Secara Yuridis:
- Vienna Convention 1969 & 1986
Pengertian
- UU No.37 Tahun 1999
Perjanjian Int’l
- UU No. 24 Tahun 2000
Karakter PI:
- persetujuan/kesepakatan Int’l
- Subyek HI
- Bentuk tertulis
- Tunduk pd rezim HI
- Menimbulkan hak dan kewajiban
Pengertian Treaty
• Banyak pengertian
1. Oppenheim:
International treaties are conventions, or contracts, between two or more states concerning various matters of
interest
2. D.P. O’Connell:
Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antar negara yang diatur oleh hukum internasional sebagai
pembeda dengan persetujuan menurut hukum nasional, yang terhadap konsekuensi hukum pembuatan
perjanjian internasional, bentuk dan caranya adalah tidak penting
3. Mochtar Kusumaatmadja : Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu
4. Michael Virally : A treaty is international agreement which is entered into by two or more states or other
international persons and is governed by international law.
5. JG Starke:
Traktat adalah suatu perjanjian di mana dua negara atau lebih mengadakan atau bermaksud mengadakan suatu
hubungan diantara mereka yang diatur dalam hukum internasional. Sepanjang perjanjian antar negara-negara
terwujud, dengan ketentuan bahwa perjanjian itu bukan hal yang diatur oleh hukum nasional.
6. B Sen : State practice as well as judicial and juristic opinion indicates that the essential elements of treaty are :
a. Treaties are agreements
b. They are agreements between states including international organisations of states
c. Such agreements have as their aims the creation of legal rights and obligations between the parties there to which operate
within the spere of the law nations
4. Pasal 2 ayat (1) butir a Konvensi wina 1969 : treaty means an international agreement concluded between states in
written form and governed by international law, whether embodied in single instrument or in two or more related
instruments and whatever its particular designation
5. Pasal 2 ayat (1) butir a konvensi wina 1986 : treaty means an international agreement governed by international law
and concluded in written form :
a. Between one or more states and one or more international organizations; or
b. Between international organizations, whether that agreements is embodied in a single instrument or in two or more related
instruments and whatever its particular designation
6. Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional :
Perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum
internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik
7. Pasal 4 (1): Pemerintah RI membuat PI dg satu negara atau lebih, OI, atau subyek HI lain berdasarkan
kesepakatan, dan para pihak berkewajiban utk melaksanakan PI tersebut dg etikad baik.
8. Pasal 1 (3) UU No.37-1999: PI adalah perjanjian dalam bentuk dan sebutan apapun, yang diatur oleh hukum
internasional dan dibuat secara tertulis oleh Pemerintah RI dg satu atau lebih negara, OI atau subyek HI lainnya,
serta menimbulkan hak dan kewajiban pd Pemerintah RI yang bersifat hukum publik
Dengan demikian apa yang diatur dalam KW 1969 bisa dikatakan mengatur treaty dalam arti sempit! : pihaknya
hanya negara dan bentuknya tertulis
Padahal dalam praktek hubungan internasional :
a. Pihak : Negara dan OI (Negara-negara, Negara – OI, OI – OI)
b. Bentuk : Tertulis dan lisan (tunduk HI Kebiasaan)
Kriteria PI
1. Berkarakter internasional (an international agreement);
2. Bentuk tertulis
3. Harus dibuat oleh negara dan/atau OI (by subject of
international law);
4. Tunduk pada rezim HI (governed by International law)
5. Embodied in a single instrument or in two or more related
instruments
6. Whatever its particular designation
7. Menimbulkan hak dan kewajiban
Perbedaan Treaty dengan Perjanjian Lainnya
1. Perjanjian masa lampau : serikat – serikat dagang seperti East India
Company dan Verenigde Oost Indische Compagnie dengan Kepala-
kepala negeri bumi putra
2. Kontrak yang dilakukan oleh :
a. Negara dengan individu
b. Negara dengan suatu badan hukum
Tentang Kontrak bagi hasil/Production sharing
Tunduk pada hukum nasional suatu negara
Terjadi sengketa : HPI yang berperan
Penggolongan Treaty
1. Bentuk & Instrumen :
2. Pembuatan :
3. Pihak – Sumber Hukum Formil
a. Bilateral dua pihak treaty contract
b. Multilateral banyak pihak Law Making Treaty
4. Bentuk (Pejabat Pembuat)
i. Heads of States form : High Contracting Parties
ii. Inter Governmental Form for technical or non-political agreement
iii. Inter State Form The Parties
iv. Inter Minister Form : antar Menlu
v. Inter Departmental Agreement
vi. The Actual Political Heads of The Countries
5. Nama : Beranekaragam
a. Treaty (sempit) : multilateral dan mengatur hal-hal yang dianggap penting
b. Convention (Konvensi) : instrumen resmi, multilateral, penting, termasuk
instrumen yang dihasilkan / diadopsi oleh suatu OI, hasil kodifikasi HI. ex :
UNCLOS 1982 PBB ; Chicago Convention 1994 : ICAO , dll
c. Protocol : Instrumen pelengkap treaty, sebagai instrumen tambahan.
