Anda di halaman 1dari 24

Inisiasi Tuton ke – 8

Mata Kuliah : Sistem Hukum Indonesia


Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : FHISIP
Penulis : Elizabeth Ghozali
Email : ibethghoz@gmail.com
Penelaah : Tiesnawati W
Emai : tiesna@ecampus.ut.ac.id
PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL

A. Istilah

 Hukum bangsa-bangsa (the law of nations);


 Hukum antarbangsa atau (the law among nations);
 Hukum antarnegara atau (interstate law).

 Bahasa Perancis  droit international publique.


 Bahasa Romawi  ius gentium
ius gentium : kaidah-kaidah dan asas-asas Hukum yang mengatur
hubungan antar orang Romawi dengan orang bukan
Romawi dan antara orang bukan Romawi satu sama
lainnya
PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL
B. Defenisi Hukum Internasional
Menurut J.G. Starke
Hukum Internasional (HI) dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang
sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan tingkah laku di
mana negara-negara itu sendiri merasa terikat dan menghormatinya, dan oleh
karena itu, juga harus menghormati dalam hubungan antara mereka satu dengan
yang lainnya; dan juga mencakup:
a) Peraturan-peraturan Hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga
atau organisasi internasional; hubungan antara organisasi internasional itu
satu sama lainnya; hubungan organisasi internasional dengan negara-negara;
hubungan organisasi internasional dengan individu-individu.
b) Peraturan-peraturan Hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-
individu dan subjek-subjek Hukum bukan negara (nonstate entities)
sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu dan subjek Hukum
bukan negara itu bersangkut paut dengan masalah masyarakat internasional.
PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL

Menurut J.G. Starke, HI dapat dipisahkan ke dalam:


a) Hubungan Internasional Umum, ialah peraturan-peraturan yang dilaksanakan
secara universal;
b) Hubungan internasional Regional, ialah peraturan-peraturan yang tumbuh
pada suatu bagian dunia tertentu mengenai hubungan Negara-negara yang
terdapat disana, tanpa menjadi peraturan-peraturan yang bersifat universal.
PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Internasional (HI) dapat dibagi ke


dalam dua jenis, yaitu:
a) HI Publik, ialah Hukum yang mengatur hubungan Hukum antara negara
yang satu dengan negara-negara lainnya dalam hubungan internasional.
b) HI Privat/perdata, ialah Hukum yang mengatur hubungan Hukum antara
warga negara-warga negara suatu negara dengan warga negara-warga
negara dari negara lain dalam hubungan internasional.
 Berbicara tentang HI berarti menyangkut HI Publik, bukan bersifat perdata.
 Hukum Internasional adalah keseluruhan kaedah-kaedah dan asas-asas Hukum
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara,
antara:
a) negara dengan negara;
b) negara dengan subjek Hukum lain bukan negara atau subjek Hukum bukan
negara satu dengan yang lainnya.
PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL

Menurut J.G. Starke, HI dapat dipisahkan ke dalam:


a) Hubungan Internasional Umum, ialah peraturan-peraturan yang dilaksanakan
secara universal;
b) Hubungan internasional Regional, ialah peraturan-peraturan yang tumbuh
pada suatu bagian dunia tertentu mengenai hubungan Negara-negara yang
terdapat disana, tanpa menjadi peraturan-peraturan yang bersifat universal.

Menurut Anziloti, HI berisi:


a. Hukum damai
b. Hukum perang (Hukum Humaniter)
SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

Sumber hukum dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :


1) Sumber hukum materil, yaitu segala sesuatu yang membahas dasar berlakunya
hukum suatu negara.
2) Sumber hukum formal, yaitu sumber dari mana kita mendapatkan atau
menemukan ketentuan-ketentuan hukum internasional.

Sumber-sumber material adalah:


a. kebiasaan internasional;
b. perjanjian internasional atau traktat;
c. yurisprudensi internasional dan doktrin tentang hukum internasional;
d. keputusan pengadilan atau resolusi organisasi internasional;
e. asas-asas hukum umum.
SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
A. Kebiasaan
Internasional

Pasal 38 ayat 1 sub (b) Piagam Mahkamah Pengadilan Internasional mengatakan:


international custom, as evidence of a general practice accepted as law artinya Hukum
Kebiasaan Internasional adalah kebiasaan internasional yang merupakan kebiasaan umum
yang diterima sebagai Hukum  Tidak setiap kebiasaan internasional merupakan sumber
Hukum.

