Anda di halaman 1dari 260

1 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Pendahuluan

Hukum Organisasi Internasional


Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan manusia
lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota masyarakat itu
membutuhkan hubungan satu sama lainnya. Hubungan antara anggota masyarakat ini
kemudian meluas tidak hanya terbatas antara anggota masyarakat dalam satu negara saja,
tetapi kemudian meluas melewati batas negaranya. Kebutuhan akan adanya hubungan
antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya makin
bertambah dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi pengangkutan, komunikasi,
dan informasi.
Masalah yang dihadapi oleh anggota suatu masyarakat di belahan bumi tertentu segera
didengar dan dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya. Masalah penderitaan rakyat
Afghanistan yang disebabkan akan adanya penyerangan oleh Amerika Serikat sebagai
akibat peristiwa 11 September 2001, yaitu runtuhnya gedung kembar Pusat Perdagangan
Dunia (WTC) di New York dan kerusakan Markas Besar Pertahanan Amerika Serikat
Pentagon di Washington akibat ditubruk oleh pesawat terbang komersial yang dibajak, telah
menimbulkan simpati masyaraka internasional dengan mengirimkan obat-obatan dan bahan
makanai bagi rakyat Afghanistan yang menderita.
Akibat peristiwa 11 September 2001 Amerika Serikat pemerintah Amerika Serikat
bereaksi keras dengan pernyataai Presiden George W. Bush untuk menyatakan perang
terhadap teroris, termasuk siapa saja yang berada di belakangnya. Amerik Serikat
menuduh Osama bin Laden dari jaringan Al Qaeda yang dipimpinnya bermukim di
Afghanistan. Itu sebabnya Amerika menyerang teroris yang diperkirakan bermukim di
Afghanistar Dalam serangannya ke Afghanistan itu Amerika Serikat dibantu oleh Inggris
dengan mengirimkan kapal perangnya dengan pasuka elitenya ke wilayah Asia Tengah.
Rasa solidaritas ini tidak hanya terbatas pada masalah politik juga dalam masalah-
masalah lainnya seperti bencana alam Penderitaan masyarakat di suatu negara telah
menggugah hati dan menggerakkan masyarakat di negara lainnya untuk membantunya
bahkan mereka dapat merasakan penderitaan tersebut. Sebagai contoh, seorang penderita
cacat mata mendapat donor kornea mata dari negara lain, misalnya seorang warga negara
Indonesi telah menerima donor kornea mata dari warga negara Sri Lanka.
Dari contoh di atas, dapat dikatakan bahwa tidak ad seorang pun dapat hidup tanpa
bantuan orang lain. Sifat salin g membutuhkan juga dialami oleh suatu negara. Sebagai
anggota dari masyarakat internasional, suatu negara tidak dapat hidu p tanpa adanya
hubungan dengan anggota masyarakat internasion al lainnya. Dengan perkataan lain, ada
kebutuhan saling tergantung antarnegara.

50.
2

Hubungan antarnegara sangat kompleks sehingga diperluka npengaturan. Untuk


mengaturnya agar mencapai tujuan bersama yang merupakan kepentingan bersama,
negara-negara membutuhkan pembentukan wadah, yaitu organisasi internasional.
Pertumbuhan organisasi internasional telah dimulai sejak abad pertengahan. Misalnya
negara-negara Eropa pada saat menghadapi kekuasaan Napoleon mendirikan Holly
Alliance atas inisiatif Czar Alexander I, 26 September 1815. Holly alliance didirikan oleh
Austria, Prusia, dan Rusia yang bertujuan untuk tetap mempertahankan kekuasaan absolut
dari raja sebagai reaksi terhadap adanya tekanan akibat adanya revolusi Prancis di mana
kedaulatan ada di tangan rakyat bukan di tangan raja. Contoh lain; pada tahun 1874
ditetapkan General Postal Union yang kemudian setelah kongres di Paris tahun 1878
terkenal sebagai Universal Postal Union (UPU). Setelah Perang Dunia II, makin banyak
organisasi internasional yang didirikan. Sebagai contoh didirikannya International Maritime
Consultative Organization (IMCO), yang didirikan pada tahun 1947, yang pada perubahan
anggaran dasarnya pada tahun 1975, IMCO berubah menjadi International Maritime
Organization (IMO). Dalam bidang meteorologi, telah didirikan World Meteorological
Organization (WMO)yang didirikan tahun 1951, walaupun sebelumnya suatu organisasi di
bidang meteorologi telah ditetapkan tahun 1878 dan anggaran dasarnya telah diubah tahun
1919, 1923, 1929, 1931 dan 1935, kewajiban dan aktivitasnya ditransfer ke WMO. Dalam
bidang telekomunikasi, pada tahun 1865 telah didirikan International Telegraphic Union,
setelah kongres di Berlin tahun 1906 telah memasukkan radio dalam bidangnya. Pada
kongres di Madrid tahun 1932 telah diputuskan untuk membentuk International
Telecommunication Union (ITU) di mana konstitusinya
telah diperbaiki tahun 1947, 1952 dan 1961. 1
Untuk mempelajari masalah-masalah yang timbul da organisasi internasional dan
masalah-masalah yang timbul da kaitannya hubungan antara anggota-anggota dalam
organi internasional dan bagaimana penyelesaiannya secara yuridis, m ilmu yang
mempelajari hal tersebut adalah Hukum Organis Internasional (The Law of International
Organization). Isti Hukum Organisasi Internasional adalah lebih tepat daripada isti Hukum
Lembaga Internasional (The Law of Internatioi Institutions atau International Institntions
Law). Bila kita memakai istilah Hukum Lembaga Internasional, maka disini seolah-olah
dititikberatkan pada aspek lembaganya. Sedangk dalam Hukum Organisasi Internasional
mencakup semua asp hukum dalam organisasi internasional, jadi mencakup asp filosofis,
aspek administratif dan juga masalah konstitusionaln dan prosedur dari organisasi
internasional antara lain sepe wewenang dan pembatasan dari organ-organ dalam organis;
internasional itu sendiri, hak dan kewajiban anggota dan termasi juga perkembangan
organisasi, misalnya penerapan/penafsir, anggaran dasarnya dari waktu ke waktu.

Definisi Organisasi Internasional y


Pendahuluan J \

Mengenai definisi dari organisasi internasional itu sendi belum terdapat kesepakatan. 2
Pada umumnya jika bicara tentar organisasi internasional, maka yang dimaksudkan adalah
organisa
'Nussbaum, Arthur, A C.oncise History of the Law ofNations, Revised Editic (New York:
The Macmillan Company), hlm. 198. D.W. Bowett, The Law International Institution (London:
Stevens & Sons, 1963), hlm. 98.
2
Henry G. Schermers, International Institutionat Law (The Netherland; Rockville,
Marvland, USA: Sijthooff& Noordhoff, Alphen aan den Rijn, 1980 hlm. 5.
internasional yang dibentuk antarpemerintah (intergovernmental organization). Walaupun
hams diakui bahwa di samping organisasi antarpemerintah, masiji_dikena l organisasi
nonpemerintah (non governmental organization atau disingkat dengan NGO). Kita
mejribatasLbahwa yang dimaksudkan dengan organisasij nten nasional adalahorganisasi
antar negara-organisasi internasional (public international organization), namun demikian
masih sukar untuk memberikan definisi apakah yang dimaksud dengan organisasi
internasional yang dapat diterima secara universal.
Bila organisasi internasional diartikan sebagai wadah dari" negara-negara untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu secara bersama, dalam hal ini maka pengertian
organisasi internasional dipakai dalam arti sempit. Jika diartikan sebagai wadah dari negara-
negara untuk mengadakan kerjasama, di mana wadah tersebut mempunyai wewenang atas
negara anggota, maka di sini pengertian organisasi internasional agak lebih luas.
Organisasi internasional merupakan wadah negara-negara dalam menjalankan tugas
bersama, baik dalam bentuk keijasama yang sifatnya koordinatif maupun subordinatif. Oleh
karena sulitnya memberikan definisi dari organisasi internasional, maka jalan yang dapat
diberikan adalah memberikan ciri-ciri dari organisasi internasional.
Bila dilihat dari ciri-ciri organisasi internasional, seperti yang dikemukakan oleh Leroy
Bennet,1 organisasi internasional mempunyai ciri sebagai berikut:
1. A permanent organization to carry on a continuing set of functions.
2. Voluntary membership of eligible parties.
3. Basic instrument stating goals, structure and methods operation.
4. A broadly representative consultative conference orga
5. Permanent secretariat to carry on continuous administr live, research and information
functions.
D.W. Bowett memberikan definisi sebagai berikut:4
....they were permanent association of governments,
administration (ie. postal or railway administration), bas< upon a treaty of a multilateral
rather than a bilateral tyj and with some definite criterion of purpose.
Sedangkan perkembangan organisasi internasional itu send menurut Inis L. Claude Jr.
yang dikutip oleh S. Jr. Bilgrami5ac 4 prasyarat:
The world must be divided into a number of states c independent political units.
A substantial measure of contact must exist between sul devision.

1A. Leroy Bennet, InternationaI Organization (New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1979), him. 3.
4

The states must develop an awareness of the problei which arise out of their
coexistence. On this basis they must recognize the need for creation c institutional
devices and systematic methods for regulatin their relation each other.
Dari uraian di atas maka dapatlah kita simpulkan bahwa de finisi organisasi
internasional tergantung bagaimana memandan organisasi internasional tersebut. Namun
harus diakui organisas
4
D.W. Bowett, The Law of International Institution (London: Steven i Sons, 1982), him.
6. 5
S. Jr. Bilgrami, International Organization (Vikers Publishing House PV1 LTD), him. 2.
internasional sebagai wadah dari negara-negara untuk mencapai tujuan tertentu sangat
dibutuhkan. Organisasi internasional dalam menjalankan tugasnya tidak boleh bertentangan
dengan asas-asas yang ada dalam hukum internasional.

Hubungan antara Organisasi Internasional dengan Hukum Internasional

Sebagaimana kita ketahui bahwa hukum internasional adalah sebagai tatanan hukum
yang mengatur hubungan antara masyarakat internasional. Organisasi internasional adalah
sebagai salah satu anggota dari masyarakat internasional. Berbicara mengenai hubungan
antara hukum internasional dan organisasi internasional, maka kita berbicara mengenai
status organisasi internasional dalam hukum internasional.
Status organisasi internasional dalam hukum internasional adalah;.
a. Sebagai subjek hukum internasional.
b. Membantu pembentukan hukum internasional.
c. Sebagai forum untuk membicarakan, mencari jalan yang dihadapi oleh anggotanya.
d. Sebagai alat untuk memaksakan agar kaidah hukum internasional ditaati.

Sebagai Subjek Hukum Internasional

Subjek hukum adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum dan pemegang
halc dan kewajiban hukum itu adalah kemampuan untuk mengadakan hubungan-hubungan
hukum dengan sesama pemegang hak dan ke wajiban hukum. Jadi organisasi internasional
sebagai pemegang hak dan kewajiban menurut hukum internasional.
Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek huku internasional tidak
diragukan lagi, walaupun pada mulanya belu: ada kepastian tentang hal tersebut. 6
Sebagai subjek hukui internasional, maka organisasi internasional itu personalitas
hukui (legalpersonality) di dalam hukum internasional.

Dengan diterimanya organisasi internasional sebagai subje hukum internasional,


berarti organisasi internasional itu mempuny; hak dan kewajiban menurut hukum
internasional. Hak dan ke wajiban tersebut antara lain mempunyai wewenang untuk
menunti di depan pengadilan, sebaliknya juga dapat dituntut, memperole dan memiliki
Pendahuluan J \

benda-benda bergerak, mempunyai kekebala (immunity) dan hak-hak istimewa


(privileges).
Untuk mengetahui apakah suatu organisasi internasiona mempunyai status
sebagai subjek hukum internasional, mak; harus dilihat dari anggaran dasar organisasi
internasional tersebut Dalam anggaran dasar organisasi internasional tersebut jug;
diketahui apakah organisasi tersebut mempunyai organ/alat per lengkapan yang
mempunyai wewenang menurut hukum inter nasional, misalnya membuat perjanjian
dengan subjek hukun internasional lainnya, atas nama organisasi tersebut.
«
Mc Nair dalam bukunya The Law of Treaties1 If Fully sovereign states possesses a
treaty power when acting alone,

'Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum


(Bandung: Penerbit Binacipta, 1982), hlm. 95. Lihat juga kasus Reparation for Injuries
Suffered in the Service of the United Nations Case tahun 1949. D J Harris, Cases and
Materials on International Law, S1"1 Ed., (Sweet & Maxwell. 1983), him. 114 dan
seterusnya. 7
Mc Nair, The Law of Treaties (Oxford: The Claredon Press, 1961), him
it is not surprising to find the same power attribute to an international organization which
they have created from the members of which usually sovereign states.
Jadi jelaslah menurut Mc Nair, organisasi internasional mempunyai wewenang
membuat perjanjian internasional.
Hak dan kewajiban organisasi internasional tersebut adalah benar-benar hak dan
kewajiban organisasi internasional dan bukan hak dan kewajiban negara-negara yang
menjadi anggota organisasi internasional tersebut secara individual.
Sebagai contoh dapat dilihat pada Anggaran Dasar dari Bank Internasional untuk
Rekonstruksi dan Pembangunan (.International Bank for Reconstruction and Development,
IBRD) dalam Pasal VII (2) ditentukan bahwa: and.........The
Bank shall possess full jurisdical personality and, in particular, the capacity: to make
contract to acquire dispose of immovable property to institute legal proceedings.
Ketentuan seperti di atas juga terdapat dalam Pasal IX ayat 2 Anggaran Dasar IMF
(International Monetary Fund) Ketentuan yang sama terdapat juga pada Pasal VI ayat 2
Anggaran Dasar International Finance Corporation (IFC).
Sebagai akibat hukum yang lain dari kedudukan organisasi internasional sebagai
subjek hukum ialah bahwa organisasi internasional mempunyai hak-hak istimewa dan
kekebalan bagi para pejabat organisasi internasional tersebut, maupun terhadap arsip dan
dokumen, serta pajak dan bea cukai untuk kekayaan dan milik dari hukum nasional di mana
pejabat, arsip, dokumen dan kekayaan organisasi internasional itu berada.
Untuk mengetahui hak-hak istimewa dan kekebalan organisasi internasional, maka
harus dilihat pada anggaran dasar atau per-
janiian antara organisasi internasional tersebut dengan nej tuan rumah di mana organisasi
internasional mempunyai/men patkan markas besarnya {Head Quarter). Sebagai contoh j
6

janji an antara PBB dengan Pemerintah Amerika Serikat tent kedudukan markas besar PBB
di New York8 pada Pasal 5 i
1 5 butir 4 menentukan: ....... be entitled in the territory
the United to same privileges and immunities, subject corresponding conditions and
obligations, as it accords diplomatic envoys accredited to it.
Contoh lain dapat dibaca dalam Agreement on 1 Establishment of The Asean
Secretariat, pada Pasal V terdapat ketentuan tentang hak-hak istimewa dan kekebal
sebagai berikut: The Host Country shall grant to the Secretari The secretary General and
the Staff such privileges a immunities as may be necessary for the performance of the
duties and functions.
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan di atas, maka diadaki persetujuan antara
Pemerintah Republik Indonesia dan ASEA tentang kekebalan dan hak-hak istimewa
Sekretariat Bersan Asean yang ditandatangani pada tanggal 20 Januari 1979 da disahkan
dengan Keppres No. 9 Tahun 1979 (L.N. No. 7 Tahu 1979). Berdasarkan perjanjian
tersebut, maka Sekretariat Asea serta Sekretaris Jenderal dan Stafnya memiliki hak-hak
istimew dan kekebalan. Kekebalan yang dimiliki itu berupa kebal terhadaj setiap penyidikan,
penuntutan, penyitaan dan campur tangan dai tindakan gangguan yang meliputi gedung
dan arsip sekretariat

'Perjanjian tersebul ditandatangani di Lake Success pada tanggal 26 Juni 194', dan
disetujui oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 31 Oktober 1947 dan berlaki setelah
pertukaran nota (Exchange of Note) pada tanggal 21 November 1947.
serta harta milik sekretariat. Sedangkan hak-hak istimewa yang dipunyai berupa
pembebasan pajak langsung (direct taxation), bebas bea dan cukai serta pungutan
lainnya (lihat pada Pasal 3,4,5, Agreement).
Suatu organisasi internasional yang dalam Anggaran Dasar- ' nya tidak
mencantumkan statusnya sebagai subjek hukum inter-f nasional, organisasi internasional
itu tidak perlu kehilangan status j sebagai subjek hukum internasional. J
Sebagai contoh Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam co- venant-nya tidak secara
khusus mencantumkan status sebagai subjek hukum internasional, namun kemudian
dalam perjanjian yang dibuat antara Swiss dan LBB yang berupa Modus Vivendi tahun
1921, di dalam Pasal 1 menentukan: The Swiss Federal government recognizes that
league of nations, which possess international personality and legal capacity, cannot in
principle, according to the rules of international Law, be sued before the Swiss Court
without its express consent.9
Dalam Piagam PBB sendiri tidak secara tegas mencantumkan status PBB sebagai
subjek hukum internasional, kecuali dalam Pasal 104 ditentukan: The Organization shall
enjoy in the territory of its members such legal capacity as be necessary for the exercise
of its functions and the fulfilment of its purposes.
Jadi menurut ketentuan tersebut, maka PBB di wilayah negara anggotanya dalam
menjalankan tugasnya dan untuk memenuhi tujuan PBB, akan memiliki kapasitas
Pendahuluan J \

hukum.
Dalam Konvensi tentang Hak-Hak Istimewa dan Kekebalan

'Mohd Burhan Tsani, Bahan Kuliah Hukum Organisasi Internasional, Fakultas


Hukum Universitas Gajah Mada, 1995, him. 18
PBB (General Convention on The Privileges and Immunit of The United Nations) tahun
1946, Pasal 1 tentang Yuridi Personality menentukan: The United Nations shall posst
juridical personality. It shall have the capacity:
(a) to contract;
(b) to acqidre and dispose of immovable property
(c) to institute legal proceedings.
Selain Pasal 104, maka dalam Pasal 105 terdapat ketentu tentang hak-hak istimewa
dan kekebalan PBB dalam wilay, anggotanya. Pasal 105 Piagam PBB menentukan:
1. The Organization shall enjoy in the territory of each the Members such privileges and
immunities as a, necessary for the fulfilment of its purposes.
2. Representatives of the Members of the United Nat i o/ and officials of the Organization
shall similarly enjc privileges and immunities as are necessary for th independent
exercise of their functions in connexion wit the Organization.
Dari ketentuan tersebut jelaslah bahwa PBB dalam men jalankan tugasnya untuk
mencapai tujuan PBB, memerluka kekebalan dan hak-hak istimewa. PBB dalam piagamnya
tela! menentukan bahwa PBB dalam hukum nasional masing-masing negara anggotanya
bertindak sebagai personalitas hukum (lega person). Jadi suatu organisasi internasional
selain mempunya personalitas hukum dalam hukum internasional, juga mempunya
personalitas hukum dalam hukum nasional negara anggotanya.
Personalitas hukum dalam hukum nasional untuk suatu organisasi internasional tidak
perlu dikaitkan dengan personalitas organisasi tersebut dalam hukum internasional.
Dalam beberapa kasus di mana alat perlengkapan dari suatu organisasi internasional
(organ) yang memiliki personalitas internasional memerlukan personalitas terpisah dalam
kaitannya dengan hukum nasional negara-negara anggotanya. Sebagai contoh Masyarakat
Ekonomi Eropa (MEE), dalam hubungan internasional MEE bertindak sebagai subjek
hukum internasional yang mempunyai personalitas internasional, namun Bank Investasi
Eropa sebagai organ dari MEE mempunyai personalitas hukum secara terpisah dalam
hukum nasional. Sebaliknya lembaga-lembaga MEE, seperti Dewan (Council), Komisi
(Commision), Parlemen Eropa (European Parliament), dan Mahkamah Eropa (Court) tidak
mempunyai personalitas hukum secara terpisah. Sebaliknya badan- badan tambahan PBB
(subsidiary organs) PBB, seperti United Nations International for Children Emergency Fund
(UNICEF) dan United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugee (UNWRA)
yang telah diberi mandat secara luas oleh PBB untuk melaksanakan fungsinya secara
langsung telah secara teratur mengadakan kontrak-kontrak dagang atas namanya sendiri. 2

2Henry G. Schermers, op.cit, hlm 788.


