Anda di halaman 1dari 30

IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS NORMA-NORMA JUS COGENS

DALAM HUKUM INTERNASIONAL

Hendro Valence Luhulima1


Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada
Jalan Sosio Justicia No. 1 Bulaksumur, Sleman, DIY

Abstract
Jus cogens is a norm of international law which has been recognized and accepted by the
international community. However, the norm is still difficult to identify, since there is no
clear requirements to determine a norm as jus cogens. This weakness will be exploited by
certain countries to determine jus cogens in the opposing legal regime. In this regard, this
paper examines the requirements and validity of jus cogens based on international treaties,
the opinions of international jurists, and court decisions in certain cases.
In determining the qualification of a norm as jus cogens must meet three requirements
namely, double consent requirements; universality; and substance of the norm. When
a norm that has qualified as jus cogens can directly bind all countries regardless of its
participation in international treaties that recognize the norm of jus cogens. It is intended
to maintain order in the level of international law, in accordance with the original purpose
of the establishment of that norm.
Keywords: Jus cogens; international law;Vienna Convention 1969

Abstrak
Jus cogens adalah norma hukum internasional yang telah diakui dan diterima oleh
masyarakat internasional. Meskipun demikian, norma tersebut masih sulit untuk
diidentifikasi, karena tidak ada persyaratan yang jelas untuk menentukan suatu norma
sebagai jus cogens. Hal ini dikhawatirkan akan dimanfaatkan oleh negara-negara
tertentu untuk menentukan jus cogens dalam rezim hukum yang berlawanan. Berkaitan
dengan hal tersebut, tulisan ini mengkaji persyaratan dan validitas dari jus cogens
dengan berlandaskan pada perjanjian-perjanjian internasional, pendapat ahli hukum
internasional, maupun putusan hakim dalam kasus-kasus tertentu. Hasil dari penulisan
ini yaitu, pertama, dalam menentukan kualifikasi suatu norma sebagai jus cogens
harus memenuhi tiga persyaratan yaitu, persyaratan double consent, universalitas, dan
substansi dari norma tersebut. Kedua, suatu norma yang telah memenuhi syarat sebagai
1
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Alamat
korespondensi: hendro.luhulima@yahoo.co.idatau hendro.valence.l@mail.ugm.ac.id.

69
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

jus cogens dapat secara langsung mengikat semua negara tanpa mempertimbangkan
keikutsertaannya dalam perjanjian internasional yang mengakui norma jus cogens
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketertiban dalam tataran hukum
internasional, sesuai dengan tujuan awal pembentukan norma tersebut.
Kata Kunci: Jus cogens; hukum internasional; Konvensi Wina 1969

A. Pendahuluan
Perjanjian internasional dalam era eksistensi perjanjian internasional.3
kontemporer semakin kuat eksistensinya Perihal pelaksanaan suatu perjanjian
s e b a g a i i n s t r u m e n ut a m a d a l a m internasional, para pihak terikat dengan
pelaksanaan hubungan antar negara asas pacta sunt servanda sebagaimana
maupun organisasi internasional. tercantum dalam ketentuan Pasal 26
Hal ini dikarenakan fenomena saling Konvensi Wina 1969 tentang Hukum
ketergantungan pada era globalisasi ini Perjanjian Internasional. Asas ini
tidak dapat dihindari. Sejalan dengan menghendaki adanya pelaksanaan
hal tersebut, Boer Mauna menyatakan perjanjian internasional dengan itikad
pendapatnya bahwa.2 baik (good faith). 4 Konsekuensinya,
“Dalam dunia yang ditandai perjanjian tersebut mengikat para pihak
saling ketergantungan dewasa sebagai undang-undang, sehingga harus
ini, tidak ada satu negara yang
tidak mempunyai perjanjian dilaksanakandengan penuh rasa tanggung
dengan negara lain dan tidak jawab dan memperhatikan kepentingan
ada satu negara yang tidak diatur para pihak sebagaimana yang telah
oleh perjanjian dalam kehidupan
internasionalnya.” 3
John O’Brien mengemukakan beberapa prinsip
yang menjadi dasar dari adanya perjanjian
Melalui perjanjian internasional, internasional. Pertama, perjanjian internasional
negara dan organisasi internasional muncul diakibatkan oleh persetujuan. Kedua,
negara yang memberikan persetujuannya terikat
menetapkan dasar kerjasama untuk memberlakukannya sebagaimana yang
untuk mengatur berbagai hal dan diinginkan perjanjian internasional terhadap
pihak lain. Ketiga, dalam hal perjanjian
menyelesaikan permasalahan tertentu, internasional tersebut mengkodifikasi kebiasaan,
seperti di bidang Hak Asasi Manusia, maka para negara peserta terikat oleh perjanjian
internasional yang menurut prinsip-prinsip
dan ekonomi internasional. Intinya, umum. Keempat, dalam hal bukan negara
peserta, yang dimaksud oleh prinsip ketiga,
muatan materi yang diatur menyesuaikan maka perjanjian internasional tetap mengikat
kebutuhan dan kesepakatan para pihak. sebagai akibat dari kebiasaan. Kelima, perjanjian
internasional multilateral pada umumnya
Kesepakatan(consent) merupakan salah dibentuk di bawah International Law Commission
satu hal yang sangat penting dalam dengan tujuan untuk terciptanya pembentukan
hukum internasional yang progresif, yang
tentunya melibatkan kodifikasi atas hukum
2
Boer Mauna, 2005,Hukum Internasional: kebiasaan. John O’Brien,2001, International Law,
Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Cavendish, London, hlm. 80.
Dinamika Global, Edisi kedua, Alumni, Bandung, 4
Malcolm D. Evans (ed.), 2003,International Law,
hlm. 82. Oxford University Press, New York, hlm. 143.

70
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

disepakati dalam perjanjian tersebut.5 1969, k hususnya dalam Pasal 53,


Para pihak dilarang menggunakan pada perkembangannya tidak hanya
hu kum nasiona lnya s eb agai da li l terbatas dalam ruang lingkup perjanjian
untuk membenarkan tindakan mereka internasional, melainkan telah merambat
yang gagal memenuhi kewajiban dari ke s emua asp ek kehidup an ant ar
perjanjian internasional yang dibuat negara sebagai anggota masyarakat
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 27 internasional. Hal ini berimplikasi
Konvensi Wina 1969. terhadap pembatasan kebebasan negara
Perjanjian internasional dalam untuk bertindak – dalam lingkup wilayah
kondisi tertentu tidak dapat dilaksanakan. yuridiksinya – maupun membuat suatu
Kondisi yang dimaksud yaitu berkaitan perjanjian yang mengikat dirinya. Dapat
dengan hal-hal yang mengakibatkan tidak dikatakan bahwa jus cogens memiliki
sahnya suatu perjanjian dalam Konvensi keku at an y ang s ang at b e s ar, d an
Wina 1969, seperti adanya kekeliruan tampaknya telah dianggap memiliki
(error);kecurangan (fraud);Kelicikan eksistensi yang tidak ada duanya.
yang dilakukan oleh wakil dari Pe ng a ku an ju s co g e n s s eb agai
suatu negara (corruption);paksaan norma hukum internasional tidak
(coercion);ancaman atau penggunaan langsung membuatnya terhindar dari
kekerasan; tidak memungkinkannya permasalahan. Ketiadaan kualifikasi
untuk melaksanakan suatu perjanjian s u atu n or m a s e b a g ai ju s c o g e n s ,
karena hilangnya objek perjanjian; membuat jus cogens tidak mudah untuk
dan perubahan keadaan mendasar, diidentifikasi. 7 Barangkali hal inilah
sebagaimana yang diatur dalam Pasal yang dialami oleh International Law
46-50 dan Pasal 60-62 Konvensi Wina Commission (ILC) dalam merancang
1969. Kondisi ini berkaitan dengan Pasal 53 Konvensi Wina 1969. Walaupun
timbulnya suatu peristiwa atau karena demikian, ada beberapa ahli yang
berlakunya suatu asas hukum lain yang mencoba memberikan contoh atau
mengakibatkan perjanjian tersebut batasan-batasan jus cogens, seperti yang
d it u n d a p e l a k s a n a a n ny a b a h k a n dikemukakan oleh Waldock dan L.
dinyatakan batal. 6 Berkaitan dengan Rozakis.
hal tersebut, maka muncul norma dasar Me nu r ut C h r i s t o s L . R o z a k i s
hukum internasional umum(peremptory dalam buku The Concept of Jus Cogens
norm of general international law) atau in t h e L aw of Tre at i e s , Wa l d o c k
yang lebih dikenal dengan jus cogens. merumuskan beberapa hal dalam suatu
Keb eradaan jus cogens yang perjanjian internasional yang dapat
dilembagakan dalam Konvensi Wina membatalkan pemberlakuan perjanjian
itu sendiri karena melanggar jus cogens,
5
Harry Purwanto, “Keberadaan Asas Rebus Sic
Stantibus dalam Perjanjian Internasional”, Jurnal
Opinio Juris, Volume 13, Mei-Agustus, 2013, hlm. 7
Lihat UN.DOC.A/Conf.39/11, Op. Cit., hlm. 301,
51. dan UN.DOC.A/Conf.39/1 Add 1, hlm. 93-94, 97
6
Ibid., hlm. 53. dan 103.

71
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

misalnya penggunaan kekerasan yang persoalan adalah bahwa syarat-syarat


bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut tidak jelas. Ketidakjelasan ini
dalam Piagam Perserikatan Bangsa- yang membuat jus cogens dikategorikan
Bangsa, tindakan yang dikategorikan sebagai norma yang kontroversial karena
oleh hukum internasional sebagai dapat digunakan secara sewenang-
kejahatan internasional, tindakan wenang oleh negara-negara tertentu
yang menurut hukum internasional untuk menentukan jus cogens dalam
dimintakan kerjasama dalam penjatuhan rezim hukum yang berlawanan.
sanksinya atau penindasannya oleh Permasalahan yang melekat pada
setiap negara.8 S edikit berbeda jus cogens tidak hanya berkaitan dengan
dengan Waldock, L. Rozakis langsung syarat-syarat yang telah disebutkan
memberikan contoh jus cogens secara sebelumnya, tetapi juga berkaitan dengan
konkrit, yaitu larangan penggunaan pemberlakuannya. Dalam hal ini, apakah
kekerasan, prinsip kebebasan laut, dan jus cogens yang ditentukan dan diakui
hak-hak asasi manusia, termasuk hak akan secara langsung mengikat semua
penentuan nasib sendiri suatu bangsa negara secara keseluruhan ataukah
(self-determination).9 hanya mengikat negara-negara yang
Selain Waldock dan Rozakis, Nahklik menga kuinya s aja? Mengenai ha l
juga menyampaikan p endapatnya tersebut, terdapat perbedaan pendapat
tentang jus cogens. Ia mengajukan sikap diantara para ahli hukum internasional.
yang menyatakan bahwa jus cogens Ar t i kel ini a kan mengurai kan
dapat diamati sebagai praktek yang beberapa hal yaitu pertama, pengertian
konkrit. Larangan melakukan genosida, jus cogens secara definitif menurut
pengakuan atas kebebasan laut lepas, atau p and angan b eb erap a a h li hu kum
kepatuhan terhadap Piagam Perserikatan internasional dengan maksud untuk
Bangsa-Bangsa disebutnya sebagai memperjelas pengertian jus cogens dalam
gambaran konkrit dari jus cogens.10 hukum internasional. Kedua, fungsi dari
Dari beberapa contoh di atas, timbul jus cogens itu sendiri. Ketiga, penulis
pertanyaan apakah contoh atau batasan- akan mencoba menyimpulkan beberapa
batasan jus cogens tersebut memang hal yang menjadi persyaratan bagi suatu
tepat? Untuk menjawab pertanyaan ketentuan untuk disebut sebagai jus
ini perlu merujuk pada syarat atau cogens berdasarkan ketentuan Pasal 53
kualifikasi bagi suatu norma untuk Konvensi Wina 1969 dengan di dukung
dapat menjadi jus cogens.Yang menjadi oleh pendapat beberapa ahli hukum
internasional.
8
F. A. Whisnu Suteni, 1989, Identifikasi dan
Reformulasi Sumber-Sumber Hukum Internasional, Uraian ini diakui oleh penulis hanya
Mandar Maju, Bandung, hlm. 105. sebagai pedoman untuk mengurangi
9
Ibid., hlm. 106.
10
S.E Nahklik, “The Grounds of Invalidity and kesulitan dalam mengidentifikasi jus
Termination of Treaties”, American Journal of cogens bukan menghilangkan kesulitan
International Law, Volume 65, Nomor 5, Oktober,
1971, hlm. 745. penentuan norma jus cogens. Di akhir

