Anda di halaman 1dari 11

CONTRACTUAL AGREEMENT

20 23

SOURCE OF INTERNATIONAL CUSTOMS

INTERNATIONAL
LAW COMMON LAW PRINSIPALS

1. ERINA ARYANTI COURT RULINGS AND

DWI SAFITRI TEACHINGS OF EMINENT


AUTHORS
2. MUHAMMAD
FAISAL GENERAL ASSEMBLY
RESOLUTION PBB
HIDAYAT CODIFICATION AND
3. SHOFIYAH NUR PROGRESSIVE DEVELOPMENT
RACHMA OF INTERNATIONAL LAW
Perjanjian internasional merupakan perjanjian yang diadakan
antar anggota masyarakat negara dan bertujuan untuk
menimbulkan akibat hukum tertentu. Namun dalam
perkembangan, perjanjian internasional ini tidak terbatas hanya
pada perjanjian yang dibuat oleh negara sebagai subjek hukum
internasional, selain itu juga dengan organisasi internasional,
seperti halnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam
perjanjian dengan Amerika Serikat mengenai kedudukan tetap
Contractual PBB yang ada di New York.

Agreement Perjanjian internasional diklasifikasikan sebagai perjanjian


yang bersifat mengikat (hard law) dan tidak mengikat (soft
law). Termasuk dalam kategori kontrak yang mengikat,
misalnya: Treaty, Agreement, Pact dan konvensi. Sedangkan
yang bukan kedalam kategori Pengikatan meliputi: Charter,
deklaration dan resolution. Kedua jenis kontrak ini berbeda
dalam material dan sifat mengikatnya.
Perjanjian internasional juga diklasifikasikan berdasarkan praktek
terbentuknya, perjanjian internasional diklasifikasikan menjadi dua bentuk,
yaitu:
1) perjanjian internasional yang bersifat langkah-langkah pembentukannya
melalui tiga tahap yaitu negosiasi, penandatanganan dan Ratifikasi;
(2) perjanjian internasional yang dibuat dengan dua cara tahap, yaitu
negosiasi dan tanda tangan.

Contractual
Agreement Perjanjian internasional juga diklasifikasikan menurut jumlah pihak
dalam kontrak. Kontrak dibuat berdasarkan klasifikasi ini
Perjanjian internasional terbagi menjadi perjanjian bilateral dan
perjanjian multilateral. Perjanjian bilateral adalah perjanjian yang
dibuat oleh negara, sedangkan perjanjian multilateral adalah
perjanjian yang dibuat oleh lebih dari dua negara.
International Customs

Selang beberapa waktu kebiasaan Apakah dalam kebiasaan internasional


itu merupakan kaidah hukum yakni
internasional merupakan suatu
berupa ketentuan yang mengikat
sumber hukum yang penting dari
negara-negara dalam hubungan satu
hukum internasional. Seperti yang dengan yang lainnya? Hal ini merujuk
sudah kita ketahui tempat tersebut pada Pasal 38 ayat (1) sub b
telah diduduki oleh perjanjian mengatakan: Internasional custom, as
internasional. Walaupun demikian, evidence of a general practice
accepted as law. Artinya, hukum
kebiasaan internasional memiliki
kebiasaan internasional yaitu
peranan yang sangat penting merupakan kebiasaan umum yang
sebagai sumber hukum. diterima sebagai hukum.
.

International Customs

Dapat dikatakan jika kebiasaan Menurut Georg


internasional tersebut sebagai Schwarzenberger, hukum
kebiasaan internasional
sumber hukum perlu memiliki unsur-
(international customary law)
unsur yaitu sebagai berikut:
harus mengandung dua elemen,
1.Terdapat suatu kebiasaan yang yaitu:
sersifat umum. 1. praktek umum negara-negara
2.Kebiasaan tersebut bisa diterima (a general practice of States);
sebagai hukum. 2. praktek umum itu diterima

oleh oleh negara-negara sebagai

hukum (the acceptance by States
of this general practice as law).

Prinsip-prinsip hukum umum adalah prinsip-prinsip hukum yang mendasari


sistem hukum modern, tidak terbatas hanya pada azas-azas hukum
internasional, melainkan azas-azas hukum pada umumnya, seperti: azas itikad
baik (bona fides), azas pacta sunt servanda, azas penyalahgunaan hak (abuse
of rights), dll. Sistem hukum modern adalah sistem hukum positif. Sistem
hukum ini merupakan sistem hukum Barat yang berpijak pada sistem hukum
Romari. Prinsip-prinsip hukum itu terkandung di dalam sistem hukum Romawi

Common yang dibawa oleh bangsa bangsa Barat di dalam proses imperialism dan
kolonialisme bangsa-bangsa Eropa Barat ke sebagian besar permukaan bumi.

