Anda di halaman 1dari 11

RESUME

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

“HUKUM INTERNASIONAL”

Dosen Pengampu : Hendria Fithrina, SH, MH.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Anggy Mariska (2310111060)


Afri Deliana Putri (2310112104)
Anisa Aulia Putri (2310112009)
Muhammad Gibran (2310113155)
Ridho Harungguan (2310112196)

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023/2024
1. Definisi, Sumber Hukum, Subyek Hukum Internasional
A. Definisi Hukum Internasional
Hukum Internasional terdiri atas :
a. Hukum Perdata Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum
antara warga negara suatu negara degan warga negara dari negara lain dalam
hubungan internasional (hubungan antar bangsa).
b. Hukum Publik Internasional (Hukum Antar Negara), yaitu hukum yang mengatur
hubungan antara negara yang satu dengan negara-negara yang lain dalam
hubungan internasional.
Hukum Internasional dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang untuk sebagain
besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara
tersebut terikat untuk menaati dan benar-benar ditaati secara umum dalam hubungan mereka satu
sama lain. Yang meliputi :

• Kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan bergungsinya Lembaga-lembaga


atau organisasi-organisasi internasional, hubungan-hubungan mereka satu sama
lain, dan hubungan mereka dengan negara-negara dan individu-individu.
• Kaidah-kaidah hukum tertentu yang berkaitan dengan individu-individu dan
badan-badan non negara sejauh hak-hak dan kewajiban individu dan badan non
negara tersebut penting bagi Masyarakat internasional.

B. Sumber Hukum Internasional


Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional menyatakan sumber hukum internasional
yaitu :
a. Perjanjian Internasional
Perjanjian ini merupakan kesepakatan tertulis antara negara-negara yang menimbulkan
hak dan kewajiban bagi pihak yang terlibat. Terdapat perjanjian bilateral dan multilateral.
Perjanjian internasional sangat penting dalam menjaga perdamaian dan kerjasama antar negara-
negara. Sebagai contoh, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik adalah salah satu
perjanjian internasional yang mengatur hubungan diplomatik antara negara-negara.
b. Kebiasaan Internasional
Ada dua elemen yang harus ada dalam kebiasaan internasional untuk bisa dipakai sebagai
sumber hukum internasional:
1. Praktek Negara-negara: Unsur-unsur yang dilihat dalam praktek negara adalah seberapa
lama hal itu sudah dilakukan secara terus menerus (duration); keseragaman atau kesamaan dari
praktek tersebut dalam berbegai kesempatan dan berbagai pihak yang terlibat (uniformity) serta
kadar kebiasaan yang dimunculkan oleh tindakan tersebut (generality).
2. Opinio Juris sive Necessitatis. Ini adalah pengakuan subyektif dari negara-negara yang
melakukan kebiasaan internasional tertentu dan kehendak untuk mematuhi kebiasaan
internasional tersebut sebagai sebuah hukum yang memberikan hak dan kewajiban bagi negara-
negara tersebut.
Hukum kebiasaan dikristalisasi dalam adat-istiadat atau praktek-praktek negara-negara
melalui :
• Hubungan diplomatik antarnegara, misalnya pernyataan-pernyataan negarawan,
pendapat-pendapat penasehat hukum Pemerintah, traktat-traktat bilateral, pernyataan pers,
dll.
• Praktek-praktek organ-organ internasional mengenai status, kekuasaan dan tanggung
jawab organ-organ itu.
• Undang-undang nasional, keputusan pengadilan nasional, dan praktek-praktek militer dan
administrasi negara.

