Anda di halaman 1dari 29

JURNAL ILMIAH PUBLIKA

P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295

PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA, HUKUM PERDATA DAN HUKUM


ADMINISTRASI TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP DI
INDONESIA
Saefullah
Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana Jakarta
saefullah1980@gmail.com

Abstrak
Dalam pertanggungjawaban pidana memiliki hubungan sangat erat dengan penentuan subyek hukum
pidana. Sedangkan subyek hukum pidana dalam ketentuan perundang-undangan merupakan pelaku
tindak pidana yang dapat dipertanggungjawabkan atas segala perbuatan hukum yang dilakukannya
sebagai perwujudan tanggung jawab karena kesalahannya terhadap orang lain atau korban. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH)
telah memasukkan ketentuan pidana dalam Bab XV, yang terdiri dari 23 pasal. Untuk menghindari
kesulitan dalam penegakan hukum lingkungan, maka peraturan perundang-undangan khususnya
tentang hukum formal harus disusun secara jelas, tegas, tidak multitafsir.

Kata kunci: pelindungan hukum pidana, kerusakan lingkungan hidup, Indonesia

Abstract
In the criminal law in the statutory provisions is a criminal who can be held accountable for all legal
actions allegedly committed as a manifestation of responsibility for his mistakes against another
person or the victim. Law No.32 of 2009 on the Protection and Environmental Management
(UUPPLH) has included penal provisions in Chapter XV, which consists of 23 chapters. To avoid
difficulties in the enforcement of environmental law, the legislation, especially concerning formal law
should be drafted clearly assertive, not multiple interpretations.

Keywords: legal protection of criminal law, environmental damage, Indonesia

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 60


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
PENDAHULUAN undang tersebut juga ditentukan bahwa
Dalam pemanasan global yang “Perusahaan industri wajib melaksanakan
semakin meningkat mengakibatkan upaya keseimbangan dan kelestarian
perubahan iklim di dunia mengalami sumber daya alam serta pencegahan
penurunan kualitas lingkungan hidup timbulnya kerusakan dan pencemaran
karena itu perlu dilakukan perlindungan terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan
dan pengelolaan lingkungan hidup.1 industri yang dilakukannya.” Seperti
Sedangkan lingkungan hidup yang baik diketahui, bahwa kualitas kondisi
dan sehat merupakan hak asasi setiap lingkungan hidup semakin menurun dan
warga negara Indonesia sebagaimana mengancam kelangsungan perikehidupan
diamanatkan dalam Pasal 28H UUD RI manusia, mahluk hidup lain dan
1945.2 ekosistem, hal ini disebabkan oleh
Terhadap korban dan calon korban banyaknya faktor, sedangkan salah satu
pencemaran atau perusakan lingkungan faktornya adalah akibat penegakan hukum
hidup yang diperlukan adalah adanya lingkungan yang belum efektif dan
perangkat hukum yang memberi jaminan maksimal.
perlindungan hukum. Hal ini dapat Sedangkan penegakan hukum
terlaksana apabila dari sistem lingkungan hidup adalah satu elemen
pertanggungjawaban pidana pelaku tindak penting dalam upaya mencapai tujuan
pidana lingkungan hidup. Sedangkan masyarakat Negara Indonesia yang adil
dalam undang-undang yang berlaku dan sejahtera. Tujuan Negara yang
sekarang belum memberikan perlindungan tertuang dalam pembukaan UUD 1945,
kepada korban maka kedepan perlu adalah sebagai berikut :
dipikirkan perumusan yang tepat dalam 1. Melindungi segenap bangsa
memberikan perlindungan kepada korban. Indonesia dan seluruh tumpah darah
Sedangkan pengaturan mengenai Indonesia.
tindak pidana pencemaran lingkungan 2. Memajukan kesejahteraan umum.
hidup di dalam Undang-Undang Nomor 32 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan 4. Ikut serta melaksanakan ketertiban
Pengelolaan Lingkungan Hidup, lebih dunia berdasarkan kemerdekaan,
rinci dan spesifik dibanding Undang- perdamaian abadi, dan keadilan
Undang Nomor 23 Tahun 1997, yang sosial.
bersifat terbuka dan tidak limitatif. Didalam batang tubuh UUD 1945
Perumusan dalam Undang-Undang Nomor setelah amandemen, penegakan hukum
5 Tahun 1984 tentang Perindustrian lingkungan hidup diletakan dalam pasal-
menegaskan bahwa upaya dan kegiatan pasal yang berkaitan dengan hak asasi
apapun yang dilakukan dalam rangka manusia. Salah satu pasal itu adalah Pasal
pembangunan industri, tetap harus 28 H Point 1 Undang-Undang Dasar 1945,
memperhatikan penggunaan sumber daya adapun bunyi pasal tersebut adalah :
alam secara tidak boros agar tidak merusak - “Setiap orang berhak hidup
tata lingkungan hidup. Dalam undang- sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan
1
Johni Najwan, “Perlindungan Dan lingkungan hidup yang baik dan
Pengelolaann Lingkungan Hidup Dalam sehat serta berhak memperoleh
Perspektif Hukum Islam”, Inovasi : Jurnal Ilmu pelayanan kesehatan. “
Hukum Vol. 2 Nomor 4 Tahun 2010, Hlm. 57. Pasal tersebut diatas menjadi
2
Sudi Fahmi, “Asas Tanggung Jawab Negara landasan bahwa lingkungan hidup harus
Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Jurnal menjadi point penting dalam konteks
Hukum, Volume 18 Nomor 2 April 2011, Hlm. perlindungan hak asasi manusia di
212 - 228.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 60


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
Indonesia. Dan penegakan hukum menjadi kemampuan bertanggungjawab, maka
element perlindungan hak asasi manusia seseorang yang mampu bertanggungjawab
itu. dapat dipertanggungjawabkan atas
3
Untuk penegakan hukum sendiri perbuatannya.
menurut pendapat Prof. Jimly Asshiddiqie, Sedangkan KUHP yang berlaku
adalah : proses dilakukannya upaya untuk saat ini belum mengatur mengenai
tegaknya atau berfungsinya norma-norma pertanggungjawaban pidana korporasi
hukum secara nyata sebagai pedoman dalam arti belum mengenal korporasi
perilaku dalam lalu lintas atau hubungan- sebagai subjek tindak pidana. KUHP yang
hubungan hukum dalam kehidupan digunakan sampai saat ini masih menganut
bermasyarakat dan bernegara. paham bahwa suatu delik hanya dapat
Apabila dikaitkan dengan dilakukan oleh manusia (natuurlijk
lingkungan hidup, maka proses penegakan persoon). Pasal 59 KUHP adalah : “Dalam
hukum berarti tegaknya norma-norma hal-hal dimana pelanggaran ditentukan
hukum dalam upaya perlindungan pidana terhadap pengurus, anggota-
lingkungan hidup. Dalam upaya tegaknya anggota badan pengurus atau komisaris-
perlindungan hukum itu, maka regulasi komisaris, maka pengurus, anggota badan
hukum lingkungan hidup tak bisa pengurus atau komisaris yang ternyata
dilupakan dalam upaya penegakan hukum tidak ikut campur melakukan pelanggaran
lingkungan tersebut. tindak pidana.” Makna tersebut adalah
Regulasi di Indonesia yang mengatur bahwa tindak pidana tidak pernah
tentang perlindungan pencemaran dilakukan oleh korporasi tetapi dilakukan
lingkungan hidup diatur dalam Undang- oleh pengurusnya. KUHP hanya mengatur
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perbuatan- perbuatan pidana yang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan dilakukan oleh orang perorangan yang
Hidup. Di dalam regulasi tersebut ada 3 pertanggung-jawabannya juga dilakukan
(tiga) cara penegakan hukum yang bisa secara individu. Adanya tindak pidana
dilakukan dalam upaya perlindungan yang tidak diatur didalam KUHP agar
lingkungan hidup, adalah sebagai berikut : tidak terjadi kekosongan hukum
1. Teguran tertulis. (rechtvaccum), maka untuk
2. Paksaan pemerintah. menghindarinya diberlakukan Hukum
3. Pembekuan izin lingkungan. Pidana Khusus. Hukum Pidana Khusus
4. Pencabutan izin lingkungan. merupakan undang-undang pidana yang
Lingkungan hidup adalah salah salah memiliki penyimpangan dari Hukum
isu penting dalam penegakan hukum Pidana Umum, baik dari segi Hukum
pidana di Indonesia. Beragam sengketa Pidana Formil maupun dari segi Hukum
serta bencana yang menimpa Indonesia Pidana Materiilnya. Hal tersebut
memberikan kita gambaran tentang isu diperlukan atas dasar kepentingan hukum.
lingkungan hidup. Ketika membicarakan Seperti Undang-Undang Darurat Nomor 7
penegakan hukum di Indonesia, Drt 1955 tentang tindak Pidana Ekonomi,
penyelesaian melalui cara penegakan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985
pidana bisa menjadi solusi dalam upaya tentang Ketenagalistrikan, Undang-
penegakan hukum lingkungan hidup di Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Indonesia. Psikotropika, Undang-Undang Nomor 22
Untuk dapat dipidananya si pelaku, Tahun 1997 tentang Narkotika, Undang-
disyaratkan bahwa tindak pidana yang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
dilakukannya itu haruslah memenuhi
unsur-unsur yang telah ditentukan dalam 3
Muladi dan Dwidja Priyatno,
undang-undang yang ada. Dilihat dari Pertanggungjawaban Pidana Korporasi,
Jakarta : Kencana, 2010, Hlm. 3.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 61


