Anda di halaman 1dari 13

BAB VI

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL


( KD. 3.17 )

A. Hakikat Hukum Internasional

1. Pengertian Hukum Internasional


Setiap negara dalam menjalin hubungan dengan negara- negara lain atau
hubungan internasional dibatasi oleh hukum vang mengatur kepentingan negara-
negara tersebut. Hukum yang mengatur hubungan antarnegara berdaulat itu disebut
hukum internasional.
Berikut ini adalah beberapa pengertian hukum internasional menurut para ahli.
a. Menurut J. L. Brierly (Setianingsih, 2014), hukum internasional adalah kumpulan
aturan dan prinsip aksi yang mengikat hubungan antarnegara.
b. Menurut Mochtar Kusumaatmadja (Setianingsih, 2014), hukum internasional
adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan
yang melintasi batas negara antara:
1) antarnegara dengan negara,
2) negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek bukan negara
satu sama lain.
c. Menurut Ivan A. Shearer (Listyarti, 2011), hukum internasional adalah
sekumpulan peraturan hukum yang sebagian besar mengatur prinsip-prinsip dan
aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-negara (subjek hukum
internasional) dan hubungannya satu sama lain, yang meliputi:
1) aturan-aturan hukum yang berhubungan dengan fungsi-fungsi institusi dan
organisasi- organisasi, hubungan antara institusi dan organisasi-organisasi
tersebut, serta hubungan antara institusi dan organisasi- organisasi tersebut
dengan negara dan individu-individu,
2) aturan-aturan hukum tertentu yang berhubungan dengan individu-individu
yang menjadi perhatian komunitas internasional selain entitas negara.
d. Menurut Wirjono Prodjodikoro (Budiyanto, 2011), hukum internasional adalah
hukum yang mengatur perhubungan hukum antara berbagai bangsa di berbagai
negara.
e. Menurut J. G. Starke (Budiyanto, 2011), hukum internasional adalah sekumpulan
hukum (body of law) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan karena itu
biasanya ditaati dalam hubungan antarnegara.

2. Asas-asas Hukum Internasional Hubungan antarnegara berkaitan dengan


asas-asas huku internasional.
Asas-asas hukum internasional tersebut, di antaranya sebagai berikut.
a. Asas Teritorial
Asas teritorial merujuk pada kekuasaan negara atas daerah atau wilayah negara
tersebut. Dengan demikian, negara memiliki hak penerapan hukum terhadap
semua orang yang berada di wilayahnya. Negara berhak menindak setiap orang
yang melakukan kesalahan di wilayah negara tersebut sesuai a. hukum yang
berlaku.
b. Asas Kebangsaan
Asas kebangsaan merujuk pada kekuasaan negara untuk warga negaranya.
Dengan demikian, hukum bagi warga suatu negara berlaku di mana pun warga
negara tersebut melakukan perbuatan yang melawan hukum, termasuk di
negara lain.
c. Asas Kepentingan Umum
Asas kepentingan umum berkaitan dengan kepentingan bagi seluruh
masyarakat. Berdasarkan asas ini, hukum internasional dibentuk untuk
kepentingan seluruh negara atau kepentingan internasional, bukan untuk negara
besar atau negara kaya saja.
d. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas pacta sunt servanda berkaitan dengan perjanjian internasional.
Berdasarkan asas ini, setiap perjanjian internasional yang telah disepakati
bersama harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak tanpa ada
pengingkaran.
e. Asas Equal Rights
Asas egality rights berkaitan dengan kedudukan pihak- pihak yang terkait, yaitu
semua pihak berkedudukan sama. Berdasarkan asas ini, masing-masing negara
saling menghormati dan menjaga kehormatan.
f. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan bermakna perlunya keterbukaan untuk memberikan informasi
dengan jujur dan dilandasi keadilan. Dengan demikian, setiap pihak mengetahui,
antara lain hak dan kewajiban dalam menjalin hubungan internasional.

