Anda di halaman 1dari 29

10.

Keputusan-keputusan organisasi internasional

Kegiatan organisasi internasional dapat meliputi kegiatan intern dan kegiatan ekstern.
Kegiatan intern
Kegiatan intern organisasi internasional adalah hubungan organisasi internasional
dengan anggotanya sendiri. Dalam hal ini anggaran dasar suatu organisasi internasional
mengatur tentang fungsi dari suatu organisasi internasional. Dalam melaksanakan fungsi
yang ditentukan dalam anggaran dasar itu keputusan- keputusan yang lebih rinci akan
ditentukan oleh organisasi itu sendiri. Sebagai contoh ketika PBB mengirimkan tentara
perdamaian ke Cyprus, Timur Tengah, Kongo dan Lebanon, hal ini membutuhkan adanya
peraturan yang mengatur tentara ini yang pada dasarnya tidak berbeda dengan aturan
nasional tentang angkatan bersenjata.

Kegiatan Ekstern
Kegiatan ekstern suatu organisasi internasional dapat meliputi hubungan
organisasi internasional dengan organisasi internasional lainnya, atau hubungan antara
organisasi internasional tersebut dengan suatu negara. Hal itu dapat dilihat dari suatu
kebijaksanaan organisasi internasional itu sendiri. Namun demikian dalam hubungan
ekstern itu tetap harus selaras dengan apa yang ditentukan dalam anggaran dasarnya.
Dalam hubungan ekstern dibedakan antara: Rekomendasi, Deklarasi, Konvensi dan
Peraturan yang mengikat
Rekomendasi
Dalam suatu organisasi internasional sering dipakai untuk suatu usul dari alat
perlengkapan/organ suatu organisasi internasional yang tidak mengikat. Istilah lain
yang dipakai adalah pendapat (opinion) atau nasihat (advice) Dalam beberapa
organisasi internasional untuk rekomendasi sering dipakai dengan istilah resolusi
(resolutiori).
Deklarasi (Declaration)
Suatu deklarasi akan dipergunakan untuk klarifikasi suatu keadaan/fakta yang ada
di mana dibutuhkan untuk suatu penerapan hukum. Sebagai contoh, suatu
deklarasi adanya keadaan yang mengganggu keamanan dan perdamaian
internasional sehingga dibutuhkan untuk penerapan Bab 7 Piagam PBB.
2

Konvensi (Convention)
Konvensi adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebutkan suatu perjanjian
internasional multilateral. Pada umumnya suatu perjanjian internasional dibentuk
atas kesepakatan perwakilan negara yang diberi wewenang untuk membuat
perjanjian yang akan mengikatkan negara peserta perjanjian internasional tersebut.
Peraturan yang Mengikat (Binding Rules)
Secara umum diterima bahwa suatu organisasi internasional tidak dapat membuat
keputusan yang mengikat secara eksternal, kecuali bila ketentuan dalam anggaran
dasarnya menentukan demikian.Pada organisasi internasional tertentu dapat
mengambil keputusan yang mengikat pemerintah negara anggotanya. Keputusan
yang demikian biasanya dapat meliputi semua bidang, tetapi adakalanya hanya
untuk bidang-bidang tertentu.
Kaitan Keputusan Organisasi Internasional dengan Hukum
Internasional
Berdasarkan Pasal 53 Konvensi Wina tentang Perjanjian Internasional tahun
1969 dan Pasal 64. Perjanjian batal jika melanggar "peremptory norm".
Ketentuan ini menunjukkan bahwa ada ketentuan dalam Hukum
Internasional yang harus didahulukan dari ketentuan hukum lainnya.
Ketentuan hukum internasional ini telah merupakan bagian dari sistem
hukum (legal order) dari organisasi internasional.
Kaitan Keputusan Organisasi Internasional dengan Asas-Asas Umum
Hukum (General Principies of Law)
Beberapa asas-asas umum hukum telah merupakan bagian dari hukum
internasional dan telah diakui sebagai "peremptory norm" dari hukum
internasional (Pasal 53 dan 64 Konvensi Wina tentang Perjanjian
Internasional). Di samping itu terdapat asas-asas umum hukum yang
dipratikkan sebagai tambahan dari sumber-sumber hukum yang
dipergunakan dalam organisasi internasional. Sebagai contoh, Mahkamah
Internasional (ICJ) dalam "Reparation for Injuries Case" telah membuat
suatu asas-asas umum hukum dalam keputusannya.
3

Kaitan Keputusan Organisasi Internasional dengan Hukum Kebiasaan


Internasional
Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional terikat pada
hukum kebiasaan internasional. Kebiasaan berkembang secara cepat di
organisasi internasional, hal ini disebabkan karena organisasi internasional
dapat mengekspresikannya dalam resolusi-resolusinya

11. Hubungan Eksternal

Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional mempunyai


kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan subjek hukum internasional lainnya.
Hubungan yang dilakukan oleh organisasi internasional itu dapat dilakukan antara
organisasi internasional dengan negara anggotanya. Hubungan ini disebut hubungan
intern Di samping itu organisasi internasional dapat mengadakan hubungan dengan
negara yang bukan anggota atau dengan organisasi internasional lainnya yaitu hubungan
eksternal.

Hubungan Eksternal Antara Organisasi Internasional dengan Negara Nonanggota

Hubungan organisasi internasional dengan negara nonanggota, dapat dilakukan


dalam hal:
1. Negara nonanggota tersebut dapat berkedudukan sebagai observer dari sidang-
sidang yang dilakukan oleh organisasi internasional. Negara nonanggota sebagai
observer suatu organisasi internasional, disebabkan karena alasan politik tidak dapat
menjadi anggota organisasi internasional. Sebagai contoh, Swiss sebelum tahun 2002 ini
menjadi observer dari sidang PBB terutama dalam sidang kemanusiaan.
2. Pada organisasi internasional dalam bidang kerjasama teknis, seperti UPU dan
ITU, negara nonanggota juga sering menerapkan aturan-aturan teknis yang berlaku bagi
negara anggota organisasi tersebut.
3. Negara nonanggota sering mengadakan perjanjian bilateral dengan organisasi
internasional, sebagai contoh, PBB membuat perjanjian dengan Swiss tentang adanya
Gedung PBB yang berada di Swiss.
4

Hubungan Eksternal Antara Organisasi Internasional dengan Organisasi


Internasional Lainnya
Dalam kaitan hubungan antara organisasi internasional dengan organisasi
internasional lainnya kita akan melihat bagaimana hubungan dalam sistem PBB. Dalam
rangka PBB berdasarkan Pasal 57 Piagam PBB, organisasi internasional yang didirikan
berdasarkan perjanjian antara negara dan mempunyai tanggung jawab yang luas di
bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan maupun di bidang yang berkaitan
dengan itu, badan ini disebut Badan Khusus (Specialized Agencies) di tempatkan dalam
suatu hubungan dengan PBB sesuai dengan Pasal 63 Piagam PBB Sedangkan Pasal 63
Piagam PBB menentukan bahwa Dewan Ekonomi dan Sosial ikut serta dalam setiap
persetujuan dengan tiap-tiap Badan Khusus sebagaimana disebutkan dalam Pasal 57
Piagam PBB, dan persetujuan yang demikian harus mendapatkan persetujuan Majelis
Umum PBB.

Instrumen untuk Hubungan Eksternal


Instrumen yang dipakai organisasi internasional dalam hubungan eksternal adalah:
a. Peijanjian internasional,
b. Hubungan diplomatik,
c. Pengakuan terhadap subjek hukum internasional lainnya,
d. Alat perlengkapan/organ yang bertanggungjawab dalam hubungan
eksternal,
e. Klaim terhadap organisasi internasional,
f. Mengeluarkan paspor,
g. Penyimpanan (depository) dan pendaftaran untuk perjanjian internasional,
h. Registrasi kapal dan pesawat.
Perjanjian Internasional
Diadakan oleh organisasi internasional dengan subjek hukum internasional lainnya.
Dalam membicarakan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional
telah dibicarakan kemampuan organisasi internasional untuk mengadakan
perjanjian internasional.
Hubungan Diplomatik
5

Fungsi hubungan diplomatik antarnegara seperti yang ditentukan dalam Pasal 3


Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik tahun 1961 adalah:
1. Mewakili negara pengirim di dalam negara penerima.
2. Melindungi di dalam negara penerima, kepentingan-kepentingan negara pengirim
dan warga negaranya, dalam batas- batas yang diizinkan oleh hukum internasional.
3. Berunding dengan pemerintah negara penerima.
4. Mengetahui dengan cara-cara yang sah, keadaan dan perkembangan di dalam
negara penerima dan melaporkannya kepada negara pengirim.
5. Memajukan hubungan bersahabat antara negara pengirim dan negara
penerima, membangun hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmiah.