 Untuk dapat dikatakan bahwa kebiasaan internasional itu merupakan sumber hukum perlu
terdapat unsur-unsur sebagai berikut.
1) Harus terdapat suatu kebiasaan yang bersifat umum (unsur material).
2) Kebiasaan itu harus diterima sebagai Hukum (unsur psikologis).
SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
B. Perjanjian Internasional (Traktat)

 Menurut Mochtar Kusumaatmadja:


perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan atara anggota
masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat Hukum
tertentu.

 Hal membuat perjanjian internasional dapat dibagi lagi dalam 3 tahap yaitu:
a. perundingan (negotiation),
b. penandatanganan (signature),
c. pengesahan (ratification).
SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
B. Perjanjian Internasional (Traktat)
 Secara umum suatu perjanjian bisa punah atau berakhir karena:
a. telah tercapai tujuan perjanjian itu.
b. habis waktu berlakunya perjanjian itu.
c. punahnya salah satu pihak peserta perjanjian atau penuhnya objek perjanjian
itu.
d. adanya persetujuan dari para peserta untuk mengakhiri perjanjian itu.
e. diadakannya perjanjian antara para peserta kemudian yang meniadakan
perjanjian yang terdahulu.
f. dipenuhinya syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai dengan ketentuan
perjanjian itu sendiri.
g. Diakhirinya perjanjian secara sepihak oleh salah satu peserta dan diterimanya
pengakhiran itu oleh pihak lain.
SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
B. Perjanjian Internasional (Traktat)
J.G. Starke membedakan Traktat menurut sifatnya, yakni:
1) Traktat yang membentuk Hukum dan menetapkan Hukum yang mengikat  yang diakui
sebagai sumber Hukum Internasional, seperti perjanjian perdamaian yang diadakan di Paris
pada tahun 1856 dan 1907, Pakta Liga Bangsa-bangsa, Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa,
dsb. sebagainya.
2) Traktat kontrak :
 bukan sumber langsung HI
 membentuk HI melalui Hukum kebiasaan  Hukum kebiasaan itu dikristalisasi dalam adat
istiadat atau praktik-praktik negara-negara melalui:
o hubungan diplomatik antara Negara;
o praktik-praktik organ-organ internasional, mengenai status kekuasaan dan
tanggungjawab organ-organ itu;
o undang-undang nasional, keputusan-keputusan pengadilan nasional, dan praktek-
praktek militer dan administratif Negara.
 Namun, ada juga treaty-contracts yang membentuk Hukum seperti Paucefote Treaty (1901)
antara Amerika Serikat dan Inggris yang menetapkan bahwa terusan panama harus
terbuka untuk semua bangsa atas dasar kesederajatan mutlak.
SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
C. Yurisprudensi Internasional & Doktrin (Pendapat Para
Sarjana) Tentang Hukum Internasional

Yurisprudensi internasional (judicial decisions)


&
Anggapan-anggapan para ahli hukum internasional (the teaching of the most highly qualified
publicists of the various nations)

Hanya merupakan subsidiary means for the determination of rules of law, artinya
penunjang/pembantu/tambahan dalam menentukan peraturan internasional.
 Ketentuan ini menekankan nilai karya Hukum sebagai tanda pembuktian.
 Fungsi pembuktian ini dilakukan dengan tepat oleh Hakim Gray dari Amerika Serikat dalam
perkara The Paquete Habana (1900).
SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
D. Keputusan-keputusan Pengadilan (Hakim) Atau Resolusi-resolusi Organisasi
Internasional (Ajaran-ajaran Publisis-publisis Yang Tercakap Dari Berbagai-
bagai Negara Sebagai Alat Tambahan Untuk Penentuan Hukum).