3. Sumber-sumber Hukum Internasional


Sumber-sumber hukum internasional berdasarkan Statuta atau Piagam
Mahkamah Internasional (Statute of the International Court of Justice) Pasal 38 ayat
1 adalah sebagai berikut (Gunakaya, 2017).
a. Perjanjian Internasional (International Convention)
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang dibuat oleh anggota masyarakat
internasional yang terdiri dari negara- negara yang bertujuan untuk membentuk
hukum sehingga mempunyai akibat hukum. Bentuk perjanjian internasional
dapat berupa traktat, kovenan, konvensi, dan perjanjian.
b. Kebiasaan Internasional (International Custom)
Kebiasaan internasional adalah kebiasaan antarnegara di dunia yang merupakan
kebiasaan yang dapat diterima sebagai hukum. Contoh kebiasaan internasional
adalah aturan tentang cara-cara mengadakan perjanjian internasional.
c. Yurisprudensi Dan Doktrin (Judicial Decisions and Teachings)
Yurisprudensi dan doktrin adalah sumber tambahan dari ketiga sumber hukum
internasional di atas. Yurisprudensi yang dimaksud adalah putusan hakim
pengadilan internasional. Adapun doktrin yang dimaksud adalah pendapat para
ahli hukum internasional.
d. Prinsip Hukum Umum yang Diakui Negara-negara Berdaulat (General
Principles of Law Recognized by Civilised Nations)
Prinsip ini mendasari sistem hukum positif dan lembaga hukum di dunia.

4. Bentuk Produk Hukum Internasional


Bentuk-bentuk produk hukum internasional antara lain sebagai berikut (Gunakaya,
2017).
a. Resolusi
Resolusi adalah keputusan yang diambil oleh suatu badan dalam organisasi
internasonal, seperti Perserikatan Bangsa- Bangsa atau United Nations (UN). Di
dalam PBB terdapat dua resolusi. Pertama, resolusi yang dikeluarkan Majelis
Umum (General Assembly) PBB. Resolusi ini umumnya tidak memiliki kekuatan
hukum. Kedua, resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan (Security Council)
PBB. Resolusi ini memiliki kekuatan hukum dan negara-negara PBB harus
mengikuti resolusi yang dikeluarkan.
b. Konvensi
Konvensi merupakan perjanjian internasional yang memiliki kekuatan hukum.
Nama lain dari konvensi adalah kovenan, pakta, agreement, dan charter
(piagam).
c. Protocol dan Annex
Protocol dan annex adalah aturan lebih lanjut dari perjanjian internasional yang
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terikat dengan perjanjian induknya.