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
Tindak Pidana korupsi, Undang-Undang Dengan demikian, maka dapat
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan bahwa pelaku tindak pidana di
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 bidang lingkungan hidup adalah orang
tentang Lingkungan Hidup sebagaimana perseorangan, dan/atau kelompok orang,
telah diubah melalui Undang-Undang dan/atau badan hukum. Cara pemikiran
Nomor 32 Tahun 2009 tentang untuk menetapkan badan hukum sebagai
Pengendalian dan Pengelolaan subjek tindak pidana tersebut, tidak jauh
Lingkungan Hidup, yang juga merupakan berbeda dengan yang ada di dalam tindak
undang-undang hukum pidana yang pidana ekonomi. Perusahaan atau industri
khusus mengatur tentang lingkungan yang mempunyai kecenderungan untuk
hidup. mencemarkan atau merusak lingkungan
hidup adalah merupakan badan hukum
LITERATURE REVIEW atau korporasi. Maka dari itu, korporasi
Perkembangan hukum mulai harus mempertanggungjawabkan segala
memenuhi perhatian lebih besar pada hal- perbuatan yang dilakukan jika memang
hal yang bersifat pemberiaan maaf terbukti melanggar hukum lingkungan
(execulpatory considerations) dan sebagai yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
akibat pengaruh moral philosophy dari dan pencemaran lingkungan.
ajaran agama, cenderung mengarah pada Teori pertanggung jawaban
pengakuan kesalahan moral (moral berdasarkan unsur kesalahan diperlukan
culpability) sebagai dasar yang tetap untuk mengetahui teori kesalahan terlebih
perbuatan melawan hukum, maka prinsip dahulu. Menurut Roeslan Saleh, dalam
tanggungjawab mutlak sebagai suatu pengertian perbuatan pidana tidak
hukuman yang diperlukan untuk termasuk pertanggungjawaban. Perbuatan
menghindarkan perbuatan balas dendam pidana menurut Roeslan Saleh,
kemudian berubah menjadi tanggungjawab menyatakan bahwa: “Orang yang
yang didasarkan pada adanya unsur melakukan perbuatan pidana dan memang
kesalahan. Sedangkan mempunyai kesalahan merupakan dasar
pertanggungjawaban pidana atas dasar adanya pertanggungjawaban pidana.” Asas
kesalahan atau liability on foult or yang tidak tertulis mengatakan “Tidak ada
negligence atau juga foult liability, pidana jika tidak ada kesalahan,”
merupakan reaksi atas merupakan dasar dari pada dipidananya si
pertanggungjawaban mutlak atau strict pembuat/pelaku.5
liability yang berlaku pada zaman dahulu. Pada Pasal 67 Undang-Undang
Hal penting lainnya dalam proses Nomor 32 Tahun 2009 tentang
perubahan sikap ini adalah adanya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
anggapan masyarakat bahwa kerugian Hidup, menyatakan bahwa : “Setiap
sebagai akibat dari suatu kesalahan oranag berkewajiban memelihara
(negligence) tidak berarti kurang penting kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
dari pada kerugian akibat dari suatu mengendalikan pencemaran dan/atau
kesengajaan. Adapun yang termasuk kerusakan lingkungan hidup”. Sementara
dalam pengertian kesalahan adalah baik itu, yang dimaksud dengan ‘orang’ diatur
perbuatan yang disengaja maupun dalam Pasal 1 angka 32, menyatakan
kelalaian, maka dengan demikian yang bahwa : “Setiap orang adalah orang
semula merupakan tanggungjawab secara perseorangan atau badan usaha, baik yang
moral (moral responsibility) berubah
menjadi tanggungjawab secara hukum
Dwidja Priyatno, 1997, Hlm. 107.
(legal liability).4 5
Djoko Prakoso, Asas-Asas Hukum Pidana di
Indonesia, Edisi Pertama, Yogyakarta, Liberty,
4
JG. Fleming, The Law of Tort, Disadur oleh : 1987, Hlm. 75.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 62


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
berbadan hukum maupun yang tidak 1. Kemampuan bertanggung jawab dari
berbadan hukum”. Untuk mengkaji Teori orang yang melakukan perbuatan
pertanggung jawaban berdasarkan unsur (toerekeningsvatbaarheid van de
kesalahan diperlukan mengetahui teori daderi).
kesalahan terlebih dahulu. 2. Hubungan batin tertentu dari orang
Menurut Roeslan Saleh, dalam yang melakukan perbuatannya itu
pengertian perbuatan pidana tidak dapat berupa kesengajaan atau
termasuk pertanggungjawaban. Perbuatan kealpaan.
pidana menurut Roeslan Saleh, 3. Tidak terdapat dasar alasan yang
menyatakan bahwa : “Orang yang menghapuskan pertangungjawaban
melakukan perbuatan pidana dan memang bagi si pembuat atas perbuatannya
mempunyai kesalahan merupakan dasar itu.
adanya pertanggungjawaban pidana”. Perbuatan pidana memiliki
Asas yang tidak tertulis mengatakan : konsekuensi pertanggungjawaban serta
“Tidak ada pidana jika tidak ada penjatuhan pidana, maka setidaknya ada 2
kesalahan”, merupakan dasar dari pada (dua) alasan mengenai hakikat kejahatan,
dipidananya si pembuat/pelaku.6 Menurut yaitu :9
pendapat Prodjohamidjojo, jika pada 1. Pendekatan yang melihat kejahatan
waktu melakukan delict, dilihat dari segi sebagai dosa atau perbuatan yang
masyarakat patut dicela, dengan demikian, tidak senonoh yang dilakukan
menurut seseorang mendapatkan pidana manusia lainnya.
tergantu pada 2 (dua) hal, yaitu :7 2. Pendekatan yang melihat kejahatan
1. Harus ada perbuatan yang sebagai perwujudan dari sikap dan
bertentangan dengan hukum, atau pribadi pelaku yang tidak normal
dengan kata lain, harus ada unsur sehingga ia berbuat jahat.
melawan hukum, jadi harus ada Kedua pendekatan diatas,
unsur objektif. berkembang sedemikian rupa bahkan
2. Terhadap pelakunya ada unsur diyakini mewakili pandangan-pandangan
kesalahan dalam bentuk kesengajaan yang ada pada pidana dan pemidanaan.
dan atau kealpaan, sehingga Disinilah kemudian muncul berbagai
perbuatan yang melawan hukum perbuatan pidana dapat dilihat sebagai
tersebut dapat perbuatan yang tidak muncul begitu saja,
dipertanggungjawabkan kepadanya, melainkan adalah hasil dari refleksi dan
jadi ada unsur subjektif. kesadaran manusia hanya saja perbuatan
Berkaitan dengan sistem tersebut telah menimbulkan kegoncangan
pertanggungjawaban pidana pelaku sosial di masyarakat.
kejahatan maka prinsip utama yang Kemampuan bertanggung jawab bila
berlaku adalah harus adanya kesalahan dilihat dari keadaan bathin orang yang
(schuld) pada pelaku yang memiliki 3 melakukan perbuatan pidana merupakan
(tiga) tanda, yaitu :8 masalah kemampuan bertanggungjawab
dan menjadi dasar yang penting untuk
menentukan adanya kesalahan, yang mana
6
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan keadaan jiwa orang yang melakukan
Pertanggungjawaban Pidana Dua Pengertian
Dalam Hukum Pidana, Jakarta, Aksara Baru, Bidang Hukum, Unpad, Bandung, 1999, Hlm.
1983, Hlm. 83. 4.
7 9
Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar- Rukmana Amanwinata, Pengaturan dan Batas
Dasar Hukum Pidana Indonesia, Jakarta, Implementasi Kemerdekaan Berserikat dan
Pradnya Paramita, 1997, Hlm. 31. Berkumpul dalam Pasal 28 UUD 1945,
8
Bagir Manan, Jurnal Pusat Penelitian Disertasi, PPS Universitas Padjajaran,
Perkembangan Hukum, No. 1, Pusat Penelitian Bandung, 1996, Hlm. 42.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 63


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
perbuatan pidana haruslah dikatakan kehendaknya terhadap perbuatan
normal, karena orang yang normal inilah tadi.
yang dapat mengatur tingkah lakunya Jonkers berpendapat, bahwa
sesuai dengan ketentuan yang dianggap ketidakmampuan bertanggungjawab
baik oleh masyarakat. dengan alasan masih muda usia tidak bisa
Orang yang jiwanya tidak sehat dan didasarkan pada Pasal 44 KUHP, ketidak
tidak normal, maka aturan tersebut tidak mampuan bertanggungjawab adalah alasan
berlaku baginya tidak ada gunanya untuk penghapusan pidana yang umum yang
diadakan pertanggungjawaban, dapat disalurkan dari alasan-alasan khusus
sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan seperti tersebut dalam Pasal 44, 48, 49, 50
Bab III Pasal 4 KUHP, yang menyatakan dan 51 KUHP. Bagi Jonkers, orang yang
sebagai berikut : tidak mampu bertanggungjawab itu bukan
1. Barang siapa mengerjakan sesuatu saja karena pertumbuhan jiwanya yang
perbuatan, yang tidak dapat cacat atau karena gangguan penyakit,
dipertanggungjawabkan kepadanya tetapi juga karena umurnya masih muda,
karena kurang sempurna akalnya terkena hipnotis dan sebagainya.11
atau karena sakit berubah akal tidak Pada Pasal 1365 KUH Perdata yang
boleh dihukum. lazim dikenal sebagai pasal tentang
2. Jika nyata perbuatan itu tidak dapat perbuatan melawan hukum, mengharuskan
dipertanggungjawabkan kepadanya terpenuhinya 4 (empat) unsur pokok, yaitu
karena kurang sempurna akalnya sebagai berikut :
karena sakit berubah akal maka 1. Adanya perbuatan.
hakim boleh memerintahkan 2. Adanya unsur kesalahan.
menepatkan di rumah sakit gila 3. Adanya kerugian yang diderita.
selama-lamanya satu tahun untuk 4. Adanya hubungan kausalitas antara
diperiksa. kesalahan dan kerugian.
3. Yang ditemukannya dalam ayat di Teori pertanggungjawaban
atas ini, hanya berlaku bagi berdasarkan unsur kesalahan (liability
Mahkamah Agung, Pengadilan based on fault), yaitu mengenai tidak ada
Tinggi dan Pengadilan Negeri. pidana tanpa ada kesalahan
Kemampuan bertanggungjawab mengisyaratkan bahwa setiap orang yang
sebenarnya tidak secara terperinci melakukan kejahatan pastilah dapat
ditegaskan dalam Pasal 44 KUHP. Hanya dihukum. Seseorang yang melakukan
ditemukan beberapa pandangan para perusakan lingkungan hidup, apabila dapat
sarjana, misalnya pendapat Van Hammel dibuktikan dirinya sebagai pelakunya,
yang mengatakan bahwa :10 maka pidana harus dijatuhkan kepadanya.
1. Dapat menginsafi atau mengerti Namun sebaliknya apabila tidak ada satu
makna perbuatannya dalam alam bukti pun yang mengarahkan bahwa
kejahatan. seseorang itu bersalah, maka dirinya harus
2. Dapat menginsafi bahwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum.
perbuatannya dipandang tidak patut Begitu juga dengan sebuah korporasi
dalam pergaulan masyarakat. yang diwakili oleh seorang pengurus
3. Mampu untuk menentukan niat atau perusahaannya, apakah yang melakukan
tindak pidana perusakan lingkungan hidup
ataukah orang yang menyuruh, membantu,
10
I Gusti Bagus Sutrisna, Peranan Keterangan
Ahli Dalam Perkara Pidana (Tinjauan
11
Terhadap Pasal 44 KUHP), dalam Andi Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan
Hamzah (Ed.), Bunga Rampai Hukum Pidana Pertanggungjawaban Pidana Dua Pengertian
Dan Acara Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, Dalam Hukum Pidana, Jakarta : Aksara Baru,
1986, Hlm. 78. 1983, Hlm. 83.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 64


