Anda di halaman 1dari 90

Kontrak Pembelajaran

1. Perkuliahan dilaksanakan sesuai dengan jadwal


yang telah ditetapkan oleh Bapendik, yaitu ada 7
kali pertemuan.
2. Mhs harus mengikuti perkuliahan seperti biasa
pada kelas luring dengan menyampaikan ijin jika
tidak bisa hadir, karena presensi akan
mempengaruhi nilai.
3. Penilaian didasarkan pada 5 komponen yaitu 5%
tugas terstruktur, 5% kuis, 40 % UTS dan UAS
(masing-masing 20%), serta metode CBL 50%.
Semua komponen ini harus diikuti atau dikerjakan,
jika salah satu komponen tidak dikerjakan maka
nilai E.
4. Tambahan nilai bagi mhs yang aktif bertanya
dan menjawab pertanyaan atau menyampaikan
opini/pendapat. Wismaningsoih 1
Materi kuliah Hukum Perjanjian Internasional
sebelum UTS adalah sbb. :

1. Pengantar (Kontrak pembelajaran, Sumber


HI, Istilah dan pengertian perjanjian
internasional-PI)
2. Jenis/macam PI
3. Pembuatan PI (a. Akreditasi petugas
perundingan, b. Perundingan)
4. Cara pernyataan terikat pada PI (c.
Penandatanganan, d. Ratifikasi, e. Tukar
menukar naskah PI), Pendaftaran dan
pengumuman PI
5. Pelaksanaan PI (mulai berlakunya PI,
penerapan sementara suatu perjanjian,
retroaktivitas, wilayah penerapan)
6. Reservasi (asas/sistem reservasi,
contoh/praktik reservasi)
7. Revisi/Amandemen PI dan berakhirnya PI
Wismaningsoih 2
Buku-buku literatur mengenai
Hukum Perjanjian Internasional :
1. Kholis Roisah, Hukum Perjanjian
Internasional-Teori dan Praktik, Setara
Press,
2. Damos Dumoli Agusman, Hukum
Perjanjian Internasional
3. I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian
Internasional Buku 1 dan Buku 2, Mandar
Maju
4. Buku-buku HI pada umumnya, biasanya
terdapat bab khusus mengenai hukum
perjanjian internasional.
Wismaningsoih 3
SUMBER HUKUM
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
WISMANINGSIH

Wismaningsoih 4
Statuta Mahkamah Internasional, Pasal 38
menetapkan Sumber-sumber HI, sbb. :

1. Sumber Utama HI :
a) Konvensi Internasional, yang bersifat umum
atau khusus.
b) Kebiasaan Internasional, ᾇ praktik umum
yang diterima sebagai hukum.
c) Asas-asas hukum umum yang diakui
bangsa-bangsa beradab.
2. Sumber Tambahan HI (Pasal 59) :
a) Keputusan pengadilan
b) Ajaran ahli-ahli hukum ternama

Wismaningsoih 5
1. Perjanjian internasional

Perjanjian perbatasan wilayah negara


antara Thailand dan Malaysia.

Wismaningsoih 6
2. Hukum Kebiasaan
Internasional

-Tata cara penerimaan kepala


Gelar karpet merah = perwakilan diplomatik.
kebiasaan -Pemberian kekebalan dan hak
internasional, bukan istimewa perwakilan diplomatik
HKI merupakan HKI

Wismaningsoih 7
3. Prinsip umum hukum
Prinsip non-refoulement

Prinsip utk tidak


mengembalikan
pencari suaka teritorial
ke negara asal.
Wismaningsoih 8
Public hearing at the ICJ

Wismaningsoih 9
Doktrin

Hugo Grotius Mare Liberum


1609

Wismaningsoih 10
Konvensi / Perjanjian Internasional

ᾇMerupakan suatu pernyataan dari


persetujuan antara negara-negara yang
mengikatkan dirinya dalam suatu
perjanjian.
ᾇTidak semua perjanjian internasional
dapat menciptakan suatu aturan HI,
misal: perjanjian perdagangan antara
dua negara, tidak menimbulkan suatu
aturan hukum bagi masyarakat bangsa-
bangsa.
Wismaningsoih 11
ᾇPerjanjian internasional yang dapat menjadi sumber
HI adalah law making treaty, yaitu perjanjian
antarnegara yang disetujui oleh sejumlah negara
atas dasar kepentingan bersama.
ᾇmenyederhanakan, menghapus suatu aturan HI
yang sudah ada, atau ketentuan untuk
mendirikan suatu badan internasional yang baru.
ᾇbaru berlaku dan mengikat negara-negara
anggota perjanjian setelah diratifisir oleh
pemerintah negara ybs.
ᾇLMT yang memperoleh persetujuan dari
sekelompok negara-negara tertentu saja atau
diberlakukan dalam wilayah terbatas pada
negara tertentu saja ᾇsumber HI dalam arti
hukum khusus dan bersifat regional.