5. Subjek-subjek Hukum Internasional


Subjek hukum internasional merupakan para pelaku atau entitas yang memiliki
hak dan kewajiban serta kemampuan untuk mempertahankan haknya dalam
gugatan atau tuntutan melalui mahkamah internasional. Subjek hukum internasional
antara lain sebagai berikut (Ashri dan Samuddi, 2013).
a. Negara
Negara dianggap subjek hukum internasional sejak lahirnya hukum internasional.
Bahkan, hukum internasional sempat dianggap sebagai hukum antarnegara.
Suatu entitas dianggap sebagai negara dan menjadi subjek hukum internasional
jika memenuhi syarat, yaitu harus memiliki penduduk tetap, wilayah tertentu,
pemerintahan, dan kapasitas untuk berhubungan dengan negara lain.
b. Tahta Suci (Vatikan)
Tahta Suci (Heilige Stoel) ialah Gereja Katolik Roma yang diwakili oleh Paus di
Vatikan. Tahta Suci (Vatikan) merupakan salah satu subjek hukum internasional
yang ada sejak dulu, selain negara. Hal ini terkait dengan Paus yang dulu tidak
hanya sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma, namun juga memiliki kekuasaan
duniawi. Hingga saat ini, Vatikan memiliki perwakilan diplomatik di berbagai
negara yang kedudukannya sejajar dengan perwakilan diplomatik negara lain.
c. Organisasi Internasional
Sebuah organisasi disebut sebagai organisasi internasional bila mempunyai hak
dan kewajiban menurut hukum internasional. Hal ini dapat dilihat dari perjanjian
yang mendasari berdirinya organisasi internasional tersebut. Dapat dilihat
apakah dalam perjanjian tersebut organisasi memiliki badan yang berwenang
melakukan fungsi tertentu dalam masyarakat internasional dan wewenang
tersebut berasal dari organisasi, bukan dari C. anggota secara individu.
d. Palang Merah Internasional
Subjek hukum yang dimaksud adalah Palang Merah Internasional (International
Committee of the Red Cross/ ICRC) yang berkedudukan di Jenewa dan bukan
organisasi palang merah nasional yang terdapat di suatu negara. Kedudukan
Palang Merah Internasional sebagai subjek hukum internasional diperkuat oleh
beberapa perjanjian, antara lain Konvensi Jenewa tentang perlindungan korban
perang.
e. Pemberontak
Pemberontak diakui sebagai subjek hukum internasional jika memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut.
1) Terorganisasi dan teratur di bawah pimpinan yang jelas.
2) Mengenakan tanda pengenal atau seragam yang menunjukkan identitasnya.
3) Menguasai sebagian wilayah secara efektif sehingga benar-benar berada di
bawah kekuasaannya.
4) Mendapatkan dukungan dari rakyat wilayah yang didudukinya.
f. Gerakan Pembebasan Nasional
Salah satu cara gerakan pembebasan nasional agar mendapat pengakuan
sebagai subjek hukum internasional adalah mendapatkan dukungan dan
pengakuan dari negara- negara lain. Contoh dari gerakan pembebasan nasional
adalah Organisasi Pembebasan Palestina (Palestine Liberation
Organization/PLO). PLO sejak tahun 1948 memperjuangkan haknya untuk
mendirikan negara Palestina di wilayah yang diduduki Israel.
g. Organisasi Nonpemerintah (Non-Government Organizations/ NGO)
Organisasi nonpemerintah atau Non-Government Organizations/NGO
merupakan lembaga yang didirikan oleh swasta atau nonpemerintah. Salah satu
tujuan NGO adalah mencoba memengaruhi subjek-subjek hukum internasional
melalui kegiatan yang jangkauannya dapat meluas antarnegara. Ruang lingkup
NGO beraneka ragam. Contoh NGO adalah Greenpeace yang bergerak dalam
bidang perlindungan lingkungan.
h. Individu
Pengakuan terhadap individu sebagai subjek hukum internasional mengalami
perkembangan sejak berakhirnya Perang Dunia II. Ada berbagai konvensi
mengenai hak asasi manusia, seperti The International Covenant on Civil and
Political Rights dan The International Covenant on Economic, Social, and
Cultural Rights tahun 1966. Status individu meningkat tidak hanya sebagai objek,
namun sebagai subjek dalam hukum internasional. Peningkatan status ini
menjadi penting ketika terjadi sejumlah kejahatan atas hak asasi manusia,
seperti genosida dan pembunuhan massal di sejumlah wilayah, misalnya
genosida di Rwanda.

6. Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional


Negara-negara yang terikat dalam perjanjian internasional harus menaati isi
perjanjian dan menjalankan perjanjian tanpa alasan apa pun. Hal ini ditegaskan
dalam Konvensi Wina tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional (The Law
of Treaties). Dalam Pasal 27 Konvensi Wina 1969 tersebut tertulis bahwa negara
tidak dapat menjadikan hukum nasionalnya sebagai alasan untuk tidak dapat
menjalankan kewajiban perjanjian internasional.
Negara yang akan membuat perjanjian internasional harus mengetahui terlebih
dulu hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional negara
bersangkutan. Menurut Mochtar Kusumaatmadja (2003), terdapat dua teori untuk
menjelaskan hubungan hukum internasional dan hukum nasional. Kedua teori itu
adalah teori monisme dan teori dualisme.
a. Teori Monisme
Teori monisme berpandangan bahwa hukum internasional dan hukum nasional
merupakan satu kesatuan hukum. Maka, jika suatu negara meratifikasi suatu
perjanjian internasional, otomatis perjanjian internasional itu menjadi hukum
nasional negara bersangkutan.
b. Teori Dualisme
Teori dualisme berpandangan bahwa hukum internasional dan hukum nasional
merupakan dua hukum yang terpisah. Perjanjian internasional yang diratifikasi
suatu negara tidak otomatis menjadi hukum nasional. Negara tersebut harus
melakukan transformasi hukum, umumnya dalam bentuk mengesahkan hukum
internasional itu menjadi undang- undang melalui parlemen.
Berdasarkan kedua teori di atas, Indonesia termasuk negara yang menjalankan
teori dualisme. Hal ini dapat terlihat pada UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional. Pada Pasal 9 ayat (2) UU No. 24 Tahun 2000 disebutkan bahwa
"Pengesahan perjanjian internasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dengan undang-undang atau keputusan presiden." Artinya, Indonesia
tidak langsung menerapkan perjanjian internasional menjadi hukum nasional,
namun harus melalui tahapan pengubahan dan pengesahan menjadi peraturan
perundang-undangan. Dengan kata lain, Indonesia menganut teori dualisme.
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2000 Pasal 10, pengesahan perjanjian
internasional dilakukan dengan undang-undang apabila berkenaan dengan:
1) masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara;
2) perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik Indonesia;
3) kedaulatan atau hak berdaulat negara;
4) hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
5) pembentukan kaidah hukum baru; serta
6) pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
Adapun perjanjian internasional yang tidak mencakup Pasal 10 UU No. 24
Tahun 2000 dapat disahkan melalui keputusan presiden, tanpa persetujuan dari
parlemen.