Beberapa fungsi diplomatik antara negara tadi tidak dapat dilaksanakan oleh
organisasi internasional. Kepentingan organisasi internasional lebih terbatas jika
dibandingkan dengan negara. Dalam hubungan diplomatik ini apakah organisasi
internasional dapat menerima delegasi negara anggota? Untuk menjawab pertanyaan ini
haruslah diingat bahwa organisasi internasional tidak mempunyai wilayah.

Pengakuan terhadap Subjek Hukum Internasional Lainnya


Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional mempunyai hak
kebijaksanaan untuk mengakui atau tidak subjek hukum internasional lainnya. Organisasi
internasional juga dapat mengakui pemerintahan suatu negara sebagai pemerintahan
yang sah untuk mewakili negaranya. Pengakuan tersebut dapat dilihat pada saat negara
tersebut diterima sebagai anggota dari organisasi internasional atau jika organisasi
internasional membuat perjanjian dengan negara atau dengan organisasi internasional,
atau mengundangnya pada sidang yang diadakan oleh organisasi internasional tersebut.
Pengakuan oleh suatu organisasi internasional itu, misalnya oleh PBB akan sangat
penting. Hal ini berarti PBB telah mengakui negara (pemerintahannya) dan akan diundang
dalam konferensi internasional.

Alat Perlengkapan/Organ yang Bertanggung Jawab dalam Hubungan Eksternal


Pada umumnya anggaran dasar suatu organisasi internasional tidak memuat
ketentuan tentang organ/alat perlengkapan mana dari organisasi internasional tersebut
6

yang mempunyai kewenang an mengadakan hubungan eksternal. Pada umumnya


kongres umum (general conggress) mempunyai kewenangan untuk memutuskan
kebijakan bagi organisasi internasional dan kebijakan ini diikuti, walaupun untuk ini tidak
ada keharusan secara hukum untuk mengikutinya. Sebagai contoh keputusan Majelis
Umum PBB mempunyai dampak terhadap negara-negara anggota PBB dan Badan-
Badan Khusus dalam lingkungan PBB. Majelis Umum PBB mencoba untuk
mengembangkan kebijakan yang uniform dalam kaitannya dengan hubungan ekternal
yang tidak ditetapkan dalam Piagam PBB. Sebagai contoh keputusan Majelis Umum yang
meminta kepada Badan Khusus PBB untuk menerima Namibia sebagai anggota penuh.

Klaim terhadap Organisasi Internasional


Dalam menjawab permasalahan ini maka klaim dapat diajukan berdasarkan hukum
internasional. Klaim terhadap organisasi internasional ini dapat diajukan apabila klaim
internasional itu bila telah ditempuh cara "exhaustion domestic remedies'".
"Exhaustion domestic remedies" dalam suatu organisasi internasional yang secara
normal berarti bahwa klaim telah diajukan ke alat perlengkapan/organ yang berwenang
dalam organisasi internasional tersebut. Sebagai contoh, ketika diadakan operasi ONUC
di Kongo menyebabkan kerugian pada individu 1400 klaim dari warga negara Belgia
diajukan ke PBB. 581 Klaim diterima oleh PBB dan PBB membayar kerugian ke Belgia
dan Belgia mempunyai tugas untuk mendistribusikannya kepada warga negaranya yang
berhak.

Mengeluarkan Paspor
Beberapa organisasi internasional mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan
dokumen perjalanan (laissez-passer) kepada stafnya, yang menyatakan bahwa staf yang
membawa dokumen perjalanan organisasi internasional itu adalah stafnya dan meminta
kepada otorita yang bersangkutan untuk memberikan fasilitas dalam menjalankan
tugasnya.
Contoh dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh PBB dan yang berlaku juga
untuk Badan Khususnya, berdasar persetujuan yang didasarkan pada Convention on the
Priveleges and Immunities of the UN. Negara anggota telah menerima dokumen
perjalanan PBB sebagai dokumen perjalanan yang sah. Dokumen perjalanan PBB
7

dibedakan antara yang berwarna biru dan merah. Yang berwarna biru dipergunakan untuk
anggota staf, sedangkan yang berwarna merah untuk Sekjen PBB, Direktur Jenderal dari
Badan-Badan Khusus dan staf dengan ranking jabatan tinggi (Direktur).
Penyimpanan (Depository) dan Pendaftaran untuk Perjanjian Internasional
Suatu perjanjian internasional, teks resmi, tanda tangan peserta dan dokumen
ratifikasi harus disimpan, biasanya pada salah satu dari negara pihak. Pada saat ini
depository perjanjian internasional secara bertahap di alihkan ke organisasi internasional.
Alasannya karena organisasi internasional lebih mudah mengadakan hubungan dengan
negara anggotanya, mempunyai administrasi yang khusus, organisasi internasional lebih
baik menjalankan tugas penyimpanan ini dibandingkan dengan negara. Penyimpanan
tidak hanya persoalan administrasi saja, tetapi lebih dari itu, karena penyimpanan
menyangkut pertanyaan negara mana yang boleh menyusul ikut dalam perjanjian,
masalahnya apakah boleh mengadakan reservasi. Tugas penyimpanan biasanya
dilakukan oleh Sekretariat. Pasal 102 (1) Piagam PBB mewajibkan peijanjian internasional
yang dibuat oleh anggota PBB harus didaftarkan dan diumumkan oleh Sekretariat.

Registrasi Kapal dan Pesawat Udara


Registrasi kapal dan pesawat udara dalam keadaan normal adalah tugas dari
negara. Hukum internasional memungkinkan organisasi internasional menjalankan fungsi
tersebut. Namun registrasi yang dilakukan oleh suatu organisasi internasional tidak
eksklusif. Sebagai contoh Konvensi Laut Bebas Pasal 7 memungkinkan organisasi
internasional membuat registrasi kapal. Namun hukum yang berlaku di laut bebas untuk
kapal dan anak kapal di laut bebas tergantung pada registrasinya, registrasi nasional
sebagai tambahan registrasi oleh organisasi internasional sangat dibutuhkan sepanjang
organisasi internasional tidak mempunyai hukum yang lengkap untuk itu.
Contoh di mana kapal berlayar dengan bendera dan registrasi PBB. Permulaan
tahun 1955; PBB mengatur pengiriman sepuluh kapal ikan berlayar dari Hong Kong ke
Pusan dengan bendera PBB dan registrasi PBB, ini menunjukkan bahwa PBB sebagai
pemilik kapal.
8

Bendera, Cap (Seat) dan Emblem


Banyak organisasi internasional yang telah menetapkan bendera, cap dan
emblemnya sendiri. Negara anggotanya diminta menjaga penggunaannya oleh orang
yang berwenang. Negara anggota ada yang menentukan dalam hukum nasionalnya untuk
keperluan ini, sedangkan yang lain menunjuk pada Konvensi Paris tentang Protection of
Industrial Property atau meminta kepada negara anggota untuk mendaftarkan simbol
tersebut di negara nasional sesuai dengan peraturan nasionalnya.