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
ikut turut serta, dan memberikan perintah dikenal juga prinsip tanggung gugat
untuk itu, maka dirinya dapat dihukum dan oleh perusahaan akibat pencemaran
dikenakan sanksi tindak pidana lingkungan hidup.
pencemaran lingkungan hidup berdasarkan Apabila dilihat pada
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 ketentuan-ketentuan yang diatur
tentang Perlindungan dan Pengelolaan dalam Undang-Undang Nomor 32
Lingkungan Hidup. Tahun 2009 tentang Perlindungan
Didalam mengajukan tuntutan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
hukum pencemaran lingkungan hidup, dapat dikualifikasikan mengenai
Jaksa Penuntut dapat menggunakan pertanggungjawaban perusahaan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 atau korporasi secara umum, yaitu
tentang Perlindungan dan Pengelolaan pertanggungjwaban perdata,
Lingkungan Hidup. pertanggungjawaban pidana dan
pertanggungjawaban administrasi,
PEMBAHASAN maka dijelaskan sebagai berikut :
1. Pertanggungjawaban Badan a. Tanggung Jawab Pidana
Usaha/Perusahaan/Korporasi “Tiada pidana tanpa kesalahan
Terhadap Pencemaran dan tiada pertanggungjawaban
Lingkungan Hidup Di Indonesia pidana tanpa perbuatan pidana”
Apabila terjadi pencemaran istilah tersebut merupakan suatu
lingkungan hidup oleh perusahaan teori pertanggungjawaban dalam
atau korporasi, maka perusahaan hukum pidana. Seorang atau badan
atau korporasi harus mampu usaha atau korporasi yang
bertanggug jawab, secara garis besar melakukan tindak pidana wajib
dapat mengklasifikasikan prinsip mempertanggung jawabkan
pertanggungjawaban dari perusahaan perbuatannya. Undang-Undang
atau korporasi terhadap pencemaran Nomor 32 Tahun 2009 tentang
lingungan yaitu mengenai prinsip Perlindungan dan Pengelolaan
tanggung jawab sosial perusahaan Lingkungan Hidup, telah mengatur
atau korporasi, prinsip tanggung mengenai Pertanggung jawaban
jawab hukum, dan politik serta pidana terhadap perusahaan yang
tanggung jawab administrasi, secara melakukan perusakan atau
keseluruhan tanggung jawab tersebut pencemaran lingkungan, seperti
dapat dijelaskan melalui yang dapat dijelaskan dalam pasal-
pertanggungjawaban. pasal di bawah ini :
Setiap orang yang Pasal 116
tindakannya, usahanya, dan/atau Ayat (1) : Apabila tindak pidana
kegiatannya menggunakan lingkungan hidup dilakukan oleh,
menghasilkan dan/atau mengelola l untuk, atau atas nama badan usaha,
imbah bahan berbahaya beracun atau tuntutan pidana dan sanksi pidana
B3, dijatuhkan kepada :
dan/atau yang menimbulkan anca a. Badan usaha; dan/atau
man serius terhadap lingkungan h b. Orang yang memberi perintah
idup bertanggung jawab mutlak at untuk melakukan tindak
as kerugian pidana tersebut atau orang
yang terjadi tanpa perlu yang bertindak sebagai
pembuktian unsur kesalahan pemimpin kegiatan dalam
(principle strict liability). Pada tindak pidana tersebut.
prinsip tanggung jawab sosial Ayat (2) : Apabila tindak pidana

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 65


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
lingkungan hidup sebagaimana lama 3 (tiga) tahun.
dimaksud pada ayat (1) dilakukan Pasal 119
oleh orang, yang berdasarkan Selain pidana sebagaimana
hubungan kerja atau berdasarkan dimaksud dalam undang-undang ini,
hubungan lain yang bertindak dalam terhadap badan usaha dapat
lingkup kerja badan usaha, sanksi dikenakan pidana tambahan atau
pidana dijatuhkan terhadap pemberi tindakan tata tertib berupa :
perintah atau pemimpin dalam a. Perampasan keuntungan yang
tindak pidana tersebut tanpa diperoleh dari tindak pidana.
memperhatikan tindak pidana b. Penutupan seluruh atau
tersebut dilakukan secara sendiri sebagian tempat usaha
atau bersama-sama. dan/atau kegiatan.
Pasal 117 c. Perbaikan akibat tindak
Jika tuntutan pidana diajukan kepada pidana.
pemberi perintah atau d. Pewajiban mengerjakan apa
pemimpintindak pidana sebagaimana yang dilalaikan tanpa hak;
dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) dan/atau
huruf b,ancaman pidana yang e. Penempatan perusahaan di
dijatuhkan berupa pidana penjara bawah pengampuan paling
dan denda diperberatdengan lama 3 (tiga) tahun.
sepertiga. Pasal 120
Pasal 118 Ayat (1) : Dalam melaksanakan
Terhadap tindak pidana sebagaimana ketentuan sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) dalam Pasal 119 huruf a, huruf b,
huruf a, sanksi pidana dijatuhkan huruf c, dan huruf d, jaksa
kepada badan usaha yang diwakili berkoordinasi dengan instansi yang
oleh pengurus yang berwenang bertanggung jawab di bidang
mewakili di dalam dan di luar perlindungan dan pengelolaan
pengadilan sesuai dengan peraturan lingkungan hidup untuk
perundang-undangan selaku pelaku melaksanakan eksekusi.
fungsional. Dalam melaksanakan ketentuan
Pasal 119 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Selain pidana sebagaimana 119 huruf e, Pemerintah berwenang
dimaksud dalam undang-undang ini, untuk mengelola badan usaha yang
terhadap badan usaha dapat dijatuhi sanksi penempatan di bawah
dikenakan pidana tambahan atau pengampuan untuk melaksanakan
tindakan tata tertib berupa : putusan pengadilan yang telah
a. Perampasan keuntungan yang berkekuatan hukum tetap.12
diperoleh dari tindak pidana. b. Tanggung Jawab Perdata
b. Penutupan seluruh atau Menurut Pasal 1 angka (5)
sebagian tempat usaha Peraturan Menteri (PERMEN)
dan/atau kegiatan. Nomor 13 Tahun 2011 tentang Ganti
c. Perbaikan akibat tindak Rugi Terhadap Pencemaran dan/atau
pidana. Kerusakan Lingkungan, Ganti
d. Perkuajiban mengerjakan apa kerugian adalah biaya yang harus
yang dilalaikan tanpa hak; ditanggung oleh penanggung jawab
dan/atau
e. Penempatan perusahaan di 12
Pasal 116 - Pasal 120 Nomor 32 Tahun 2009
bawah pengampuan paling tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 66


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
kegiatan dan/atau usaha akibat hukum merupakan suatu perbuatan
terjadinya pencemaran dan/atau yang melanggar undang-undang,
kerusakan lingkungan.13 kesusilaan, kepentingan umum, dan
Menurut Pasal 87 ayat (1) kepatutan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun Setiap orang atau badan usaha
2009 tentang Perlindungan dan atau korporasi yang melakukan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, perbuatan melawan hukum atau
yang berbunyi : pencemaran lingkungan hidup, harus
- “Setiap penanggung jawab bertangung jawab atas kerugian yang
usaha dan/atau kegiatan yang dialami oleh masyarakat ataupun
melakukan perbuatan pemerintah serta pihak lainya.
melanggar hukum berupa Pertanggungjawaban tersebut berupa
pencemaran dan/atau pertanggungjawaban perdata, pidana
perusakan lingkungan hidup dan adminisrasi. Untuk pemberian
yang menimbulkan kerugian ganti rugi atau kompensasi adalah
pada orang lain atau berkaitan dengan tanggung jawab
lingkungan hidup wajib keperdataan dengan dasar suatu
membayar ganti rugi dan/atau perbuatan melawan hukum.
melakukan tindakan tertentu.” Didalam Peraturan Menteri
Dalam hukum perdata yang Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
megatur tentang ganti rugi akibat 2011 tentang Ganti Rugi Terhadap
perbuatan melawan hukum, adalah Pencemaran Dan/atau Kerusakan
suatu perbuatan yang dilakukan oleh Lingkungan, menjelaskan mengenai
salah satu pihak atau lebih telah ganti rugi, sebagai berikut :
merugikan pihak lain. Perbuatan Pasal 3
melanggar hukum yang dilakukan Penanggung jawab usaha dan/atau
salah satu pihak atau lebih baik itu kegiatan yang melakukan perbuatan
dilakukan dengan sengaja atau tidak melanggar hukum berupa
sengaja sudah barang tentu akan pencemaran dan/atau kerusakan
merugikan pihak lain yang haknya lingkungan hidup yang
telah dilanggar (Pasal 1365 BW).14 menimbulkan kerugian pada orang
Perbuatan melanggar hukum lain atau masyarakat dan/atau
menurut Pasal 1365 KUH Perdata, lingkungan hidup atau negara wajib :
adalah : “tiap perbuatan melanggar a. Melakukan tindakan tertentu;
hukum, yang membawa kerugian dan/atau
kepada orang lain, mewajibkan yang b. Membayar ganti kerugian.
karena kesalahannya menerbitkan Pasal 4
kerugian itu, mengganti kerugian Kewajiban melakukan tindakan
tersebut,” 15 perbuatan melawan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf a meliputi :
13
a. Pencegahan pencemaran
Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Lingkungan dan/atau perusakan lingkungan
Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Ganti
Rugi Terhadap Pencemaran Dan/Atau hidup.
Kerusakan Lingkungan. b. Penanggulangan pencemaran
14
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori Dan dan/atau perusakan lingkungan
Praktek, Sinar Grafika, Jakarta 2012, Hlm. 308. hidup; dan/atau
15
Marhaeni Ria Siombo, Hukum Lingkungan dan c. Pemulihan fungsi lingkungan
Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan di
Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, hidup.
Jakarta 2012, Hlm. 118.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 67


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
Pasal 5 a. Memiliki sertifikat
Ayat (1) : Kerugian lingkungan kompetensi; dan/atau
hidup sebagaimana dimaksud dalam b. Telah melakukan penelitian
Pasal 3 huruf b meliputi: ilmiah dan/atau berpengalaman di
a. Kerugian karena tidak bidang, yaitu :
dilaksanakannya kewajiban 1. Pencemaran dan/atau
pengolahan air limbah, emisi, kerusakan lingkungan hidup;
dan/atau pengelolaan limbah dan/atau
bahan berbahaya dan beracun. 2. Evaluasi ekonomi lingkungan
b. Kerugian untuk pengganti hidup.
biaya penanggulangan Ayat (2) : Dalam hal hanya
pencemaran dan/atau memenuhi kriteria sebagaimana
kerusakan lingkungan hidup dimaksud pada ayat (1) huruf b, ahli
serta pemulihan lingkungan yang melakukan penghitungan ganti
hidup. kerugian harus berdasarkan
c. Kerugian untuk pengganti penunjukan dari Menteri, gubernur,
biaya verifikasi pengaduan, atau bupati/walikota.
inventarisasi sengketa Pasal 7
lingkungan, dan biaya Penghitungan ganti kerugian akibat
pengawasan pembayaran ganti pencemaran dan/atau kerusakan
kerugian dan pelaksanaan lingkungan hidup sebagaimana
tindakan tertentu. dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan
d. Kerugian akibat hilangnya sesuai dengan tata cara penghitungan
keanekaragaman hayati dan ganti kerugian sebagaimana
menurunnya fungsi lingkungan tercantum dalam Lampiran yang
hidup; dan/atau merupakan bagian yang tidak
e. Kerugian masyarakat akibat terpisahkan dari Peraturan Menteri
pencemaran dan/atau ini.
kerusakan lingkungan hidup. Pasal 8
Ayat (2) : Kerugian akibat Ayat (1) : Pembayaran ganti
pencemaran dan/atau kerusakan kerugian dan pelaksanaan tindakan
lingkungan hidup sebagaimana tertentu sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) dalam Pasal 3 dilakukan berdasarkan
dikelompokkan menjadi kerugian :
yang meliputi : a. Kesepakatan yang dicapai oleh
a. Bersifat tetap; dan para pihak yang bersengketa
b. Bersifat tidak tetap. melalui mekanisme
Ayat (3) : Kerugian sebagaimana penyelesaian sengketa
dimaksud pada ayat (1) huruf a lingkungan hidup di luar
sampai dengan huruf d merupakan pengadilan; atau
kerugian yang bersifat tetap. b. Putusan pengadilan yang
Ayat (4) : Kerugian sebagaimana berkekuatan hukum tetap
dimaksud pada ayat (1) huruf e melalui mekanisme
merupakan kerugian yang bersifat penyelesaian sengketa melalui
tidak tetap. pengadilan.
Pasal 6 Ayat (2) : Dalam hal pelaku
Ayat (1) : Penghitungan ganti pencemaran dan/atau perusakan
kerugian harus dilakukan oleh ahli lingkungan hidup tidak
yang memenuhi kriteria: melaksanakan penanggulangan

