM PERJANJIAN

INTERNASIONAL

DR. NANIK TRIHASTUTI,SH.,MHUM.


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SUMBER BACAAN
Malcolm N. Shaw , 2013, Hukum Internasional, Penterjemah : Dera Sri
Widowatie,Imam Baehaqi, dan M. Khozim, Bandung: Nusa Media
Damos Dumoli Agusman , 2010, Hukum Perjanjian Internasional : Kajian
Teori dan Praktik Indonesia, Jakarta : Refika Aditama
_______, Treaties Under Indonesia Law
Eddy Pratomo, 2011, Hukum Perjanjian Internasional : Pengertian, Status
Hukum dan Ratifikasi, Bandung : Alumni
_______, Hukum Perjanjian Internasional : Dinamika dan Tinjauan Kritis
Terhadap Politik Hukum Indonesia, Jakarta : Elex Media Komputindo
Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional : Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam
Era Dinamika Global, Bandung : Alumni
Konvensi Wina Tahun 1969 tentang Perjanjian Internasional
Konvensi Wina 1986 ttg PI dan OI
Konvensi Wina 1978 ttg Suksesi Negara terkait PI
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
Putusan MK atas Uji Materi UU No.24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
(Putusan Perkara No. 13/PUU-XVI/2018)
Putusan Nomor 33/PUU-IX/2011 mengenai Pengujian Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2008 tentang Pengesahan Piagam ASEAN
Materi Hukum Perjanjian Internasional
1. PENGANTAR- Definisi , Klasifikasi dan Ruang Lingkup Perjanjian
Internasional
2. Penggunaan Nomenklatur dalam Perjanjian Internasional
3. Pembuatan Perjanjian Internasional
4. Pengikatan Perjanjian Internasional (Consent to be Bound)
5. Praktik Pembuatan dan Ratifikasi Perjanjian Internasional di
Indonesia
6. Review terhadap Putusan MK Terkait PI
7. Pensyaratan Perjanjian Internasional (Reservasi)
8. Penundukan/Pentaatan, Penerapan dan Penafsiran terhadap Suatu
Perjanjian Internasional
9. Perubahan Perjanjian Internasional
10.Penangguhan dan ketidakberlakuan, Pengakhiran Suatu
Perjanjian
11.Penyimpanan dan Publikasi Naskah Perjanjian Internasional
12. Suksesi Negara dan Pemberlakuan Perjanjian Internasional
13. Pengakhiran Perjanjian Internasional
14. Kapasitas Organisasi Internasional Dalam Pembuatan PI
15.Integrasi Perjanjian Internasional ke dalam Hukum Nasional
Hukum Perjanjian Internasional dan HI
 PI merupakan cabang dari HI
 Perjanjian Internasional merupakan sumber HI yg utama, yaitu instrumen2 yuridis yg
menampung kehendak dan persetujuan negara atau subyek HI lainnya untuk mencapai
tujuan bersama.
 Persetujuan bersama merupakan dasar HI untuk mengatur kegiatan negara2 atau subyek
HI lainnya.
 HI telah menyediakan dasar hukum bagi perjanjian Internasional
a. Vienna Convention on the Law of Treaties 1969
b. The Vienna Convention on the Law of Treaties between States and International
Organizations or between International Organizations of 1986
c. Vienna Convention on Succession of States in respect of Treaties of 1978

