Anda di halaman 1dari 4

1. Apakah perbedaan antara sumber hukum internasional primer dan tambahan?

Berikan contoh!
Jawaban:
Sumber hukum internasional adalah dasar berlakunya hukum internasional.
Berdasarkan Statuta Mahkamah Internasional Pasal 38 ayat (1), sumber hukum
internasional adalah:
a) International conventions, whether general or particular, establishing rules
expressly recognized by the contesting states
(Konvensi internasional, baik umum maupun khusus, aturan menetapkan secara
tegas diakui oleh negara-negara peserta)
b) International custom, as evidence of a general practisce accepted as law
(Kebiasaan internasional, sebagai bukti dari praktek umum diterima sebagai
hukum)
c) The general principles of law reconized by civilized nations
(Prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh negara-negara beradab)
d) Judicial decisions and the teachings of the most qualified publicist of the
various nations, as subsidiary means for the determination of rules of law”
(Keputusan hukum atau judisial dan ajaran-ajaran putusan yang paling
berkualifikasi tinggi dari berbagai bangsa, sebagai sarana pendukung untuk
penentuan aturan hukum)
Muhammad Bakri menyatakan, bahwa “Berdasarkan sifat daya ikatnya sumber
hukum internasional dibagi menjadi dua, yaitu sumber hukum primer dan sumber
hukum tambahan atau subsidier” dalam Buku Pengantar Hukum Indonesia
(Pembidangan Asas-Asas Hukum, tahun 2015). Sumber hukum utama atau primer
adalah sumber hukum yang paling utama dan dapat berdiri sendiri tanpa adanya
hukum lain. Sedangkan sumber hukum subsidier merupakan sumber hukum tambahan
yang akan mempunyai daya ikat bagi para hakim dalam memutuskan suatu perkara,
apabila didukung oleh sumber hukum primer. Berdasarkan daya ikatnya, sumber
hukum internasional yang tercantum dalam Statuta Mahkamah Internasional dapat
dibedakan menjadi:
SUMBER HUKUM PRIMER DARI SUMBER HUKUM INTERNASIONAL:
a) Perjanjian Internasional (Internasional Convention)
Pada hakekatnya, perjanjian internasional adalah sumber hukum internasional
yang utama dan merupakan instrumen hukum tertulis berdasarkan persetujuan para
pihak yang mengatur hubungan antarnegara untuk terwujudnya tujuan bersama serta
menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang tergabung dalam perjanjian
tersebut. Contoh perjanjian internasional adalah Perjanjian Lingkungan Hidup tahun
2011 (Indonesia dengan Timor Timur), Perjanjian Hukum Laut International
UNCLOS III (Anggota PBB dengan jumlah 158 negara), Paris Agreement (Konvensi
Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai perubahan iklim, Indonesia
menandatangani perjanjian tersebut pada tahun 2016)
b) Kebiasaan Internasional (International Custom)
Merupakan sumber hukum internasional tertua yang timbul dari praktek
negara-negara melalui tindakan dan sikapnya dalam menghadapi suatu persoalan,
kemudian tindakan tersebut diikuti oleh negara-negara lain dan dilakukan berulang
kali tanpa adanya protes dari negara lain. Berdasarkan pasal 38 ayat (1) B Statuta
Mahkamah Internasional, ada dua unsur sumber kebiasaan internasional, yaitu praktik
negara yang berulang secara terus menerus dan opinio juris (kebiasaan yang
diwajibkan oleh hukum). Hukum kebiasaan internasional menyatakan bahwa tidak
boleh adanya tindakan intervensi terhadap wilayah kedaultan negara lain tanpa
persetujuan negara lain. Contoh efektivitas kebiasaan internasional sebagai sumber
hukum adalah pada kasus Nicaragua dan Amerika Serikat pada tahun 1986,
Mahkamah Internasional (ICJ) menemukan bahwa Amerika Serikat melanggar
kewajibannya menurut hukum kebiasaan internasional, yaitu menggunakan kekerasan
terhadap negara lain, ikut campur dalam urusan negara lain serta melanggar
kedaulatan negara lain. Selain itu, salah satu bukti diterimanya kebiasaan sebagai
hukum internasional terdapat dalam “Anglo-Norwegian Fisheries Case” tentang
penetapan base line zona perikanan Norwegia dan Inggris dengan hasil keputusan
Mahkamah Internasional yang menyatakan bahwa daerah tersebut sudah menjadi
