Abstract
Jus cogens is a norm of international law which has been recognized and accepted by the
international community. However, the norm is still difficult to identify, since there is no
clear requirements to determine a norm as jus cogens. This weakness will be exploited by
certain countries to determine jus cogens in the opposing legal regime. In this regard, this
paper examines the requirements and validity of jus cogens based on international treaties,
the opinions of international jurists, and court decisions in certain cases.
In determining the qualification of a norm as jus cogens must meet three requirements
namely, double consent requirements; universality; and substance of the norm. When
a norm that has qualified as jus cogens can directly bind all countries regardless of its
participation in international treaties that recognize the norm of jus cogens. It is intended
to maintain order in the level of international law, in accordance with the original purpose
of the establishment of that norm.
Keywords: Jus cogens; international law;Vienna Convention 1969
Abstrak
Jus cogens adalah norma hukum internasional yang telah diakui dan diterima oleh
masyarakat internasional. Meskipun demikian, norma tersebut masih sulit untuk
diidentifikasi, karena tidak ada persyaratan yang jelas untuk menentukan suatu norma
sebagai jus cogens. Hal ini dikhawatirkan akan dimanfaatkan oleh negara-negara
tertentu untuk menentukan jus cogens dalam rezim hukum yang berlawanan. Berkaitan
dengan hal tersebut, tulisan ini mengkaji persyaratan dan validitas dari jus cogens
dengan berlandaskan pada perjanjian-perjanjian internasional, pendapat ahli hukum
internasional, maupun putusan hakim dalam kasus-kasus tertentu. Hasil dari penulisan
ini yaitu, pertama, dalam menentukan kualifikasi suatu norma sebagai jus cogens
harus memenuhi tiga persyaratan yaitu, persyaratan double consent, universalitas, dan
substansi dari norma tersebut. Kedua, suatu norma yang telah memenuhi syarat sebagai
1
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Alamat
korespondensi: hendro.luhulima@yahoo.co.idatau hendro.valence.l@mail.ugm.ac.id.
69
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
jus cogens dapat secara langsung mengikat semua negara tanpa mempertimbangkan
keikutsertaannya dalam perjanjian internasional yang mengakui norma jus cogens
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketertiban dalam tataran hukum
internasional, sesuai dengan tujuan awal pembentukan norma tersebut.
Kata Kunci: Jus cogens; hukum internasional; Konvensi Wina 1969
A. Pendahuluan
Perjanjian internasional dalam era eksistensi perjanjian internasional.3
kontemporer semakin kuat eksistensinya Perihal pelaksanaan suatu perjanjian
s e b a g a i i n s t r u m e n ut a m a d a l a m internasional, para pihak terikat dengan
pelaksanaan hubungan antar negara asas pacta sunt servanda sebagaimana
maupun organisasi internasional. tercantum dalam ketentuan Pasal 26
Hal ini dikarenakan fenomena saling Konvensi Wina 1969 tentang Hukum
ketergantungan pada era globalisasi ini Perjanjian Internasional. Asas ini
tidak dapat dihindari. Sejalan dengan menghendaki adanya pelaksanaan
hal tersebut, Boer Mauna menyatakan perjanjian internasional dengan itikad
pendapatnya bahwa.2 baik (good faith). 4 Konsekuensinya,
“Dalam dunia yang ditandai perjanjian tersebut mengikat para pihak
saling ketergantungan dewasa sebagai undang-undang, sehingga harus
ini, tidak ada satu negara yang
tidak mempunyai perjanjian dilaksanakandengan penuh rasa tanggung
dengan negara lain dan tidak jawab dan memperhatikan kepentingan
ada satu negara yang tidak diatur para pihak sebagaimana yang telah
oleh perjanjian dalam kehidupan
internasionalnya.” 3
John O’Brien mengemukakan beberapa prinsip
yang menjadi dasar dari adanya perjanjian
Melalui perjanjian internasional, internasional. Pertama, perjanjian internasional
negara dan organisasi internasional muncul diakibatkan oleh persetujuan. Kedua,
negara yang memberikan persetujuannya terikat
menetapkan dasar kerjasama untuk memberlakukannya sebagaimana yang
untuk mengatur berbagai hal dan diinginkan perjanjian internasional terhadap
pihak lain. Ketiga, dalam hal perjanjian
menyelesaikan permasalahan tertentu, internasional tersebut mengkodifikasi kebiasaan,
seperti di bidang Hak Asasi Manusia, maka para negara peserta terikat oleh perjanjian
internasional yang menurut prinsip-prinsip
dan ekonomi internasional. Intinya, umum. Keempat, dalam hal bukan negara
peserta, yang dimaksud oleh prinsip ketiga,
muatan materi yang diatur menyesuaikan maka perjanjian internasional tetap mengikat
kebutuhan dan kesepakatan para pihak. sebagai akibat dari kebiasaan. Kelima, perjanjian
internasional multilateral pada umumnya
Kesepakatan(consent) merupakan salah dibentuk di bawah International Law Commission
satu hal yang sangat penting dalam dengan tujuan untuk terciptanya pembentukan
hukum internasional yang progresif, yang
tentunya melibatkan kodifikasi atas hukum
2
Boer Mauna, 2005,Hukum Internasional: kebiasaan. John O’Brien,2001, International Law,
Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Cavendish, London, hlm. 80.