8

Personalitas hukum dalam hukum nasional suatu organisasi internasional sering


didasarkan pada hukum nasional negara terkait. Beberapa negara telah menentukan dalam
hukum nasionalnya bahwa suatu organisasi internasional di mana negara tersebut sebagai
anggotanya mempunyai personalitas hukum dalam hukum nasionalnya. Sebagai contoh: Di
Inggris (UnitedKingdom) dalam Immunities and Privilèges Act, tahun 1950 dalam Pasal 1(1)
dan (2)(a) bahwa suatu bagian dari organisasi internasional akan mempunyai personalitas
hukum di mana Inggris adalah anggota dari organisasi internasional tersebut. Di Amerika
Serikat, dalam The International Organizations Immunities Act tahun 1945 telah
menetapkan bahwa organisasi internasional di mana Amerika Serikat sebagai anggotanya
mempunyai personalitas hukum.
Ada negara yang hanya memberikan status sebagai personalitas hukum pada PBB dan
Badan Khususnya (Specialized Agertcies\ misalnya di Canada. Dalam Privilèges and
Immunities (UN) Act tahun 1952. Di Thailand dengan Undang-Undang sehubungan dengan
operasi PBB dan Badan Khususnya tahun 195S dan diubah tahun 1956 dan 1957. Di Jerman
telah menjamin personalitas hukum didasarkan pada Ordonansi PBB (UN Ordirtance) tahun
1970.
Ada organisasi internasional yang pada anggaran dasarnya tidak menentukan tentang
personalitas hukum di negara anggotanya, contohnya UPU dan ITU; dan tidak semua
anggota UPU dan ITU adalah anggota dari Konvensi tentang Hak-Hak Istimewa dan
Kekebalan Badan Khusus (The Convention on the Privileges and Immunities of the
Specialized Agencies), yaitu konvensi yang mengakui tentang status sebagai personalitas
hukum dan badan khusus. Namun pada umumnya personalitas hukum badan PBB telah
diterima dalam praktik."
Dalam kaitan personalitas hukum dengan negara bukan anggota, maka dibedakan
antara organisasi internasional yang global dan organisasi internasional regional.
Pada organisasi internasional yang bersifat global seperti PBB belum ada suatu negara
yang membatasi kemampuan PBB sebagai organisasi internasional yang mempunyai
personalitas
Ubid. hlm. 789-790.
hukum.
Namun bagi organisasi regional membutuhkan personalitas hukum bagi negara yang
bukan anggotanya. Bila organisasi regional tersebut mempunyai aktivitas perdata di luar
wilayah regional negara anggotanya memerlukan pengakuan personalitas hukum dari
negara yang bersangkutan.

Membantu Pembentukan Hukum Internasional


Bahwasanya organisasi internasional dapat membantu pembentukan hukum
internasional, telah diakui oleh beberapa sarjana hukum internasional, misalnya J.G Starke,
menyatakan sebagai berikut: Decisions or determinations of the Organs of international
institutions, or of international conference, may lead to the formation of rules of international
law in a number of different ways.
Pendahuluan J \

Sedangkan pendapat dari Prof. Mochtar Kusumaatmadja


sebagai berikut:13 ...................keputusan-keputusan dari
badan-badan legislatif, eksekutif maupun yudikatif dari lembaga-lembaga atau organisasi
internasional itu tidak dapat diabaikan dalam suatu pembahasan tentang sumber-sumber
hukum internasional, walaupun mungkin keputusan-keputusan demikian belum dapat
dikatakan merupakan sumber hukum internasional dalam arti sesungguhnya.
Pendapat Ian Brownlie, sebagai berikut: 14......clearly
decisions of judicial organs such as the court of justice of the
12
J G. Starke Qc, Introduction to InternationaI Law (London: Butterworth 1984), him. 50.
"Mochtar Kusumaatmadja, op.cit., hlrn. 144.
"Ian Brownlie, Principle of Public Internationa! Law, 2nd Ed (London: Oxford University
Press. 1973), him 675.
European Communities, may contribute to the developim of the law of treaties, principles of
interpretation, and genei international law.
Dari pendapat-pendapat di atas, jelas bahwa keputusr keputusan alat perlengkapan
organisasi internasional daf membantu pembentukan hukum internasional.
Pembentukan hukum internasional di sini tidak sepe pembentukan hukum dalam
suasana hukum nasional tets kemampuan organisasi internasional dalam membentuk huki
mengikat para anggotanya.
Kemampuan organisasi internasional untuk membentuk huku internasional baik secara
implisit maupun secara eksplisit teli ditentukan dalam anggaran dasarnya. Sebagai contoh
kita lih Pasal 1(3) Piagam PBB: to achieve international cooperatii in solving international
problems of an economic, socio cultural, or humanitarian character and in promoting at
encouraging respect for human rights and her fundamenu freedoms for all without
distinction as to race, sex, langua£
or religion:........
Pasal 1(3) Piagam PBB dijelaskan lebih lanjut pada Pas 13(la,b) yaitu menetapkan
bahwa Majelis Umum PBB dap; membuat prakarsa untuk keijasama internasional di bidang
politi dan mendorong berkembangnya kemajuan hukum internasion; dan kodifikasinya.
Dalam bidang keamanan Majelis Umum PB1 menurut Pasal 11 (1) dapat
mempertimbangkan prinsip umur dalam kerjasama untuk mempertahankan perdamaian da
keamanan internasional meliputi prinsip-prinsip yang mengatu disarmament dan
pengaturan armaments, dan dapat membua rekomendasi ke Dewan Keamanan
sehubungan dengan prinsip prinsip di atas kepada anggota PBB ataupun kepada Dewan
Keamanan.
Dewan Keamanan menurut Pasal 26 Piagam PBB mengusulkan kepada anggota PBB
suatu sistem untuk mengatur alat-alat perang (armaments). Wewenang Dewan Ekonomi
Sosial adalah memprakarsai rancangan konvensi untuk masalah ekonomi, sosial yang
kemudian diajukan ke Majelis Umum PBB (Pasal 26[3]). Mahkamah Internasional
(International Court of Justice) mempunyai wewenang untuk memutus perkara yang menjadi
wewenangnya (Pasal 38[1]) Statuta Mahkamah Internasional. Sebagai contoh keputusan
10

Mahkamah Internasional dalam perkara perikanan antara Norwegia dan Inggris tahun
1951.15 Mahkamah dalam perkara tersebut telah membenarkan cara penarikan garis
pangkal lurus (straight base line). Keputusan ini telah diterima oleh anggota masyarakat
internasional, terbukti dengan diterimanya ketentuan tentang garis pangkal lurus dalam
konvensi hukum laut tahun 1958. Dalam Pasal 4 Konvensi I (Territorial Sea and Contiguous
Zone), kemudian ketentuan tersebut juga diterima di Konvensi Hukum Laut 1982, Pasal 7.
Contoh lain, Resolusi Majelis Umum PBB yang penting dalam perkembangan hukum
internasional adalah Universal De^laration_of_Jhnnan Rjghis yang dicetuskan tanggal 10
Desember 1948. Demikian juga resolusi mengenai Kedaulatan Negara atas kekayaan alam
(Resolusi Majelis Umum No. 1803 (XVII) Tahun 1962). Deklarasi mengenai Hak dan
Kewajiban Ekonomi (The Charter of Economic Rights and Duties) Tahun 1974.

"Keputusan Mahkamah Internasional tentang perikanan, keputusan tanggal 18


Desember 1951.
Organisasi Internasional sebagai Forum untuk Membicaraku Mencari Jalan Keluar
Persoalan-persoalan yang Dthada Anggotanya
Organisasi internasional sebagai forum untuk menyelesaik; masalah-masalah yang
dihadapi bersama ataupun masalah yai dihadapi oleh salah satu anggotanya telah
merupakan tuju; organisasi internasional. Sebagai contoh Pasal 9 Piagam PB menentukan
bahwa setiap anggota PBB mempunyai satu wakiln di Majelis Umum dan setiap anggota
PBB mempunyai satu suai Jadi jelas di sini Majelis Umum PBB mempunyai sifat sepe;
"Parlemen Masyarakat Internasional," di mana Majelis Umu PBB dapat membicarakan
semua masalah yang dihadapi oL anggotanya serta mencari jalan keluarnya (Pasal 17
Piagam PBE
Contoh lain, pertemuan-pertemuan para Kepala Nega anggota ASEAN dalam rangka
keijasama ASEAN (KTT AS E A ataupun pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN merupak
forum untuk membicarakan masalah yang terjadi di Asia Tenggai
Organisasi Internasional sebagai Alat Agar Huku Internasional Dapat Ditaati
Untuk dapat diketahui bahwa organisasi internasional sebai alat untuk memaksakan
agar hukum internasional ditaati/dilaks nakan, kita dapat merujuk pada Piagam PBB. Di
dalam Bab \ Piagam PBB terdapat ketentuan tentang tindakan PBB terhad pelanggaran yang
dapat mengganggu perdamaian dan keaman internasional. Dalam bab tersebut dengan
tegas dinyatakan bahi Dewan Keamanan PBB mempunyai tugas menentukan d mengambil
tindakan-tindakan bila terdapat pelanggaran terhad keamanan internasional, si pelanggar
dapat dikenakan sanl (lihat Pasal 39-51). Tindakan Dewan Keamanan dapat diambil
berdasar pada Bab VII, yang memuat tiga hal:' 6 Pertama, jika negara-negara itu melakukan
tindakan yang mengancam perdamaian; kedua, jika melanggar perdamaian, dan ketiga, jika
negara melancarkan suatu agresi terhadap negara lain.
Berdasarkan Pasal 41 Dewan Keamanan dapat memberikan keputusan kepada negara
pelanggar dan dapat dikenakan sanksi ekonomi. Jika sanksi ekonomi tersebut tidak efektif
Pendahuluan J \

baru diambil tindakan berdasarkan Pasal 42, yaitu tindakan dengan kekerasan.
Dalam menjalankan tugas sebagai penjaga keamanan internasional PBB telah
bertindak sebagai "polisi" dalam bentuk "peace keeping forces,"17 seperti untuk Timur
Tengah (1965), Kongo (1960) dan Cyprus (1964).
Selama PBB berdiri belum pernah dijatuhkan sanksi militer, namun ketika Irak
melakukan aneksasi terhadap Kuwait, PBB menjatuhkan sanksi militer pada 29 November
1990.18 Pelaksanaan keputusan Dewan Keamanan untuk perdamaian dan keamanan ini
mengikat juga bagi negara yang bukan anggota PBB (Pasal 2[6]). Piagam PBB, yang
menentukan: The Organization sha/l ensure (hat states which are not members of the
United Nations act in aceordance with these Principles so far as may be necessary for the
maintenance of international peace and security.

"Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, Edisi Ke-2


(Bandung:
17
Penerbit Alumni, 1997), hlm. 21.
Ruslan Abdulgani, 25 Tahun Indonesia PBB (Jakarta: Gunung Agung
1973),
18 hlm. 75.
Sumaryo Suryokusumo, op.cil, hlm. 23.

Klasifikasi

Organisasi internasional dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara sesuai dengan


kebutuhan atau menurut cara peninjauan organisasi tersebut, sebagai berikut:
1. Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional yang permanen dan tidak
permanen, yakni bila klasifikasi diadakan berdasarkan waktu.
2. Klasifikasi didasarkan pada Organisasi Internasional Publik (Public International
Organization) dan Organisasi Internasional Privat (Private International Organization)
atau Non Governmental Organization (NGO).
3. Klasifikasi yang didasarkan pada keanggotaannya, organisasi universal, dan organisasi
yang tertutup.
4. Organisasi internasional yang didasarkan pada sifat organisasi, yaitu supranasional.
5. Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya.
Walaupun kita dapat mengadakan klasifikasi organisasi internasional seperti yang
tersebut di atas, namun kadang-kadang kita tidak dapat mengadakan pembedaan secara
tajam. Sebagai contoh organisasi internasional yang bersifat privat, ternyata organisasi
tersebut banyak mengerjakan masalah-masalah yang menjadi wewenang negara. Demikian
juga organisasi internasional y, bersifat universal, ternyata keanggotaannya tidak
mencerminkan s universal tersebut. Sebagai contoh negara-negara Eropa Tir berubah
12

politiknya, politik dalam negerinya masih bersifat neg komunis, tidak menjadi anggota
organisasi Badan Khusus P (Specialized Agencies). Namun demikian klasifikasi tetap da
diadakan.

Organisasi Internasional Permanen dan Tidak Permam

Pembedaan antara organisasi internasional permanen dan ti permanen akan dapat


diadakan jika dilihat pada jangka wa didirikannya organisasi internasional tersebut.
Organisasi internasional yang permanen adalah organi: internasional yang didirikan
untuk jangka waktu yang tak terba misalnya PBB. Sebaliknya organisasi internasional yang
tii permanen adalah organisasi internasional yang jangka waktu telah ditetapkan, misalnya
untuk jangka waktu 3 tahun atai tahun dan sebagainya, atau bila tujuan organisasi tersebut
sir tercapai maka organisasi itu bubar.

Organisasi Internasional Publik dan Organisasi Internasio Privat

Organisasi Internasional Publik dipakai untuk menunjuki bahwa organisasi internasional


tersebut didirikan atau anggota adalah pemerintah (intergovernmental). Perkataan
"pemerint (government) dalam hal ini haruslah diartikan dalam pengerl yang terbatas, yakni
hanya dalam arti badan eksekutif dari neg; Untuk dapat disebut sebagai Organisasi
Internasional Publik haruslah memenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut adalah se-
bagai berikut:19
a. Organisasi internasional tersebut haruslah didirikan berdasarkan kepada perjanjian
internasional.
b. Organisasi tersebut mempunyai alat perlengkapan (organ).
c. Hukum yang berlaku untuk organisasi internasional itu adalah hukum internasional.
t
Organisasi Internasional Didirikan Berdasarkan Perjanjian Internasional
Persyaratan perjanjian internasional diperlukan untuk pendirian suatu Organisasi
Internasional Publik untuk membedakan dengan Organisasi Privat. Perjanjian yang
dijadikan dasar berdirinya Organisasi Internasional Publik adalah perjanjian yang
diadakan antarnegara. Bentuk peijanjian yang dijadikan dasar bagi berdirinya organisasi
internasional adalah traktat (treaty) dan bentuknya adalah multilateral. Dengan demikian
peraturan yang diterapkan dalam Organisasi Internasional Publik adalah peijanjian
internasional dalam pengertian hukum internasional publik. Peijanjian internasional
sebagai dasar berdirinya suatu Organisasi Internasional Publik diperlukan untuk
membedakan status hukum organisasi internasional sebagai suatu badan hukum yang
berdiri sendiri terlepas dari status pendirinya. Demikian juga perjanjian internasional yang
dijadikan dasar berdirinya organisasi internasional tersebut merupakan penegasan atas
adanya kesepakatan untuk mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendahuluan J \

Kadang-kadang perjanjian antarnegara yang dijadikan dasar

"Henry G Schermers, op.cit., hlm. 9.


berdirinya suatu organisasi internasional itu tidak memakai benti formal sebagaimana
lazimnya perjanjian internasional yang mul lateral. Sebagai contoh ASEAN didirikan dengan
Deklarasi Bangk tahun 1967 dan tidak memerlukan ratifikasi dari para anggotan} Contoh
lain, Asian African Legal Consultative Commitl (AALCC), American Defence Board,
Colombo Plan.

Organisasi Internasional Harus Mempunyai Alat Perlengkap (Organ)


Alat perlengkapan sebagai suatu sarana dari organis internasional diperlukan untuk
mencapai tujuan organisasi. A perlengkapan ini benar-benar merupakan alat perlengkapan d
organisasi internasional dan terlepas dari alat perlengkapan nasioi negara anggota.
Alat perlengkapan dari suatu organisasi internasional da| dibedakan antara alat
perlengkapan utama (principal orge dan alat perlengkapan tambahan (subsidiaty organ). A
perlengkapan utama biasanya: (1) sebagai penentu kebijaksara (policy making body)\ (2)
mempunyai tugas sebagai bac eksekutif; dan (3) mempunyai tugas dalam bidang
kesekretariat
Sebagai Penentu Kebijaksanaan
Alat perlengkapan yang mempunyai tugas sebagai penei kebijaksanaan organisasi ini
terdiri dari wakil-wakil negara angg yang dapat memberikan pendapat dan usul-usulnya
tentang su masalah yang menjadi lingkup organisasi. Nama organ ini bermaa macam, ada
yang menyebutnya dengan Majelis Umum (Gene Assemb/y), kongres (congress), konferensi
(conference) < sebagainya. Tugas dari alat perlengkapan ini selain penentu bijaksanaan
organisasi, juga mempunyai wewenang: (1) memegang kekuasaan yang penting dalam
organisasi (lihai Pasal 10 Piagam PBB); (2) mengawasi organ-organ yang lain (Pasal 11, 12,
13 dan 14 Piagam PBB); dan (3) menerima laporan dari organ- organ yang lain (Pasal 15
Piagam PBB)

Sebagai Badan Eksekutif


Alat Perlengkapan Utama yang mempunyai tugas sebagai badan eksekutif ini biasanya
ditunjuk oleh wakil-wakil negara anggota. Anggota yang penting perannya dalam organisasi
ini biasanya ditunjuk untuk duduk dalam alat perlengkapan ini. Sebagai contoh keanggotaan
dalam Dewan Keamanan (Security Council) terdiri dari 15 anggota yang terdiri dari anggota
tetap dan anggota tidak tetap. Anggota tetap: Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Uni Soviet
dan Cina, sedangkan anggota tidak tetap dipilih oleh Majelis Umum (Pasal 23[1] Piagam
PBB).

Sebagai Sekretariat
.Alat Perlengkapan yang mempunyai tugas dalam bidang kesekretariatan.
14

Sekretariat adalah alat perlengkapan yang mempunyai tugas untuk menjalankan tugas-
tugas kesekretariatan suatu organisasi internasional.
Lokasi dari sekretariat tetap suatu organisasi internasional biasanya di salah satu
negara anggota. Misalnya PBB di New York, Sekretariat Asean di Jakarta (Indonesia).
Namun ada kemungkinan berdasarkan kesepakatan dapat pula ditentukan sekretariat
bukan di negara anggota. Sebagai contoh, PBB mempunyai markas besar di Jenewa,
walaupun Swiss bukan anggota
] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

PBB (sebelum tahun 2002).


Selain itu, alat perlengkapan utama suatu organisasi dc membentuk alat
perlengkapan tambahan (subsidiary organ) y mempunyai tugas untuk membantu alat
perlengkapan utama, sep ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 7(2) Piagam PBB.
Di samping alat perlengkapan utama dan alat perlengka tambahan, organisasi
internasional seperti organisasi negara-nej Eropa (Barat) juga mempunyai parlemen
Eropa. Anggota parlei Eropa ini dipilih oleh rakyat negara anggota atau parlemen nasi«
negara anggota, jumlah anggota parlemen dari suatu nej tergantung pada jumlah
penduduk. Kewenangan parlemen Er adalah membuat rekomendasi-rekomendasi pada
organisasi neg negara Eropa.
Ada kemungkinan suatu organisasi internasional mempu organ yudikatif. Sebagai
contoh dalam rangka PBB, PBB m punyai badan yudikatif Mahkamah Internasional
(Internati* Court of Justice), yang mempunyai tugas untuk menyelesa sengketa hukum
yang timbul antaranggota PBB.

Hukum yang Berlaku untuk Organisasi Internasional Adi Hukum Internasional


Di atas telah diterangkan bahwa organisasi internasiona dirikan berdasarkan
peijanjian internasional. Perjanjian internasi sebagai dasar berdirinya organisasi
internasional tersebut ad peijanjian internasional dalam pengertian hukum internasional
pt

Organisasi Internasional Privat (Private Internati Organization)


Organisasi internasional yang tidak memenuhi syarat setiap Organisasi Internasional
Publik sebagaimana telah diterangkan di atas maka organisasi internasional itu disebut
sebagai Organisasi Privat. Organisasi Internasional Privat dikuasai oleh hukum nasional
dari salah satu negara anggotanya. Jadi Organisasi Privat tidak tunduk pada Hukum
Internasional Publik.
Untuk dapat disebut sebagai Organisasi Internasional Privat, persyaratan yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. Tujuannya haruslah merupakan tujuan internasional;
2. Harus mempunyai anggota, di mana setiap anggota mempunyai hak suara;
] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

3. Didirikan berdasarkan pada anggaran dasar dan harus mempunyai markas besar
(headquarters) demi kelangsungan usaha.
4. Pejabat/pegawai yang mempunyai tugas menjalankan pekerjaan organisasi harus
terdiri dari berbagai negara/bangsa.
5. Organisasi harus dibiayai oleh anggota yang berasal dari berbagai negara/bangsa.
Organisasi harus berdiri sendiri (independent) dan harus masih aktif. Organisasi yang
tidak aktif lebih dari lima tahun tidak diakui lagi.

Menurut Bowett, Organisasi Internasional Privat yang pertama didirikan adalah


organisasi yang ditetapkan The World Anti Slavery Convention (1840). Setelah masa itu
hingga permulaan Perang Dunia I, kira-kira 400 Organisasi Internasional Privat telah di-
dirikan. Sebagai contoh dari Organisasi Internasional Privat adalah: - The International
Committee of the Red Cross (ICRC). Organisasi ini didirikan pada tahun 1863 oleh 25
orang di Swiss yang bersimpati atas ide kemanusiaan Henry Dunant Namun pada tahun
1864 atas desakan kelompok ini, konferens diplomatik berhasil diadakan. Pada
konferensi itu dibicarakai tentang ICRC sebagai badan internasional yang bekerja dengai
prinsip-prinsip kepalangmerahan. Saat ini ICRC terdiri dai keanggotaan pribadi. Liga
Palang Merah (Leagite of the Re, Cross Societies) merupakan federasi Palang Merah
Nasional yang diakui.
- The International Law Association (ILA) yang didirikan tahu 1873.
- The International Literary and Artistic Association didirika tahun 1878.
- The International Chamber of Commerce (ICC) didirika tahun 1919.
Perkembangan Organisasi Privat ini sangat penting dalai kehidupan masyarakat
internasional.