12. Liga Bangsa-bangsa


Suatu contoh dari suatu organisasi internasional yang tujuan komprehensif adalah
Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Pecahnya Perang Dunia I (tahun 1914-1919) merupakan saat
yang penting sekali bagi pertumbuhan organisasi internasional. LBB yang didirikan
berdasarkan kovenen (anggaran dasar). Kovenen LBB ini merupakan bagian
pendahuluan dari perjanjian perdamaian yang mengakhiri Perang Dunia I. Terbentuknya
LBB merupakan saat yang sangat penting bagi perkembangan organisasi internasional
modern. Gagasan untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang dapat
menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat internasional yang timbul pada waktu
Perang Dunia I diajukan oleh pemikir-pemikir dari Inggris dan Amerika Serikat. Mereka
memikirkan bagaimana caranya agar dunia dapat dihindarkan dari perang, yang
melumpuhkan seluaih kehidupan dunia. Para pemikir berkumpul untuk membicarakan
tindakan-tindakan apakah yang dapat dilakukan bila Perang Dunia berakhir.
1. Alat Perlengkapan Utama LBB (Pasal 2 Kovenen LBB)
a) Majelis (Assembly)
b) Konsil (Council)
c) Sekretariat (Secretariat)
2. Permanent Court of International Justice (PC1J) merupakan badan peradilan
internasional dalam rangka LBB, tetapi bukan merupakan alat perlengkapan utama LBB.
LBB hanya mengoordinasikan (Pasal 14 Kovenen LBB). PCIJ mempunyai kewenangan
untuk memutuskan sengketa internasional yang diserahkan ke PCJ untuk diselesaikan.
PCIJ juga mempunyai kewenangan untuk memberikan pendapat yang berupa nasihat
{advisory opinion) atas suatu masalah yang diajukan oleh Majelis atau oleh Konsil.
9

3. LBB juga dibebani tugas untuk mengurus daerah-daerah mandat. Setelah Perang
Dunia I berakhir dengan dikalahkannya negara-negara musuh oleh sekutu, timbul
masalah tentang bekas daerah jajahan (koloni) yang dimiliki oleh negara musuh

Dalam sistem mandat tersebut dibedakan antara mandat A, mandat B, dan mandat
C. Mandat A adalah daerah yang paling maju, mandat B adalah daerah yang kurang
maju, dan mandat C adalah daerah yang paling rendah tingkat peradabannya
Yang termasuk daerah mandat A:
1. Turki : Jika kita melihat pada peradabannya maka sebenarnya Turki telah setaraf
dengan Eropa.
2. Irak: Di bawah mandataris Inggris. Tahun 1932 mendapatkan kemerdekaannya dan
kemudian diterima keanggotaannya pada LBB.
3. Syria dan Lebanon: Kedua negara tersebut di bawah mandataris Perancis. Tahun
1945 mendapatkan kemerdekaannya, sebenarnya dijanjikan pada tahun 1936.
4. Palestina: Di bawah mandataris Inggris
Yang termasuk daerah mandat B adalah daerah bekas jajahan Jerman di Afrika
Tengah. Dalam sistem mandat golongan B ini negara mandataris boleh melatih penduduk
untuk kepentingan keamanan (polisi) bukan untuk kepentingan militer. Daerah mandat B
ini dalam sistem "perwalian" dalam PBB telah memperoleh kemerdekaannya.
Daerah Mandat C, Penduduk daerah mandat C ini dianggap masih sangat rendah
peradabannya dan negara mandataris dapat memerintah daerah ini menurut peraturan
hukum dari negaranya. Yang termasuk daerah mandat golongan C ini adalah Afrika Barat
Daya (Namibia) di bawah mandataris Afrika Selatan. Semua di bawah mandataris
Selandia Baru (telah merdeka). Pulau Nauru di bawah mandataris Inggris, Australia dan
Selandia Baru, Papua New Guinea (PNG) di bawah mandataris Australia telah merdeka.
Ketentuan-ketentuan mengenai sistem mandat yang dianut oleh LBB memberikan
dorongan serta dukungan ke arah berakhirnya sistem penjajahan, yang kemudian
merupakan suatu asas yang dianut oleh PBB.

13. Perserikatan bangsa-bangsa

Sejarah Pembentukan PBB


10

Setelah LBB berumur 20 tahun sebagai suatu organisasi internasional yang


bertujuan untuk mengakhiri perang dan agar masyarakat internasional hidup
berdampingan dengan damai, mengalami kegagalan dengan pecahnya Perang Dunia II.
Keadaan peperangan yang menyebabkan suasana yang mengenaskan bagi umat
manusia, menggugah para pemikir untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang
lebih sempurna yang bersifat universal. Gagasan untuk mendirikan PBB timbul di
kalangan Private Group Amerika. Misalnya tahun 1939 terbentuklah apa yang disebut
dengan Commission (o Study the Organization of Peace. Tahun 1942 didirikan suatu
komite Posi War of Internationa/ Problems. Pernyataan-pernyataan dari komite inilah yang
merupakan dasar untuk mendirikan suatu organisasi internasional.
Pada tanggal 1 Januari 1942 dikeluarkan suatu deklarasi yang terkenal sebagai
"Declaration of the United Nations" yang ditandatangani oleh Rosevelt, Churchill, Litvinov
dari IJSSR dan Soong dari Cina. Keempat negara telah menyetujui adanya program
umum dengan prinsip-prinsip dan maksud untuk melengkapi Atlantic Charter dan mereka
menyetujui akan melawan musuh secara bersama-sama. Negara-negara yang
menandatangani Deklarasi tersebut adalah 26 negara, terdiri: 2 negara dari Amerika Utara
(Amerika Serikat, Kanada), 9 negara dari Amerika Tengah dan Selatan (Kosta Rika, Kuba,
Republik Dominika, El Salvador, Guatemala, Haiti, Honduras, Nikaragua dan Panama), 10
dari negara Eropa Barat dan Timur (Inggris, Uni Soviet, Belgia, Chechoslovakia, Yunani,
Belanda, Luksemburg, Norwegia, Polandia, dan Yugoslavia), 2 negara dari Asia (Cina dan
India), 2 dari Australia, Selandia Baru dan 1 dari Afrika (iUnion of South Africci), Rosevelt
mengusulkan jika nanti terbentuk organisasi internasional baru diberi nama United
Nations Negara-negara yang menyusul kemudian untuk menandatangani Atlantic Charter
(adherents) adalah: 1) Meksiko 2) Filipina, Etiopia, Irak, Brazil, Bolivia, Iran, Kolombia,
Liberia, Prancis, Ekuador, Peru, Cile, Paraguay, Venezuela, Uruguay, Turki, Mesir, Saudi
Arabia, Syria dan Lebanon.
Untuk mencapai perdamaian dan keamanan internasional. Sebulan kemudian pada
tanggal 1 Desember 1943, Presiden Rosevelt, Stalin dan Churchil bertemu di Teheran
dan mereka mendeklarasikan bahwa mereka bertanggung jawab penuh dan PBB akan
mengusahakan perdamaian yang akan dipimpin oleh kemauan baik dari rakyat seluruh
dunia dan menentang perang demi generasi yang akan datang.
11

Pada tanggal 25 Juni 1945 konferensi di San Fransisco selesai dan menerima bulat
seluruh Piagam PBB. Esok harinya tanggal 26 Juni diadakan upacara penandatanganan
yang dilakukan di Gedung Opera di San Fransisco. Menurut ketentuan Piagam PBB
berlaku setelah diratifikasi oleh negara penanda tangan dan termasuk lima negara tetap
Dewan Keamanan (Pasal 110 Piagam PBB). Syarat berdirinya PBB dipenuhi tanggal 24
Oktober 1945 dengan Resolusi Majelis Umum pada tanggal 31 Oktober 1947. Tanggal 24
Oktober dinamakan Hari PBB.

Isi Mukadimah Piagam PBB


a. Bertekad untuk menyelamatkan generasi yang akan datang dari kesengsaraan
yang disebabkan perang.
b. Memperteguh kepercayaan pada hak-hak asasi manusia, pada harkat dan derajat
manusia, persamaan hak bagi pria maupun wanita dan bagi segala bangsa besar maupun
kecil.
c. Menegakkan keadaan di mana keadilan dan penghormatan terhadap kewajiban-
kewajiban yang timbul dari perjanjian- perjanjian dan lain-lain sumber hukum internasional
dapat terpelihara.
d. Meningkatkan kemajuan sosial dan memperbaiki tingkat kehidupan dalam alam
kebebasan yang lebih luas.
Bila kita bandingkan antara LBB dan PBB, maka terdapat kelainan sebagai berikut:
a. Alat Perlengkapan/Organ Utama
LBB hanya mempunyai tiga alat perlengkapan utama: Majelis Umum, Dewan
Keamanan, dan Sekretariat. Sedangkan PBB mempunyai 6 alat perlengkapan/organ
utama: Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian,
Mahkamah Internasional (Internasional Court of Justice-\CJ) dan Sekretariat.
b. Pemungutan Suara
Pada LBB dianut asas suara bulat dan asas ini merupakan syarat untuk semua
keputusan LBB. Akibatnya bila salah satu anggota saja tidak menyetujui, maka dapat
menggagalkan keputusan yang hendak diambil LBB (Pasal 5[1] Kovenen). Pada PBB
dibedakan antara masalah yang akan diputuskan, bila masalah tersebut dianggap
penting, maka akan diputuskan dengan 2/3 suara yang hadir dan memberikan suaranya
12