Treaty yang independen, catatan atau dokumen dari persetujuan tertentu.
Ex : Protocol Jenewa 1977 (I & II) ; Protokol Kyoto, dll
d. Agreement : penting, tidak seformal treaty atau konvensi, pihak-pihak
terbatas, mengatur hal-hal teknis dan administratif. Ex: Bilateral treaty
yang banyak dibuat
e. Arrangement : hampir sama dengan Agreement, untuk transaksi-
transaksi yang bersifat sementara
f. Charter (Piagam) : melandasi pembentukan suatu OI. Ex: Charter of
the United Nations ; Charter of The Organisation of American States
g. Covenant : dalam kamus disamakan dengan Agreement dan
Convention, tidak sering digunakan walau dianggap penting, dipakai
juga sebagai dasar pembentukan OI. Ex: Interntional Covenant on
Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) 1966 ; Internasional
Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) 1966 ; Covenant of The
League of Nations.
h. Statute (Statuta) : sama dengan Charter, perjanjian Kolektif,
tambahan suatu konvensi. Ex: Statute of Internasional Court of
Justice
i. Constitution : sama dengan charter. Ex: Constitution of WHO
j. Pact (Pakta) : Perjanjian yang berkaitan dengan unsur-unsur militer.
Ex: Briand Kellog Pact 1928 ; Baghdad Pact 1955 (Bentuk CTO) ;
Warsaw Pact 1955
k. Declaration (Deklarasi) :
Sebagai treaty penuh : Deklarasi Bangkok 1967 : ASEAN
Sebagai instrumen yang kurang formal, lampiran Treaty/Konvensi
Sebagai persetujuan yang tidak begitu formal yang menyangkut hal-hal yang
kecil arti pentingnya (bukan tertulis)
sebagai suatu resolusi dari sebuah konferensi diplomatik, untuk
menerangkan beberapa prinsip/kebutuhan agar ditaati semua negara. Ex :
Deklarasi Stockholm 1972 : lingkungan hidup ; Declaration on the prohibition
of military political, or economic coercion in the conclusion of treaties yang
diadopsi dalam Konferensi Wina 1968/1969
l. Final Act : mencatat hasil akhir suatu konferensi untuk dibentuk menjadi
perjanjian
m. General Act : sebuah treaty, dipakai semasa LBB. Ex: The general act for
pacific settlement of international disputes 1928 diterima MU – PBB
dengan perubahan tahun 1949
n. Modus vivendi : instrumen untuk mencatat kesepakatan internasional,
sementara (informal) dan akan diformalkan
o. Exchange of notes/of letters : saling pengertian, dipertukarkan antar
pejabat.
p. Istilah – istilah baru : LOI (Letter of Intent), MOU (Memorandum of
understanding), Concorde, Massage, dll.
