Anda di halaman 1dari 6

Lex Administratum, Vol. VI/No.

1/Jan-Mar/2018

KEKUATAN MENGIKAT PERJANJIAN antar negara. Oleh karena itu kekuatan atau
INTERNASIONAL SEBAGAI SALAH SATU sifat mengikat perjanjian internasional secara
SUMBER HUKUM INTERNASIONAL MENURUT tegas telah dinyatakan dalam Pasal. 26
PASAL 38 PIAGAM MAHKAMAH Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian yang
INTERNASIONAL1 menyatakan bahwa : Tiap-tiap perjanjian yang
Oleh : Rodrigo Wullur2 berlaku mengikat negara-negara pihak dan
Dosen Pembimbing: harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Harold Anis, SH, MH, M.Si. Kata kunci: Kekuatan Mengikat, Perjanjian
Oliij Aneke Kereh, SH, MH Internasional, Sumber Hukum Internasional,
Mahkamah Internasional
ABSTRAK
Penelitian ini dialkukan dengan tujuan untuk PENDAHULUAN
mengetahui bagaimanakah Ketentuan Hukum A. Latar Belakang Permasalahan
Internasional Berkaitan Dengan Proses Setiap negara mempunyai hak untuk
Pembentukan Perjanjian Internasional Antar membuat perjanjian internasional. Pada
Negara dan bagaimanakah Kekuatan Mengikat dasarnya bagi negara yang berbetuk federal,
Perjanjian Internasional Sebagai Salah Satu negara-negara bagian tidak mempunyai
Sumber Hukum Internasional Menurut wewenang untuk membuat perjanjian
Konvensi Wina 1969. Dengan menggunakan internasional karena wewenang tersebut
metode penelitian yuridis normatif, berada pada pemerintah federal. Namun
disimpulkan: 1. Menurut ketentuan hukum kadang-kadang berdasarkan konstitusi, negara-
internasional, sebagaimana yang tertuang negara bagian untuk hal-hal tertentu dapat
dalam Konvensi Wina 1969 tentang Hukum membuat perjanjian internasional.
Perjanjian Internasional, bahwa proses Walaupun bermacam-macam nama yang
pembentukan perjanjian internasional yang diberikan untuk perjanjian internasional mulai
dilakukan antar negara dapat dilakukan melalui dari yang paling resmi sampai pada bentuk
tiga tahap, dan pada umumnya tiga tahap yang yang sangat sederhana, semuanya sama-sama
harus dilalui dalam penyusunan suatu naskah mempunyai kekuatan hukum dan mengikat
perjanjian yakni : perundingan (negotiation), pihak-pihakyang terkait. Menurut Myers, ada
penandatanganan (signature), pengesahan sekitar 29 macam istilah yang digunakan untuk
(ratifikasi). Selanjutnya tentang naskah perjanjian-perjanjian internasional. 3
perjanjian itu sendiri juga dilakukan dengan tiga Sebagaimana yang telah diuraikan diatas,
cara, yakni penyusunan naskah, penerimaan bahwa konvensi-konvensi atau perjanjian-
dan pengesahan bunyi naskah perjanjian perjanjian internasional merupakan sumber
internasional dan dalam prakteknya ketiga utama hukum internasional. Perjanjian tersebut
tahap tersebut dapat dilakukan sekaligus. dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi
Unsur-unsur formal naskah suatu perjanjian, pihak hanya dua negara dan multilateral bila
biasanya terdiri dari mukadimah, batang tubuh, yang menjadi pihak lebih dari dua negara.
klausula-klausula penutup dan annex. 2. Kadang-kadang juga suatu perjanjian disebut
Pemberian ratifikasi suatu negara terhadap regional bila yang menjadi pihak hanya negara-
perjanjian internasional menandakan negara dari satu kawasan. Perjanjian
persetujuannya untuk mengikatkan diri pada internasional yang merupakan sumber utama
suatu perjanjian. Dalam praktek, setiap hukum internasional adalah perjanjian yang
perjanjian internasional yang telah dihasilkan berbentuk law-maing treaties yaitu perjanjian-
melalui tahapan pembentukan perjanjian perjanjian internasional yang berisikan prinsip-
internasional pada dasarnya mempunyai prinsip dan ketentuan-ketentuan yang berlaku
kekuatan mengikat terhadap negara peserta, secara universal atau umum.
karena perjanjian internasional tersebut Sampai tahun 1969, pembuatan perjanjian
menjadi sumber hukum jika terjadi persoalan internasional hanya diatur oleh hukum
kebiasaan. Berdasarkan draft yang disiapkan
1
Artikel Skripsi.
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Myers., The Names and Scope of Treaties, 51 American
14071101165 Journal of Internatioanl Law, 1975, Page, 575.