Info Kewarganegaraan
Berkenaan dengan hubungan hukum internasional dan hukum nasional, selain ada
asas law making treaties, juga dikenal asas treaty contract, yaitu suatu
perjanjinan/hukum internasional hanya diikuti atau dipatuhi oleh negara-negara
yang melakukan perjanjian internasional saja. Dengan demikian, negara yang tidak
melakukan perjanjian hukum tidak memiliki kewajiban atau tidak terikat untuk
melaksanakan isi perjanjian hukum internasional tersebut.

B. Hakikat Peradilan Internasional

1. Pengertian Peradilan Internasional


Anda telah mengetahui bahwa agar hubungan antarnegara berjalan dengan
tertib dan lancar diperlukan hukum internasional. nukum internasional berfungsi
sebagai pedoman untuk mengatur hubungan hukum antarsubjek hukum. Tentu
dalam hubungan hukum tersebut tidak tertutup kemungkinan terjadi pelanggaran
sehingga merugikan salah satu pihak atau kedua belah pihak dan terjadi
persengketaan. Agar hubungan tersebut pulih, dilakukanlah proses peradilan
internasional. Proses peradilan internasional ini dilakukan oleh badan peradilan
internasional. Jadi, peradilan internasional dapat diartikan sebagai penyelesaian
persengketaan hukum internasional yang dilakukan oleh badan peradilan
internasional.
2. Mahkamah Internasional
Mahkamah Internasional (International Court of JusticelIC) merupakan
pengadilan tertinggi dalam kehidupan bernegara di dunia. Mahkamah Internasional
didirikan untuk menyelesaikan kasus-kasus persengkataan antarnegara dan
memberikan opini atau nasihat berdasarkan hukum internasional yang disepakati.
Mahkamah Internasional yang berkedudukan di Den Haag, Belanda merupakan
lembaga kehakiman dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Mahkamah
Internasional ini didirikan pada tahun 1945 berdasarkan Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan mulai berfungsi sejak tahun 1946.
Seluruh anggota PBB otomatis menjadi anggota Mahkamah Internasional.
Negara yang bukan anggota Mahkamah Internasional dapat menggunakan
mahkamah internasional jika menerima syarat-syarat yang ditetapkan oleh PBB dan
setuju memberikan kontribusi dana bagi Mahkamah Internasional. Mahkaman
Internasional memiliki anggota yang terdiri dari 15 orang hakim yang dipilih oleh
Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB. Para hakim direkrut dari warga negara
anggota yang dinilai cakap o bidang hukum internasional. Para hakim Mahkamah
Internasional bertugas selama sembilan tahun dan dapat dipilih kembali.
Fungsi Mahkamah Internasional adalah menyelesaikan persengketaan atau
perselisihan internasional daril negara negara anggota Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Mahkamah Internasional dapat mengadili negara-negara bukan anggota
PBB yang mengalami sengketa. Negara tersebut harus memenuhi persyaratan yang
diberikan oleh Dewan Keamanan PBB atas dasar pertimbangan Majelis Umum PBB.
Negara tersebut juga barus menerima ketentuan dari Mahkamah Internasional
Mahkamah Internasional mengadili masalah yang berkenaan dengan perselisihan
kepentingan dan perselisihan hukum. Dalam mengadili suatu perkara, Mahkamah
Internasional berpedoman pada perjanjian internasional, yaitu traktat dan kebiasaan
internasional sebagai sumber hukum.