Keterkaitan Treaty, HI, dan HN
• Aliran Dualisme:
Treaty menjadi berkarakter HN dan menjadi bagian dari
HN melalui proses transformasi (butuh legislasi nasional)
• Aliran Monisme:
Treaty menjadi berkarakter HN dan menjadi bagian dari
HN melalui proses inkorporasi (butuh implementasi)
Treaty akan tetap berkarakter sbg HI
• Bagaimana dg Indonesia ?
Self-executing dan
non self-executing treaty
Beberapa
Asas hukum (prin- Beberapa asas hukum:
- Pacta sunt servanda & itikad baik
ciples of law) dlm - Pacta tertiis nec nocent nec prosunt
Treaty - Lex posterior derogat legi priori
- Non retroactivity
- Rebus sic stantibus
- Norma jus cogens
Keberadaan dan PengertianAsas hukum
Di dalam atau di luar/melatar belakangi hukum
Berlaku umum:
Asas pada semua bibang
Hukum hukum
Berlaku khusus:
pada satu bidang
hukum
Pacta sunt servanda
.
Hak:
Tuntutan utk dilak-sanakan Janji itu mengikat
atas apa yg tlh disepakati (Pacta sunt servanda)
- Surat Al-Isra, Surat 34: ”....wa aufu bil’ahdi innal ‘ahda kana
mas uulan” (....dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu
akan diminta pertanggung jawabannya...).
.
Ajaran Nasrani:
- Old Testament: ”apabila seseorang berjanji
kepada Tuhan atau mengambil sumpah
untuk memenuhi kewajiban dengan suatu
janji, maka ia tidak boleh mengingkari
perkataannya dan haruslah ia melaksanakan
apa yang telah dikatakannya”.
• PI Lama PI Baru
A A
D B
E C
F F
Hub: A F ? Hub: A D ?
Hub: E
C B
Norma Jus Cogens (Ps. 53 jo.64: 1969 & 1986)
= norma dasar hukum internasional umum
= suatu norma yg diterima dan diakui oleh masyarakat
internasional secara keseluruhan sbg norma yg tdk
boleh dilanggar dan hanya dpt diubah oleh suatu
norma dasar HI umum yg baru yg mempunyai sifat
yg sama
= Public policy atau Ketertiban Umum Hk. Nasional
- Jus Cogens : norma-2 hukum yg mengikat dan
bersifat imperatif
- Jus Dispositum : ketentuan-2 hk yg mengikat, ttp tdk
imperatif, krn dpt diubah oleh suatu
konvensi
.
Rebus
sic stantibus Bierly, bahwa dalam setiap perjanjian
internasional ada tersirat suatu syarat
tambahan yang menentukan bahwa
perjanjian itu hanya mengikat selama
keadaan-keadaan masih seperti semula.
• Dalam Konvensi Wina 1969 dan 1986 diatur dlm Ps.62 ; ”fundamental
change of circumtances
= suatu perubahan keadaan yg fundamental/mendasar
kewajiban yg timbul dr PI hanya akan berlaku selama
keadaan-2 yg esensiel tetap atau tdk berubah (sbg klausula
diam-diam dlm perjanjian)
= negara boleh menggunakan rebus sic stantibus sbg alasan
utk mengakhiri atau menarik diri atau menunda berlakunya
perjanjian, bila:
- keadaan itu sbg dasar mengikatnya negara, dan
- akibat perubahan keadaan mempengaruhi kewajiban
negara
Perundingan
Perundingan
Perundingan
Penandatanganan
Penandatangan
Ratifikasi
Konferensi Internasional
Prakarsa Negara-negara Prakarsa OI
PENANDA-
TANGAN
PERUNDINGAN
PANITIA KONF:
NEG. PESERTA PERSIAPAN
- TATA TERTIP - LEGAL
- CREDENTIAL - PRESIDEN DRAFTING
- FULL POWER - REPORTER - KOMITE-2
Praktek Penetapan & Berlakunya Treaty
1. Akreditasi wakil negara
2. Perundingan & penerimaan
3. Pengesahan, penandatanganan, & pertukaran instrumen
4. Ratifikasi reservasi
5. Aksesi & Adhesi
6. Entry into force (Pemberlakuan)
7. Pemberlakuan & Publikasi
8. Penerimaan dan pelaksanaan
TAHAP PERSIAPAN
Penetapan orang yg akan berunding (Credentials)
= Surat yg dikeluarkan oleh Presiden/Menteri yg
memberi kuasa kpd satu atau beberapa orang utk
mewakili Pemerintah dalam hal menghadiri,
merundingkan, dan atau menerima hasil akhir suatu
pertemuan internasional
Akreditasi Wakil Negara
• Menunjuk wakil negara untuk berunding, memberi kepercayaan,
ketetapan menunjuk wakil untuk melakukan perundingan.