sedangkan masalah yang kurang penting cukup dengan kelebihan suara biasa (Pasal 18
Piagam PBB).
c. Sanksi yang Dapat Diambil
Pada LBB, menurut Pasal 16 Kovenen sanksi militer hanya diusulkan dan
diserahkan kepada kebijaksanaan anggota-anggota lainnya. Pada PBB inisiatif untuk
sanksi militer dapat diambil oleh PBB cq Dewan Keamanan (Pasal 42 Piagam PBB),
namun demikian anggota masih diberi hak untuk bela diri (Pasal 51 Piagam PBB),
d. KeanggotaanPada Pasal 1 (2) Kovenen LBB ditentukan any fully self- governing
state, dominion or colony become member of the leaque. Jadi setiap negara, dominion
atau koloni yang mempunyai pemerintahan sendiri (fully self government) dapat menjadi
anggota LBB. Sedangkan berdasarkan Pasal 4 Piagam PBB: membership in the United
Nations is open to all other peace-loving state and accept the obligations contained in the
present charter. Jadi di PBB hanya menyebutkan states tidak lagi menyebutkan dominion
atau koloni,
e. Titik Berat Fungsinya
Pada LBB lebih menitikberatkan pada perdamaian dan keamanan internasional,
kurang memperhatikan masalah-masalah ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Pada PBB
selain masalah-masalah perdamaian dan keamanan internasional juga memperhatikan
masalah ekonomi/sosial dan kebudayaan juga masalah perwalian,
f. Wewenang Sekretaris Jenderal (Sekjen)
Pada LBB wewenang Sekjen hanya sebagai kepala jabatan administratif (Pasal 6
Kovenen LBB). Sedangkan pada PBB Sekjen PBB selain sebagai kepala sekretariat
(Pasal 97 Piagam PBB) maka Sekjen PBB mempunyai juga tugas-tugas politik (Pasal 98
dan Pasal 99 Piagam PBB.

Piagam dan Struktur Organisasi PBB


Setelah Mukadimah Piagam PBB memuat 111 pasal yang merumuskan asas dan
tujuan serta cara kerja serta rangka dan susunan tiap-tiap bagian dari organisasi.
Tujuan dan Prinsip-Prinsip PBB, Pasal 1 Piagam memuat tujuan PBB yaitu :
1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional
2. Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan prinsip-prinsip
persamaan derajat.
13

3. Mencapai keijasama internasional dalam memecahkan persoalan internasional di


bidang ekonomi, sosial dan kebudayaan serta masalah kemanusiaan, hak-hak asasi
manusia.
4. Menjadi pusat bagi penyelenggaraan segala tindakan-tindakan bangsa-bangsa
dalam mencapai tujuan bersama.
Pasal 2 memuat asas-asas PBB yang digunakan sebagai dasar untuk mencapai
tujuan tersebut di atas Yaitu :
1. PBB berdasarkan asas persamaan kedaulatan semua anggotanya.
2. Kewajiban untuk memenuhi kewajiban-kewajiban sesuai dengan apa yang
tercantum dalam Piagam
3. Setiap perselisihan harus diselesaikan secara damai agar perdamaian dan
keamanan tidak terancam.
4. Mempergunakan kekerasan terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik
suatu negara harus dihindarkan.
5. Kewajiban untuk membantu PBB terhadap tiap kegiatan yang diambil sesuai
dengan Piagam dan larangan membantu negara di mana negara tersebut oleh PBB
dikenakan tindakan- tindakan pencegahan dan pemaksaan.
6. Kewajiban bagi negara bukan anggota PBB untuk bertindak sesuai dengan Piagam
apabila dianggap pedu untuk perdamaian dan keamanan internasional.
7. PBB tidak akan campur tangan dalam masalah persoalan dalam negeri (domestic
jurisdiction) dari negara anggotanya.
Salah satu asas yang penting juga adalah asas collectivity atau asas
kegotongroyongan. Tindakan-tindakan yang dijalankan atas nama PBB sifatnya kolektif,
bergotong royong sesuai dengan asas-asas demokrasi. Hal yang demikian mengharuskan
dijalankannya suatu asas koordinasi, artinya, bahwa segala tindakan dan kegiatan
bangsa-bangsa kearah perdamaian harus diselaraskan dan dipersatukan. Asas yang
penting juga dalam kaitannya dengan asas gotong royong adalah asas persamaan derajat
(Pasal 2 ayat 1 Piagam PBB). Jadi PBB bukanlah organisasi internasional yang bersifat
"supranasional
Jadi menurut Mahkamah ada dua syarat yang harus dipenuhi agar dapat diterima
sebagai anggota PBB, 1) Rekomendasi Dewan Keamanan dan 2) Keputusan Majelis
Umum PBB. Rekomendasi Dewan Keamanan merupakan syarat bagi Majelis Umum PBB
14

untuk memberikan keputusan. Di dalam praktik ternyata kemacetan penerimaan


keanggotaan baru disebabkan karena permainan negara besar dalam menggunakan
vetonya. Seperti diketahui bahwa keputusan Dewan Keamanan sehubungan dengan
penerimaan anggota baru.
PBB ditetapkan berdasarkan Pasal 27(3) Piagam PBB, ini berarti harus ada
persetujuan suara bulat dari para anggota Dewan Keamanan PBB. Keadaan inilah yang
sering dipakai oleh negara-negara pemegang hak veto untuk memainkan politiknya
dengan cara menghalangi masuknya anggota baru, walau negara tersebut telah
memenuhi syarat yang ditetapkan pada Pasal 4(1) Piagam PBB.
Penangguhan keanggotaan PBB: Masalah ini diatur dalam Pasal 5 Piagam PBB
pengeluaran keanggotaan PBB: Masalah ini diatur dalam Pasal 6 Piagam PBB. Sampai
saat ini kedua pasal tersebut belum pernah diterapkan penarikan kembali keanggota-
annya di PBB.
Dalam Piagam tidak ada ketentuan yang mengatur tentang penarikan diri
keanggotaan di PBB, walaupun dalam Piagam tidak diatur masalah penarikan diri, namun
pada konferensi di San Fransisco masalah ini dibicarakan di Komite 1/2. Alasan untuk
tidak mencantumkan masalah penarikan diri dalam Piagam ini adalah:
1) Hal ini akan bertentangan dengan prinsip universalitas,
2) Penarikan diri dapat dipakai sebagai alasan anggota untuk menghindarkan diri dari
kewajiban-kewajibannya;
3) Kewajiban tertinggi dari negara yang menjadi anggota PBB adalah melanjutkan
kerjasama dengan organisasi (PBB) dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional.
Ada pihak yang menganggapbahwa tidak dicantumkannya hak untuk menarik diri
ini adalah bertentangan dengan hak negara berdaulat untuk ikut atau tidak ikut dalam
suatu organisasi internasional. Namun jika negara dalam keadaan yang luar biasa
(exceptional circumstances) merasa terhalangi untuk keluar dari PBB, dan menyerahkan
masalah perdamaian dan keamanan internasional pada negara anggota lain, maka tidak
ada maksud dari organisasi untuk memaksa anggota tersebut untuk meneruskan
keijasama dalam organisasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Komite 1/2 tidak
memasukkan dalam Piagam ketentuan tentang penarikan diri.
15

