Anda di halaman 1dari 33

Class A-2017

Prof. Dr. Marsudi Triatmodjo, SH., LL.M.

HUKUM INTERNASIONAL Faculty of Law

Chapter XII
Perjanjian Internasional
Sejarah pengaturan

 Sebelum 1969: Int’l Customary Law


 Sejak 1969: ditambah Konvensi Wina 1969 sbg
kodifikasi HI kebiasaan+penysuaian dg p’kmbgn,
kebutuhn & pandangan baru
 Konvensi Wina 1986
 Dilakukan antara:
 Neg  Neg
 Neg  OI
 OI  OI
Pengertian

Oppenheim:
International treaties are conventions, or contracts, between two or
more states concerning various matters of interest

Mochtar Kusumaatmadja:
PI adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat
hukum tertentu.

JG Starke:
Traktat adalah suatu perjanjian di mana dua negara atau lebih
mengadakan atau bermaksud mengadakan suatu hubungan
diantara mereka yang diatur dalam HI. Sepanjang penrjanjian antar
negara-negara terwujud, dengan ketentuan bahwa perjanjian itu
bukan hal yang diatur oleh hukum nasional.
Konvensi Wina 1969 (Ps.2 ay.1.a):
PI berarti suatu persetujuan internasional yang ditanda
tangani antar negara dalam bentuk tertulis dan diatur
oleh hukum internasional, apakah dibuat dalam bentuk
satu instrumen tunggal atau dalam dua instrumen yang
saling berhubungan atau lebih dan apapun yang menjadi
penandaan khususnya.

Konvensi Wina 1986 (Ps.2 ay. 1.a):


PI berarti suatu persetujuan internasional yang diatur
dengan hukum internasional dan ditanda tangani dalam
bentuk tertulis:
- antara satu atau lebih negara dengan satu atau lebih
organisasi internasional, atau
- antar satu atau lebih organisasi internasional.
UU No.37 Th.1999 (Ps.1 ay.3):
PI adalah perjanjian dlm bentuk dan sebutan apapun,
yg diatur oleh HI dan dibuat secara tertulis oleh
pemerintah RI dengan satu atau lebih negara,
organisasi internasional atau subyek HI lainnya, serta
menimbulkan hak dan kewajiban pada Pemerintah RI
yang bersifat hukum publik.
UU No.24 Th.2000
PI adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu,
yg diatur dalam HI yg dibuat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum
publik.
Unsur-unsur PI

 merupakan suatu persetujuan


 antar subyek hukum internasional
 dalam bentuk tertulis
 the Permanent Court of International Justice held that oral
agreements may be legally binding. Case concerning the
Legal Status of Eastern Greenland (Den. v. Nor.), 1933
P.C.I.J. (ser. A/B) No. 53.
 tunduk pada hukum internasional
 apapun namanya
 menciptakan hak dan kewajiban
 mengatur berbagai kepentingan
Fungsi & Tujuan

 Sarana utama u/ mulai hub int’l, kembangkan hub int’l &


tetapkan hak-kwjbn int’l
 Sumber hk intl, menimbulkan hk (hak & kewj), alat
kontrol, kepastian hk
 Media penyelesaian sengketa
Klasifikasi

 Petugas yg m’buat  antar Kepneg; antar Keppem; dan


antar Menteri.
 Proses p’btkan  tiga tahap & dua tahap
 Jumlah peserta  bilateral & multilateral
 Hakikatnya  treaty contract & law making treaty
Terminologi/Istilah

Treaty / Traktat
 Pengertian umum: mencakup segala macam bentuk persetujuan
internasional.
 Pengertian khusus: merupakan perjanjian yang paling penting dan
sangat formal dalam urutan perjanjian
e.g.: Space Treaty, 1967
Treaty of Amity and Cooporation in Southeast Asia, 1976
Convention (Konvensi)
 mencakup perjanjian secara umum
 digunakan untuk perjanjian-perjanjian multilateral
 Biasanya bersifat law making treaty
 The 1969 Vienna Convention on the Law of Treties,
 The 1961 Vienna Convention on Diplomatic Relation,
 The 1963 Vienna Convention on Consular Relations,
 The 1982 UN Convention on the Law of the Sea (UNCLOS)
Agreement (Persetujuan)
 biasanya mempunyai kedudukan lebih rendah dari treaty
atau konvensi
 cakupan materinya lebih sempit dari treaty atau konvensi
 lebih sering digunakan sebagai perjanjian yang bersifat
bilateral
e.g. : Rescue Agreement, 1968
Moon Agreement, 1980