• fungsi : membuktikan statusnya sebagai utusan dan wewenang
yang dipunyai :
menghadiri perundingan
ikut serta berunding
Menandatangani treaty (menerima naskah)
menutup treaty consent to be bound.
FULL POWER
• Bentuk : Dokumen full power
• Penerbitan full powers (surat kuasa)
= Surat yg dikeluarkan oleh Presiden/Menteri yg memberi kuasa kpd satu atau beberapa
orang utk mewakili Pemerintah untuk menandatangani atau menerima naskah perjanjian,
menyatakan persetujuan negara utk mengikatkan diri pd PI dan atau menyelesaikan hal-2
yg perlu dlm pembuatan PI
• Praktek inggris :
a. Special Full Power
Heads of state form
Ditandatangani Raja/Ratu dan dicap great seal
b. Government full power
Treaty inter govt / Inter state form
Ditandatangani & dicap mentri luar negeri
Full Power
• Dokumen Full Power suatu keharusan?
Umumnya YA!!
• Bagaimana Kalau tidak ada? Pengecualian :
1. Orang-Orang tertentu yang sudah dikenal baik
2. Perjanjian antar departemen 2 negara
3. Konferensi buruh internasional
• Full Power diberitahukan lawan berunding
a. Bilateral : saling dipertukarkan
b. Multilateral : diserahkan pada panitia full Power
Catatan utk Credentials & Full Powers
Art. 7 VC of LT
Sidang MU PBB:
- penentuan delegasi
- tdk dibutuhkan full powers
- hasil sidang di tandatangani Sekjend
Konferensi dlm rangka OI
- Art. 27 Rules of Procerure GA: credentiasl diserahkan pd
sekjend 1 minggu sblm sidang
- credential dan full powers dibuat dlm satu dokmen
Praktek Indonesia:
- credentials utk menghadiri sidang. Full Powers utk menandatangani
- kepala perwakilan diplomtik mwmbutuhkan full powers
SKEMA PEMBUATAN SURAT KEPERCAYAAN ( CREDENTIALS ) SKEMA PEMBUATAN SURAT KUASA ( FULL
POWERS )
Ps. 1(4) UU 24/2000 Ps. 1(3) UU 24/2000
Credentials adalah surat yang dikeluarkan oleh Presiden atau Menlu Full Powers adalah surat yang dikeluarkan oleh Presiden atau Menlu yang
yang memberikan kuasa kepada satu atau beberapa orang yang memberikan kuasa kepada satu atau beberapa orang yang mewakili
mewakili Pemerintah RI untuk menghadiri, merundingkan dan / atau Pemerintah RI untuk menandatangani atau menerima naskah perjanjian ,
menerima hasil akhir suatu pertemuan internasional. dan / atau menyelesaikan hal-hal lain yang diperlukan dalam pembuatan
perjanjian internasional.