Klasifikasi yang Didasarkan pada Keanggotaannya

Klasifikasi ini didasarkan pada sistem keanggotaannya. Untuk. itu dibedakan antara
organisasi yang bersifat universal dan organisasi internasional yang terbatas. Organisasi
internasional yang universal atau disebut juga organisasi internasional global, yaitu
] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

organisasi internasional yang keanggotaannya terdiri dari negara-negara tanpa


membedakan sistem pemerintahannya atau sistem ekonominy Menurut H. G Schermers,
organisasi universal/global mempun> sifat sebagai berikut:

"
Klasifikasi 29

1. Universal (universality)
2. Adanya kepentingan pokok (ultimate necessity)
3. Heterogen (heterogenity).

Universal
Sifat universal ini memang sukar dicapai. PBB bersifat universal namun ada negara
yang tidak menjadi anggota PBB, seperti Swiss (sebelum tahun 2002). Organisasi yang
universal adalah organisasi yang operasinya meliputi seluruh dunia. 23 Jika bisa
terbentuk organisasi internasional yang universal sifatnya, maka tahap pertama adalah
terbentuknya administrasi yang tarafnya di atas negara nasional negara anggotanya.
Peraturan yang dibuat oleh organisasi internasional yang universal adalah benar-
benar suatu peraturan dari hukum dunia (world law). Partisipasi dari negara-negara
secara skala dunia menyebabkan kecilnya kemungkinan bagi negara-negara
nonanggota untuk merintangi tujuan dari organisasi tersebut.

• Adanya Kepentingan Pokok


Sifat kedua dari organisasi universal adalah adanya kepentingan pokok (ultimate
necessity). Dengan semakin majunya teknologi dalam transportasi, komunikasi ataupun
informasi maka makin dibutuhkan oleh masyarakat internasional adanya kerjasama
dalam level internasional untuk masalah-masalah perhubungan udara, perhubungan
laut, meteorologi, penempatan kabel bawah laut, pemanfaatan ruang angkasa untuk
komunikasi dan informasi.

"Istilah Universal Organizations dipakai oleh ILC (International Law Commission)


dalam draft konvensi Representatives of States to International Organizations (Henry G
Schermers, ibid., him. 2).
Klasifikasi 31

Masalah-masalah tersebut memerlukan pengaturan dan stan standar internasional.


Untuk menciptakan aturan-aturan internasi dalam bidang tersebut dan agar aturan-aturan
tersebut dapat mi dikoordinasikan dan diterapkan di antara negara-negara di d ini,
dibutuhkan organisasi internasional yang bersifat univers

Heterogenitas
Organisasi yang universal yang dibentuk berdasarkan keing agar anggotanya
meliputi negara-negara di dunia ini, maka ang dari organisasi internasional yang
universal terdiri dari berb negara yang berbeda pandangan politik, ekonomi, kebudayaan
tingkat perkembangannya. Spirit yang mendasari organ: internasional yang universal itu
adalah adanya kekuatan organisasi internasional itu yang dapat menyelesaikan
permasal; bersama. Walaupun harus diakui bahwa negara-negara 1 mempunyai hak
yang sama dengan negara-negara besar, nai dalam organisasi yang universal itu tidak
dapat dihindari ad; pengaruh negara-negara besar dalam setiap keputusan penl Sebagai
contoh, organisasi internasional yang universal adalah P Di Majelis Umum PBB semua
negara besar dan kecil menipu suara yang sama, namun di Dewan Keamanan negara-
negara sej Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Prancis dan Cina mempu hak veto.

Organisasi Internasional yang Terbatas (Closed Organizatn


Berbeda dengan organisasi universal yang anggotanya teri untuk semua negara
tanpa memperhatikan latar belakang pol ekonomi, kebudayaan dan sebagainya, maka
untuk organi internasional yang terbatas ini keanggotaannya didasarkan kriteria
tertentu. Oleh Schermers, organisasi terbatas itu disebut dengan "closed
organizations"24 sedangkan Schwarzenberger menyebutnya dengan "sectional
organizations,"25 Organisasi internasional yang terbatas ini dapat dibedakan antara.
1. Organisasi regional
2. Organisasi dengan latar belakang yang sama dan
3. Organisasi fungsional.3

Organisasi regional
Di dalam organisasi regional ini pada kenyataannya tidak semata-mata didasarkan
pada letak geografis dari anggotanya, tetapi regional di sini lebih ditekankan kepada
3H.G. Schermers, loc.cit.
] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

kepentingan politik daripada letak geografis. 4 PBB sebagai suatu organisasi yang
universal memberi tempat pada regionalisme. Pada saat pembicaraan perumusan
Piagam PBB, masalah regionalisme dibicarakan panjang lebar. Pada pokoknya
perumusan Piagam PBB akan menampung organisasi regionalisme dalam sistem PBB,
karena disadari oleh pembuat piagam bahwa dalam rangka universalisme masih
diperlukan adanya regionalisme. Pada mulanya yang dipikirkan adalah regionalisme
dalam rangka pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Masalah tersebut
kemudian dirumuskan menjadi Bab VIII Piagam PBB. Dalam praktiknya keijasama
regional telah dimanfaatkan seluas-luasnya terutama dalam bidang ekonomi dan sosial.
Piagam PBB tidak jelas melarang, malah PBB dalam rangka kerja Dewan Ekonomi dan
Sosial (ECOSOC) tel membentuk komisi-komisi PBB untuk kepentingan regional. Seba«
contoh:
— Economic Commission for Europe (ECE), didirikan tahun 19'
— Economic Commission for Latin America (ECLA) didirik tahun 1948.
— Economic Commission for Western Asia (ECWA) didirik tahun 1974.
— Economic Commission for Africa (EC A) didirikan tahun 19i
— Economic Commission for Asia and Pacific (ESC AP) didirik tahun 1947.
Sebagaimana organisasi universal, maka organisasi regioi dapat digolongkan
menurut sifat cara kerjanya atau keangj taannya.
Penggolongannya adalah sebagai berikut:

1. Organisasi yang bertujuan kerjasama dalam semua bidai baik bidang ekonomi, politik,
sosial, pertahanan, kebudaya dan lain-lain organisasi regional yang serba guna
(multipurpi organizations). Misalnya:
Organisasi Negara-negara Amerika (Organization American States, OAS) yang
didirikan tahun 194? • Liga Arab (League of Arab States) didirikan tahun 19'
Organisasi Negara-negara Afrika (Organization for Afric Unity, O AU) didirikan
tahun 1963; dan Organisasi Negara-negara Amerika Tengah (Organizati of
Central American States, OCAS) didirikan tah 1952.
2. Organisasi pertahanan (alliance type organizations). Misalnya:

42,D.W Bowett, op.cit., hlm. 10.


Klasifikasi 33

• NATO (North Atlantic Treaty Organization) didirikan tahun 1949;


• Pakta Warsawa (Warsawa Treaty Organization) didirikan tahun 1955;
• Australia, New Zealand, United States Security Treaty Organization (ANZUS)
yang didirikan tahun 1952.
3. Organisasi fungsional (functional organizations), yaitu organisasi yang tujuannya
keijasama dalam bidang tertentu. Misalnya:
• ASEAN (Association of South East Asian Nations) yang didirikan tahun 1967;
• Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community, EEC);
• Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) didirikan tahun 1960.

Klasifikasi yang Didasarkan pada Sifat Organisasi yang Supranasional


Organisasi yang sifatnya supranasional ini berbeda dengan organisasi internasional
yang sifatnya koordinatif Pada organisasi internasional yang mempunyai sifat
supranasional mempunyai kewenangan membuat keputusan atau mengeluarkan
peraturan yang langsung mengikat negara anggota, bahkan ada yang langsung
mengikat individu dari negara anggotanya atau perusahaan di negara anggota.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi yang supranasional: 5
a. Keputusan organisasi mengikat negara anggota.
b. Alat perlengkapan yang berwenang mengambil keputusan tid seluruhnya tergantung
pada kerjasama seluruh anggota.
c. Organisasi mempunyai kekuasaan untuk membuat peratur yang langsung mengikat
penduduk negara anggota. Kewenang yang demikian mungkin dapat mendesak
fungsi pemerintah tanpa kerjasama dengan pemerintah nasional negara anggo
d. Organisasi harus mempunyai kewenangan untuk memaksak keputusannya.
Pelaksanaan keputusan selalu mungkin bahk tanpa kerjasama dengan pemerintah
nasional negara anggc Parlemen dan badan peradilan nasional boleh memal
pemerintahnya untuk memenuhi kewajibannya terhadap organi: internasional
tersebut.
e. Keuangan organisasi bersifat otonom. Keuangan organis berasal dari dana yang
dibayar oleh para negara angg<

5Henry G. Schermers. op.cit., him. 28.


] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

f. Penarikan diri secara unilateral tidak mungkin.

Dalam organisasi internasional yang bersifat supranasio negara anggota tidak akan
mempunyai kewenangan secara iektif untuk membubarkan organisasi atau mengadakan
amandei tanpa kerjasama dengan organisasi internasional yang su| nasional.
Namun demikian organisasi internasional yang bersifat su nasional yang memenuhi
syarat-syarat sebagaimana dikemukr di atas hampir tidak ada. Sifat dari organisasi makin
mende sifat supranasional jika organisasi memenuhi banyak persyar yang dikemukakan
di atas. Sebagai contoh, organisasi internasi yang mendekati persyaratan di atas adalah
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang didirikan berdasarkan perjanjian Roma tanggal
25 Maret 1957. Keputusan MEE masih didasarkan pada kompromi antara negara-negara
peserta. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam kenyataannya pengertian
"Supranasional" itu sangat relatif

Klasifikasi yang Didasarkan pada Fungsinya


Ada organisasi internasional yang dibentuk untuk menjalankan fungsi khusus.
Klasifikasi yang didasarkan pada fungsi khusus dapat dibedakan menjadi.
a. Fungsi Pengadilan (Judicial Institution),
b. Fungsi Administratif (Administration Institution),
c. Fungsi Legislatif Semu (Quasi International Legislation), dan
d. Fungsi Serba Guna (Comprehensive).

Fungsi Pengadilan (Judicial Institution)


Sebagai contoh dari organisasi internasional yang menjalankan fungsi pengadilan
adalah Mahkamah Internasional. Pada masa Liga Bangsa-Bangsa (LBB), Mahkamah
Internasional Permanen (Permanent Court of International Justice, PCIJ) telah ditetapkan
sebagai badan yang terlepas dari LBB, ditetapkan pada tahun 1920. Setelah PBB berdiri
PCIJ kemudian menjadi International Court of Justice (ICJ) yang dijadikan organ utama
PBB.
Selain institusi di atas masyarakat internasional juga mengenal apa yang disebut
dengan Mahkamah Arbitrasi Tetap (Permanent Court of Arbitration, PCA). PCA ini
Klasifikasi 35

didirikan berdasarkan Konvensi Den Haag tahun 1989 dan 1907. Dalam kenyataannya
PCA bukan merupakan suatu institusi yang permanen ataupun suatu Mahkamah
(Court), namun hanya suatu "panel" dari arbitrator.6

Fungsi Administratif (Administration Institution)


Organisasi ini adalah suatu organisasi yang diserahi oleh pa anggotanya untuk
menjalankan fungsi administrasi tertentu. Organis; ini mengoordinasikan fungsi-fungsi
administrasi tertentu, sehing keijasama dalam bidang tersebut dapat beijalan dengan
lancar. Sebaj contoh: UPU (Universal Postal Union), ITU (International Teleco,
munications Union).

Fungsi Quasi Legislatif (Quasi International Legislation)


Tidak jarang suatu organisasi internasional dalam menjalani tugasnya sebagai
pemrakarsa adanya suatu konferensi internasio untuk menghasilkan suatu konvensi
internasional untuk menga masalah-masalah tertentu. Sebagai contoh PBB telah
memprakai konferensi yang akan menghasilkan konvensi tertentu.
Konvensi tentang Peijanjian Internasional, Konvensi Wina tal 1969 dan 1986,
Konvensi tentang Korps Diplomatik tahun 19 dan Konvensi tentang Konsuler tahun 1963
adalah contoh konve konvensi yang merupakan hukum internasional. Jadi, karena
konfere konferensi tersebut menghasilkan konvensi, maka dianggap seb; quasi legislatif

• Fungsi Serba Guna (Comprehensive)


Organisasi yang tujuannya meliputi semua masalah yang dihai

6Baca lebih lanjut pada buku Arthur Nussbaum, A Concise Hi of the Law of Nations, revised edition (New York: The Macmillan Com]
1961), him. 221 dan seterusnya. D.W. Bowett, op.cit., him. 260-264
] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

oleh para anggotanya adalah organisasi internasional yang mempunyai fungsi


komprehensif. Sebagai contoh PBB.
Sedangkan klasifikasi yang diadakan oleh Schwarzenberger adalah sebagai berikut: 30

Classification of International Institutions


Ad hoc
Duratio Provisional
n Permanent Judicial
Conciliator
Comprehen y
sive '
Governme
Power
s ntal
Administrat
ive
Co-
ordination
Classification of Jurisdictional - Legislative Personal International
Universal Scope Supranational
Institutions — Universal
According Geographical Universalist
Objectives — — Sectional

Substantive ■ I— Global
Degree of Regional 1—
Integration Temporal - Local
Non
Comprehensive General Limited
C I Limited '—
Multi purpose
Single purpose Unlimited

"George Schwarzenberger, A Manna! of International Law, First Edition (London:


Stevens & Sons Limited, 1967), him. 238
Keanggotaan

Masalah keanggotaan merupakan masalah yang penting dalam suatu organisasi


internasional. Setiap konstitusi organisasi internasional akan memuat masalah
keanggotaan. Masalah keanggotaan merupakan masalah hukum yang penting bagi suatu
organisasi internasional.
Beberapa hal yang penting dalam suatu organisasi internasional:
1. Penggolongan keanggotaan
2. Prinsip-prinsip keanggotaan
3. Persyaratan keanggotaan
4. Prosedur penerimaan anggota
5. Berhentinya keanggotaan
6. Penundaan keanggotaan

Penggolongan Keanggotaan
Keanggotaan suatu organisasi internasional dapat dibedakan antara: (a)
Keanggotaan penuh (full members), (b) Keanggotaan luar biasa (associate members), (c)
Keanggotaan sebagian (partial members), dan (d) Keanggotaan afiliasi (affiliate
members).
Dalam keanggotaan penuh (Juli members) maka anggota akan ikut serta dalam
semua keanggotaan organisasi dengan segala hak-haknya. Sedangkan dalam
keanggotaan luar biasa (associate members), anggota dapat berpartisipasi namun tidak
mempunyai hak suara di alat perlengkapan utama organisasi internasional.
Sedangkan dalam keanggotaan sebagian (partial members), dalan hal ini anggota hanya
ikut berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan tertentu Selain penggolongan tersebut di atas
masih dimungkinkai penggolongan sebagai berikut: (a) Anggota asli (original members
dan (b) Anggota lainnya (admitted members). Anggota asli adalal anggota yang diundang
pada saat konferensi-konferensi yan; membicarakan rancangan anggaran dasar. 31
Biasanya dalam praktil negara anggota asli dicantumkan dalam annex anggaran dasai
organisasi internasional. Sedangkan anggota lainnya (admitte» members) adalah

39
anggota yang masuk dalam organisasi internasioric setelah organisasi internasional
] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
berdiri sesuai dengan ketentua tentang keanggotaan yang terdapat dalam anggaran
dasar organisasi

Negara
Masalah yang penting dalam keanggotaan suatu organisas internasional adalah
negara. Dalam anggaran dasar suatu organisas internasional ditentukan tentang
persyaratan negara sebagai anggot dari suatu organisasi internasional. Pengertian
negara ini adalaj pengertian negara dalam hukum pada umumnya. Masalah yani timbul
adalah berkenaan dengan masalah negara kecil ("micr states1' atau "mini stales").
Permasalahan timbul sehubungan dengai hak suara yang sama, misalnya di Majelis
Umum PBB setia anggota PBB mempunyai satu suara (Pasal 18[ 1 ] Piagam PBB Hal ini
bila negara "kecil" mempunyai suara sama dengan negar besar dianggap tidak adil.
Untuk masalah apakah suatu negar

"D.W Bowett, op.cit., hlm. 118-119. Di dalam Perserikatan Bangs; Bangsa


keanggotaan asli dibedakan: 1. Penanda tangan Deklarasi PBB. 2. Buka penanda tangan
deklarasi, tetapi diundang setelah diadakan konferensi Ss Francisco. 3. Penanda tangan
Deklarasi, tetapi tidak ikut dalam konferensi (ban lebih lanjut pada masalah keanggotaan
PBB).
dapat dikategorikan sebagai negara kecil tidak dapat hanya didasarkan pada luas wilayah
dan jumlah penduduknya, tetapi juga harus dilihat pada besarnya pendapatan nasional
(national income), posisi strategisnya, dan faktor-faktor lainnya yang dapat dipakai
sebagai ukuran negara kecil.32
Permasalahan lain adalah siapakah dari negara yang berhak mewakili negaranya
dalam organisasi internasional. Pada umumnya konstitusi dari suatu negara selalu
menentukan organ apa dari suatu negara yang berhak mewakilinya di organisasi inter-
nasional. Dalam beberapa konstitusi negara maka pemerintah negaralah yang berhak
mewakili negaranya di organisasi internasional. Namun ada kemungkinan konstitusi suatu
negara menghendaki kerjasama antara pemerintah dengan parlemennya atau badan
yudikatifnya.
Dalam United Nations Participation Act di Amerika Serikat tahun 1945 adalah contoh
campur tangan parlemen dalam aktivitas negaranya di organisasi internasional. Presiden
Amerika Serikat dapat menunjuk perwakilan Amerika Serikat di Dewan Keamanan,
Keanggotaan 5 [

Majelis Umum, Dewan Ekonomi Sosial, dan Dewan Perwalian di PBB hanya dengan
nasihat dan konsen Senat. Contoh adanya keijasama dengan badan yudikatif terhadap
putusan dalam suatu organisasi internasional adalah di Itali, di mana Menteri Pertanian
dan Kehutanan akan meminta pendapat Pengadilan Konstitusi (Constitutioml Court) bila
ada kemungkinan konflik antara draft peraturan EEC dan konstitusi Itali, sebelum menteri
tersebut memberikan suaranya tentang draft tersebut. 33
Dalam organisasi internasional yang sifatnya "supranasional"

"Henry G. Schermers, op.cit., hlm. 35-36. "Henry G. Schermers,


ibid., hlm. 37.
maka dalam keanggotaan suatu negara tidak hanya pemerintah nya saja, tetapi juga
parlemennya yang ikut dalam prose pembentukan hukum organisasi supranasional
tersebut, demikiai juga badan yudikatifnya akan memainkan peranan dalam prose
pengawasan aktivitas negaranya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keanggotaan suatu negar dalam organisasi
internasional tidak hanya mengikatkan peme rintahannya. Keanggotaan suatu negara
dalam organisasi inter nasional tidak akan berhenti bila pemerintahan dalam suatu negar
berganti. Dalam hal ini maka organisasi internasional aka memutuskan apakah
organisasi akan menerima delegasi dai pemerintahan baru sebagai perwakilan
negaranya (representatives
Keanggotaan suatu negara dalam organisasi internasional ad kemungkinan meliputi
seluruh teritorial negara tersebut, namun ad kemungkinan keanggotaan organisasi
internasional hanya melipu bagian tertentu negara. Bagian tertentu negara itu dapat
berup; bagian secara geografis atau bagian tertentu dari pemerintahai

Bagian Secara Geografis


Bagian secara geografis ini sebagai contoh, ketika PBB bai berdiri Uni Soviet
meminta bahwa negara bagian Uni Soviet, yaii Ukraina dan Byelorusia sebagai negara
anggota yang terlepas da keanggotaan Uni Soviet.
Ada organisasi internasional yang membuka keanggotai terlepas dari pengertian
negara. Organisasi tertentu membui kemungkinan penerimaan wilayah nonotonomi
(non-autonomo territories). Di dalam hukum internasional wilayah tersebut mer pakan
bagian wilayah dari suatu negara, di mana negara terseb sebagai wakil mereka dalam
] 2 Pengantar HukumContohn\
Organisasi Internasional
hubungan internasional.
1. Pada Universal Postal Union (UPU) ada empat grup wilayah nonotonomi yang
menjadi anggota penuh UPU, grup wilayah nonotonomi tersebut adalah wilayah
jajahan/wilayah seberang laut (over seas territories) dari Prancis, Belanda, Inggris
dan Amerika Serikat.
2. International Telecommunication Union (ITU) sampai tahun 1975 keanggotaan ITU
meliputi enam wilayah nonotonomi sebagai anggota yang berdiri sendiri, yaitu
Rhodesia, wilayah jajahan Prancis, Inggris, Amerika Serikat, Portugal, dan Spanyol.
Namun dalam konstitusi ITU yang baru maka yang dapat menjadi anggota hanya
negara yang berdaulat.
3. World Meteorological Organization (WMO), memberikan kemungkinan wilayah
nonotonomi, grup wilayah tetap mempertahankan servis khusus untuk
meteorologinya (WMO Pasal 3). Secara politik, keanggotaan mereka tidak
mempunyai hak suara.
4. Di General Agreement on Tariff and Trade (GATT) wilayah dengan otonomi penuh
dalam hubungan perdagangan luar negerinya dapat menjadi anggota GATT (Pasal
26 sub 5[c]).
5. Di beberapa Bank Pembangunan, wilayah yang tidak berdaulat dapat menjadi
anggota, sebagai contoh Bank Pembangunan Caribbean (Pasal 3), Bank
Pembangunan Asia (Asian Development Bank) (Pasal 3 [3]).
6. Organisasi internasional dalam rangka British Commort- wea/th, jajahan Inggris
telah menjadi anggota bersama-sama dengan negara yang berdaulat.