Wismaningsoih 12
Penggolongan perjanjian internasional
sbg sumber hukum formal

Law making treaties

Treaty contract

Wismaningsoih 13
Penggolongan perjanjian internasional
sbg sumber hukum formal
1. Treaty contract (traite-contract)
→semacam kontrak atau perjanjian dalam
hukum perdata, yaitu hanya
mengakibatkan hak dan kewajiban pada
para pihak yang mengadakan perjanjian
itu.
Contoh :
a. Perjanjian dwikewarganegaraan
b. Perjanjian perbatasan (wilayah negara)
c. Perjanjian perdagangan
d. Perjanjian pemberantasan
penyelundupan
e. Perjanjian ekstradisiWismaningsoih 14
2. Law making treaties (traite-lois)
→Perjanjian yang meletakkan ketentuan atau
kaidah hukum bagi masyarakat internasional
sebagai keseluruhan.
Contoh :
a. Konvensi Jenewa 1949 tentang
Perlindungan Korban Perang
b. UNCLOS 1982
c. Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan
Diplomatik
d. Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan
Konsuler
e. Konvensi Wina 1969 tentang Hukumm
Perjanjian
f. OST 1967 (Treaty on Principles Governing
in the Exploration and Use of Outer Space,
including the Moon and Other Celestial
Wismaningsoih 15
11 May 1964, 16-th Session of the ILC, Geneva, Switzerland.
1963 : The Commission appointed Milan Bartos as Special
Rapporteur and decided that he should prepare draft articles,
based on the provisions of the Vienna Convention on Diplomatic
Relations of 1961 but that he should keep in mind that special
missions were, by virtue of both their functions and nature, an
institution distinct from permanent mission.
Wismaningsoih 16
Perjanjian dalam Pasal 38 ayat (1)
terbatas pada perjanjian, sepanjang
perjanjian itu merupakan sumber
hukum perjanjian
ᾇ Konvensi Wina 1969 :
Perjanjian internasional (treaty) adalah
persetujuan yang digunakan oleh dua
negara atau lebih untuk mengadakan
hubungan antarmereka menurut
ketentuan HI.
Wismaningsoih 17
Vienna Convention on the Law of
Treaties, art. 2 :

1. For the purpose of the present


Convention :
(a) “treaty” means an international
agreement concluded between States
in written form and governed by
international law, whether embodied in
a single instrument or in two or more
related instruments and whatever its
particular designation
Wismaningsoih 18
ᾇDigunakan istilah ‘treaty’ sebagai
nomengeneralissmum :
sebab dalam istilah tersebut tercakup pengertian
suatu persetujuan antarnegara tanpa
memperhatikan :
[Bentuknya , misal tertulis atau lisan
[ Petugas yang melaksanakan, spt KN atau
Menlu.
Istilah treaty juga mencakup persetujuan antara
negara dan OI serta antar-OI satu sama lain.
ᾇ Namun KW 1969 tentang Hukum Perjanjian
hanya mengatur treaty antarnegara dalam
bentuk tertulis.
Wismaningsoih 19
Perjanjian Internasional Tertulis
& Perjanjian Int. Tidak Tertulis
1.Perjanjian Internasional Tertulis
à Setiap perjanjian int. yang dituangkan
dalam instrumen-instrumen
pembentuk perjanjian yang tertulis
dan formal.
à Ada prosedur atau aturan tertentu
berdasarkan HI, shg. instrumen
tertulis ini menjadi instrumen yang
otentik.
à Contoh : konvensi, protokol,
Wismaningsoih 20
2.Perjanjian Internasional Tidak Tertulis
ᾇSetiap perjanjian internasional yang
diekspresikan melalui instrumen-
instrumen yang tidak tertulis.
ᾇDapat berupa :
a. Ucapan lisan
b. Tindakan tertentu dari negara atau
subjek HI lainnya.
c. Tulisan yang pembentukannya
tidak melalui atau membutuhkan
prosedur tertentu.

Wismaningsoih 21
KLASIFIKASI
PERJANJIAN
INTERNASIONAL

Wismaningsih 22
ᾇPerjanjian internasional yang dapat menjadi sumber
HI adalah law making treaty, yaitu perjanjian
antarnegara yang disetujui oleh sejumlah negara
atas dasar kepentingan bersama.
ᾇmenyederhanakan, menghapus suatu aturan HI
yang sudah ada, atau ketentuan untuk
mendirikan suatu badan internasional yang baru.
ᾇbaru berlaku dan mengikat negara-negara
anggota perjanjian setelah diratifisir oleh
pemerintah negara ybs.
ᾇLMT yang memperoleh persetujuan dari
sekelompok negara-negara tertentu saja atau
diberlakukan dalam wilayah terbatas pada
negara tertentu saja ᾇsumber HI dalam arti
hukum khusus dan bersifat regional.