Dinamika Global, Edisi kedua, Alumni, Bandung, 4
Malcolm D. Evans (ed.), 2003,International Law,
hlm. 82. Oxford University Press, New York, hlm. 143.
70
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
71
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
72
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
73
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
74
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
sifat jus cogens. 19 Di sisi lain, ada melalui Interpol dan mengedarkannya
beberapa tokoh yang berpendapat ke semua negara, termasuk Republik
bahwa jus cogens adalah fakta dalam Kongo. Surat Perintah itu meminta
hukum internasional. Tokoh-tokoh negara untuk menangkap, menahan, dan
tersebut antara lain Verdross, Brierly, mengekstradisi Yerodia ke Belgia.Belgia
Lauterpacht, Milan Bartos, dan Gregorii menyatakan bahwa dirinya berwenang
Tunkin. Meskipun para ahli ini mengakui berdasarkan Yuridiksi Universal untuk
eksistensi jus cogens dalam hukum melakukan penangkapan atas Abdoulaye
internasional, namun tampaknya belum Yerodia Ndombasi. 21
ada kesepakatan mengenai isi dan Menanggapi tindakan Belgia tersebut,
penerapan dari jus cogens.20 pada tanggal 17 Oktober 2000, Republik
Bukan hanya perbedaan pendapat Kongo mengajukan tuntutan atas
diantara para ahli, pengakuan dan Belgia ke ICJ. Dalam tuntutan tersebut,
pengaplikasian jus cogens oleh Kongo berpendapat bahwa Belgia telah
pengadilan-pengadilan internasional melanggar prinsip persamaan kedaulatan
juga berbeda satu dengan yang lain. Di di antara negara-negara anggota PBB,
dalam putusan International Court of sebagaimana tercantum dalam Pasal
Justice (ICJ) atas kasus the Arrest Warrant 2 ayat (1) Piagam PBB, dan kekebalan
11 April 2000 antara Democratic Republic diplomatik Menteri Luar Negeri suatu
of the Congo v. Belgium(Kongo v. Belgia) Negara berdaulat, sebagaimana diakui
tertanggal 14 Februari 2002 masih oleh yurisprudensi Pengadilan dan sesuai
menggunakan jus cogens secara terbatas dengan Pasal 41 ayat (2) Konvensi Wina
dalam penyelesaian kasus tersebut. 1961 tentang Hubungan Diplomatik.22
Kasus Republik Kongo v. Belgia Perlu juga diketahui bahwa pada saat
bermula pada saat Belgia mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan dikeluarkan,
Surat Perintah Penangkapan secara in Yerodia masih menjabat sebagai Menteri
absentia terhadap Abdoulaye Yerodia Luar Negeri Republik Kongo, namun
Ndombasi tertanggal 11 April 2000 setelah tuntutan tersebut diajukan,
atas tuduhan pelanggaran Konvensi Yorodia berhenti dari jabatannya sebagai
Jenewa 1949 dan protokol tambahannya, Menteri Luar Negeri. Hal inilah yang
serta kejahatan kemanusiaan.Yerodia kemudian menjadi salah satu alasan dari
d itu du h mel a ku k an p e ng hasut an Belgia untuk mengajukan keberatannya
kebencian rasial lewat pidato-pidatonya dengan menyatakan bahwa Yerodia
kepada rakyat Kongo untuk menyerang bukan lagi Menteri Luar Negeri sehingga
penduduk Tutsi di Rwanda – yang 21
International Court of Justice, “Overview of the
mengakibatkan banyaknya korban Arrest Warrant of 11 April 2000 (Democratic
Republic of the Congo v. Belgium)”, http://www.
jiwa yang meninggal dunia. Belgia icj-cij.org/en/case/121, diakses16 Juni 2018.
22
International Court of Justice, 2002, Case
mengirim surat perintah penangkapan Concerning The Arrest Warrant of 11 April 2000
(Democratic Republic of the Congo v. Belgium),
19
G. J. H Van Hoof, Op. Cit., hlm. 317. International Court of Justice, Netherlands, hlm.
20
Budiono Kusumohamidjojo, Op. Cit., hlm. 46. 7.
75
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
dalam hal ini tidak ada lagi perselisihan ICJ menyatakan bahwa tidak ada
hukum yang terjadi antara Belgia dan pengecualian dalam hukum kebiasaan
Republik Kongo. Semua keberatan Belgia internasional yang dapat membatasi
berkaitan dengan yuridiksi pengadilan kekebalan mutlak seorang Menteri
ditolak oleh ICJ23, dan ICJ menyampaikan Luar Negeri saat ini. ICJ mendapatkan
kesimpulannya atas kasus tersebut kesimpulan ini tidak dengan
sebagai berikut.24 memperhitungkan normajus cogens
“The Court concludes from the terhadap kedaulatan.
foregoing that it has jurisdiction to ”It (the Court) has been unable
entertain the Congo’s Application, to deduce from this practice that
that the Application is not without there exists under customary
object and that accordingly the international law any form of
case is not moot and that the exception to the rule according
Application is admissible. Thus, immunity from criminal
the Court now turns to the merits jurisdiction and inviolability to
of the case.” incumbent Ministers of Foreign
S e hu bu ng an d e ng an tu ntut an Affairs, when they are suspected
R e p u b l i k Ko n g o u nt u k m e n g u j i of having committed war crimes
keabsahan Surat Perintah Penangkapan or crimes against humanity […]
tertanggal 11 April 2000, ICJ menyatakan The Court has also examined the
bahwa Penerbitan dan peredaran Surat rules concerning the immunity
Perintah Penangkapan melanggar or criminal responsibility of
kewajiban internasional Belgia terhadap p e r s o n s h av i n g an o f f i c i a l
Kongo. Belgia gagal menghormati dan capacity contained in the legal
melanggar, kekebalan dan keistimewaan instruments creating international
yang dinikmati oleh Yerodia di bawah criminal tribunals, and which are
hukum internasional. 25 ICJ menolak specifically applicable […] It finds
pendapat Belgia bahwa Menteri tidak that these rules likewise do not
menikmati kekebalan karena dia dituduh enable it to conclude that any such
telah melakukan kejahatan perang an exception exists in customary
atau kejahatan terhadap kemanusiaan. international law in regard to
Argumentasi Belgia ini di dasarkan national courts.”26
pada Kasus Pinochet (diputuskan oleh Berbeda dengan ICJ, International
House of Lords, UK), Kasus Qaddafi Criminal Tribunal for the Former
(diputuskan oleh Pengadilan Kasasi Yugoslavia (ICTY) dalam Kasus Posecutor
Prancis) dan Statuta Pengadilan Pidana v. Anto Furundžija secara tegas mengakui
Internasional dan Tribunal. eksistensi jus cogens dan menerapkannya
untuk menyeles ai kan kasus Anto
23
Ibid., hlm. 12-18.
24
Ibid.,hlm. 20.
25
Ibid., hlm. 32. 26
Ibid., hlm. 25.
