Anda di halaman 1dari 18

HUKUM

PERJANJIAN
INTERNASIONAL
Dr. Tomy Michael, S.H., M.H.

Oleh Kelompok 2
Anggota Kelompok
1. NURZAS MONI / D10121082 8. MOH. FAJRI A. /
D10121599

2. RIA RISKY WULANDARI / D10121364 9. DELFIKA AGUSTIN /


D10121709

3. NI GUSTI AYU ENJELIKA / D10121100 10. HEROL RUDOLF / D10121720

4. NI PUTU AYU ANGGREANI / D10121188 11. MOH AKBAR. G / D10120419

5. KOMANG TARITA MELYASARI / D10121554. 12.Rezky Erlando Philip/D10121650


6. LIN / D1019052

7. MOH. AFANDI S / D1019655


Sejarah Hukum Perjanjian
Internasional

Hukum perjanjian Internasional merupakan bentuk kesepakatan dalam


konferensi wina tahun 1969 dan lebih dikenal dengan nama “Viena
Convention on the Law of Treaties” atau Konvensi Wina tentang Hukum
Perjanjian tahun 1969. Konvensi Wina tentang perjanjian ini tidak hanya
sekedar merumuskan kembali atau mengkodifikasikan hukum kebiasaan
internasional dalam bidang perjanjian, melainkan juga merupakan
pengembangan secara progresif hukum internasional tentang perjanjian.
Namun demikian Konvensi Wina ini masih tetap mengakui eksistensi hukum
kebiasaan internasional tentang perjanjian.
Definisi Perjanjian Internasional
Konvensi Wina 1969 Oppenheimer-Lauterpact
Perjanjian Internasional adalah Perjanjian Internasional adalah suatu
perjanjian yang diadakan antara anggota persetujuan antar Negara yang
masyarakat bangsabangsa dan bertujuan menimbulkan hak dan kewajiban
untuk menimbulkan akibat hukum diantara pihak-pihak yang
tertentu mengadakan

Prof. Dr. Muchtar


kusumaatmaja, SH. LLM International Law of Commission
Perjanjian Internasional adalah (ILC) mendefinisikan traktat sebagai
perjanjian yang diadakan antar semua perjanjian dalam bentuk tertulis
bangsa yang bertujuan untuk apakah dirumuskan dalam suatu
menciptakan akibat-akibat tertentu instrumen tunggal atau dalam beberapa
instrumen tambahan
Klasifikasi Hukum Perjanjian
Internasional
Dilihat dari
Ditinjau dari proses/tahap
Dari segi pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian
bentuknya pembentukannya.

Dilihat dari para pihak Dilihat dari sifat Klasifikasi dari segi
yang membuatnya. pelaksananya. struktur.
Pihak yang mengadakan Perjanjian
a) Perjanjian antar negara, merupakan jenis perjanjian yang jumlahnya
banyak, hal ini dapat dimaklumi karena negara merupakan subyek
hukum internasional yang paling utama dan saling klasik.
b) Perjanjian antar negara dengan subyek hukum internasional lainnya
seperti negara dengan organisasi internasional atau dengan vatikan.
c) Perjanjian antara subyek hukum internasional selain negara satu sama
lain, misalnya negara-negara yang tergabung dalam ACP (African,
Carriban and Pacific) dengan MEE.

Pihak yang membuatnya


a) Perjanjian bilateral, suatu perjanjian yang diadakan oleh dua
pihak (negara) saja dan mengatur soal-soal khusus yang
menyangkut kepentingan kedua belah pihak.
b) Perjanjian multilateral adalah perjanjian yang diadakan banyak
pihak (negara) yang pada umumnya merupakan perjanjian terbuka
Ditinjau dari bentuknya
a) Perjanjian antar kepala negara (head of state form). Pihak peserta dari
perjanjian disebut “High Contracting State (pihak peserta Agung)”
b) Perjanjian antar Pemerintah (inter-Government form). Perjanjian ini
juga sering ditunjuk MENLU atau Duta Besar atau wakil berkuasa penuh
c) Perjanjian antar negara (inter-state form), pejabat yang mewakilinya
dapat ditunjuk MENLU, Duta Besar dan wakil berkuasa penuh (full
Powers)

Proses/tahap pembentukannya.
a) Perjanjian yang diadakan melalui tiga tahap pembentukannya, yaitu
perundingan, penandatangan dan ratifikasi dan biasanya diadakan untuk hal-
hal yang dianggap penting sehingga memerlukan persetujuan dari badan
legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat).
b) Perjanjian yang melewati dua tahap pembentukan, yaitu perundingan dan
penandatangan, diadakan untuk hal-hal yang tidak begitu penting dan
memerlukan penyelesaian yang cepat, seperti perjanjian perdagangan yang
berjangka pendek.
Sifat pelaksananya
a) Dispositive treaties (perjanjian yang menentukan) yang maksud
tujuannya dianggap selesai atau sudah tercapai dengan pelaksanaan
perjanjian itu
b) Executory treaties (perjanjian yang dilaksanakan), adalah perjanjian
yang pelaksanaannya tidak sekaligus, melainkan dilanjutkan terus
menerus selama jangka waktu perjanjian itu.