CATATAN : konvensi2 ini merupakan kodifikasi dari hukum kebiasaan Internasional , shg
tetap mengikat meskipun Indonesia tdk meratifikasinya
Perkembangan Pengaturan PI
 Sampai tahun 1969, pembuatan PI hanya diatur oleh hukum Kebiasaan
 26Maret s/d/ 24 Mei 1968 dan 9 April s/d 22 Mei 1969 diselenggarakan
Konvensi Internasional untuk mengkodifikasikan hukum kebiasaan tsb
 Vienna Convention on the Law of Treaties, ditandatangani 23 Mei 1969
 Mb. 27 Januari 1980
 Indonesia tdk meratifikasinya, meskipun demikian Indonesia terikat
Konvensi ini melalui mekanisme hukum kebiasaan internasional
Pengertian perjanjian internasional
 Pasal 2 (1) Konvensi Wina 1969 : “ An International Agreement between
States in written form and governed by International Law, whether
embodied in a single instrument or in two more related instruments and
whatever its particular designation”
(PI adalah suatu Persetujuan yg dibuat antara negara dalam bentuk tertulis,
dan diatur oleh HI, apakah dalam instrumen tunggal atau dua atau lebih
instrumen yang berkaitan dan apapun nama yg diberikan padanya)
Unsur- unsur Perjanjian Internasional
a. an international agreement;
b. by subyect of international law (termasuk entitas di luar
negara);
c. In written form;
d. Governed by international law (diatur dalam HI serta
menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik);
e. Whatever form
KRITERIA DASAR YG HRS DIPENUHI SUATU PI
1. Perjanjian tsb hrs berkarakter Internasional
2. Perjanjian tsb hrs dibuat oleh negara dan/atau OI , shg tdk mencakup
perjanjian yg meskipun bersifat internasional, akan tetapi dibuat oleh
non-subyek HI
3. Perjanjian tsb tunduk pada rezim HI ( governed by international law)
4. Dengan nama apapun (whatever form)
an International Agreement
a. Suatu Perjanjian tsb hrs berkarakter Internasional ( bahwa perjanjian ini
mengatur aspek2 HI atau permasalahan lintas negara)
PERHATIAN : meskipun pada dasarnya perjanjian internasional merupakan sebuah
kontrak, konsep perjanjian internasional harus dapat dibedakan dari konsep
kontrak2 atau perjanjian secara umum seperti dalam kontrak bisnis!!!!
b. Unsur an International Agreement juga dipakai untuk menunjukkan bahwa definisi
perjanjian internasional mencakup semua dan segala jenis perjanjian yg memiliki
karakter internasional, terlepas dari apakah perjanjian itu disusun secara
bilateral, multilateral, regional maupun universal.
subject to international law
 Perjanjian internasional hanya dibuat diantara subyek-subyek hukum tertentu,
yaitu subyek hukum internasional
a. Negara;
b. Organisasi Internasional;
c. Palang Merah Internasional;
d. Tahta Suci/ Vatican;
e. Belligerent
Dalam perkembangannya, subyek HI juga meliputi individu (perorangan). Dalam
kasus “Railway Official Case”, permanent Court of International Justice (PCIJ)
tahun 1928 : Jika di dalam perjanjian ada kehendak dari para pihak untuk
memberikan hak terhadap beberapa individu, HI akan mengakui hak2 tsb dan
mereka malah dapat memaksanya.
In written form
 Berdasarkan ketentuan dalam Konvensi Wina 1969 dan Konvensi Wina 1986, ruang
lingkup perjanjian internasional dibatasi hanya pada perjanjian yang tertulis
 Maksud : agar tidak ada akibat hukum yg tidak diinginkan oleh negara2 peserta yg
disebabkan oleh “oral agreement” (PI yg diatur dalam Konvensi Wina 1969 hanya PI yg
tertulis/Pasal 3 )
Catatan : bukan berarti tidak ada PI yg tidak tertulis
Lihat keputusan Permanent Court of International Justice (PCIJ) dalam kasus Legal status of
Eastern Greenland pada tahun 1933, ketika PCIJ memutuskan arti hukum dari
suatu”pernyataan lesan” yg dibuat oleh Menlu Norwegia M Ihlen yg ditujukan kpd Duta
Denmark yg ditempatkan di Norwegia :
…Bahwa satu jawaban seperti yg diberikan oleh Menlu atas nama pemerintahnya untuk
menjawab permintaan dari wakil dipomatik dari negara lain, mengenai masalah yg ada di
bawah bidang wewenangnya, adalah mengikat pada negara tempat Duta itu berasal.
Governed by international law
Jika memenuhi 2 elemen :
1.Intended to create obligations and legal relations
Terdapat perjanjian yg diadakan diantara negara tanpa menghasilkan kewajiban dan
hubungan hukum (mis : joint statement/pernyataan bersama; MoU tergantung pd materi dan
tujuan para pihaknya
Suatu perjanjian internasional akan dikatakan memenuhi unsur governed by international
law ketika perjanjian tsb menimbulkan kewajiban dalam HI
2. Under International Law
Bahwa persetujuan atau kesepakatan tsb proses aplikasinya mengacu pada aturan hukum
internasional
Adanya unsur dari negara untuk melaksanakan kewajiban yg tunduk kepada Hukum
Internasional
Whatever forms
 Definisi perjanjian internasional lebih mengutamakan prosedur perjanjian
daripada sekedar judul perjanjian itu sendiri (penamaan atau judul dari suatu PI
dapat berbeda, tetapi pengaturannya tetap bersumber pd hukum PI sebagaimana
dituangkan dalam Konvensi Wina 1969)
