com/perjanjian-internasional/
PERJANJIAN INTERNASIONAL :
Pengertian, Contoh, Jenis, Proses
(Lengkap)
March 17, 2019 by Muthmainnah
Sebuah perjanjian ada dua jenis yaitu tertulis resmi dan tidak tertulis yang digunakan oleh
negara untuk mengikat diri secara hukum. Perjanjian adalah dokumen resmi yang
menyatakan sebuah kesepakatan dengan kata-kata dan hasil diskusi atau rapat yang mengakui
hak dan kewajiban para pesertanya.
Perjanjian hampir sama dengan kontrak, keduanya adalah contoh kesepakatan antara kedua
pihak yang bersedia melakukan hak dan kewajiban. Pihak mana pun yang gagal memenuhi
kewajibannya dapat bertanggung jawab berdasarkan hukum internasional
Dengan demikian, Konvensi Jenewa dan Konvensi Senjata Biologis keduanya merupakan
perjanjian meskipun tidak perlu ada kata “perjanjian” dalam namanya. Sebuah perjanjian
internasional secara khusus merupakan perjanjian yang mengikat secara hukum antara
negara-negara yang membutuhkan ratifikasi, saran dan persetujuan dari para anggota.
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan pengertian mengenai perjanjian internasional seperti :
1. Mochtar Kusumaatmadja
3. Oppenheimer-Lauterpacht
4. Georg Schwarzenberger
Perjanjian internasional sendiri memiliki berbagai istilah seperti konvensi, protokol, traktat,
pakta, statuta, deklarasi dan masih banyak istilah lainnya. Adapun pengertiannya adalah
sebagai berikut :
1. Konvensi
Konvensi adalah kesepakatan antara negara untuk mengatur hal-hal yang ada kaitannya
dengan dengan kebijakan tingkat tinggi.
2. Protokol
Protokol adalah sebuah persetujuan yang tidak dibuat oleh para pejabat negara sehingga
sifatnya tidak begitu resmi. Isi dari persetujuan ini adalah berusaha untuk mengatur
permasalahan tambahan dalam menafsirkan beberapa klausal tertentu.
3. Traktat
Traktat adalah sebuah perjanjian internasional yang paling formal di antara 2 atau lebih yang
isinya persetujuan di bidang politik dan ekonomi.
4. Pakta
Pakta adalah sebuah istilah dalam perjanjian internasional yang sifatnya lebih khusus
sehingga membutuhkan ratifikasi.
5. Statuta
Sebuah undang-undang atau perjanjian yang tertulis resmi dari otoritas legislatif yang
mengatur kota, negara. Biasanya, undang-undang memerintahkan atau melarang sesuatu, atau
menyatakan kebijakan.
6. Deklarasi
Deklarasi adalah pernyataan formal atau pengumuman mengacu pada ketentuan dalam
perjanjian yang disepakati. Deklarasi adalah pernyataan sepihak suatu negara yang
mempengaruhi hak dan kewajiban negara lain seperti deklarasi perang.
7. Proses verbal
Proses verbal adalah catatan yang berisi mengenai kesimpulan dari konferensi diplomatik
yang menggaris besari sebuah kesepakatan yang mebcapai kata mufakat. Hanya saja proses
verbal ini tidak perlu melakukan ratifikasi.
Sebuah perjanjian dinegosiasikan oleh sekelompok negara, baik melalui organisasi yang
dibentuk untuk tujuan khusus atau melalui badan yang ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Proses negosiasi mungkin memakan waktu beberapa tahun, tergantung pada topik
perjanjian dan jumlah negara yang berpartisipasi.
Setelah negosiasi selesai, perjanjian ditandatangani oleh perwakilan dari pemerintah yang
terlibat. Persyaratan bisa saja berisi bahwa perjanjian itu diratifikasi serta ditandatangani
sebelum mengikat secara hukum. Setelah itu pemerintah meratifikasi perjanjian dengan
menyimpan instrumen ratifikasi di lokasi yang ditentukan dalam perjanjian.
Instrumen ratifikasi sendiri adalah dokumen yang berisi konfirmasi formal bahwa pemerintah
menyetujui ketentuan perjanjian. Proses ratifikasi bervariasi sesuai dengan hukum dan
Konstitusi masing-masing negara.
Secara umum, amandemen perjanjian hanya mengikat negara-negara yang telah meratifikasi
amandemen, dan kesepakatan yang dicapai pada konferensi peninjauan, KTT, atau pertemuan
negara-negara pihak secara politis tetapi tidak mengikat secara hukum.