C. Sengketa Internasional

1. Penyebab Sengketa Internasional


Sengketa internasional atau international dispute merupakan perselisihan yang
terjadi antara subjek-subjek hukum internasional, seperti antara negara dan negara,
negara dan individu, negara dan badan yang menjadi subjek hukum internasional,
atau individu dan negara.
Sengketa internasional dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut (Listyarti,
2011).
a. salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian internasional;
b. perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian internasional:
c. perebutan sumber-sumber ekonomi;
d. perebutan pengaruh ekonomi, politik, atau keamanan regional dan internasional
e. intervensi terhadap kedaulatan negara lain; dan
f. penghinaan terhadap harga diri bangsa.
2. Jenis Sengketa Internasional
Jenis-jenis sengketa internasional, antara lain sebagai berikut.
a. Sengketa Posisi
Sengketa posisi atau batas negara menjadi sengketa yang umum terjadi di dunia
internasional. Batas negara sering berada jauh dari pusat negara dan mungkin
berpindah dari tahun ke tahun akibat perubahan alam. Garis batas di peta yang
dibuat puluhan tahun lalu mungkin tidak selalu relevan dengan situasi saat ini,
dan pada sejumlah kasus garis batas tersebut bahkan menjadi sengketa sejak
dibuat pertama kalinya.
b. Sengketa Wilayah
Wilayah atau teritorial berkaitan dengan sengketa klaim wilayah suatu negara
yang tidak disepakati negara lain. Sengketa wilayah dapat terjadi dengan alasan
sejarah atau budaya. Suatu negara dapat mengklaim suatu wilayah karena
alasan sejarah, misalnya sengketa atas Kepulauan Aland antara Swedia dan
Finlandia. Kepulauan Aland dianggap bagian dari sejarah Swedia, tetapi klaim itu
ditolak Finlandia.
c. Sengketa Sumber Daya Alam
Sengketa sumber daya alam berkaitan dengan wilayah yang dianggap kaya
sumber daya alam yang diklaim sejumlah negara. Wilayah yang disengketakan
dianggap kaya sumber daya alam, seperti minyak bumi dan gas bumi. Sengketa
sumber daya alam dapat menjadi kompleks ketika berkaitan dengan bentukan
alam, seperti sungai besar yang melintasi berbagai negara. Terkadang, sengketa
ini dapat menghasilkan hasil positif. Contohnya, tahun 1998, 14 negara yang
berbatasan dengan Sungai Danube di Eropa membentuk International
Commission for the Protection of the Danube River, yaitu organisasi yang
bertujuan menjaga Sungai Danube dari polusi dan kerusakan.
3. Penyelesaian Sengketa Internasional
Ketika ada sengketa international, negara-negara yang terlibat di dalam
sengketa tersebut harus mencari solusinya. Umumnya, penyelesaian sengketa
internasional dapat dilakukan dengan metode diplomatik dan metode legal.
a. Metode Diplomatik
Metode diplomatik dapat dilakukan dengan cara-cara, antara lain sebagai
berikut.
1) Negosiasi
Proses penyelesaian sengketa melalui negosiasi tidak melibatkan pihak
ketiga. Negosiasi dilakukan oleh pihak- pihak yang terkait saja
2) Mediasi
Proses penyelesaian sengketa melalui mediasi melibatkan pihak ketiga
sebagai pelaku mediasi atau mediator. Mediator berperan aktif mencari solusi
yang tepat dan diterima pihak-pihak yang bertikai.
3) Inquiry
Proses penyelesaian sengketa melalui inquiry melibatkan pendirian sebuah
komisi atau badan internasional untuk menyelesaikan permasalahan. Badan
tersebut akan mendengarkan semua bukti berkaitan dengan permasalahan
dan akan mengeluarkan fakta disertai penyelesaian.
b. Metode Legal
Metode legal atau hukum dapat dilakukan dengan cara-cara antara lain sebagai
berikut.
1) Arbitrase
Arbistrase merupakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui
pihak ketiga yang netral. Pihak ketiga ini dapat berupa individu, arbitrase
terlembaga (institusional), atau arbitrase sementara (ad hoc). Arbitrase ad
hoc merupakan arbitrase yang dibentuk secara khusus untuk menyelesaikan
atau memutuskan perselisihan tertentu.
2) Mahkamah Internasional
Mahkamah Internasional berwenang memutuskan kasus hukum internasional
melalui persetujuan semua pihak yang bersengketa. Mahkamah Internasional
akan memperhatikan bukti-bukti yang diajukan semua pihak. Keputusan
Mahkamah Internasional mengikat bagi semua pihak yang bersengketa.
3) Pengadilan lain
PBB membentuk International Criminal Court (ICC) atau Mahkamah
Kejahatan Internasional dan International Tribunal for the Law of the Sea
(ITLOS) atau Pengadilan Internasional untuk Hukum Laut. ICC didirikan
untuk membantu mengakhiri pelanggaran berat atas hukum kemanusiaan
internasional, seperti genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan
kejahatan perang. ITLOS merupakan pengadilan internasional yang khusus
menangani sengketa hukum laut.