72
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

tulisan ini penulis akan menjelaskan Kau m Stoi c s me nge mb ang k an


mengenai validitas norma jus cogens sebuah teori yang menyatakan bahwa
berkaitan dengan syarat-syarat yang hukum harus diterapkan pada skala
telah penulis uraikan sebelumnya. internasional berdasarkan universal
Pembahasan ini dimaksudkan untuk reasoning, dan bukan pada kebangsaan
m e nj aw a b p e r m a s a l a h a n hu k u m atau ras individu melainkan untuk
mengenai bagaimana suatu norma kepentingan umum. 12 Pemikiran ini
dalam hukum internasional dapat kemudian berlanjut hingga abad ke XVI
diidentifikasikan sebagai jus cogens di mana Grotius dan penulis-penulis
dan bagaimana validitas dari jus cogens klasik lainnya menyatakan bahwa ada
tersebut. Dengan demikian, diharapkan prinsip tertentu yang setara dengan
dapat memberikan kontribusi yang baik jus naturale necessarium (necessary
dalam rangka pembentukan hukum natural law) yang tidak dapat diubah,
internasional yang lebih demokratis, bahkan oleh Tuhan sekalipun. Dengan
yakni tidak berdasarkan kesewenang- demikian suatu perjanjian maupun
wenangan semata. kebiasaan dianggap tidak sah apabila
melanggar ‘hukum yang penting’ ini.
B. Pembahasan Prinsip ini berlaku bagi negara-negara di
1. Konsep Jus Cogens Dalam Hukum dunia tanpa kecuali.13 Pada tahun 1953,
Internasional konsep ini diperkenalkan oleh Hersh
Dalam hukum internasional dikenal Lauterpacht dalam rancangan konvensi
sebuah konsep yang disebut sebagai tentang perjanjian internasional sebagai
jus cogens atau norma pemaksa dalam suatu prinsip dalam tertib hukum
hukum internasional (peremptory norm internasional14, yang kemudian diterima
of international law). Jus cogens diartikan oleh masyarakat internasional dalam
secara sederhana sebagai ketentuan Konvensi Wina 1969 tentang Hukum
hukum internasional yang telah diterima Perjanjian Internasional sebagai jus
dan diakui oleh masyarakat internasional, cogens.
dan ketentuan tersebut tidak dapat Ju s cogens diatur da lam Pas a l
disimpangi, atau dikecualikan oleh 53 Konvensi Wina 1969, Bagian V
ketentuan hukum lain. Meskipun perihal pembatalan, berhenti berlaku
konsep ini dikatakan bersumber pada dan penundaan berlakunya perjanjian.
periode di mana doktrin hukum alam Ketentuan pada pasal tersebut
dikembangkan, tetapi sebenarnya konsep menyatakan sebagai berikut.
ini pertama kali dikembangkan oleh “A treaty is void if, at the time of
kelompok yang disebut stoics pada abad its conclusion, it conflicts with
ke IV setelah masehi.11 12
Ibid.
13
Ibid., hlm. 598.
11
Rafael Ni eto-Navi a,2003, Internati onal 14
Jean Allain, “The Jus Cogens Nature of Non-
Peremptory Norms (Jus Cogens) and International Refoulement”, International Journal of Refugee
Humanitarian Law,Kluwer Law International, The Law, Volume 13,Nomor 4, Tahun 2001, hlm. 534-
Hague, hlm. 597. 538.

73
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

a peremptory norm of a general dan yang menolaknya. Schwarzenberger


international law. For the purpose m e r up a k an t o ko h y ang m e n o l a k
of the present Convention, a dengan keras jus cogens dalam hukum
peremptory norm of general
international law is a norm internasional. Ia berpendapat bahwa jus
accepted and recognized by the cogens tidak dapat diberlakukan atau
international community of states dikenakan kepada semua pihak atau
as a whole as norm from modified perjanjian internasional yang dibuat.
only by a subsequent norm of
Menurutnya, pengakuan konsep jus
general international law having
the same character.” cogens dalam hukum internasional hanya
sebatas merupakan de lege ferenda buka
Berdasarkan ketentuan tersebut,
de lege lata.16 Schwarzenberger mengakui
yang dimaksud dengan jus cogens
bahwa melalui konsensus bilateral dan
adalah norma yang diterima dan diakui
multilateral suatu peraturan yang bersifat
oleh masyarakat internasional secara
jus cogens dapat dibentuk inter partes.
keseluruhan, sebagai norma yang tidak
Dengan demikian akibat hukumnya
dapat dilanggar (a norm from which
hanya terbatas pada pihak-pihak yang
no derogation is permitted) dan hanya
membuat perjanjian.
dapat diubah oleh suatu norma dasar
Schwarzenberger, pada tahun 1965,
hukum internasional umum baru yang
menuliskan bahwa hukum internasional
mempunyai sifat yang sama. Pasal 64
pada tingkat masyarakat internasional
Konvensi Wina 1969 juga menetapkan
tidak mampu membuktikan eksistensi
bahwa dalam hal timbulnya suatu jus
jus cogens. 17 Ia berkeyakinan bahwa
cogens yang baru, semua perjanjian
konsep jus cogens hanya dapat
internasional yang bertentangan dengan
dijumpai pada sistem-sistem hukum
jus cogens tersebut menjadi batal. 15
yang dilengkapi dengan badan-badan
Adapun bunyi Pasal 64 Konvensi Wina
eskekutif, legislatif, maupun yudikatif
1969 adalah
y a n g m e m i l i k i k e k u at a n hu k u m
“ If a new peremptory norm of
penuh. Hukum internasional tidak
general international law emerges,
any existing treaty which is in memiliki kelengkapan 18 sebagaimana
conflict with that norm becomes yang dimaksud oleh Schwarzenberger,
void and terminate.” sehingga dalam hal ini menurutnya
Mengenai pengertian norma dasar hukum internasional tidak mengandung
atau yang pada umumnya dikenal peraturan-peraturan yang memiliki
sebagai jus cogens itu sendiri belum 16
G. J. H. Van Hoof, 1983, Rethinking the Sources
ada kesepakatan. Terdapat perbedaan of International Law, Usselstein, Netherlands.
Terjemahan oleh Hata, 2000, Pemikiran Kembali
pendapat para ahli hukum internasional, Sumber-Sumber Hukum Internasional, Yayasan
antara yang menerima norma dasar ini Hak Asasi Manusia, Demokrasi dan Supremasi
Hukum, Bandung, hlm. 316.
15
Budiono Kusumohamidjojo, 1986, Suatu 17
Ibid.
Studi terhadap Aspek Operasional: Konvensi 18
D.J. Harris, 2004, Cases and Materials on
Wina Tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian International Law, Sixth Edition, Sweet &Maxwell,
Internasional, Binacipta, Bandung, hlm. 46. London, hlm. 3-4.

74
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

sifat jus cogens. 19 Di sisi lain, ada melalui Interpol dan mengedarkannya
beberapa tokoh yang berpendapat ke semua negara, termasuk Republik
bahwa jus cogens adalah fakta dalam Kongo. Surat Perintah itu meminta
hukum internasional. Tokoh-tokoh negara untuk menangkap, menahan, dan
tersebut antara lain Verdross, Brierly, mengekstradisi Yerodia ke Belgia.Belgia
Lauterpacht, Milan Bartos, dan Gregorii menyatakan bahwa dirinya berwenang
Tunkin. Meskipun para ahli ini mengakui berdasarkan Yuridiksi Universal untuk
eksistensi jus cogens dalam hukum melakukan penangkapan atas Abdoulaye
internasional, namun tampaknya belum Yerodia Ndombasi. 21
ada kesepakatan mengenai isi dan Menanggapi tindakan Belgia tersebut,
penerapan dari jus cogens.20 pada tanggal 17 Oktober 2000, Republik
Bukan hanya perbedaan pendapat Kongo mengajukan tuntutan atas
diantara para ahli, pengakuan dan Belgia ke ICJ. Dalam tuntutan tersebut,
pengaplikasian jus cogens oleh Kongo berpendapat bahwa Belgia telah
pengadilan-pengadilan internasional melanggar prinsip persamaan kedaulatan
juga berbeda satu dengan yang lain. Di di antara negara-negara anggota PBB,
dalam putusan International Court of sebagaimana tercantum dalam Pasal
Justice (ICJ) atas kasus the Arrest Warrant 2 ayat (1) Piagam PBB, dan kekebalan
11 April 2000 antara Democratic Republic diplomatik Menteri Luar Negeri suatu
of the Congo v. Belgium(Kongo v. Belgia) Negara berdaulat, sebagaimana diakui
tertanggal 14 Februari 2002 masih oleh yurisprudensi Pengadilan dan sesuai
menggunakan jus cogens secara terbatas dengan Pasal 41 ayat (2) Konvensi Wina
dalam penyelesaian kasus tersebut. 1961 tentang Hubungan Diplomatik.22
Kasus Republik Kongo v. Belgia Perlu juga diketahui bahwa pada saat
bermula pada saat Belgia mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan dikeluarkan,
Surat Perintah Penangkapan secara in Yerodia masih menjabat sebagai Menteri
absentia terhadap Abdoulaye Yerodia Luar Negeri Republik Kongo, namun
Ndombasi tertanggal 11 April 2000 setelah tuntutan tersebut diajukan,
atas tuduhan pelanggaran Konvensi Yorodia berhenti dari jabatannya sebagai
Jenewa 1949 dan protokol tambahannya, Menteri Luar Negeri. Hal inilah yang
serta kejahatan kemanusiaan.Yerodia kemudian menjadi salah satu alasan dari
d itu du h mel a ku k an p e ng hasut an Belgia untuk mengajukan keberatannya
kebencian rasial lewat pidato-pidatonya dengan menyatakan bahwa Yerodia
kepada rakyat Kongo untuk menyerang bukan lagi Menteri Luar Negeri sehingga
penduduk Tutsi di Rwanda – yang 21
International Court of Justice, “Overview of the
mengakibatkan banyaknya korban Arrest Warrant of 11 April 2000 (Democratic
Republic of the Congo v. Belgium)”, http://www.
jiwa yang meninggal dunia. Belgia icj-cij.org/en/case/121, diakses16 Juni 2018.
22
International Court of Justice, 2002, Case
mengirim surat perintah penangkapan Concerning The Arrest Warrant of 11 April 2000
(Democratic Republic of the Congo v. Belgium),
19
G. J. H Van Hoof, Op. Cit., hlm. 317. International Court of Justice, Netherlands, hlm.
20
Budiono Kusumohamidjojo, Op. Cit., hlm. 46. 7.