97
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

oleh Komisi Hukum Internasional B. PERUMUSAN MASALAH


diselenggarakan suatu Konperensi Internasional 1. Bagaimanakah Ketentuan Hukum
di Wina dari tanggal 26 Maret s/d 24 Mei 1968 Internasional Berkaitan Dengan Proses
dan dari tanggal 9 April s/d 22 Mei 1969 untuk Pembentukan Perjanjian Internasional
mengkodifikasikan hukum kebiasaan tersebut, Antar Negara ?.
sehingga pada akhirnya Konperensi 2. Bagaimanakah Kekuatan Mengikat
menghasilakan Vienna Convention on the Law Perjanjian Internasional Sebagai Salah Satu
of Treaties yang ditandatangani tanggal 23 Mei Sumber Hukum Internasional Menurut
Tahun 1969 yang terdiri dari 85 pasal. 4 Konvensi Wina 1969 ?
Konvensi ini mulai berlaku sejak tanggal 27
Januari 1980 dan telah merupakan hukum C. METODE PENELITIAN
internasional positif karena menjadi sumber Penulis telah menggunakan metode
hukum bagi negara-negara yang mengadakan penelitian kepustakaan (library research),
perjanjian internasional dan bahkan juga dapat yaitu dengan cara mempelajari berbagai buku
menjadi acuan bagi negara dalam menyusun kajian hukum, dalam bentuk konvensi
peraturan perundang-undangan yang berkaitan internasional, undang-undang nasional dan
dengan perjanjian internasional. Konvensi ini sumber-sumber tertulis lainnya yang
merupakan kodifikasi hukum kebiasaan merupakan data sekunder atau data yang
internasional yang disesuaikan dengan diperoleh dari hasil penelitian hukum normatif,
perkembangan kebutuhan dan pandangan yang terdiri dari bahan hukum primer dan
baru, walaupun dengan berlakunya konvensi bahan hukum sekunder.
ini, huum kebiasaan internasional masih tetap
berlaku bagi hal-hak yang belum diatur PEMBAHASAN
konvensi ini.5 A. Proses Pembentukan Perjanjian
Walaupun Indonesia belum menjadi pihak Internasional Antar Negara Menurut
pada konvensi tersebut, namun ketentuan- Hukum Internasional.
ketentuan yang terdapat didalamnya selalu Secara umum proses pembentukan suatu
dijadikan dasar dan pedoman dalam membuat perjanjian internasional yang dilakukan antar
perjanjian-perjanjian internasional dengan negara diatur menurut hukum internasional,
negara-negara lain sebagaimana yang tertuang sebagaimana yang termuat dalam Konvensi
didalam Undang-Undang Nomor.24 Tahun 2000 Wina Tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian
Tentang Perjanjian Internasional. Internasional. Perjanjian internasional sebagai
Ketentuan-ketentuan yang termuat dalam salah satu sumber hukum internasional yang
Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian paling utama sebagaimana yang termuat dalam
akan menjadi pedoman bagi negara-negara Pasal. 38 Statuta Mahkamah Pengadilan
untuk mengadakan perjanjian internasional, Internasional, karena perjanjian internasional
dengan mengikuti tahapan yang ada, baik merupakan factor yang menentukan dalam
dimulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian sengketa antar negara.6
berlakunya perjanjian internasional. Secara terperinci, prosedur atau tahapan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dari suatu perjanjian internasional adalah
penulis tertarik menulis karya ilmiah dalam sebagai berikut :
bentuk skripsi tentang “ Kekuatan Mengikat 1. Proses Penyusunan Naskah Perjanjian
Perjanjian Internasional Sebagai Salah Satu Internasional.
Sumber Hukum Internasional Menurut Pasal Dalam praktek internasional utusan-utusan
38 Piagam Mahkamah Internasional”. suatu negara kesuatu konferensi
internasional biasanya dilengkapi dengan
surat kuasa (full powers). Full powers
menurut Konvensi Wina adalah suatu
dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
4
Lihat, Bahan Ajar Hukum Perjanjian Internasional
6
Fakultas Hukum Unsrat, 2007, Hal. 8 Jawahir Thontowi, Pranoto Iskandar, Hukum
5
F. Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Penerbit Internasional Kontemporer, PT Rafika Aditama, Bandung,
Universitas Atmajaya, Yokyakarta, 1998, Hal. 63 2016, hal. 51