Bagian Tertentu dari Pemerintahan


Kadang-kadang dalam suatu organisasi internasional dimungkinkan suatu bagian dari
pemerintahan menjadi angg dari suatu organisasi internasional. Sebagai contoh Bank
Di untuk penyelesaian sengketa internasional (Bank for Inter tional Settlement) yang
berkedudukan di Basel yang men anggota adalah Bank Central dari suatu negara.
Namun org; sasi ini berdasarkan pada perjanjian internasional yang tum pada hukum
internasional publik, jadi organisasi ini sep organisasi antarpemerintahan. Jika kita
menganggap organi ini seperti organisasi yang melakukan servis terhadap fur tertentu
dari suatu negara, maka seperti organisasi lainnya y meliputi wilayah suatu negara
atau nonotonomi wilayah, nar berbeda dengan keanggotaan wilayah nonotonomi yang
d< menjadi anggota yang terpisah dari negara induknya, m keanggotaan sebagian
dari pemerintahan tidak dapat berb dari keanggotaan negaranya. Di dalam praktik
Keanggotaan 5 [

keanggot sebagian dari fungsi pemerintahan, tanggung jawab aktivitas dalam


organisasi internasional tetap menjadi tanggung jawab negara secara keseluruhan.
Negara tetap bertanggung jav walaupun dalam organisasi itu kebijaksanaan hanya
dapat dif oleh suatu departemen tertentu dalam pemerintahan negarai Dengan
kenyataan tersebut dan berdasarkan pada tanggung ja' tetap pada negaranya, maka
keanggotaan organisasi internash ini tetap didasarkan pada keanggotaan negara,
hanya perwaki nya (representative) yang berasal dari departemen tertentu pemerintah
negaranya.

Kelompok Beberapa Negara


Ada kemungkinan keanggotaan suatu organisasi internasi merupakan gabungan
dari beberapa negara. Hal ini biasa dimungkinkan pada organisasi internasional yang
bertujuan untuk kerjasama teknis. Ada negara-negara yang ingin menjadi anggota,
tetapi pemenuhan kewajiban pada organisasi tersebut terasa berat bila dikerjakan
sendiri. Sebagai contoh pada Organisasi Kopi Internasional (International Coffee
Organization), dua atau lebih negara yang bukan merupakan negara pengekspor kopi
dapat bergabung keanggotaannya. Gabungan beberapa negara dalam keanggotaan
tersebut menjadi satu anggota dalam beberapa tujuan, namun untuk isu tertentu
mereka berdiri sendiri, misalnya dalam kepemimpinan (chairmanship), kuorum,
pemenuhan kewajiban-kewajiban tertentu, masing-masing anggota berdiri sendiri.
Dalam Organisasi Kopi Internasional, persyaratan untuk menjadi anggota secara
gabungan adalah bahwa setiap negara yang bergabung harus mempunyai alat
perlengkapan yang dapat melaksanakan kebijaksanaan yang telah diputuskan oleh
Organisasi Kopi Internasional. Hubungan antara anggota dalam kelompok
keanggotaan sering sangat longgar. Kita harus membedakan keanggotaan secara
kelompok dan perwakilan kolektif (collective representatives) dari beberapa anggota
dalam suatu alat perlengkapan organisasi internasional.

Organisasi Internasional

Di atas telah disebutkan tentang kemungkinan keanggotaan yang terdiri dari grup
negara-negara. Keanggotaan yang terdiri dari grup negara itu ada kemungkinan mereka
membentuk organisasi internasional. Organisasi internasional inilah yang menjadi
anggota dari organisasi internasional. Suatu organisasi internasional ada kemungkinan
membuka keanggotaannya bagi suatu organisasi internasional. Berbeda dengan
keanggotaan] 2negara,
Pengantar Hukum Organisasi Internasional
keanggotaanorganisasi internasional jarang mempunyai kedudukan
sebi anggota penuh. Sebagai contoh, keanggotaan Badan Khi (Specialized Agencies)
PBB dalam alat perlengkapan Ut; PBB hanya sebagai penasihat. Namun dalam suatu
organi internasional, hubungan antara anggota sangat dekat, contohi Masyarakat
Ekonomi Eropa (European Economic Communit) EEC) yang mempunyai satu politik luar
negeri, menjadi anggota ( GATT di samping keanggotaan dari masing-masing anggota El
Contoh lain, Badan Tenaga Atom Internasional (The Inter. tional Atomic Energy
Agency) menjadi anggota penuh dari Pu Radioisotop untuk Wilayah Timur Tengah (Middle
Eastern Regio, Radioisotop Centre) untuk negara-negara Arab. Haknya sama den)
anggota lainnya termasuk hak untuk memberikan suara dan pemilil ketua.

Prinsip-Prinsip Keanggotaan
Di dalam praktik, prinsip keanggotaan suatu organisasi int nasional tergantung pada
maksud dan tujuan organisasi, fun yang akan dilaksanakan dan perkembangan apakah
yang dihar; kan dari organisasi internasional tersebut.
Prinsip keanggotaan dapat dibedakan antara prinsip univi salitas dan terbatas
(selective).34 Prinsip keanggotaan universalil tidak membedakan sistem pemerintahan,
ekonomi ataup politik yang dianut oleh negara anggota. Sedangkan dak prinsip terbatas
(selective) menekankan syarat-syarat tertentu b; keanggotaan. Syarat tersebut adalah
sebagai berikut:

"Sumarvo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional (Jakai Penerbit


Universitas Indonesia, 1990), hlm. 37.
Keanggotaan 5 [

1. Keanggotaan yang didasarkan pada kedekatan letak geografis. Namun pengertian


kedekatan geografis ini kadang- kadang tidak hanya didasarkan pada kedekatan
geografis semata, namun sering juga didasarkan pada pertimbangan politis. 7
Contohnya Pakta Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization—NATO), Pakta
Warsawa sebelum bubar).
2. Keanggotaan yang didasarkan pada kepentingan yang akan dicapai. Misalnya tujuan
organisasi adalah kerjasama antara negara-negara yang menjadi negara pengekspor
minyak, maka keanggotaannya hanya dibuka untuk negara pengekspor minyak, yaitu
OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries).
3. Keanggotaan yang didasarkan pada sistem pemerintahan tertentu atau pada sistem
ekonomi. Contohnya COMECON (Council for Mutual Economic Assistance), Pakta
Warsawa.
4 Keanggotaan yang didasarkan pada persamaan kebudayaan, agama, etnis, dan
pengalaman sejarah. Contohnya, British Commonwealth, Organisasi Negara-Negara
Islam (OKI).
5. Keanggotaan yang didasarkan pada penerapan hak-hak asasi manusia. Contohnya,
Council of Europe.

Persyaratan Keanggotaan
Siapakah yang dapat menjadi anggota dari suatu organisasi internasional? Lihatlah
pada uraian sebelumnya bahwa yang dapat menjadi anggota organisasi internasional
(dalam pengertian hukum organisasi internasional) adalah negara. Sebagaimana
diketahui

"
ternyata tidak mudah untuk memberikan definisi tentang negara. Dalam Pasal 4(1)
Piagam PBB, menentukan bahwa yang dapat menjadi anggota PBB adalah negara cinta
damai. Dalam penerapan Pasal 4(1) ternyata pada waktu PBB menetapkan negara
mana yang akan menjadi anggota asli, PBB menetapkan 51 negara. Dalam 51 negara
7Lihat pada hlm. 44-45.
] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

tersebut termasuk Byelorussia dan Ukraina, kedua anggota PBB tersebut merupakan
negara bagian Rusia. Demikian pula Filipina dan India yang pada saat itu belum menjadi
negara merdeka. Dengan demikian pengertian "negara" sehubungan dengan Pasal 4(1)
pada permulaan berdirinya PBB mengandung arti politis.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa keanggotaan suatu negara dalam
organisasi internasional dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, namun juga
dimungkinkan kelompok negara menjadi anggota suatu organisasi internasional. 36
Persyaratan suatu negara untuk menjadi anggota dalam suatu organisasi internasional
ditentukan dalam Anggaran Dasar organisasi tersebut.
Sebagai contoh persyaratan keanggotaan di PBB. PBB membedakan antara anggota asli
(original member) dan anggota yang akan datang (admitted member) Pasal 3 Piagam
PBB menentukan negara mana yang dapat ditetapkan sebagai negara anggota asli
(original member). Pasal 3 tersebut berbunyi: The original Members of the United Nations
shal/ be the states which, ha\'ing participated in the United Nations Conference on
International Organization at San Francisco or having previously signed the Declaration
by United Nations of F January 1942, sign the present Charter and ratify it in accordance
with article 110.
Jadi berdasarkan Pasal 3 maka yang dapat menjadi anggota asli adalah yang
memenuhi syarat: (a) Negara yang ikut berpartisipasi dalam Konferensi PBB di San
Fransisco, tanggal 25 April 1945. (b) Atau telah menandatangani Deklarasi PBB tanggal 1
Januari 1942. Negara-negara yang termasuk dalam kategori a dan b telah
menandatangani Piagam dan meratifikasikan- nya berdasarkan Pasal 110 Piagam PBB.
Persyaratan keanggotaan baru PBB hams memenuhi syarat sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 4(1) dan Pasal 4(2) dan Pasal 18(2) Piagam PBB.
Pasal 4(1) menentukan: Membership in the United Nations is open to all other peace
loving states which accept the obligations contained in the present Charter
and\ in the judgement of the organization, are able and willing to carry out
these obligations.
Keanggotaan 5 [

Pasal 4(2) menentukan: The admission of any such State to membership in the United
Nations will effected by a decision of the General Assembly upon the
recommendation of the Security Council. Pasal 18(2) menentukan: Decisions
of the General Assembly on important questions shall be made by two- thirds
majority of the members present and voting ..., the admission of new
members to the United Nations.
Jadi persyaratan yang ditentukan untuk penerimaan anggota baru di PBB adalah: (a)
Negara cinta damai (all other "loving state "), (b) Menerima kewajiban-kewajiban yang
ditentukan dalam Piagam (accept the obligations contained in the present Charter), (c)
Mampu dan ingin melaksanakan kewajiban-kewajiban ya ditentukan dalam Piagam
(ability and willingness to carry < Charter obligations), (d) Permohonan untuk menjadi
anggi PBB diputuskan oleh Majelis Umum atas rekomendasi Dew Keamanan (upon the
recommendation of the Security Coimc (e) Keputusan untuk menjadi anggota baru akan
diputuskan o Majelis Umum dengan dua per tiga anggota yang hadir c memberikan
suaranya.
Negara Cinta Damai
Syarat ini ditetapkan berdasarkan pemikiran pada s; piagam dibuat, yakni bahwa
PBB hanya akan menerima 1 anggotaan untuk negara yang cinta damai. Hal ini
disebabk pengalaman Perang Dunia I dan II, negara-negara musuh d negara-negara
yang membantu musuh sekutu pada masa Pera Dunia I dan II dianggap sebagai negara
yang tidak cinta dama Persyaratan ini sebenarnya ditujukan pada negara mus Perang
Dunia II Negara musuh tersebut bila akan menj; anggota harus menyatakan bahwa
mereka adalah negara ya cinta damai.
Menerima Kewajiban-Kewajiban yang Ditentukan dalam Piagt Persyaratan untuk
menerima kewajiban-kewajiban ya

''Istilah yang dipakai dalam charter untuk menunjukkan negara mu. dipakai istilah
"enemy state'' (Pasal 53| 1 ] Piagam dan Pasal 53[2j memberi] definisi apa yang
dimaksudkan dengan "enemy state": The term enemy state used in paragraph 1 of this
] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

article applies to any state which during the Seci IVorld War has been an enemy of any
signatory of the present Charter Em Slate juga disebut dalam Pasal 77 (1) yang
mengatur tentang wilayah yi diletakkan di bawah sistem perwalian. Menurut Pasal 77(1)
poin b maka wila; bekas jajahan negara musuh Perang Dunia II dapat dijadikan daerah
perwalij ditentukan dalam piagam harus dinyatakan dalam pernyataan resmi secara
tertulis yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB pada waktu negara
bersangkutan mengajukan permohonan untuk menjadi anggota PBB (Pasal 134 RuJes
of Procedure of the General Assembly dan Pasal 58 Rit les of Procedure of the Security
Councif).
Mampu dan Ingin Melaksanakan Kewajiban-Kewajiban yang Ditentukan dalam Piagam
Syarat ini sebenarnya menimbulkan masalah bagi negara- negara netral seperti
Swiss (pada tahun 2002 telah menjadi anggota PBB), Austria Lichenstein. Bagi negara
netral, karena kenetralannya kalau mereka menjadi anggota PBB akan sangat sulit
untuk melaksanakan keputusan-keputusan Dewan Keamanan mengenai sanksi-sanksi
ekonomi dan militer. Karena alasan untuk mempertahankan kenetralannya maka negara
netral tadi mempunyai alasan kuat untuk tidak bergabung di PBB
Permohonan untuk Menjadi Anggota PBB Diputuskan oleh Majelis Umum atas
Rekomendasi Dewan Keamanan
Dalam Kovenen Liga Bangsa-Bangsa, keputusan untuk diterima sebagai anggota
baru ditetapkan oleh Majelis Umum; sedangkan dalam PBB, keputusan untuk menjadi
anggota diputuskan oleh Majelis Umum atas rekomendasi Dewan Keamanan. Majelis
Umum PBB belum akan memutuskan untuk penerimaan anggota baru sebelum
menerima rekomendasi Dewan Keamanan. Jadi kebijaksanaan Dewan Keamanan dan
Majelis Umum PBB yang menentukan apakah suatu calon anggota baru yang telah
memenuhi syarat: negara cinta damai, menerima kewajiban
yang ditetapkan dalam Piagam, mampu dan ingin menjalank; kewajiban yang ditentukan
dalam Piagam akan diterima at< ditolak menjadi anggota. Kebijaksanaan ini tidak ada
pembatasa nya dalam Piagam. Dalam praktiknya, rekomendasi Dewi Keamanan
merupakan suatu keputusan (decision) yang berdasa kan Pasal 27 (3) Piagam PBB.
Keputusan suatu negara menja anggota PBB ditetapkan di Dewan Keamanan. 38
Keanggotaan 5 [

Keputusan untuk Menjadi Anggota Baru akan Diputuskan oh Majelis Umum dengan Dua
Per Tiga (2/3) Anggota yang Haa dan Memberikan Suaranya
Setelah menerima rekomendasi positif dari Dewan Keaman; tentang calon anggota,
Majelis Umum akan mengambil keputus; berdasarkan Pasal 18 (2) Piagam PBB.
Sebagai contoh, persyaratan keanggotaan dalam World Trat Organization (WTO).
Keanggotaan WTO39 dapat dibedakan antara anggota a; (original members) dan
anggota yang masuk setelah WTO berdii Anggota asli adalah negara-negara yang
tercatat sebagai negai anggota WTO sebelum WTO resmi berdiri pada tanggal 1 Janua
1995. Negara anggota asli adalah (1) negara yang menandatanga hasil akhir Putaran
Uruguay di Marakesh pada bulan April 199- (2) Negara yang bergabung setelah April
1994, tetapi sebelui WTO resmi berdiri; dan (3) Negara yang turut berpartisipasi i
Putaran Uruguay namun tidak sempat menyelesaikan negosia

58
39
J.G. Starke, lntroduction to International Law (London: Butterwort 1984), hlm. 606.
Iqbal Darmawan. "Masalah Hukum Keanggotaan RRC di WTO," Skrips Fakultas
Hukum, Universitas Indonesia, Depok 2002.
masuknya sebagai anggota dalam GATT dan baru bergabung setelah Januari 1995.
Sedangkan negara-negara lain yang ingin menjadi anggota WTO harus mengikuti aturan-
aturan yang terdapat pada Pasal 12 ayat 1, Pasal 12 ayat 2, Pasal 16 (1) Marakesh
Agreement.
Pasal 12 (1) menentukan: Any Stale or separate customs territory possessing full
autonomy in the conduct in its external commercial relations and of the
other Matters provided for in this Agreement and the Multilateral Trade
Agreements may accede to this Agreement, on terms to be agreed
between it and the WTO. Such accession shall apply to this Agreement
and the Multilateral Trade Agreements annexed. Pasal 12 (2) menentukan:
Decisions on accession shall be taken by the Ministerial Conference. The
Ministerial Conference shall approve the agreement on terms of accession
by two thirds majority of the Members of WTO. Pasal 16 (1) menentukan \
Except as otherwise provided under this Agreement or the Multilateral
] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Trade Agreements, the WTO shall be guided by the decisions, procedures


and customary practices followed by the contracting Parties to GATT 1947
and the bodies established in the framework of GATT 1947.
Jadi berdasarkan Pasal 12 (1) yang dapat menjadi anggota WTO selain negara, juga
wilayah yang mempunyai kewenangan pabean sendiri dan mempunyai kewenangan
penuh dalam kaitannya dengan hubungan perdagangan luar negerinya serta hal-hal lain
yang ditentukan oleh perjanjian ini (GATT) dan Perjanjian Perdagangan Multilateral
(Multilateral Trade Agreements-WTO)
Lembaga yang menentukan masuknya anggota baru di YVTG adalah Minister
Conference (Pasal 22[2]) Marakesh Agreement yang berdasarkan Pasal 4 (2) Marakesh
Agreement menentukar bahwa di antara sidang-sidang Minister Conference dibentuk
General Council yang akan menjalankan tugas Minister Conference Pasal 16 (1)
Marakesh Agreement menentukan WTO mengikut keputusan-keputusan, prosedur-
prosedur dan kebiasaan yang tela! dipraktikkan dan diikuti oleh anggota-anggota GATT
1947 dar badan-badan yang dibentuk dalam GATT 1947.
Berdasarkan Pasal 12 (1) bahwa bila suatu negara ingir masuk menjadi anggota
WTO, maka negara tersebut memerlukar persetujuan dari anggota WTO. Untuk
mendapatkan persetujuar tersebut, negara calon anggota harus mengadakan negosias
dengan negara-negara WTO. Negosiasi ini dapat dilakukai secara bilateral maupun
secara multilateral. Menurut ketentuai dalam Accession to Ihe World Trade Organization
Procedure. for Negotiation under Article 12, dalam poin 7 maka caloi anggota dapat
menjadi negara peninjau (observer) untuk mengikut rapat-rapat panitia penerimaan
anggota baru (working party dan sidang konsil dan komite-komite WTO. Sebagai peninjai
calon negara anggota dapat lebih mengenal WTO dan mudai mengantisipasi peraturan-
peraturan dan kebijaksanaan perdagang an luar negeri untuk disesuaikan dengan
aturan-aturan GATT 199' dan the General Agreement on Trade in Services (GATS
(sesuai dengan poin 3 Aturan Accession to the World Trad Organization). Berdasarkan
poin 5 Aturan Accession to the Worlt
Keanggotaan 5 [

Trade Organization, General Council akan membentuk working party yang mempunyai
tugas untuk mempelajari permohonan calon anggota. Anggota working party terbuka
untuk negara anggota yang mempunyai kepentingan. Working Party akan mempelajari
memorandum yang telah dipersiapkan oleh calon anggota tentang aspek-aspek
perdagangan luar negerinya dan rencana kebijaksanaan perdagangan luar negerinya
untuk menyesuaikan dengan aturan-aturan yang dikehendaki WTO.
Contoh lain terdapat pada persyaratan keanggotaan dalam International Bank for
Reconstruction and Development (IBRD).
Pasal 2(1) menentukan: The original members of the Bank shall be those members of
the International Monetary Fund which accept membership in the bank before the date
specified in article 11 section 2 (e). Membership shall be open to other members of the
fund at such times and in accordance with such terms as may be prescribed by the bank.
Jadi, keanggotaan IBRD dibedakan antara anggota asli (1original members) dan
anggota yang masuk kemudian (admitted members). Persyaratan untuk menjadi anggota
adalah:
1. Anggota International Monetary Fund (IMF) Pasal 2[la] Anggaran Dasar IBRD.
2. Akan sanggup membayar saham pada IBRD (Pasal 2[3a]). Menurut Pasal 2, 1 (b)
setiap saham seharga $100.000. Bagian minimum dari saham tersebut yang harus
disetor oleh anggota asli tertera dalam skedul A. Sedangkan bagi anggota lainnya
bagian saham yang harus disetor tergantung pada putusan IBRD dengan
memperhatikan kemampuan anggota tersebut (Pasal 2.[3a]). Jika modal EBRD
bertambah, maka masing-masing anggota dapat menambah sahamnya dengan
syarat yang diten-
tukan oleh IBRD dan penambahan saham bagi angg sebanding dengan saham
pokok yang disetor.
3. Saham dari masing-masing anggota menurut (Pasal 1 ditentukan dengan ketentuan
sebagai berikut: a) 2% al dibayar dengan uang dolar Amerika Serikat, 18% al dibayar
dengan mata uang negara bersangkutan (Pasal 2[7il Sisanya 80% akan diminta bila
IBRD memerlukan.
] 2 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

4. Yang berhak memutuskan keanggotaan baru adalah Boarc Governors (Pasal 5 [2bi]).
Keputusan penerimaan keang taan ini ditentukan oleh suara mayoritas dari Board
Governors dan rapat untuk pengambilan keputusan ini ha mewakili dua per tiga
jumlah suara.