 Hukum internasional tidak mengatur pengklasifikasian nama-nama perjanjian
internasional (meskipun dalam praktiknya penggunaan nama untuk suatu PI sering
dikaitkan dengan materi perjanjian internasional itu sendiri, mis : treaty,
convention, covenant, pact, exchange of letters)
Pengertian PI dalam UU No. 24 Tahun 2000 tentang PI
“Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang
diatur dalam HI yang dibuat secara tertulis, serta menimbulkan hak dan kewajiban di
bidang hukum publik”.
Menimbulkan 3 penafsiran :
a.PI yg berpengaruh pada kehidupan kenegaraan dan rakyat (publik);
b.PI yg hanya memberi pengaruh pada lembaga negara atau lembaga pemerintahan
saja;
c.Perjanjian
privat bernuansa publik, yaitu perjanjian privat yang dibuat oleh lembaga
publik (pemerintah)
Persoalan
 Masyarakat / publik Indonesia cenderung memahami bahwa perjanjian internasional adalah semua
perjanjian yg bersifat lintas batas negara/transnasional
 Tidak dibedakan pemahaman antara perjanjian internasional dan kontrak internasional (komersial),
tanpa melihat subyek pembuatnya, bagaimana hubungan hukumnya, dan rezim hukum apa yang
menguasainya
 Sistem hukum Indonesia tidak membedakan PI yg diatur oleh HI dengan hukum Nasional
 Sistem hukum Indonesia tidak membedakan PI yg mengikat secara hukum dan tidak mengikat
secara hukum
 Akan mempengaruhi pula pada pemahaman mengenai perlu tidaknya suatu perjanjian internasional
(kontrak) diratifikasi
Perjanjian negara yg bersifat Transnasional
 Istilah transnasional merujuk pada obyek permasalahan atau perjanjian yaitu
sepanjang lintas batas
 Dalam Perjanjian transnasional tercakup :
a. Perjanjian internasional (harus merujuk pada Konvensi Wina 1969, dan fungsi
negara sebagai :iure imperii”/institusi publik)
b. Kontrak bisnis internasional yg berdimensi publik (negara dilihat dalam fungsinya
sebagai “iure gestiones” /pedagang)… governed by other than International Law (tdk
membutuhkan prosedur spt yg dimaksud oleh Konvensi Wina 1969 dan UU No. 24
Tahun 2000)
Contoh Kesalahpahaman mengenai Pengertian PI
1. Putusan MK No. 20 /PUU-V/2007 Re Pasal 11 (2) UU No. 22/2001 tentang Migas,
sehubungan adanya Yudicial Review ke MK, bahwa Production Sharing Contracts
(PSC) di bidang minyak dan gas bumi oleh Pemerintah RI dengan Perusahaan
asing adalah “perjanjian Internasional”( “setiap KKS yg sdh ditandatangani hrs
diberitahukan scr tertulis kpd DPR “…..persetujuan DPR)
2. MoU Helsinki antara Pemerintah RI dan GAM 2005 dipahami sebagai Perjanjian
Internasional
3. Kontrak Pertamina dengan Caltex, Stanvac dan Shell dianggap sebagai Perjanjian
Internasional
KLASIFIKASI PERJANJIAN
INTERNASIONAL
1. Subyek (pihak2 ) yg mengadakan perjanjian
2. Jumlah pihak2 yg mengadakan perjanjian
3. Corak/bentuk perjanjian
4. Proses/tahap2 pembentukan perjanjian
5. Sifat pelaksanaan perjanjian
6. Fungsinya dalam pembentukan hukum
1. PI dari pihak2 yg mengadakan
Perjanjian
a. Perjanjian antar negara
b. Perjanjian antar negara dengan subyek HI lainnya
c. Perjanjian antara subyek HI lain selain negara satu sama lainnya
2. PI dr para pihak yg mengadakannya
a. Perjanjian Bilateral : perjanjian yg hanya diadakan oleh dua pihak ( negara ) saja
 hanya mengatur soal2 khusus yg menyangkut kepentingan kedua pihak
 Sifat perjanjian tertutup ( gesloten verdrag) atau tertutup bg pihak ketiga untuk
menjadi pihak
b. Perjanjian Multilateral : perjanjian yg diadakan oleh banyak pihak
 Merupakan perjanjian terbuka ( open verdrag)
 Hal2 yg diatur menyangkut kepentingan umum
3. PI ditinjau dari Sudut Bentuknya
1.Perjanjian antar Kepala Negara ( head of state form)
 Pihak peserta disebut : “High Contracting Parties” (dpt dikuasakan kepada Menlu
atau Dubes berkuasa penuh (full powers/ plenipotentiaries)
2. Perjanjian antar Pemerintah ( inter-Government form/ inter-departemental form)
 Pihak peserta disebut “Contracting Parties”
3. Perjanjian antar negara (inter-state form)
 Pihak perjanjian : negara
 Dapat diwakilkan /dikuasakan ke Menlu atau Dubes
4. PI ditinjau dr proses/tahap Pembentukannya
a.Perjanjian yg diadakan menurut tiga tahap pembentukan:
Perundingan, penandatanganan,ratifikasi
 Diadakan untuk hal2 yg penting yg memerlukan persetujuan DPR
 Digunakan nomenklatur PI atau Traktat
b. Perjanjian yg hanya melewati dua tahap : perundingan dan
penandatanganan
 Perjanjian yg sederhana sifatnya dan memerlukan penyelesaian yg
cepat
 Digunakan nomenklatur : Persetujuan
5. PI dilihat dari Sifat Pelaksanaannya
a. Dispositive Treaties (perjanjian yg menentukan) adalah perjanjian yg
maksud dan tujuannya dianggap sdh tercapai dng pelaksanaan isi dr
perjanjian tsb
Contoh : perjanjian perbatasan
b. Executory Treaties (perjanjian yg dilaksanakan) : perjanjian yg
pelaksanaannya tdk sekaligus, melainkan hrs dilanjutkan terus
menerus selama jk waktu perjanjian
Contoh : perjanjian perdagangan
6.PI dilihat fungsinya dalam Pembentukan Hukum