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 68


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
dan/atau pemulihan, instansi Cara Pengaduan dan Penanganan
lingkungan hidup dapat Pengaduan Akibat Dugaan
memerintahkan pihak ketiga untuk Pencemaran dan/atau Perusakan
melakukan penanggulangan dan/atau Lingklungan Hidup.
pemulihan dengan beban biaya Untuk pemberian ganti rugi
ditanggung oleh pelaku pencemaran dapat dilakukan setelah adanya
dan/atau kerusakan lingkungan putusan yang telah berkekuatan
hidup.16 hukum tetap. Pemberian ganti rugi
Pada setiap penanggung jawab dapat dimintakan melalui pengajuan
usaha dan/atau kegiatan gugatan (dalam Petitum) ke
(perusahaan/badan hukum/korporasi) pengadilan.Bagian yang mendukun
yang mengakibatkan pencemaran untuk suatu petitum (pokok tuntutan)
dan/atau kerusakan lingkungan adalah posita (dasar tuntutan).
dianggap sebagai Perbuatan “Posita” (dasar gugatan) pada
Melawan Hukum. Penanggung umumnya dalam praktek memuat
jawab usaha dan/atau perihal fakta / peristiwa hukum
kegiatan/korporasi tersebut memiliki (rechtfeitan) yang menjadi dasar
tanggung jawab untuk mengganti gugatan tersebut (tentang
kerugian yang ditimbulkan, sejauh peristiwanya) serta uraian singkat
terbukti telah melakukan perbuatan perihal hukumnya yaitu dalam kaitan
pencemaran dan/atau perusakan. dengan terjadinya hubungan hukum
Pembuktian tersebut baik itu nyata tersebut tanpa harus menyebut pasal-
adanya hubungan kausal antara pasal perundang-undang atau aturan
kesalahan dengan kerugian (liability aturan hukum termasuk hukum adat,
based on faults) maupun tanpa perlu sebab hal seperti itu akan di
pembuktian unsur kesalahan tunjukkan atau dijelaskan oleh
(liability without faults/strict hakim dalam putusannya nanti jika
liability) (Pasal 88 Undang-Undang dipandang perlu,17 pemebrian ganti
Nomor 32 Tahun 2009). rugi dapat diberikan setelah adanya
Sedangkan bagi pihak-pihak kesepakatan bersama dalam upaya
yang merasa dirugikan terhadap negosiasi, mediasi dan juga
pencemaran akibat usaha industri, arbitrase.
dapat mengadukan atau Sedangkan putusan Hakim
menyampaikan informasi secara memiliki kekuatan mengikat,
lisan maupun tulisan kepada instansi kekuatan pembuktian dan kekuatan
yang bertanggung jawab, mengenai eksekutorial. Putusan Hakim
dugaan terjadinya pencemaran memiliki kekuatan eksekutorial
dan/atau perusakan lingkungan dimana putusan tersebut dapat
hidup dari usaha dan/atau kegiatan dijalankan apabila telah memiliki
pada tahap perencanaan, kekuatan hukum tetap, kekuatan
pelaksanaan, dan/atau pasca eksekutorial yaitu kekuatan untuk
pelaksanaan sebagaimana yang telah dilaksanakan apa-apa yang
diatur secara rinci dalam Peraturan ditetapkan dalam putusan itu secara
Menteri Negara Lingkungan Hidup paksa oleh alat-alat Negara terhadap
Nomor 9 Tahun 2010 tentang Tata pelaku usaha atau perusahaan atau

16 17
Pasal 3 - Pasal 8 Peraturan Menteri Lingkungan Soeparmono, Hukum Acara Perdata Dan
Hidup Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Ganti Yurisprudensi, Mandar Maju Semarang, 2005,
Rugi Terhadap Pencemaran Dan/atau Hlm. 9.
Kerusakan Lingkungan.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 69


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
korporasi yang telah melakukan konstitusional pemerintah terkaitpun
pencemaran lingkungan hidup. wajib untuk mencabut izin tersebut.
c. Tanggung Jawab Dalam Undang-Undang Nomor 32
Adminitrasi Tahun 2009 tentang Perlindungan
Dengan berjalannya suatu dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
perusahaan atau korporasi telah mengatur mengenai
memerlukan kepastian hukum atas pertanggungjawaban administrasi
hak untuk mendirikan dan suatu perusahaan, seperti dijelaskan
menjalankan kegiatan usahannya. pada pasal-pasal di bawah ini :
Dalam legalisasi berdiri serta Pasal 76
berjalannya kegiatan usaha dalam Ayat (1) : Menteri, gubernur, atau
suatu perusahaan, membutuhkan bupati/walikota menerapkan sanksi
peran serta pemerintah untuk administrative kepada penangung
menerbitkan keputusan terhadap jawab usaha dan/atau kegiatan jika
keabsaahan berdiri dan berjalannya dalam pengawasan ditemukan
suatu kegiatan usaha. Bentuk suatu pelanggaran terhadap izin
legalitas berdiri dan berjalannya lingkungan.
suatu perusahaan adalah mengenai Ayat (2) : Sanksi administratif
penerbitan atau pemberian ijin oleh terdiri atas :
Pemerintah. a. Teguran tertulis.
Setiap perusahaan wajib b. Paksaan pemerintah.
melaksanakan tugas dan tanggung c. Pembekuan izin lingkungan;
jawab sesuai dengan peraturan yang atau
berlaku seperti yang telah di jelaskan d. Pencabutan izin lingkungan.
dalam berbagai peraturan yang Pasal 77
berlaku khususnya dalam lingkup Menteri dapat menerapkan sanksi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun administratif terhadap penanggung
2009 tentang Perlindungan dan jawab usaha dan/atau kegiatan jika
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pemerintah menganggap pemerintah
Undang-Undang Nomor 32 daerah secara sengaja tidak
Tahun 2009 tentang Perlindungan menerapkan sanksi administratif
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terhadap pelanggaran yangserius di
mengatur ketentuan-ketentuan yang bidang perlindungan dan
berwawasan lingkungan, oleh karena pengelolaan lingkungan hidup.
itu suatu kegiatan usaha atau Pasal 78
perusahaan dalam melakukan proses Ayat (1) : Sanksi administratif
produksinya wajib memperhatikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
situasi dan kondisi lingkungan 76 tidak membebaskan penanggung
sekitarnya. Berarti, apabila terjadi jawab usaha dan/atau kegiatan dari
pelanggaran oleh perusahaan tanggung jawab pemulihan dan
sehingga terjadi perusakan atau pidana.
pencemaran lingkungan maka, Pasal 79
terhadap perusahaan tersebut dapat Pengenaan sanksi administratif
dikenakan pertanggungjawaban atas berupa pembekuan atau pencabutan
perbuatanya tersebut.Untuk itu izin lingkungan sebagaimana
berkaitan dengan tugas dan tanggung dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2)
jawab pemerintah yang telah huruf c dan huruf d dilakukan
mengeluarkan izin usaha pada suatu apabila penanggung jawab usaha
perusahaan, maka secara dan/atau kegiatan tidak

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 70


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
melaksanakan paksaan pemerintah. tuntutan kepada suatu
Pertanggung jawaban tersebut perusahaan/korporasi agar kiranya
dapat dibebankan apabila telah ada bertanggungjawab atas pencemaran
putusan yang telah berkekuatan yang dilakukannya itu.
hukum tetap oleh pengadilan atau Negara Indonesia merupakan
pejabat/badan terkait lainya dan/atau suatu Negara hukum yang prosedur
telah ada kesepakatan bagi segala sesuatunya diatur dalam suatu
pertanggungjawaban perdata. peraturan-peraturan tertentu,
2. Usaha Penyelesaian Sengketa termasuk peraturan mengenai
Pencemaran Lingkungan Yang mekanisme, serta upaya
Dilakukan Oleh Badan penyelesaian sengketa pencemaran
Usaha/Perusahaan/Korporasi lingkungan baik yang dilakukan
Permasalahan lingkungan perorangan baik suatu perusahaan
hidup yang berkembang dengan atau korporasi.
cepat ditandai dengan kegiatan Pada Pasal 1 angka (25)
pencemaran dan perusakan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
lingkungan hidup yang berhubungan 2009 Tentang Perlindungan Dan
erat dengan perkembangan kemajuan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
teknologi sebagai kunci utama dari menjelaskan bahwa “Sengketa
kesuksesan kegiatan pembangunan lingkungan hidup adalah
nasional multi aspek. Sedangkan perselisihan antara dua pihak atau
akses kemajuan tenologi memberi lebih yang timbul dari kegiatan yang
dampak, tidak hanya positif tetapi berpotensi dan/atau telah
juga dampak negatif, khususnya bagi berdampak pada lingkungan hidup.”
18
pelestarian lingkungan hidup.
Terjadinya pencemaran Terjadinya sengketa atas
lingkungan hidup tentunya pencemaran lingkungan hidup yang
menimbulkan dampak buruk bagi dilakukan oleh suatu perusahaan
kelangsungan kehidupan manusia atau korporasi, Dalam struktur
atau masyarakan sekitarnya. penegakan hukum terdapat tiga
Pencemaran lingkungan terjadi instrumen, yaitu melalui instrumen
biasasnya dari akibat proses administratif atau pemerintah;
produksi suatu perusahaan. Tentunya instrumen hukum perdata oleh pihak
setiap masyarakat yang mengalami yang dirugikan sendiri atau atas
dampak akibat pencemaran nama kepentingan umum; dan
lingkungan hidup, maka dapat instrumen hukum pidana melalui
mengajukan suatu keberatan bahkan tindakan penyidikan.Penyelesaian
tuntutan kepada suatu perusahaan sengketa lingkungan dapat dilakukan
atau koporasi itu dengan dampak melalui pengadilan atau di luar
negative yang membuat ketidak pengadilan. Penyelesaian sengketa
nyamanan pada keadaan lingkungan melalui pengadilan yaitu melalui
hidup sekitar. proses perdata dan pidana.
Dalam sengketa pencemaran Sedangkan penyelesaian sengketa di
lingkungan hidup merupakan suatu luar pengadilan dilakukan melalui
sengketa yang terjadi akibat dari arbitrase dan musyawarah yaitu
suatu proses produksi dari suatu negosiasi, mediasi, dan konsiliasi
perusahaan. Biasanya sengketa
terjadi apabila salah satu pihak 18
Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 32
mengajukan keberatan ataupun Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 71