Charter (Piagam)
 biasanya digunakan untuk pembentukan suatu OI
e.g. : Charter of the United Nations
Atlantic Charter
Protocol (Protokol)
 materinya lebih sempit dari treaty atau konvensi
 memberikan tambahan atau pengaturan atau penafsiran
lebih lanjut atas Konvensi
e.g. : - Protokol Tambahan Konvensi Wina 1961
tentang Nasionalitas Pejabat Diplomatik
- Protokol Tambahan Konvensi Wina 1961 tentang
Penyelesaian Sengketa
- Protokol Tambahan I dan II Tahun 1977
Konvensi Jenewa 1949
Declaration (Deklarasi)
 merupakan perjanjian dan berisikan ketent2 yang
bersifat umum,
 Soft law
 ringkas dan padat
 pernyataan sepihak biasanya tidak menentukan cara
berlakunya
e.g. : Declaration of ASEAN Concord, 1976
Declaration of Human Rights, 1948

Final Act
 berisikan ringkasan laporan sidang yang menyebutkan
perjanjian-perjanjian atau konvensi yang dihasilkan
dalam konferensi penandatangan
 final act hanya merupakan kesaksian berakhirnya proses
pembuatan perjanjian
e.g.: Final act GATT, 1994
Ius Cogens

 Scr harfiah: hukum yg memaksa


 Teknis: prinsip hkm yg memaksa & tdk dpt disimpangi
ktentuan hkm yg lain
 Sifat: hanya dpt disimpangi ius cogens lain yg timbul
kemudian
e.g.: sifat mengikat’ pjanjian mnrt prinsip “pacta sunt
servanda”
 Sifat PI: res inter alios acta  hny m’ikat pihak2 yg
berjanji saja
Proses Pembuatan PI

1. Penunjukan Delegasi  full power & credential


2. Perundingan/Negosiasi dan Persetujuan
 bil: langsung; mul: diplomatic conference
 contracting states
3. Penandatanganan  open for signature
4. Ratifikasi/Aksesi  transformation &/ delegation
5. Pendaftaran & Publikasi  Sekretariat PBB & UNTS
6. Entry into force
Bahasa

 Perj bilateral  tgt bhs para pihak


 Perj multilateral  6 bahasa
Aksesi & Adhesi

 K.Wina 1969: p’nyataan ttg kesediaan t’ikat pd treaty


(sama dg ratifikasi)
 Aksesi: ksediaan ikut PI o/neg bkn pnandatgn dg status
= neg pnandatgn
 Adhesi: spt Aksesi tp hny prinsip*PI ybs
 Cara:
 p’nyataan khndk neg yg adakan aksesi
 Mnrt ketentuan PI yg diaksesi
 Bentuk dlm praktek: sama dg instrumen ratifikasi (tukar-
menukar & penyimpanan naskah)
Reservasi

 prinsip kedaulatan negara


 efektifitas pelaks PI
 Percepat lahirnya norma HI
 ada PI yg larang reservasi, e.g.:
 UNCLOS, Art. 309 (Dec. 10, 1982);
 Convention for the Protection of the Ozone Layer, Art. 18 (Vienna,
Mar. 22, 1985);
 Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer, Art. 18
(Montreal, Sept. 16, 1987),
 CBD, Art. 37 (Rio de Janeiro, June 5, 1992); and
 Protocol on Biosafety, Art. 38 (Cartagena, Jan. 29, 2000).
Article 309, UNCLOS 1982: Article 37, Convention on Biological
(Reservations and exceptions) Diversity 1992:
No reservations or exceptions may (Reservations)
be made to this Convention unless No reservations may be made to
expressly permitted by other articles this Convention.
of this Convention.
Article 38 Cartagena Protocol on
Article 18, Convention for the Biosafety:
Protection of the Ozone Layer 1985: (Reservations)
(Reservations) No reservations may be made to
No reservations may be made to this Protocol.
this Convention.

Article 18, Montreal Protocol on


Substances that Deplete the Ozone
Layer 1987:
(Reservations)
No reservations may be made to
this Protocol.
Amendemen

 yi/ proses perubahan ktentuan PI yg b’laku (amandemen,


modifikasi)
 u/ menyesuaikan ktentuan HI dg perubhn keadaan
 Landasan pembuatan revisi:
 Prinsip dsr: PI dpt dirubah dg kesepakatan para pihak
 Biasa’ dicantumkan dlm PI ybs
Pertentangan

 Kemngkn: PI baru >< PI lama


 Penyelesaian:
 Asas umum: lex posterior derogat legi priori
 Khusus: PI lama diutamakan
Syarat: PI lama melarang adanya pnyimpangan
e.g. : Piagam PBB Art. 103
In the event of a conflict between the obligations of the Members
of the United Nations under the present Charter and their
obligations under any other international agreement, their
obligations under the present Charter shall prevail.
Penafsiran

 arti: menetapkan pengertian ktentuan HI dg


m’uraikan&m’jelaskan ktentuan tsb
 Cara pnafsiran didasari prinsip:
 Gramatikal & kehendak pihak
 Obyek & konteks PI
 Pengertian rasional & konsisten
 Efektifitas
 Bahan ekstrinsik
 Multilingual
Macam-macam Penafsiran