c. Prinsip-prinsip Hukum Umum


Sumber hukum ini dgunakan ketika perjanjian internasional dan kebiasaan yang
ditemukan tidak kuat dipakai sebagai dasar untuk memutuskan suatu perkara. Hal ini penting
dilakukan agar pengadilan tidak berhenti begitu saja karena tidak ada aturan yang mengatur (non
liquet).
Prinsip hukum umum seringkali berguna dan berfungsi sebagai keterangan untuk
menginterpretasikan sebuah kebiasaan atau perjanjian internasional. Hal ini terutama ditemukan
dalam naskah persiapan suatu perjanjian internasional. Contoh dari prinsip ini adalah good faith,
pacta sunt servanda, red judicata, dll
d. Keputusan-keputusan hakim dan ajaran-ajaran para ahli hukum internasional
Yurisprudensi dan Doktrin bersifat tambahan. Keputusan pengadilan ini digunakan oleh
hakim untuk memperkuat argumentasi berdasarkan sumber hukum di atasnya. Contohnya dalam
sengketa- sengketa ganti rugi dan penangkapan ikan telah memasukkan unsur-unsur baru ke
dalam hukum internasional
Meskipun tidak mengikat, pendapat para ahli sering dikutip untuk memperkuat argumen
dalam konteks hukum internasional. Namun, hakim tidak dapat memutus perkara berdasarkan
opini para pakar ahli karena opini ini tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Contohnya
Komisi hukum internasional yang beranggotakan para ahli hukum, dibentuk oleh majelis umum
PBB berdasarkan Resolusi MU 1947.
C. Subyek Hukum Internasional
Subjek Hukum Internasional adalah segala sesuatu yang tunduk pada hukum internasional
dan pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan internasional.
Kecakapan yang harus dimiliki Subjek Hukum Internasional :

• Memiliki kemampuan untuk melakukan penuntutan terhadap pihak yang melanggar


kewajiban Internasional.
• Memiliki kekebalan dari pengaruh/penerapan yurisdiksi nasional suatu negara
• Dapat menjadi anggota dan berpartisipasi dalam keanggotaan suatu organisasi
Internasional.
Subyek Hukum Internasional :
1. Negara
Negara merupakan subjek hukum internasional penuh.[6] Menurut Konvensi
Montevideo 1949, kualifikasi suatu negara sebagai subjek hukum internasional adalah
mempunyai penduduk yang tetap, wilayah tertentu, pemerintahan yang sah atau berdaulat,
dan negara tersebut mempunyai kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain.
2. Organisasi Internasional
➢ Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud
dan tujuan yang bersifat umum. Misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
➢ Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan
tujuan yang bersifat spesifik. Contohnya World Bank atau Bank
Dunia, International Monetary Fund (IMF), dan World Health
Organization (WHO), dan lain-lain.
➢ Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan
global. Contohnya ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), European
Union, dan lain-lain.
3. Palang Merah Internasional
Palang Merah Internasional yang berkedudukan di Jenewa mempunyai tempat
tersendiri dalam sejarah hukum Internasional. Palang Merah Internasional (PMI) sebagai
subjek hukum internasional memiliki ruang lingkup terbatas.
Namun, kedudukan PMI diperkuat dengan adanya perjanjian dan konvensi
internasional. Mengingat misi PMI adalah untuk kemanusiaan, organisasi internasional ini
harus independen dan dilaksanakan tanpa intervensi negara mana pun.
4. Takhta Suci Vatikan
Takhta Suci atau Vatican/Holy See adalah subjek hukum internasional yang terkait
dengan Paus dan Gereja Katolik. Takhta Suci diakui sebagai subjek hukum internasional
setelah terjadi perjanjian Lateran pada tahun 1929 yang mengembalikan tanah di Roma
kepada Takhta Suci dan memungkinkan berdirinya negara Vatikan.
5. Pemberontak
Menurut hukum perang, kelompok pemberontak dapat menjadi subjek hukum
internasional jika telah terorganisir, menaati hukum perang, memiliki wilayah yang
dikuasai, memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain, dapat
menentukan nasibnya sendiri, menguasai sumber daya alam di wilayah yang dikuasainya,
dan memilih sistem ekonomi, politik, dan sosial sendiri.
6. Individu
Manusia sebagai individu juga termasuk dalam subjek hukum internasional. Masih
bersumber dari buku yang sama, diterangkan Mochtar Kusumaatmadja, Perjanjian
Versailles 1919 memuat sejumlah pasal yang memungkinkan individu untuk mengajukan
perkara secara internasional ke Mahkamah Arbitrase Internasional.