Prosedur Penerimaan Anggota


Pemutusan untuk penerimaan keanggotaan dalam si organisasi internasional
merupakan tindakan bilateral. Di < pihak organisasi internasional harus setuju dengan
penerim keanggotaan, di lain pihak negara itu menurut hukum nasional sah untuk menjadi
anggota organisasi internasional. Organi internasional tidak akan ikut campur dalam
proses pemutusan apa suatu negara menurut hukum nasional akan ikut dalam organi
internasional.
Permohonan untuk menjadi anggota diajukan oleh pihak y berwenang menurut
hukum internasional, seperti kepala negara < perdana menteri atau menteri luar negeri
atau pejabat diplom yang diakreditasikan di organisasi internasional tersebut atau nej
yang ditunjuk untuk menyimpan dokumen ratifikasi. Dalarr nerimaan keanggotaan ini
biasanya ada dua prosedur yang h; ditempuh. Pertama, adanya permintaan dari calon
angg
Keanggotaan 5 [

Kedua, negara yang bersangkutan telah meratifikasikan anggaran dasar organisasi


internasional di mana negara tersebut ingin menjadi anggota.
Jadi dalam penerimaan keanggotaan ini ada dua tindakan, yaitu tindakan sesuai
dengan hukum nasional dan tindakan dalam hukum internasional. Dalam suasana
nasional adanya oposisi terhadap pemerintah dapat berpengaruh dalam proses
penerimaan keanggotaan dalam suatu organisasi internasional. Hubungan suasana
nasional dan suasana internasional dalam kaitannya dengan penerimaan keanggotaan
dalam suatu organisasi internasional sangat penting. Sebagai contoh pada waktu
Amerika Serikat akan menjadi anggota International Labour Organization (ILO) tahun
1934, Presiden Rosevelt mendapat otoritas dari Kongres Amerika Serikat untuk
menerima keanggotaan ILO. Pada waktu ILO mengundang Amerika Serikat untuk
menerima keanggotaan ILO, Presiden Amerika Serikat menerima undangan tersebut dan
kemudian Amerika Serikat menjadi anggota ILO. 8
Dalam Anggaran Dasar suatu organisasi internasional sering ditentukan bahwa suatu
negara calon anggota harus memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan
konstitusi negara tersebut.. Misalnya Pasal 108 Piagam PBB, Pasal 4 dan Pasal 5
Anggaran Dasar WHO. Timbul pertanyaan tentang apakah suatu negara harus mengikuti
prosedur yang ditentukan dalam hukum nasionalnya merupakan persyaratan untuk
sahnya keanggotaan suatu organisasi internasional? Apakah akan timbul sengketa bila
suatu perwakilan suatu negara telah meratifikasi Anggaran Dasar suatu organisasi
internasional sebelum prosedur dalam konstitusinya dipenuhi? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut harus dilihat Pasal 46 Konvensi Wina tentang Perjanjian
Internasional (1969) Pasal 46, yang menentukan: A Stale may not invoke the fact that its
consent to be bound by a treaty has been expressed in violation of a provision of its
internal law regarding competence to conclude teraties as invalidating its consent unless
that violation was manifest and concerned a ride of its internal law of Fundamental
importance.
Jadi bila suatu negara telah menyatakan terikat pada suatu perjanjian internasional,
ternyata melanggar ketentuan hukum nasional sehubungan dengan kewenangan untuk
membuat perjanjian internasional tetap terikat pada perjanjian tersebut, kecuali jika
pernyataan tersebut melanggar peraturan dasar yang penting dari hukum nasional. Jadi
jika suatu negara anggota telah bertindak sebagai anggota organisasi internasional, maka
8Henry G. Schermers, op.cit., him. 54
Keanggotaan 5 [

negara tersebut tidak dapat menolak melaksanakan kewajibannya hanya didasarkan


pada alasan bahwa keanggotaan dalam organisasi internasional melanggar hukum
nasionalnya. Negara yang dalam kenyataannya belum bertindak sebagai suatu negara
anggota, dapat menolak kewajiban jika ketidaksesuaian dengan konstitusinya sudah jelas
diketahui oleh negara anggota lainnya (misalnya pada saat prosedur penerimaan
keanggotaan).
Prosedur keanggotaan ditentukan oleh organisasi internasional tersebut. Misalnya di
PBB, permohonan keanggotaan harus disampaikan kepada Sekretaris Jenderal PBB
(Pasal 134 Rules Procedure Majelis Umum PBB dan Pasal 58 Rules Procedure Dewan
Keamanan PBB). Dalam prosedur keanggotaan di IBRD, permohonan keanggotaan
diajukan ke Board of Governors, dokumen ratifikasi atas anggaran dasar IBRD harus
didepositkan pada pemerintah Amerika Serikat (Pasal 11 [2] Anggaran Dasar IBRD).
Keanggotaan pada Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy
Agency— IAEA), calon anggota harus menyampaikan pernyataan menerima baik
Anggaran Dasar IAEA dan ditujukan kepada Dewan Gubernur (Pasal 4 Anggaran Dasar
IAEA) dan dokumen ratifikasi disampaikan pada Amerika Serikat yang ditunjuk sebagai
negara penyimpan.
Dalam masalah keanggotaan ini, masalah yang mungkin timbul adalah bagaimana
jika dua negara bergabung menjadi satu negara, misalnya ketika Mesir dan Syria menjadi
Republik Persatuan Arab (UnitedArab Republic) pada bulan Februari 1958. Tanganyika
menjadi anggota PBB tanggal 14 Desember 1961 dan Zanzibar menjadi anggota PBB
tanggal 16 Desember 1963. Tanganyika dan Zanzibar bersatu, tanggal 26 April 1964,
kemudian mengubah namanya menjadi Republik Persatuan Tanzania pada tanggal 1
November 1964. Dalam hal ini pertanyaannya apakah keanggotaan dengan adanya
penggabungan itu harus menempuh prosedur baru? Dalam praktik ternyata keanggotaan
Republik Persatuan tersebut menggantikan keanggotaannya yang lama di mana
sebelumnya telah menjadi anggota dan tidak perlu lagi melalui prosedur baru, demikian
pula bila salah satu negara yang bergabung tersebut belum menjadi anggota organisasi
internasional. Sebagai contoh Republik Persatuan Arab mewarisi keanggotaan Mesir di
IAEA dan di International Finance Corporation (IFC) di mana Syria belum menjadi
anggota kedua organisasi internasional tersebut. Demikian pula Republik Persatuan
Tanzania mewarisi keanggotaan Tanganyika dan Zanzibar dalam keanggotaannya di
badan-badan PBB. Contoh lain Republik Federal Jerman dan Republik Demokratis
Keanggotaan 5 [

Jerman diterima menjadi anggota PBB pada tanggai 18 Septembar 1973. Sejak 3
Oktober 1990 kedua negara tersebut menjadi satu negara lagi, yaitu Negara Jerman yang
menjadi anggota PBB melanjutkan keanggotaan negara Federal Jerman dan Republik
Demokratis Jerman. Contoh lain Yaman menjadi anggota PBB tanggal 30 September
1947 dan Yaman Demokratis tanggal 14 Desember 1967. Tanggal 22 Mei 1990 kedua
negara bergabung dan sejak itu menjadi anggota PBB dengan nama "Yaman".
Dalam hal keanggotaan di Organisasi Buruh Internasional (ILO), sesuai dengan
Konvensi Perburuhan, hanya salah satu pihak yang menjadi peserta Konvensi ILO.
Republik Persatuan Tanzania mengemukakan bahwa Konvensi ILO hanya berlaku pada
wilayah di mana wilayah tersebut menjadi pihak, dengan kata lain Konvensi ILO hanya
berlaku di wilayah yang dulu merupakan wilayah Zanzibar atau Tanganyika 41
Masalah lain yang timbul adalah jika suatu negara pecah atau terbagi dalam dua
atau beberapa negara. Dalam hal ini pada umumnya diakui bahwa bagian utamalah yang
diakui sebagai pewaris negara semula. Sebagai contoh India ketika pecah menjadi India
dan Pakistan, maka India yang mewarisi hak-hak India (yang berdiri tahun 1947). Mesir
dan Syria menjadi anggota PBB tanggal 24 Oktober 1945, setelah plebisit tanggal 21
Februari 1958 Republik Persatuan Arab terbentuk dengan bersatunya Mesir dan Syria
dan menjadi anggota tunggal. Tanggal 13 Oktober Tahun 1961, Syria memisahkan diri
dari Republik Persatuan Arab, secara terpisah menjadi anggota, PBB. Tanggal 2
September 1971 Republik Persatuan Arab mengubah namanya menjadi Republik Arab
Mesir, maka Mesir mewarisi
4l
Henry G. Schermers, op.cit., hlm. 57.
Keanggotaan 5 [

hak Republik Persatuan Arab


Federasi Malaysia bergabung dengan PBB tanggal 17 September 1957. Tanggal 16
September 1963 namanya berubah menjadi Federasi Malaysia setelah masuknya
Singapura, Sabah (Kalimantan Utara), dan Serawak ke dalam federasi tersebut. Pada
tanggal 9 Agustus 1965, Singapura menjadi negara merdeka dan memisahkan diri dari
Malaysia, maka Malaysia melanjutkan keanggotaan Malaysia. Singapura menjadi
anggota PBB tanggal 21 September 1965. Demikian pula ketika Bangladesh tahun 1971
memisahkan diri dari Pakistan, Pakistan tetap melanjutkan keanggotaannya. Bangladesh
harus mengajukan sebagai anggota baru di PBB.
Begitu pula dengan Cina. Ketika Cina pecah menjadi Republik Rakyat Cina (RRC)
dan Republik Nasionalis Cina (Taiwan), maka pada waktu itu yang diakui oleh PBB untuk
mewarisi hak Cina (tahun 1945) adalah Taiwan, sampai tahun 1971 ketika Majelis Umum
mengeluarkan resolusi tanggal 25 Oktober 1971 No. 2758(XXVI) yang menentukan
bahwa RRC yang berhak menggantikan hak Cina tahun 1945. 42
Contoh lain pada tahun 1990 Uni Soviet membubarkan diri menjadi tiga negara
Baltik, Georgia dan 11 negara Republik lainnya. Tiga negara Baltik adalah: Estonia,
Latvia dan Lithuania, telah mengajukan keanggotaannya di PBB dan telah diterima
sebagai anggota PBB pada tanggal 17 September 1991. Sedangkan negara- negara
lainnya seperti Armenia, Azerbaijan, Georgia, Kazakstan, Kyrgyzstan, Republik Moldova,
Tajikistan, Turkimenistan dan Uzbekistan menjadi anggota PBB tahun 1992. Di antara 11
negara

"Basic Facts About the United Nations (New York: 1977), him. 109.
Republik adalah Rusia, Byelorussia dan Ukraina43 Byelorussia44 dan Ukraina telah
menjadi anggota PBB sejak tahun 1945 sebagai anggota yang lepas dari keanggotaan
Uni Soviet.
Masalah yang timbul dalam masalah keanggotaan dengan pecahnya negara Uni
Soviet adalah siapa pengganti Um Soviet di Dewan Keamanan, mengingat Uni Soviet
adalah Anggota PBB sejak 24 Oktober 1945 dan mempunyai hak tetap di Dewan
Keamanan. Dalam surat Boris Yeltsin sebagai Presiden Federasi Rusia tanggal 24
Desember 1991 yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB, menyatakan bahwa
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
keanggotaan Um Soviet di Dewan Keamanan PBB akan dilanjutkan oleh Federasi Rusia
dengan dukungan 11 negara anggota Persemakmuran Negara-Negara Merdeka.
Pada tahun 1991 Yugoslavia pecah menjadi enam negara merdeka: Serbia
Montenegro, Kroatia, Slovenia, Bosnia Herzegovina, Makedonia dan Kosovo.
Bosnia-Herzegovina, Kroatia menjadi anggota PBB 22 Mei 1992. Pada 31 Desember
1992 Czechoslovakia pecah menjadi Republik Czech dan Republik Slovakia. Republik
Czech dan Republik Slovakia menggantikan keanggotaan Czechoslovakia.

Tanggal Permulaan Keanggotaan


Untuk dapat aktif melaksanakan keanggotaannya dalam suatu organisasi
internasional, maka dua syarat yang harus
«Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, op.cit., him.
3. , pRR
«Byelorussia tanggal 19 September 1991 memberitahukan paua bahwa namanya
berganti menjadi Belarus (Pengetahuan Dasar Mengenai Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Kantor Penerangan Perserikatan Bangsa-Hangs ), him. 313).
dipenuhi: 1. organisasi internasional telah menerima keanggotaan, 2. calon anggota telah
meratifikasi Anggaran Dasar organisasi internasional.
Organisasi internasional harus menentukan dalam Anggaran Dasarnya setelah dua
persyaratan tersebut dipenuhi maka kapan keanggotaan akan efektif berlaku. Beberapa
organisasi internasional telah menentukannya dalam Anggaran Dasarnya.

Penghentian Keanggotaan
Keanggotaan suatu organisasi internasional dapat berakhir karena dua cara.
Pertama, pengunduran diri. Kedua, diberhentikan.

Penghentian Keanggotaan karena Pengunduran Diri

Pada beberapa organisasi internasional, Anggaran Dasar mengatur masalah


pengunduran diri. Pernyataan ingin keluar harus diberitahukan sebelumnya. Setelah
waktu tertentu baru pernyataan keluar tersebut efektif. Jangka waktu tertentu ditetapkan
agar keluarnya keanggotaan tersebut efektif. Sebagai contoh Pasal 95 (b) menentukan
Anggaran Dasar ICAO: Denunciation shall take effect one year from the date of the
Keanggotaan 5 [

receipt of the ratification and shall operate only as regards the State effecting the
denunciation.
Jadi menurut Anggaran Dasar ICAO pengunduran diri efektif berlaku setelah satu
tahun pemberitahuan anggota kepada ICAO.
Contoh lain IMO Pasal 78 menentukan: .. The withdrawal shall take effect upon the
expiration of twelve months from the date on which such written notification is received by
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
the Secretary General of the United Nations.
Jadi pengunduran diri di IMO berlaku efektif dua belas bulan setelah pemberitahuan
mundur diterima oleh Sekretaris Jenderal PBB.
Contoh lain dalam Anggaran Dasar IMF Pasal 26 (1) menentukan: Any member may
withdraw from Fund at any time by tansmitting a notice in writing to the Fund at is
principal office. Withdrawal shall become effective on the date such notice is received.
Jadi menurut Anggaran Dasar IMF maka pengunduran diri efektif pada saat
pemberitahuan diterima. Di samping pengunduran diri karena kehendak anggota, IMF
juga menentukan pengunduran diri wajib (compulsory withdrawal). Berdasarkan Pasal 26
(2), penarikan diri wajib: Jika negara anggota gagal memenuhi kewajiban berdasarkan
Anggaran Dasar IMF.
Bagi organisasi internasional yang menentukan tenggang waktu tertentu antara
pemberitahuan pengunduran keluar dari organisasi internasional dan efektivitasnya itu
dibutuhkan memberi kesempatan pada organisasi internasional untuk menyesuaikan
keadaan dengan berkurangnya keanggotaan, misalnya penyesuaian (perhitungan
kembali) anggaran, proyek tertentu mungkin harus dihentikan atau ditukar, beberapa
pejabat di organisasi mungkin harus keluar dan segera harus diganti.
Negara anggota lain perlu penyesuaian sehubungan dengan negara yang keluar
karena negara tersebut memiliki keharusan memenuhi kewajiban-kewajiban tertentu.
Bagi organisasi internasional yang bergerak dalam bidang pasaran bersama, keluarnya
anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem keija dari organisasi internasional tersebut.
Oleh karena itu, suatu organisasi internasional yang hubungan ekonomi antara para
anggotanya menjadi tujuan dari organisasi internasional tersebut dan terdapat dalam
Anggaran Dasarnya akan menentukan bahwa hubungan ekonomi antara anggota yang
berhenti keanggotaannya dan negara anggota lainnya baru dapat diputuskan setelah
jangka waktu yang cukup lama. Sebagai contoh Latin American Free Trade Area
(LAFTA); Anggaran Dasarnya menentukan bahwa pengunduran diri harus diberitahukan
satu tahun sebelummya dan setelah lima tahun baru pengunduran diri benar-benar
efektif. Tetapi IMF menentukan bahwa pengunduran diri menjadi efektif setelah
pemberitahuan, ketentuan itu dimaksudkan untuk keselamatan dari ketidaktergantungan
ekonomi dari para anggotanya.
Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam Kovenennya Pasal 1(3) menentukan: Arty Member
of the League may, after two years notice of its intention so to do, withdraw from the League
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
Provided that all its international obligations under this covenant shall be fulfilled at the time of its
withdrawal.
Jadi berdasarkan Pasal 1(3) Kovenen, maka dimungkinkan anggota LBB untuk
mengundurkan diri. Karena adanya ketentuan tersebut anggota LBB banyak yang
mengundurkan diri.
Setelah PBB berdiri dalam Piagam PBB, tidak ada ketentuan tentang pengunduran
diri. Pada waktu konferensi di San Fransisco, masalah keanggotaan ini telah
diperbincangkan di Komite 1/2 (Komite tentang Keanggotaan). Ada pihak yang
menghendaki tentang ketentuan yang mengatur pengunduran diri dimuat dalam Piagam
PBB, dengan alasan mengundurkan diri dari organisasi internasional adalah hak negara
berdaulat.45
4!
Hans Kelsen, The Law of the United Nations (London: Stevens & Sons Limited,
1951), him. 125.
Namun ada juga pihak yang tidak menyetujui dicantumka nya ketentuan tentang
pengunduran diri. Alasan-alasan unti tidak mencantumkan ketentuan tentang
pengunduran diri9 adala
a) Untuk menghindari kelemahan yang pernah dialami oleh LB
b) Ketentuan pengunduran diri dapat dipakai sebagai sarana unti menghindarkan diri
dari kewajiban yang ditentukan dala Piagam.
c) Ketentuan pengunduran diri dapat dipakai sebagai sarai untuk mempertahankan
konsesi dari PBB dengan menganca akan keluar dari PBB.
Selain itu, ada pendapat lain yang menghendaki Piagam dap, memuat ketentuan
tentang pengunduran diri namun dibatas Pembatasannya ialah adanya keadaan yang
istimewa (exceptiont circumstances). Masalahnya, siapa yang menentukan keadaa
istimewa?
Menurut Hans Kelsen,10 Piagam tidak menentukan tentan alat perlengkapan mana
yang berhak menentukan "keadaan istimewa' pertama, karena PBB sudah tidak mampu
menjalankan tuga utamanya yaitu menjaga perdamaian dan keamanan internasional
Pertanyaannya siapakah yang berhak menentukan bahwa PBI tidak mampu menjalankan
tugas utamanya tersebut? Jawabny; adalah anggota PBB. Kedua, hak dan kewajiban
anggota telal diubah dengan Amandemen Piagam PBB, namun perubahan iti tidak
9Hans Kelsen, ibid., hlm. 123.
10"Hans Kelsen, ibid., hlm. 123-124.
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
pernah terjadi. Menurut Pasal 108, perubahan Piagam akar berlaku untuk semua
anggota PBB ketika telah diputuskar dengan suara dua per tiga anggota Majelis Umum
dan diratifikas sesuai dengan prosedur dalam hukum nasionalnya dan oleh du< per tiga
anggota PBB, termasuk semua anggota tetap Dewan Keamanan Perubahan Piagam
PBB tersebut tidak hanya berlaku bagi anggota yang telah ikut memberikan suaranya
dan telah meratifikasikannya, tetapi juga bagi semua negara anggota PBB. Suatu negara
dengan adanya perubahan Piagam merasa dirugikan hak dan kewajibannya, maka
negara tersebut dengan tindakan unilateral dapat menarik diri dari keanggotaannya di
PBB. Menurut Piagam PBB, kekuatan mengikat Piagam (yang belum diubah) dan
kekuatan mengikat Piagam yang telah diubah berdasarkan Pasal 108 dan 109 adalah
sama. Ketiga, keadaan lain yang dianggap "keadaan istimewa" adalah bila amandemen
yang dibuat berdasarkan Pasal 108 dan 109, ternyata gagal untuk memperoleh ratifikasi
yang diperlukan. Negara yang telah meratifikasi amandemen dan ternyata amandemen
tersebut tidak dapat berlaku karena tidak memenuhi syarat jumlah ratifikasi yang
diperlukan dapat mengundurkan diri. Namun dalam Piagam sendiri tidak ditentukan
jangka waktu tertentu kapan jumlah ratifikasi harus dipenuhi, sehingga sukar menentukan
kapan ratifikasi tidak dipenuhi.
Setelah perdebatan yang cukup sengit akhirnya Komite Keanggotaan (Komite 1/2)
menetapkan bahwa dalam Piagam tidak akan memuat ketentuan tentang pengunduran
diri dan disahkan di Konferensi San Fransisco.
Jadi dalam kenyataannya ada organisasi internasional yang Anggaran Dasarnya
memuat ketentuan tentang pengunduran diri dan ada organisasi internasional yang tidak
mengatur tentang pengunduran diri dalam Anggaran Dasarnya.
Bagi organisasi internasional yang Anggaran Dasarnya tidak memuat ketentuan
tentang pengunduran diri, seperti PBB, maka perdebatan antara pendapat yang
menyetujui pengunduran diri negara anggota dari suatu organisasi internasional dan
pendapat yang menyatakan bahwa pengunduran diri secara unilateral tidak
diperkenankan masih belum mencapai kesepakatan. Pihak yang menyatakan bahwa
pengunduran diri secara unilateral adalah tidak sah, mendasarkan pendapatnya bahwa
tindakan tersebut bertentangan dengan aturan umum hukum perjanjian internasional. 48
Sedangkan pendapat yang mendukung bahwa suatu negara dapat keluar secara
unilateral dari keanggotaannya di organisasi internasional mendasarkan pendapatnya
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
pada prinsip umum hukum bahwa sebagai negara yang berdaulat suatu negara
mempunyai kebebasan untuk menentukan kehendaknya.
Pendapat yang memungkinkan pengunduran diri secara unilateral dari suatu
organisasi internasional dikemukakan oleh Henry G. Schermers.49 Alasannya:
1) Kedaulatan Negara (State Sovereignity)
Bahwa hanya negara yang berdaulat yang dapat memutuskan apakah negara itu ikut
dalam organisasi internasional atau akan keluar dari organisasi internasional.
2) Kewajaran (Equity)
Ada organisasi internasional yang keanggotaannya terbatas. Pembatasannya adalah
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh suatu negara yang akan menjadi
anggota organisasi internasional. Jadi hanya negara yang memenuhi kriteria tertentu
sesuai dengan Anggaran Dasar organisasi internasional yang dapat menjadi
anggota. Jika ada suatu negara merasa bahwa keanggotaannya dalam organisasi

Lihat Pasal 54 Konvensi Wina tentang Perjanjian Internasional tahim


is

49
Henry G. Schermers, op.cit., him. 69-71.
tersebut tidak sesuai dengan kepentingan nasionalnya, dan keanggotaannya tidak
lagi bermanfaat baginya, maka negara tersebut wajar bila mengundurkan diri.
Dapatlah disimpulkan bahwa hak mengundurkan diri secara unilateral adalah wajar.
3. Kemanfaatan (Expediency)
Hampir sama dengan alasan di atas yaitu bila suatu negara keanggotaannya dalam
organisasi internasional sudah dianggap tidak bermanfaat lagi bagi negaranya maka
seyogianya negara anggota tersebut mengundurkan diri.
4. Asas Umum Hukum (General Principle of Law) Dalam hukum nasional terutama
dalam hukum perdata, dikenal asas bahwa suatu anggota dari suatu persekutuan
perdata dapat mengundurkan diri. Asas umum ini juga dikenal dalam hukum
internasional.
5. Exceptio Non Adimpleti Contractus
Bila ternyata organisasi dalam proses perkembangannya menyimpang dari
kesepakatan para anggota, maka dalam hal ini terjadi perubahan yang mendasarkan
pada kesepakatan bersama, sehingga dengan demikian negara anggota dapat
mengundurkan diri. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Konvensi Wina
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
tentang Hukum Perjanjian Internasional Pasal 62 yang mengatur tentang
Fundamental Change of Circumstances.