Wismaningsih 23
11 May 1964, 16-th Session of the ILC, Geneva, Switzerland.
1963 : The Commission appointed Milan Bartos as Special
Rapporteur and decided that he should prepare draft articles,
based on the provisions of the Vienna Convention on Diplomatic
Relations of 1961 but that he should keep in mind that special
missions were, by virtue of both their functions and nature, an
institution distinct from permanent mission.
Wismaningsih 24
Perjanjian dalam Pasal 38 ayat (1)
terbatas pada perjanjian, sepanjang
perjanjian itu merupakan sumber
hukum perjanjian
ᾇ Konvensi Wina 1969 :
Perjanjian internasional (treaty) adalah
persetujuan yang digunakan oleh dua
negara atau lebih untuk mengadakan
hubungan antarmereka menurut
ketentuan HI.
Wismaningsih 25
ᾇ Digunakan istilah ‘treaty’ sebagai
nomengeneralissmum :
sebab dalam istilah tersebut tercakup
pengertian suatu persetujuan antarnegara
tanpa memperhatikan :
[Bentuknya , misal tertulis atau lisan
[ Petugas yang melaksanakan, spt KN atau
Menlu.
Istilah treaty juga mencakup persetujuan
antara negara dan OI serta antar-OI satu
sama lain.
ᾇ Namun KW 1969 hanya mengatur treaty
antarnegara dalam bentuk tertulis.
Wismaningsih 26
Perjanjian Internasional Tertulis
& Perjanjian Int. Tidak Tertulis
1.Perjanjian Internasional Tertulis
à Setiap perjanjian int. yang dituangkan
dalam instrumen-instrumen
pembentuk perjanjian yang tertulis
dan formal.
à Ada prosedur atau aturan tertentu
berdasarkan HI, shg. instrumen
tertulis ini menjadi instrumen yang
otentik.
à Contoh : konvensi, protokol,
Wismaningsih 27
2.Perjanjian Internasional Tidak Tertulis
ᾇSetiap perjanjian internasional yang
diekspresikan melalui instrumen-
instrumen yang tidak tertulis.
ᾇDapat berupa :
a. Ucapan lisan
b. Tindakan tertentu dari negara atau
subjek HI lainnya.
c. Tulisan yang pembentukannya
tidak melalui atau membutuhkan
prosedur tertentu.

Wismaningsih 28
Ucapan lisan kepala negara
ᾇ Ucapan selamat kpd kepala negara
baru

Wismaningsih 29
Wismaningsih 30
“pactatertiis nec nosent nec
prosunt”
PI hanya mengikat pihak-pihak yang berjanji
saja.

Pengecualian :
1. Bila pihak-pihak yang berjanji
memberi hak kepada negara ketiga
2. Bila PI bersifat multilateral yang
merupakan kodifikasi HKI yang telah
ada
3. Bila PI itu bersifat multilateral yang
dimaksudkan berlaku universal
Wismaningsih 31
Contoh :
• Sanksi :
Pasal 41  sanksi ekonomi
kasus
invasi Irak ke
Kuwait
1990
Pasal 42  sanksi militer

q Keputusan DK ini juga berlaku bagi negara


bukan anggota PBB ( pasal 2 ayat 6
Piagam PBB)

Wismaningsih 32
KALSIFIKASI PERJANJIAN
INTERNASIONAL
PI antar-Kepala
Negara
Menurut
petugas yg PI antar-
melaksanakan pemerintah
persetujuan PI
PI antar-
menteri
PEMBEDAAN
PERJANJIAN PI Bilateral
INT Menurut jumlah
pihak-pihak yg
berjanji PI Multilateral

Regional
Menurut
tempat Umum/Universal
Wismaningsih 33
Perjanjian Internasional antar-
negara dan PI antar-OI
1. Perjanjian Internasional Antar-negara
→Bisa merupakan PI tertutup maupun
PI terbuka
→Dilihat pada kata-kata pembukaan yg
digunakan, yaitu : “the States Parties”
Ex. : KW 1969 : “The States Parties to
the Present Convention...”

Wismaningsih 34
2. Perjanjian Internasional antara
Negara dan OI
→PI dibuat oleh Subjek HI, di antaranya adalah negara
dan OI
→Ketentuan internasional yg mengatur PI antara negara
dan OI adalah Konvensi Wina 1986 tentang Hukum
Perjanjian antara Negara dengan Organisasi Internasional
atau antar Organisasi Internasional (Vienna Convention
on the Law of Treaties between States and International
Organizations or Between International Organizations)
ᾇ Isi perjanjian KW 1986 dirumuskan oleh Komisi Hukum
Internasional. Perjanjian ini dibuka untuk
penandatanganan pada 21 Maret 1986.
ᾇ Menurut Pasal 85, Konvensi ini baru mulai berlaku jika
sudah diratifikasi oleh 35 negara. Pada Februari 2019,
perjanjian ini baru diratifikasi oleh 32 negara dan 12
organisasi internasional, sehingga konvensi ini masih
belum berlaku.