Contoh perjanjian yang memang memiliki ketentuan untuk perjanjian mengikat lebih lanjut
adalah Piagam PBB. Dengan menandatangani dan meratifikasi Piagam tersebut, negara-
negara sepakat untuk secara hukum terikat oleh resolusi yang dikeluarkan oleh badan-badan
PBB seperti Majelis Umum dan Dewan Keamanan.
Dengan demikian, resolusi PBB secara hukum mengikat Negara-negara Anggota PBB, dan
tidak ada tanda tangan atau ratifikasi yang diperlukan.
Tujuan adanya perjanjian internasional adalah agar hak dan kewajiban beberapa negara yang
sudah disepakati bersama bisa terdokumentasi dengan jelas. Jika ada peserta yang melanggar
maka akan mendapatkan konsekuensi dari apa yang telah disepakati.
Dengan adanya sebuah perjanjian internasional maka akan menegakkan hukum internasional
yang berlaku sesuai dengan kesepakatan. Hukum internasional akan lebih ditakuti lagi dan
tidak disepelekan.
Tujuan adanya perjanjian internasional yang selanjutnya adalah mampu menjadi sebuah alat
pengontrol bagi semua pihak yang meyetujui isi dari perjanjian internasional. Jadi siapapun
pihak yang terlibat dalam perjanjian wajib melaksanakan hak dan kewajiban yang telah diatur
dalam isi perjanjian.
Ada dua macam perjanjian internasional yaitu bilateral dan multilateral dengan penjelasan
sebagai berikut :
1. Bilateral
Perjanjian antara dua negara yang pada umumnya persetujuan kerja sama di bidang ekonomi
at au wilayah negara. Salah satu perjanjian bilateral yang sering dilakukan oleh kedua negara
adalah perjanjian perdagangan bilateral. Perjanjian ini memberikan status perdagangan yang
disukai antara dua negara dengan memberi mereka akses ke pasar masing-masing.
Tujuan bilateral di bidang ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan perdagangan dan
ekonomi. Ketentuan perjanjian ini merupakan standar dari operasi bisnis untuk menyamakan
kedudukan. Perjanjian bilateral meningkatkan perdagangan antara kedua negara dan
membuka pasar uindustri yang sukses.
2. Multirateral
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945 adalah contoh perjanjian multilateral dan
instrumen konstituen PBB. Contoh dari perjanjian regional yang beroperasi sebagai
perjanjian konstituen adalah piagam Organisasi Negara-negara Amerika (Piagam Bogotá),
yang membentuk organisasi tersebut pada tahun 1948.
Ada beberapa contoh perjanjian internasional dari beberapa negara di antaranya adalah :
1. Konvensi Jenewa
Konvensi Jenewa adalah sebuah perjanjian internasional yang berisi larangan dalam
penggunaan senjata biologis dan gas beracun dalam perang. Larangan inilah yang
membentuk dasar bagi Konvensi Senjata Biologis dan Kimia.
Konvensi Senjata Biologis dan Kimia merupakan sebuah perjanjian internasional yang isinya
melarang pengembangan, penimbunan, akuisisi, retensi, dan produksi agen biologis dan
racun dalam jumlah banyak.
Penggunanan itu dilarang untuk tujuan profilaksis, perlindungan atau tujuan selain
perdamaian.
Apapun senjata, peralatan, dan kendaraan yang dirancang dengan bahan-bahan kimia yang
beracun dengan tujuan untuk permusuhan atau digunakan dalam konflik bersenjata, maka hal
itu dilarang.
Konvensi Senjata Kimia adalah sebuah perjanjian internasional yang berisi melarang
pengembangan, produksi, akuisisi, penimbunan, dan transfer senjata kimia, termasuk
beberapa racun biologis.
IHR (2005) adalah perjanjian internasional antara 194 negara dan Organisasi Kesehatan
Dunia untuk memantau, melaporkan, dan menanggapi setiap peristiwa yang dapat
menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat internasional.
Tujuan dari IHR (2005) adalah untuk mencegah, melindungi, mengendalikan dan
memberikan respons kesehatan masyarakat terhadap penyebaran penyakit internasional
dengan cara yang sesuai. Tujuan ini berupaya untuk mencegah risiko kesehatan masyarakat
lebih menyebar dan menghindari gangguan yang tidak diinginkan.