Penghentian Keanggotaan karena Diberhentikan (Expulsion)


Penghentian keanggotaan dalam suatu organisasi internasional karena diberhentikan
biasanya dikaitkan dengan masalah penundaan (suspension). Jika berbicara
penghentian dengan paksa, maka yang dimaksudkan adalah pengeluaran anggota
organisasi inter- nasional disebabkan anggota tersebut telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan dalam organisasi internasional yang merupakan pelanggaran berat.
Tindakan ini dilakukan oleh organisasi internasional sebagai usaha untuk
menyelamatkan organisasi dari suatu tindakan yang dianggap destruktif. Ketentuan
tentang penghentian dengan paksa ini dicantumkan dalam Anggaran Dasar Organisasi
Internasional, contohnya Piagam PBB dalam Pasal 6 mengatur tentang kemungkinan
penghentian dengan paksa. Pasal 6 Piagam PBB menentukan: A Member of the United
Nation which has persistently violated the Principles contained in the present Charter
may be expelled from the organization by the General Assembly upon the
recommendation of the Security Council.
Jadi berdasarkan Pasal 6 penghentian dengan paksa terjadi bila anggota telah
melanggar asas-asas yang tercantum dalam Piagam PBB. Penghentian dengan paksa ini
ditentukan oleh keputusan Majelis Umum atas rekomendasi Dewan Keamanan.
Pada kovenen LBB tidak ditemukan ketentuan yang mengatur tentang penghentian
dengan paksa. Namun demikian pernah terjadi pada tahun 1939, tepatnya 14 Desember
1939. LBB menghentikan dengan paksa keanggotaan Uni Soviet disebabkan Uni Soviet
melancarkan agresi di Finlandia. Demikian pula IBRD pada tanggal 1 Januari 1954
menghentikan dengan paksa keanggotaan Czechoslovakia karena tidak membayar
modalnya (share capital), demikian pula Czechoslovakia dikeluarkan dari keanggotaan di
IMF tahun 1954. Contoh lain, keanggotaan Yunani di Dewan Eropa dihentikan pada
Desember 1969.
Dalam praktiknya, organisasi internasional yang dalam
Anggaran Dasarnya tidak memuat ketentuan tentang penghentian dengan paksa, maka
bila ada anggota yang dianggap melakukan tindakan-tindakan yang merugikan bagi
organisasi, negara lain akan mengadakan penekanan-penekanan terhadap negara
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
tersebut. Dengan adanya tekanan-tekanan tadi negara anggota yang melakukan
tindakan-tindakan merugikan organisasi dapat mengajukan permohonan untuk
mengundurkan diri secara sukarela (voluntary withdrawal). Jika tekanan-tekanan secara
politis tidak mempan, maka ada kemungkinan organisasi internasional mengubah
Anggaran Dasarnya, walaupun diakui perubahan Anggaran Dasar tidak mudah.
Sebagaimana kita ketahui perubahan Anggaran Dasar memerlukan ratifikasi dari negara
anggota, kadang-kadang ratifikasi itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Secara tidak
langsung perubahan dapat mendorong negara anggota yang menyebabkan adanya per-
ubahan Anggaran Dasar keluar dari organisasi internasional.
Sebagai contoh International Civil Aviation (ICAO) telah memutuskan untuk
mengadakan perubahan Anggaran Dasarnya. Semula Anggaran Dasar ICAO tidak
memuat ketentuan tentang penghentian dengan paksa. Perubahan yang diadakan
memungkinkan ICAO menghentikan dengan paksa anggotanya, dalam hal Spanyol.
Keputusan untuk mengadakan perubahan ditentukan pada tanggal 27 Mei 1947. Ketika
perubahan Pasal 93 ditambah dengan Pasal 93 disetujui, Spanyol kemudian
mengundurkan diri Walaupun sebenarnya perubahan tersebut baru efektif setelah
perubahan Anggaran Dasar itu berlaku pada tanggal 20 Maret 1961 sesuai dengan Pasal
94(a) Anggaran Dasar ICAO. Contoh lain, International Labour Organization (ILO) telah
memutuskan untuk mengadakan perubahan Anggaran Dasarnya yang memungkinkan
menghentikan dengan paksa anggotanya.
Penghentian dengan paksa keanggotaan ILO atas dasar persetujuan dua per tiga
mayoritas suara, atau bila anggota yang bersangkutan telah diberhentikan
keanggotaannya dari PBB atau telah dinyatakan bersalah oleh PBB karena menjalankan
politik rasial. Walaupun perubahan Anggaran Dasar ILO ini belum efektif, namun tanggal
11 Maret 1964 Afrika Selatan menyatakan keluar dari ILO (pada saat itu Afrika Selatan
melaksanakan politik rasial).
Suatu organisasi internasional yang bersifat global tidak mencantumkan penghentian
dengan paksa dalam Anggaran Dasarnya karena ketentuan penghentian dengan paksa
bertentangan dengan tujuan organisasi yang bersifat global.
Dalam organisasi internasional yang terbatas keanggotaannya, sifatnya agak lain.
Jika ada anggota yang sudah tidak sesuai dengan sistem politik atau ekonomi organisasi
internasional terbatas tersebut, negara anggota tersebut lebih baik berada di luar
organisasi karena tidak sesuai dengan kepentingannya lagi.
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
Sebagai contoh organisasi Negara-Negara Amerika (The Organization of American
States- O AS), anggotanya adalah negara-negara Amerika kecuali Kanada. Dalam
Anggaran Dasarnya tidak memuat ketentuan tentang penghentian dengan paksa.
Berdasarkan resolusi yang ditentukan di Punta del Este pada bulan Januari 1962, karena
sistem politik dan ekonominya sudah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang terdapat
dalam Anggaran Dasar OAS, maka Pemerintah Kuba memutuskan untuk berada di luar
OAS.

Penundaan Keanggotaan
Penundaan keanggotaan dituangkan dalam Anggaran Dasar organisasi internasional.
Misalnya ketentuan pada Pasal 5 Piagam
PBB. Suatu anggota yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana yang ditentukan
dalam Anggaran Dasarnya, keanggotaannya dapat ditunda untuk sementara. Jika pada
suatu saat negara tersebut dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan Anggaran
Dasar, maka hak negara anggota tersebut akan dipulihkan kembali. Selama masa
penundaan, negara tersebut tidak dapat menikmati hak-haknya sebagaimana ditentukan
dalam Anggaran Dasar, tetapi tetap dibebani kewajiban.
Selain masalah keanggotaan di atas, keanggotaan suatu organisasi internasional
dapat berhenti karena bubarnya organisasi internasional tersebut.

Pembubaran Organisasi Internasional

Pembubaran Organisasi Internasional


Pembubaran organisasi internasional dapat terjadi: (1) Karena tujuan organisasi telah
tercapai, (2) Berdirinya organisasi baru yang menggantikan tugasnya.
Pada umumnya organisasi internasional dalam konstitusinya tidak mengatur
mengenai masalah pembubaran organisasi karena para pendiri akan selalu berkeinginan
mempertahankan organisasi yang didirikan. Namun demikian ada organisasi internasional
yang dalam Anggaran Dasarnya memuat ketentuan tentang pembubaran. Sebagai contoh
IMF (Pasal 22, Section 2 Anggaran Dasar IMF), IBRD (Pasal 6 Section 5, Anggaran
Dasar IBRD), IFC (Pasal 5 Section 5, Anggaran Dasar IFC), IDA (Pasal 7 Section 5,
Anggaran Dasar IDA). IMF dapat dibubarkan oleh mayoritas suara. IBRD, IFC, IDA dapat
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
dibubarkan dengan suara terbanyak dari anggota Governors, mewakili mayoritas suara
(total voting power). Ada beberapa organisasi internasional yang memberikan kuasa pada
kongres (general congress) untuk membubarkan organisasi. Sebagai contoh International
Fund for Agricultural Development (IFAD).
Berdasarkan Pasal 9(4), Anggaran Dasarnya memberikan wewenang pada kongres
untuk membubarkan organisasi. Namun sering ditentukan suara mayoritas yang
berkualitas dipersyaratkan. Sebagai contoh di IFAD, di mana negara-negara Barat,
negara Berkembang dan anggota OPEC masing-masing mempunyai suara sepertiga
suara, mayoritas dari tiga perempat suara diperlukan, ini berarti bahwa ketiga grup
tersebut mempunyai satu hak untuk veto.
Kadang-kadang Anggaran Dasar suatu organisasi internasional menentukan yaitu
organisasi harus dibubarkan karena anggota organisasi kurang dari lima (sebagai contoh
European Space Agency Pasal 25) atau kurang dari tiga (International Futtdfor
Compensation for Oil Pollution Damage, Pasal 43).
Suatu organisasi internasional yang didirikan untuk jangka waktu tertentu (tidak
permanen), dalam Anggaran Dasarnya menentukan aturan-aturan tentang pembubaran.
Sebagai contoh Perjanjian Timah Internasional tahun 1975 tidak saja menentukan
kapan perjanjian tersebut dapat dibubarkan, tetapi juga menentukan apa yang akan
terjadi setelah pembubaran terhadap kekayaan dan arsipnya (Pasal 58).
Suatu perjanjian internasional yang merupakan Anggaran Dasar dari suatu
organisasi internasional dapat ditiadakan dengan adanya suatu perjanjian baru atau
protokol yang dibuat oleh negara-negara pesertanya. Perjanjian baru ini dapat
menyatakan bahwa organisasi Internasional yang lama dibubarkan dan mengatur
tentang masalah- masalah yang harus diselesaikan karena adanya pembubaran.
Biasanya tentu ada keinginan yang keras akan pembubaran suatu organisasi
dengan mengganti yang baru yang telah ditetapkan untuk menangani masalah yang
sama. Pendiri organisasi yang baru biasanya menentukan pembubaran organisasi yang
lama dan fungsi organisasi lama berpindah pada organisasi yang baru. Ini bisa dibuat
dengan suatu perjanjian yang tersendiri atau dicantumkan dalam Anggaran Dasar
organisasi yang baru. Sebagai contoh peralihan fungsi ditentukan dalam perjanjian
tersendiri, Kantor Internasional untuk Hygiene Publik yang didirikan tahun 1907
dibubarkan, ketika WHO didirikan. Sedangkan contoh peralihan fungsi yang ditentukan
dalam Anggaran Dasar organisasi baru adalah WTO (Pasal 44).
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
Pembubaran organisasi internasional akan berlaku {enter into force) ■ pada saat
pembentukan organisasi baru. Ini berarti organisasi yang baru mempunyai otoritas untuk
menggantikan organisasi yang lama. Dalam beberapa hal Anggaran Dasar organisasi
internasional yang baru memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang
kewenangan untuk mengambil alih aktivitas organisasi yang digantinya. Sebagai contoh
Pasal 11 section 2 Anggaran Dasar UNESCO, Pasal 72 Anggaran Dasar WHO.
Menurut aturan umum dalam hukum internasional, maka suatu perjanjian baru atau
suatu Anggaran Dasar suatu organisasi internasional baru sebagai ganti dari bubarnya
suatu organisasi internasional yang lama hanya mungkin bila semua anggota/peserta
berpartisipasi untuk itu, namun sering juga suatu rangkaian aturan yang lebih ringan
telah diterima. Sebagai contoh The International Institute of Agricultural (IIA) yang
didirikan tahun 1905, yang telah dibubarkan berdasarkan Protokol tanggal 30 April 1946
setelah berdirinya Food and Agricultural Organization (FAO). Meskipun IIA masih
mempunyai anggota 50, pembubaran itu akan menjadi efektif setelah 35 anggota
meratifikasi. Persyaratan ini dipenuhi pada tanggal 27 Februari 1948, kemudian Panitia
(standing committee) IIA menyatakan bubar. Kekayaannya pindah ke FAO.
Praktik lain telah dilakukan oleh World Intellectual Property
Organization (WIPO). Organisasi yang digantinya adalah Paris Union untuk perlindungan
hak kekayaan industri (Paris Union for the protection of industrial property) dan Beme
Union untuk perlindungan karya sastra dan karya artistik (Beme Union for the protection
of literary and artistic works) tidak dibubarkan, namun administrasinya dijadikan satu
dengan WIPO. Secara teori Paris Union dan Berne Union masih ada untuk negara
anggota yang tidak menjadi peserta WIPO, namun dalam praktik WIPO mengambil alih
semua aktivitas kedua union tersebut. 50

Fungsi Organisasi Internasional


Suatu organisasi internasional yang telah bubar, maka organisasi internasional itu
akan menghentikan semua aktivitasnya. Jika organisasi internasional itu fungsinya
digantikan oleh organisasi internasional yang lain, maka fungsi tersebut akan berpindah
pada organisasi internasional yang baru, yang menggantikannya. Sebagai contoh ketika
PBB berdiri, maka International Court of Justice (ICJ) didirikan sebagai pengganti dari
Permanent Court of International Justice (PCIJ) yang didirikan pada masa Liga Bangsa-
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
Bangsa (LBB). Berdasarkan Pasal 37 Statuta ICJ, maka perkara yang sedang ditangani
oleh PCU bila para pihak menyetujuinya dapat berpindah ke ICJ.
Namun ada kemungkinan fungsi organisasi internasional yang dibubarkan akan
berpindah pada beberapa organisasi internasional yang baru. Sebagai contoh The United
Nations Relief and Rehabi/i- tation Administration fungsinya digantikan oleh PBB, WHO,
Ihc International Refigee Organization, FAO, dan UNICEF.
5C
Henry G. Schermers, ibid., hltn. 804-807
Ada kemungkinan lain bahwa organisasi yang baru hanya mau menggantikan fungsi
tertentu dari organisasi internasional yang digantikannya. Sebagai contoh PBB tidak
bersedia mengambil alih masalah fungsi politik dari LBB, hal ini disebabkan karena dasar
didirikannya PBB berbeda dengan dasar didirikannya LBB. PBB hanya bersedia
mengambil alih prinsip-prinsip tertentu LBB.
Kesukaran juga akan timbul bila organisasi internasional baru tidak mengambil alih
semua fungsi organisasi internasional yang bubar. Sebagai contoh ketika PBB berdiri,
sistem Mandat dalam sistem LBB digantikan dengan sistem perwalian (trusteeship)
dalam sistem PBB. Ada pendapat bahwa dengan digantikannya LBB dengan PBB, maka
semua perjanjian mandat yang diadakan dalam rangka LBB akan berganti ke sistem
perwalian dalam rangka PBB. Ternyata Afrika Selatan yang telah bertindak sebagai
mandataris Afrika Barat Daya (Namibia) menoiak sistem perwalian dalam rangka PBB.
Menurut Afrika Selatan bahwa sistem mandat adalah sistem dalam rangka LBB, dengan
bubarnya LBB, maka sistem mandat juga bubar, tidak ada kewajiban bagi Afrika Selatan
sebagai mandataris Afrika Barat Daya untuk tunduk dalam sistem perwalian dalam
rangka PBB.51

Tindakan Hukum dari Organisasi Internasional


jika terjadi pembubaran suatu organisasi internasional, maka perbuatan-perbuatan
hukum tertentu dari organisasi internasional yang bubar adalah batal. Sedangkan
tindakan hukum yang lain akan berpindah pada organisasi internasional baru yang
menggantikannya.
Tindakan hukum yang diambil alih oleh organisasi internasional Untuk masalah
mandat Afrika Selatan atas Afrika Barat Daya ini akan dibicarakan lagi dalam rangka
sistem perwalian PBB. penggantinya itu tidak akan mengikat anggota organisasi yang
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
dibubarkan yang tidak menjadi anggota dari organisasi internasional penggantinya.
Sebaliknya tindakan hukum organisasi yang bubar yang diambil alih oleh organisasi
penggantinya, tidak akan mengikat anggota organisasi penggantinya bila anggota tadi
bukan anggota dari organisasi yang dibubarkan, kecuali bila organisasi pengganti tadi
mengambil alih tindakan hukum organisasi yang dibubarkan sebagai tindakan hukumnya.
Sebagai contoh organisasi pengganti memutuskan untuk memakai peraturan-peraturan
prosedur dari organisasi yang digantinya.

Permasalahan timbul dapatkah suatu tindakan hukum yang telah berhenti mengikat
suatu negara yang tidak menjadi peserta organisasi internasional penggantinya, bila
suatu saat di kemudian hari negara tersebut menjadi anggota organisasi internasional
penggantinya. Permasalahan ini timbul berkaitan dengan Pasal 36 Statuta Permanent
Court of International of Justice. 52 Berdasarkan Pasal 36 (2) suatu negara secara
unilateral setiap saat dapat mengeluarkan deklarasi bahwa negara tersebut mengakui
yurisdiksi memaksa (compulsory jurisdiction) Mahkamah. Berdasarkan Pasal 36(5)
Statuta ICJ maka pernyataan mengakui yurisdiksi memaksa Mahkamah (PCIJ) yang
masih berlaku dipertimbangkan sebagai pernyataan menerima yurisdiksi memaksa ICJ
untuk masa deklarasi itu masih berlaku. Jadi kontinuitas dijamin untuk negara yang
menjadi pihak pada Mahkamah yang baru di mana Mahkamah yang lama telah bubar
(PCIJ bubar 18 April 1946). Bagaimana jika suatu negara menjadi anggota Mahkamah

"PCIJ adalah Mahkamah Internasional dalam rangka LBB. Ketika LBB bubar Statuta
dari PCIJ diambil alih menjadi Statuta ICJ Mahkamah Internasional dalam rangka PBB.
setelah tanggal tersebut. ICJ memutuskan bahwa deklarasi itu telah habis (mati) dan
dapat hidup lagi apabila ada deklarasi baru. Sebagai contoh Thailand tahun 1929 telah
menerima yurisdiksi memaksa PCI J, ketika Thailand menjadi anggota ICJ tahun 1946
deklarasi 1929 tidak diperbarui. Deklarasi 1929 itu menurut Pemerintah Thailand telah
mati dengan bubarnya PCI J tahun 1946. Baru pada tanggal 20 Mei 1950 Thailand
memperbarui deklarasi 1929. Jadi sejak 20 Mei 1950 Thailand diakui sebagai pihak
yang menerima yurisdiksi memaksa ICJ.
Suatu tindakan hukum yang merupakan rekomendasi atau deklarasi dari organisasi
internasional yang bubar, negara anggota bebas untuk menerima atau melaksanakan
rekomendasi tadi. Namun bila deklarasi organisasi internasional itu merupakan deklarasi
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
yang menegaskan berlakunya hukum kebiasaan internasional atau prinsip-prinsip umum
hukum internasional yang masih berlaku, maka deklarasi tersebut masih tetap berlaku
walaupun organisasi internasional yang bersangkutan telah bubar.
Suatu konvensi yang dibentuk atas inisiatif suatu organisasi internasional, kekuatan
berlaku konvensi tersebut tidak tergantung pada organisasi internasional, namun
tergantung pada ratifikasi pihak peserta konvensi tersebut. Pada umumnya keterkaitan
organisasi internasional dengan konvensi adalah organisasi internasional sebagai pihak
yang menyimpan dokumen ratifikasi (depository), memberikan informasi atau berperan
aktif untuk pelaksanaan konvensi.
Dalam hal organisasi internasional sebagai pihak penyimpanan dokumen ratifikasi
suatu konvensi, maka dengan bubarnya organisasi yang bersangkutan fungsinya dapat
diteruskan oleh organisasi penggantinya. Lain halnya dengan organisasi internasional
yang mempunyai peran aktif dari penerapan konvensi, maka fungsi tersebut tidak
otomatis pindah ke organisasi penggantinya kecuali atas persetujuan para pihak peserta
konvensi.
Dalam kaitannya dengan perjanjian (tagreements) yang dibuat oleh organisasi
internasional yang bubar, maka akan dibedakan antara perjanjian yang dibuat oleh
organisasi tersebut dengan organisasi internasional lainnya ataupun perjanjian yang
dibuat dengan negara. Sebagai contoh perjanjian tentang pemberian imunitas atas
aktivitas organisasi internasional di suatu negara, misalnya Headquarter Agreement.
Perjanjian semacam ini akan berhenti ketika organisasi tersebut bubar, hal ini sesuai
dengan Pasal 61 dan Pasal 62 Konvensi Wina tentang Perjanjian Internasional tahun
1969.
Organisasi internasional juga dapat membuat kontrak (kontrak dalam pengertian
hukum perdata), misalnya kontrak untuk membeli kebutuhan organisasi atau kontrak
kerja antara organisasi internasional dengan pegawai organisasi. Dalam hal ini kontrak
tersebut berhenti karena bubarnya organisasi. Jika terdapat klaim kerugian dapat
diajukan ke organisasi sebelum likuidasi.
Ada juga organisasi internasional penggantinya yang mengambil alih tanggung
jawab organisasi yang bubar. Sebagai contoh dengan suatu perjanjian khusus yang
dibuat oleh PBB dengan LBB (perjanjian tanggal 31 Juli 1946) bahwa PBB akan
mengambil alih sejumlah kontrak yang dibuat oleh LBB.
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
Keputusan-keputusan yang mengikat telah diputuskan oleh organisasi internasional.
Suatu keputusan mengikat diputuskan oleh suatu organisasi internasional karena suatu
organisasi internasional mempunyai kapasitas untuk membuat aturan (legal capacity).
Keputusan yang mengikat itu mungkin dilanjutkan oleh organisasi internasional
penggantinya, dalam hal ini keputusan mengikat tersebut masih berlaku. Namun bila
organisasi internasional penggantinya tidak mengambil alih, maka anggota organisasi
yang bubar dapat memberlakukan keputusan mengikat tersebut. Anggota organisasi
yang bubar itu akan menerima keputusan mengikat tersebut dengan memasukkannya
dalam hukum nasionalnya. Keputusan mengikat tersebut dengan bubarnya organisasi
internasional akan kehilangan sifat supranasionalnya, tetapi tetap ada sebagai aturan
hukum nasional bagi anggota yang menerimanya.
Suatu negara dapat mengubah aturan hukum nasional sesuai dengan kepentingan
negara tersebut, jadi dalam hal keputusan mengikat organisasi internasional yang sudah
bubar tersebut yang telah menjadi hukum nasionalnya setiap saat dapat diubah sesuai
dengan kepentingannya. Perubahan tadi mungkin dapat melemahkan kekuatan
mengikatnya.