75
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

dalam hal ini tidak ada lagi perselisihan ICJ menyatakan bahwa tidak ada
hukum yang terjadi antara Belgia dan pengecualian dalam hukum kebiasaan
Republik Kongo. Semua keberatan Belgia internasional yang dapat membatasi
berkaitan dengan yuridiksi pengadilan kekebalan mutlak seorang Menteri
ditolak oleh ICJ23, dan ICJ menyampaikan Luar Negeri saat ini. ICJ mendapatkan
kesimpulannya atas kasus tersebut kesimpulan ini tidak dengan
sebagai berikut.24 memperhitungkan normajus cogens
“The Court concludes from the terhadap kedaulatan.
foregoing that it has jurisdiction to ”It (the Court) has been unable
entertain the Congo’s Application, to deduce from this practice that
that the Application is not without there exists under customary
object and that accordingly the international law any form of
case is not moot and that the exception to the rule according
Application is admissible. Thus, immunity from criminal
the Court now turns to the merits jurisdiction and inviolability to
of the case.” incumbent Ministers of Foreign
S e hu bu ng an d e ng an tu ntut an Affairs, when they are suspected
R e p u b l i k Ko n g o u nt u k m e n g u j i of having committed war crimes
keabsahan Surat Perintah Penangkapan or crimes against humanity […]
tertanggal 11 April 2000, ICJ menyatakan The Court has also examined the
bahwa Penerbitan dan peredaran Surat rules concerning the immunity
Perintah Penangkapan melanggar or criminal responsibility of
kewajiban internasional Belgia terhadap p e r s o n s h av i n g an o f f i c i a l
Kongo. Belgia gagal menghormati dan capacity contained in the legal
melanggar, kekebalan dan keistimewaan instruments creating international
yang dinikmati oleh Yerodia di bawah criminal tribunals, and which are
hukum internasional. 25 ICJ menolak specifically applicable […] It finds
pendapat Belgia bahwa Menteri tidak that these rules likewise do not
menikmati kekebalan karena dia dituduh enable it to conclude that any such
telah melakukan kejahatan perang an exception exists in customary
atau kejahatan terhadap kemanusiaan. international law in regard to
Argumentasi Belgia ini di dasarkan national courts.”26
pada Kasus Pinochet (diputuskan oleh Berbeda dengan ICJ, International
House of Lords, UK), Kasus Qaddafi Criminal Tribunal for the Former
(diputuskan oleh Pengadilan Kasasi Yugoslavia (ICTY) dalam Kasus Posecutor
Prancis) dan Statuta Pengadilan Pidana v. Anto Furundžija secara tegas mengakui
Internasional dan Tribunal. eksistensi jus cogens dan menerapkannya
untuk menyeles ai kan kasus Anto
23
Ibid., hlm. 12-18.
24
Ibid.,hlm. 20.
25
Ibid., hlm. 32. 26
Ibid., hlm. 25.

76
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

Furundžija, seorang komandan unit (principle proscribing torture)


khusus Dewan Pertahanan Kroasia has evolved into a peremptory
yang disebut Jokers. Anto Furundžija norm or jus cogens, that is, a
dibawa ke ICTY karena melakukan norm that enjoys a higher rank in
kejahatan terhadap Muslim Bosnia yang the international hierarchy than
diinterogasi di markas besarnya (Jokers) treaty law and even “ordinary”
di Nadioci (Bosnia dan Herzegovina) c u stomar y r u l es . T he mo st
pada Mei 1993. Selama interogasi, mereka conspicuous consequence of this
yang ditahan menjadi korban kekerasan higher rank is that the principle
seksual, perkosaan, penderitaan fisik dan at issue cannot be derogated from
mental.27 by States through international
Berdasarkan proses pemeriksaan dan treaties or local or special customs
pembuktian, Trial Chamber II mendapati or even general customary rules
bahwa unsur-unsur kejahatan perang, not endowed w ith the same
termasuk penyiksaan, telah terpenuhi normative force.” (Cetak tebal
dan menyatakan bahwa Furundžija oleh penulis)
bersalah atas kejahatan ini sebagai pelaku Terlepas dari segala perbedaan
bersama(co-perpetrator). 28 Selain itu, pendapat dan implementasi atas jus
Furundžija juga dinyatakan bersalah cogens, ada beberapa ahli yang mencoba
melakukan kejahatan perang atas memberikan pandangannya terkait
penyerangan martabat pribadi, termasuk dengan definisi jus cogens, yaitu sebagai
pemerkosaan – meskipun Furundžija berikut.
tidak secara pribadi melakukan a. Suy menyatakan pendapatnya dengan
kejahatan, melainkan kehadiran dan memberikan batasan terhadap jus
tindakannya hanya membantu dan cogens sebagai berikut.31
mendukung tindakan pemerkosaan. 29
“ […] the body of those general
Menariknya, dalam pertimbangan
rules of law whose non observance
Hakim ICTY dikatakan bahwa larangan
may effect the very essence of
akan penyiksaan merupakan jus cogens
the legal system to which they
(peremptory norm) yang tidak dapat
belong to such an extent that the
disimpangi.30
subject of law may not, under
“Because of the importance of the paid of absolute nullity defart
values it protects, this principle from them in virtue of particular
agreements[…]”
27
United Nations, 1998, International Tribunal
for the Prosecution of Persons Responsible for
Serious Violations of International Humanitarian
Law Committed in the Territory of the Former
Yugoslavia since 1991 : Case No. IT-95-17/1-T,
United Nations, Den Haag, hlm. 17.
28
Ibid.,hlm. 101-102. 31
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, 2003, Hukum
29
Ibid., hlm. 102-103. Internasional Bunga Rampai, Alumni, Bandung,
30
Ibid.,hlm. 58. hlm. 168.

77
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

b. Lord McNair 32 menyamakan jus telah diterima, baik secara tegas


cogens dengan imperative provision. maupun secara diam-diam dalam
McNair mendefinisikan jus cogens hukum kebiasaan internasional dan
sebagai norma yang imperatif atau aturan yang lebih diutamakan untuk
memaks a. Dalam teori hukum melindungi kepentingan umum
umum, setiap sistem hukum masyarakat internasional. Sebagai
dikatakan mengandung norma- contoh adalah ketentuan yang
norma umum karakter imperatif melarang perang agresi, genosida,
yang ketentuan hukumnya tidak ketentuan-ketentuan mengenai
dapat dimodifikasi atau disisihkan p e r bu d a k a n , p e mb aj a k a n d a n
dalam hubungan kontraktual. Kaidah tindakan kriminal lainnya terhadap
hukum imperatif ini yang merupakan kemanusiaan, self-determination dan
jus cogens. Jus cogens dibedakan hak asasi manusia.
dari jus dispositivum yang dapat c. L. Rozakis memberikan pendapatnya
dikurangi dengan private contracts. mengenai jus cogens sebagai berikut.35
Demi kep entingan masyarakat “In all major system subject are
secara keseluruhan, normajus cogens free, it is true, to contract out
ditetapkan di atas kehendak para of rules of law in their inter se
pihak dalam sebuah perjanjian dan relations; that freedom, however,
secara mutlak mengikat mereka is conditional. There are general
d a l am me mb at as i ha k me rek a r ules of law w hich e x clude
untuk menentukan isi kesepakatan the conclusion of par ticular
mereka.33 Dengan kata lain, Jus cogens contractual arrangements of
mengikat para pembentuk hukum conflicting with them by actually
internasional dengan memaksakan prohibiting derogation from their
normanya. 34 Lebih lanjut McNair content and by threatening with
menjelaskan bahwa ia lebih memilih invalidity any attempt of violation
untuk memberikan ilustrasi atau of that prohibition. These rules are
contoh-contoh dari ketentuan- usually called jus cogens.”
ketentuan jus cogens dar ip ada
memberikan batasan mengenai jus B erdasarkan penjelasan diatas,
cogens itu sendiri. McNair memberi dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya
contoh ketentuan-ketentuan yang negara mempunyai kebebasan untuk
membentuk hukum, menentukan isi
32
Syahmin A . K, 1985, Hukum Perjanjian perjanjian internasional yang dibuatnya,
Internasional menurut Konvensi Wina 1969, tetapi kebebasan tersebut ada batasannya.
Armico, Bandung, hlm. 53.
33
Merlin M. Magallona, 1976, “The Concept of Jus Batasan inilah yang merupakan jus cogens
Cogens in the Vienna Convention on the Law of
the Treaties”, Philippine Law Journal, Volume 51,
yang mempunyai kedudukan lebih tinggi
1976, hlm. 521. atas kebebasan berkontrak negara untuk
34
Wagiman dan Anasthasya Saartjie Mandagi, 2016,
Terminologi Hukum Internasional,Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 210. 35
F. A Whisnu Suteni, Op. Cit., hlm. 100.

78
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

membuat perjanjian internasional. Hal i n t e r n a s i o n a l . 38 D e n g a n a d a n y a


inilah yang membuat jus cogens menjadi penegasan ini, hendak disampaikan
penting dalam masyarakat internasional. bahwa tindakan dan interaksi negara-
Tidak perlu diragukan lagi bahwa negara dibatasi dalam kerangka sistem
jus cogens juga merupakan bagian dari internasional.
hukum internasional. Tampaknya tidak
beralasan juga jika menganggap jus cogens 2. Fungsi Jus Cogens
hanya ditemukan dalam sistem-sistem S e c a r a k o n s e p t u a l ju s c o g e n s
hukum yang terstruktur dan hierarkis saja mempunyai tiga fungsi, yaitu
atau tidak ada dalam sistem konsensual a. Sebagai pembatasan kehendak
murni seperti hukum internasional. 36 negara
Memang benar hukum internasional Fungsi ini berangkat dari pemikiran
tidak dapat bertumpu pada suatu bahwa setiap negara secara yuridis
kekuatan paksa (overwhelming physical mempunyai kedudukan yang setara
force). Kekuatan hukum internasional (equal) d an meni k mat i ha k yang
terletak pada kesepakatan yang dicapai sama. Hal ini diatur dalam Konvensi
oleh Negara-negara tentang isi peraturan Montevideo Tahun 1933 tentang Hak
hukum internasional sekaligus mengakui dan Tugas Negara, khususnya Pasal
kekuatan mengikatnya. Hal ini juga 4. Konsekuensinya, tidak ada satu
sama dengan konsep jus cogens, di negara pun yang dapat menerapkan
mana pembentukannya diserahkan kekuasaan atau hukumnya kepada
kepada kesepakatan negara-negara yang negara lain, apalagi dengan maksud
memberikan kekuatan mengikat yang untuk mencampuri urusan dalam
lebih besar kepadanya. Ketika sudah negeri suatu negara (non-intervention),
ditentukan maka jus cogens tersebut ada yang telah ditegaskan dalam Piagam
dan diakui.37 PBB, k hususnya Pasal 2 ayat (7).
Eksistensi dan penerapan jus cogens Dengan adanya pengakuan prinsip
dalam pranata hukum internasional non-intervensi, negara dapat secara
tidak hanya terbatas pada Konvensi Wina bebas menentukan langkah apa saja
1969 melainkan juga dalam seluruh yang perlu atau tidak perlu dilakukan
sistem hukum internasional secara dalam rangka kepentingan nasional.
umum. Artinya, sifat yang tidak dapat Hal ini dipahami demikian sebab negara
disimpangi dan kekuatan memaksa dari mempunyai kedaulatan (sovereignty)
jus cogens tidak hanya berlaku dalam hal untuk melakukan hal tersebut.
pembuatan perjanjian internasional saja,
melainkan juga meliputi semua tindakan
negara sebagai anggota masyarakat
internasional dalam kerangka hukum 38
Sigit Riyanto, “The Refoulement Principle and
Its Relevance in the International Law System”,
36
G. J. H Van Hoof, Op. Cit., hlm. 317. Indonesia Journal of International Law, Volume
37
Ibid.,hlm. 318. 7, Nomor 4, Juli, 2010, hlm. 744.