PENYELENGGARAAN
Full Powers diterbitkan jika: Para pihak telah
SIDANG, KONFERENSI,
1. Perjanjian bersangkutan sepakat dan menerima
KONVENSI, DLL.
mensyaratkan semua aspek Substansi
2. Berdasarkan pertimbangan Menlu dan Redaksional dari
untuk Perjanjian tersebut Draft Perjanjian
Instansi dalam negeri baik lembaga pemerintah maupun non
dibutuhkan ( adoption of the text )
pemerintah sebagai pemrakarsa yang diundang dalam Sidang / 3. Draft Perjanjian sudah melampaui
Konferensi / Konvensi dari suatu Badan atau Organisasi mekanisme konsultasi dengan
Internasional, membuat surat permohonan pembuatan Deplu dan instansi terkait
Credentials pada unit terkait di Deplu.
Naskah Full Powers Perjanjian
yang telah SIAP DITANDA
Unit terkait ditandatangani oleh TANGANI
Unit terkait Ditjen HPI Menlu akan
Deplu
Deplu jika melakukan diserahkan langsung
menyampaikan
diperlukan akan verifikasi dari kepada Pemrakarsa
draft susunan
menambah segi hukum atau melalui unit
Delegasi pada
kan sejumlah dan terkait di Deplu
Ditjen HPI, yang Pemrakarsa mengajukan
unsur prosedural
meliputi nama permohonan pembuatan Full
Deplu dan / atau terhadap draft
dan fungsinya Power kepada unit terkait di
Perwakilan susunan
dalam Delegasi Deplu atau Dirjen HPI
ke dalam Delegasi
dengan melampirkan salinan
susunan
(copy)
Delegasi.
PENANDATANGANA
Draft Credentials yang
PENANDATANGANA N OLEH MENLU Ditjen HPI akan meneliti
akan diinisial oleh
N OLEH MENLU draft Perjanjian dari segi
Kasubdit terkait,
juridis, politis, security,
Direktur terkait
Naskah dan teknis
( Direktur Perjanjian
Credentials yang Draft Credentials Polkamwil atau Draft Full Powers
telah yang telah diinisial Ekososbud ); Direktur yang telah diinisial
ditandatangani disampaikan ke Dit Jenderal Hukum dan disampaikan ke Dit. Draft Full Powers akan diinisial oleh
Menlu akan Perjanjian Perjanjian Perjanjian Kasubdit terkait, Direktur terkait (Direktur
diserahkan Ekososbud untuk Internasional. Eksosbud untuk Perjanjian Polkamwil atau Ekososbud):
langsung kepada dituangkan dalam dituangkan dalam Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian
Pemrakarsa atau format dan kertas format dan kertas Internasional
melalui unit terkait khusus. khusus.
Example of an instrument of full powers:
I have the honour to inform you that I Dr. Ir. Rafli Ahmad, President of the Republif of Indonesia, have given
full powers to the Honourable Mr. Tukul, General Secretary of the Police, to sign of behalf of Republic of
Indonesia the United Nations Convention Against Transnational Organized Crime and the two protocols to be
opened for signature in Palermo, Italy, from 12th to 15 th December 2000:
I. Protocol against the smuggling of migrants by land, air and sea, supplementing the United
Nations Convention against Transnational Organized Crime.
II. Protocol to prevent, suppress and punish trafficking in persons, especially women and children,
supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime.
This note constitutes the full powers empowering the Honourable Mr. Tukul to sign the above-stated
Convention and Protokol
(Signature )
Full Powers (SURAT KUASA)
Yang bertanda tangan di bawah ini, ….(nama pejabat)…, Menteri Luar
Negeri Republik Indonesia, memberi kuasa penuh kepada:
Sebagai bukti, Surat kuasa ini saya tandatangani dan bubuhi meterei di
Jakarta pada tanggal….bulan….Tahun….
tanda tangan
Kuasa menandatangani perjanjian
1. Mensyaratkan Surat Kuasa
In Witness Whereof, the undersigned, being
duly authorized by their respective Governments, have
signed this Agreement.
2. Tidak mensyaratkan Surat Kuasa.
In Witness Whereof, the undersigned, have
signed this Agreement
atau
In Witness Whereof, the authorized representatives,
have signed this Agreement.