2. Perwakilan Negara di Luar Negeri, Hak Eksterritorialitas, Politik Luar Negeri


Indonesia

A. Perwakilan Negara di Luar Negeri


Diplomat yang bertugas mewakili negara mereka di negara lain disebut perwakilan negara di
luar negeri. Mereka bertanggung jawab untuk menjaga hubungan diplomatik dengan negara tuan
rumah mereka dan menjalankan politik luar negeri negara asal mereka.
Hak eksterritorialitas biasanya berkaitan dengan perlindungan hukum yang diberikan kepada
kedutaan besar atau konsulat suatu negara yang berada di wilayah negara lain untuk memastikan
bahwa wilayah tersebut dianggap sebagai bagian dari wilayah negara yang diwakilinya, sehingga
hukum negara tersebut berlaku di wilayah tersebut.
B. Hak Ekstrateritorialitas
Konsep hukum internasional yang dikenal sebagai "hak eksterritorialitas" mengacu pada hak
suatu negara untuk menjalankan yurisdiksinya di luar wilayahnya, terutama dalam kasus dimana
negara tersebut memiliki kedutaan besar atau konsulat di luar wilayahnya, sehingga hukum dan
yurisdiksi negara tersebut berlaku di wilayah tersebut.
Konsep ini dimaksudkan untuk melindungi misi diplomatik dan pejabat konsuler dari campur
tangan atau pengaruh negara tempat mereka bekerja. Hal ini juga memungkinkan mereka
menjalankan tugas diplomatik mereka tanpa khawatir tentang intervensi dari negara lain.

C. Politik Luar Negeri Indonesia


Kebijakan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia untuk menjaga dan
memajukan kepentingan negaranya di tingkat internasional dikenal sebagai politik luar negeri
Indonesia. Tujuan politik luar negeri Indonesia adalah untuk memastikan keamanan nasional,
kemajuan ekonomi, perdamaian, dan keadilan global melalui diplomasi, kerja sama
internasional, dan keterlibatan aktif dalam organisasi internasional
Prinsip utama politik luar negeri Indonesia yaitu :

• Prinsip Ketuhanan: Negara Indonesia menjalankan pemerintahan, termasuk dalam


menjalin hubungan dengan luar negeri berdasarkan prinsip ketuhanan sesuai dengan sila
pertama Pancasila.
• Prinsip Kemanusiaan: Prinsip kemanusiaan menunjukkan persamaan derajat seluruh
manusia tanpa membedakan status sosial, jabatan dan unsur lainnya. Sehingga, segala
bentuk penindasan yang ada harus ditolak.
• Prinsip Persatuan: Segala bentuk upaya untuk mempertahankan persatuan, perdamaian,
dan keselarasan masyarakat, serta membangun pertahanan dan kesatuan.
• Prinsip Demokrasi: Bentuk kebijakan yang mampu memecahkan masalah dan mampu
menghadapi masa depan bersama-sama dengan bekerjasama, saling membantu, dan
bermusyawarah untuk mencapai mufakat.
• Prinsip Keadilan: Upaya mengedepankan prinsip keadilan untuk kesejahteraan dan
perdamaian seluruh rakyat Indonesia.

3. Pembagian Hukum Internasional

Hukum Internasional, dapat dibagi atas :

A. Hukum Perdamaian : mengatur hubungan negara-negara dalam masa damai.


Misalnya :
a. Mengatur wilayah serta warga suatu negara (perlindungan terhadap orang asing).
b. Mengatur badan-badan yang bertindak sebagai perwakilan negara, meliputi : kepala
negara, para duta dan para konsul.
c. Mengatur cara membentuk, memberlakukan, serta menghapus traktat.
d. Kerja sama internasional dibidang sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain.
e. Mengatur tentang peristiwa pidana yang bersifat internasional (kejahatan
internasional).
f. Mengatur penyelesaian damai suatu perselisihan internasional.
B. Hukum Peperangan : mengatur hubungan antarnegara-negara berperang
Misalnya mengenai :
a. Perlakuan terhadap tawanan perang
b. Perlakuan terhadap dokter dan juru rawat
c. Perwakilan
d. Mata-mata
e. Larangan pemakaian senjata tertentu (kimia/biologis)