Rangkuman

1. Setiap negara dalam menjalin hubungan dengan negara-negara lain atau hubungan
internasional dibatasi oleh hukum yang mengatur kepentingan negara-negara tersebut.
Hukum yang mengatur hubungan antarnegara berdaulat itu disebut hukum
internasional.
2. Hubungan antarnegara berkaitan dengan asas-asas hukum internasional Asassacas
hukum internasional tersebut di antaranya ialah asas territorial, asas kebangsaan, asas
kepentingan umum, asas pacta sunt servanda, asas equal rights, dan asas keterbukaan
3. Sumber-sumber hukum internasional berdasarkan Statuta atau Piagam Mahkamah
Internasional (Statute of the International Court of Justice) Pasal 38 ayat 1 adalah
perjanjian internasional (international convention), kebiasaan internasional (international
custom), prinsip hukum umum yang diakui negara-negara berdaulat (general principles
of law recognized by civilised nations), yurisprudensi dan doktrin (judicial decisions and
teachings)
4. Bentuk-bentuk produk hukum internasional antara lain adalah resolusi, konvensi, and
protocol dan annex.
5. Subjek hukum internasional merupakan para pelaku atau entitas yang memiliki hak dan
kewajiban serta kemampuan untuk mempertahankan haknya dalam gugatan atau
tuntutan melalui mahkamah internasional.
6. Subjek hukum internasional antara lain adalah negara, Tahta Suci (Vatikan), organisasi
internasional, Palang Merah Internasional, pemberontak, gerakan pembebasan
nasional, organisasi nonpemerintah (Non-Government Organizations/ NGO), dan
individu.
7. Negara-negara yang terikat dalam perjanjian internasional harus menaati isi perjanjian
dan menjalankan perjanjian tanpa alasan apa pun. Hal ini ditegaskan dalam Konvensi
Wina tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional (The Law of the Treaties).
8. Menurut Mochtar Kusumaatmadja (2003), terdapat dua teori untuk menjelaskan
hubungan hukum internasional dan hukum nasional. Kedua teori itu adalah teori
monisme dan teori dualisme.
9. Peradilan Internasional dapat diartikan sebagai penyelesaian persengketaan hukum
internasional yang dilakukan oleh badan peradilan internasional.
10. Mahkamah internasional (International Court of JusticellC) merupakan pengadilan
tertinggi dalam kehidupan bernegara di dunia, Mahkamah Internasional didirikan untuk
menyelesaikan kasus-kasus persengkataan antarnegara dan memberikan opini atau
nasihat berdasarkan hukum internasional yang disepakati.
11. Sengketa internasional atau international dispute merupakan perselisihan yang terjadi
antara subjek-subjek hukum internasional, seperti antara negara dan negara, negara
dan individu, negara dan badan yang menjadi subjek hukum internasional atau individu
dan negara.
12. Jenis-jenis sengketa internasional, antara lain adalah sengketa posisi, sengketa wilayah,
sengketa sumber daya alam
13. Ketika ada sengketa international, negara-negara yang terlibat di dalam sengketa
tersebut harus mencari solusinya. Umumnya, penyelesaian sengketa internasional
dapat dilakukan dengan metode diplomatik dan metode legal.

ULANGAN HARIAN

Pilihlah jawaban yang paling tepat.