79
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

Kedaulatan dapat dipandang dalam membawa kepentingan nasionalnya,


aspek internal dan eksternal.39 Kedaulatan bahkan tidak tanggung-tanggung akan
internal berhubungan dengan kekuasaan mendasarkan tindakan mereka dengan
negara untuk mengatur negaranya menggunakan hukum nasional negaranya
sendiri dalam batas-batas lingkungan masing-masing. Hal ini akan membuka
wilayahnya. 40 Kedaulatan tersebut peluang terhadap tindakan pelanggaran
mencakup kewenangan dan kekuasaan hukum internasional. Para pihak dengan
untuk membentuk hukum, mendapatkan kebebasan yang dimilikinya dapat juga
k e t u n du k a n , d a n m e ny e l e s a i k a n membuat aturan yang membenarkan
permasalahan yang terjadi di dalam tindakan mereka dari yang melanggar
jurisdiksinya. Semua hal ini berkaitan menjadi tidak melanggar.43
dengan kegiatan yang dijalankan Selain peserta perjanjian mempunyai
oleh lembaga eksekutif, legislatif, dan kebebasan dalam membentuk hukum,
yudikatif dari suatu negara. 41 Berbeda mereka juga dapat mengakui atau tidak
dengan kedaulatan internal yang hanya mengakui suatu ketentuan hukum.
berhubungan dengan non-state actor, Akibatnya, kewajiban-kewajiban dan
kedaulatan eksternal lebih mengarah l ar ang an - l ar ang an d a l am hu ku m
pada kemampuan negara untuk internasional dapat tidak ditaati oleh
melakukan hubungan internasional mereka, apabila memang para pihak dalam
dengan negara lain. 42 Hubungan ini perjanjian menolak untuk mengakui
pada umumnya diwujudkan dengan ketentuan hukum tersebut. 44 Hal ini
p embuat an p er janjian-p er janji an dikhawatirkan akan disalahgunakan
internasional yang mengatur hal tertentu oleh negara-negara apabila berada dalam
sesuai kebutuhan para pihak. situasi penyelesaian suatu masalah dalam
Negara peserta dapat secara bebas wilayah negaranya. Pada posisi ini jika
menentukan bentuk, jenis, dan isi dari tetap bersandar pada prinsip non-
perjanjian yang hendak dibuatnya. intervensi dan kedaulatan negara yang
Ke b e b a s an i n i b e r k ait an d e ng an bersifat absolut dan eksklusif 45 maka
pelaksanaan asas pacta sunt servanda. dapat dipastikan bahwa bukan hukum
Dalam proses pembuatan perjanjian yang berlaku, tetapi tindakan sewenang-
internasional tersebut, para pihak akan wenang. Sifat kedaulatan negara yang
absolut dan eksklusif digambarkan
39
David Held, “Law of States, Law of Peoples: Thee
Models of Sovereignty”, Legal Theory, Volume 8, oleh Bodin sebagai “postestas legibus
Nomor 2, 2002, hlm. 3. solute” atau “legibus solutus” yaitu
40
Yudha Bhakti, “Perkembangan Arti Kedaulatan
Negara dalam Praktek Internasional”, Pro Justitia, kekuasaan yang mutlak dan berada di
No. 17, Maret 1982, hlm. 19-36, dalam Syahmin atas hukum. Hal ini kemudian akan
A.K, Op. Cit., hlm. 7.
41
Martin Dixon dan Robert McCorquodale, 2003, 43
F. A Whisnu Suteni, Op. Cit., hlm. 102.
Cases and Materials on International Law, Oxford 44
Ibid.
University Press, New York, hlm. 269. 45
Jost Delbrueck, “International Protection of
42
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, 2006, Human Rights and State Sovereignty”, Indiana
Hukum Internasional Kontemporer, Refika Law Journal, Volume 57, Issue 4, Article 3, 1982,
Aditama, Bandung, hlm. 173. hlm. 569.

80
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

menjadi penghalang bagi pertumbuhan Perlu dikemukakan disini bahwa


masyarakat internasional, dan sekaligus ilegalitas objektif berbeda dengan
bagi perkembangan hukum internasional ilegalitas subjektif. Ilegalitas subjektif
yang mengatur kehidupan masyarakat muncul ketika ada protes dari suatu
internasional, secara khusus negara.46 negara yang menjadi korban atas
Berdasarkan hal tersebut, hadirnya tindakan hukum tertentu. Tindakan
jus cogens sebagai norma pemaksa hu ku m i n i d ipro t e s o l e h n e g a r a
untuk membatasi kehendak bebas tersebut sebagai tindakan illegal, dan
negara – dalam pembuatan perjanjian kemudian terbukti bahwa memang
internasional maupun dalam interaksi tindakan tersebut adalah illegal. Sebagai
dan tindakannya – sangat penting dalam contoh, dalam pembuatan perjanjian
hukum internasional. Jus cogens akan internasional, negara A berlaku curang
memastikan kekuasaan negara itu tetap kepada negara B. Tindakan negara A
berada pada koridor yang seharusnya akan tetap dianggap legal selama tidak
y a i t u u nt u k m e nj a g a k e t e r t i b a n ada protes dari negara B. Tindakan
internasional, dan keadilan. negara A menjadi illegal dan perjanjian
internasional tersebut batal setelah
b. Sebagai pengakuan atas pranata
negara B melakukan protes dan berhasil
illegal objektif
membuktikan bahwa tindakan negara A
Sifat dari jus cogens sebagai norma sebagai tindakan yang tidak sah. Hal ini
pemaksa menghendaki negara-negara tentu berbeda dengan ilegalitas objektif.
untuk menaati aturan hukum yang Ilegalitas objektif berati pengakuan
merupakan jus cogens. Jika terdapat secara objektif terhadap suatu yang
t i n d a k a n u n i l at e r a l d a r i n e g a r a illegal. Maksudnya begitu suatu tindakan
atau perjanjian internasional yang atau perjanjian yang melawan hukum
bertentangan dengan jus cogens, maka terjadi maka tindakan atau perjanjian
tindakan atau perjanjian internasional tersebut otomatis dianggap ilegal,
tersebut tidak berdasarkan atas hukum karenanya menjadi tidak sah atau batal.
atau menjadi batal. Tindakan atau Dalam hal ini dapat diandaikan bahwa
perjanjian yang tidak berdasarkan atas begitu perbuatan illegal dilakukan,
hukum tersebut merupakan illegalitas semua negara melakukan protes.
objektif. 47 Jus cogens menjadi kan
dirinya sebagai suatu norma yang dapat c. Sebagai pembentuk sistem hukum
menentukan tindakan negara itu sah internasional vertikal
atau tidak berdasarkan hukum. Hal Jika jus cogens disandingkan dengan
ini berkaitan dengan fungsi jus cogens ketentuan hukum yang tidak memiliki
sebagai pengakuan atas pranata illegalitas sifat yang sama dengan jus cogens akan
objektif.48 menimbulkan dua tipe kaidah hukum,
yaitu norma superior dan inferior antara
46
Frans E. Likadja, 1988, Desain Instruksional Dasar
Hukum Internasional, Ghalia, Jakarta, hlm. 29.
47
F. A Whisnu Suteni, Ibid., hlm. 103.
48
Ibid.

81
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

jus cogensdan jus dispositivum.49 Alfred Consequently, in a convention


Verdross dalam tulisannya yang berjudul of this type one cannot speak
Jus Dispositivum and Jus Cogens in of indiv idual advantages or
disadvantages to States, or of
International Law, mengemukakan the maintenance of a perfect
pendapatnya bahwa perbedaan mendasar contractual balance between
antara jus cogens dan jus dispositivum rights and duties.”(cetak tebal
terletak pada kriteria dari masing-masing oleh penulis)
norma tersebut. Jus cogens dibentuk Berdasarkan penjelasan di atas, jus
bukan untuk memenuhi kebutuhan dispositivum dapat diartikan sebagai
negara secara individu, melainkan untuk norma hukum internasional yang diakui
kepentingan negara secara kolektif oleh masyarakat internasional, tetapi
(masyarakat internasional), dan bersifat dimungkinkan bagi norma tersebut untuk
absolute, sedangkan jus dispositivum disimpangi atau dimodifikasi berdasarkan
bersifat relatif, sebab hak dan kewajiban syarat dan kondisi tertentu. 51Berbeda
yang diciptakan hanya menyangkut dengan jus dispositivum, Jus cogens tidak
kepentingan masing-masing negara.50 dapat dikalahkan oleh ketentuan hukum
Advisory Opinion ICJ tertanggal 28 lainnya, kecuali muncul norma baru yang
Mei 1951 berkaitan dengan Reservasi sudah baku dalam hukum internasional
Konvensi Pencegahan dan Penghukuman sebagai jus cogens.52 Hal ini diatur dalam
Kejahatan Genosida juga mengakui dua Pasal 64 Konvensi Wina 1969. Dengan
kategori hukum internasional umum demikian jus cogens berkedudukan
tersebut (jus cogens dan jus dispositivum). sebagai kaidah hukum yang superior
ICJ menyatakan pendapatnya atas jus dispositivum sebagai kaidah
dalam Advisory Opinion Concerning hukum inferior. Akibat dari pembedaan
Reservations to the Convention on the ini ialah terciptanya suatu hierarki
Prevention and Punishment of the Crime hukum dengan sistem hukum vertikal,
of Genocide tanggal 28 Mei 1951 sebagai disamping sistem hukum horizontal
berikut. dalam latar internasional. Hierarki dalam
“The Convention was manifestly hukum internasional ini ditentukan
adopted for a purely humanitarian berdasarkan jenis atau tipe hukum, dan
and civilizing purpose. […] In bukan berdasarkan bentuk hukum.53
such a convention the contracting
States do not have any interests
of their own; they merely have, 3. Identifikasi Dan Validitas Norma Jus
one and all, a common interest, Cogens Dalam Hukum Internasional
namely, the accomplishment of
those high purposes which are the Te n t u s a n g a t s u l i t u n t u k
raison d’être of the convention. mengidentifikasi suatu ketentuan hukum
yang memiliki kualifikasi sebagai jus
49
Jean Allain, Op. Cit., hlm. 534-535.
50
Alfred Verdross, “Jus Dispositivum and Jus 51
Sigit Riyanto, Op. Cit., hlm. 744.
Cogens in International Law”, American Journal of 52
Sumaryo Suryokusumo, 2008, Hukum Perjanjian
International Law, Volume 60, Nomor 1, Januari, Internasional, Tatanusa, Jakarta, hlm. 134.
1966, hlm. 58. 53
F. A Whisnu Suteni, Op. Cit., hlm. 104.