C. Hukum Kenetralan : mengatur hubungan antara negara-negara yang tidak turut


berperang (netral) dan negara-negara yang sedang berperang antara satu sama lain.
Hukum Kenetralan, mengatur hak dan kewajiban negara yang berperang dan negara-
negara netral, dimana pada asasnya ditentukan negara netral tidak boleh campur tangan
memberikan bantuan kepada pihak-pihak yang berperang, sebaliknya kepentingannya
harus dihormati.

4. Asas-asas Hukum Internasional


Hukum internasional memiliki beberapa asas dasar yang membentuk landasan bagi
hubungan antarnegara. Beberapa asas hukum internasional yang penting meliputi :
A. Asas Kedaulatan Negara
Asas ini menegaskan bahwa setiap negara memiliki hak untuk menjalankan
pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan dari negara lain.

B. Asas Kepatuhan Terhadap Perjanjian(Pacta sunt servanda)


Negara-negara diharapkan untuk mematuhi perjanjian internasional yang telah mereka
ratifikasi.

C. Asas Tidak Menggunakan Kekuatan yang Bertentangan dengan Kedaulatan


Negara-negara seharusnya tidak menggunakan kekuatan militer atau tekanan ekonomi
untuk mengancam kedaulatan negara lain.

D. Asas Hukum Humaniter Internasional


Ini mengatur perilaku dalam konflik bersenjata, termasuk perlindungan warga sipil dan
larangan penggunaan senjata kimia atau biologi.

E. Asas Keadilan Internasional


Prinsip ini menekankan pentingnya keadilan dalam hubungan internasional dan
penyelesaian sengketa.

F. Asas Ketidakberlakuan Paksa


Negara seharusnya tidak dipaksa untuk menandatangani perjanjian atau mengambil
tindakan tertentu.

G. Asas Tindakan Negara Dalam Hal Keadaan Bahaya


Negara dapat mengambil tindakan untuk melindungi kepentingan vitalnya dalam keadaan
bahaya.
H. Asas Hukum Negara-Negara Kebesaran
Negara besar dan kecil harus diperlakukan sama dalam hukum internasional.

Ini hanya beberapa asas dasar dalam hukum internasional, dan ada banyak prinsip dan
peraturan lain yang mengatur hubungan antarnegara di tingkat global.

5. Organisasi Internasional

A. Pengertian Organisasi Internasional

Organisasi antarbangsa atau organisasi internasional adalah organisasi yang dibuat oleh
anggota masyarakat antarbangsa secara sukarela atau atas dasar kesamaan yang bertujuan
menciptakan perdamaian dunia dalam tata hubungan antarbangsa. Pada hakikatnya organisasi
antarbangsa memiliki arti luas dan sempit. Secara luas, organisasi antarbangsa meliputi
organisasi publik, organisasi rahasia, organisasi antardaerah, organisasi subdaerah, dan
organisasi universal. Secara sempit hanya meliputi organisasi antarbangsa publik.

Menurut Clive Archer, organisasi antarbangsa adalah struktur formal yang didirikan
berdasarkan persetujuan bersama dari setiap anggota pemerintah dan nonpemerintah dari
berbagai negara berdaulat, yang memiliki visi mencapai suatu kesepakatan bersama, serta
menciptakan perdamaian dan keamanan dunia yang sejahtera. Organisasi antarbangsa untuk
meraih visinya perlu menerapkan fungsi dengan benar dan juga tertata rapi agar tidak
bertentangan dari yang telah disepakati bersama.

B. Sejarah Organisasi Internasional

Organisasi antar pemerintah pertama dan tertua - yang didirikan melalui perjanjian, dan
membentuk sekretariat permanen - adalah International Telecommunication Union (didirikan
pada tahun 1865). Organisasi internasional umum pertama yang menangani berbagai masalah
adalah Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengikuti model
ini setelah Perang Dunia II.