Pengadilan Nasional dapat membentuk hubungan internasional melalui


dua cara:
1) Keputusan itu dipandang sebagai preseden yang amat penting artinya
sebagai pendapat-pendapat yang meng ikat  contoh: Keputusan
Lord Stowel menciptakan doktrin seperti: blockade agar mengikat
harus efektif.
2) Keputusan pengadilan Nasional dapat dengan langsung membentuk
Hukum Kebiasaan Internasional  Hukum ekstradisi dan pengakuan,
misalnya tumbuh dalam keputusan-keputusan pengadilan Nasional.
Berulangnya keputusan-keputusan yang sama bunyinya suatu
keharusan.
SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
E. Asas-asas Hukum Umum

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Prinsip Hukum Umum:


sumber Hukum yang ketiga menurut Pasal 38 ayat (1) Piagam Mahkamah
Internasional ialah “asas Hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa
yang beradab” (general principles of law recognized by civilzed nations).
 Asas Hukum Umum ialah asas hukum yang mendasari sistem hukum
modern.
 Hukum modern ialah Hukum positif yang didasarkan atas asas dan lembaga
Hukum Negara Barat yang untuk sebagian besar didasarkan atas asas dan
lembaga Hukum Romawi.
SUBJEK STRUKTUR & HUKUM INTERNASIONAL

A. Dasar Berlakunya Hukum Internasional

1) Asas Pacta Sunt Servanda, artinya setiap perjanjian harus ditaati.


Asas ini merupakan modal bagi tegaknya HI karena HI itu sendiri
tidak mempunyai sanksi yang tegas dan tidak adanya badan
internasional yang mempunyai tugas untuk menegakkan HI, tidak
juga PBB yang hanya merupakan organisasi internasional (subjek
HI).
2) Asas Primat Hukum Internasional, artinya derajat HI lebih tinggi dari
Hukum Nasional.
SUBJEK STRUKTUR & HUKUM INTERNASIONAL

B. Materi Hukum Internasional


1) Materi Hukum Internasional Damai, antara lain:
a) Aturan tentang penentuan batas-batas wilayah suatu Negara
b) Aturan tentang organ-organ yang bertindak sebagai wakil Negara-negara, misalnya:
kepala Negara, Duta, Konsul, dsb.
c) Aturan tentang terjadinya, bekerjanya, dan hapusnya traktat
d) Aturan tentang akibat-akibat perbuatan yang melanggar Hukum Internasional,
sepert: embargo, blockade, dsb.
e) 5. Aturan tentang kepentingan bersama yang bisa dilakukan oleh Negara-negara
seperti kerja sama bidang ekonomi, pendidikan, budaya, dsb
f) 6. Aturan tentang tata cara memecahkan masalah atau persengketaan, perselisihan
dengan jalan damai, misalnya dengan perundingan diplomatik, mediasi.

2) Hukum Internasional Perang (Hukum Humanitair), mengatur tata cara diplomasi


bersenjata atau tata cara berperang secara damai sudah tertutup.
SUBJEK STRUKTUR & HUKUM INTERNASIONAL

C. Subyek Hukum Internasional

1) Negara  negara-negara yang berdaulat atau merdeka, jadi bukan negara


koloni (jajahan).
2) Gabungan Negara-negara  contoh: Republik Persatuan Belanda (Benelux)
3) Organisasi Internasional  organisasi yang dibentuk oleh negara-negara
internasional dan keberadaannya diakui oleh semua negara internasional.
4) Kursi Suci  perjanjian antara Itali dan Takhta Suci pada tanggal 11
Pebruaru 1929 (Lateran Treaty)
5) Individu
6) Palang Merah Internasional
7) Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa (Belligerent)
SUBJEK STRUKTUR & HUKUM INTERNASIONAL

D. Penempatan Perwakilan Negara

Dalam hubungan luar negeri, perwakilan umumnya dibagi menjadi dua golongan,
yakni:
1) Golongan diplomatik (tetap, sementara, khusus, intimewa), meliputi:
a) Duta besar.
b) Menteri berkuasa penuh dan perwakilan luar biasa.
c) Ministers resident.
d) Charges d’affairs, terdiri dari:
i. Charge d’affairs en pied.
ii. Charge d’affairs ad interim.
2) Perwakilan Konsuler
YURISDIKSI

 Yurisdiksi adalah kekuasaan atau kompetensi Hukum Negara terhadap


orang, benda atau peristiwa (Hukum).
 Yurisdiksi merupakan refleksi dari prinsip dasar kedaulatan Negara,
kesamaan drajat Negara dan prinsip tidak campur tangan.
 Yurisdiksi ini lahir karena adanya tindakan:
1) Legislatif, yaitu kekuasaan pengadilan untuk menetapkan membuat
peraturan atau keputusan-keputusan;
2) Eksekutif, yaitu kekuasaan mengadili orang (benda atau peristiwa)
agar mereka menaati peraturan (Hukum) yang berlaku;
3) Yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mengadili orang, berdasarkan atas
suatu peristiwa.
YURISDIKSI

