1/Jan-Mar/2018
KEKUATAN MENGIKAT PERJANJIAN antar negara. Oleh karena itu kekuatan atau
INTERNASIONAL SEBAGAI SALAH SATU sifat mengikat perjanjian internasional secara
SUMBER HUKUM INTERNASIONAL MENURUT tegas telah dinyatakan dalam Pasal. 26
PASAL 38 PIAGAM MAHKAMAH Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian yang
INTERNASIONAL1 menyatakan bahwa : Tiap-tiap perjanjian yang
Oleh : Rodrigo Wullur2 berlaku mengikat negara-negara pihak dan
Dosen Pembimbing: harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Harold Anis, SH, MH, M.Si. Kata kunci: Kekuatan Mengikat, Perjanjian
Oliij Aneke Kereh, SH, MH Internasional, Sumber Hukum Internasional,
Mahkamah Internasional
ABSTRAK
Penelitian ini dialkukan dengan tujuan untuk PENDAHULUAN
mengetahui bagaimanakah Ketentuan Hukum A. Latar Belakang Permasalahan
Internasional Berkaitan Dengan Proses Setiap negara mempunyai hak untuk
Pembentukan Perjanjian Internasional Antar membuat perjanjian internasional. Pada
Negara dan bagaimanakah Kekuatan Mengikat dasarnya bagi negara yang berbetuk federal,
Perjanjian Internasional Sebagai Salah Satu negara-negara bagian tidak mempunyai
Sumber Hukum Internasional Menurut wewenang untuk membuat perjanjian
Konvensi Wina 1969. Dengan menggunakan internasional karena wewenang tersebut
metode penelitian yuridis normatif, berada pada pemerintah federal. Namun
disimpulkan: 1. Menurut ketentuan hukum kadang-kadang berdasarkan konstitusi, negara-
internasional, sebagaimana yang tertuang negara bagian untuk hal-hal tertentu dapat
dalam Konvensi Wina 1969 tentang Hukum membuat perjanjian internasional.
Perjanjian Internasional, bahwa proses Walaupun bermacam-macam nama yang
pembentukan perjanjian internasional yang diberikan untuk perjanjian internasional mulai
dilakukan antar negara dapat dilakukan melalui dari yang paling resmi sampai pada bentuk
tiga tahap, dan pada umumnya tiga tahap yang yang sangat sederhana, semuanya sama-sama
harus dilalui dalam penyusunan suatu naskah mempunyai kekuatan hukum dan mengikat
perjanjian yakni : perundingan (negotiation), pihak-pihakyang terkait. Menurut Myers, ada
penandatanganan (signature), pengesahan sekitar 29 macam istilah yang digunakan untuk
(ratifikasi). Selanjutnya tentang naskah perjanjian-perjanjian internasional. 3
perjanjian itu sendiri juga dilakukan dengan tiga Sebagaimana yang telah diuraikan diatas,
cara, yakni penyusunan naskah, penerimaan bahwa konvensi-konvensi atau perjanjian-
dan pengesahan bunyi naskah perjanjian perjanjian internasional merupakan sumber
internasional dan dalam prakteknya ketiga utama hukum internasional. Perjanjian tersebut
tahap tersebut dapat dilakukan sekaligus. dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi
Unsur-unsur formal naskah suatu perjanjian, pihak hanya dua negara dan multilateral bila
biasanya terdiri dari mukadimah, batang tubuh, yang menjadi pihak lebih dari dua negara.
klausula-klausula penutup dan annex. 2. Kadang-kadang juga suatu perjanjian disebut
Pemberian ratifikasi suatu negara terhadap regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
perjanjian internasional menandakan negara dari satu kawasan. Perjanjian
persetujuannya untuk mengikatkan diri pada internasional yang merupakan sumber utama
suatu perjanjian. Dalam praktek, setiap hukum internasional adalah perjanjian yang
perjanjian internasional yang telah dihasilkan berbentuk law-maing treaties yaitu perjanjian-
melalui tahapan pembentukan perjanjian perjanjian internasional yang berisikan prinsip-
internasional pada dasarnya mempunyai prinsip dan ketentuan-ketentuan yang berlaku
kekuatan mengikat terhadap negara peserta, secara universal atau umum.
karena perjanjian internasional tersebut Sampai tahun 1969, pembuatan perjanjian
menjadi sumber hukum jika terjadi persoalan internasional hanya diatur oleh hukum
kebiasaan. Berdasarkan draft yang disiapkan
1
Artikel Skripsi.