82
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

cogens. Kesulitan ini membuka peluang character of jus cogens. Moreover,


kepada interpretasi yang berbeda-beda, the majority of the general rules of
akhirnya ada perbedaan pendapat international law do not have that
diantara para ahli hukum. Ada pula character, and States may contract
beberapa pendapat yang menentang out of them by treaty.”
keras jus cogens karena dipandang Selain itu, lebih lanjut ILC
tidak mampu memberikan jaminan memberikan alasan mengapa jus cogens
kepastian hukum, terutama dalam hal ini tidak diatur secara definitif, yaitu.56
pengakhiran perjanjian internasional
“The mention of some treaties
yang bertentangan dengan jus cogens.
void for conf lict with a rule
Ketidakpastian ini juga mengindikasikan
of jus cogens (even with the
adanya tindakan sewenang-wenang
most cereful drafting), lead to
beberapa negara untuk menentukan
misunderstanding as to the
sendiri jus cogens, padahal sebenarnya hal
position concerning rather not
tersebut bukanlah jus cogens.Akibatnya,
mentioned in the article. If the
pembentukan hukum internasional
Commission were to attempt to
tidak lagi demokratis. 54 Mengingat
draw up (even on a selective basis),
adanya celah tersebut, sangat diperlukan
a list of rules of international law
untuk menentukan tolak ukur dalam
which are to be regarded as having
mengidentifikasi normajus cogens.
the of jus cogens, it might itself
International Law Commission engange in a prolonged study of
sebagai komisi yang bertugas untuk matters which fall outside scope
mengkodifikasikan hukum perjanjian of the present article.”
internasional mengalami kesulitan
dalam memberikan formulasi yang tepat Ta m p a k n y a , I L C m e n c o b a
mengenai pengertian jus cogens. Hal ini memberikan ruang bagi penafsiran atas
disampaikan dalam laporan ILC sebagai jus cogens. ILC khawatir jika norma-
berikut.55 norma jus cogens tidak mampu untuk
mengakomodasi perubahan-perubahan
“The formulation of the article
yang terjadi di masa yang akan datang
is not free from difficulty, since
jika norma-norma yang mempunyai sifat
there is no simple criterion by
sebagai jus cogens diatur secara rigid.
which to identify a general rule
Padahal, penentuan ruang dan batasan
of international law as having the
jus cogens itu sangat diperlukan, sebab
tidak adanya hal tersebut dikhawatirkan
54
Sugeng Istanto, 2014, Hukum Internasional,
Cetakan kelima, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, akan digunakan oleh satu pihak untuk
hlm. 103. tidak menjalankan kewajibannya.
55
United Nations, 1966, Documents of the Second
Part of the Seventeenth Session and of the
Eighteenth Session including the Reports of the 56
Virgayani Fattah, “Hak Asasi Manusia sebagai
Commission to the General Assembly: Year Book Jus Cogens dan Kaitannya dengan Hak atas
of the International Law Commission Volume II, Pendidikan”, Yuridika, Volume 32, Nomor 2, Mei,
United Nations, New York, hlm. 247-248. 2017, hlm. 357.

83
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

Selama Konferensi Wina berlangsung, Kedua, dengan adanya interpretasi atas


salah satu delegasi Perancis, M. Hubert, jus cogens membuka peluang akan
menyatakan permasalahan yang dapat adanya konflik antara instrumen hukum
dit imbu l kan dengan di adopsinya dan hubungan internasional. Ketiga,
konsep jus cogens. Secara khusus, dikarenakan mayoritas negara dapat
Hubert menunjukkan hal-hal berikut menciptakan jus cogens,akibatnya
ini sebagaimana yang dikutip oleh Rafael menjadi tidak terkontrol. Jika melihat
Nieto-Navin. permasalahan yang dikemukakan oleh
“1. He expressed a general concern Hubert, sebenarnya yang merupakan
that the article was imprecise as inti permasalahannya ialah bagaimana
to scope, formation and effect. menentukan suatu norma itu memiliki
He stated that “it declared sifat sebagai jus cogens. Kalau hal ini
void…an entire category of sudah jelas posisinya, maka permasalahan
treaties but failed to specify kedua dan ketiga dapat dicegah, karena
what treaties they were, what ada batasan-batasan tertentu.
were the norms whereby they Dhokalia 58 , sebagaimana dikutip
would be voided, or how those oleh Budiono Kusumohamidj oj o,
norms would be determined. menyampaikan kritiknya terhadap
2. He stated that imprecision produk dari ILC dan Konferensi Wina
in the article would mean itu sebagai berikut
that disputes would become “ the article relating to jus cogens
a permanent feature in its could be rendered more precise,
interpretation and as a result had there been any understanding
both legal instruments and about the fundamental rules of
international relations would international law universally
be undermined. recognized by inter national
3. He stated that if the article community.”
was interpreted to mean that a Diakuinya bahwa jus cogens
majority of States could create merupakan suatu langkah pengembangan
rules of jus cogens then the hukum, namun hal tersebut – apabila
result would be the creation disertai dengan ketidakjelasan – akan
of a source of international membuka peluang penyalahgunaan.
law subject to no control and Solusi yang ditawarkan oleh Dhokalia
lacking all responsibility.” 57 yaitu sebagai berikut.59
Dari pernyataan tersebut ada tiga hal “In fact jus cogens is a general
yang menjadi kekhawatiran dari Hubert concept of law which does not
yaitu pertama mengenai bagaimana need to be defined especially in
menentukan norma jus cogens itu sendiri.
58
Budiono Kusumohamidjojo, Op. Cit., hlm. 47.
57
Rafael Nieto-Navin, Op. Cit., hlm. 9. 59
Ibid.

84
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

connection with the law of treaties, akan mengacu pada ruang lingkup
and perhaps an effort to codify peraturan hukum internasional. Dengan
international jus cogens separately kata lain, tidak disebutkan secara
might prove more fruitful if a spesifik sumber hukum internasional
consensus at the universal level is yang dimaksud. Dalam hal ini, tentu
possible to emerge.” perjanjian internasional bukanlah
Meskipun demikian, tampaknya peraturan yang menghasilkan peraturan
saran dari Dhokalia tidak mendapatkan hukum internasional umum karena
tanggapan yang berarti dari praktek perjanjian hanya dapat menghasilkan
hukum internasional. Untuk menjawab peraturan yang mengikat pihak-pihak
persoalan tersebut, Kyoji Kawasaki, yang mengadakan perjanjian. Kemudian
P r o f e s o r Hu k u m I n t e r n a s i o n a l mengenai prinsip-prinsip hukum umum
di Hitotsubashi University, dalam (general principles of law) berdasarkan
tulisannya yang berjudul A Brief Note Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional,
on The Legal Effect of Jus Cogens in walaupun diakui secara intrinsik terbatas
International Law, mengemukakan dalam hal penerimaan, nampaknya
bahwa dari ketentuan Pasal 53 Konvensi juga tidak menciptakan peraturan
Wina paling tidak memperlihatkan tiga hukum internasional umum dengan
karakteristik dari norma jus cogens, yaitu. sifat peremptory. Dengan demikian,
hukum kebiasaan internasional adalah
a. Jus cogens merupakan general
satu-satunya kandidat yang tersisa yang
international law;
dapat menciptakan peraturan hukum
b. Jus cogens merupakan norma internasional umum dengan karakter
yang diterima dan diakui oleh yang bersifat peremptory.61
negara-negara sebagai masyarakat
Poin kedua adalah norma yang
internasional secara keseluruhan
diterima dan diakui oleh masyarakat
di mana norma tersebut tidak
internasional dari negara-negara secara
dapat disimpangi;
kes elur u han s eb agai nor ma yang
c. Jika ada perjanjian internasional darinya tidak dapat disimpangi. Hukum
yang bertentangan dengan jus kebiasaan internasional dipahami
cogens maka perjanjian tersebut sebagai aturan-aturan yang timbul dari
batal.60 praktik negara-negara yang disertai
Berkaitan dengan poin pertama, dengan kesadaran hati nurani bahwa
Kawasaki mengatakan bahwa jika kebiasaan tersebut sudah seharusnya
ungkapan general international law dilakukan, atau dengan kata lain adanya
mengandung pengertian sesuatu yang opinio juris. Hal tersebut juga ditunjukan
mengikat seluruh negara, maka hanya dalam putusan Mahkamah Internasional
dalam kasus Landas Kontinental Laut
60
Kyoji Kawasaki, “A Brief Note on The Legal Effect
of Jus Cogens in International Law”, Hitotsubashi Utara pada tahun 1969 yang pada intinya
Journal of Law and Politics, Volume 34, Nomor 2,
2006, hlm. 29. 61
Ibid.

85
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

menyatakan bahwa bersifat double opinio juris.64


“One canalso say that State Mengenai poin ketiga, mengenai
practice should be both extensive batalnya atau tidak sah suatu perjanjian
and uniform and should moreover internasional jika berhadapan
occur in such a way as to show dengan jus cogens tentu akan berbeda
a general recognition that a dibandingkan dengan alasan-alasan
rule of law or legal obligation is lain yang menyebabkan batalnya suatu
involved.”62 perjanjian. Secara umum, ada dua
Bila dibandingkan dengan pertimbangan berbeda yang mengarah
pembentukan hukum kebiasaan pada ketidakabsahan suatu perjanjian
internasional yang mensyaratkan praktek yaitu pertama dalam hal error atau
umum yang diterima sebagai hukum, Pasal corruption yang dipertimbangkan dalam
53 Konvensi Wina memberikan kriteria Pasal 48 dan 50 Konvensi Wina 1969;
bahwa normajus cogens terbentuk apabila kedua dalam hal jus cogens. Mengenai
norma tersebut diterima dan diakui oleh hal pertama, para pihak dapat meminta
masyarakat internasional, khususnya untuk membatalkan perjanjiannya
negara secara keseluruhan dalam lingkup dan menolak untuk terikat dengan
masyarakat internasional. Persyaratan perjanjian tersebut. Jadi dalam kasus
pembentukan jus cogens ini lebih tinggi ini, satu pihak dapat bersikeras bahwa
daripada kriteria pembentukan hukum persetujuan yang dibuat tidak benar.
kebiasaan internasional karena dalam Hal ini berkaitan dengan aspek sumber
hukum kebiasaan internasional hanya formal dari perjanjian karena berkaitan
diperlukan persetujuan praktek umum dengan ketidakabsahan persetujuan
dari mayoritas negara. Hal ini dapat salah satu pihak yang mengadakan
dipahami sebab dalam hukum kebiasaan perjanjian.65
internasional masih memungkinkan Berbeda halnya dengan perjanjian
adanya negara yang menolak praktek i nt e r n a s i o n a l y a n g b at a l k a r e n a
kebiasaan internasional yang ada. Hal bertentangan dengan jus cogens. Dalam
ini sering disebut sebagai persistent kasus jus cogens, di sini tidak terletak
objector. Bagi jus cogens yang karena pada persoalan apakah persetujuan yang
karakteristiknya bersifat memaksa dan diberikan oleh para pihak itu benar atau
non-derogable, maka tidak dimungkinkan tidak, melainkan melihat pada isi dari
sama sekali adanya persistent objector.63 perjanjian internasional tersebut, yaitu
Itulah sebabnya ada yang menyebut pernyataan normatif yang terkandung
bahwa opinio juris yang berlaku pada di dalamnya. Yang bertentangan dengan
hukum kebiasaan internasional harus
berlaku juga pada jus cogens tetapi 64
A.A.A. Nanda Saraswati, “Kriteria untuk
Menentukan Hak Asasi Manusia sebagai Jus
62
Ibid., hlm. 30. Cogens dalam Hukum Internasional”, Arena
63
Hugh Thirlway,2015,The Source of International Hukum, Volume 10, Nomor 2, Agustus, 2017, hlm.
Law: Foundation of Public International Law, 165.
Oxford University Press,London, hlm. 159. 65
Kyoji Kawasaki, Op. Cit., hlm. 30.