1. Keseluruhan kaidah dan asas vang mengatur hubungan atau persoalan yang melintas
batas antarnegara dengan negara merupakan pengertian hukum internasional menurut ...
a. J. L. Brierly
b. Ivan A. Shearer
c. J. G. Starke
d. Wirjono Prodjodikoro
e. Mochtar Kusumaatmadja
2. Prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-negara dalam hukum
internasional menurut Ivan A. Shearer adalah
a. negara dengan subjek hukum lain bukan negara
b. hubungan antarnegara dengan negara
c. subjek bukan negara satu sama lain
d. individu-individu yang menjadi perhatian komunitas internasional
e. anggota masyarakat internasional yang terdiri dari negara-negara
3. Negara Indonesia sebagai negara hukum memiliki kekuasaan penuh dalam menerapkan
peraturan hukum bagi warga negaranya di manapun warga negara Indonesia berada. Hal
tersebut berkaitan dengan asas hukum internasional yang ditetapkan, yaitu asas
a. hukum
b. teritorial
c. kebangsaan
d. keterbukaan
e. kepentingan umum
4. Setiap negara memiliki kedudukan yang sama dalam ikatan hukum internasional. Oleh
karena itu, setiap negara harus saling menjaga dan menghormati satu dengan yang
lainnya. Hal ini sesuai dengan asas
a. teritorial
b. kebangsaan
c. pacta sunt servanda
d. equal rights
e. keterbukaan
5. Informasi yang jujur dan dilandasi keadilan merupakan hal penting dalam hubungan
internasional sehingga setiap negara dapat mengetahui hak dan kewajiban dalam menjalin
hubungan internasional. Hal tersebut sesuai dengan asas . . ..
a. kebangsaan
b. keterbukaan
c. kepentingan umum
d. equal rights
e. pacta sunt servanda
6. Mendengarkan pendapat para ahli hukum internasional merupakan salah satu sumber
hukum internasional, yaitu . . . .
a. doktrin
b. yurisprudensi
c. prinsip hukum umum
d. perjanjian internasional
e. kebiasaan internasional