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Myers., The Names and Scope of Treaties, 51 American
14071101165 Journal of Internatioanl Law, 1975, Page, 575.
97
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
98
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
pejabat yang berwenang dari suatu negara 1. Perjanjian Internasional, baik yg bersifat
yang menunjuk satu atau beberapa utusan umum maupun khusus yang
untuk mewakili negaranya dalam mengandung ketentuan hukum yang
perundingan, menerima atau membuktikan diakui secara tegas oleh negara-negara
keaslian naskah suatu perjanjian, yang bersengketa.
menyatakan persetujuan negara untuk 2. Kebiasaan Internasional, sebagai bukti
mengikatkan diri dalam suatu perjanjian dari suatu kebiasaan umum yang telah
atau melaksanakan perbuatan lainnya diterima sebagai hukum.
sehubungan dengan suatu perjanjian. 3. Prinsip Hukum Umum, yang diakui oleh
Namun perlu dicatat bahwa full powers bangsa-bangsa beradab.
tidak selalu merupakan satu-satunya 4. Keputusan Pengadilan dan Pendapat Ahli
dokumen yang dimiliki oleh suatu delegasi Sarjana dari berbagai negara sebagai
kesuatu konferensi bilateral maupun sumber tambahan bagi menetapkan
multilateral, tetapi mereka juga harus aturan hukum.
dilengkapi dengan credentials atau surat-
surat kepercayaan. Ad. 1. Perjanjian Internasional.
Perjanjian Internasional ialah perjanjian
2. Penerimaan Naskah Perjanjian (adoption of yang diadakan oleh masyrakat bangsa-bangsa
the text) dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat
Naskah suatu perjanjian diterima dengan tertentu. Perjanjian ini harus diadakan oleh
suara bulat yakni persetujuan penuh dari subjek hukum internasional yang menjadi
suatu negara yang turut serta dalam anggota masyarakat internasional. Istilah lain
perjanjian,. ketentuan suara bulat berlaku dari perjanjian internasional antara lain : traktat
mutlak dalam perjanjian bilateral. (treaty), pakta (pact), konvensi (convension),
Dalam suatu perjanjian internasional piagam (statue), charter, declaration, protocol,
yang bersifat bilateral penerimaan naskah arrangemen, accord, modus vivendi, covenant
secara bulat bagi para pihak sangat mudah dsb. Dewasa ini hukum internasional cenderung
dicapai, demikian pula dalam perjanjian mengatur hukum perjanjian internasional
multilateral dimana jumlah anggotanya antara organisasi internasional dengan
masih terbatas. Untuk ASEAN yang organisasi internasional atau antara organisasi
beranggotakan 10 negara atau Uni Eropah internasional dengan subjek hukum
dengan 15 negara, masih tidak terlalu sulit internasional secara tersendiri. Hal ini
untuk mengambil keputusan dengan suara disebabkan oleh perkembangan yang pesat dari
bulat. Tetapi dengan perjanjian multilateral organasisasi internasional di lapangan ini.
dengan puluhan peserta, misalnya PBB Berdasarkan praktek beberapa negara kita
dengan 189 negara anggota, maka dapat membedakan perjanjian internasional itu
pengambilan keputusan dengan suara bulat ke dalam beberapa golongan. Pada satu pihak
tidak mungkin untuk dicapai. Dalam praktek terdapat perjanjian internasional yang diadakan
maka para peserta konferensi biasanya menurut tiga tahap pembentukan yaitu
menentukan sendiri ketentuan-ketentuan perundingan, penandatanganan, dan ratifikasi.
mengenai pemungutan suara untuk Di pihak lain perjanjian internasional ada yang
penerimaan naskah perjanjian. hanya melalui dua tahap yakni perundingan
dan penandatanganan.