Segi struktur
a) Law making treaties merupakan perjanjian internasional yang mengandung
kaedahkaedah hukum yang dapat berlaku secara universal bagi anggota-
anggota masyarakat bangsa-bangsa, oleh karena itu jenis perjanjian ini
dikategorikan sebagai sumber langsung dari hukum internasional
b) Treaty contracts (perjanjian yang bersifat kontrak), Dengan treaty contracts
dimaksudkan perjanjian dalam hukum perdata hanya mengikat pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian-perjanjian.
1. Treaty
Suatu persetujuan yang sifatnya lebih khidmat (more solemn
Agreements) yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi peserta
perjanjian itu dan memuat ketentuan-ketentuan umum yang mengikat
secara keseluruhan( General Multilateral treaties) Contoh : Perjanjian
Perdamaian Aliansi,netralistis, dan arbitrase.
Istilah 2.Convention ( Konvensi)
Perjanjian Ialah Suatu Perjanjian internasional yang membentuk Hukum ( law
Making treaties) Dan menjadi sumber perjanjian Internasional
Internasional langsung

3. Declaration ( deklarasi)
Suatu Perjanjian yang menunjukan dan menyatakan hokum yang ada,
baik dengan ataupun modifikasi, atau membentuk hokum yang baru,
atau mengesahkan/Menguatkan beberapa prinsip Kebijaksanaan umum.
4. Charter (Piagam)
Suatu perjanjian yang lebih sesuai dengan arti konstitusi atau undang-
undang. Contoh Piagam PBB (Charter of The United Nations).

5. Protokol
Suatu perjanjian Internasional dan Lazimnya bersifat perjanjian
Istilah tambahan dan tidak begitu resmi dan penting seprti treaty.

Perjanjian 6. Pact
Internasional Digunakan untuk menunjuk suatu persetujuan yang telah diakui

7. Agreement (persetujuan)
Persetujuan dalam perjanjian internasional

8. General Act
Suatu system untuk merinci tentang perencanaan dari pada perjanjian
atau konvensi-konvensi sebagai hasil dari perundingan yang dilakukan.
9. Statute
Suatu termonology yang merupakan anggaran dasar suatu organisasi
internasional.dan mempunyai fungsi pengawas internasional. Misalnya
“Statutes of the International court of Justice”

Istilah 10. Convenant


perjanjian internasional adalah semua perjanjian yang dibuat oleh
Perjanjian negara sebagai salah satu subjek hukum internasional, yang diatur oleh
hukum internasional dan berisi ikatan-ikatan yang mempunyai akibat-
Internasional akibat hukum.
Tahap-Tahap Pembuatan Perjanjian
Internasional.
1. Perundingan (Negotiation)
Perundingan merupakan perjanjian tahap 2. Penandatanganan (Signature)
pertama antara pihak/negara tentang objek Lazimnya penandatanganan dilakukan
tertentu. Sebelumnya belum pernah diadakan oleh para menteri luar negeri (Menlu)
perjanjian. Oleh karena itu, diadakan atau kepala pemerintahan. Untuk
penjajakan terlebih dahulu atau pembicaraan perundingan yang bersifat multilateral,
pendahuluan oleh masing-masing pihak yang
penandatanganan teks perjanjian sudah
berkepentingan. Dalam melaksanakan
negosiasi, suatu negara yang dapat diwakili dianggap sah jika 2/3 suara peserta yang
oleh pejabat yang dapat menunjukkan surat hadir memberikan suara, kecuali jika
kuasa penuh (full powers). Selain mereka, hal ditentukan lain. Namun demikian,
ini juga dapat dilakukan oleh kepala negara, perjanjian belum dapat diberlakukan
kepala pemerintahan, menteri luar negeri atau oleh masing-masing negaranya.
duta besar
Tahap-Tahap Pembuatan Perjanjian
Internasional.