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
sesuai pilihan hukum berupa jalan terakhir yang dipakai
kesepakatan dan bersifat pacta sunt dalam suatu kasus kejahatan
servanda bagi para pihak. maupun pelanggaran terhadap
Usaha penyelesaian sengketa hukum lingkungan, akan tetapi
sangat erat berhubungan dengan dapat pula langsung
suatu penegakakan hukum, menggunakan instrumen
penegakan hukum mempunyai hukum pidana apabila kasus
makna tentang bagaimana hukum itu tersebut disinyalir sebagai
harus ditegakkan dan dilaksanakan, suatu kejahatan yang
sehingga dalam penegakan hukum berdampak besar atau
tersebut harus diperhatikan unsur- extraordinary crime. Dengan
unsur kepastian hukum, kemanfaatan demikian instrumen hukum
hukum, dan keadilan masyarakat. pidana ikut pula dalam ruang
Proses penyelesaian perkara di lingkup penyelesaian sengketa
pengadilan dapat juga dilakukan hukum lingkungan hidup.
sendiri oleh salah satu pihak juga Penjelasan lebih lanjut
boleh menggunakan orang lain mengenai alasan pertama
sebagai kuasanya. Kuasa tersebut mengenai hukum lingkungan
bertindak untuk dan atas nama dengan hukum pidana ialah
pemberi kuasa, untuk masalah dalam hukum lingkunga tidak
pidana, perdata dan administrasi hanya mengatur mengenai
serta upaya diluar pengadilan dan pertanggungjawaban
mediasi. Makna kata-kata “untuk lingkungan akan tetapi juga
dan atas namanya”, berarti bahwa mengenai pertanggungjawaban
yang diberi kuasa bertindak untuk sosial, sehingga hukum pidana
dan atas nama pemberi kuasa, juga ikut berperan dalam
sehingga segala sebab dan akibat mengatur pertanggungjawan di
dari perjanjian ini menjadi tanggung hukum lingkungan terutama
jawab sepenuhnya dari pemberi yang berkaitan dengan
kuasa dalam batas-batas kuasa yang pertanggungjawaban sosial.
diberikan,19 dan apabila dalam hal Seperti di ketahui
pihak yang dirugikan lebih dari satu bersama, bahwa suatu
orang atau sekelompok orang, maka pencemaran lingkungan hidup
dapat mengajukan gugatan Class merupakan suatu perbuatan
Action. yang melawan hukum juga
Penyelesaian sengketa melalui suatu perbuatan pidana dalam
istrumen-instrumen tersebut di atas Pasal 78 Undang-Undang
dapat di jelaskan sebagai berikut : Nomor 32 Tahun 2009 tentang
a. Instrumen Pidana (Upaya Perlindungan dan Pengelolaan
Pidana) Lingkungan Hidup,
Instrumen hukum pidana menjelaskan bahwa : “Sanksi
maupun penggunaan hukum administratif sebagaimana
acara pidana dalam dimaksud dalam Pasal 76
penyelesaian sengketa hukum tidak membebaskan
lingkungan merupakan suatu penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan dari
19
tanggung jawab pemulihan
Djaja. S Meliala, Penuntun Praktis Perjanjian
Pemberian Kuasa, Nuansa Aulia, Bandung, 2008, dan pidana.” Oleh karena itu
Hlm. 3. selain pertanggungjwaban

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 72


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
administrasi dan perdata, juga d. Melakukan pemeriksaan
dapat dipertanggungjawabkan atas pembukuan, catatan,
secara pidana. dan dokumen lain
Mekanisme penyelesaian berkenaan dengan tindak
sengketa dalam peradilan pidana di bidang
pidana pertama-tama yang perlindungan dan
dilakukan adalah mengajukan pengelolaan lingkungan
laporan ke penyidik seperti hidup.
yang dijelaskan di bawah ini : e. Melakukan pemeriksaan
Pasal 94 di tempat tertentu yang
Ayat (1) : Selain penyidik diduga terdapat bahan
pejabat polisi Negara Republik bukti, pembukuan,
Indonesia, pejabat pegawai catatan, dan dokumen
negeri sipil tertentu di lain.
lingkungan instansi pemerintah f. Melakukan penyitaan
yang lingkup tugas dan terhadap bahan dan
tanggung jawabnya di bidang barang hasil pelanggaran
perlindungan dan pengelolaan yang dapat dijadikan
lingkungan hidup diberi bukti dalam perkara
wewenang sebagai penyidik tindak pidana di bidang
sebagaimana dimaksud dalam perlindungan dan
Hukum Acara Pidana untuk pengelolaan lingkungan
melakukan penyidikan tindak hidup.
pidana lingkungan hidup. g. Meminta bantuan ahli
Ayat (2) : Penyidik pejabat dalam rangka
pegawai negeri sipil pelaksanaan tugas
berwenang : penyidikan tindak pidana
a. Melakukan pemeriksaan di bidang perlindungan
atas kebenaran laporan dan pengelolaan
atau keterangan lingkungan hidup.
berkenaan dengan tindak h. Menghentikan
pidana di bidang penyidikan.
perlindungan dan i. Memasuki tempat
pengelolaan lingkungan tertentu, memotret,
hidup. dan/atau membuat
b. Melakukan pemeriksaan rekaman audio visual.
terhadap setiap orang j. Melakukan
yang diduga melakukan penggeledahan terhadap
tindak pidana di bidang badan, pakaian, ruangan,
perlindungan dan dan/atau tempat lain
pengelolaan lingkungan yang diduga merupakan
hidup. tempat dilakukannya
c. Meminta keterangan dan tindak pidana; dan/atau
bahan bukti dari setiap k. menangkap dan menahan
orang berkenaan dengan pelaku tindak pidana.
peristiwa tindak pidana Ayat (3) : Dalam melakukan
di bidang perlindungan penangkapan dan penahanan
dan pengelolaan sebagaimana dimaksud pada
lingkungan hidup. ayat (2) huruf k, penyidik

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 73


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
pejabat pegawai negeri sipil maka penuntut umum
berkoordinasi dengan penyidik kemudian melimpahkan
pejabat polisi Negara Republik perkara tersebut ke pengadilan
Indonesia. negeri dengan Permintaan agar
Ayat (4) : Dalam hal penyidik segera mengadili perkara
pejabat pegawai negeri sipil tersebut disertai dengan surat
melakukan penyidikan, dakwaan.20
penyidik pejabat pegawai Selanjutnya adalah
negeri sipil memberitahukan penetapan hari sidang dan
kepada penyidik pejabat polisi Hakim memerintahkan kepada
Negara Republik Indonesia Penuntut Umum untuk
dan penyidik pejabat polisi memanggil terdakwa dan saksi
Negara Republik Indonesia untuk datang ke pengadilan.
memberikan bantuan guna Selanjutnya adalam
kelancaran penyidikan. pembacaan surat dakwaan oleh
Ayat (5) : Penyidik pejabat penuntut umum. Setelah
pegawai negeri sipil penuntut umum membacakan
memberitahukan dimulainya surat dakwaan, ada
penyidikan kepada penuntut kemungkinan terdakwa atau
umum dengan tembusan penasehat hukumnya
kepada penyidik pejabat polisi mengajukan eksepsi.21
Negara Republik Indonesia. Adapun Alat bukti
Ayat (6) : Hasil penyidikan merupakan alat yang
yang telah dilakukan oleh digunakan untuk menjerat
penyidik pegawai negeri sipiln tersangka atau pihak tertentu
disampaikan kepada penuntut untuk mendapatkan sanksi
umum. maupun hukuman. Adapun alat
Kemudian dalam hal bukti terdiri dari :
penyidikan akan menentukan a. Keterangan saksi.
apakah suatu peristiwa b. Keterangan ahli.
merupakan tindak pidana c. Surat.
hukum lingkungan sangat erat d. Petunjuk.
kaitannya dengan pembuktian. e. Keterangan terdakwa.
Setelah penyidik selesai f. Alat bukti alain,
melakukan penyidikan dengan termasuk alat bukti yang
berbagai kelengkapannya, diatur dalam peraturan
maka berkas tersebut di perundang- undangan.
serahkan kepada pihak Selain penyidikan dan
kejaksaan (penuntut umum) pembuktian, hal lain yang
dan biasanya disebut perlu diperhatikan adalah
penyerahan tahap terdapat ketentuan pidana
pertama.Sedang penyerahan dalam Undang-Undang Nomor
tanggungjawab atas tersangka 32 Tahun 2009 tentang
dan barang bukti kepada Perlindungan dan
penuntut umum, disebut
penyerahan tahap kedua. 20
Apabila penuntut umum sudah Djisman Samosir, Hukum Acara Pidana,
Nuansa Aulia, Bandung, 2013, Hlm. 116.
menerima penyerahan tahap 21
Tim Pengajar, Hukum Acara
kedua dari pihak penyidik, Pidana,Universitas Sam Ratulangi Manado, Hlm.
29

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 74


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
Pengelolahan Lingkungan pidana.
Hidup, di mulai dari Pasal 97 d. Pewajiban mengerjakan
sampai dengan Pasal 120. apa yang dilalaikan tanpa
Ketentuan pidana secara garis hak; dan/atau
besar menjerat orang yang e. Penempatan perusahaan
sengaja melakukan tindak di bawah pengampuan
pidana lingkungan hidup, paling lama 3 (tiga)
orang yang lalai sehingga tahun.
mengakibatkan kerugian Pasal 120
lingkungan hidup, orang yang Ayat (2) : Dalam
melanggar ketentuan melaksanakan ketentuan
lingkungan hidup, orang yang sebagaimana dimaksud dalam
mengedarkan rekayasa Pasal 119 huruf a, huruf b,
genetik, dan orang yang huruf c, dan huruf d, jaksa
menghasilkan limbah B3 berkoordinasi dengan instansi
(bahan berbahaya beracun) yang bertanggung jawab di
tanpa melakukan pertanggung bidang perlindungan dan
jawaban. Tidak hanya orang pengelolaan lingkungan hidup
saja yang dapat dikenakan untuk melaksanakan eksekusi.
ketentuan pidana melainkan Ayat (3) : Dalam
pihak pemberi ijin atau dalam melaksanakan ketentuan
hal ini pejabat pemberi ijin sebagaimana dimaksud dalam
lingkungan hidup, serta Pasal 119 huruf e, Pemerintah
penanggung jawab usaha dapat berwenang untuk mengelola
pula dikenakan ketentuan badan usaha yang dijatuhi
pidana dan juga terhadap suatu sanksi penempatan di bawah
perusahaaan yang melakukan pengampuan untuk
kegiatan produksinya yang melaksanakan putusan
mengakibatkan kerusakan dan pengadilan yang telah
pencemaran lingkungan. berkekuatan hukum tetap.22
Sanksi pidana yang dapat Dari apa yang telah di
dijatuhkan yaitu dalam Pasal uraikan dalam pasa-pasal
119 Undang-Undang Nomor tersebut di atas, jelaslah
32 Tahun 2009 tentang sanksi-sanksi yang dapat
Perlindungan dan dijatuhkan kepada suatu
Pengelolahan Lingkungan perusahan atau korporasi.
Hidup, selain pidana b. Insrumen Perdata (Upaya
sebagaimana dimaksud dalam Perdata)
Undang-Undang ini, terhadap Hukum lingkungan
badan usaha dapat dikenakan hidup keperdataan telah
pidana tambahan atau tindakan mengatur perlindungan hukum
tata tertib berupa : bagi korban pencemaran
a. Perampasan keuntungan dan/atau perusakan lingkungan
yang diperoleh dari hidup yang mengakibatkan
tindak pidana. kerugian dan penderitaan.
b. Penutupan seluruh atau Tujuan penyelesaian sengketa
sebagian tempat usaha lingkungan melalui peradilan
dan/atau kegiatan.
c. Perbaikan akibat tindak 22
Tim Pengajar, Hukum Acara Pidana,
Universitas Sam Ratulangi Manado, Hlm. 29