B. Kekuatan Mengikat Perjanjian Pada umumnya perjanjian golongan
Internasional pertama diadakan untuk hal yang dianggap
Kekuatan Mengikat Perjanjian Internasional penting sehingga memerlukan persetujuan dari
Menurut Pasal 38 Piagam Mahkamah badan yang memiliki hak untuk mengadakan
Internasional. Sebagaimana yang tercantum perjanjian (treaty making power), sedangkan
dalam Pasal 38 Piagam Mahkamah perjanjian golongan yang kedua lebih
Internasional, sumber-sumber hukum sederhana sifatnya diadakan untuk perjanjian
internasional terdiri dari : yang tidak begitu penting dan memerlukan
penyelesaian yang cepat. Mengenai klasifikasi
99
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
perjanjian internasional terdapat beberapa harus dilaksanakan dengan itikad baik. Pada
penggolongan. Penggolongan yang pertama umumnya suatu perjanjian internasional
ialah perbedaan perjanjian internasional dalam dinyatakan mulai berlaku pada saat
dua golongan yakni perjanjian multilatera dan penandatanganan oleh wakil dari masing-
bilateral. Perjanjian bilateral artinya perjanjian masing pihak yang mengadakan perundingan,
antara dua pihak contohnya perjanjian antara walaupun dalam prakteknya dalam perjanjian
Republik Indonesia dengan RRC mengenai multilateral klausul yang mulai berlaku sejak
masalah dwikewarganegaraan, sedangkan tanggal penandatangan jarang sekali terjadi
perjanjian multilateral artinya antara banyak disebabkan banyaknya para pihak pada
pihak misalnya Konvensi Jenewa 1949 perjanjian multilateral tersebut. Sedangkan
mengenai perlindungan korban perang. untuk berakhirnya perjanjian internasional
Penggolongan lain yang lebih penting dalam dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
pembahasan hukum internasional sebagai lain batas waktu berlakunya perjanjian
sumber hukum formal ialah penggolongan internasional sudah berakhir dan tujuan
perjanjian dalam treaty contract dan law perjanjian sudah berhasil dicapai
making treaties.
Pada umunya treaty contract dimaksudkan Ad. 2. Kebiasaan Internasional.
perjanjian seperti suatu kontrak atau perjanjian Hukum Kebiasaan Internasional adalah
hukum perdata yang hanya mengakibatkan hak Kebiasaan Internasional yang merupakan
dan kewajiban antara para pihak yang kebiasaan umum yang di terima sebagai
mengadakan perjanjian itu. Sedangkan law hukum. Perlu diketahui bahwasannya tidak
making treaties adalah perjanjian yang semua kebiasaan internasional dapat menjadi
meletakan kaidah atau ketentuan hukum bagi sumber hukum. Untuk dapat dikatakan bahwa
masyarakat internasional sebagai keseluruhan. kebiasaan internasional itu merupakan sumber
Perbedaan antara treaty contract dan law hukum perlu terdapat unsur-unsur sebagai
making treaties jelas nampak apabila dilihat berikut :
dari pihak yang tidak turut serta dalam a. Harus terdapat suatu kebiasaan yang
perundingan yang melahirkan perjanjian bersifat umum (material)
tersebut. Pihak ketiga umumnya tidak dapat b. Kebiasaan itu harus di terima sebagai
turut serta dalam treaty contract. Sedangkan hukum (psikologis)
pada law making treaties selalu terbuka bagi Sebagai suatu sumber hukum kebiasaan
pihak lain yang semula tidak ikut serta dalam internasional tidak berdiri sendiri. Kebiasaan
perjanjian, kerena yang di atur dalam perjanjian internasional erat hubungannya dengan
itu merupakan masalah umum yang mengenai perjanjian internasional dimana hubungan ini
semua anggota masyarakat internasional. adalah hubungan timbal balik.
Apabila ditinjau secara yuridis maka
menurut bentuknya setiap perjanjian baik Ad. 3. Prinsip Hukum Umum.
treaty contract dan law making treaties adalah Prinsip Hukum Umum adalah prinsip hukum
suatu kontrak perjanjian antara dua atau lebih yang mendasari sistem hukum modern yaitu
negara yang menimbulkan hak dan kewajiban sistem hukum positif yang didasarkan atas asas
bagi masing-masing pesertanya. dan lembaga hukum negara barat yang untuk
Setiap perjanjian internasional yang telah sebagian besar didasarkan atas asas dan
dihasilkan melalui tahapan pembentukan lembaga hukum Romawi. Menurut Pasal 38
perjanjian internasional pada dasarnya ayat (1) Piagam Mahkamah Internasional
mempunyai kekuatan mengikat terhadap prinsip hukum umum merupakan suatu sumber
Negara peserta karena memiliki akibat hukum. hukum formal utama yang berdiri sendiri di
Mengenai kekuatan atau sifat mengikat samping kedua sumber hukum yang telah
perjanjian internasional secara tegas telah disebut di atas yaitu perjanjian internasional
dinyatakan dalam Pasal. 26 Konvensi Wina dan kebiasaan internasional. Adanya prinsip
tentang Hukum Perjanjian yang hukum umum sebagai sumber hukum primer
menyatakan bahwa : Tiap-tiap perjanjian yang tersendiri sangat penting bagi pertumbuhan
berlaku mengikat negara-negara pihak dan dan perkembangan hukum internasional
100
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
101
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
102