Abstrak
Dalam pertanggungjawaban pidana memiliki hubungan sangat erat dengan penentuan subyek hukum
pidana. Sedangkan subyek hukum pidana dalam ketentuan perundang-undangan merupakan pelaku
tindak pidana yang dapat dipertanggungjawabkan atas segala perbuatan hukum yang dilakukannya
sebagai perwujudan tanggung jawab karena kesalahannya terhadap orang lain atau korban. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH)
telah memasukkan ketentuan pidana dalam Bab XV, yang terdiri dari 23 pasal. Untuk menghindari
kesulitan dalam penegakan hukum lingkungan, maka peraturan perundang-undangan khususnya
tentang hukum formal harus disusun secara jelas, tegas, tidak multitafsir.
Abstract
In the criminal law in the statutory provisions is a criminal who can be held accountable for all legal
actions allegedly committed as a manifestation of responsibility for his mistakes against another
person or the victim. Law No.32 of 2009 on the Protection and Environmental Management
(UUPPLH) has included penal provisions in Chapter XV, which consists of 23 chapters. To avoid
difficulties in the enforcement of environmental law, the legislation, especially concerning formal law
should be drafted clearly assertive, not multiple interpretations.
16 17
Pasal 3 - Pasal 8 Peraturan Menteri Lingkungan Soeparmono, Hukum Acara Perdata Dan
Hidup Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Ganti Yurisprudensi, Mandar Maju Semarang, 2005,
Rugi Terhadap Pencemaran Dan/atau Hlm. 9.
Kerusakan Lingkungan.
33 34
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.