3. Pengesahan (Retification)
Suatu negara mengikat diri pada suatu perjanjian dengan syarat apabila telah
disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya. Penandatanganan atas
perjanjian hanya bersifat sementara dan masih harus dikuatkan dengan
pengesahan atau penguatan. Ini dinamakan ratifikasi.
Ratifikasi perjanjian internasional dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Ratifikasi oleh badan eksekutif. Sistem ini biasa dilakukan oleh raja-raja
absolut dan pemerintahan otoriter.
2. Ratifikasi oleh badan legislatif. Sistem ini jarang digunakan.
3. Ratifikasi campuran (DPR dan Pemerintah). Sistem ini paling banyak
digunakan karena peranan legislatif dan eksekutif sama-sama menentukan
dalam proses ratifikasi suatu perjanjian.
Pendaftaran dan Pengumuman
Perjanjian Internasional
Perserikatan Bangsa-Bangsa mewajibkan anggotanya untuk mendaftarkan semua
perjanjian dan persetujuan internasional yang dibuatnya kepada Sekretariat
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang kemudian akan mengumumkannya dalam
”United Nations Treaties Series”. Ketentuan ini diatur di dalam pasal 102 Piagam
PBB. Maksud dari pasal 102 tersebut adalah untuk mencegah negara-negara
mengadakan persetujuan rahasia di antara mereka, dan memungkinkan negara-
negara demokratis untuk menolak traktat seperti itu.
Pernah diusulkan agar pasal 102 tersebut memberikan kepada negara negara
anggota kebebasan untuk menentukan sendiri apakah akan mendaftarkan traktat itu
atau tidak, dan apabila tidak mendaftarkannya, maka negara itu secara sukarela
memikul hukumnya. Tetapi pendapat yang lebih tepat adalah pendapat Komite
keenam (Legal Committee) Majelis Umum PBB tahun 1947, yang menyatakan
bahwa ketentuan pasal 102 tersebut mengenakan kewajiban mengikat untuk
mengadakan pendaftaran
Sahnya Perjanjian Internasional
Sah berarti berlaku menurut hukum. Dengan demikian perjanjian internasional adalah sah
jika memenuni ketentuan hukum yang berlaku, baik ketentuan hukum yang mengatur
wewenang pihak yang berjanji maupun ketentuan hukum yang mengatur proses
pembuatan perjanjian internasional yang bersangkutan.
Konvensi Wina tahun 1969 tentang Perjanjian Internasional tidak menetapkan syarat
sahnya perjanjian internasional.
Konvensi ini menetapkan prinsip-prinsip yang diterima umum tentang enam unsur yang
menjadi dasar invaliditas (tidak sahnya) perjanjian internasional, yaitu
1) ketidakmampuan membuat traktat,
2) kesalahan,
3) penipuan/tipu muslihat,
4) kecurangan,
5) paksaan dan
6) bertentangang dengan norma ius cogens. Yang dimaksud dengan ius cogens adalah
prinsip hukum yang memaksa, yang tidak dapat dilingkari atau disimpangi ketentuan
hukum yang lain.
Berlakunya dan Berakhirnya
Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional berlaku pada saat peristiwa berikut ini.
Mulai berlaku sejak tanggal yang ditentukan atau menurut yang disetujui oleh negara
perunding.
1.Jika tidak ada ketentuan atau persetujuan, perjanjian mulai berlaku segera setelah
persetujuan diikat dan dinyatakan oleh semua negara perunding.
2. Bila persetujuan suatu negara untuk diikat oleh perjanjian timbul setelah perjanjian
itu berlaku, maka perjanjian mulai berlaku bagi negara itu pada tanggal tersebut,
kecuali bila perjanjian menentukan lain.
3. Ketentuan-ketentuan perjanjian yang mengatur pengesahan teksnya, pernyataan
persetujuan suatu negara untuk diikat oleh suatu perjanjian, cara dan tanggal
berlakunya, persyaratan, fungsi-fungsi penyimpanan, dan masalah-masalah lain yang
timbul yang perlu sebelum berlakunya perjanjian itu, berlaku sejak saat disetujuinya
teks perjanjian itu.
4. Berakhirnya Perjanjian Intenasional
Berlakunya dan Berakhirnya
Perjanjian Internasional
Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., dalam buku Pengantar Hukum
Internasional mengatakan bahwa suatu perjanjian berakhir karena hal-hal
berikut ini.
1. Telah tercapai tujuan dari perjanjian internasional itu.
2. Masa beraku perjanjian internasional itu sudah habis.
3. Salah satu pihak peserta perjanjian menghilang atau punahnya objek perjanjian itu.
4. Adanya persetujuan dari peserta-peserta untuk mengakhiri perjanjian itu.
5. Adanya perjanjian baru antara peserta yang kemudian meniadakan perjanjian yang
terdahulu.
6. Syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai dengan ketentuan perjanjian itu
sudah dipenuhi.
7. Perjanjian secara sepihak diakhiri oleh salah satu peserta dan pengakhiran itu
diterima oleh pihak lain
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai