Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mochammad Vito Rossi D.

NIM : 202210360311209
Mata Kuliah : Hukum Internasional
Tugas Hukum Internasional Pertemuan 3

1. Pengertian Sumber Hukum Internasional


Sumber hukum dibedakan menjadi dua yaitu sumber hukum formail dan sumber hukum
materiil. Sumber hukum formail adalah sumber hukum yang dilihat dari bentuknya,
sedangkan sumber hukum materiil adalah segala sesuatu yang menentukan isi dari
hukum. Menurut Starke, sumber hukum materiil hukum internasional diartikan sebagai
bahan-bahan aktual yang digunakan oleh para ahli hukum intrenasional untuk
menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu peristiwa atau situasi tertentu.

2. Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah menyebutkan bahwa Mahkamah yang mengemban fungsi
utama untuk memutus setiap perkara yang diajukan kepadanya, harus memutus perkara
berdasarkan hukum internasional, yang mencakup:
(1) perjanjian internasional (international conventions), baik yang bersifat umum maupun
yang bersifat khusus, yang merupakan ketentuan-ketentuan yang diakui secara tegas oleh
negara-negara yang bersengketa;
(2) Kebiasaan internasional (international custom), yang merupakan praktek yang bersifat
umum dan diterima sebagai hukum;
(3) Prinsip atau azas-azas hukum umum yang diakui oleh bangsa-benagsa beradab; dan
(4) Putusan-putusan pengadilan dan ajaran dari sarjana yang bereputasi tinggi dari
berbagai bangsa, sebagai sumber tambahan dalam penentuan kaedah hukum.

3. Menurut J.G. Starke, Hukum internasional adalah sekumpulan hukum atau body of law
yang terdiri dari asas-asas. Hukum internasional bersifat wajib. Sehingga harus ditaati
oleh negara-negara di seluruh dunia dalam menjalin hubungan internasional.
Menurut Bierly, Hukum internasional adalah seperangkat aturan atau prinsip untuk
melakukan hal-hal yang mengikat negara-negara beradab. Hukum itu mengikat dan
mengatur interaksi mereka.
Menurut Hugo de Groot, Hukum internasional merupakan hukum yang berdasarkan
kemauan bebas dan persetujuan sebagian atau keseluruhan negara. Hukum ini dibentuk
untuk mencapai kepentingan bersama.

4. A. Perjanjian internasional memiliki peranan yang sangat penting dalam hukum


internasional. Perjanjian internasional memiliki berbagai terminologi lain seperti treaty,
internationalagreements, pacts, general acts, charters, statutes, declarations, dan
covenants. Perjanjian internasional juga berperan sebagai sarana untuk meningkatkan
kerja sama internasional. Salah satu kelebihan perjanjian internasional dibandingkan
dengan hukum kebiasaan internasional adalah sifatnya tertulis, memudahkan dalam
pembuktian dibandingkan dengan hukum kebiasaan internasional yang tidak tertulis.
Perjanjian internasional menurut Pasal 2 ayat (1) huruf (a) Konvensi Wina 1969/ VCLT
1969 merupakan persetujuan yang dilakukan oleh negara- negara, bentuknya tertulis dan
diatur oleh hukum internasional. Berdasarkan jumlah pesertanya, perjanjian internasional
dibedakan menjadi bilateral, trilateral, multilateral, regional, dan universal. Contoh
perjanjian internasional antara lain UNCLOS 1982, SUA Convention, ReCAAP, VCLT
1961, dan lain- lain.
B. Menurut Martin Dixon, hukum kebiasaan internasional adalah hukum yang
berkembang dari praktik atau kebiasaan negara-negara. Hukum kebiasaan internasional
harus dibedakan dengan adat istiadat (usage) atau kesopanan internasional (international
community) ataupun persahabatan (friendship). Penyambutan tamu negara dengan
upacara khusus, menggelar karpet merah, kalungan bunga, dentuman meriam, tiupan
terompet bukan merupakan hukum kebiasaan internasional. Sebab, tidak dilakukannya
tindakan tersebut oleh suatu negara tidak dapat dituntut sebagai pelanggaran hukum
internasional.
Unsur hukum kebiasaan internasional antara lain:
 unsur faktual, artinya praktik umum oleh negara-negara yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama;
 unsur psikologis (opinion jurissive necessitas), artinya untuk menguji keberadaan suatu
hukum kebiasaan tidak cukup hanya dengan melihat praktik negara-negara saja,
melainkan perlu diketahui mengapa negara mempraktikkan seperti itu. Hal ini harus
diikuti dengan adanya keyakinan pada negara, bahwa apa yang mereka praktikkan
merupakan suatu kewajiban atau hukum yang harus dipatuhi bukan hanya sekedar
habitual saja.
Dalam hukum kebiasaan internasional terdapat prinsip persistent objector, artinya masih
dimungkinkan terdapat beberapa negara yang tidak terikat dengan hukum kebiasaan
internasional, atau dalam pengertian lain menolak hukum kebiasaan internasional secara
terus menerus. Bukti keberatan atau penolakan tersebut harus disampaikan dengan jelas
oleh suatu negara.
C. Prinsip hukum umum adalah prinsip hukum secara umum, yang tidak hanya terbatas
pada hukum internasional saja melainkan dalam hukum perdata, hukum pidana, hukum
lingkungan, dan lain-lain. Beberapa contoh prinsip hukum umum antara lain:
a. pacta sunt servanda
b. good faith
c. res judicata
d. nullum delictum nulla poena legenali
e. nebis in idem
f. retroaktif
g. good governance
h. duty to cooperate dan lain-lain.
D. Putusan pengadilan dalam Pasal 38 ayat (1) ICJ Statute merupakan sumber hukum
tambahan bagi sumber hukum di atasnya. Meskipun dikatakan demikian, tidak berarti
bahwa putusan pengadilan internasional memiliki kedudukan yang lebih rendah dari
sumber hukum di atasnya. Putusan pengadilan dapat berdiri sendiri sebagai dasar putusan
yang diambil oleh hakim, dan dapat digunakan untuk memperkuat sumber hukum di
atasnya. Perlu diketahui bahwa putusan pengadilan yang sama untuk kasus- kasus serupa
dapat menumbulkan hukum kebiasaan internasional.
Contohnya terdapat dalam kasus Anglo-Norwegian Fisheries Case 1952 dimana hakim
menciptakan ketentuan baru dalam hukum internasional untuk pembatasan laut teritorial
dengan memperhatikan kondisi geografis suatu wilayah. Kemudian, dalam kasus
Reparation for Injuries Suffered in the Service of the UN 1949 hakim menciptakan
kaidah baru bahwa United Nations (“UN”) sebagai organisasi dapat menuntut ganti rugi
berdasarkan hukum internasional.

Anda mungkin juga menyukai