Bahasa yg dipergunakan
Bentuk instrumen Full Power
Tidak ada bentuk khusus yg seragam
Mengandung:
- adanya pemberi kuasa yg syah dan tanda tangan
pemberi kuasa
- utk perjanjian yg akan ditandatangani
- nama terang dan gelar orang yg ditunjuk
- negara yang diwakili
- tempat dan tanda tangan di buat
- stempel negara /segel resmi
Persoalan:
- Bagaimana kalau orang yg ditunjuk berhalangan ?
- Bagaimana bila terjadi pergantian Penguasa/Pemerintahan ?
Credentials (Surat Kepercayaan)
Dengan hormat kami beritahukan kepada Yang Mulia bahwa susunan Delegasi RI pada
Sidang ……… yang diselenggarakan di Jenewa, Swiss pada Tanggal 7 – 14
Desember 2011 adalah sebagai berikut:
1. Tarzan Ketua Delegasi
Dubes LBdan BP
Perwakilan Tetap RI utk
PBB dan OI lainnya di Jenewa
2. Komeng WK Ketua
Deputi Bidang Observasi
Badan Meteorologi dan
Geovisika
3. Kadir Sekretaris
Kepala Pusat Sistem insttumen
4. Nunung Anggota
Kepala Bidang instrumen
5. Patrio Anggota
Kepala Bidang teknologi
Terimalah, Yang Mulia, penghargaan kami yang setinggi tingginya
Perundingan dan Penerimaan
A. Cara Perundingan :
1. Treaty Bilateral : Pourparlers
2. Treaty Multilateral : Konferensi Diplomatik dengan perhatikan :
a. Inisiatif Treaty dari Negara dipilih negara yang mempunyai inisiatif
b. Inisiatif Treaty dari PBB Dipilih tempat yang sering dipakai untuk konferensi
internasional. Contoh : Wina, Jenewa, New York, London, Moscow, dll
B. Prosedur
Untuk konferensi diplomatik ada pola standard :
1. Pembentukan Steering Committee
2. Pembentukan Panitia Hukum dan Perumus
3. Pembentukan Rapporteur Committee
4. Panitia Full Power
C. Cara Perundingan :
1. Formal Meeting
2. Informal Meeting
D. Pengambilan Keputusan :
1. Umum : Lihat KW 1969, Pasal 9 ayat (2) Persetujuan 2/3 suara dari
negara yang hadir dan memberikan suara
2. Bisa ditentukan berdasar mayoritas yang lain Ex: ASEAN Musyawarah
Mufakat
Persetujuan & Pengesahan naskah
= Pasal 9: persetujuan adalah menyetujui hasil
perundingan dg cara:
- mayoritas, 2/3 suara hadir dan berhak
bersuara,
- cara lain yg disepakati
= Pengesahan naskah (otentifikasi), dapat
dilakukan penandatanganan,
penandatanganan ad-referendum, paraf, final
act, cap, cara lain yg disepakati.
Pengesahan, Penandatanganan dan
Pertukaran Instrument
A. Fungsi tanda tangan : Authenticate Text
B. Cara Authenticate Text:
1. Prosedure dalam treaty
2. Persetujuan negara – negara bila tidak tetapkan prosedur
3. Signature
4. Signature ad referendum
5. Initialing
6. Incorporasi dalam final act
Waktu Penandatanganan
RATIFIKASI/PENGESAHAN PENANDATANGANAN
PERTUKARAN
INSTRUMEN
AKSEPTASI
Art. 11: Consent
to be bound
PERSETUJUAN ATAU
CARA LAIN
AKSESI
d. Akibat Hukum:
1. Tidak harus diratifikasi (langsung berlaku dan mengikat)
2. Harus diratifikasi, acceptance, approval
Catatan :
Ad.1. *kehendak para pihak (Negotiating state) berlaku sejak
penandatanganan
*Ditetapkan dalam full Power untuk mencegah pembatalan treaty.