Penarikan diri Indonesia dari keanggotaannya di PBB. sebagaimana diketahui


bahwa Indonesia pada tanggal 20 Januari 1965, Menteri Luar Negeri Indonesia,
Subandrio, memberitahukan pada Sekjen PBB bahwa Indonesia keluar dari PBB
Keputusan tersebut dibuat setelah Pemerintah Republik Indonesia
mempertimbangkan bahwa setelah dipilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap
Dewan Keamanan. Selain keluar dari PBB, dalam keputusan tersebut Indonesia juga
keluar dari Badan-Badan Khusus PBB, misalnya seperti FAO, IMF, IBRD dan lain-lain.
Keluarnya Indonesia dari PBB itu menimbulkan masalah hukum, karena dalam
Piagam PBB tidak ada ketentuan tentang penarikan diri. Atas keluarnya Indonesia dari
PBB tersebut, Sekretaris Jenderal PBB menyatakan pada Pemerintah Indonesia untuk
mengambil kebijaksanaan untuk penyelesaian pengunduran diri tersebut dan
mengharapkan dalam waktu singkat untuk Indonesia akan kembali menjadi anggota PBB.
Sebagai tindak lanjut pada tanggal 1 Maret 1965 papan nama Indonesia dan
Bendera Indonesia secara resmi diturunkan. Sebagai akibat Indonesia keluar dari PBB
nama Indonesia tidak dicantumkan lagi sebagai anggota PBB, baik pada alat
perlengkapan/organ utama PBB, maupun pada badan subsider/ alat perlengkapan
tambahan, di mana Indonesia menjadi anggota badan-badan tersebut karena
keanggotaannya di PBB. Nama Indonesia juga tidak muncul ketika Majelis Umum
menetapkan kontribusi anggota untuk tahun 1965, 1966 dan 1967.
Namun adanya pergantian pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru, di mana
pemerintah Orde Baru mempunyai kebijaksanaan lain dalam hubungan luar negeri, telah
memutuskan bahwa Indonesia akan ikut serta secara aktif dalam pergaulan internasional
termasuk menjadi anggota PBB. Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat
mengirimkan telegram ke Sekjen PBB pada tanggal 19 September 1966 yang
menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk kembali aktif dalam
keanggotaan di PBB. Setelah diadakan perundingan dengan Sekjen PBB dan wakil
Indonesia tentang kewajiban Indonesia untuk membayar 10 persen dari angka indeks
0,39 persen untuk anggaran reguler dan khusus UNEF tahun 1965, serta 25 persen untuk
tahun 1966 akhirnya disetujui oleh Komite V dan Majelis Umum PBB. Indonesia mulai aktif
pada sidang ke-21 Sidang Majelis Umum.
16

Organ/Alat Perlengkapan Utama PBB


Untuk mencapai maksud dan tujuan PBB diciptakanlah alat perlengkapan/organ
utama. Berdasarkan Pasal 7(1) Piagam, maka alat perlengkapan/organ utama PBB
adalah Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan
Perwalian, Mahkamah Internasional dan Sekretariat.
Majelis Umum
Majelis Umum (General Assembly) merupakan alat perlengkapan/organ utama di
mana semua negara anggotanya mempunyai wakilnya (Pasal 9 (1) Piagam PBB),
setiap negara anggota dapat mengirimkan wakilnya di Majelis Umum PBB tidak
boleh melebihi lima orang (Pasal 9 (2) Piagam PBB). Walaupun boleh mengirimkan
wakilnya lima orang, namun setiap anggota hanya mempunyai satu suara (Pasal
18 (1) Piagam PBB). Majelis Umum bersidang satu tahun sekali pada hari Selasa
ketiga bulan September (Pasal 1 Rules Procedure Majelis Umum PBB disingkat
RP.MU). Sidang Majelis Umum diadakan di Markas Besar PBB (Headquarters)
atau di tempat lain atas kehendak dari mayoritas anggota (Rule 3 RP.MU)
Pemungutan suara di Majelis Umum dibedakan antara masalah-masalah penting
dan masalah yang tidak penting. Masalah- masalah penting akan diputus dengan
dua per tiga anggota yang hadir dan memberikan suaranya (Pasal 18 ayat 2
Piagam PBB). Masalah- masalah penting yaitu :
1. Anjuran mengenai perdamaian dan keamanan internasional.
2. Pemilihan anggota-anggota Dewan Keamanan yang tidak tetap, pemilihan
anggota Dewan Perwalian, pemilihan anggota Dewan Ekonomi dan Sosial.
3. Penerimaan anggota-anggota baru PBB.
4. Penundaan hak-hak dan hak-hak istimewa anggota.
5. Pemecatan anggota.
6. Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyelenggaraan sistem
perwakilan.
7. Urusan anggaran belanja.
8. Pengangkatan Sekretaris Jenderal.
Dewan Keamanan
17

Majelis Umum memilih anggota tidak tetap Dewan Keamanan dengan suara dua
per tiga anggota yang hadir d"an memberikan suaranya. Syarat yang harus
diperhatikan dalam pemilihan anggota tidak tetap Dewan Keamanan itu:
sumbangan negara tersebut terhadap perdamaian dan keamanan internasional;
demikian juga sumbangan terhadap tercapainya tujuan organisasi PBB; juga harus
memperhatikan perwakilan didasarkan pada wilayah (geographical distributiori)
(Pasal 23(1) Piagam PBB).
Dewan Ekonomi dan Sosial
Majelis Umum memilih anggota Dewan Ekonomi dan Sosial (Pasal 61 (1) Piagam
PBB).
Mahkamah Internasional
Majelis Umum dan Dewan Keamanan memilih anggota Hakim Mahkamah
Internasional. Jumlah Hakim Mahkamah Internasional sebanyak lima belas orang
(Pasal 4 ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional).
Sekretariat
Sekretaris Jenderal PBB ditunjuk oleh Majelis Umum atas rekomendasi Dewan
Keamanan (Pasal 97 Piagam PBB).

Dewan Perwalian
Dewan Perwalian akan melaporkan pelaksanaan fungsinya pada Majelis Umum
PBB (Pasal 88 Piagam PBB). Dewan Perwalian adalah alat/organ utama PBB yang
bertanggung jawab atas sistem Perwalian yang ditetapkan dalam Bab 12 dan 13,
termasuk pemberian persetujuan mengenai perjanjian-perjanjian perwalian bagi
daerah yang tidak termasuk daerah strategis.
Tugas dan wewenang Majelis Umum adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 11, 12 Piagam
PBB).
2) Kerjasama di lapangan politik, mendorong berkembangnya kemajuan hukum
internasional dan kodifikasinya, keijasama internasional di lapangan ekonomi,
sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan dan membantu hak-hak manusia
(Pasal 13 Piagam PBB).
3) Tugas yang berhubungan dengan sistem Perwalian (Pasal 85 Piagam PBB).
18

4) Tugas yang berhubungan dengan masalah sehubungan dengan daerah


yang belum mempunyai pemerintahan sendiri (Pasal 73 Piagam PBB).
5) Tugas sehubungan dengan urusan keuangan (Pasal 19 Piagam PBB).
6) Untuk menetapkan keanggotaan dan penerimaan anggota (Pasal 3-6
Piagam PBB).
7) Mengadakan perubahan Piagam (Pasal 108 dan 109 Piagam PBB).
Keputusan Majelis Umum PBB bersifat rekomendasi (Pasal 10 Piagam PBB)
tidak bersifat mengikat (binding decision), ini berbeda dengan keputusan Dewan
Keamanan yang bersifat mengikat (Pasal 25 Piagam PBB)

Badan-Badan Pembantu Majelis Umum


Dalam menjalankan tugasnya, Majelis Umum dibantu oleh badan-badan pembantu
tujuh Komite utama. Komite tersebut adalah:
- Komite perlucutan senjata dan masalah keamanan internasional;
- Komite politik khusus;
- Komite masalah sosial,
- kemanusiaan dan kebudayaan;
- Komite masalah dekolonisasi
- Komite masalah-masalah administrasi dan anggaran; dan
- Komite masalah hukum.