98
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

pejabat yang berwenang dari suatu negara 1. Perjanjian Internasional, baik yg bersifat
yang menunjuk satu atau beberapa utusan umum maupun khusus yang
untuk mewakili negaranya dalam mengandung ketentuan hukum yang
perundingan, menerima atau membuktikan diakui secara tegas oleh negara-negara
keaslian naskah suatu perjanjian, yang bersengketa.
menyatakan persetujuan negara untuk 2. Kebiasaan Internasional, sebagai bukti
mengikatkan diri dalam suatu perjanjian dari suatu kebiasaan umum yang telah
atau melaksanakan perbuatan lainnya diterima sebagai hukum.
sehubungan dengan suatu perjanjian. 3. Prinsip Hukum Umum, yang diakui oleh
Namun perlu dicatat bahwa full powers bangsa-bangsa beradab.
tidak selalu merupakan satu-satunya 4. Keputusan Pengadilan dan Pendapat Ahli
dokumen yang dimiliki oleh suatu delegasi Sarjana dari berbagai negara sebagai
kesuatu konferensi bilateral maupun sumber tambahan bagi menetapkan
multilateral, tetapi mereka juga harus aturan hukum.
dilengkapi dengan credentials atau surat-
surat kepercayaan. Ad. 1. Perjanjian Internasional.
Perjanjian Internasional ialah perjanjian
2. Penerimaan Naskah Perjanjian (adoption of yang diadakan oleh masyrakat bangsa-bangsa
the text) dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat
Naskah suatu perjanjian diterima dengan tertentu. Perjanjian ini harus diadakan oleh
suara bulat yakni persetujuan penuh dari subjek hukum internasional yang menjadi
suatu negara yang turut serta dalam anggota masyarakat internasional. Istilah lain
perjanjian,. ketentuan suara bulat berlaku dari perjanjian internasional antara lain : traktat
mutlak dalam perjanjian bilateral. (treaty), pakta (pact), konvensi (convension),
Dalam suatu perjanjian internasional piagam (statue), charter, declaration, protocol,
yang bersifat bilateral penerimaan naskah arrangemen, accord, modus vivendi, covenant
secara bulat bagi para pihak sangat mudah dsb. Dewasa ini hukum internasional cenderung
dicapai, demikian pula dalam perjanjian mengatur hukum perjanjian internasional
multilateral dimana jumlah anggotanya antara organisasi internasional dengan
masih terbatas. Untuk ASEAN yang organisasi internasional atau antara organisasi
beranggotakan 10 negara atau Uni Eropah internasional dengan subjek hukum
dengan 15 negara, masih tidak terlalu sulit internasional secara tersendiri. Hal ini
untuk mengambil keputusan dengan suara disebabkan oleh perkembangan yang pesat dari
bulat. Tetapi dengan perjanjian multilateral organasisasi internasional di lapangan ini.
dengan puluhan peserta, misalnya PBB Berdasarkan praktek beberapa negara kita
dengan 189 negara anggota, maka dapat membedakan perjanjian internasional itu
pengambilan keputusan dengan suara bulat ke dalam beberapa golongan. Pada satu pihak
tidak mungkin untuk dicapai. Dalam praktek terdapat perjanjian internasional yang diadakan
maka para peserta konferensi biasanya menurut tiga tahap pembentukan yaitu
menentukan sendiri ketentuan-ketentuan perundingan, penandatanganan, dan ratifikasi.
mengenai pemungutan suara untuk Di pihak lain perjanjian internasional ada yang
penerimaan naskah perjanjian. hanya melalui dua tahap yakni perundingan
dan penandatanganan.
B. Kekuatan Mengikat Perjanjian Pada umumnya perjanjian golongan
Internasional pertama diadakan untuk hal yang dianggap
Kekuatan Mengikat Perjanjian Internasional penting sehingga memerlukan persetujuan dari
Menurut Pasal 38 Piagam Mahkamah badan yang memiliki hak untuk mengadakan
Internasional. Sebagaimana yang tercantum perjanjian (treaty making power), sedangkan
dalam Pasal 38 Piagam Mahkamah perjanjian golongan yang kedua lebih
Internasional, sumber-sumber hukum sederhana sifatnya diadakan untuk perjanjian
internasional terdiri dari : yang tidak begitu penting dan memerlukan
penyelesaian yang cepat. Mengenai klasifikasi