Ad.2. Harus dengan ratifikasi, dst. 3 Tahap!
Ratifikasi
• Teori : Persetujuan kepala negara/kepala pemerintahan atas tanda
tangan yang diberikan perutusannya. #Aksesi (bergabungnya pihak
III)
• Konvensi Wina 1969, Pasal 2 ayat (1) b Ratifikasi – acceptance =
approval = accession
• F. Sugeng Istanto :
1. Persetujuan atas tanda tangan perutusan
2. Pernyataan persetujuan atas treaty
Article 82
Ratification
• The present Convention is subject to ratification. The
instruments of ratification shall be deposited with the
Secretary-General of the United Nations.
Article 83
Accession
• The present Convention shall remain open for accession by any
State belonging to any of the categories mentioned in article
81. The instruments of accession shall be deposited with the
Secretary-General of the United Nations
Ratifikasi
• Doktrin :
1. Lord Stowell : “..... For the instrument, in point of legal efficacy, is
imperfect without it.”
2. Judge JB.Moore : “doktrin yang menyatakan treaty dapat berlaku
sebelum ratifikasi adalah dapat diabaikan/usang dan hanya
merupakan gema masa lampau.”
Secara umum tanpa ratifikasi treaty tidak dapat berlaku!
catatan : tidak sepenuhnya benar, mengingat sampai sekarang
pembuatan treaty 2 tahap masih tetap terjadi.
Ratifikasi (Pengesahan=Ind)
• Hakikat Ratifikasi = Konfirmasi
= konfirmasi neg atas perbuatan hukum
dr pejabatnya yg tlh menandatangani
sbg tanda persetujuan utk terikat pd PI
Dasar Pertimbangan:
Dulu : alasan geografis
Kini : prinsip demokrasi
Ratifikasi
• Pasal 14 ayat (1) : keterikatan dengan ratifikasi syarat :
1. Ditetapkan secara terang-terangan dalam treaty
2. Disetujui oleh negara-negara perunding
3. Wakil-wakil negara telah menandatangani treaty yang merupakan
subject untuk ratifikasi
4. Kemauan negara tampak dari dokumen full power.
• Keterikatan lewat Acceptance/approval Pasal 14 ayat (2) KW
1969 : sama dengan ratifikasi.
Hak negara untuk Ratifikasi
• Dasar Pembenar :
1. Hak negara untuk tinjau kembali persetujuan yang telah
ditandatangani perutusannya, sebelum menerima kewajibannya.
2. Berdasar prinsip kedaulatan negara hak untuk menarik diri dari
treaty
3. Kebutuhan penyesuaian dengan Hukum nasional
4. Prinsip demokrasi diketahui parlemen (lembaga wakil rakyat)
Ratifikasi merupakan kewajiban ?
Dasar pertimbangan Ratifikasi:
• memberi kesempatan pada negara ybst. utk.
mengadakan peninjauan kembali; atau
• berdasarkan prinsip kedaulatannya, suatu negara
berhak utk menarik diri dari partisipasinya;
• utk diadakan penyesuaian dg hk nasionalnya;
• berdasarkan prinsip demokrasi, yaitu adanya
keharusan utk minta pendapat parlemen.
Ratifikasi = Kewajiban?
• HI tidak meletakkan hal itu sebagai kewajiban
• Apabila negara tidak ingin meratifikasi courtecy : pemberitahuan
kepada negara lain.