Badan Tambahan (Subsidiary Organs)


Berdasarkan Pasal 22 Piagam PBB Majelis Umum dapat mendirikan organ-organ
subsider yang dianggap perlu untuk membantu Majelis Umum dalam menjalankan
fungsinya. Sebagai contoh: UNCTAD (United Nations Conference on Trade and
Development), UNEP (United Nations Environmental Programme)\ UNCITRAL
(United Nations Commission on International Trade Law); UNDP (United Nations
Development Programme); UNTTAR (United Nations Institute for Training and
Research).
Dewan Keamanan
Dewan Keamanan anggotanya terdiri dari lima belas anggota. Dari lima belas
tersebut terdiri dari lima anggota tetap tersebut mempunyai hak veto di Dewan
19

Keamanan, kelima negara tersebut adalah: Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet,
Prancis dan Cina (Pasal 23 ayat 1 Piagam PBB).Kesepuluh anggota tidak tetap
dipilih untuk waktu dua tahun oleh Majelis Umum PBB (Pasal 23 ayat 2 Piagam
PBB). Semula anggota tidak tetap adalah enam negara, kemudian sejak tanggal 1
Januari 1966 anggota tidak tetap menjadi sepuluh anggota.
Wewenangnya adalah sebagai berikut :
a. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 24 Piagam).
b. Mengadakan penyelidikan setiap perselisihan yang dapat mengancam perdamaian
dan keamanan internasional (Pasal 34 Piagam).
c. Memberikan saran tentang cara-cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan
suatu perselisihan (Pasal 36, 38).
d. Menentukan apakah terjadi suatu keadaan yang mengganggu perdamaian
internasional atau adanya tindakan agresi dan menyarankan tindakan-tindakan apa
yang dapat diambil untuk mencegah atau menghentikan adanya suatu agresi
(Pasal 39 dan 40 Piagam).
e. Menganjurkan pada para anggota untuk mengambil tindakan lain yang bersifat
kekerasan untuk mencegah atau menghentikan adanya suatu agresi (Pasal 41
Piagam).
f. Mengambil tindakan-tindakan militer terhadap adanya agresi (Pasal 42 Piagam).
g. Penerimaan, penundaan, pencabutan keanggotaan (Pasal 4[2]; Pasal 5; Pasal 6
Piagam).
h. Pemilihan Hakim Mahkamah Internasional (Pasal 10 Piagam)
i. Menyarankan pemilihan Sekretaris Jenderal PBB (Pasal 97 Piagam).
j. Menyampaikan laporan tahunan pada Majelis Umum PBB (Pasal 26 dan 29
Piagam).
k. Perubahan Piagam (Pasal 108 Piagam).
l. Pembinaan dan pengawasan daerah strategis (Pasal 83 Piagam).

Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Keamanan dapat bertindak:


1. Atas inisiatif sendiri (Pasal 34 Piagam).
2. Atas permintaan negara anggota (Pasal 35[1] Piagam).
3. Atas permintaan bukan negara anggota (Pasal 3 5 [2] Piagam).
20

4. Atas permintaan Majelis Umum (Pasal 11 Piagam).


5. Atas Permintaan Sekretaris Jenderal (Pasal 99 Piagam).
Peranan Dewan Keamanan sehubungan dengan Bab 7 Piagam Pasal 39
memberi kewenangan pada Dewan Keamanan untuk menentukan adanya satu
tindakan yang membahayakan perdamaian dan keamanan internasional. Tindakan
yang dapat diambil oleh Dewan Keamanan adalah:
a. Dengan tidak mempergunakan senjata (Pasal 41 Piagam).
b. Dengan kekerasan (Pasal 42 Piagam).

Dalam menjalankan tugasnya Dewan Keamanan dibantu oleh:


1. Komite staf militer (Pasal 26 Piagam).
2. Organ-organ subsider yang didirikan berdasarkan Pasal 29 Piagam PBB).

Masalah Hak Veto


Hak veto yang akan dipunyai oleh negara-negara besar dibicarakan secara teratur pada
waktu merumuskan Piagam PBB baik di Dumbarton Oaks maupun di Yalta, dan di San
Fransisco. Bahwasanya kepada lima negara yang dianggap sangat bertanggung jawab
pada penyelesaian Perang Dunia II akan merupakan negara anggota tetap Dewan
Keamanan dan kepada mereka diberikan hak veto, hal ini adalah merupakan imbalan dari
tanggung jawab mereka terhadap perdamaian dan keamanan internasional (primary
responsibilities).
Hak Suara
Dalam Pasal 27(1) Piagam PBB dikatakan bahwa setiap anggota Dewan
Keamanan mempunyai satu suara. Jika ketentuan dalam Pasal 27(1) dihubungkan
dengan ketentuan dalam Pasal 27(3) Piagam akan tampak perbedaan hak suara
antara anggota tetap dan anggota tidak tetap. Perbedaan ini terletak bahwa pada
masalah nonprosedural akan ditetapkan dengan sembilan suara anggota Dewan
Keamanan termasuk suara bulat dari anggota tetap Dewan Keamanan (suara bulat
anggota tetap Dewan Keamanan adalah hak veto). Keputusan Dewan Keamanan
dibedakan antara keputusan yang menyangkut masalah prosedural dan
nonprosedural.
21

Sekretariat PBB
Sekretariat merupakan alat perlengkapan/organ utama PBB, dikepalai oleh
seorang Sekretaris Jenderal. Sekretaris Jenderal PBB bukan hanya sebagai pegawai
pelaksana, tetapi mempunyai tanggung jawab atas perdamaian dan keamanan
internasional. Atas inisiatif sendiri Sekretaris PBB (Sekjen) dapat mengajukan usul
tentang keadaan yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional
(Pasal 99 Piagam). Menurut Pasal 97 Piagam PBB maka Sekjen PBB diangkat oleh
Majelis Umum atas anjuran Dewan Keamanan. Mengingat pentingnya peran Sekretaris
Jenderal (Sekjen) PBB, maka anjuran Dewan Keamanan diputuskan dengan sedikitya 9
(sembilan) suara yang di dalamnya termasuk 5 (lima) anggota tetap Dewan Keamanan. 166
Bahwasanya jabatan Sekjen PBB sangat penting, jabatan Sekjen PBB tidak hanya
sekadar jabatan administratif tetapi juga merupakan jabatan politik. Wewenang Sekjen
PBB tercantum dalam Pasal 97, 98, 100, dan 101 Piagam. Dari ketentuan-ketentuan
tersebut jelas bahwa kewenangan Sekjen PBB tidak hanya dalam bidang administratif
tetapi juga dalam bidang politik.
Tugas Wewenang Sekjen
Tugas Kesekretariatan, Pasal 97 Piagam PBB menetapkan Sekjen PBB sebagai
kepala sekretariat PBB. Ia mempunyai tugas untuk mempersiapkan tugas-tugas
kesekretariatan yang penting dan diperlukan untuk sidang-sidang Majelis Umum, Dewan
Keamanan, Dewan Ekonomi Sosial dan Dewan Perwalian, Badan-Badan Khusus, dan
badan- badan lain yang dibentuk oleh PBB.
Sekretariat juga membuat laporan tahunan hasil kerja PBB ke Majelis Umum.
Dalam laporan Sekjen dapat mengemukakan apa yang sedang berkembang dalam
masyarakat internasional dan dapat menyuarakan apa yang dikehendaki oleh anggota-
anggota PBB. Sebagai contoh, Sekjen Boutros- Boutros Ghali dalam laporannya pada
tanggal 30 Juni 1992 yang berjudul Agenda for Peace, telah mengajukan sejumlah
langkah yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas PBB di bidang penyelesaian
sengketa.
Sekretaris Jenderal sebagai Kepala Eksekutif
Sebagai kepala eksekutif Sekjen PBB mewakili PBB dalam hubungannya dengan
negara anggotanya dan menerima tugas-tugas khusus dari Majelis Umum PBB
atau dari Dewan Keamanan PBB yang tertuang dalam resolusi-resolusi. Dan harus
22

memberikan laporan pada Majelis Umum maupun kepada Dewan Keamanan


tentang perkembangan tugas tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB sebagai Koordinator dalam Tugas- Tugas PBB
Sekjen melaksanankan tugas dan mengoordinasikan kegiatan dan kebijakan yang
telah ditetapkan dalam rangka PBB. Walaupun dalam rangka PBB tugas-tugas
yang menjadi kewenangan Badan Badan Khusus telah dikoordinasi oleh Dewan
Ekonomi dan Sosial, Majelis Umum dan Dewan Keamanan dapat membentuk
Badan Tambahan (Subsidiary Organ),
Peranan Politik Sekretaris Jenderal PBB
Menurut Pasal 99 Piagam PBB, maka Sekjen PBB dapat meminta perhatian
Dewan Keamanan mengenai suatu hal yang menurut pendapatnya dapat
membahayakan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.
Struktur Organisasi Sekretariat
Sekretariat dikepalai oleh Sekjen, dalam menjalankan tugasnya didampingi oleh
pembantunya yang bila dipandang perlu dapat mewakili Sekjen. Sekretariat terdiri
dari bagian (departemen) di antaranya:
1. Bagian untuk urusan Dewan Keamanan (jDepartment of Security Council).
2. Bagian Ekonomi (Department of Economic Affairs).
3. Bagian Sosial (Department of Social Affairs).
4. Urusan Perwalian dan daerah yang tidak berpemerintahan sendiri
(Department of Trusteeship and Information from non-self governing territorie).
5. Urusan Penerangan Umum (Department of Public Information).
6. Urusan Hukum (Legal Department).