milik Norwegia sejak lama dan telah menjadi hukum kebiasaan, serta Inggris
melanggar hukum kebiasaan dengan mengganggu wilayah kedaulatan negara lain.
c) Prinsip Umum Hukum (General Principal Law) yang diakui oleh bangsa-bangsa
yang beradab.
Didalam berhubungan internasional ada prinsip-prinsip hukum pada umumnya
(berlaku hampir di semua bidang hukum) yang harus diperhatikan, yaitu good faith
(itikad baik), pacta sunt servanda (perjanjian mengikat para pihak sebagai undang-
undang), dan lain-lain. Sedangkan dari segi pengembangan hukum, prinsip-prinsip
hukum umum menjadi dasar bagi Mahkamah dalam mengembangkan kaedah hukum
baru dalam penanganan perkara.
SUMBER HUKUM SUBSIDIER DARI SUMBER HUKUM INTERNASIONAL:
a) Keputusan Pengadilan (Judicial Decision)
Keputusan pengadilan merupakan sumber hukum internasional tambahan yang
dapat digunakan untuk memperkuat atau membuktikan tentang kaidah hukum
internasional yang didasarkan oleh sumber hukum internasional primer. Keputusan
pengadilan tidak dapat menciptakan hukum namun mengikat para pihak yang
bersangkutan dan untuk kasus tertentu saja. Meskipun bersifat tidak mengikat, jika
diikuti atau digunakan oleh hakim keputusan tersebut dapat dijadikan sebagai inovasi
untuk kasus serupa. Selama ini ada beberapa keputusan hakim yang dijadikan
pedoman dalam penyelesaian kasus, yaitu The Corfu Chanel Case, 1948 (Inggris
dengan Albania) menjadi pedoman dalam kasus Anglo-Norwegian Fisheries, 1951
Case (Inggris dengan Norwegia) kemudian Southern Bluefin Tuna Case (New
Zeeland dengan Jepang), dan lain-lain.
b) Ajaran atau Pemikiran yang dicetuskan oleh para ahli (Doctrine atau Writting
Publicist)
Merupakan pendapat atau karya ilmiah yang dicetuskan oleh mereka yang
mempunyai keahlian dan digunakan untuk menopang argumentasi-argumentasi
hukum. Ajaran tersebut bersifat tidak mengikat dan tidak dapat menciptakan hukum,
tetapi merupakan sumber hukum yang sangat berperan dalam perkembangan hukum
internasional. Sebagai contoh pendapat dari Gidel tentang Zona Tambahan yang
diikuti oleh banyak pakar akhirnya menjadi suatu hukum kebiasaan internasional dan
pendapat Alfred Pedro tentang konsep warisan bersama umat manusia (Common
Heritage of Mankind) di zona laut lepas.
c) Keputusan Organisasi Internasional (di luar Statuta Mahkamah Agung)
Seiring dengan perkembangan jaman, perjanjian nasional tidak terbatas pada
perjanjian yang dibuat oleh negara sebagai subyek hukum internasional namun juga
perjanjian atau keputusan antarorganisasi internasional sebagai subyek hukum.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, organisasi nasional mampu
menciptakan kaidah-kaidah hukum internasional yang mampu berlaku khusus bagi
para anggotanya bahkan dapat menciptakan kaidah atau prinsip yang berlaku bagi
umum atau universal, contohnya adalah resolusi majelis umum PBB (Declaration on
the Inadmissibility of Intervention in the Domestic Affairs of States and the Protection
of their Sovereignty 1965, Security Council Resolution 2371 on August, 2017 in
response to North Korea’s two ICBM test in July, dan lain-lain).

Dari pengelompokkan tersebut dapat ditemukan perbedaan antara sumber hukum


internasional primer dan subsidier, yaitu:
PRIMER SUBSIDIER
Sumber hukum internasional yang Sumber hukum internasional yang bersifat
bersifat paling utama dan paling penting hanya sebagai tambahan atau pelengkap
dari sumber hukum primer
Mengikat masyarakat luas atau Tidak mengikat masyarakat luas atau tidak
menimbulkan suatu kaidah hukum menimbulkan suatu kaidah hukum (putusan
(mengikat bagi negara yang pengadilan hanya mengikat bagi para pihak
menandatangani perjanjian internasional, tertentu dan ajaran para ahli hanya berlaku
memberikan hak dan kewajiban bagi atau mengikat orang yang menganut ajaran
negara-negara untuk mematuhi kebiasaan tersebut)
internasional yang sudah ada sejak dulu)
Dapat berdiri sendiri tanpa keberadaan Tidak dapat berdiri tanpa diikuti oleh
hukum yang lainnya hukum primer
Precedent (wajib untuk diikuti) Non-precedent (tidak wajib untuk diikuti)

Anda mungkin juga menyukai