IPPC adalah perjanjian internasional yang berkaitan dengan pencegahan masuk dan
tersebarnya hama ke tanaman dan produk tanaman. IPPC telah mengembangkan pedoman
phytosanitary dan berfungsi sebagai pusat pelaporan serta sumber informasi. Tujuh organisasi
phytosanitary regional telah didirikan di bawah payung IPPC.
Organisasi Perlindungan Tanaman Amerika Utara (NAPPO), misalnya, terdiri dari AS,
Kanada, dan Meksiko, yang berpartisipasi melalui APHIS, Badan Inspeksi Makanan Kanada
(CFIA), dan Direktorat Kesehatan Tanaman, masing-masing.
Organisasi Perlindungan Tanaman Eropa dan Mediterania (EPPO) adalah organisasi antar
pemerintah, juga di bawah IPPC, yang bertanggung jawab atas kerja sama perlindungan
tanaman di antara 50 negara di kawasan Eropa dan Mediterania.
PSI adalah upaya global yang bertujuan untuk menghentikan perdagangan senjata untuk bisa
musnah mulai dari sistem pengirimannya hingga bahan-bahan terkait ke negara-negara yang
menjadi perhatian proliferasi. Perjanjian ini diluncurkan pada tanggal 31 Mei 2003.
Kemudian ada bidan lainnya seperti keamanan dan disposisi bahan fisil; dan merombak
pekerjaan mantan ilmuwan senjata untuk usaha sipil.
9. Grup Australia
The Australia Group atau AG adalah forum informal negara-negara bertujuan untuk
memastikan bahwa ekspor tidak berkontribusi pada pengembangan senjata kimia atau
biologi. Para anggota perjanjian AG berupaya untuk melakukan kontrol ekspor untuk
membantu negara-negara memenuhi kewajiban mereka berdasarkan Konvensi Senjata Kimia
dan Konvensi Senjata Biologis dan Toxin.
Semua peserta dalam Grup Australia adalah Pihak Negara pada Konvensi Senjata Biologis
dan Toxin. AG mengendalikan agen biologis, patogen tanaman dan hewan, peralatan biologi
dan kimia penggunaan ganda, teknologi dan perangkat lunak terkait, dan prekursor kimia.
Ada dua macam perjanjian internasional yang pernah dilakukan oleh Indonesia yaitu bilateral
dan multirateral.
1. Perjanjian Indonesia dengan Belanda yang berisikan pemindahan dan penyerahan Irian
Barat kepada Indonesia yang telah disepakati di New York pada tanggal 15 Agustus 1962.
2. Perjanjian bilateral antara Indonesia dengan Malaysia yang berisi mengenai Laut Cina
Selatan dan Selat Malaka yang dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 1969.
3. Perjanjian bilateral negara Indonesia dengan Thailand pada tanggal 17 Desember 1971
yang berisi mengenai batas wilayah bagian utara Selat Malaka beserta laut Andaman.
4. Perjanjian Indonesia dengan Australia yang berisi peraturan garis batas wilayah Indonesia
dan Australia. Perjanjian ini disepakati di Jakarta pada tanggal 12 Februari 1973.
5. Perjanjian bilateral antara Indonesia dengan Singapura pada tanggal 25 Mei 1973 yang
berisi pembahasan mengenai batas-batas laut teritorial selat-selat di negara Singapura yang
dekat dengan wilayah Indonesia.
Selain memiliki perjanjian bilateral, Indonesia juga pernah melakukan
perjanjian multirateral seperti :
1. Perjanjian internasional mengenai konvensi hukum laut oleh beberapa negara yang
diselenggarakan dalam forum PBB. Konvensi ini telah ditandatangani oleh berbagai negara
pada tahun 1958.
2. Konvensi Jenewa yang disepakati dan ditanda tangani oleh berbagai negara pada tahun
1949. Konvensi Jenewa berisi hukum mengenai perlindungan para korban perang.
3. Konvensi wina yang telah diselenggarakan dan disahkan oleh berbagai negara pada tahun
1961. Konvensi Wina berisikan tentang hubungan diplomatik antar berbagai negara di dunia.
Indonesia telah aktif di kancah internasional dan sudah diakui oleh hukum internasional.
Bahkan negara ini juga pernah menjadi tuan rumah karena menyelenggarakan Konferensi
Asia Afrika (KAA) pada 1955.
Banyak kerjasama antar negara yang pernah dilakukan oleh Indonesia dan negara lainnya.
Aktifnya Indonesia di berbagai persoalan negara ini membuktikan eksistensi negara ini baik
di wilayah Asia hingga Uni Eropa.