Dewan Ekonomi dan Sosial


Pada waktu kita membicarakan tentang asas dan tujuan PBB, maka Pasal 1(3)
Piagam menentukan bahwa tujuan PBB adalah untuk memajukan keijasama dan
memecahkan persoalan internasional di lapangan ekonomi, sosial dan lain-lain.
Susunan dewan ecosoc
Pasal 61 Piagam PBB menetapkan bahwa Dewan ECOSOC terdiri dari delapan
belas anggota, kemudian tahun 1961 diubah menjadi dua puluh tujuh anggota dan
perubahan ini berlaku tahun 1963. Pada tahun 1971 diubah menjadi lima puluh
23

empat anggota (perubahan itu berlaku tahun 1973), delapan belas anggota akan
dipilih untuk masa tugas tiga tahun guna menggantikan delapan belas anggota
yang masa tugasnya selama tiga tahun telah habis. Pada waktu pemilihan pertama
tahun 1946 ditentukan bahwa enam anggota akan diganti setelah satu tahun, enam
anggota sesudah dua tahun dan enam anggota setelah tiga tahun, mulai tahun
keempat pemilihan untuk enam anggota duduk untuk masa jabatan tiga tahun.
Anggota yang telah berhenti dapat dipilih kembali. Dengan bertambahnya
keanggotaan Dewan ECOSOC, maka pemilihan tiap tahun untuk anggota
sebanyak delapan belas anggota.
Pemungutan Suara
Pasal 67 Piagam PBB menentukan bahwa setiap anggota mempunyai satu suara.
Keputusan Dewan diambil dengan suara terbanyak dari anggota yang hadir dan
memberikan suaranya.Setiap anggota PBB diberi kesempatan untuk menghadiri
perundingan yang membicarakan persoalan yang berhubungan dengan masalah
negara anggota yang sedang dibicarakan di Dewan ECOSOC tanpa hak suara
(Pasal 69 Piagam).
Tugas dan Wewenang Ditentukan dalam Pasal 62-66 Piagam PBB :
1. a. Mengadakan penyelidikan dan bertindak supaya diadakan laporan-laporan
tentang soal ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan dan kesehatan, dan b.
Mengusulkan segala yang perlu untuk memperteguh hak- hak asasi manusia dan
kebebasan dasar bagi setiap orang serta mempertahankannya. C. Mengadakan
perjanjian-perjanjian internasional dalam bidangnya.
2. Membantu organ/alat perlengkapan utama lain Dewan Keamanan (Pasal 65
Piagam PBB, Majelis Umum PBB (Pasal 66[1] Piagam PBB).
3. Mengoordinasikan Badan-Badan Khusus (Specialist Agency) (Pasal 57).
4. Hubungan dengan organisasi bukan pemerintah.
Badan-Badan Khusus PBB (Specialized Agencies)
Pasal 57 Piagam PBB menentukan berbagai Badan Khusus yang didirikan atas
persetujuan antarpemerintah dan mengemban tanggung jawab internasional yang
luas dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan dan kesehatan, dan
bidang-bidang yang berhubungan dengan bidang-bidang tersebut yang akan
dikoordinasi oleh PBB .
24

Badan-Badan Khusus tersebut adalah:United Nations Educational, Scentific and


Cultural Organization (UNESCO); World Health Organization (WHO); International
Bank Reconstruction and Development (IBRD); International Finance Cooperation
(IFC); International Development Association (IDA); Multilateral Investment
Guarantee Agency (MIGA); International Monetary Fund (IMF); International Labour
Organization (ILO) dan Jain-lain

Dewan Perwalian (Trusteeship Council)


Susunan Dewan Perwalian, Pasal 86 Piagam PBB menentukan Dewan Perwalian terdiri
dari:
1. Anggota-anggota yang menguasai daerah perwalian.
2. Anggota-anggota tetap Dewan Keamanan yang tidak menguasai
menyelenggarakan pemerintahan di wilayah-wilayah perwalian.
3. Sejumlah anggota yang dipilih oleh Majelis Umum untuk jangka waktu tiga tahun
dan jumlah keseluruhannya dari anggota Dewan dibagi sama antara negara-negara
anggota PBB yang menjadi wali dan yang tidak menjadi wali.
Pasal 89 Piagam PBB menentukan setiap anggota DewanPerwalian mempunyai
satu suara dan keputusan Dewan Perwalian diambil dengan suara terbanyak dari anggota
yang hadir dan memberikan suaranya.
Fungsi dan Kewenangan Dewan Perwalian
Ditentukan dalam Pasal 87 dan 88 Piagam PBB, antara lain tugas Dewan Perwalian
adalah mengawasi pelaksanaan sistem perwalian dan untuk melaksanakan tugas tersebut
maka Dewan Perwalian mempunyai wewenang :
1. Membuat kuesioner mengenai masalah politik, sosial, ekonomi, pendidikan
dan kemajuan penduduk wilayah perwalian dan membuat laporan tahunan.
2. Meneliti dan mengadakan diskusi tentang laporan tadi.
3. Mengadakan peninjauan secara periodik menurut waktu yang disetujui oleh
negara wali.
4. Mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan syarat-syarat dari
persetujuan perwalian.
25

Mahkamah Internasional (International Court of Justice)


Pasal 2(3) Piagam PBB menentukan bahwa segenap anggota PBB harus
menyelesaikan sengketa internasional dengan jalan damai dan mempergunakan cara-
cara sedemikian rupa sehingga perdamaian dan keamanan internasional, serta keadilan
tidak terancam.
Ada dua cara untuk menyelesaikan sengketa internasional, yaitu: 1). Perjanjian
antara dua pihak yang bersengketa dan; 2). Keputusan badan peradilan. Cara
penyelesaian sengketa dengan damai seperti yang ditentukan Pasal 33(1) Piagam PBB,
yaitu: negosiasi (negotiation), enkuire (enquiry), mediasi (mediation) dan konsiliasi
(conciliation) adalah suatu penyelesaian sengketa jika para pihak dapat membuat
perjanjian penyelesaian sengketa. Artinya kedua pihak, telah sama-sama setuju atas
rekomendasi yang disarankan suatu komisi (misalnya komisi konsiliasi), jika rekomendasi
tersebut tidak diterima oleh kedua pihak yang bersengketa, maka sengketa tersebut
belum terselesaikan.
Mahkamah berdiri setelah statuta diratifikasi oleh mayoritas negara-negara anggota
LBB, PCIJ berdiri tahun 1921 dan berkedudukan di Den Haag.
Mahkamah Internasional dalam rangka PBB disebut Mahkamah Internasional
(International Court of Justice-ICJ) Menurut Pasal 92 Piagam PBB Statuta ICJ didasarkan
pada Statuta PCIJ dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Piagam PBB

Susunan Hakim
Hakim Mahkamah Internasional terdiri dari lima belas hakim yang dipilih oleh
Majelis Umum dan Dewan Keamanan dan nama-nama mereka diambil dari daftar
yang ada pada Mahkamah Tetap Arbitrasi (Permanen! Courl of Arbitration-?CA)
(Pasal 4 Statuta ICJ). Yang memilih hakim ICJ adalah Majelis Umum dan Dewan
Keamanan. Majelis Umum dan Dewan Keamanan harus bekerja bebas satu sama
lain dalam memilih anggota ICJ. (Pasal 8 Statuta ICJ). Pemilihan hakim tersebut
didasarkan pada syarat masing-masing dan keanggotaan sebagai hakim dalam
Mahkamah harus mewakili bentuk-bentuk peradaban utama dan sistem hukum
yang terpenting di dunia (Pasal 9 Statuta ICJ). Calon terpilih adalah calon yang
mendapat suara terbanyak di Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB. Dalam
26