Wismaningsih 35
Contoh PI antara negara dan
OI
PI antara Indonesia dgn PBB

28 September 1966, Indonesia


kembali menjadi anggota PBB

Wismaningsih 36
Perjanjian Internasional antar-
KN
→Dibuat utk masalah/hal yang tergolong
penting
→Ditandatangani oleh kepala negara
masing-masing pihak.
→Kata pembuka yang digunakan : “The
High Contracting Parties..”
Misal : -Konvensi Jenewa 1949 tentang
Perlindungan Korban Perang
-European Convention on the
Human
Rights, Nov 4, 1950
Wismaningsih 37
Perjanjian Internasional antar-
Pemerintah
→Wakil-wakil para pihak dalam PI ini
adalah
menteri-menteri dalam bidangnya
masing-
masing sebagai wakil dari
pemerintahnya.
→Biasanya utk. PI yang bersifat teknis
dan
merupakan perjanjian yang tertutup.
→Kata-kata yang digunakan dalam
pembukaan : “The Government of...and
the
Government of... Wismaningsih 38
Contoh PI antar-menteri

RI dan Rusia tanda taangani Pertemuan antar-Menlu


MLA Tindak Pidana ASEAN, biasanya
Internasional menghasilkan deklarasi

Wismaningsih 39
Perjanjian Internasional antar-KN
dan Kepala Pemerintah
→Merupakan PI yg ditandatangani oleh KN dan KP dari
negara-negara yg menjadi pihak pd PI tsb.
→LB : Sistem pemerintahan negara-negara berbeda-
beda sesuai dgn konstitusi negara masing-masing.
KN=KP, KN=simbol negara sedangkan kekuasaan
eksekutif termasuk hubungan LN ada di KP, antara lain
PM.
→Kata-kata dalam pembukaan PI : ‘The High Contracting
Parties...’

→Contoh : Piagam Organisasi Persatuan Afrika (Charter


of the Organisation of Africa Unity) yang berbunyi : “We,
The Head of African and Malagasy States and
Government assembled in the City of Addis Ababa,
Ethiopia,...”.
Selanjutnya dalam naskah pasal-pasal berikutnya selalu
dipakai kata-kata : “The High Contracting Parties...”
Wismaningsih 40
PEMBUATAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL

WISMANINGSIH
Wismaningsih 41
PEMBUATAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL
Perundingan
ᾇ isi
penerimaan

naskah
Sepakat untuk terikat

kewajiban
Wismaningsih 42
PEMBUATAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL
Dibuat melalui :
1. Akreditasi petugas perundingan
2. Perundingan
3. Penandatanganan keputusan hasil
perundingan
4. Ratifikasi
5. Tukar menukar naskah ratifikasi ᾇ saat
mulai mengikatnya PI
6. Pendaftaran dan pengumuman PI ᾇ sahnya
PI Wismaningsih 43
1. Akreditasi Petugas
Perundingan
• Pasal 6 KW 1969 :
Setiap negara memiliki kemampuan untuk
mengadakan PI
ᾇnegara sebagai pribadi atau subjek HI, diwakilkan
oleh pejabat.
• Untuk membuat PI, negara ybs. lebih dulu
mengakreditasi petugas yang akan mengadakan
perundingan.
• Akreditasi itu menetapkan :
1. Status petugas tersebut sebagai perutusan.
2. Wewenang yang dipunyai, yaitu :
menghadiri perundingan, untuk ikut serta
berunding, untuk menetapkan keputusan yang
diperjanjikan, untuk menandatangani perjanjian.
Wismaningsih 44
• Akreditasi itu berupa surat resmi dari Kepala
Negara atau Menlu yang disebut : ‘Kuasa
Penuh” (full power) – Ps 7 ay. (1)a
• Pejabat negara yang tidak memerlukan kuasa
penuh (Ps. 7 ayat(2)) :
1. Kepala Negara, kepala pemerintahan, Menlu
2. Kepala Misi Diplomatik, khusus dalam
pembuatan dan pengikatan diri pada PI
antara negaranya dgn negara dia
ditempatkan
3. Wakil-wakil yang ditempatkan atau
diakreditasi oleh negaranya pada lembaga-
lembaga int, khusus dlm hubungannya
dengan pembuatan perjanjian
Wismaningsih
antara
45
PERUNDINGAN
Dilakukan dgn
Perjanjain berembug saling
Bilateral bicara (pour-
parler)
PERUNDING Dilakukan dgn
AN konperensi
diplomatik, yg
merupakan
Perjanjian
perundingan resmi
Multilateral
(bisa jg dilakukan
perundingan tdk
resmi di luar
konperensi.
Wismaningsih 46
Perundingan diharapkan ditutup dgn penetapan keputusan
yang diperjanjian, yait dgn cara :

Dilakukan
berdasarkan
Perjanjian
persetujuan kedua
Bilateral
Penetapan belah pihak yg
keputusan berjanji
dlm Dilakukan
perundingan berdasarkan
persetujuan 2/3
PI suara dari negara yg
Perjanjian
hadir dan memberi
Multilateral
suara atau
berdasarkan cara
lain yg ditetapkan
suara mayoritas itu.
Wismaningsih 47
Adoption of the Text
Tahap di atas disebut dengan tahap
pengadopsian naskah perjanjian (adoption
of the text) – Pasal 9 (1) Konvensi Wina
1969

Wismaningsih 48
PELAKSANAAN
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
wismaningsih

Wismaningsih 49
PELAKSANAAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL
Berlaku 2 ( dua) prinsip utama :
1. Prinsip Pacta sunt servanda
(perjanjian harus ditaati)
ᾇPrinsip utama dalam perjanjian
ᾇ Jawaban mengapa perjanjian int
mempunyai kekuatan mengikat.
ᾇ Pacta sunt servanda didampingi
dengan unsur itikad baik (Pasal 26 KW
1969)
Wismaningsih 50
2.Prinsip bahwa suatu negara tidak boleh
mengemukakan ketentuan hukum nasionalnya
sebagai alasan kegagalan melaksanakan suatu
perjanjian.
Doktrin rebus sic
stantibus
ᾇDoktrin yang memberi hak pada suatu
negara yang mengalami perubahan keadaan
yang drastis untuk menarik diri dari suatu
perjanjian untuk menghindari kerugian yang
akan menimpanya atau bahkan akan
membahayakan eksistensinya.
Wismaningsih 51
Rebus sic stantibus
Pacta sunt servanda

Situasi berubah
(Rebus sic stantibus)

Mengancam asas pssᾇdiatur Ps 54

sesuai ketentuan PI kesepakatan

prosedur perubahan
(misal : Bagian 4 KW 1969)
Wismaningsih 52
MULAI BERLAKUNYA
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Menurut :
1. Von Glahn :
a.Setelah ratifikasi
b.Setelah pertukaran dokumen ratifikasi
c.Setelah dokumen diserahkan pada
depository (negara penyimpan)
2. Jika tidak ditentukan dalam perjanjianᾇ
lihat pada praktik negara.
Wismaningsih 53
MULAI BERLAKUNYA PI..
3. Pasal 24 KW 1969 :
a.Pada tanggal yang disetujui
b.Setelah kesepakatan untuk
mengikatkan diri dinyatakan oleh
semua negara perunding.
c.Pada tanggal setelah suatu perjanjian
memperoleh kekuatan mengikat.

Wismaningsih 54
Penerapan sementara suatu
perjanjian
(Provisional
Pasal 25 KW 1969 :
Application)
1. A treaty or part of a treaty is applied provisionally
pending its entry into force if :
a. the treay itself so provides; or
b. the negotiating States have in some other manner
so
agreed.
2. Unless the treaty otherwise provides or the negotiating
States have otherwise agreed, the provisional
application
of a treaty or a part of a treaty with respect to a State
shall be terminated if that State notifies the other States
between which the treaty is being applied provisionally
of
Wismaningsih 55
its intention not to become a party tio the treaty.
Penerapan sementara PI...

ᾇSering terjadi dalam praktik :


1.Untuk memenuhi suatu kebutuhan yang
mendesak.
2.Untuk menyiapkan berlakunya perjanjian
yang bersangkutan secara menyeluruh

Wismaningsih 56
RETROAKTIVITAS
(DAYA BERLAKU SURUT)
Article 28 Vienna Convention on 1969 : Non
retroactivity of treaties
Unless a different intention appears from the
treaty or is otherwise established, its
provisions do not bind a party in relation to
any act or fact which took place or any
situation which ceased to exist before the
date of the entry into force of the treaty
respect to that party.
Wismaningsih 57
RETROAKTIVITAS
(DAYA BERLAKU SURUT)
• Pada umumnya suatu perjanjian tidak berlaku
surut, kecuali bila ditentukan demikian dalam
perjanjian yang bersangkutan.
Misal : London Charter 1945
• Pasal 28 KW 1969
ᾇDoktrin penolakan atas daya berlaku surut
suatu perjanjian (non-retroactivity of treaties).
ᾇMenganut aliran Prancis :
Ratifikasi merupakan tindakan yang
menimbulkan akibat hukum.
Wismaningsih 58
LONDON CHARTER

Wismaningsih 59
Korban kekejaman Nazi,
Jerman

Wismaningsih 60
WILAYAH PENERAPAN
• Pasal 29 KW 1969
ᾇSuatu perjanjian mengikat atas seluruh
wilayah negara peserta, kecuali bila
ditentukan lain dalam perjanjian.

• Perjanjian yang Berlaku Terbatas


ᾇmisal : Perjanjian tentang batas wilayah
negara (perbatasan)

Wismaningsih 61
PERJANJIAN PENYUSUL
(SUCCESIVE TREATY)
• Pasal 30 KW 1969 memuat asas:
1.Suatu perjanjian tidak boleh
bertentangan dengan perjanjian serupa
yang telah terbentuk lebih dulu.
2.Pasal 103 Piagam PBB diakui sebagai
kekecualian terhadap asas di atas;
ᾇlex posterior derogat legi priori.

Wismaningsih 62
Pasal 103 Piagam PBB
In the event of a conflict between the
obligations of the Members of the United
Nations under the present Charter and their
obligations under any other international
agreement, their obligations under the
present Charter shall prevail.

Contoh : Pelaksanaan Bab VII Piagam PBB

Wismaningsih 63
RESERVASI
(PENSYARATAN)
Perjanjian Internasional
Wismaningsih
Fakultas Hukum Unsoed
Purwokerto

Wismaningsih 64
Hak Negara atas Reservasi PI

Ratifikasi PIᾇ hak berdaulat suatu


negara

2. Negara tidak akan terikat pada suatu


perjanjian tanpa ada persetujuan (consent)
dari negara ybs.

Wismaningsih 65
PENGERTIAN RESERVASI
1. Pasal 2 (1).d Konvensi Wina 1969 :
Pernyataan unilateral dari suatu negara
ketika menandatangani, meratifikasi,
menerima atau mengaksesi suatu perjanjian
dengan maskud mengesampingkan atau
mengubah ketentuan-ketentuan tertentu dari
suatu perjanjian dalam penerapannya di
negara ybs.

Wismaningsih 66
Lanjutan...
2. Lord Mc. Nair (The Law of Treaties)
Reservasi adalah suatu pernyataan formal oleh
suatu negara yang pada waktu
menandatangani, meratifisir dan menerima
perjanjian, menentukan secara terperinci suatu
syarat dari kehendaknya untuk menjadi pihak
peserta perjanjian, batas-batas tertentu yang
akan membatasi akibat dari perjanjian
sedemikian rupa, di mana hal itu dapat
diterapkan dalam hubungan antara negara tsb.
dengan negara-negara yang menjadi pihak
peserta perjanjian.
→hal yg sama dgn KW 1969 : Pernyataan
Wismaningsih 67
Unsur-unsur Esensial dalam
Reservasi

1. Harus dinyatakan secara formal

2. Dimaksudkan utk membatasi,


meniadakan atau mengubah akibat
hukum dari ketentuan-ketentuan yg
terdapat dalam perjanjian itu.
Wismaningsih 68
Reservasi dapat berupa :
1. Mengadakan penafsiran tertentu

2. Menyatakan bahwa pada pasal-pasal


tertentu akan diadakan perubahan shg
sesuai dgn kepentngannya.

3. Menyatakan bahwa satu pasal atau


pasal-pasal tertentu tidak berlaku
baginya.
Wismaningsih 69
• Pasal 19-23 KW 1969 :
-Masalah penyusunan suatu pensyaratan,
penerimaan, dan penolakannya.
- Akibat hukum
- Pembatalan
- Prosedur

ᾇᾇ Pasal 23 :
ᾇPensyaratan, penerimaan, dan
penolakan atas pensyaratan harus
berbentuk tertulis.
Wismaningsih 70
Asas/Sistem Reservasi PI
1. Asas Kesepakatan Bulat (unanimity principle)
ᾇsuatu pensyaratan harus disetujui secara utuh /bulat
oleh semua negara pihak.
ᾇdianut oleh LBB, PBB sampai dengan 1950-an.
2.Sistem Pan America
ᾇtidak diperlukan persetujuan yang bulat dari seluruh
peserta perjanjian.
ᾇperjanjian dengan pensyaratan dianggap berlaku
antara negara yang mengajukan (reservasi) dengan
negara peserta yang menerima reservasi tsb.
ᾇakibat :
-Perjanjian multilateral merupakan kumpulan
perjanjian multilateral yang masing-masing kecil
jumlah pesertanya atau,
-Merupakan sekumpulan perjanjian bilateral.
ᾇdianut oleh Konvensi Wina 1969 (Pasal 21)
Wismaningsih 71
Reservasi yang tidak
dibenarkan
1. Persyaratan tidak diizinkan oleh
perjanjian itu sendiri.
2. Perjanjian tsb menyatakan bahwa hanya
persyaratan khusus yang diperbolehkan,
sedangkan persyaratan lain (specified
reservation) tidak.
3. Jika peryaratan tidak mungkin diadakan
sesuai dengan maksud dan tujuan
perjanjian
Wismaningsih 72
PROSEDUR PERSYARATAN
1. Harus dinyatakan secara formal dan dalam bentuk
tertulis.
2. Pernyataan formal bisa dilakukan pada saat negara
menandatangani atau menyatakan persetujuan
mengikatkan diri pada perjanjian (ratifying, accepting,
or approving)
3. Jika suatu persyaratan secara tegas diperbolehkan
maka pernyataan menerima persyaratan negara-
negara pihak lainnya tidak diperlukan kecuali
perjanjian menentukan lain.
4. Pernyataan menerima atau menolak suatu
persyaratan haruslah diformulasikan secara tertulis,
dan harus dikomunikasina pada negara-negara
peserta dan negara-negara lain yang berhak menjadi
pihak perjanjian. Demikian pula penarikan
(withdrawal) dari persyaratan dan penarikan dari
penolakan (objecting)Wismaningsih
juga harus dinyatakan secara 73
Lanjutan..
5. Jika persyaratan dirumuskan pada waktu
menandatangani untuk perjanjian yang
memerlukan pengesahan haruslah
dikuatkan secara formal (must be formally
confirmed) oleh negara yang mengajukan
persyaratan pada saat menyatakan
persetujuannya utk mengikatkan diri pada
perjanjian tsb.
6. Suatu pernyataan menerima atau
keberatan terhadap suatu persyaratan
yang dilakukan sebelumnya maka
penguatan (confirmation) persyaratan tsb
tidak diperlukan lagi.
Wismaningsih 74
Lanjutan..
7. Sedangkan penarikan (withdrawal) atau suatu
persyaratan harus dilakukan dgn formal dan dalam
bentuk tertulis.
8. Jika tidak ada keberatan (penolakan) atas suatu
persyaratan yg diajukan oleh suatu negara, maka
persyaratan dianggap telah diterima :
a. Pada akhir 12 bulan setelah persyaratan itu
diumumkan, atau
b. Pada saat (tanggal) negara ybs menyatakan
persetujuannya utk mengikatkan diri pada perjanjian
tsb.
→Jadi jika setelah masa 1 tahun telah lewat, berarti
persyaratan yang diajukan oleh negara ybs dianggap
berlaku (mengikat) bagi seluruh peserta perjanjian, atau
d.k.l. Penolakan atau keberatan oleh suatu negara yang
diajukan setelah lewat masa satu tahun tsb, dianggap
tidak sah atau tidak dapatWismaningsih
diterima. 75
Serbaneka Reservasi...