99
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

perjanjian internasional terdapat beberapa harus dilaksanakan dengan itikad baik. Pada
penggolongan. Penggolongan yang pertama umumnya suatu perjanjian internasional
ialah perbedaan perjanjian internasional dalam dinyatakan mulai berlaku pada saat
dua golongan yakni perjanjian multilatera dan penandatanganan oleh wakil dari masing-
bilateral. Perjanjian bilateral artinya perjanjian masing pihak yang mengadakan perundingan,
antara dua pihak contohnya perjanjian antara walaupun dalam prakteknya dalam perjanjian
Republik Indonesia dengan RRC mengenai multilateral klausul yang mulai berlaku sejak
masalah dwikewarganegaraan, sedangkan tanggal penandatangan jarang sekali terjadi
perjanjian multilateral artinya antara banyak disebabkan banyaknya para pihak pada
pihak misalnya Konvensi Jenewa 1949 perjanjian multilateral tersebut. Sedangkan
mengenai perlindungan korban perang. untuk berakhirnya perjanjian internasional
Penggolongan lain yang lebih penting dalam dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
pembahasan hukum internasional sebagai lain batas waktu berlakunya perjanjian
sumber hukum formal ialah penggolongan internasional sudah berakhir dan tujuan
perjanjian dalam treaty contract dan law perjanjian sudah berhasil dicapai
making treaties.
Pada umunya treaty contract dimaksudkan Ad. 2. Kebiasaan Internasional.
perjanjian seperti suatu kontrak atau perjanjian Hukum Kebiasaan Internasional adalah
hukum perdata yang hanya mengakibatkan hak Kebiasaan Internasional yang merupakan
dan kewajiban antara para pihak yang kebiasaan umum yang di terima sebagai
mengadakan perjanjian itu. Sedangkan law hukum. Perlu diketahui bahwasannya tidak
making treaties adalah perjanjian yang semua kebiasaan internasional dapat menjadi
meletakan kaidah atau ketentuan hukum bagi sumber hukum. Untuk dapat dikatakan bahwa
masyarakat internasional sebagai keseluruhan. kebiasaan internasional itu merupakan sumber
Perbedaan antara treaty contract dan law hukum perlu terdapat unsur-unsur sebagai
making treaties jelas nampak apabila dilihat berikut :
dari pihak yang tidak turut serta dalam a. Harus terdapat suatu kebiasaan yang
perundingan yang melahirkan perjanjian bersifat umum (material)
tersebut. Pihak ketiga umumnya tidak dapat b. Kebiasaan itu harus di terima sebagai
turut serta dalam treaty contract. Sedangkan hukum (psikologis)
pada law making treaties selalu terbuka bagi Sebagai suatu sumber hukum kebiasaan
pihak lain yang semula tidak ikut serta dalam internasional tidak berdiri sendiri. Kebiasaan
perjanjian, kerena yang di atur dalam perjanjian internasional erat hubungannya dengan
itu merupakan masalah umum yang mengenai perjanjian internasional dimana hubungan ini
semua anggota masyarakat internasional. adalah hubungan timbal balik.
Apabila ditinjau secara yuridis maka
menurut bentuknya setiap perjanjian baik Ad. 3. Prinsip Hukum Umum.
treaty contract dan law making treaties adalah Prinsip Hukum Umum adalah prinsip hukum
suatu kontrak perjanjian antara dua atau lebih yang mendasari sistem hukum modern yaitu
negara yang menimbulkan hak dan kewajiban sistem hukum positif yang didasarkan atas asas
bagi masing-masing pesertanya. dan lembaga hukum negara barat yang untuk
Setiap perjanjian internasional yang telah sebagian besar didasarkan atas asas dan
dihasilkan melalui tahapan pembentukan lembaga hukum Romawi. Menurut Pasal 38
perjanjian internasional pada dasarnya ayat (1) Piagam Mahkamah Internasional
mempunyai kekuatan mengikat terhadap prinsip hukum umum merupakan suatu sumber
Negara peserta karena memiliki akibat hukum. hukum formal utama yang berdiri sendiri di
Mengenai kekuatan atau sifat mengikat samping kedua sumber hukum yang telah
perjanjian internasional secara tegas telah disebut di atas yaitu perjanjian internasional
dinyatakan dalam Pasal. 26 Konvensi Wina dan kebiasaan internasional. Adanya prinsip
tentang Hukum Perjanjian yang hukum umum sebagai sumber hukum primer
menyatakan bahwa : Tiap-tiap perjanjian yang tersendiri sangat penting bagi pertumbuhan
berlaku mengikat negara-negara pihak dan dan perkembangan hukum internasional