Personalia yang Bekerja di Organisasi Internasional


Personalia yang bekerja pada organisasi internasional yang bubar berarti mereka
kehilangan pekerjaannya. Personalia yang bekerja pada organisasi internasional dengan
kontrak kerja, maka dalam kontrak biasanya ditentukan kondisi-kondisi bila ada pembu-
baran organisasi. Hak-hak apa yang akan didapat biasanya ditentukan dalam kontrak
keija tersebut.
Suatu organisasi internasional biasanya mempunyai aturan tentang kepegawaiannya
(statute of personnel).
Dalam statuta tersebut biasanya ditentukan aturan-aturan tentang penghentian
pegawai. Aturan-aturan tadi akan diterapkan pada waktu organisasi bubar.
Dana-dana khusus untuk pegawai biasanya dialihkan pada organisasi penggantinya.
Dana tersebut misalnya dana pensiun. Dana yang tidak mungkin dipindahkan pada
organisasi penggantinya akan dikelola secara independen. Biasanya organisasi pengganti
mengambil alih personel organisasi yang dibubarkan, terutama personel yang
berpengalaman. Sebagai contoh World Meteorological Organization mengambil alih
5 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional
Sekjen dan staf dari International Meteorological Organization. Pengambilalihan personel
oleh organisasi penggantinya bukanlah suatu kewajiban.

Kekayaan Organisasi Internasional


Berdasarkan hukum perdata maka suatu badan hukum yang bubar, kekayaan badan
hukumnya akan dibagi di antara para pemegang saham. Dengan memakai analogi dari
ketentuan tadi, maka kekayaan organisasi internasional yang bubar akan dibagi di antara
para anggotanya secara proporsional sesuai dengan kontribusi mereka. Organisasi
internasional sebagai subjek hukum dalam hukum internasional mempunyai wewenang
untuk menentukan apa yang dikehendaki terhadap kekayaan yang ada dengan bubarnya
organisasi internasional.
Ketika LBB bubar, sebagian besar kekayaan LBB dipindahkan ke PBB dan sebagian
ke ILO. Anggota LBB yang tidak menjadi anggota PBB (Finlandia, Irlandia, Portugal, dan
Swiss) ditawari kompensasi uang sedangkan untuk negara-negara anggota yang lain
diutang PBB.53
Pada organisasi internasional seperti Bank Dunia, IMF dan IDA misalnya memuat
ketentuan-ketentuan tentang pembubaran organisasi Bank Dunia dalam Pasal 6(5)
menentukan secara detail

"Henry G. Schermers, ibid., him 829.


Pembubaran Organisasi Internasional g 3

dalam hal adanya pembubaran organisasi. IMF dalam skedul mengatur tentang
pembubaran dan likuidasi, sedangkan IDA memuatnya dalam Pasal 7(5). 54
Ada kekayaan organisasi internasional yang tidak dapat dibagi-bagi di antara
anggotanya. Sebagai contoh arsip organisasi internasional yang bubar biasanya diberikan
kepada organisasi penggantinya untuk dapat melanjutkan aktivitasnya tanpa kompensasi
uang. Jika organisasi penggantinya tidak merasa perlu untuk memelihara arsip organisasi
yang bubar, maka akan dicari organisasi internasional lain yang dapat menerima arsip
tersebut.

M
D.W Bowett. op.cit, hlm. 378
5

Ketentuan Umum Bagi Organisasi Internasional

Suatu organisasi internasional memerlukan alat perlengkapan atau badan yang akan
mengurus masalah-masalah yang telah diserahkan oleh anggota organisasi internasional
untuk diselesaikan. Berapa alat perlengkapan /badan yang dibutuhkan untuk mengurus
yang diperlukan oleh organisasi internasional tersebut tergantung pada tujuan yang akan
dituju oleh organisasi internasional tersebut.
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang komposisi alat perlengkapan yang ada pada
suatu organisasi internasional, fungsi serta kewenangannya.

Komposisi Alat Perlengkapan


Pada umumnya suatu organisasi internasional mempunyai alat perlengkapan di mana
semua anggota organisasi internasional itu mempunyai utusan yang dapat hadir dan
bertemu untuk membicarakan masalah mereka. Di samping alat perlengkapan di mana
semua anggota mempunyai wakilnya maka ada alat perlengkapan utama lain yang
mempunyai wewenang tertentu sesuai dengan tujuan organisasi. Sebagai contoh Piagam
PBB Pasal 7(1) menentukan:

87
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

There are established as ihe principal organs of rhe United Nations: a General
Assembiy, a Security Conncil, an Economic and Social^ Councii, a
Trusteeship Council, an International Court of Justiee, and a secretariat.
Jadi di PBB alat perlengkapan utama telah ditentukan, di samping alat
perlengkapan utama maka menurut Pasal 7(2) bahwa alat perlengkapan utama tersebut
dapat membentuk badan tambahan (subsidiary).
Berapa banyak alat perlengkapan tambahan yang dibutuhkan tergantung pada
kepentingan organisasi internasional itu sendiri. Banyaknya anggota yang dapat
berpartisipasi dalam alat perlengkapan tambahan itu terbatas. Keterbatasan
keanggotaan dalam alat perlengkapan tambahan adalah untuk efisiensi pengambilan
keputusan, memperhatikan kepakaran dalam keanggotaan sesuai dengan tujuan
pembentukan alat perlengkapan tambahan dan penyederhanaan biaya.

Wakil dari Negara Anggota


Dalam keanggotaan suatu negara dalam organisasi internasional maka negara
anggota atau pemerintahan negara anggota tidak mungkin hadir secara fisik pada
pertemuan yang diadakan oleh organisasi internasional. Negara anggota harus diwakili
oleh utusan yang ditunjuk oleh negara tersebut.

Utusan Delegasi Negara


Keanggotaan dari suatu utusan/delegasi pada suatu organisasi internasional
bermacam-macam, kadang-kadang suatu delegasi dapat terdiri dari seorang utusan
dengan didampingi oleh wakilnya, penasihat atau seorang ahli. Dapat juga suatu
delegasi terdiri dari seorang ketua didampingi oleh anggota delegasi. Ketua delegasi
mempunyai hak untuk mewakili negaranya, sedangkan tugas dari anggota delegasi telah
ditentukan dalam surat tugas penunjukkan.

Ketentuan Bagi Delegasi


Delegasi dari negara anggota tidak bertindak atas nama sendiri, tetapi tindakan
mereka merupakan tindakan dari negara anggota yang mengurusnya. Oleh karena itu
negara pengirim akan memberikan petunjuk kepada delegasinya tentang apa yang harus
dilakukan. Petunjuk yang diberikan kepada delegasi itu biasanya mencerminkan
kepentingan nasional negara anggota. Biasanya di dalam praktik, petunjuk itu diberikan
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

dengan sangat luas sehingga masih ada kemungkinan bagi delegasi untuk bertindak
lebih leluasa, tetapi masih tetap dalam kebijaksanaan yang digariskan oleh negara.

Jumlah Delegasi
Setiap negara bebas untuk mengirimkan berapa besar utusannya dalam suatu
organisasi. Dalam Konvensi Wina tentang Perwakilan Negara dalam hubungannya
dengan organisasi internasional yang mempunyai sifat global (Vienna Convention on the
Representation of States in Their Relation With International Organization of Universal
Character, 1975). Menurut Konvensi Wina tahun 1975, Pasal 46 menentukan banyaknya
delegasi suatu negara tidak melebihi jumlah yang layak sesuai dengan tugas delegasi
tersebut. Pada prinsipnya suatu organisasi internasional berkepentingan agar delegasi
dari negara anggota dapat memberikan suaranya sesuai dengan kepentingan negara
anggota yang bersangkutan. Sebagai contoh dalam Majelis Umum PBB menurut Pasal
9(2) ditentukan bahwa setiap negara anggota akan mengirimkan satu delegasi yang
terdiri dari 5 anggota delegasi yang dibiayai oleh PBB. Namun apabila negara anggota
merasa perlu untuk mengirim lebih banyak delegasi disebabkan oleh kepentingan negara
tersebut untuk duduk di sub- komite-subkomite Majelis Umum, maka negara tersebut
akan mengirimkan lebih banyak delegasi dengan biaya negara itu sendiri.

Komposisi Delegasi
Negara anggota memilih anggota delegasinya berdasarkan pada masalah yang akan
dibicarakan sesuai dengan acara dalam agenda pertemuan.
Negara yang mengirim delegasinya harus mengetahui kemampuan utusannya untuk
mempeijuangkan kepentingan negaranya. Pengetahuan anggota delegasi harus sesuai
dengan masalah yang akan dibicarakan dan kepentingan organisasi. Ada kemungkinan
delegasi yang diutus suatu negara harus mempunyai pengetahuan khusus dan dapat
mengatur strategis negaranya dalam mempeijuangkan kepentingan nasionalnya, oleh
karena anggota delegasi di antaranya dapat ditunjuk oleh seorang atau lebih diplomat
yang mempunyai pengetahuan politik secara luas.
Delegasi pada perundingan-perundingan yang diadakan oleh organisasi
internasional biasanya disertai dengan pedoman perundingan yang berisikan petunjuk-
petunjuk bagi delegasi mengenai kebijaksanaan pemerintah negara pengirim tentang
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

masalah yang dibicarakan dalam perundingan. Kadang-kadang dalam anggaran dasar


suatu organisasi internasional pada perundingan-perundingan tertentu hanya dapat
dihadiri oleh kepala negara atau pada alat perlengkapan utama dari suatu organisasi
internasional menentukan bahwa perundingan-perundingan yang diadakan hanya dapat
dihadiri oleh anggota kabinet suatu negara. Dalam hai demikian menteri mana yang akan
dikirim tergantung pada topik yang akan dibicarakan. Sebagai contoh dalam Dewan
Eropa (Council of Europe) diminta kehadiran menteri luar negeri negara anggota.
Dalam beberapa organisasi internasional telah ditentukan bahwa dalam sidang-
sidang tertentu ketua delegasi harus diketuai oleh kepala dari badan tertentu. Sebagai
contoh di Worlds Meteorological Organization (WMO), delegasi pada sidang umum harus
dipimpin oleh Direktur dari Badan Meteorologi (Pasal 6 Anggaran Dasar WMO). Dalam
hal World Health Organization (WHO), Pasal 11 Konstitusi WHO menentukan bahwa
dalam sidang umum (the world assembly) setiap anggota akan diwakili tidak lebih dari
tiga delegasi dan salah satunya adalah ketua delegasi. Anggota delegasi itu akan dipilih
di antara orang-orang yang ahli dalam bidang kesehatan, lebih baik perwakilan dari
administrasi kesehatan nasional dari negara anggota.
Sedangkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) dalam Pasal 4(1) Konstitusinya menentukan bahwa perwakilan negara
anggota akan terdiri tidak lebih dari lima anggota, yang akan dipilih setelah mengadakan
konsultasi dengan Badan Nasional dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
International Labour Organization (ILO) dalam Pasal 3(1) Konstitusi ILO menentukan
bahwa perwakilan negara anggota dalam general conference terdiri dari empat wakil, dua
di antaranya adalah wakil dari pemerintah dan yang lainnya merupakan wakil dari majikan
dan wakil dari buruh, sistem ini disebut tripartite. Menurut Pasal 3(2) menentukan bahwa
setiap delegasi akan didampingi oleh penasihat, mereka tidak akan lebih dari dua dalam
setiap agenda rapat. Jika masalah wanita dibicarakan dalam rapat pertama di konferensi,
maka setidaknya salah satu penasihat adalah wanita.
Pasal 3(5) Konstitusi ILO menentukan setiap negara anggota
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

dalam memilih wakil nonpemerintah dan pemilihan penasihat akan melalui perjanjian
dengan organisasi majikan dan buruh yang paling berpengaruh di negara tersebut.
Wakil dari majikan dan buruh ini tidak harus mengikuti perintah dari pemerintah
negaranya. Mereka melakukan pemungutan suara berdasarkan pendapatnya sendiri
atau didasarkan atas perintah dari organisasi yang menunjuknya.
Menurut Pasal 4(2) Konstitusi ILO, maka wakil dari pemerintah tidak akan ikut
dalam pemungutan suara bila pemerintah negaranya tidak berhasil menunjuk wakil
buruh dan wakil majikan dari negaranya.

Delegasi Asing
Suatu negara biasanya menunjuk warga negaranya sendiri untuk duduk dalam
delegasinya. Pada prinsipnya utusan diplomatik untuk suatu organisasi internasional
adalah warga negara pengirim, namun untuk kepentingan tertentu kemungkinan negara
telah menunjuk utusan negara yang terdiri dari utusan yang bukan warga negaranya tapi
duduk dalam delegasi negaranya. Utusan yang bukan warga negara dari negara
pengirim, namun duduk dalam delegasi negara pengirim dapat berbicara atas nama
delegasinya, dapat mengajukan petanyaan dan mengajukan pernyataan resmi atas
nama negara pengirimnya
Delegasi yang Majemuk Kewarganegaraannya (Multinational Delegations)
Menurut Konvensi Wma tahun 1975 tentang wakil negara dalam hubungannya
dengan organisasi internasional yang bersifat universal, menurut Pasal 42(2) dua atau
lebih negara untuk mengirimkan suatu delegasi pada alat perlengkapan suatu organisasi
internasional atau pada suatu konferensi yang diadakan sesuai dengan aturan organisasi
tersebut.
Pada umumnya dalam suatu delegasi yang majemuk akan terdiri dari delegasi
masing-masing negara. Masing-masing negara dapat menunjuk delegasinya sendiri
sebagai wakil negaranya. Dalam hal demikian, maka bukan suatu delegasi untuk
beberapa negara, tetapi sejumlah delegasi merupakan kombinasi untuk kepentingan-
kepentingan tertentu. Kombinasi delegasi demikian pada dasarnya berguna untuk negara
kecil, di mana dalam konferensi membicarakan kepentingan yang tidak terlalu berguna
bagi negaranya atau pertemuan mensyaratkan keahlian khusus dan keahlian tersebut
Ketentuan Umum Bagi Organisasi Internasional [ Q ]

belum dipunyai oleh negara bersangkutan. Kadang-kadang beberapa negara mempunyai


kepentingan yang sama dalam suatu organisasi internasional. Dalam hal yang demikian
ada kemungkinan akan dibentuk suatu utusan yang umum sifatnya. Misalnya, negara
yang tergabung dalam BENELUX (Belgi, Netherland dan Luxemburg) yang tujuannya
untuk membentuk kesatuan pabean (customs union), dengan demikian dalam bidang
pabean mempunyai kepentingan yang sama. Itulah sebabnya dalam konferensi yang
membicarakan masalah pabean, BENELUX sepakat untuk mengirimkan satu delegasi
agar mendapat kebijaksanaan dalam masalah pabean. Demikian juga negara seperti
Denmark, Finlandia, Norwegia dan Swedia, walaupun tidak membentuk kesatuan pabean
namun mereka merasa perlu untuk mengirim satu delegasi.

Credentials
Dalam suatu organisasi internasional yang sedikit keanggotaannya, maka masing-
masing wakil anggota akan mengetahui satu sama lainnya. Namun dalam suatu
organisasi internasional yang mempunyai anggota banyak, maka tak mungkin wakil
anggotanya saling mengetahui satu sama lainnya. Dalam hal ini maka wakil-wakil
anggotanya harus dapat membuktikan bahwa mereka adalah wakil sah dari negaranya.
Bukti ini adalah apa yang disebut dengan credential. Credential adalah suatu surat dari
pemerintah yang mengirimkan wakilnya, di mana dalam surat tersebut tercantum daftar
nama delegasi dari negaranya. Dalam suatu organisasi internasional yang menentukan
persyaratan bagi delegasinya, misalnya WMO menentukan bahwa ketua delegasi adalah
direktur dari Badan Meteorologi Nasional, atau misalnya WHO ketua delegasinya adalah
orang yang ahli dalam bidang kesehatan, maka dalam credential tersebut hams
dicantumkan kedudukan, titel, kewenangan dari anggota delegasi.
Credential harus dikeluarkan oleh Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan atau
Menteri Luar Negeri atau pejabat lain yang berwenang dari negara pengirim jika
peraturan organisasi internasional mengizinkannya.
Seorang duta besar di organisasi internasional atau di negara tempat kedudukan
organisasi internasional (headquarter) biasanya mempunyai wewenang untuk membuat
credential. Menteri selain Menteri Luar Negeri sering menandatangani credential untuk
organisasi teknis.
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Credential untuk delegasi yang akan menghadiri suatu sidang dalam Organisasi
Parlemen Internasional ditandatangani oleh Ketua Parlemen Nasional dalam suatu
organisasi internasional dengan anggota yang banyak, maka dibentuklah komite
(credentials committee) untuk memeriksa keabsahan credential delegasi yang akan
menghadiri sidang. Jika suatu delegasi credential-nya ditolak oleh Komite Credential
maka delegasi tersebut tidak dapat menghadiri sidang-sidang yang diadakan oleh
organisasi internasional tersebut.
Ketentuan Umum Bagi Organisasi Internasional [ Q ]

Di dalam praktik masalah yang timbul sekitar credential adalah bukan autentiknya
credential itu, tetapi kewenangan dari yang mengeluarkan credential tersebut. Sebagai
contoh bila suatu negara terjadi pembahan pemerintah, pemerintah mana yang berhak
untuk mengeluarkan credential tersebut. Biasanya sekretariat suatu organisasi
internasional akan memberitahu kepada Komite Credential pemerintah mana yang diakui
oleh organisasi internasional dan mana yang berhak untuk mengeluarkan credential.
Demikian juga bila suatu negara pecah menjadi dua negara, maka negara mana yang
berhak mewakili negara yang semula menjadi anggota organisasi internasional. Sebagai
contoh ketika Cina pecah menjadi dua negara yaitu Republik Rakyat Cina dan Republik
Cina yang dikenal dengan Taiwan. Cina dalah negara anggota asli PBB dan sebagai
anggota tetap Dewan Keamanan (Pasal 23[1] Piagam PBB). Sejak kemenangan partai
komunis di Cina yang dapat menguasai Cina daratan dan pada tanggal 1 Oktober 1949
mendirikan Republik Rakyat Cina, sedangkan kaum nasionalis mendirikan Republik Cina
di Taiwan (Cina Nasionalis). Sejak itu timbul permasalahan hukum di PBB tentang
siapakah yang akan menjadi pewaris keanggotaan Cina tahun 1945? Dua pemerintahan
telah mengklaim bahwa masing-masing mempunyai hak sebagai pewaris Cina tahun
1945. Tanggal 18 November 1949 Pemerintah RRC mengirim surat kepada Sekjen PBB
dan meminta PBB mencabut segala hak delegasi Cina Nasionalis untuk mewakili Cina di
PBB. Pernyataan semacam ini disampaikan lagi beberapa kali kepada Sekjen PBB dalam
tahun-tahun berikutnya.55

"Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional (Jakarta: Ul-Press, 1990),


hlm. 61
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Permasalahannya: apakah credential yang ditandatangani oleh Pemerintah Taiwan


masih valid untuk mewakili Cina setelah Cina Komunis telah mendirikan Republik Rakyat
Cina di Cina daratan?
Sampai Oktober 1971 PBB dan Badan-Badan Khusus PBB ' telah berpandangan
bahwa Pemerintah Taiwan secara sah mewakili Taiwan dan credential yang
ditandatangani oleh Pemerintah Taiwan adalah sah untuk mewakili Cina, sebaliknya
credential yang ditandatangani oleh Pemerintah RRC dianggap tidak sah. Usaha RRC
terus-menerus untuk mewarisi keanggotaan Cina tahun 1945 di PBB, akhirnya mencapai
hasil dengan adanya Resolusi Majelis Umum No. 2758 (XXVI), tanggal 25 Oktober 1971,
maka RRC diakui sebagai wakil yang sah dan pewaris yang sah dari Cina tahun 1945
dan mengeluarkan wakil Republik Cina Nasionalis dari PBB serta Badan-Badan Khusus
lainnya di bawah PBB.