76
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
77
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
78
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
79
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
80
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
81
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
82
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
83
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
84
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
connection with the law of treaties, akan mengacu pada ruang lingkup
and perhaps an effort to codify peraturan hukum internasional. Dengan
international jus cogens separately kata lain, tidak disebutkan secara
might prove more fruitful if a spesifik sumber hukum internasional
consensus at the universal level is yang dimaksud. Dalam hal ini, tentu
possible to emerge.” perjanjian internasional bukanlah
Meskipun demikian, tampaknya peraturan yang menghasilkan peraturan
saran dari Dhokalia tidak mendapatkan hukum internasional umum karena
tanggapan yang berarti dari praktek perjanjian hanya dapat menghasilkan
hukum internasional. Untuk menjawab peraturan yang mengikat pihak-pihak
persoalan tersebut, Kyoji Kawasaki, yang mengadakan perjanjian. Kemudian
P r o f e s o r Hu k u m I n t e r n a s i o n a l mengenai prinsip-prinsip hukum umum
di Hitotsubashi University, dalam (general principles of law) berdasarkan
tulisannya yang berjudul A Brief Note Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional,
on The Legal Effect of Jus Cogens in walaupun diakui secara intrinsik terbatas
International Law, mengemukakan dalam hal penerimaan, nampaknya
bahwa dari ketentuan Pasal 53 Konvensi juga tidak menciptakan peraturan
Wina paling tidak memperlihatkan tiga hukum internasional umum dengan
karakteristik dari norma jus cogens, yaitu. sifat peremptory. Dengan demikian,
hukum kebiasaan internasional adalah
a. Jus cogens merupakan general
satu-satunya kandidat yang tersisa yang
international law;
dapat menciptakan peraturan hukum
b. Jus cogens merupakan norma internasional umum dengan karakter
yang diterima dan diakui oleh yang bersifat peremptory.61
negara-negara sebagai masyarakat
Poin kedua adalah norma yang
internasional secara keseluruhan
diterima dan diakui oleh masyarakat
di mana norma tersebut tidak
internasional dari negara-negara secara
dapat disimpangi;
kes elur u han s eb agai nor ma yang
c. Jika ada perjanjian internasional darinya tidak dapat disimpangi. Hukum
yang bertentangan dengan jus kebiasaan internasional dipahami
cogens maka perjanjian tersebut sebagai aturan-aturan yang timbul dari
batal.60 praktik negara-negara yang disertai
Berkaitan dengan poin pertama, dengan kesadaran hati nurani bahwa
Kawasaki mengatakan bahwa jika kebiasaan tersebut sudah seharusnya
ungkapan general international law dilakukan, atau dengan kata lain adanya
mengandung pengertian sesuatu yang opinio juris. Hal tersebut juga ditunjukan
mengikat seluruh negara, maka hanya dalam putusan Mahkamah Internasional
dalam kasus Landas Kontinental Laut
60
Kyoji Kawasaki, “A Brief Note on The Legal Effect
of Jus Cogens in International Law”, Hitotsubashi Utara pada tahun 1969 yang pada intinya
Journal of Law and Politics, Volume 34, Nomor 2,
2006, hlm. 29. 61
Ibid.
85
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
86
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
jus cogens bukanlah perjanjian itu adalah kaidah hukum internasional yang
sendiri sebagai sebuah bentuk, tapi bersifat umum. Ada dua cara mengenai
isi dari perjanjian tersebut. Selain itu, pengakuan ini, yaitu secara implisit dan
berbeda dengan tipe pertama terkait eksplisit. Secara implisit artinya bahwa
ketidakabsahan perjanjian, perjanjian kaidah hukum tersebut dianggap ada
yang bertentangan dengan jus cogens apabila kaidah hukumnya memang telah
akan batal demi hukum dan tidak dapat dibentuk oleh negara-negara secara
diselesaikan dengan persetujuan.66 global. Sedangkan secara eksplisit lebih
Merujuk pada ketentuan Pasal 53 banyak dituangkan dalam perjanjian.
Konvensi Wina 1969, sebenarnya tolak Kedua, kaidah hukum tersebut bersifat
ukur untuk mengidentifikasi norma jus memaksa. Jadi jus cogens diwujudkan
cogens telah disebutkan pada rumusan melalui persetujuan atas sifat umum
pasal tersebut, yaitu pertama, norma itu dan memaksa dari suatu kaidah hukum
harus diakui dan diterima, dan kedua internasional. Hal inilah yang disebut
pengakuan dan penerimaan norma syarat double consent.68
tersebut secara universal. Persyaratan- b. Syarat Universalitas
persyaratan tersebut adalah sebagai S a l a h s atu p e rs y ar at an u ntu k
berikut. mengidentifikasi norma jus cogens ialah
a. Syarat Double Consent bahwa norma tersebut harus diakui dan
Untuk menjelaskan syarat ini, perlu dinyatakan sebagai jus cogens secara
merujuk pada Pasal 53 Konvensi Wina keseluruhan. Hal ini berangkat dari
1969, khususnya yang menyatakan kata “as a whole” yang tercantum dalam
bahwa ketentuan Pasal 53 Konvensi Wina
“[…] a peremptory norm of 1969. Kalau melihat sepintas ketentuan
general international law is a tersebut, akan muncul pemikiran bahwa
norm accepted and recognized by norma yang hendak diakui sebagai
the international community of
states as a whole […]”. jus cogens harus merupakan norma
yang diterima dan diakui oleh semua
Dalam kalimat ini jus cogens diartikan negara tanpa terkecuali. Jika bersandar
sebagai kaidah hukum internasional pada pemikiran tersebut akan sangat
umum yang memaksa dan diterima serta beresiko bagi proses penetapan jus
diakui oleh masyarakat internasional cogens, sebab ketika ketentuan tersebut
secara keseluruhan. Dengan demikian di veto oleh negara-negara tertentu maka
kaidah hukum yang dianggap sebagai kaidah tersebut tidak dapat memenuhi
jus cogens harus disetujui terlebih dahulu kualifikasinya sebagai jus cogens.69
oleh negara-negara.67
Untuk menghindari hal tersebut
Persetujuan itu meliputi, pertama, di atas, maka perkataan “as a whole”
pengakuan bahwa kaidah hukum tersebut tidak diartikan secara harafiah, karena
66
Ibid. 68
Ibid.