86
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

jus cogens bukanlah perjanjian itu adalah kaidah hukum internasional yang
sendiri sebagai sebuah bentuk, tapi bersifat umum. Ada dua cara mengenai
isi dari perjanjian tersebut. Selain itu, pengakuan ini, yaitu secara implisit dan
berbeda dengan tipe pertama terkait eksplisit. Secara implisit artinya bahwa
ketidakabsahan perjanjian, perjanjian kaidah hukum tersebut dianggap ada
yang bertentangan dengan jus cogens apabila kaidah hukumnya memang telah
akan batal demi hukum dan tidak dapat dibentuk oleh negara-negara secara
diselesaikan dengan persetujuan.66 global. Sedangkan secara eksplisit lebih
Merujuk pada ketentuan Pasal 53 banyak dituangkan dalam perjanjian.
Konvensi Wina 1969, sebenarnya tolak Kedua, kaidah hukum tersebut bersifat
ukur untuk mengidentifikasi norma jus memaksa. Jadi jus cogens diwujudkan
cogens telah disebutkan pada rumusan melalui persetujuan atas sifat umum
pasal tersebut, yaitu pertama, norma itu dan memaksa dari suatu kaidah hukum
harus diakui dan diterima, dan kedua internasional. Hal inilah yang disebut
pengakuan dan penerimaan norma syarat double consent.68
tersebut secara universal. Persyaratan- b. Syarat Universalitas
persyaratan tersebut adalah sebagai S a l a h s atu p e rs y ar at an u ntu k
berikut. mengidentifikasi norma jus cogens ialah
a. Syarat Double Consent bahwa norma tersebut harus diakui dan
Untuk menjelaskan syarat ini, perlu dinyatakan sebagai jus cogens secara
merujuk pada Pasal 53 Konvensi Wina keseluruhan. Hal ini berangkat dari
1969, khususnya yang menyatakan kata “as a whole” yang tercantum dalam
bahwa ketentuan Pasal 53 Konvensi Wina
“[…] a peremptory norm of 1969. Kalau melihat sepintas ketentuan
general international law is a tersebut, akan muncul pemikiran bahwa
norm accepted and recognized by norma yang hendak diakui sebagai
the international community of
states as a whole […]”. jus cogens harus merupakan norma
yang diterima dan diakui oleh semua
Dalam kalimat ini jus cogens diartikan negara tanpa terkecuali. Jika bersandar
sebagai kaidah hukum internasional pada pemikiran tersebut akan sangat
umum yang memaksa dan diterima serta beresiko bagi proses penetapan jus
diakui oleh masyarakat internasional cogens, sebab ketika ketentuan tersebut
secara keseluruhan. Dengan demikian di veto oleh negara-negara tertentu maka
kaidah hukum yang dianggap sebagai kaidah tersebut tidak dapat memenuhi
jus cogens harus disetujui terlebih dahulu kualifikasinya sebagai jus cogens.69
oleh negara-negara.67
Untuk menghindari hal tersebut
Persetujuan itu meliputi, pertama, di atas, maka perkataan “as a whole”
pengakuan bahwa kaidah hukum tersebut tidak diartikan secara harafiah, karena
66
Ibid. 68
Ibid.
67
F. A Whisnu Suteni, Op. Cit., hlm. 107 69
F. A Whisnu Suteni, Op. Cit., hlm. 108.

87
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

perkataan tersebut mempunyai maksud melainkan sifat khusus dari permasalahan


atau arti tertentu. Menurut ILC, kata “as yang diatur di dalamnya yang dapat
a whole” sudah cukup dipenuhi dengan menentukan demikian. 72 Pertanyaan
adanya suara mayoritas yang sangat yang muncul berikutnya adalah muatan
besar, sehingga meskipun ada yang materi seperti apa yang menentukan jus
menentang norma tersebut sebagai jus cogens.
cogens,tidak menjadi suatu persoalan Muatan materi suatu peraturan jus
sebab yang dilihat banyaknya negara cogens atau persoalan yang diaturnya
yang mengakui dan menyatakan norma har us memiliki ar ti p enting atau
itu sebagai jus cogens.70 Dengan demikian bahkan fundamental dalam menjaga
dapat dikatakan bahwa jus cogens harus international order. Sebagai contoh,
diakui oleh negara-negara secara near beberapa pendapat yang dikemukakan
universal.71 oleh para utusan negara-negara dalam
Pada prinsipnya penentuan Konferensi Wina tentang Perjanjian
suatu norma sebagai jus cogens akan Inte r nas i ona l. Pe r utus an Me x i c o
dikembalikan pada kehendak negara- memberikan tanggapannya bahwa jus
negara yang ada dengan memperhatikan cogens merupakan peraturan-peraturan
tolak ukur yang tercantum dalam yang diambil dari prinsip-prinsip, yang
Pasal 53 Konvensi Wina 1969. Tetapi menurut hati nurani manusia dianggap
penentuan tersebut tidak dilakukan sebagai sesuatu yang esensial, bagi
secara sembarangan, melainkan penuh suatu ko-eksistensi di dalam masyarakat
pertimbangan. Pertimbangan yang internasional. 73 Senada dengan hal
dimaksud ialah dengan memperhatikan tersebut, perutusan Irak menyatakan
substansi atau muatan materi dari norma bahwa perjanjian internasional yang
tersebut. Hal inilah yang kemudian dibuat oleh negara-negara tidak dapat
menjadi salah satu persyaratan tambahan mengesampingkan norma-norma yang
untuk melengkapi kedua persyaratan di lebih tinggi dan esensial bagi kehidupan
atas. masyarakat internasional.74 Sementara
Substansi dari suatu norma dalam perwakilan dari Siprus mengutarakan
hukum internasional memegang peranan pandangannya bahwa jus cogens adalah
penting dalam menentukan apakah hal hukum yang diperlukan, dan tidak
tersebut termasuk sebagai jus cogens atau dapat diubah oleh suatu perjanjian
tidak. Hal ini juga pernah disampaikan internasional manapun yang dibuat oleh
oleh ILC bahwa bentuk suatu peraturan negara-negara.75
umum hukum internasional bukanlah Penting atau fundamentalnya suatu
hal yang utama untuk memberi predikat aturan tidak berarti mempunyai tidak
bagi norma tersebut sebagai jus cogens,
72
General Assembly official Record, Twenty-First
70
Lihat UN.DOC.A/Conf.39/11, Ibid.,hlm. 472. Session, Suppl. 9/A.
71
F. A Whisnu Suteni, Op. Cit., hlm. 109.
73
UN.Doc.A/Conf. 39/11, hlm. 294.
74
Ibid.,hlm. 296.
75
Ibid.,hlm. 305.

88
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

dapat ditentang (dalam hal ini merujuk internasional, sebagaimana dikemukakan


konsep jus cogens). Suatu aturan mungkin oleh Alfred Verdrosssebagai berikut.77
saja dianggap penting atau fundamental, “The criterion for these rules (rules
namun pada saat yang sama tidak having the character of jus cogens)
diterima negara-negara sebagai norma consists in the fact that they do
yang tidak dapat ditentang. Dalam kasus not exist to satisfy the needs of the
United States Diplomatic and Consular individual states but the higher
Staff in Tehran, ICJ menyebutkan bahwa interest of the whole international
peraturan-peraturan internasional di community.”
bidang hukum diplomatik, inter alia,
S ehubungan dengan p end ap at
sebagai peraturan-peraturan yang bersifat
Ve rd ro s s d a l a m Ye ar b o o k o f t h e
fundamental, namun ICJ sama sekali
International Law Commission Vol. I
tidak mengkualifikasikan peraturan-
dijelaskan bahwa selama pembahasan
peraturan tersebut sebagai jus cogens.76
mengenai konsep jus cogens di ILC,
“[…] the conflict between the beberapa anggota berusaha untuk
conduct of the Iranian State and menemukan kriteria yang tepat bagi
its obligations under the whole suatu norma untuk dapat diakui sebagai
corpus of the international rules jus cogens. Anggota-anggota tersebut
of which diplomatic and consular pada prinsipnya setuju bahwa aturan
law is comprised, rules the jus cogens ada atau diciptakan untuk
fundamental character of which kepentingan masyarakat internasional
the Court must here again strongly secara umum (interest of the whole
affirm. In its Order of 15 December international community).78 Hal tersebut
1979, the Court made a point of dapat dilihat dari pendapat beberapa
stressing that the obligations laid anggota tersebut sebagai berikut.
on States by the two Vienna
Conventions are of cardinal 1) M r. Mu s t a f a Ya s s e e n ( I r a q ) ,
importance for the maintenance menyatakan pendapatnya sebagai
of good relations between States berikut.
in the interdependent world of “[…] the only possible criterion
today.” (cetak tebal oleh penulis) was the substance of the rule;
to have the character of jus
Saat ini, jawaban ideal dari pertanyaan
cogens, a rule of international
mengenai muatan materi seperti apa yang
law must not only be accepted
menentukan jus cogens adalah norma
by a large number of States, but
yang diciptakan untuk memenuhi dan/
must also be found necessary
atau melindungi kepentingan masyarakat
to international life and deeply
76
Case Concerning United States Diplomatic and
Consular Staff in Tehran (United States of America 77
Alfred Verdross, Op. Cit. hlm. 58.
v. Iran); Order, 12 V 81, International Court of 78
Ibid.,hlm. 57.
Justice (ICJ), 12 May 1981, Paragraf 91.

89
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

rooted in the international 4) Mr. Grigory I. Tunkin (Union of Soviet


conscience.” 79(cetak tebal oleh Socialist Republics) menyampaikan
penulis) pandangannya sebagai berikut.82
2) M r. R a d h a b i n o d P a l ( I n d i a ) “The fact that some generally
mengatakan bahwa tidak dapat recognized principles possessed
diragukan lagi bahwa sekarang ini the character of jus cogens was
international order itu ada dan bahwa an innovation brought about
prinsip-prinsip tertentu dari hukum by historical changes and by
internasional memiliki karakter jus the fact that certain aspects of
cogens. Atau dengan kata lain Mr. Pal relations between States — even
mengakui bahwa jus cogens adalah purely bilateral ones, but first
international public order.80 and foremost those relating to
the maintenance of peace — had
3) Menurut Mr. Manfred Lachs (Poland),
become of interest to all. If the
terdapat dua kecenderungan
existence of jus cogens rules were
yang berkembang dalam praktik
admitted, it followed that a treaty
negara-negara pada saat itu (1963).
infringing such rules must be
Di satu sisi terjadi peningkatan
regarded as void.” (cetak tebal
jumlah perjanjian internasional yang
oleh penulis)
disepakati diantara negara-negara,
dan disisi lain semakin banyak 5) M r. S h a b t a i R o s e n n e ( Is ra e l )
prinsip-prinsip umum yang menjadi berpandangan sebagai berikut.83
bagian yang tidak terpisahkan dari “The concept of jus cogens had
jus cogens. Lebih lanjut Mr. Lachs existed in international law for a
menyampaikan pendapatnya bahwa.81 long time, even if in inchoate form.
“ [ … ] a g row ing numbe r of There were, however, profound
general principles that were differences of opinion as to the
becoming part[…]of jus cogens reasons for its existence and the
[…]constituting a limitation on foundations on which it rested;
the freedom of States in drafting some based it on positive law,
treaty provisions if they were to others on natural law, while yet
comply with such binding rules others attributed to it a higher
and to respect the interests not or even divine origin. But on one
only of third parties, but of the point there was general agreement
international community as a — namely, that the concept of jus
whole.”(cetak tebal oleh penulis) cogens expressed some higher
social need.”(cetak tebal oleh
79
United Nations, 1964, Yearbook of the
International Law Commission 1963 (Volume 1:
penulis)
Summary Records of the Fifteenth Session), United
Nations, New York, hlm. 63
80
Ibid., hlm. 65. 82
Ibid.,hlm. 69.
81
Ibid.,hlm. 68. 83
Ibid.,hlm. 73.