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 75


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
umum (perdata) hanyalah hakim dalam
24
untuk memperoleh ganti rugi putusannya.
atas pencemaran ataupun Setiap proses perkara
perusakan lingkungan. perdata ke pengadilan negeri
Hukum acara perdata dimulai dengan pengajuan
merupakan bagian dari hukum surat gugatan oleh penggugat
publik mempunyai makna atau wakil/kuasanya,25 perlu
penting, dan karena itu diketahui bahwa dalam setiap
mengandung arti, bahwa dalam upaya penyelesaian sengketa
mempertahankan dan walaupun sudah masuk dalam
melaksanakan hukum perdata persidangan, tetapi hakim tidak
materil tersebut adalah menutup kesempatan bagi
merupakan persoalan tata kedua belah pihak untuk
tertib hukum acara melakukan mediasi.
menyangkut kepentingan Setelah surat gugatan
umum.23 diterima, hakim memanggil
Mekanisme penyelesaian kedua belah pihak yang
sengketa pencemaran bersengketa untuk hadir dalam
lingkungan hidup melalui sidang pengadilan, setelah
peradilan umum perdata, yaitu penggugat membacakan
: Mengajukan Gugatan Ke gugatannya, hakim
Pengadilan. Surat gugatan memberikan kesempatan
pada dasarnya berisi dan kepada tergugat untuk
berpedoman pada Pasal 8 No. membacakan jawaban
3 BRv : apa yang dituntut gugatannya. Pada umumnya
kepada tergugat, dasar-dasar atas adanya gugatan penggugat
tuntutan dan tuntutan tersebut maka pada permulaan beracara
harus jelas dan tertentu, menjawab dan jawaban dapat
misalnya : berupa :
a. POSITA ialah : Dasar a. Pengakuan : adalah
gugatan/de middelen van seluruh atau sebagian
de eis (Fundamentum dalil-dalil gugatan.
petendi). b. Referte : adalah tidak
b. PETITUM ialah : Hal- membantah atau
hal apa saja yang membenarkan gugatan,
dituntut/onderwerp jadi terserah kepada
(voorwerp) van de eis hakim , menyerahkan
(pokok tuntutan). Dalam saja pada putusan hakim.
tuntutan/ petitum c. Menyangkal/bantahan
merupakan perumusan (verweer) :
secara tegas dan jelas 1). Eksepsi.
terhadap apa yang 2). Ten principale.26
menjadi tuntutan Replik Dan Duplik
penggugat terhadap Setelah pembacaan
tergugat/para tergugat
yang akan di putusan 24
Tim Pengajar, Bahan Ajar Hukum Acara
Perdata, Fakultas Hukum Universitas Sam
23
Soeparmono, Hukum Acara Perdata Dan Ratulangi Manado.
25
Yurisprudensi, Mandar Maju, Semarang, 2005, Soeparmono, Op. Cit., Hlm. 8.
26
Hlm. 7. Soeparmono, Op. Cit., Hlm. 50.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 76


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
jawaban gugatan, Hakim selebihnya. Sebaliknya apabila
memberikan kesempatan Tergugat mampu mematahkan
kepada kedua belah pihak dalil-dalil gugatan Penggugat,
untuk membacakan replik maka gugatan Penggugat akan
(penggugat) duplik ditolak seluruhnya. Demikian
(terguggat).Dalam replik dan pula apabila gugatan
duplik ini berisikan argumen- Penggugat kabur dan secara
argumen antara para pihak formil tidak memenuhi syarat,
dalam mempertahankan maka gugatan dinyatakan tidak
kebenarannya masing- dapat diterima (niet
masing.pemeriksaan pokok onvankelijk
perkara dilanjutkan dengan verklaard).Terhadap putusan
pembuktian dari Pihak pengadilan negeri masi
Penggugat dan Tergugat terdapat kecurangan, ketidak
maupun Turut Tergugat, baik adilan atau salah satu pihak
berupa bukti tertulis (surat) tidak merasa puas, oleh
maupun bukti saksi, ahli dan peraturan perundang-
bilamana dipandang perlu undangan, diboleh untuk
dilakukan pemeriksaan mengajukan upaya hukum.
terhadap obyek sengketa Adapun upaya hukum yang
(Pemeriksaan setempat), dapat di tempuh sebagai
apabila obyek sengketanya berikut :
berupa benda tidak bergerak a. Biasa
atau benda tetap. Pembuktian Upaya hukum biasa yaitu
merupakan hal yang sangat banding dan
penting dalam proses kasasi.Upaya hukum
persidangan karena dalam banding merupakan
proses ini sangat menentukan upaya hukum yang dapat
apakah tergugat ataupun dilakukan salah satu
penggugat dapat membuktikan pihak yang merasa tidak
dalil-dalil mereka. Apabila dari puas atas keputusan
serangkaian tahapan atau tingkat pertama (PN),
proses jawab-menjawab, sedangkan Kasasi adalah
Replik, Duplik dan upaya hukum yang dapat
pembuktian dari masing- dilakukan atas putusan
masing pihak telah selesai, pengadilan tingkat kedua
maka para pihak mengajukan (PT).
dapat mengajukan kesimpulan b. Luar Biasa
dan pada akhirnya mohon Upaya hukum luar biasa
putusan. yaitu Peninjauan
Apabila Penggugat Kembali.Peninjauan
mampu membuktikan seluruh kembalai merupakan
dalil-dalil gugatannya maka upaya hukum yang dapat
gugatan Penggugat akan dilakukan salah satu
dikabulkan seluruhnya dan pihak yang merasa
apabila terbukti sebagian, dirugikan atas putusan
maka gugatan Penggugat akan MA, atau bahkan salah
dikabulkan sebagian serta satu pihak dapat
menolak gugatan selain dan menemukan bukti

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 77


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
baru/keadaan baru dalam gugatan baik itu
(novum), serta atas permintaan ganti rugi maupun
putusan yang tidak adil pembatalan hak tertentu.
yang dijatuhkan hakim. c. Instumen Administrasi
Pemberian ganti rugi (Upaya Administrasi)
dapat dikabulkan atau dipenuhi Penyelesaian sengketa
setelah ada putusan pengadilan lingkungan melalui peradilan
yang telah mempunyai tata usaha negara adalah
kekuatan hukum tetap.Karena dengan mengajukan gugatan di
atas dasar putusan yang telah pengadilan peradilan tata
berkekuatan hukum tetap, usaha negara dengan tujuan
maka dapat dilaksanakan agar supaya hakim
eksekusi atau pelaksanaan membatalkan penerbitan izin
putusan pengadilan yang telah lingkungan yang tidak cermat,
mempunyai kekuatan hukum sehingga dapat menghentikan
yang tetap. dengan segera pencemaran
Putusan pengadilan dibedakan lingkungan yang terjadi.
atas 3 (tiga) sifat putusan, yaitu Mengenai tugas dan
: wewenang pemerintah terdapat
a. Putusan yang bersifat dalam Pasal 63 ayat (1)
Condemnatoir bersifat samapai dengan ayat
menghukum pihak yang (3) Undang-Undang Nomor
kalah untuk memenuhi 32 tahun 2009 Tentang
suatu prestasi tertentu.27 Perlindungan Dan Pengelolaan
b. Putusan bersifat Lingkungan Hidup.
constitutif : bersifat Penyelesaian sengketa
meniadakan atau lingkungan hidup melalui
menciptakan suatu status upaya hukum administrasi
atau keadaan hukum dilakukan kepada pemerintan
baru. yang oleh tugas dan tanggung
c. Putusan deklaratoir: jawabnya yang berwenang
bersifat menyatakan atau mengeluarkan izin suatu
menerangkan keadaan perusahaan. Penyelesaian
atau peristiwa apa yang sengketa lingkungan melalui
sah, termasuk putusan peradilan tata usaha negara
yang bersifat menolak berfungsi untuk menghentikan
gugatan. pencemaran lingkungan yang
Apabila gugatan tersebut terjadi melalui prosedur
dikabulkan maka pelaksanaan hukum administrasi. Dasar
putusan dapat dilakukan hukum gugatan sengketa
setelah putusan itu telah lingkungan hidup melalui
berkekuatan hukum tetap peradilan tata usaha negara
(inkrachtvangewijsde). Pelaks mengacu kepada Undang-
anaan putusan pengadilan Undang Nomor 32 Tahun 2009
adalah pelaksanaan atau tentang Perlindungan dan
pengabulan permintaan atau Pengelolaan Lingkungan
pokok tuntutan (petitum) Hidup dan Undang-Undang
Peradilan Tata Usaha Negara.
27
Soeparmono, Op. Cit., Hlm. 156. Sebelum pihak yang

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 78


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
dirugikan akibat pencemaran sebagai berikut :
lingkungan hidup mengajukan Pasal 53
gugatan ke PTUN, pihak yang Ayat (1) : Orang atau badan
dirugikan berhak untuk hukum perdata yang merasa
melakukan upaya administrasi kepentingannya dirugikan oleh
yaitu mengajukan keberatan ke suatu Keputusan Tata Usaha
pihak pemerintah yang Negara dapat mengajukan
bersangkutan atau yang telah gugatan tertulis kepada
mengeluarkan izin, namum pengadilan yang berwenang
apabila dalam keberatan ini yang berisi tuntutan agar
tidak mendapat penyelesaian Keputusan Tata Usaha Negara
maka pihak yang dirugikan yang disengketakan itu
dapat mengajukan banding dinyatakan batal atau tidak
administrasi ke atasan badan sah, dengan atau tanpa disertai
yang telah mengeluarkan izin tuntutan ganti rugi dan/atau
tersebut. direhabilitasi.
Seperti yang telah kita Ayat (2) : Alasan-alasan yang
ketahui bersama bahwa dapat digunakan dalam
pemberian izin merupakan gugatan sebagaimana
suatu keputusan tata usaha dimaksud pada ayat (1) adalah
Negara, maka untuk :
memperoleh perlindungan a. Keputusan Tata Usaha
kepastian hukum serta Negara yang digugat itu
keadilan, dapat mengajukan bertentangan dengan
gugatan ke PTUN dalam peraturan perundang-
rangka permohonan undangan yang berlaku.
pembatalan ataupun b. Keputusan Tata Usaha
pencabutan izin tersebut. Negara yang digugat itu
Dalam hukum positif bertentangan dengan
Indonesia, kedua alat ukur asas-asas umum
dimaksud dalam Pasal 53 pemerintahan yang baik.
Undang-Undang Nomor 5 Mekanisme penyelesaian
Tahun 1986 yang dirubah sengketa dalam Peradilan Tata
dengan Undang-Undang Usaha Negara yaitu,
Nomor 9 Tahun 2004, dan mengajukan gugatan ke PTUN
perubahan kedua Undang- melalui Panitera PTUN,
Undang Nomor 51 Tahun 2009 setelah PTUN menerima
tentang Peradilan Tata Usaha sebuah gugatan atau
Negara. Pasal 53 Undang- permohonan pencabutan izin.
Undang dimaksud memuat Setelah gugatan diterima oleh
alasan-alasan yang digunakan dan atas pertimbangan Majelis
untuk menggugat pemerintah Hakim, kemudian tibalah
atas keputusan Tata Usaha dalam proses persidangan. Dan
Negara yang telah dikeluarkan meskipun dalam hukum acara
yang menimbulakan kerugian Peradilan Tata Usaha Negara
bagi pihak yang terkena tidak mengenal prosedur
Keputusan Tata Usaha Negara (dading) seperti halnya dalam
dimaksud. Secara lengkap isi perkara perdata, tapi dalam
dari Pasal 53 tersebut, adalah persidangan ini sering