100
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

sebagai sistem hukum positif. Pertama dengan


adanya sumber hukum ini Mahkamah PENUTUP
Internasional tidak dapat menyatakan ‘’non A. Kesimpulan
liquet’’ yakni menolak mengadili perkara 1. Menurut ketentuan hukum internasional,
karena tiadanya hukum yang mengatur sebagaimana yang tertuang dalam Konvensi
persoalan yang diajukan. Berhubungan dengan Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian
ini ialah bahwa kedudukan Mahkamah Internasional, bahwa proses pembentukan
Internasional sebagai badan yang membentuk perjanjian internasional yang dilakukan
dan menemukan hukum baru diperkuat dengan antar negara dapat dilakukan melalui tiga
adanya sumber hukum ini. Keleluasaan tahap, dan pada umumnya tiga tahap yang
bergerak yang diberikan oleh sumber hukum ini harus dilalui dalam penyusunan suatu
kepada Mahkamah dalam membentuk hukum naskah perjanjian yakni : perundingan
baru sangat berfaedah bagi perkembangan (negotiation), penandatanganan (signature),
hukum internasional. pengesahan (ratifikasi). Selanjutnya tentang
naskah perjanjian itu sendiri juga dilakukan
Ad. 4. Sumber Hukum Tambahan : Putusan dengan tiga cara, yakni penyusunan naskah,
pengadilan dan pendapat para ahli sarjana penerimaan dan pengesahan bunyi naskah
terkemuka. perjanjian internasional dan dalam
Lain dengan sumber utama yang telah prakteknya ketiga tahap tersebut dapat
dijelaskan diatas, keputusan pengadilan dan dilakukan sekaligus. Unsur-unsur formal
pendapat para sarjana hanya merupakan naskah suatu perjanjian, biasanya terdiri dari
sumber subsider atau sumber tambahan. mukadimah, batang tubuh, klausula-klausula
Artinya keputusan pengadilan dan pendapat penutup dan annex.
para sarjana dapat dikemukakan untuk 2. Pemberian ratifikasi suatu negara terhadap
membuktikan adanya kaidah hukum perjanjian internasional menandakan
internasional mengenai suatu persoalan yang di persetujuannya untuk mengikatkan diri pada
dasarkan atas sumber hukum primer. suatu perjanjian. Dalam praktek, setiap
Keputusan pengadilan dan pendapat ahli perjanjian internasional yang telah
sarjana itu sendiri tidak mengikat artinya tidak dihasilkan melalui tahapan pembentukan
dapat menimbulkan suatu kaidah hukum. perjanjian internasional pada dasarnya
Keputusan Mahkamah Internasional sendiri mempunyai kekuatan mengikat terhadap
tidak mengikat selain bagi perkara yang negara peserta, karena perjanjian
bersangkutan, maka ‘’a fortion’’ keputusan internasional tersebut menjadi sumber
pengadilan lainnya tidak mungkin mempunyai hukum jika terjadi persoalan antar negara.
keputusan yang mengikat. Walaupun Oleh karena itu kekuatan atau sifat mengikat
keputusan pengadilan tidak mempunyai perjanjian internasional secara tegas telah
kekuatan yang mengikat namun keputusan dinyatakan dalam Pasal. 26 Konvensi Wina
pengadilan internasional, terutama Mahkamah tentang Hukum Perjanjian yang menyatakan
Internasional Permanen (Permanent Court of bahwa : Tiap-tiap perjanjian yang berlaku
Internationa Justice), Mahkamah Internasional mengikat negara-negara pihak dan harus
(Internasional Court of Justice), Mahkamah dilaksanakan dengan itikad baik.
Arbitrase Permanen (Permanent Court
Arbitration) mempunyai pengaruh besar dalam B. Saran
perkembangan hukum internasional. Mengenai 1. Dalam proses penyusunan naskah perjanjian
sumber hukum tambahan yang kedua yaitu sebaiknya dilakukan dengan mendapat
ajaran para sarjana hukum terkemuka dapat persetujuan suara bulat dari pihak peserta
dikatakan bahwa penelitian dan tulisan yang dan tidak menerapkan ketentuan suara dua
dilakukan oleh sarjana hukum terkemuka sering pertiga, karena kemungkinan pihak peserta
dipakai sebagai pegangan atau pedoman untuk yang belum menyetujui secara keseluruhan
menemukan apa yang menjadi hukum bunyi naskah akan melakukan reservasi
internasional walaupun ajaran para sarjana itu terhadap pasal-pasal dalam perjanjian
sendiri tidak menimbulkan hukum..