Dalam praktek, Yurisdiksi dapat dibedakan antara:


1) Yurisdiksi perdata  kewenangan hukum pengadilan suatu Negara
terhadap perkara-perkara yang menyangkut keperdataan baik yang
sifatnya nasional yaitu bila para pihak atau objek perkaranya
menyangkut unsur asing.
2) Yurisdiksi pidana  kewenangan (Hukum) pengadilan suatu Negara
terhadap perkara-perkara yang menyangkut kepidanaan, baik yang
tersangkut didalamnya unsur asing maupun nasional.
YURISDIKSI
A. Yurisdiksi Negara
Yurisdiksi negara dapat dibedakan
menjadi:
1. Yurisdiksi Personal (Jurisdiction in Personal)  disebut sebagai yurisdiksi atas
orang atau atas subjek hukum, titik beratnya terletak pada subjek hukumnya yang
dapat ditundukkan pada yurisdiksi tersebut.
 Subjek hukum dimaksud dapat berupa: orang atau badan hukum.
 Dalam hukum internasional -- demikian pula hukum nasional – yurisdiksi
suatu negara terhadap orang jika ditinjau dari segi kewarganegaraannya,
dibedakan dalam dua kategori :
a. Yurisdiksi atas orang yang berdasarkan kewarganegaraan aktif (active
nationaly principle)
b. Yurisdiksi atas orang yang berdasarkan kewarganegaraan pasif (passive
nationality principle)
YURISDIKSI
A. Yurisdiksi Negara
2. Yurisdiksi Kebendaan (Jurisdiction in Rem)
 Dalam yurisdiksi kebendaan ini persoalan/masalah pokok yang muncul adalah, negara
manakah yangberhak atau berwenang untuk mengatur serta hukum negara manakah yang
berlaku terhadap suatu benda yang ada atau berada pada suatu tempat tertentu.
 yang dimaksudkan dalam yurisdiksi kebendaan ini adalah benda-benda yang terletak atau
berada diluar wilayah negara itu. Hal ini berarti pula, bahwa terhadap benda itu
kemungkinannya juga tunduk pada yurisdiksi negara lain, atau tunduk pada hukum
internasional. Jadi mengandung aspek internasional.
 Jika benda dinilai dari sudut letaknya atau tempatnya berada, terdapat beberapa
kemungkinan, sebagai berikut:
1) Ada benda yang selamanya terletak atau berada didalam batas-batas wilayah suatu
negara.
2) Suatu benda pada suatu waktu berada didalam wilayah suatu negara, pada suatu waktu
lain berada di wilayah negara lain, dalam waktu yang lain lagi benda itu berada di luar
wilayah negara manapun juga.
3) Suatu benda sebagian berada di dalam wilayah suatu negara dan sebagian lagi
didalam wilayah negara lain.
YURISDIKSI
A. Yurisdiksi Negara
3. Yurisdiksi Kriminal (Criminal Jurisdiction)  menyangkut kepentingan lebih dari satu negara.
Hal ini bisa disebabkan oleh karena:
a. peristiwa itu sendiri yang memang terjadi pada dua negara baik secara serentak atau secara
berurutan;
b. peristiwanya terjadi dalam satu negara tetapi menimbulkan akibat di negara lain;
c. pelaku peristiwa itu melarikan diri ke negara lain; dan lain sebagainya.

4. Yurisdiksi Sipil (Civil Jurisdiction)


Yurisdiksi Sipil ini menyangkut hak atau yurisdiksi negara atas peristiwa hukum sipil yang
terjadi pada suatu tempat tertentu, yakni peristiwa hukum sipil yang menyangkut aspek
internasional.
5. Yurisdiksi Eksklusif (Exclusive Jurisdiction)
Yuridiksi ekslusif ini muncul didorong oleh keinginan dan kemampuan negara-negara
mengeksplorasi dasar laut dan tanah di bawahnya serta mengeksploitasi sumber daya alamnya,
sebgai akibat dari kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (kelautan).

Anda mungkin juga menyukai