Law Menurut Schwarzenberger, suatu prinsip hukum dapat dikualifikasikan sebagai prinsip hukum umum,

Principals berdasarkan Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah, bila memenuhi tiga persyaratan[1]:
1. harus merupakan prinsip hukum umum yang dapat dibedakan dengan ketentuan hukum yang
bersifat terbatas atau sangat sempit (it must be a general principle of law as distinct from a legal rule
of more limited functional scope)
2. harus diakui oleh bangsa-bangsa beradab, yang berbeda dengan masyarakat barbar (it must be
recognized by civilized nations as distinct from barbarous or savage communities)
3. harus merupakan praktek dari beberapa negara dalam jumlah yang wajar, dan merupakan bagian
dari sistem hukum sebagai pembentuk sistem hukum dunia (it must share by a fair number of civilized
nations, and it is arguable that these must include at least the principal legal sistems of the world)
Putusan pengadilan dikategorikan sebagai sumber hukum tambahan
(subsidiary source), di samping sumber hukum utama (primary source).
Putusan pengadilan digunakan sebagai dasar untuk membuktikan adanya
kaedah hukum internasional berkenaan dengan suatu permasalahan yang

Court
timbul dari akibat penerapan sumber hukum primer. Pengertian kata
„pengadilan‟ sebagaimana diatur di dalam Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
mencakup pengadilan secara keseluruhan, baik badan peradilan internasional

Rulings and maupun nasional, termasuk mahkamah dan arbitrase.

Teachings of
Eminent Sementara itu, pendapat, para sarjana terkemuka mengenai suatu masalah tertentu,
meskipun bukan merupakan hukum positif, sering kali dikutip untuk memperkuat argumen

Authors tentang adanya atau kebenaran dari suatu norma hukum.


Pendapat para sarjana akan lebih cepat berpengaruh jika dikemukakan oleh badan-badan
ahli atau perkumpulan-perkumpulan profesional, di mana para sarjana yang berdasarkan
keahlian yang sama atau sejenis berkumpul di dalamnya. Sebagai contoh adalah Komisi
Hukum Internasional (International Law Commission), yang merupakan komisi ahli yang
dibentuk oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa berdasarkan Resolusi MU
tahun 1947
UN general assembly resolution

Majelis Umum PBB memegang peran penting dalam pengembangan hukum internasional.
Lembaga ini menyamai peran legislatif di dalam sistem pemerintah domestic negara-
negara. Profesor Mochtar Kusumaatmadja menyebut peran Majelis demikian itu sebagai
quasi legislative. Majelis dengan jumlah anggota 120an negara dalam menerbitkan
berbagai produk hukum Majelis, seperti: Resolusi, Charter, dan Deklarasi, yang berkenaan
dengan berbagai persoalan politik, ekonomi, social dan kebudayaan mengakibatkan
produk hukum Majelis itu menjadi semacam pendapat umum (communis opinio) yang
berpengaruh besar terhadap berbagai produk hukum negara-negara dan relevan dirujuk
sebagai sumber hukum internasional

CODIFICATION AND PROGRESSIVE


DEVELOPMENT OF INTERNATIONAL
LAW

Sejak abad ke-19, kodifikasi hukum internasional Pada tahun 1946, Majelis Umum PBB, berdasarkan
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh badan Pasal 13 Piagam PBB, membentuk International Law
publik maupun perdata internasional. Kegiatan ini Commission (ILC) yang diberi tugas meningkatkan
merupakan kelanjutan dari keberhasilan yang telah usaha pengembangan yang cepat (progressive
development) dan pengkodifikasian (codification)
dicapai sebelum Perang Dunia I. Diantara Perang
hukum internasional. Pengembangan hukum
Dunia I dan Perang Dunia II, the League of Nations
internasional yang progresif adalah pengembangan
mendorong penyelenggaraan suatu Codofication berbagai draft hukum internasional yang belum ada
Conference di The Hague (1930) yang mengkaji sebelumnya atau rancangan hukum internasional
masalah kewarganegaraan (nationality), perairan yang belum selesai. Sedangkan yang dimaksud
territorial (territorial waters), dan tanggung jawab dengan kodifikasi adalah sistematisasi dan formulasi
negara (state responsibility). Konferensi tersebut hukum internasional secara lebih baik, terutama pada
menyisakan kekecewaan, karena hanya berakhir bidang-bidang yang telah terisi oleh praktek negara-
dengan satu keberhasilan, yaitu berkenaan dengan negara, preseden, dan doktrin yang telah
masalah kewarganegaraan. berkembang secara luas.

GROUP 2

karena dimulai, maka juga akan


diakhiri, jika diakhiri tanpa dimulai
itu bukan presentasi melainkan
masalah hati.
cukup sekian dan
terima kasih
INTTERNATIONAL LAW

Anda mungkin juga menyukai