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 79


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
dipergunakan sebagai forum mendapat kesimpulan atas
perdamaian. Dalam sidang musyawarah tersebut, maka
pengadilan, para pihak yang hakim akan memutuskan
bersengketa haruslah hadir perkara tersebut.
dalam persidangan dengan Putusan Hakim tingkat
surat panggilan sidang pertama, dalam Pasal 122
(relaas). Setelah Hakim Ketua Undang-Undang Nomor 5
Sidang memulai pemeriksaan Tahun 1986 tentang Peradilan
di pengadilan, hakim langsung Tata Usaha Negara Dalam
membacakan isi gugatan. Dan Tingkat Banding, para pihak
apabila sudah ada jawaban atas diberi kesempatan untuk
gugatan itu, juga hakim akan mengajukan argumen-
segera membacakannya tapi argumennya dalam bentuk
apabila belum ada, hakim akan memori banding. Dan dalam
memberikan kesempatan tingkat ini pula harus
kepada tergugat pada sidang mengajukan bukti-bukti baru
berikutnya. Kemudian setelah yang menjadi alasan
jawaban gugatan telah diajukannya banding.
diajukan dan dibacakan oleh Tenggang waktu permohonan
hakim, maka penggugat banding adalah 14 hari
diberikan kesempatan lagi termasuk hari dimana putusan
untuk membalas jawaban tingkat pertama dijatuhkan.
gugatan oleh tergugat (Replik), Dan apabila dalam tingkat
demikian juga hakim banding ini telah dijatuhkan
memberikan kesempatan bagi putusan oleh hakim, pihak
tergugat untuk membalas yang masih merasa dirugikan
replik penggugat (Duplik). ataupun belum puas akan
Selanjutnya adalah tahap keputusan tersebut, undang-
pembuktian dimana penggugat undang memperbolehkan
dan tergugat saling pihak yang dirugikan untuk
membuktikan dalil yang telah melakukan upaya hukum
diajukan dalam proses jawab- Kasasi yang diatur dalam Pasal
menjawab pada proses 10 Undang-Undang Nomor 4
persidangan awal.Dalam tahun 2004 tentang Kekuasaan
proses pembuktian ini Kehakiman. Terhadap putusan
sangatlah menentukan putusan yang dijatuhkan oleh
hakim. Dalam pembuktian Mahkama Agung, undang-
harus sekurang-kurangnya dua undang memperbolehkan
alat bukti sah.Dan proses atau pihak yang masih merasa
tahap selanjutnya adalah dirugikan oleh putusan
masing-masing pihak tersebut untuk melakukan
mengajukan kesimpulan upaya hukum peninjauan
kepada hakim. Kemudian kembali. Dan setelah
sebelum hakim menjatuhkan dijatuhkan putusan melalui
putusan atas permasalahan upaya hukum kasasi ini, tidak
tersebut, para majelis hakim ada lagi upaya hukum lain.
bermusyawarah untuk Atas putusan dalam tingkat
pengambilan keputusan. peninjauan kembali ini maka
Kemudian apabila telah putusan ini merupakan putusan

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 80


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
final dan mempunyai kekuatan Pasal 53 ayat (2) agar KTUN
hukum yang tetap (inkracht (izin lingkungan) itu
van gewijsde) yang akan dinyatakan batal atau tidak sah
dilaksanakan. dengan atau tanpa disertai
Sedangkan apabila ganti kerugian. Pada Pasal 76
putusan pengadilan berupa ayat 2 mengklasifikasikan
pengabulan gugatan yang sanksi administrasi terdiri dari
diatur dalam Pasal 97 ayat (7) ; teguran tertulis, paksaan
huruf b, Undang-Undang pemerintah, pembekuan izin
Nomor 51 Tahun 2009 tentang lingkungan atau pencabutan
Peradilan Tata Usaha Negara, izin lingkungan.29 Selanjutnya
maka kewajiban harus pada Pasal 77 menjelaskan
dilaksanakan oleh Badan atau bahwa “Menteri dapat
Pejabat Tata Usaha Negara menerapkan sanksi
meliputi : administratif terhadap
1. Pencabutan Keputusan penanggung jawab usaha
Tata Usaha Negara yang dan/atau kegiatan jika
bersangkutan (Pasal 97 Pemerintah menganggap
ayat (9) huruf a). pemerintah daerah secara
2. Pencabutan Keputusan sengaja tidak menerapkan
Tata Usaha Negara yang sanksi administratif terhadap
bersangkutan dan pelanggaran yang serius di
menerbitkan keputusan bidang perlindungan dan
yang baru (Pasal 97 ayat pengelolaan lingkungan
(9) huruf b). hidup.”30 Pengenaan sanksi
3. Penerbitan Keputusan administratif berupa
Tata Usaha Negara pembekuan atau pencabutan
dalam hal gugatan izin lingkungan pembekuan
didasarkan pada Pasal 3. izin lingkungan dan
(Pasal 97 ayat (9) huruf pencabutan lingkungan apabila
c). penanggung jawab usaha
4. Membayar ganti rugi dan/atau kegiatan tidak
(Pasal 97 ayat (10) jo melaksanakan paksaan
Pasal 120). pemerintah.Artinya, meskipun
5. Melakukan rehabilitasi izin lingkungan yang
(Pasal 97 ayat (11) jo diterbitkan kepada usaha
Pasal 121).28 dan/atau kegiatan yang wajib
Apabila dengan amdal dan dilengkapi dengan
diterbitkannya KTUN (izin dokumen amdal atau izin
lingkungan) merugian lingkungan yang diterbitkan
kepentingan orang atau juga kepada kegiatan yang wajib
badan hukum perdata maka UKL-UPL dan dilengkapi
dapat diajukan gugatan di dengan UKL-UPL ataupun
peradilan tata usaha negara
dengan alasan-alasan
29
sebagaimana disebut oleh Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
28 30
Tjandra, Teori Dan Praktek Peradilan Tata Pasal 77 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Usaha Negara, Cahaya Atma Pustaka, 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Yokyakarta, 2011, Hlm. 163. Lingkungan Hidup.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 81


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
suatu izin usaha yang Ayat (1) : Penyelesaian
dilengkapi dengan izin sengketa lingkungan hidup di
lingkungan, namun apabila luar pengadilan dilakukan
dengan diterbitkannya untuk mencapai kesepakatan
izinlingkungan ini mengenai :
menyebabkan terjadinya a. Bentuk dan besarnya
pencemaran lingkungan ganti rugi.
sehingga merugikan b. Tindakan pemulihan
kepentingan orang atau badan akibat pencemaran
hukum perdata maka dapatlah dan/atau perusakan.
diajukan gugatan di badan c. Tindakan tertentu untuk
peradilan tata usaha negara menjamin tidak akan
agar izin lingkungan itu terulangnya pencemaran
dinyatakan batal atau tidak dan/atau perusakan;
sah, bahkan dicabut izinnya. dan/atau
Dengan adanya gugatan d. Tindakan untuk
sengketa lingkungan di mencegah timbulnya
peradilan tata usaha negara dampak negatif terhadap
adalah bertujuan untuk lingkungan hidup.
membatalkan izin lingkungan Ayat (2) : Penyelesaian
yang dimiliki oleh suatu usaha sengketa di luar pengadilan
dan/atau kegiatan. Dengan tidak berlaku terhadap tindak
dibatalkannya izin lingkungan pidana lingkungan hidup
tersebut berarti suatu usaha sebagaimana diatur dalam
atau kegiatan tidak dapat undang-undang ini.
melanjutkan lagi usaha atau Ayat (3) : Dalam penyelesaian
kegiatannya sehingga sumber sengketa lingkungan hidup di
pencemarannya dapat luar pengadilan dapat
dihentikan. Sasaran yang digunakan jasa mediator
dituju disini adalah aspek dan/atau arbiter untuk
perbuatannya membantu menyelesaikan
(pencemarannya). Gugatan sengketa lingkungan hidup.
terhadap izin lingkungan hidup Pasal 86
di peradilan tata usaha Ayat (1) : Masyarakat dapat
bertujuan untuk menghentikan membentuk lembaga penyedia
pencemaran yang terjadi. jasa penyelesaian sengketa
d. Penyelesaian Sengketa Di lingkungan hidup yang bersifat
Luar Pengadilan bebas dan tidak berpihak.
Selain penyelesaian Ayat (2) : Pemerintah dan
sengketa melalui pengadilan, pemerintah daerah dapat
terdapat juga penyelesaian memfasilitasi pembentukan
sengketa di luar pengadilan lembaga penyedia jasa
seperti yang dijelaskan dalam penyelesaian sengketa
Pasal 84 Undang-Undang lingkungan hidup yang bersifat
Nomor 32 Tahun 2009 tentang bebas dan tidak berpihak.
Perlindungan dan Pengelolaan Ayat (3) : Ketentuan lebih
Lingkungan Hidup, yaitu lanjut mengenai lembaga
sebagai berikut : penyedia jasa penyelesaian
Pasal 85 sengketa lingkungan hidup

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 82


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
diatur dengan Peraturan menyimpulkan bahwa
Pemerintah. Negosiasi merupakan upaya
Undang-Undang Nomor penyelesaian sengketa para
32 Tahun 2009 tentang pihak dengan jalan saling
Perlindungan dan Pengelolaan tawar menawar, tanpa melalui
Lingkungan Hidup, mengatur proses peradilan dengan tujuan
secara garis besar penggunaan mencapai kesepakatan bersama
tiga cara penyelesaian atas dasar kerjasama yang
sengketa di luar pengadilan, lebih harmonis dan kreatif.
yaitu negosiasi, mediasi dan Sehubungan dengan hal
arbitrase Dalam proes tersebut di atas, maka sengketa
negosiasi dan mediasi para pencemaran lingkungan dapat
pihak yang berselisih atau diselesaikan melalui upaya
bersengketa diharapkan dapat negosiasi yang itu dengan
mencapai kesepakatan tujuan untuk memperoleh jalan
mengenai hal-hal sebagai keluar (untuk biaya ganti rugi)
berikut : tanpa melalui gugatan ke
1). Bentuk dan besarnya pengadilan. Upaya negosiasi
ganti rugi. ini tidak meniadakan
2). Tindakan pemulihan pertanggungjawaban secara
akibat pencemaran administrasi maupun pidana.
dan/atau perusakan. f. Mediasi
3) Tindakan tertentu untuk Dalam Peraturan
menjamin tidak akan Mahkamah Agung (Perma)
terulangnya pencemaran Nomor 1 Tahun 2008 tentang
dan/atau perusakan. Mediasi, pengertian Mediasi
4). Tindakan untuk disebutkan pasal 1 butir 7,
mencegah timbulnya yaitu: “Mediasi adalah cara
dampak negatif terhadap penyelesaian sengketa melalui
lingkungan hidup. proses perundingan untuk
e. Negosiasi memperoleh kesepakatan para
Nogosiasi dalam pihak dengan dibantu oleh
Pengertian bahasa Inggris, mediator”.31
Negotiation artinya Mediasi dalam bahasa
perundingan. Berdasar Kamus Inggis mediation yang artinya
Besar Bahasa orang yang menjadi penegah.
Indonesia adalah proses tawar Mediasi adalah proses
menawar dengan jalan negosiasi pemecahan masalah
berunding untuk dimana pihak luar yang tidak
memberi/menerima guna memihak (impartial) dan netral
mencapai kesepakatan bersama bekerja dengan pihak yang
antara satu pihak dengan pihak bersengketa untuk membantu
lain selain itu nogosiasi mereka memperoleh
merupakan penyelesaian kesepakatan perjanjian dengan
sengketa secara damai melalui memuaskan. Mediasi adalah
perundingan antara pihakpihak proses negosiasi pemecahan
yang bersengketa. konflik atau sengketa di mana
Dari pengertian tersebut
di atas, maka penulis 31
Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1
Tahun 2008 tentang Mediasi.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 83