pemilihan hakim-hakim ICJ maka tidak ada perbedaan antara suara anggota tetap
dan tidak tetap (Pasal 10[ 1 dan 2] Statuta ICJ).
Syarat-Syarat Hakim
.
Hakim tidak boleh mewakili/mempunyai kewarganegaraan yang sama (Pasal 10[3]
Statuta ICJ) jika ada calon yang berkewarganegaraan sama, maka hakim yang
tertualah yang akan dipilih.Hakim dipilih untuk masa jabatan sembilan tahun dan
dapat dipilih kembali (Pasal 13[1] Statuta ICJ). Pemilihan pertama dilakukan tahun
1946, pada pemilihan yang pertama lima hakim dipilih untuk masa jabatan tiga
tahun, lima orang untuk enam tahun dan lima orang untuk masa sembilan tahun.
Sehingga setiap tiga tahun diadakan pemilihan hakim untuk lima hakim.
.Mahkamah akan menunjuk ketua dan wakil ketua untuk masa jabatan tiga tahun dan
mereka dapat dipilih kembali. Mahkamah akan menunjuk paniteranya dan dapat
menunjuk pejabat-pejabat lain bila diperlukan (Pasal 21 Statuta ICJ).
Hakim ad hoc
Jika Mahkamah menyidangkan satu perkara dan ternyata adahakim yang
mempunyai kebangsaan yang sama dengan salah satu pihak dalam sengketa,
maka pihak lainnya dapat memilih seseorang untuk duduk sebagai hakim ad hoc,
dan orang tersebut harus memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4
dan 5 Statuta ICJ (Pasal 31 ayat ldan 2 Statuta ICJ).
Badan Panitera
Panitera Mahkamah Internasional terdiri dari Kepala Panitera, Wakil Panitera dan
pejabat lain bila diperlukan (Pasal 21 [2] Statuta Mahkamah Internasional).
Siapa yang Menjadi Pihak pada Mahkamah Internasional
Menurut Pasal 34(1) Statuta ICJ, maka hanya negara yang dapat menjadi pihak di
Mahkamah Internasional. Menurut Pasal 35(1), Mahkamah terbuka bagi negara-
negara pihak Statuta ICJ. Negara mana yang menjadi peserta ICJ. Pasal 93
Piagam PBB menentukan Semua anggota PBB secara ipso facto menjadi pihak
dalam Statuta ICJ.
.Negara yang bukan anggota PBB dapat menjadi pihak pada Statuta ICJ dengan syarat-
syarat yang ditentukan dalam tiap- tiap kasus oleh Majelis Umum PBB atas usul
Dewan Keamanan. Syarat-syarat tersebut ditetapkan dalam resolusi Majelis Umum
27

No. 91 tanggal 11 Desember 1946 yang didasarkan pada resolusi Dewan


Keamanan 15 Oktober tahun 1946. Syarat-syarat tersebut adalah:
a. Menerima Statuta ICJ yang dikemukakan dengan deklarasi
b. Membayar biaya ICJ berdasarkan jumlah yang adil (equitable amount).

Yurisdiksi ICJ yaitu :


1. Memberikan keputusan untuk perkara para pihak yang diajukan ke ICJ
(Pasal 36 ayat 1 Statuta ICJ),
2. Memberikan nasihat hukum (advisory opinion) untuk persoalan hukum atas
permintaan badan-badan sesuai dengan Pasal 96 Piagam PBB dan Pasal 65
Statuta ICJ.
ICJ tidak mempunyai yurisdiksi untuk mengadili perkara, kecuali para pihak yang
bersengketa menyerahkan perkaranya ke ICJ. Pasal 38(1) Statuta menentukan:
Dalam memutuskan suatu perkara ICJ berpedoman pada:
1. Peijanjian internasional baik yang bersifat umum maupun yang bersifat
khusus, dengan menunjuk ketentuan-ketentuan yang jelas diakui oleh negara-
negara yang sedang berselisih.
2. Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti telah merupakan praktik-
praktik umum yang diterima sebagai hukum.
3. Prinsip-prinsip hukum yang diakui oleh bangsa beradab.
4. Sesuai dengan ketentuan Pasal 59, keputusan-keputusan hakim dan ajaran-
ajaran para ahli hukum yang tercakup di berbagai negara, sebagai bahan
pelengkap untuk menentukan peraturan-peraturan hukum Pasal 38(2) Statuta ICJ
menentukan bahwa ICJ dapat memutus suatu perkara dengan exaequo et bono
yang artinya ICJ dapat memutus berdasarkan kepatutan.

Bagaimana Suatu Perkara Dibawa ke ICJ


Suatu kasus dapat dibawa ke ICJ dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberitahuan kepada panitera tentang adanya peijanjian khusus (special
agreement) di mana para pihak telah menyetujui untuk penyelesaian sengketa
diserahkan pada ICJ. Pemberitahuan itu harus disertai asli atau copy dari peijanjian
khusus tersebut. Jika dalam perjanjian tersebut belum ditentukan apa yang
28

disengketakan oleh pihak-pihak yang bersengketa, maka dalam pemberitahuan


tersebut harus disebutkan apa yang disengketakan oleh pihak-pihak dalam
sengketa (Pasal 39(2) Rules of Court).
2. Dengan suatu permohonan (application) oleh salah satu pihak yang
didasarkan pada suatu pernyataan akan adanya yurisdiksi ICJ. Permohonan
tersebut harus disertai pokok sengketa, pihak-pihak yang dituntut (Pasal 40 Statuta
ICJ jo Pasal 38(1) Rules of Court). Panitera akan segera menyampaikan
permohonan tersebut pada pihak-pihak terkait, Panitera juga akan memberitahukan
pada anggota PBB melalui Sekjen PBB.

Hak-hak anggota ICJ


1) negara-negara lain yang berhak untuk hadir di ICJ.
2) Para pihak akan diwakili oleh wakilnya di ICJ dan mereka dapat memperoleh
penasihat atau pengacara (Pasal 42 Statuta ICJ).
3) Acara Persidangan
4) Prosedur persidangan terdiri dari dua bagian: Pertama, prosedur tertulis dan
kedua, prosedur lisan (Pasal 43 Statuta ICJ). Prosedur tertulis terdiri dari surat-
menyurat, surat-surat peringatan, jawaban dan bila perlu dokumen-dokumen yang
diperlukan sebagai dasar keputusan. Salinan dari tiap-tiap dokumen yang
disampaikan oleh salah satu pihak akan disampaikan pada pihak yang lain.
5) Prosedur lisan terdiri dari dengar pendapat (hearing) yang diadakan oleh ICJ dalam
hal ini akan didengar wakil-wakil, penasihat dan pengacara.
6) Lama prosedur beracara ini bermacam-macam kasus tergantung pada masing-
masing perkara, apakah perkara itu cukup rumit atau cukup penting. Biasanya para
pihak, meminta waktu yang cukup lama untuk menyiapkan segala sesuatunya.
7) Setelah ICJ mempelajari perkara tersebut, maka ICJ akan menyiapkan draf
keputusan. Keputusan diambil dengan suara terbanyak dari para hakim yang hadir.
Apabila dihasilkan keputusan dengan suara sama banyak. Ketua atau hakim yang
menggantikan mempunyai suara yang menentukan (Pasal 55 Statuta ICJ)

Keputusan ICJ
29

Keputusan ICJ memuat alasan-alasan yang dipakai sebagai dasar keputusan,


keputusan tersebut akan memuat nama-nama hakim yang mengambil keputusan
tersebut (Pasal 56 Statuta ICJ). Setiap hakim berhak mengemukakan pendapatnya
sendiri tentang perkara tersebut (dissenting opiniori) (Pasal 57 Statuta ICJ).
Keputusan ICJ adalah keputusan final dan tidak dapat diminta banding (Pasal 60
Statuta ICJ). Jika banding tidak mungkin, maka yang dimungkinkan adalah
peninjauan kembali atas keputusan tersebut (Pasal 61 Statuta ICJ).

Pendapat-Pendapat yang Bersifat Nasihat


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa ICJ selain memutuskan perkara yang
menjadi wewenangnya juga dapat memberikan pendapat yang bersifat nasihat
(Pasal 65 Statuta ICJ). Pasal 65 Statuta ICJ itu harus dihubungkan dengan Pasal
96 Piagam PBB.
Menurut Pasal 96 Piagam PBB maka badan-badan yang dapat meminta nasihat
adalah:
1. Dewan Keamanan dan Majelis Umum dan 2. Badan lainnya dan badan-
badan khusus yang sewaktu-waktu dikuasakan oleh Majelis Umum.

Anda mungkin juga menyukai