Lambang Liga Bangsa-Bangsa (LBB), organisasi internasional skala global yang didirikan
pasca-Perang Dunia I.
C. Tujuan Organisasi Internasional

Peran organisasi internasional membantu mengatur agenda internasional, memediasi


tawar-menawar politik, menyediakan tempat bagi inisiatif politik dan bertindak sebagai
katalis untuk pembentukan koalisi. Mereka memfasilitasi kerja sama dan koordinasi di
antara negara-negara anggota. Menurut Beth Simmons dan Lisa Martin organisasi
internasional yang didirikan atas dasar kerja sama antar- negara anggotanya untuk
menjalankan sistem yang berlaku secara internasional.

Menurut Clive Archer terdapat peranan organisasi internasional yaitu:

• Sebagai instrumen, yakni organisasi internasional menjadi prasarana untuk konvensi


dan tujuan tertentu yang berguna bagi penurunan intensitas konflik dan
menyelaraskan kepentingan.

• Sebagai arena, yakni organisasi internasional sebagai tempat perhimpunan,


konsultasi serta mempelopori sebuah keputusan atau perumusan kesepakatan
internasional (Convention, Treaty, Agreement) diantara anggotanya.

• Sebagai aktor (pelaku), yakni organiasi internasional bertindak sebagai aktor


independen yang sesuai kapasitasnya sendiri. Organisasi internasional juga tidak
hanya melaksanakan kepentingan anggotanya, tetapi dapat pula menerapkan
berbagai kebijakan dan pengambilan keputusan tanpa intervensi dari pihak eksternal.

Tiga prinsip pokok organisasi internasional, yaitu:

• diabdikan untuk membangun hubungan baik antara bangsa-bangsa,

• berusaha menciptakan sistem kerja sama formal untuk memecahkan masalah


internasional,

• diabdikan untuk melembagakan program keamanan bersama semua anggota dan


harus membantu setiap anggota yang sedang mengalami permasalahan di negaranya.

Secara singkat, organisasi internasional harus berprinsip pada nilai-nilai perdamaian,


keamanan, kemerdekaan, saling pengertian, kemakmuran, kesehatan, pendidikan dan
melawan setiap tindakan perang agresi perbudakan, sikap intoleran, kemiskinan dan
penindasan.

D. Kriteria Organisasi Internasional

Bila ditinjau dari keanggotaan dan tujuannya, organisasi internasional antar- pemerintah
(Inter-Governmental Organizations) dapat dikategorisasikan menjadi empat kategori
utama, antara lain:

1. Global membership and general purpose, contohnya Perserikatan Bangsa- Bangsa


(PBB), Group of 20 (G20), dan sebagainya.
2. Global membership and limited/single purpose organization, contohnya Organisasi
Internasional untuk Migrasi (IOM), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Dana
Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan sebagainya.

3. Interregional/regional/subregional membership and general purpose, contohnya


Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), European Union (EU),
Commonwealth of Independent States (CIS), Liga Arab, Uni Afrika, dan sebagainya.

4. Interregional/regional/subregional membership and limited/single purpose, contohnya


Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Pakta Pertahanan Asia Tenggara (SEATO),
Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), Pakta Warsawa, dan sebagainya.

5. Masing-masing kategori atau jenis organisasi internasional menurut Clive Archer


tersebut memiliki ciri khas berdasarkan keanggotaan, wilayah, dan tujuan organisasi
yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Ariadno, Melda Kamil, 2007, Hukum Internasional Hukum Yang Hidup, Diadit Media,
Jakarta.
Asmanto, Ad Mulya Yudha. "Organisasi Internasional Sebagai Subjek Hukum
Internasional." Researche Gate (2021).
Istanto, F. Sugeng,1994, Hukum Internasional, Penerbitan Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Kusumaatmadja, Mochtar, and Etty R. Agoes. Pengantar hukum internasional. Penerbit
Alumni, 2021.
Kurnia, Mahendra Putra. "Hukum Internasional (Kajian Ontologis)." Risalah Hukum (2008):
77-85.
Parthiana, I. W. (1990). Pengantar Hukum International.

Anda mungkin juga menyukai