Nim : B011191228
Berdasarkan Pasal 84, konvensi ini akan berlaku 30 hari setelah dokumen
ratifikasi yang diserahkan pada Sekjen PBB mencapai 35, ini telah dicapai pada tanggal
27 Januari 1980 yang kemudian konvensi ini dikenal sebagai Konvensi tahun 1969.
Pada konferensi yang menyiapkan konvensi tahun 1969 tersebut, terdapat pendapat di
satu pihak bahwa konvensi ini harus mengatur juga ketentuan-ketentuan tentang
perjanjian internasional yang diadakan antara negara dan organisasi internasional atau
antara organisasi internasional dan organisasi internasional. Namun ada juga pihak yang
menghendaki bahwa perjanjian internasional antara negara dan organisasi internasional,
perjanjian internasional antara organisasi internasional satu sama lain harus ada
konvensi khusus.
Pada tanggal 20 Maret 1986 para peserta konferensi telah sepakat untuk
menyetujui draf akhir konvensi dan pada tanggal 21 Maret 1986 telah terbuka untuk
ditandatangani peserta konvensi. Diadakannya konvensi perjanjian internasional antara
negara dan organisasi internasional dan antara organisasi internasional, terpisah dengan
perjanjian internasional antar negara, dikarenakan perjanjian internasional antara negara
dan organisasi internasional dan antara organisasi internasional mempunyai sifat yang
khusus. Ditinjau dari substansi yang diatur dalam kedua konvensi itu, memang banyak
norma-norma yang telah berkembang dalam kebiasaan internasional, dan ada juga
norma-norma baru yang telah berkembang dalam kebiasaan internasional, dan ada juga
norma-norma baru yang merupakan perkembangan progresif dari hukum internasional
itu sendiri
Konsiderans ketiga: Noting that the principles of free consent and of good faith
and the pacta sunt servanda rule are universally recognized. Ketentuan ini menunjukkan
bahwa prinsip-prinsip umum hukum seperti kebebasan berkontrak, iktikad baik, dan
pacta sun servanda adalah prinsipprinsip umum. Hukum juga dijadikan dasar pada
konvensi perjanjian internasional tahun 1969.
Pasa 2 ayat (1) Konvensi Wina pada dasaarnya mengatur bahwa perjanjian yang
dimaksuda dalah sebuah persetujuan internasional yang diadakan antara Negara-negara
dalam bentuk tertulis dan diatur oleh hukum internasional, baik yang berupa satu
instrument tunggal atau berupa dua atau lebih instrument yang saling berkaitan tanpa
memandang apa pun juga namanya. Pengertain perjanjian internasional juga diatur
dalam Pasal 1 (a) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang perjanjian
Internasional (“UU Perjanjian Internasional”) dimana perjanjian internasional
didefinisikan sebagai perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur dalam
hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban
dibidang hukum public.
Suatu perjanjian internasioal dapat dirumuskan dalam saatu bahasa, dua bahasa
atau lebih yang dirumuskan dalam satu bahasa tertentu saja yang sah dan mengikat para
pihak dan/atau yang semuanya merupakan naskah sah, otentik dan mempunyai kekuatan
yang mengikat yang sama.
Secara gaaris besar, ada tiga macam perjanjian internasional jika ditinjau
berdasarkan kaidah hukum yang dirumuskan di dalamnya, yaitu perjanjian internasional
yang seluruh pasalnya merupakan perumusan dari kaidah-kaidah hukum kebiasaan
internasional dalam bidang yang bersangkutan yang merupakan perumusan atau yang
melahirkan kaidah-kaidah hukum internasionald an kaidah-kaidah hukum interansional
yang baru sam asekali.
Perjanjian internasional sudah pasti lahir atas kebutuhan untuk mengatur suatu
obyek yang dihadapi secara bersama-sama oleh parah pihak yang berkepentingan, maka
pasti ada pihak yang berinisiatif untuk mengadakan suatu perjanjian dengan Negara
lainnya. Berdasarkan pemrakarsanya, perjanjian internasional terbagi ke dalam dua
golongan yaitu kelahiran atau pembentukannya diprakarsai oleh Negara atau Negara-
negara dan/atau organisasi internasional.
Kelebihan
Kelemahan