Internasional
Tim Pengajar Hukum Pidana
Internasional FH UNEJ
1
3. Sumber Hukum Utama Hukum
Pidana Internasional
3.1 Dokumen Internas.;
3.2 Dokumen Nasional.
2
3.1 Dokumen Internasional
3
1. PERJANJIAN INTERNASIONAL
PERJANJIAN INTERNASIONAL
SEBAGAI SUMBER HUKUM
FORMIL HK PIDANA
INTERNASIONAL, DIBATASI PADA
PERJANJIAN-PERJANJIAN
INTERNASIONAL YANG
SUBTANSINYA BAIK SECARA
LANGSUNG ATAUPUN TIDAK
LANGSUNG BERKENAAN
DENGAN MASALAH KEJAHATAN
Sbr HI dpt dikatakan sbg sbr hk pid internas
abil di dlm substansinya mengandung
pengaturan atau penyelesaian masl yg berhub
dg kejahatan internas;
Men. Romli Atmasasmita: bhw kaidah-kaidah
5
Hakekat perjj internas:
1. UU bagi mrk yg membuatnya;
2. Sbr hk yg mengikat para pihak/peserta yg
terlibat di dlm.nya (Ps 38 ay (1) Piagam
Mahk. Internas.);
3. Persetujuan/hub hk yg diatur dlm hub.
internas;
4. Kesepakatan/konsensus bersm antar
subjek2 hk. Internas yg terlibat yg diatur
dlm hk. Internas.
6
BENTUK PERJANJIAN INTERNASIONAL
Perjanjian inter
multilateral umum • Perjanjian inter, baik nama atau judul dan subtansinya secara
tegas atau eksplisit berkenaan dengan suatu kejahatan tertentu.
yang langsung dan • Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of
tegas mengatur Genocide (Genocide Convention) of December 8, 1948.
kejahatan
Perjanjian inter
umum berkenaan • Perjanjian ini mengatur tentang pokok masalah tertentu yang
bukan masalah kejahatan, namun di dalamnya mengatur tentang
dg maslah tertentu kejahatan
di dalamnya • Convention on the High Seas (konvensi tentang laut lepas) 1958,
dalam Pasal 11 mengatur tentang peristiwa tabrakan kapal atau
terdapat ketentuan insiden pelayaran lainnya yang terjadi di laut lepas.
kejahatan
7
• Perjanjian internasional dibuat berdasarkan kesepakatan
Perjanjian inter multilateral
negara2 dalam satu kawasan atau dalam kerangka organisasi
regional langsung internasional regional.
mengatur kejahatan • European Convention on Extradition, 1957
Perjanjian inter multilateral • Perjanjian inter mengatur masalah tertentu yang bukan
regional mengatur masalah kejahatan namun di dalamnya terdapat ketentuan yang
tertentu di dalamnya mengatur kejahatan
terdapat ketentuan • European Cultural Convention (inter-European Cultural
kejahatan Convention), 1954.
8
2. HUKUM KEBIASAAN
INTERNASIONAL
kebiasaan-kebiasaan internasional dapat menjadi
sumber hukum pidana internasional
contohnya adalah kaidah-kaidah hukum mengenai
9
3. PUTUSAN BADAN-BADAN
PENYELESAIAN SENGKETA INTER
putusan badan-badan penyelesaian sengketa
internasional memiliki peranan penting dalam
pembentukan dan perkembangan hukum pidana
internasional.
Peranan tersebut dapat dilihat dalam proses mengadili dan
10
4. PENDAPAT PARA AHLI (DOKTRIN)
Pendapat para ahli hukum khususnya tentang kasus2
pidana internasional, dapat dituangkan dalam karya
tulisan ilmiah melalui beberapa bentuk karya tulis,
jurnal, buku dan lainnya. Dapat pula disampaikan
dalam sidang pengadilam sebagai saksi ahli.
Pendapat para hali hukum tersebut tidak semerta-
merta diterima sebagai sumber hukum, paling tidak
pendapat para ahli tersebut akan menjadi sumber
hukum apabila telah memenuhi rasa keadilan,
kepatutan, ataupun kelayakan secara umum, yang
akhirnya mengkristal menjadi perilaku masyarakat
luas.
11
5. KEPUTUSAN ATAU RESOLUSI
ORGANISASI INTERNASIONAL
Bahwa salah satu produk dari organisasi internasional
adalah keputusan-keputusan atau resolusi-resolusi,
baik yang berlaku dalam lingkup internal ataupun
yang berlaku dalam lingkup eksternal, yakni terhadap
negara-negara anggotanya.
Keputusan atau resolusi tersebut mengikat sebagai
hukum terhadap negara-negara anggotanya.
Namun, banyak juga putusan atau resolusi organisasi
internasional yang subtansinya berkenaan dengan
masalah kejahatan, sehingga putusan tersebut
memiliki sifat mengikat dan memaksa untuk diikuti
oleh setiap negara2 anggotanya.
12
6. PRINSIP-PRINSIP HUKUM UMUM
Hukum pidana internasional tidak dapat lepas dari
hukum dalam artian umum, sehingga prinsip-
prinsip hukum umum dapat menjadi sumber
hukum formil dalam hukum pidana internasional.
Di antara prinsip hukum umum itu adalah prinsip
13
3.2 Dokumen Nasional
14