Chapter XII
Perjanjian Internasional
Sejarah pengaturan
Oppenheim:
International treaties are conventions, or contracts, between two or
more states concerning various matters of interest
Mochtar Kusumaatmadja:
PI adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat
hukum tertentu.
JG Starke:
Traktat adalah suatu perjanjian di mana dua negara atau lebih
mengadakan atau bermaksud mengadakan suatu hubungan
diantara mereka yang diatur dalam HI. Sepanjang penrjanjian antar
negara-negara terwujud, dengan ketentuan bahwa perjanjian itu
bukan hal yang diatur oleh hukum nasional.
Konvensi Wina 1969 (Ps.2 ay.1.a):
PI berarti suatu persetujuan internasional yang ditanda
tangani antar negara dalam bentuk tertulis dan diatur
oleh hukum internasional, apakah dibuat dalam bentuk
satu instrumen tunggal atau dalam dua instrumen yang
saling berhubungan atau lebih dan apapun yang menjadi
penandaan khususnya.
Treaty / Traktat
Pengertian umum: mencakup segala macam bentuk persetujuan
internasional.
Pengertian khusus: merupakan perjanjian yang paling penting dan
sangat formal dalam urutan perjanjian
e.g.: Space Treaty, 1967
Treaty of Amity and Cooporation in Southeast Asia, 1976
Convention (Konvensi)
mencakup perjanjian secara umum
digunakan untuk perjanjian-perjanjian multilateral
Biasanya bersifat law making treaty
The 1969 Vienna Convention on the Law of Treties,
The 1961 Vienna Convention on Diplomatic Relation,
The 1963 Vienna Convention on Consular Relations,
The 1982 UN Convention on the Law of the Sea (UNCLOS)
Agreement (Persetujuan)
biasanya mempunyai kedudukan lebih rendah dari treaty
atau konvensi
cakupan materinya lebih sempit dari treaty atau konvensi
lebih sering digunakan sebagai perjanjian yang bersifat
bilateral
e.g. : Rescue Agreement, 1968
Moon Agreement, 1980
Charter (Piagam)
biasanya digunakan untuk pembentukan suatu OI
e.g. : Charter of the United Nations
Atlantic Charter
Protocol (Protokol)
materinya lebih sempit dari treaty atau konvensi
memberikan tambahan atau pengaturan atau penafsiran
lebih lanjut atas Konvensi
e.g. : - Protokol Tambahan Konvensi Wina 1961
tentang Nasionalitas Pejabat Diplomatik
- Protokol Tambahan Konvensi Wina 1961 tentang
Penyelesaian Sengketa
- Protokol Tambahan I dan II Tahun 1977
Konvensi Jenewa 1949
Declaration (Deklarasi)
merupakan perjanjian dan berisikan ketent2 yang
bersifat umum,
Soft law
ringkas dan padat
pernyataan sepihak biasanya tidak menentukan cara
berlakunya
e.g. : Declaration of ASEAN Concord, 1976
Declaration of Human Rights, 1948
Final Act
berisikan ringkasan laporan sidang yang menyebutkan
perjanjian-perjanjian atau konvensi yang dihasilkan
dalam konferensi penandatangan
final act hanya merupakan kesaksian berakhirnya proses
pembuatan perjanjian
e.g.: Final act GATT, 1994
Ius Cogens
Pnfsrn objek&konteks PI
Syarat: dilakukan bila kata&kalimat PI m’andung arti
meragukan
Konteks PI hrs scr keseluruhan atau sebag saja (K.Wina
1969)
Pnfsrn pngertian rasional&konsisten
Rasional & konsisten terkait dg:
− Bag lain PI ybs mll kesamaan arti
− Prinsip dlm p’buatan PI:
o Isi pihak tdk dibatasi kedaulatan kecuali
dinyatakan dg tegas
o Konsekuensi: ketentuan yg meragukan diartikan dg
yg plg sdkt bebani kwjbn
Jk ada p’tentangan lex specialis derogat legi generali
Pnfsrn mll bhn ekstriksik
Arti: bahan di luar PI yg ditafsirkn bkn bag PI ybs
− travaux preparatoires
− Pnjelasan
− Laporan
Kebiasaan historis yg relevan
Ketentuan umum:
− tak dibnarkan gunakan bhn ekstrinsik
− Hrs ditafsirkan dlm konteks PI ybs
khusus: dpt digunakan apbl kata & kalimat tak jls
Pnfsrn PI multilingual
Arti: satu PI dirumuskan dlm byk bahasa
Ktentuan umum:
− masing2 perumusan pny otentifitas sama
− masing2 istilah pny pngertian sama
Khusus: kecuali bila ditentukan lain
Sarana Penafsiran
alasan pembatalan
cara pembatalan
akibat pembatalan.
Berakhirnya
Karena Hukum:
Hapus unsur PI dr pihak yg b’janji (hilang
kedaulatan) & dr materi PI
Timbul ius cogens baru
Ajaran rebus sic stantibus
Krn p’buatan pihak
P’setujuan kedua pihak dlm PI ybs atau PI lainnya
P’buatan sepihak:
o P’nyataan p’akhiran PI
o Pengunduran diri neg ybs
Rebus Sic Stantibus
...
alasan pembatalan
a. Pelanggaran thd HN oleh salah satu peserta (Art. 46 dan 47 KW ‘61).
b. Ada kesalahan (error) berkenaan dengan suatu fakta atau keadaan pada
waktu perjanjian itu dibuat (Art. 48).
c. Jika terdapat unsur penipuan (fraud) oleh salah satu peserta terhadap
peserta lain (Art. 49).
d. Jika terdapat kelicikan (corruption) terhadap mereka yang menjadi kuasa
penuh dari negara peserta (Art. 50).
e. Jika terdapat unsur paksaan (coercion) kepada seorang peserta kuasa
penuh (Art. 51 dan 52).
f. Jika pada waktu pembuatan perjanjian tersebut ada ketentuan yang
bertentangan dengan suatu kaidah dasar (ius cogent) (Art. 53).
.