7. Proses kemerdekaan bagi bangsa Indonesia tidaklan mudah karena Belanda masih ingin
menduduki Indonesia dengan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Untuk itu Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resolusi terhadap konflik Indonesia-Belanda pada tanggal . .
a. 27 Desember 1947
b. 28 Januari 1949
c. 19 Desember 1949
d. 27 Desember 1949
e. 17 Agustus 1950
8. Konvensi Internasional sebagai induk perjanjian internasional yang dilaksanakan
berdasarkan kebiasaan internasional dan diputuskan oleh Mahkamah Internasional atau
pendapat-pendapat ahli hukum internasional adalah konvensi . . . .
a. Jenewa 1949
b. Wina 1969
c. Berner 1986
d. Opium Internasional
e. Internasional SOLAS
9. Palang Merah Internasional yang merupakan organisasi internasional yang berkedudukan
di Jeneva, Swiss ditetapkan sebagai subjek hukum internasional karena merupakan
organisasi internasional berdasarkan ketetapan . . ..
a. Konvensi Jenewa 1949
b. Konvensi Wina 1969
c. Perjanjian internasional Tahun 1919
d. Perjanjian Italia Tahun 1929
e. Perjanjian Perdamaian Versailles
10. Berikut yang bukan merupakan perbuatan individu yang dapat dituntut ke Mahkamah
Internasional adalah kejahatan . . ..
a. perdamaian (mengobarkan perang)
b. pelanggaran HAM berat
c. melanggar hukum perang
d. kesepakatan jahat bertaraf internasional
e. sabotase terhadap kebijakan suatu negara
11. Perjuangan negara Palestina dengan melakukan upaya gerakan pembebasan nasional
agar mendapat pengakuan sebagai subjek hukum internasional untuk mendapatkan
dukungan dan pengakuan dari negara-negara lain dilakukan sejak tahun. ..
a. 1947
b. 1948
c. 1949
d. 1950
e. 1957
12. Tahta Suci (Vatikan) dijadikan sebagai subjek hukum internasional sejak terjadinya
a. Konvensi Jenewa 1949
b. Konvensi Wina 1969
c. Perjanjian Internasional Tahun 1919
d. Perjanjian Italia Tahun 1929
e. Perjanjian Perdamaian Versailles
13. Hukum Perjanjian Internasional merupakan hukum yang mengikat bagi negara-negara
yang melakukan perjanjian internasional. Negara tidak dapat menjadikan hukum
nasionalnya sebagai alasan untuk tidak dapat menjalankan kewajiban perjanjian
internasional. Pernyataan tersebut ditegaskan dalam . ...
a. Konvensi Wina tahun 1969
b. Konvensi Berner tahun 1986
c. Universal Copyright Convention
d. Konvensi Internasional SOLAS
e. Konvensi Opium Internasional
14. Mahkamah internasional yang didirikan untuk menyelesaikan kasus-kasus persengkataan
antarnegara dan memberikan opini atau nasihat berdasarkan hukum internasional yang
disepakati berkedudukan di . ..
a. Jenewa, Swiss
b. Washington D.
c. Den Haag, Belanda
d. Paris, Prancis
e. Berlin, Jerman
15. Perhatikan data-data berikut.
1) Persamaan penafsiran perjanjian internasional
2) Perebutan sumber-sumber ekonomi
3) Pengaruh ekonomi, politik, atau keamanan regional dan internasional
4) Intervensi terhadap kedaulatan negara lain
5) Penghinaan terhadap harga diri bangsa
Penyebab sengketa internasional ditunjukkan oleh nomor
a. 1), 2), dan 3)
b. 1), 3), dan 4)
c. 2), 3), dan 4)
d. 2), 4), dan 5)
e. 3), 4), dan 5)
16. Batas suatu negara sering berada jauh dari pusat negara dan mungkin berpindah dari
tahun ke tahun akibat perubahan alam. Hal ini seringkali menjadi awal terjadinya sengketa
a. posisi
b. wilayah
c. daratan
d. hukum
e. sumber daya alam
17. Konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda akhirnya mendapat bantuan dari OBB
sebagai badan internasional yang bertujuan membantu menyelesaikan perselisihan antara
Indonesia dan Belanda. Cara yang dilakukan oleh PBB adalah menyelesaikan konflik
berdasarkan
a. negosiasi
b. mediasi
c. inquiry
d. arbitrase
e. konsiliasi
18. Suatu perselisihan langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan
diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan
berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan, dan informal. Proses
semacam ini disebut
a. mediasi
b. inquiry
c. negosisai
d. arbitrase
e. konsolidasi
19. Ketika terjadi konflik antara dua negara, salah satu negara meminta waktu atau suatu jeda
untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan
perundingan perdamaian, dan merayakan hari suci keagamaan. Hal ini merupakan bentuk
penyelesaian konflik melalui . ...
a. mediasi
b. konsolidasi
c. genjatan senjata
d. pengadilan lain
e. mahkamah internasional
20. Pelanggaran berat atas hukum kemanusiaan internasional, seperti genosida, kejahatan
terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang diakhiri atau diputuskan dengan adanya
a. Mahkamah Kejahatan Internasional
b. Pengadilan Internasional untuk Hukum Laut
c. Pengadilan Internasional HAM
d. Mahkamah Konstitusi Internasional
e. Mahkamah Internasional

URAIAN

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan jelas dan ringkas.

1. Tulis dan jelaskan secara singkat pengertian hukum internasional menurut Mochtar
Kusumaatmadja.
2. Tulis dan jelaskan asas-asas hukum internasional.
3. Tuliskan sumber-sumber hukum internasional berdasarkan Statuta atau Piagam
Mahkamah Internasional (Statute of the International Court of Justice).
4. Jelaskan beberapa pelaku atau entitas yang memiliki hak dan kewajiban
mempertahankan haknya dalam gugatan atau tuntutan melalui Mahkamah
Internasional.
5. Jelaskan resolusi sebagai bentuk produk hukum internasional. Berikan contohnya
6. Mahkamah Internasional merupakan pengadilan tertinggi dalam kehidupan bernegara
di dunia. Berikan contoh kasus yang dihadapi negara dan diselesaikan dalam proses
peradilan Mahkamah Internasional.
7. Jelaskan proses penyelesaian sengketa internasional secara diplomatik dan berikan
contohnya.
8. Jelaskan secara singkat penyebab terjadinya sengketa internasional.
9. Apa kontribusi yang pernah negara Indonesia lakukan dalam penyelesaian sengketa
internasional?
10. Bagaimana cara negara Indonesia menyelesaikan persoalan ketika terjadi sengketa
dengan negara lain. Berikan contoh kasusnya.

Anda mungkin juga menyukai