90
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

6) Mr. Milan B ar tos (Yugoslav ia) telah memenuhi persyaratan sebagai jus
dan Mr. Antonio de Luna (Spain) cogens.85 Hal ini dapat dibuktikan dengan
me ng at a k an b a hw a ju s co g e n s adanya pengakuan dan penerimaan
merupakan “minimum of rules of oleh masyarakat internasional, baik
conduct necessary to make orderly melalui praktek antar negara86 maupun
international relations possible”.84 dilembagakan dalam beberapa perangkat
M r. d e L u n a s e c a r a l e n g k a p hukum internasional Konvensi tentang
menyampaikan pendapatnya melalui Status Pengungsi Internasional 1933,
Mr. Bartos sebagai berikut. khususnya Pasal 3; Konvensi Jenewa IV
“He (Mr. de Luna) was convinced 1949 tentang Perlindungan Penduduk
that the international public order Sipil, terutama Pasal 44 dan 45;Konvensi
was merely the superstructure menentang Penyiksaan, dan Perlakuan
of the international community atau Penghukuman Lain yang Kejam,
which resulted from the evolution Tidak Manusiawi dan Merendahkan
of international society. It was Martabat Manusia, khususnya Pasal 3;
the minimum of rules of conduct dan Dekarasi tentang Suaka Teritorial,
n e c e s s ar y t o m a k e o rd e r l y terutama Pasal 3, sebagaimana diadopsi
international relations possible.” oleh Majelis Umum PBB lewat Resolusi
Majelis Umum PBB Nomor 2312 (XXII)
Menurut hemat penulis, suatu norma
tertanggal 14 Desember 1967.
yang diakui sebagai jus cogens tidak
hanya mengandalkan adanya pengakuan Penga ku an d an p ener imaan
dan penerimaan oleh mayoritas negara, tersebut juga dilandasi oleh pemikiran
melainkan juga melihat apakah norma bahwa pada dasarnya non-refoulement
tersebut mendukung keberlangsungan berkaitan dengan perlindungan
ketertiban diantara negara dalam individu dari penyiksaan, hukuman
kerangka hubungan internasional. yang kejam, maupun tindakan lainnya
Dengan demikian persyaratan double yang dapat merendahkan martabat
consent, universalitas, dan substansi seseorang.87 Norma ini juga memberikan
norma tersebut harus dilihat sebagai perlindungan terhadap individu atas
persyaratan yang sifatnya kumulatif. tindakan perbudakan, dan diskriminasi
Semua ukuran itu perlu dipenuhi terlebih rasial yang mungkin saja mereka alami.
dahulu untuk menyatakan suatu norma Perlindungan ini diberikan kepada
sebagai jus cogens. semua individu tanpa terkecuali, dan
tidak ada maksud untuk dinikmati oleh
Adanya larangan untuk
atau mendukung kepentingan kelompok,
mengembalikan pengungsi ke wilayah di
atau golongan tertentu.88
mana hidup dan kebebasannya terancam
(non-refoulement) sebagaimana dimaksud 85
Lihat Executive Committee Conclusion No. 25
dalam Pasal 33 Konvensi Jenewa 1951 (XXXIII) tertanggal 20 Oktober 1982.
86
Jean Allain, Op. Cit., hlm. 338.
merupakan salah satu contoh norma yang 87
Sigit Riyanto, Op. Cit., hlm. 732.
88
Lihat Resolusi Majelis Umum PBB 51/75, dan
84
Ibid., hlm. 72, 76-77. Resolusi Majelis Umum PBB 52/132.

91
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

Sepintas tampaknya permasalahan fungsi spesifik dari norma itu, atau


mengenai jus cogens telah selesai. negara tersebut dengan tegas menolak
Namun hal tersebut membawa kita pada keberadaan norma yang diakui sebagai
persoalan lainnya yang masih terkait. jus cogens.91
Ungkapan “diakui” yang dinyatakan oleh Ulrich Scheuner tampaknya setuju
masyarakat internasional sebagai negara dengan pandangan kelompok ini, sebab
secara keseluruhan akan membawa menurutnya peraturan-peraturan jus
konsekuensi yang cukup besar. Hal cogens adalah norma-norma hukum
tersebut tidak hanya menentukan i nt e r n a s i on a l y a n g m e n c ipt a k a n
bagaimana jus cogens itu terbentuk, kewajiban-kewajiban pada negara-negara
tetapi terhadap negara mana norma tanpa bergantung kepada persetujuan
tersebut mengikat. mereka.92 Hal senada juga dikemukakan
Mengenai hal yang tersebut di oleh Rozakis sebagaimana dikutip oleh
atas, terdapat perbedaan pendapat van Hoof sebagai berikut.93
diantara para ahli hukum internasional. “Praduga atas sifat tidak dapat
Sebenarnya perbedaan pendapat ini telah ditentang dari sesuatu peraturan
berlansgung selama Konferensi Wina, ini tidak dapat dibantah. Sebab
khususnya pada pembahasan mengenai jika dapat dibantah, kita harus
hukum perjanjian internasional. 89 mengakui bahwa dua negara
Paling tidak ada dua pandangan yang atau lebih, atau sekelompok
memberikan pendapatnya mengenai negara yang menolak eksistensi
validitas dari jus cogens. norma jus cogens adalah bebas
Pandangan pertama atau yang disebut untuk melepaskan diri dari
kelompok konstitusional. Para sarjana ikatan peraturan tersebut dan
di kelompok ini berpandangan bahwa menciptakan rejim hukum yang
meskipun norma jus cogens dibentuk berlawanan.”
atau diciptakan hanya dengan opinion Pendapat dari kelompok
juris cogentis dari sebagian besar negara, konstitusional di atas dibantah oleh
norma ini tetap berlaku mengikat bagi pandangan kelompok kedua. Kelompok
seluruh negara.90 Jus cogens merupakan ini berpendapat bahwa pandangan
norma konstitusional yang ditujukan konstitusional telah mengabaikan salah
untuk memberikan struktur pada sistem satu ciri pokok masyarakat internasional.
hukum secara keseluruhan. Akibatnya Menurut mereka, keabsahan universal
suatu negara tidak dapat lagi melepaskan dari jus cogens tersebut bertentangan
diri dari ikatan peraturan yang bersifat
tidak dapat ditentang tersebut, meskipun 91
Ibid.,hlm. 327-328.
dapat dibuktikan bahwa tidak ada 92
Ulrich Scheuner, “Conflict of Treaty Provision
with a Peremptory Norm of General International
penerimaan dan pengakuan terhadap Law and Its Consequences”,Zeitschrift für
Auslándisches Offentliches Recht und Volkerrecht,
89
G. J. H Van Hoof, Op. Cit., hlm. 329. Volume 29, 1969, hlm. 30.
90
Ibid.,hlm. 328. 93
G. J. H Van Hoof, Op. Cit., hlm. 328.

92
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

d e n g a n s i f at k o n s e n s u a l hu k u m rancangan Pasal 50 Konvensi Wina 1969


internasional yang telah dipertegas oleh sehingga akan mengakibatkan norma
para peserta Konvensi Wina sebagaimana jus cogens tidak dapat diberlakukan
terlihat dalam Pasal 53 itu sendiri. Atas terhadap negara-negara yang dapat
pendapat mereka, kelompok ini dapat membuktikan bahwa ia tidak secara
disebut sebagai kelompok konsensual. terang-terangan menerima peraturan
Pada prinsipnya, perjanjian yang tersebut sebagai jus cogens. Namun
dibuat diantara para pihak mengikat sayangnya, amandemen tersebut tidak
pihak-pihak itu sendiri. Daya ikat secara resmi diajukan karena tidak
perjanjian adalah didasarkan atas banyak negara yang mendukungnya.
prinsip pacta sunt servanda. 94 Pasal Selain itu ada pertimbangan bahwa jika
26 Konvensi Wina 1969 menyatakan hal tersebut diajukan akanmemunculkan
bahwa tiap-tiap perjanjian yang berlaku amandemen-amandemen lainnya, dan
mengikat negara-negara pihak dan akan mengubah kompromi yang telah
harus dilaksanakan dengan itikad baik dicapai sebagaimana terkandung dalam
(good faith). Prinsip ini merupakan rancangan Pasal 50.96
dasar pokok hukum perjanjian dan telah Dari tinjauan di atas, dapat dilihat
diakui secara universal, bahkan sudah bahwa ada sejumlah argumentasi yang
menjadi bagian dari prinsip-prinsip dapat diberikan untuk memperjelas
hukum umum (genereal principles of validitas jus cogens. Penulis lebih
law), sebagaimana diatur dalam Pasal 26 condong kepada pandangan pertama
Konvensi Wina 1969. bahwa jus cogens mengikat seluruh
Jika mengacu pada prinsip dasar dari negara tanpa melihat keikutsertaannya
hukum perjanjian, dan dihubungkan dalam suatu perjanjian internasional.
dengan persoalan jus cogens, maka dapat Ad apu n arg u m e nt a s i y ang d ap at
dikatakan jus cogens hanya berlaku dikemukakan adalah pertama, ketentuan
mengikat bagi negara-negara yang bahwa perjanjian internasional yang
mengakui dan sepakat bahwa peraturan dibuat hanya mengikat para pihak dapat
itu merupakan normajus cogens. 95 dikecualikan dengan alasan bahwa
Mempertahankan argumentasi bahwa jus perjanjian tersebut mempunyai akibat
cogens diberlakukan bagi seluruh negara kepada negara ketiga tanpa persetujuan
tanpa kecuali akan bertentangan dengan mereka. Hal ini misalnya berkaitan dengan
pacta tertiis nec nocent nec prosunt yang aturan hukum kebiasaan internasional
diakui Konvensi Wina 1969 itu sendiri y ang su d a h d i a ku i, s e b ag ai m an a
(Pasal 34). diatur dalam Pasal 38 Konvensi Wina.
Sehubungan dengan hal tersebut Pengecualian lainnya diatur dalam
d i a t a s , d e l e g a s i Pe r a n c i s t e l a h Pasal 35 dan Pasal 36 Konvensi Wina
menyiapkan suatu amandemen terhadap 96
Olivier Deleau, “Les positions françaises à la
Conférence de Vienne sur le droit des traits”,
94
Boer Mauna, Op. Cit., hlm. 135. Annuaire français de droit International, Volume
95
G. J. H Van Hoof, Op. Cit., hlm. 329. 15, Nomor 1, 1969, hlm. 19.

93
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

yaitu perjanjian yang memberikan hak- Inter-American Commission on Human


hak kepada negara ketiga, Perjanjian Rights, yang menyatakan bahwa
yang dapat mempunyai akibat kepada “The concept of  jus cogens  is
negara ketiga atas persetujuan mereka. derived from a higher order of
Kaitannya dengan Jus cogens yaitu norms established in ancient
apabila terdapat perjanjian yang dibuat times and which cannot be
maupun tindakan yang dilakukan oleh contravened by the laws of man
negara yang tidak sesuai dengan jus or of nations. The norms of  jus
cogens, maka secara otomatis tindakan cogens  have been described
dan perjanjian tersebut batal atau tidak by public law specialists as
berdasarkan atas hukum. those which encompass public
Kedua, tujuan awal dimasukannya international order. These are
ketentuan jus cogens pada hakekatnya the rules that have been accepted,
ialah untuk menciptakan dan menjaga either explicitly in a treaty or tacitly
ketertiban dalam hukum internasional. by custom, as necessary to protect
Cara mewujudkannya yaitu dengan the public interest of the society
membatasi kehendak bebas negara of nations or to maintain levels
sesuai dengan fungsi dari jus cogens of public morality recognized by
itu sendiri. Jus cogens hadir dengan them.”98
maksud agar kepentingan masyarakat (cetak tebal oleh penulis)
internasional berada paling tinggi atas 98
Pada tanggal 19 Juli 1994, Inter-American
kepentingan negara-negara secara Commission on Human Rights menerima keluhan
yang menyatakan bahwa pada tanggal 13 Juli
individual. Ketiga, ketentuan jus cogens 1994, empat kapal milik negara Kuba yang
tidakakan mempunyai pengaruh sama dilengkapi dengan water hoses (selang air)
menyerang sebuah kapal penarik tua bernama
sekali apabila hal tersebut diterapkan 13 de Marzo yang berisi 72 penumpang di
secara terbatas, dan pada akhirnya tidak dalamnya. Penyerangan ini terjadi tujuh mil dari
lepas pantai Kuba, di seberang pelabuhan Havana,
sesuai dengan tujuan pembentukannya. ketika 72 warga negara Kuba tersebut hendak
meninggalkan pulai itu menuju Amerika Serikat.
Kemung kinan terbur uknya ialah, Kapal-kapal milik negara Kuba menyerang tug
negara-negara yang disebut sebagai kapal 13 de Marzo dengan haluan kapal mereka
dengan maksud untuk menenggelamkannya.
persistent objector97 sewaktu-waktu dapat Saat yang bersamaan, kapal-kapal tersebut juga
menciptakan rezim hukum tandingan. menyemprotkan air dengan bertekanan tinggi ke
semua orang yang berada di dek kapal, termasuk
Untuk mendukung argumentasi tersebut, wanita dan anak-anak. Akibat perbuatan tersebut,
p e nu l is a k an me ny aj i k an s ebu a h kapal 13 de Marzo tenggelam dengan korban 41
orang meninggal dunia, termasuk sepuluh anak
pandangan yang disampaikan oleh Inter- dibawah umur. Sedangkan 31 orang lainnya
American Commission on Human Rights selamat. Berkaitan dengan kasus tersebut,
Inter-American Commission on Human Rights
dalam kasus Victims of the Tugboat “13 memberikan pendapatnya mengenai hak untuk
de Marzo” v. Cuba mengenai jus cogens. hidup bahwa hak untuk hidup dipahami sebagai
hak dasar manusia yang dinyatakan dalam
Deklarasi Amerika dan dalam berbagai instrumen
97
Christian Reus-Smit (ed), The Politics of regional maupun internasionalmemiliki status
International Law, 2004. Terjemahan oleh Derta sebagai jus cogens.Victims of the Tugboat “13 de
Sri Widowatie, 2015, Politik Hukum Internasional, Marzo” v. Cuba, Cse 11.436, Report No. 47/96,
Nusa Media, Bandung, hlm. 177. Inter-Am.C.H.R.,OEA/Ser.L/V/II.95 Doc. 7 rev. at
127 (1997).