101
Lex Administratum, Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

tersebut sehingga dapat memberikan Lauterpacht - Oppenheim., 1955, International


dampak dalam pelaksanaan. Law a Treaties, 8th. Ed. London,
2. Kekuatan mengikat perjanjian internasional New York, Toronto, Green and
menjadi efektif apabila negara-negara Co Vol. 1, “Peace”.
peserta dapat menerapkan seluruh isi Mauna, Boer., 2001, Hukum Internasional;
perjanjian, tanpa melakukan reservation Pengertian, Peranan dan Fungsi
(pensyaratan), terutama untuk perjanjian- Dalam Era Global, Edisi-1, cet.
perjanjian internasional yang jumlah negara Ke-2, Alumni, Bandung.
peserta yang cukup banyak, khususnya Myers., The Names and Scope of Treaties, 1975,
perjanjian yang bersifat law making treaty. American Journal of
Internatioanl Law.
DAFTAR PUSTAKA Parthiana. I Wayan., 1990, Pengantar Hukum
Agusman Damos Dumoli, Hukum Perjanjian Internasional, Mandar Maju,
Internasional Kajian Teori dan Bandung.
Praktek di Indonesia, PT Rafika -------------------------, 1994, Hukum Perjanjian
Aditama, Bandung, 2010 Internasional, Pradnya
Anwar Chairul., Hukum Internasional, Paramita, Jakarta.
Pengantar Hukum Bangsa- Perwita Anak Agung Banyu, Pengantar Ilmu
Bangsa, Djambatan, Jakarta. Hubungan
1989 Internasional, Bandung:
A K. Syahmin., Hukum Internasional Publik, Rosdakarya, 2011
Binacipta, Bandung, 1992 Sefriani., Hukum Internasional, Suatu
Bentham Jeremy, Introduction to the principles Pengantar, Rajawali Pers,
on Morals and Legislation, Jakarta, 2010
London : Basil Blackwell, 1960
Brownlie, Ian., 1998, Principles of Public Suryono Edy., 1984, Praktek Ratifikasi
International Law, Fifth Edition, Perjanjian Internasional,
Clarendom Press, Oxford. Penerbit Remaja Karya,
Briarly, J.L., 1958, The Law of Nations, An Bandung.
Introduction to the Starke J.G., 1992, Pengantar Hukum
International Law of Peace, 5th. Internasional, buku 2 edisi ke-
Ed. Oxford University Press. 10, Sinar Grafika, Jakarta.\
G.Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Setia Tunggal. Hadi., 2001, Undang-Undang
Penerbit Universitas Atmajaya, Perjanjian Internasional,
Yokyakarta, 1998 Harvarindo, Jakarta.
Ibrahim Johnny, Teori dan Metodologi Schwarzenberger, George.,1978, A Manual of
Penelitian Hukum Normatif, International Law, Vol.1.
Bayu Media, Malang, 2008 Thontowi Jawahir dan Pranoto Iskandar, Hukum
Kusumaatmadja, Mochtar., 1978, Pengantar Internasional Kontemporer, PT.
Hukum Internasional, Buku. I- Rafika Aditama, Bandung, 2016
Bagian Umum , Binacipta, Vienna Convention on The Law of Treaties,
Bandung. Done at Vienna, on 23 May
Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, 1969, Come into force on 27
2003, Pengantar Hukum January 1980.
Internasional, Edisi ke-2, PT Sumber-sumber lain :
Alumni, Bandung. - Konvensi Wina Tahun 1969 Tentang Hukum
Kusumohamidjojo, Budiono., 1986, Suatu Studi Perjanjian Internasional
Terhadap Aspek Operasional - Undang-Undang No. 24 Tahun 2000
Konvensi Wina Tahun 1969 Tentang Perjanjian Internasional.
tentang Hukum Perjanjian, - Bahan Ajar Hukum Perjanjian Internasional,
Binacipta, Bandung. Fakultas Hukum Unsrat
- WWW. Google. Com

102

Anda mungkin juga menyukai