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
pihak luar atau pihak berhubungan dengan kepuasan
ketiga yang tidak memihak khusus dari para pihak yang
(impartial) bekerja sama bersengketa, misalnya ganti
dengan pihak yang rugi.Dan menawar sesuai
bersengketa atau konflik untuk keinginan para pihak agar
membantu memperoleh kedua belah pihak tidak saling
kesepakatan perjanjian dengan di rugikan.untuk permohonan
memuaskan.32 ganti rugi dalam upaya ini
Mediasi adalah upaya tidak dipaksakan tapi saling
menyelesaikan sengketa tawar. Prosedural artinya para
(lingkungan) melalui pihak mempunyai kesempatan
perundingan dengan bantuan yang sama dalam
pihak ketiga yang netral mengemukakan gagasan
(mediator) guna mencari selama berlangsungnya
bentuk penyelesaian yang perundingan. Dan psikologis
dapat disepakati para pihak. menyangkut tingkat emosi
Peran mediator dalam mediasi para pihak, saling menghargai
adalah memberikan bantuan dan sikap positif dari para
substantif dan procedural pihak yang bersengketa.
kepada para pihak yang g. Arbitrase
bersengketa. Tujuan dari Berdasar Undang-
penyelesaian sengketa melalui Undang Nomor 30 Tahu 1999
mediasi adalah pertama, tentang Arbitrase dan
menghasilkan suatu rencana Alternatif Penyelesaian
kesepakatan kedepan yang Sengketa, adalah cara
dapat diterima dan dijalankan penyelesaian suatusengketa
oleh para pihak yang perdata di luar peradilan umum
bersengketa. Kedua, yangdidasarkan pada
mempersiapkan para pihak perjanjian arbitrase yang
yang bersengketa untuk dibuatsecara tertulis oleh para
menerima konsekuensi dari pihak yang bersengketa.
keputusan yang di buat. Ketiga Arbitrase merupakan cara
mengurangi kekhawatiran dan penyelesaian sengketa perdata
dampak negatif lainnya dari di luar pengadilan umum yang
konflik dengan cara membantu didasarkan perjanjian arbitrase
pihak yang bersengketa untuk secara tertulis oleh pihak yang
mencapai kesepakatan secara bersengketa. Perjanjian
consensus. arbitrase merupakan
Dapat simpulkan bahwa kesepakatan berupa klausula
penyelesaian sengketa arbitrase yang tercantum
pencemaran lingkungan hidup dalam suatu perjanjian tertulis
melalui upaya mediasi yang dibuat para pihak
memiliki memiliki 3 kepuasan, sebelum atau setelah timbul
yaitu substantif, prosedural dan sengeketa.
psikologis. Substantif artinya Menurut Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999
32
tentang “Arbitrase dan
http://masrudim.blogspot.com/2012/07/modelal Alternatif Penyelesaian
ternatif-penyelesaian-sengketa.html. Sengketa” (salanjutnya disebut

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 84


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
“UU Arbitrase”), terdapat mengesampingkan
berbagai pilihan penyelesaian penyelesaian secara litigasi di
di luar pengadilan yakni Pengadilan Negeri”.34
Arbitrase dan juga Alternatif Mediasi maupun
Penyelesaian Sengketa yang negosiasi dan arbitrase tidak
terdiri atas : Konsultasi, disahkan oleh Undang-Undang
Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, Nomor 30 Tahun 1999 tentang
atau penilaian ahli. Arbitrase Arbitrase dan Alternatif
dan Alternatif Penyelesaian Penyelesaian Sengketa, jika
Sengketa tersebut adalah persengketaan atau
penyelesaian berjenjang penyelesaian masalah
dimana dalam hal Alternatif lingkungan yang berkaitan
Penyelesaian Sengketa tidak dengan atau termasuk dalam
dapat menyelesaikan atau kategori tindak pidana
memutuskan, maka para pihak lingkungan hidup, mediasi dan
akan menempuh cara Arbitrase negosiasi ataupun arbitrase di
baik melalui lembaga arbitrase luar pengadilan diperbolehkan
atau arbitrase ad-hoc. hanya yang bersifat perdata.
Tetapi ketika para pihak Penyelesaian sengketa
telah memperjanjikan jalan pencemaran lingkungan hidup
penyelesaian melalui arbitrase, yang dilakukan oleh
maka tertutup kesempatan perusahaan/korporasi dapat
untuk memilih jalan dilakukan melalui pengadilan
penyelesaian melalui dan di luar pengadilan yang
pengadilan, sebagaimana semuannya itu bertujuan untuk
dinyatakan dalam Pasal 3 mencapai kepastian hukum
Undang-Undang Nomor 30 dan keadilan.
Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian KESIMPULAN
Sengketa, yang berbunyi Pada Pasal 84 Undang-Undang Nomor 32
:“Pengadilan Negeri tidak Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
berwenang untuk mengadili Pengelolaan Lingkungan Hidup,
sengketa para pihak yang telah mengelompokan unsur-unsur tanggung
terikat dalam perjanjian jawab dari badan hukum/ perusahaan/
33
arbitrase”. korporasi terhadap pencemaran
Menurut Pasal 6 ayat (1) lingkungan hidup yaitu :
Undang-Undang Nomor 30 1) Tanggung jawab pidana, antara lain
Tahun 1999 tentang Arbitrase penutupan kegiatan usaha,
dan Alternatif Penyelesaian perampasan keuntungan yang
Sengketa, dinyatakan bahwa : diperoleh dari tindak pidana,
“Sengketa atau beda pendapat perbaikan akibat tindak pidana, serta
perdata dapat diselesaikan secara umum yaitu pidana penjara dan
oleh para pihak melalui denda bagi pelaku usaha ataupun
Alternatif Penyelesaian terhadap atasan yang memberikan
Sengketa yang didasarkan perintah.
pada itikad baik dengan 2) Tanggung jawab perdata atau ganti

33 34
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 85


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
rugi. 2011.
3) Tanggung jawab administrasi, dengan Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan
pencabutan izin usaha, pembekuan Pertanggungjawaban Pidana Dua
izin lingkungan hidup, teguran Pengertian Dalam Hukum Pidana,
tertulis, dan paksaan pemerintah, serta Jakarta, Aksara Baru, 1983.
kewajiban mengerjakan apa yang Rukmana Amanwinata, Pengaturan dan
telah dilalaikan tanpa hak atau Batas Implementasi Kemerdekaan
pelanggaran pencemaran lingkungan Berserikat dan Berkumpul dalam
hidup dan/atau penempatan Pasal 28 UUD 1945, Disertasi, PPS
perusahaan di bawah pengampuan Universitas Padjajaran, Bandung,
paling lama 3 (tiga) tahun. 1996.
Pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun Soeparmono, Hukum Acara Perdata Dan
2009 tentang Perlindungan dan Yurisprudensi, Mandar Maju
Pengelolaan Lingkungan Hidup, mengatur Semarang, 2000.
mengenai upaya penyelesaian sengketa Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum
lingkungan hidup baik di dalam Normatif, PT Raja Grafindo Persada,
pengadilan atau pun di luar pengadilan. Jakarta 2006.
Tim Pengajar, Bahan Ajar Hukum Acara
REFERENSI Perdata, Fakultas Hukum
Buku-Buku : Universitas Sam Ratulangi Manado.
Bagir Manan, Jurnal Pusat Penelitian Djisman Samosir, Hukum Acara Pidana,
Perkembangan Hukum, No. 1, Pusat Nuansa Aulia, Bandung, 2013.
Penelitian Bidang Hukum, Unpad, Tim Pengajar, Hukum Acara Pidana,
Bandung, 1999. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Djaja. S Meliala, Penuntun Praktis 17. Sarwono, Hukum Acara
Perjanjian Pemberian Kuasa, Perdata Teori Dan Praktek, Sinar
Nuansa Aulia, Bandung 2008. Grafika, Jakarta 2012
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Marhaeni Ria Siombo, Hukum Lingkungan
Hidup, Sinar Grafika, Jakarta 2012. dan Pelaksanaan Pembangunan
Muhamad Erwin, “Hukum Lingkungan Berkelanjutan di Indonesia, PT.
Dalam Sistem Kebijaksanaan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Pembangunan Lingkungan Hidup”, 2012.
Refika Aditama, Bandung, 2011. Muladi dan Dwidja Priyatno,
Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Pertanggungjawaban Pidana
Dasar-Dasar Hukum Pidana Korporasi, Jakarta, Kencana, 2010.
Indonesia, Jakarta, Pradnya I Gusti Bagus Sutrisna, Peranan
Paramita, 1997, Hlm. Keterangan Ahli Dalam Perkara
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Pidana (Tinjauan Terhadap Pasal
Perdata Di Indonesia, Prestasi 44 KUHP), dalam Andi Hamzah
Pustaka, Jakarta 2006. (Ed.), Bunga Rampai Hukum Pidana
Janus Sidabalok, Hukum Perusahaan, Dan Acara Pidana, Jakarta, Ghalia
Nuansa Aulia, Bandung, 2012. Indonesia, 1986.
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan Step
by Step Prosedur Pendirian Undang-Undang/Peraturan :
Perusahaan, Pustaka Yustisia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Yogyakarta, 2013 tentang Perlindungan Dan
Riawan Tjandra, Teori Dan Praktek Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peradilan Tata Usaha Negara, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Cahaya Atma Pustaka, Yokyakarta, tentang Perseroan Terbatas.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 86


JURNAL ILMIAH PUBLIKA
P-ISSN 2337-4446 | E-ISSN 2684-8295
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Kitab Undang-Undang Hukum
tentang Wajib Daftar Perusahaan. Dagang/KUHD.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Peraturan Mahkamah AGung (PERMA)
tentang Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1997 Mediasi.
tentang Dokumen Perusahaan. JG. Fleming, The Law of Tort, Disadur
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 oleh : Dwidja Priyatno, 1997.
tentang Wajib Lapor Ketenaga Djoko Prakoso, Asas-Asas Hukum Pidana
Kerjaan. di Indonesia, Edisi Pertama,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 Yogyakarta, Liberty, 1987.
tentang Perindustrian.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Jurnal/Seminar :
tentang Peradilan Tata Usaha Johni Najwan, “Perlindungan Dan
Negara. Pengelolaann Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Dalam Perspektif Hukum Islam”,
Tentang Arbitrase Inovasi : Jurnal Ilmu Hukum Vol. 2
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2010.
Nomor 13 tahun 2011 tentang Ganti Sudi Fahmi, “Asas Tanggung Jawab
Rugi Terhadap Pencemaran dan/atau Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan
Kerusakan Lingkungan. Perlindungan Dan Pengelolaan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun Lingkungan Hidup”, Jurnal Hukum,
2012 tentang Izin Lingkungan Volume 18 Nomor 2 April 2011.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun
2012 tentang Tanggung Jawab Internet
Sosial dan Lingkungan Perseroan http://masrudim.blogspot.com/2012/07/mo
Terbatas. delalternatif-penyelesaian-
Kitab Undang-Undang Hukum sengketa.html.
Perdata/KUHP.

VOLUME 9, NOMOR 1 | EDISI JANUARI – JUNI 2021 87

Anda mungkin juga menyukai