• Ratifikasi # kewajiban : kedaulatan negara
• Akibat kelambatan ratifikasi Law making treaty : treaty multilateral,
treaty tidak bisa segera berlaku (ada jumlah tertentu yang harus
dipenuhi)
• Keterikatan negara lewat ratifikasi tidak berlaku surut (berlaku asas
non retroactive) lihat Pasal 28 Konvensi Wina 1969
Ratifikasi dan Hukum Nasional
(Hukum Konstitusi Negara)
• Ratifikasi berhubungan erat dengan hukum konstitusi negara
1. Banyak organ negara terlibat, selain kepala negara/kepala
pemerintahan
2. Antara negara satu dan yang lain berbeda
• Praktek :
1. Treaty biasanya dilakukan kepala negara
2. Treaty kurang penting dilakukan kepala pemerintahan/menlu.
Praktik Ratifikasi di Indonesia
• Pasal 11 UUD 1945 : Perjanjian Internasional dibuat oleh Presiden
dengan persetujuan DPR
Dimaksudkan sebagai ratifikasi
• Praktek :
1. Surat presiden No. 2826/HK/1960:
a. Treaty (Penting) dimintakan persetujuan DPR, diundangkan dalam
bentuk UU
b. Agreement (Kurang Penting) tidak dimintakan persetujuan DPR
(hanya diberitahu) diundangkan dalam bentuk Keppres
Praktek Ratifikasi di Indonesia
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian
Internasional menggantikan surat presiden No.. 2826/1960
a. Pasal 10 dilakukan dengan Undang-Undang : *Masalah politik,
perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara ; *Perubahan
wilayah atau penetapan batas wilayah negara RI; *Kedaulatan atau
hak berdaulat negara; *Hak asasi manusia dan lingkungan;
*Pembentukan kaidah hukum baru; *Pinjaman dan / atau hibah
luar negeri.
b. Pasal 11 dilakukan dengan keppres : diluar yang diatur dalam
Pasal 10
Pertukaran / Penyimpanan Dokumen
Ratifikasi
• Treaty Bilateral : saling dipertukarkan, disimpan di Deplu, dibuatkan
Process verbal
• Treaty Multilateral : disimpan di negara deposit (depository state)
tergantung inisiatif pembuatan treaty
a. Negara : Deplu negara tempat treaty ditandatangani
b. PBB : Sekjen PBB (dulu semasa LBB disimpan pada Sekjen LBB)
Reservasi:
= pernyataan formal/sepihak dari suatu negara pada saat
menyatakan terikat, utk meniadakan atau merubah akibat
hukum atas beberapa ketentuan dlm perjanjian dlm
penerapan pada dirinya
• Pasal 27:
Suatu negara pihak tidak dpt memberikan alasan
untuk tidak mematuhi suatu perjanjian krn kesulitan
dari HN-nya. Aturan ini tanpa mengesampingkan Psl,
46 Konvensi ini (Tdk Sahnya PI krn bertentangan dg
HN)
Bentuk Reservasi
• Umumnya reservasi yang dilakukan negara dituangkan dalam :
Protokol yang terlampir dalam Konvensi, Final Act, Exchange of Notes
• Semua hal yang terkait dengan reservasi dilakukan secara tertulis!
Dan diumumkan sebagaimana mestinya Pasal KW 1969
Akibat Hukum Reservasi Pasal 21 KW
1969
1. Negara reservasi – negara yang menerima reservasi
Mengubah ketentuan treaty, sejauh yang direservasi dalam
hubungan mereka
2. Negara reservasi – negara yang menolak
Reservasi tidak berlaku, treaty berlaku penuh
3. Antar negara inter-se
Treaty berlaku penuh tanpa perubahan.
Beberapa catatan seputar Reservasi
• Pengesahan:
- ratifikasi (ratification): bila Indonesia turut
menandatangani naskah PI
- aksesi (accession): bila Indonesia tidak turut
menandatangani naskah PI
- Penerimaan (acceptance) dan Persetujuan
(approval): untuk suatu perubahan atas PI
Konvensi Wina 1969
Beri pengertian aksesi sama dg ratifikasi, penerimaan,
persetujuan
Aksesi diperbolehkan dg syarat (Pasal 15):
- Bila dijinkan oleh PI ybst,
- terbukti dari negara-negara yang ikut berunding
menghendaki demikian
Competence of The General Assembly for the Admission of a State to the United
Nations, ICJ-1950 ( Wewenang Majelis Umum PBB Untuk Menerima Negara
Sebagai Anggota PBB )