94
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

B erdasarkan pernyataan Inter- telah memenuhi kualifikasi sebagai jus


American Commission on Human Rights cogens akan secara langsung berlaku
di atas, yang perlu digarisbawahi ialah mengikat bagi semua negara tanpa
bahwa jus cogens memiliki kedudukan melihat keikutsertaannya dalam suatu
y a n g p e nt i n g u nt u k m e l i n d u n g i perjanjian internasional yang mengakui
kepentingan masyarakat internasional jus cogens tersebut. Hal ini disebabkan
secara keseluruhan atau untuk karena tujuan awal p emb entukan
mempertahankan tingkat moralitas jus cogens ialah semata-mata untuk
publik. Dengan demikian menjadi sangat menciptakan dan menjaga ketertiban
beralasan jika jus cogens dimaksudkan dalam tataran hukum internasional.
mengikat semua negara tanpa kecuali, Jika jus cogens hanya diterapkan secara
sebab kesewenang-wenangan untuk terbatas, maka esensi dari norma tersebut
membuat perjanjian internasional atau akan menjadi sia-sia.
tindakan yang dapat merugikan pihak
lain dapat saja terjadi.
Daftar Pustaka
C. Kesimpulan Buku
Jus cogens merupakan sebuah norma Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2003,
yang memiliki keutamaan dibandingkan Hukum Internasional Bunga Rampai,
dengan norma-norma lainnya. Norma Alumni, Bandung.
ini hadir untuk membatasi kehendak Dixon, Martin dan Robert
bebas negara-negara dalam bertindak – McCorquodale, 2003, Cases and
di dalam wilayah yuridiksinya – maupun Materials on International Law,
membuat suatu perjanjian internasional. Oxford University Press, New York.
Konsekuensinya, jika ada perjanjian Ev a n s , M a l c o l m D. ( e d . ) , 2 0 0 3 ,
internasional yang dibuat atau terdapat International Law, Oxford University
tindakan yang dilakukan suatu negara Press, New York.
dan bertentangan dengan jus cogens,
Harris, D.J, 2004, Cases and Materials
maka hal tersebut menjadi batal atau
on International Law, Sixth Edition,
tidak berdasar atas hukum. Untuk
Sweet & Maxwell, London.
menentukan suatu norma dalam hukum
internasional sebagai jus cogensharus Hoof, G. J. H. Van, 1983, Rethinking
memenuhi beberapa persyaratan yaitu the Sources of International Law,
syarat double consent, universalitas, dan Usselstein, Netherlands. Terjemahan
norma tersebut merupakan sesuatu yang oleh Hata, 2000, Pemikiran
bersifat fundamental, artinya norma Kembali Sumber-Sumber Hukum
ini dimaksudkan untuk melindungi Internasional, Yayasan Hak Asasi
kepentingan masyarakat internasional. Manusia, Demokrasi dan Supremasi
Persyaratan-persyaratan ini perlu Hukum, Bandung,
dipenuhi secara kumulatif. Norma yang

95
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

Hugh, Thirlway, 2015, The Source of Syahmin, A. K, 1985, Hukum Perjanjian


International Law: Foundation of Internasional menurut Konvensi
Public International Law, Oxford Wina 1969, Armico, Bandung.
University Press, London. Thontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar,
Is t ant o, Su ge ng , 2 0 1 4 , Hu kum 2 0 0 6 , Hu k u m In t e r n a s i o n a l
Internasional, Cetakan kelima, Kontemporer, Refika Aditama,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Bandung.
Yogyakarta. Wagiman dan Anasthasya Saartjie
Kusumohamidjojo, Budiono, 1986, Suatu Mandagi, 2016, Terminologi Hukum
Studi terhadap Aspek Operasional: Internasional, Sinar Grafika, Jakarta.
Konvensi Wina Tahun 1969 tentang
Hukum Perjanjian Internasional, Jurnal
Binacipta, Bandung. Allain, Jean, “The Jus Cogens Nature of
Likadja, Frans E, 1988, Desain Non-Refoulement”, International
In s t r u k s i o n a l D a s a r Hu k u m Journal of Refugee Law, Volume 13,
Internasional, Ghalia, Jakarta. Nomor 4, 2001.
Mauna, Boer, 2015, Hukum Internasional: Delbrueck, Jost, “International
Pengertian, Peranan dan Fungsi Protection of Human Rights and
dalam Era Dinamika Global, Edisi State Sovereignty”, Indiana Law
kedua, Alumni, Bandung. Journal, Volume 57, Issue 4, Article
Nieto-Navia, Rafael,2003, International 3, 1982.
Peremptory Norms (Jus Cogens) Deleau, Olivier, “Les positions françaises
and International Humanitarian à la Conférence de Vienne sur le
Law, Kluwer Law International, The droit des traits”, Annuaire français
Hague. de droit International, Volume 15,
O’Brien, John, 2001, International Law, Nomor 1, 1969.
Cavendish, London. Fattah, Virgayani, “Hak Asasi Manusia
Reus-Smit, Christian (ed), The Politics of sebagai Jus Cogens dan Kaitannya
International Law, 2004. Terjemahan dengan Hak atas Pendidikan”,
oleh Derta Sri Widowatie, 2015, Yuridika, Volume 32, Nomor 2,
Politik Hukum Internasional, Nusa Mei, 2017.
Media, Bandung. Held, David, “Law of States, Law of
Suryokusumo, Sumaryo, 2008, Hukum Peoples: Thee Models of Sovereignty”,
Perjanjian Internasional, Tatanusa, Legal Theory, Volume 8, Nomor 2,
Jakarta. 2002.
Suteni F. A Whisnu, 1989, Identifikasi Kawasaki, Kyoji, “A Brief Note on
dan Reformulasi Sumber-Sumber the Legal Effect of Jus Cogens in
Hukum Internasional, CV. Mandar International Law”, Hitotsubashi
Maju, Bandung.

96
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...

Journal of Law and Politics, Volume Reservations to the Convention on


34, Nomor 2, 2006. the Prevention and Punishment of
Magallona, Merlin M, “The Concept of the Crime of Genocide, International
Jus Cogens in the Vienna Convention Court of Justice, Den Haag.
on the Law of the Treaties”, Philippine International Court of Justice, 2002, Case
Law Journal, Volume 51, 1976. Concerning The Arrest Warrant of 11
Nahklik, S. E, “The Grounds of Invalidity April 2000 (Democratic Republic of
and Termination of Treaties”, the Congo v. Belgium), International
American Journal of International Court of Justice, Den Haag.
Law, Volume 65, Nomor 5, Oktober International Court of Justice, 1981, Case
1971. Concerning United States Diplomatic
Purwanto, Harry “Keberadaan Asas and Consular Staff in Tehran (United
Rebus Sic Stantibus dalam Perjanjian States of America v. Iran); Order,
Internasional”, Jurnal Opinio Juris, International Court of Justice (ICJ),
Volume 13, Mei-Agustus, 2013. Den Haag.
Riyanto, Sigit, “ The Refoulement United Nations, 1998, International
Principle and Its Relevance in the Tribunal for the Prosecution of Persons
International Law System”, Indonesia Responsible for Serious Violations of
Journal of International Law, Volume International Humanitarian Law
7, Nomor 4, Juli 2010. Committed in the Territory of the
Saraswati,A. A. A Nanda, “Kriteria untuk Former Yugoslavia since 1991 : Case
Menentukan Hak Asasi Manusia No. IT-95-17/1-T, United Nations,
sebagai Jus Cogens dalam Hukum Den Haag.
Internasional”, Arena Hukum, United Nations, 1966, Documents of
Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017. the Second Part of the Seventeenth
Scheuner, Ulrich, “Conflict of Treaty S ession and of the Eighteenth
Provision with a Peremptory Norm Session including the Reports of the
of General International Law and Commission to the General Assembly:
Its Consequences”,Zeitschrift für Year Book of the International Law
Auslándisches Offentliches Recht und Commission Volume II, United
Volkerrecht, Volume 29, 1967. Nations, New York.
Verdross,Alfred, “Jus Dispositivum and United Nations, 1964, Yearbook of the
Jus Cogens in International Law”, International Law Commission 1963
American Journal of International (Volume 1: Summary Records of the
Law, Volume 60, Nomor 1, 1966. Fifteenth Session), United Nations,
New York.
Dokumen General Assembly official Record,
International Court of Justice, 1951, Twenty-First Session, Suppl. 9/A.
Adv isor y O pinion Concer ning

97
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018

United Nations Document A/Conf. Kasus-Kasus Hukum


39/11. Prosecutor v. Furundzija, Judgment, Case
Un it e d Nat i on s D o c u m e nt A / No. IT-95-17/1-T, Trial Chamber, 10
Conf.39/1Add 1. Desember 1998.
Victims of the Tugboat “13 de Marzo” v.
Instrumen Internasional Cuba, Cse 11.436, Report No. 47/96,
Montevideo Convention on Rights and Inter-Am.C.H.R.,OEA/Ser.L/V/
Duties of States 1933. II.95 Doc. 7 rev. at 127 (1997).
Vienna Convention on the law of treaties
1969. Internet
Statute of the International Court of International Court of Justice, “Overview
Justice. of the Arrest Warrant of 11 April
United Nations Charter 1945. 2000 (Democratic Republic of the
Congo v. Belgium)”, http://www.
General Conclusion on International
icj-cij.org/en/case/121, diakses 16
Protection General Conclusion on
Juni 2018.
International Protection No. 25
(XXXIII) – 1982.
UN General Assembly,  Office of the
United Nations High Commissioner
for Refugees: resolution / adopted by
the General Assembly, 12 February
1997, A/RES/51/75.
UN General Assembly, Human Rights
and Mass Exoduses: resolution /
adopted by the General Assembly,
27 February 1998, A/RES/52/132.

98

Anda mungkin juga menyukai