a. Law-making treaties (perjanjian yg membentuk hukum)


b. Treaty-contract ( perjanjian yg bersifat kontrak)
LAW-MAKING TREATIES
PENGERTIAN :
 Mochtar K : perjanjian yg meletakkan ketentuan2 atau kaidah2 hk bg
masy internasional, yg pd umumnya perjanjian multilateral
 Suatu perjanjian multilateral yg mempunyai tujuan membentuk
kaidah2 hk ttt bagi tindakan negara2 dlm hub mereka satu sama lain
Unsur2 Law-making Treaties
1. Merupakan perjanjian multilateral
2.Mengadakan aturan2 baru untuk mengatur tindakan2 internasional
yang akan datang ( new general rules for international future conduct)
3.menguatkan, menentukan batasan (define) atau menghapuskan aturan2
hk kebiasaan atau konvensional yg ada
Krn fungsi Law-making treaties menciptakan aturan2 baru, maka disebut
sbg “ sumber HI langsung”
TREATY CONTRACT
 Perjanjian yg serupa dng kontrak dalam hukum perdata, hanya
mengakibatkan hak-hak dan kewajiban antara pihak yg mengadakan
perjanjian saja.
 Merupakan perjanjian bilateral
 Merupakan perjanjian tertutup yg tdk membuka kemungkinan bagi pihak
ketiga untuk turut sbg pihak dlm perjanjian tsb
 Hanya mengatur soal2 yg khusus yg menyangkut pihak2 yg mengadakannya
 Tdk melahirkan aturan2 hukum yg berlaku umum, shg tdk dpt dikategorikan
sbg “perjanjian yg membentuk hk” (law-making treaty” SUMBER
HI TDK LANGSUNG
 TreatyContract tidak secara langsung dapat membentuk kaedah2
(hukum) yg berlaku umum, yaitu melalui proses hukum kebiasaan
Contoh :
perjanjian konsuler yg pd mulanya hanya menimbulkan kaedah2 di bdg
konsuler bg kedua pihak yg mengadakan perjanjian, dng semakin
banyaknya perjanjian serupa yg diadakan oleh negara2 , menimbulkan
ketentuan2 hukum di bidang konsuler yg berlaku umum melalui proses
hukum kebiasaan.
Klasifikasi perjanjian dari sifat mengikatnya
a. hard law (mengikat secara hukum) :
 Mis: agreement, treaty, protocol, statute, charter
 Kewajiban negara dan ratifikasi
a. soft law (mengikat secara moral) : accord, declaration, directives,
manual, MoU
 kewajiban negara, namun tidak membutuhkan ratifikasi dari negara.

Anda mungkin juga menyukai