• Pensyaratan pada Perjanjian Bilateral?


ᾇBukan masalah
ᾇ Masalah reservasi yang menjadi kontroversi :
Misal :
1. Advisory Opinion atas Konvensi Genosida
1948
ᾇmenolak asas Kesepakatan Bulat untuk
reservasi (tidak ada aturan reservasi)
2. UNCLOS 1982
Wismaningsih 76
ᾇlarangan reservasi
REVISI, AMANDEMEN, DAN
BERAKHIRNYA PERJANJIAN
INTERNASIONAL

WISMANINGSIH
FAKULTAS HUKUM UNSOED
PURWOKERTO

Wismaningsih 77
REVISI
PERJANJIAN INTERNASIONAL
• Revisi = amandemen
• Suatu proses perubahan ketentuan perjanjian
internasional yang ada, disesuaikan dengan
keadaan yang berubah.
• Dasar :
-Adanya prinsip bahwa perjanjian
internasional
dapat diubah dengan persetujuan pihak-
pihak
yang berjanji.
-Prinsip ini biasanya dituangkan dalam
ketentuan Wismaningsih 78
Pertentangan
Perjanjian Internasional
• Timbul masalah : Ketentuan mana yang berlaku?
• → Tunduk pada prinsip bahwa ketentuan hukum yang
ditetapkan belakangan (kemudian) lebih diutamakan
daripada ketentuan hukum yang ditetapkan lebih dulu,
kecuali bila ketentuan yang ditetapkan lebih dulu melarang
ditetapkannya ketentuan yang ditetapkan belakangan itu.

• Contoh :
-Piagam PBB melarang dibuatnya perjanjian internasional
yang bertentangan dengan Piagam itu.
-Jika ada pertentangan antara perjanjian internasional
dengan Piagam PBB maka yang dipakai adalah
ketentuan
dalam Piagam PBB.
Wismaningsih 79
AMANDEMEN
PERJANJIAN INTERNSIONAL
Pengertian amandemen :
1. Black’s Law Dictionary :
Mengubah atau mengadakan modifikasi untuk
menciptakan keadaan yang lebih baik.
2. Suatu perubahan resmi (formal) suatu perjanjian
yang bertujuan untuk mengubah ketentuan-
ketentuannya yang berhubungan dengan semua
pihak.
3. Starke :
Adalah salah satu cara untuk menyesuaikan
ketentuan-ketentuan perjanjian pada kondisi-
kondisi Wismaningsih 80
REVISI
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Pengertian :
1. Peninjauan kembali terkait traktat-traktat
yang dianggap tidak adil (unjust) atau tak
seimbang (unequal) sehingga harus
ditinjau dan digantikan ketentuan yang
baru yang lebih adil dan seimbang.
2. Perubahn yang terus menerus,
memperluas ketentuan perjanjian, yang
artinya membebankan kewajiban baru.

Wismaningsih 81
MODIFIKASI
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Pengertian :
1. J.G. Starke :
Adalah perubahan pada ketentuan-ketentuan suatu perjanjian
yang dilakukan oleh para pihak pesertanya sendiri.
2. Konvensi Wina 1969 :
-Merupakan persetujuan-persetujuan utk mengubah perjanjian
multilateral hanya antara pihak-pihak tertentu saja, d.k.l suatu
perubahan ketentuan perjanjian semula (asli) antara pihak tertentu sj.
-Suatu persetujuan perubahan perjanjian yang tidak mempengaruhi
semua pihak (krn hanya pada antargrup kecil dari para pihak saja)
yang
mungkin ingin mengubah perjanjian antarmereka saja, dan tidak
memperhatikan apakah modifikasi itu akan berpengaruh atau tidak
terhadap pihak lain dalam perjanjian itu, karena tidak dikonsultasikan
secara keseluruhan.
• Dalam teori mungkin ada perbedaan antara amandemen, revisi, dan
modifikasi, namun ternyata dalam praktik tidak demikian keadaannya.
Wismaningsih 82
KETENTUAN AMANDEMEN
PERJANJIAN INTERNASIONAL
1. Perjanjian internasional bilateral
→Ditentukan melalui persetujuan kedua nelah
pihak.

