NIM : A1011211179
Kelas : F/Reg A
UTS Mata Kuliah Perjanjian Internasional
3) UUD 1945 Pasal 11 Ayat 1 menyatakan bahwa Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
Negara lain. Perihal perjanjian dengan negara lain atau perjanjian internasional
kemudian lebih lanjut diatur dalam UU Nomor 24 tahun 2000.
Sesuai UU Nomor 24 Tahun 2000, Perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam
bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat
secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik.
Indonesia dalam hubungannya dengan negara lain, sering kali terikat dalam suatu
perjanjian di berbagai bidang termasuk perdagangan yang didalamnya mencakup
kerja sama perdagangan barang dan jasa sektor energi. Perjanjian internasional
dalam lingkup kerja sama dilakukan oleh Indonesia baik secara bilateral, regional
maupun multilateral.
Pada awal tahun 2019 sebagai contoh, Indonesia sedang mempersiapkan proses
ratifikasi ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) Paket 10. Setelah
ditandatangani pada 11 November 2018, negara-negara ASEAN termasuk Indonesia
segera melakukan proses ratifikasi AFAS Paket 10. Kementerian Perdagangan
selaku focal point kerja sama ini menyatakan bahwa tujuan ratifikasi AFAS Paket 10
adalah memberikan dasar hukum bagi Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan
komitmen AFAS 10.
Sesuai UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Pasal 84, setiap perjanjian
perdagangan internasional disampaikan kepada Dewan Perwakilan (DPR) rakyat
paling lama 90 (Sembilan puluh) hari kerja setelah penandatanganan perjanjian.
Suatu perjanjian internasional yang akan diratifikasi harus dilengkapi dengan
beberapa dokumen diantaranya adalah permohonan pengesahan ke Presiden RI
melalui Menteri Luar Negeri, naskah urgensi pengesahan, naskah terjemahan
perjanjian tersebut, naskah akademik pengesahan dan Rancangan Peraturan
Presiden atau rancangan UU tentang pengesahan.
Ratifikasi suatu perjanjian internasional dapat dilakukan dengan UU atau Keputusan
Presiden. Dalam proses ratifikasi, DPR melakukan tinjauan utamanya sisi manfaat
dari perjanjian internasional tersebut.