67
F. A Whisnu Suteni, Op. Cit., hlm. 107 69
F. A Whisnu Suteni, Op. Cit., hlm. 108.
87
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
88
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
89
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
90
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
6) Mr. Milan B ar tos (Yugoslav ia) telah memenuhi persyaratan sebagai jus
dan Mr. Antonio de Luna (Spain) cogens.85 Hal ini dapat dibuktikan dengan
me ng at a k an b a hw a ju s co g e n s adanya pengakuan dan penerimaan
merupakan “minimum of rules of oleh masyarakat internasional, baik
conduct necessary to make orderly melalui praktek antar negara86 maupun
international relations possible”.84 dilembagakan dalam beberapa perangkat
M r. d e L u n a s e c a r a l e n g k a p hukum internasional Konvensi tentang
menyampaikan pendapatnya melalui Status Pengungsi Internasional 1933,
Mr. Bartos sebagai berikut. khususnya Pasal 3; Konvensi Jenewa IV
“He (Mr. de Luna) was convinced 1949 tentang Perlindungan Penduduk
that the international public order Sipil, terutama Pasal 44 dan 45;Konvensi
was merely the superstructure menentang Penyiksaan, dan Perlakuan
of the international community atau Penghukuman Lain yang Kejam,
which resulted from the evolution Tidak Manusiawi dan Merendahkan
of international society. It was Martabat Manusia, khususnya Pasal 3;
the minimum of rules of conduct dan Dekarasi tentang Suaka Teritorial,
n e c e s s ar y t o m a k e o rd e r l y terutama Pasal 3, sebagaimana diadopsi
international relations possible.” oleh Majelis Umum PBB lewat Resolusi
Majelis Umum PBB Nomor 2312 (XXII)
Menurut hemat penulis, suatu norma
tertanggal 14 Desember 1967.
yang diakui sebagai jus cogens tidak
hanya mengandalkan adanya pengakuan Penga ku an d an p ener imaan
dan penerimaan oleh mayoritas negara, tersebut juga dilandasi oleh pemikiran
melainkan juga melihat apakah norma bahwa pada dasarnya non-refoulement
tersebut mendukung keberlangsungan berkaitan dengan perlindungan
ketertiban diantara negara dalam individu dari penyiksaan, hukuman
kerangka hubungan internasional. yang kejam, maupun tindakan lainnya
Dengan demikian persyaratan double yang dapat merendahkan martabat
consent, universalitas, dan substansi seseorang.87 Norma ini juga memberikan
norma tersebut harus dilihat sebagai perlindungan terhadap individu atas
persyaratan yang sifatnya kumulatif. tindakan perbudakan, dan diskriminasi
Semua ukuran itu perlu dipenuhi terlebih rasial yang mungkin saja mereka alami.
dahulu untuk menyatakan suatu norma Perlindungan ini diberikan kepada
sebagai jus cogens. semua individu tanpa terkecuali, dan
tidak ada maksud untuk dinikmati oleh
Adanya larangan untuk
atau mendukung kepentingan kelompok,
mengembalikan pengungsi ke wilayah di
atau golongan tertentu.88
mana hidup dan kebebasannya terancam
(non-refoulement) sebagaimana dimaksud 85
Lihat Executive Committee Conclusion No. 25
dalam Pasal 33 Konvensi Jenewa 1951 (XXXIII) tertanggal 20 Oktober 1982.
86
Jean Allain, Op. Cit., hlm. 338.
merupakan salah satu contoh norma yang 87
Sigit Riyanto, Op. Cit., hlm. 732.
88
Lihat Resolusi Majelis Umum PBB 51/75, dan
84
Ibid., hlm. 72, 76-77. Resolusi Majelis Umum PBB 52/132.
91
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
92
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
93
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
94
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
95
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
96
Volume 34, Nomor 1 Hendro Valence Luhulima
Juni 2018 IDENTIFIKASI DAN VALIDITAS...
97
Volume 34, Nomor 1
Juni 2018
98