2. Perjanjian internasional multilateral


→Diubah oleh perjanjian multilateral yang lain
(baru), yang berlaku hanya bagi negara-negara
yang terikat pada perjanjian ini saja.

Wismaningsih 83
Ketentuan Amandemen..
1. Konvensi Wina 1969, Pasal 39 :
Perjanjian dapat diadakan perubahan melalui
persetujuan antara para pihak.

2. T. O. Eliyas :
Persetujuan untuk suatu amandemen tidak perlu
diperoleh dari semua pihak perjanjian yang asli,
sebab dalam praktiknya dewasa ini, amandemen
perjanjian internasional harus dengan perjanjian
multilateral yang lain dan mengikat hanya bagi
pihak-pihak peserta perjanjian multilateral
berikutnya. Wismaningsih 84
Ketentuan amandemen perjanjian
internasional (Pasal 40 KW 1969)
1. Usul amandemen harus diberitahukan pd semua negara
peserta perjanjian, setiap negara berhak untuk ikut serta
dalam perundingan dan pembuatan setiap persetujuan
perubahan
2. Suatu negara berhak menjadi pihak dalam suatu
perjanjian, juga berhak menjadi pihak dalam perjanjian
yg sudah diamandemen.
3. Persetujuan perubahan tidak mengikat setiap negara
peserta asli (semula) yang tidak ikut menjadi pihak dalam
persetujuan perubahan
4. Suatu negara yang menjadi pihak perjanjian yg telah
diamandir, yang gagal menyatakan niat yang berbeda,
dapat dipertimbangkan utk menjadi pihak dalam
perjanjian yg diubah dan tetap sebagai pihak dalam
perjanjian yg tdak diubah dalam hubungannya pada
setiap pihak perjanjian yang tIdak terikat oleh
Wismaningsih 85
persetujuan perubahan.
TEKNIS PELAKSANAAN
PERUBAHAN
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Teknis pelaksanaan perubahan PI biasanya
ditentukan dalam PI tsb. Yg terdiri dari :
1. Tahapan usulan (purpose)
2. Perundingan (negotiation)
3. Penerimaan (adoption/authentification of
the texts)
4. Pengikatan diri (consent to be bound)
5. Mulai berlakunya (enter into force)
Wismaningsih 86
PRAKTIK AMANDEMEN
PIAGAM PBB
Pasal 109 Piagam PBB :
1. Review Piagam PBB
Menghendaki adanya SU-PBB yang tanggal
dan tempatnya ditetapkan oleh dua pertiga
suara anggota MU-PBB dan 1 suara anggota
DK-PBB

2. Perubahan Piagam PBB


Diusulakn oleh 2/3 suara dalam MU-PBB
dan diratifikasi oleh 2/3 anggota PBB
termasuk semua AT DK-PBB
Wismaningsih 87
PRAKTIK AMANDEMEN
DI PBB
• Pada 1963, MU-PBB dalamsidang ke-18
telah menyetujui amandemen utk Pasal 23,
27, dan 61 Piagam PBB.
1. Menambah anggota DK-PBB dari 11
menjadi 15.
2. Menyesuaikan amandemen di atas,
menambah keputusan DK-PBB dari 7
menjadi 9 suara.
3. Menambah kenaggotaan ECOSOC menjadi
27 dan dari 27 menjadi 54 anggota pada
Wismaningsih 88
1971.
BERAKHIRNYA
PERJANJIAN INTERNASIONAL
1. Karena hukum (by operation of law), dapat terjadi karena :
a. Hapusnya unsur perjanjian, antara lain :
- Hapusnya salah satu pihak dalam PI Bilateral.
- Hapusnya seluruh material (objek) yang diperjanjikan.
b. Timbulnya jus cogens baru
→Akan mengakhiri berlakunya PI yang bertentangan
dengan ius cogens yang baru.
c. Ajaran rebus sic stantibus
→Kewajiban yang ditetapkan dalam suatu PI tetap
berlaku selama keadaan esensial pada saat daibuatnya
perjanjian itu dalam keadaan tetap dan tdak berubah.
→Perubahan fundamental dari keadaan pada saat
dibuatnya PI dapat digunakan sebagai dasar utk mengakhiri
berlakunya PI tsb., atau utk menarik diri dari perjanjian itu.

Wismaningsih 89
Berakhirnya PI..
2. Karena perbuatan pihak yang berjanji
a. PI dapat berakhir karena persetujuan pihak-
pihak yang berjanji
→Persetujuan itu dapat ditetapkan dalam
perjanjian internasional ybs. Atau di luar
PI tsb.
b. Karena kehendak sepihak dari negara yang
berjanji.
→Dapat berbentuk pernyataan pengakhiran
perjanjian atau pengunduran diri negara
pihak
ybs. Wismaningsih 90

Anda mungkin juga menyukai