Pnfsrn Gramatikal & khndak pihak


 Arti: pnetapan pngertian ktentuan HI sesuai dg
pngertian harfiah (plain&natural meaning)
 u/ ketahui khndk pihak b’janji di saat pjj dibuat
 Dasar: dg kata & kalimat PI disusun
 Tdk digunakan bila b’tentangan dg:
 Pngertian bag lain dr PI
 Maksud dr pihak yg b’janji
Pnfsrn prinsip efektifitas
 Arti: apkh PI berguna/b’akibat dlm keseluruhn’
 Akibat: masing2 ketentuan dpt tmbulkan akibat hkm dlm
hub’ dgn kseluruhan treaty

Pnfsrn objek&konteks PI
 Syarat: dilakukan bila kata&kalimat PI m’andung arti
meragukan
 Konteks PI hrs scr keseluruhan atau sebag saja (K.Wina
1969)
Pnfsrn pngertian rasional&konsisten
 Rasional & konsisten terkait dg:
− Bag lain PI ybs mll kesamaan arti
− Prinsip dlm p’buatan PI:
o Isi  pihak tdk dibatasi kedaulatan kecuali
dinyatakan dg tegas
o Konsekuensi: ketentuan yg meragukan diartikan dg
yg plg sdkt bebani kwjbn
 Jk ada p’tentangan  lex specialis derogat legi generali
Pnfsrn mll bhn ekstriksik
 Arti: bahan di luar PI yg ditafsirkn bkn bag PI ybs
− travaux preparatoires
− Pnjelasan
− Laporan
 Kebiasaan historis yg relevan
 Ketentuan umum:
− tak dibnarkan gunakan bhn ekstrinsik
− Hrs ditafsirkan dlm konteks PI ybs
 khusus: dpt digunakan apbl kata & kalimat tak jls
Pnfsrn PI multilingual
 Arti: satu PI dirumuskan dlm byk bahasa
 Ktentuan umum:
− masing2 perumusan pny otentifitas sama
− masing2 istilah pny pngertian sama
 Khusus: kecuali bila ditentukan lain
Sarana Penafsiran

 Arti: sarana u/ mnjelaskan ktentuan PI


 cara: mlengkapi PI dg protokol, proses verbal, final act
 Isi: penafsiran t’princi & pnjelasan
Lembaga Penafsir
 Peradilan Int’l:
 Universal  Int’l Court Justice
 Regional  Mahkamah Masy Eropa
o Int’l Technical Organs:
o Adhoc Commitee of Jurist
o Executive Directors and Board of Governors of the
IMF
o Int’l Labour Office
o UN Organs
Pembatalan

 alasan pembatalan
 cara pembatalan
 akibat pembatalan.
Berakhirnya

 Karena Hukum:
 Hapus unsur PI  dr pihak yg b’janji (hilang
kedaulatan) & dr materi PI
 Timbul ius cogens baru
 Ajaran rebus sic stantibus
 Krn p’buatan pihak
 P’setujuan kedua pihak dlm PI ybs atau PI lainnya
 P’buatan sepihak:
o P’nyataan p’akhiran PI
o Pengunduran diri neg ybs
Rebus Sic Stantibus

 Scr harfiah: dlm keadaan dmk


 Scr teknis: PI b’laku slm keadaan esensial yg ada pd saat
dibuat’ PI dlm keadaan tdk berubah
 Akibat: PI berakhir o/perubhn fundamental keadaan pd
saat dibuatnya PI tsb
 Dasar:
 Implied theoryPI dianggap scr diam* m’kandung
prinsip RSS
 Teori perubhn fundamental keadaan:
o Subyektif: pihak ptimbangkn kelngsngn keadaan
o Obyektif: perubhn sdmkn rupa shg rubah kewjbn para
pihak
 Saat/cara berakhir  otomatis & tdk otomatis (dg
pmberitahuan, tdk hapus krn hkm)
Notes of the day

 ...
 alasan pembatalan
a. Pelanggaran thd HN oleh salah satu peserta (Art. 46 dan 47 KW ‘61).
b. Ada kesalahan (error) berkenaan dengan suatu fakta atau keadaan pada
waktu perjanjian itu dibuat (Art. 48).
c. Jika terdapat unsur penipuan (fraud) oleh salah satu peserta terhadap
peserta lain (Art. 49).
d. Jika terdapat kelicikan (corruption) terhadap mereka yang menjadi kuasa
penuh dari negara peserta (Art. 50).
e. Jika terdapat unsur paksaan (coercion) kepada seorang peserta kuasa
penuh (Art. 51 dan 52).
f. Jika pada waktu pembuatan perjanjian tersebut ada ketentuan yang
bertentangan dengan suatu kaidah dasar (ius cogent) (Art. 53).
 .

Anda mungkin juga menyukai