Perwakilan dengan Proksi (Proxy)


Sejumlah organisasi internasional membolehkan anggotanya untuk bertindak
dengan proksi hanya untuk satu anggota. Ada juga organisasi internasional yang
membolehkan satu anggota boleh bertindak dengan proksi untuk beberapa anggota
yang lain dan bukan untuk semuanya. Ada juga organisasi internasional yang melarang
perwakilan dengan proksi. Sebagai contoh FAO dalam Anggaran Dasarnya Pasal 3(3)
menentukan No delegate may represent more than one Member Nation or associate
Member. Dalam Majelis Umum PBB dalam Pasal 18(2) bahwa masalah penting akan
diputus dengan suara terbanyak.
Yang berjumlah dua per tiga dari anggota yang hadir dan memberikan suaranya,
Pasal 18(3) keputusan tentang masalah-masalah
Ketentuan Umum Bagi Organisasi Internasional [ Q ]

lain . . . akan diputus dengan suara mayoritas dua per tiga suara dari jumlah anggota
yang hadir dan memberikan suara.
Menurut Schermers maka ada keuntungan adanya perwakilan dengan proksi: a)
Negara anggota yang absen dapat diwakili dalam persidangan, b) Dengan berkurangnya
delegasi dalam persidangan, maka prosedur persidangan akan memperoleh fasilitas
yang lebih.
Perwakilan dengan proksi sangat berguna bagi kelompok negara dengan
kepentingan sama. Di samping ada keuntungan, juga ada kelemahan perwakilan dengan
proksi. Kelemahannya: a) Perwakilan dengan proksi ini tidak sesuai dengan tujuan persi-
dangan, yaitu dalam persidangan dibutuhkan diskusi timbal balik dan saling membujuk, b)
Perwakilan dengan proksi dapat membingungkan delegasi yang lain, karena delegasi
yang lain itu tidak mengerti atas nama negara mana delegasi tersebut berbicara, c)
Perwakilan dengan proksi ini juga dapat mengarah pada suara ganda (multiple voting)
dan konsentrasi kekuasaan.

Pemakaian Tenaga Ahli


Perwakilan negara anggota tidak selalu cocok untuk mencapai tujuan suatu
organisasi internasional. Dalam beberapa organisasi internasional ada alat perlengkapan
(organ) yang keanggotaannya terdiri dari para individu yang mempunyai keahlian yang
dibutuhkan yang tidak bertanggung jawab pada pemerintahannya, sebagai contoh alat
perlengkapan (organ) pengadilan (judicial organs). Pengadilan (courts) dan tribunal
(tribunals) terdiri dari individu yang ahli dan bukan perwakilan negara. Sebagai contoh
Pasal 2 Statuta Mahkamah Internasional (International Court of Justice-ICJ) yang
diangkat sebagai hakim dalam Mahkamah Internasional adalah individu yang diakui
kepakarannya dalam hukum internasional. Individu yang bekerja dalam sekretariat pada
mulanya adalah wakil negara, namun pada perkembangan selanjutnya adalah individu
yang hanya bertanggung jawab pada organisasi internasional di mana dia bekerja.
Pada prinsipnya ketepatan individu yang bekerja pada alat perlengkapan tersebut
tergantung pada tujuan/fungsinya. Organ- organ teknik, organ hukum, organ administrasi,
organ militer sebaiknya terdiri dari para ahli. Sedangkan organ-organ yang mempunyai
fungsi pemerintahan sebaiknya terdiri dari wakil pemerintahan negara anggota.

Alat Perlengkapan Utama/Organ Utama dari suatu Organisasi Internasional


] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Alat perlengkapan utama/organ utama dari suatu organisasi internasional dibentuk


berdasarkan kebutuhan dari organisasi itu untuk mencapai tujuan organisasi.
Semua organisasi internasional publik biasanya mempunyai alat perlengkapan/organ
utama di mana semua anggota mempunyai wakilnya Alat perlengkapan utama/organ
utama ini biasanya disebut Kongres Umum (General Congress). PBB untuk kongres
umum ini dipakai istilah Majelis Umum (General Assembly). ILO, UNESCO dan IAEA
memakai istilah Konferensi Umum (<General Conference). FAO memakai istilah
Konferensi(Co///ere«ce) WMO dan UPU memakai istilah Kongres (Congress).
Sedangkan 1CAO, IMO, WHO dan OAU memakai istilah Majelis (Assembly). Selain itu
istilah Dewan (Council) dipakai oleh NATO, LIGA ARAB, OECD, EFTA. Sedangkan
BENELUX memakai istilah Dewan
Menteri (Commiltee of Minister).
Kongres Umum ini pada umumnya mempunyai kekuasaan menyeluruh.
Kebanyakan anggaran dasar suatu organisasi internasional menentukan bahwa Kongres
Umum ini sebagai alat perlengkapan utama/organ utama, sebagai contoh Piagam PBB
Pasal 7(1), IMF Pasal 2 Section 2, IBRD Pasal 5 Section 2.
Pada beberapa organisasi internasional kongres umum hanya mengambil suatu
kebijaksanaan yang luas dan tugas-tugas yang lebih detail diserahkan kepada organ
eksekutif. Kadang- kadang kewenangan dari Kongres Umum ini dalam anggaran dasar
organisasi internasional dibatasi dan kewenangan khusus diberikan pada alat
perlengkapan/organ yang lain. Pembatasan kewenangan dari kongres umum ini ada
alasan-alasan tertentu, menurut Schermers 57 ada dua alasan untuk membatasi kewe-
nangan kongres umum:
1. Kebanyakan Kongres Umum mengambil keputusan berdasarkan prinsip satu negara
mempunyai satu suara. Dalam organ nonpleno perwakilan negara anggota dibagi
berdasarkan kepentingan. Hal ini sering mendorong negara pendiri suatu organisasi
internasional untuk membagi kewenangan-kewe- nangan khusus pada organ
nonpleno, di mana keanggotaannya terdiri dari negara-negara yang paling
berkepentingan.
2. Pemerintah negara anggota akan memutuskan cara memberikan suara di kongres
umum. Hal ini ditakutkan bahwa kekuasaan pemerintah sangat besar. Suatu usaha
untuk mengurangi kewenangan yang besar dari kongres umum ini dengan
Ketentuan Umum Bagi Organisasi Internasional [ Q ]

membentuk alat perlengkapan/organ yang mempunyai otonomi, misalnya alat


perlengkapan/organ parlemen.
"Henrv G. Schermers, ibid., hlm. 213.
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Terlepas dari kedua alasan tersebut, karena tujuan dari organisasi terlalu
kompleks maka untuk mencapai tujuan diperlukan suatu tindakan yang cepat maka
kewenangan dari kongres umum dilimpahkan pada alat perlengkapan/organ yang lebih
kecil dan lebih efisien.
Dalam beberapa organisasi internasional, anggaran dasarnya menentukan bahwa
kongres umum harus terdiri dari kepala negara atau menteri anggota kabinet dan
walaupun pertemuan kongres umum ini ditentukan secara periodik, namun ada agenda
yang dapat dikerjakan oleh alat perlengkapan/organ lain yang anggotanya terdiri dari
para pejabat yang tingkatnya lebih rendah dan biasanya terdiri dari diplomat negara
anggota. Alat perlengkapan/' organ ini disebut dengan kongres yunior. Kalau anggaran
dasar organisasi internasional tidak menentukan pembentukan kongres yunior ini,
maka pembentukannya dapat didasarkan kepada kesepakatan para anggota.
Jika kongres umum terdiri dari tingkat kepala negara atau kepala pemerintahan,
seperti di Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) atau Organisasi Negara-Negara
Afrika (OAU), kongres yunior terdiri dari Menteri Luar Negeri negara-negara anggota.
Kongres Khusus (Specialized Congresses) beberapa organisasi internasional
mempunyai beberapa fungsi yang berbeda, dalam keadaan yang demikian maka alat
perlengkapan utama/organ utama harus merencanakan program kebijaksanaan yang
harus diputuskan. Dalam tugas yang demikian harus dilaksanakan oleh kongres umum,
maka bagi negara anggota harus mengirimkan utusan/delegasi yang jumlahnya besar,
setidak-tidaknya satu ahli untuk masing-masing tugas khusus tadi. Untuk mengatasi
masalah ini maka kongres umum akan menetapkan kongres khusus yang masing-
masing memerlukan keahlian khusus. Dalam hal ini maka negara anggota hanya
memerlukan mengirimkan satu ahli untuk menghadiri sidang kongres khusus untuk ikut
berdiskusi dan memutuskan masalah teknisi yang menjadi bidang kongres tersebut. Hasil
kongres khusus ini akan dilaporkan pada kongres umum dan kongres umum inilah yang
akan menetapkan hasilnya.
Dalam mencapai tujuan, organisasi internasional sering menyerahkan tugas-tugas
tertentu pada alat perlengkapan/organ di mana tidak semua anggota mempunyai
wakilnya. Ada alasan tertentu mengapa suatu organisasi internasional akan menyerahkan
tugas-tugas tertentu pada suatu alat perlengkapan/organ di mana tidak semua anggota
mengirimkan wakilnya,58 yaitu: 1) Keputusan yang diambil dalam suatu alat
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

perlengkapan/organ di mana semua anggota mempunyai wakilnya akan bekerja lambat.


Suatu sidang yang hanya akan dihadiri oleh wakil-wakil tertentu dari anggota, misalnya 15
anggota akan lebih efisien, 2) Beberapa negara mungkin hanya mempunyai kepentingan
pada hal-hal tertentu, oleh karenanya akan lebih efisien bila menghadiri sidang yang
membicarakan masalah sesuai dengan kepentingannya, 3) Kadang- kadang untuk tugas
tertentu wakil dari pemerintah kurang objektif, Misalnya dalam suatu Komisi Arbitrasi
maka pendapat dari individu ahli yang independen akan berpenampilan lebih objektif.
Untuk mengambil keputusan penting lainnya, maka organisasi internasional akan
membentuk alat perlengkapan/organ pembentuk kebijaksanaan. Organisasi internasional
yang sifatnya universal dan banyak juga organisasi regional mempunyai alat
perlengkapan/organ yang mempunyai tugas untuk memutuskan kebijaksanaan penting

•"Henry, G- Schermers. ibid., hlm. 223


dalam organisasi yang diserahkan pada organ yang terbatas keanggotaannya. Organ
ini mempunyai nama berbeda-beda, misalnya WHO memakai istilah "Executive
Board", FAO memakai istilah "Councir, ILO memakai istilah "Governing Body", WMO
dan OECD memakai istilah "Executive Committee"European Community" memakai
istilah "Commission". Beberapa organisasi internasional seperti PBB, IMO mempunyai
alat perlengkapan/organ utama dengan tugas yang berbeda-beda. Pada umumnya
dapat dibedakan antara executive boards dan governing boards. Executive boards
mempunyai peran kedua di bawah wewenang kongres umum, sedangkan governing
boards mempunyai kewenangan yang berdiri sendiri.

Executive Board
Tugas executive board mempersiapkan agenda untuk kongres umum dan
melaksanakan keputusannya, juga mempunyai tugas untuk supervisi sekretariat dan
anggaran belanja organisasi, juga mempunyai tugas untuk memutuskan masalah yang
timbul di mana kongres umum tidak bersidang, namun demikian masalah ini tetap
menjadi wewenang yang akhirnya pada kongres umum. Dalam beberapa organisasi
internasional pada anggaran dasarnya menentukan wewenang mana dari kongres umum
yang tidak dapat didelegasikan pada executive board. Misalnya ketentuan dalam Pasal 5
Section 2(b) Anggaran Dasar IBRD, menentukan bahwa Board of Governors may
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

delegate to the executive Directors authority to exercise any powers of the Board, except
the power to: (I) Admit new members and determine the conditions of their admission.
(ii) Increase and decrease the capital stock
(m) Suspend a member
(iv) Decide appeals from interpretations of this Agreement giwn by the Executive Directors
(v) Make arrangements to cooperate with international organizations (other than informal
carangemenis or temporary and administrative character)
(vi) Decide to suspend permanently the operation of the Bank and distributeits assets
(vii) Determine the distribution of the net income of the Bank.
Kepentingan untuk mendelegasikan tugas tergantung pada jadwal pertemuan
kongres umum. Kebanyakan organisasi internasional mendelegasikan tugas-tugas yang
dianggap kurang penting (secondary functions) kepada board.
Jadwal pertemuan executive boards ini tergantung pada kepentingannya, pada
executive boards tertentu pertemuan cukup dua kali satu tahun, namun dalam hal
executive boards mempunyai tugas executive demikian pula tugas pemerintahan, maka
pertemuan akan lebih sering, bahkan ada yang permanen. Dalam hal ini maka tugasnya
yang lebih dekat ke Sekretaris Jenderal Organisasi Internasional.
Untuk boards yang mempunyai tugas masalah-masalah politik, pertemuannya
tergantung pada kepentingan.
Hubungan erat antara executive boards dan kongres umum, karena executive boards
harus mempersiapkan kebijaksanaan kongres umum.
Perwakilan negara anggota yang duduk dalam executive boards pada umumnya
terdiri dari wakil pemerintahan dan diusahakan dipilih sedemikian rupa supaya semua
grup kepentingan terwakili di boards.
Governing Board
Governing buard mempunyai tugas yang mandiri terlepas dari kongres umum. Tugas
yang diemban adalah tugas yang dipercayakan oleh organisasi kepadanya dan atas
nama organisasi secara keseluruhan.
Sebagai contoh The International Narcotics Control Board mempunyai tugas yang
independen dalam sistem PBB pada bidang narkotik. Ia mempunyai sekretariat sendiri
berbeda dengan sekretariat dari Devision of Narcotic Dntgs dari Sekretariat PBB.
Anggaran belanjanya merupakan unit yang terpisah dan laporan pemakaiannya terpisah.
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Dalam sistem PBB berdasarkan Pasal 24 Dewan Keamanan mempunyai tanggung


jawab atas perdamaian dan keamanan internasional. Ketika Dewan Keamanan
menjalankan tugasnya dalam bidang perdamaian dan keamanan internasional, Majelis
Umum tidak dapat memberi rekomendasinya (Pasal 12). Dewan Keamanan mempunyai
tugas untuk bertindak atas nama anggota (Pasal 24 Piagam PBB) dan anggota akan
menerima dan menjalankan keputusan Dewan Keamanan (Pasal 25 Piagam PBB).
Komposisi keanggotaan dari governing board terdiri dari anggota yang ditentukan
dalam anggaran dasarnya, sebagai contoh Dewan Keamanan PBB. Berdasarkan Pasal
23(1) Piagam PBB maka keanggotaan Dewan Keamanan terdiri dari lima belas negara,
lima di antaranya sebagai negara anggota tetap Dewan Keamanan. Kelima anggota tetap
tadi adalah Cina, Prancis, Uni Soviet, Inggris dan Amerika Serikat, dan sepuluh anggota
tidak tetap yang dipilih oleh Majelis Umum.
Komisi dan Komite
Dalam lingkup tertentu suatu organisasi internasional dapat membentuk alat
perlengkapan/organ nonplenary yang berbetuk komisi atau komite untuk menjalankan
tugas-tugas tertentu dari organisasi internasional. Dalam pembentukan komisi atau
komite akan dipertimbangkan adanya anggota yang' ahli dalam bidang yang sesuai
dengan tugas komisi/komite. Dalam pembagian tugas dalam komisi/komite akan dicoba
bahwa pembagian tugas sesuai dengan kebutuhan delegasi.
Komisi tugasnya lebih luas dan lebih penting dari komite. Komite biasanya terdiri dari
kelompok kerja (working party). Menurut Henry G Schermers59 ada lima tipe
komisi/komite, yaitu:
1. Komisi sesuai dengan Fungsinya (Functional Commission).
2. Komisi Konsultasi dari Kelompok Kepentingan (Consultative Commission of Interest-
Groups),
3. Komisi Penasihat Ad hoc (Ad hoc Advisory Commission),
4. Komite Prosedural (Procedural Committees),
5. Komisi Regional dan Kelompok Regional (Regional Commission and Interest-Group)
Komisi sesuai dengan Fungsinya
Komisi ini mempunyai kewenangan khusus dan nama sesuai dengan Sangsinya.
Sebagai contoh Komisi ECOSOC untuk Human Rights.
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Komisi Konsultasi dari Kelompok Kepentingan


Sebagai contoh Masyarakat Baja dan Batu Bara Eropa (The European Coal and
Steel Community) mempunyai Komite
"Henry G. Schermers, ibid, him 234 dan seterusnya
Konsultasi yang melekat pada Commission (sebagai lembaga tertinggi). Komite
Konsultasi ini terdiri dari tidak kurang enam puluh anggota dan tidak lebih dari delapan
puluh anggota yang terdiri dari produsen, pekerja, konsumen dan pedagang dengan
jumlah yang sama. Komisi berkonsultasi dengan Komite Konsultasi dalam segala
bidang, beberapa keputusan komisi hanya dapat diambil setelah berkonsultasi dengan
Komite Konsultasi Nasihat dari Komite Konsultasi tidak mengikat. Komisi dapat menolak
rekomendasi dari Komite Konsultasi tanpa memberikan alasan.

Komisi Penasihat Ad hoc


Kadang-kadang organisasi internasional mempersiapkan suatu pekerjaan yang
khusus sebelum membuat keputusan dengan komisi fungsional untuk suatu masalah.
Permasalahan khusus itu mungkin jarang terjadi sehingga tidak mungkin membentuk
komite khusus. Permasalahan tersebut dapat dimintakan nasihat pada komisi penasihat
yang dibentuk secara ad hoc. Bila permasalahan yang serupa sering timbul, maka
komisi ad hoc dapat dinaikkan menjadi komisi fungsional dengan tugas untuk masalah
tadi. Karena permintaan nasihat itu biasanya untuk masalah yang khusus dan teknis
sifatnya, maka keanggotaan dari komisi penasihat ini biasanya terdiri dari para ahli.

• Komite Prosedural
Contoh komite prosedural ini adalah komite kredensial, yang mempunyai tugas untuk
memeriksa kredensial dari para delegasi. Komite yang penting untuk masalah prosedural
adalah Komite Umum (General Committee) atau biro yang mempunyai tugas untuk
masalah-masalah prosedural untuk menyiapkan agenda dan proseding. Drafting
Committee sering dibentuk dalam sesi pertemuan yang tujuannya untuk merumuskan
hasil pertemuan.

Komisi Regional
Dalam organisasi internasional yang bersifat universal sering dibentuk Komisi
Regional (Regional Commission) yang mempunyai tugas untuk supervisi organisasi
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

dalam regional tertentu. Contohnya Komisi Regional dalam sistem PBB, di mana Komisi
Regional ini di bawah supervisi dari Dewan Ecosoc, misalnya Economic Commission for
European (ECE), untuk Amerika Latin (ECLA), untuk Afrika (ECA), untuk Asia Barat
(ECWA), untuk Asia Pasifik (ESCAP).

Presiden Organisasi
Beberapa organisasi internasional mempunyai Presiden Organisasi yang juga
menjadi ketua dari sekretariat. Sebagai contoh di Bank Dunia grup (Pasal 5 Section 5).
Pada Organisasi Penerbangan Sipil (ICAO) Pasal 51 Anggaran Dasar menentukan tugas
dari Presiden dan Council, mempunyai tugas yang luas (a) Convene meetings of the
Council, the Air Transport Committee, and the Air Navigation Commission, (b) Ser\>e as
representative of the Council; and; (c) Carry out on behalf of the Council the functions
which the Council assigns to him.

Sekretariat
Suatu organisasi internasional membutuhkan sekretariat untuk mengurus
kepentingan organisasi sehari-hari. Pengertian sekretariat sebagaimana yang kita kenal
sekarang, pada tahun 1905 ketika dibentuk The International Institute of Agriculture di
Roma.
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Pegawai dari institut ini mempunyai tugas untuk menservis organisasi dan tidak
diperbolehkan menerima instruksi dari negaranya, walaupun dalam pemilihan pegawai
mereka tetap meminta izin pada negaranya. Kebanyakan organisasi internasional
dalam memilih pegawai sekretariatnya masih meminta pendapat negaranya.
Nama "sekretariat" dan strukturnya seperti sekarang, pertama kali dalam sejarah
dimulai pada waktu didirikan Liga Bangsa- Bangsa. Nama sekretariat dipilih untuk
menunjukkan bahwa tugasnya adalah tugas administratif dan membantu aktivitas dari
alat perlengkapan utama/organ-organ utama.
Sekretariat merupakan alat perlengkapan/organ yang penting dari suatu organisasi
internasional.
Masa jabatan Sekretaris Jenderal sebagai kepala sekretariat tergantung pada ketentuan
dalam anggaran dasar organisasi atau kebiasaan yang terdapat dalam organisasi
internasional tersebut. Sebagai contoh PBB, Sekretaris Jenderal dipilih untuk masa lima
tahun (ketentuan masa jabatan Sekretaris Jenderal PBB ini tidak ditentukan dalam
Piagam PBB, tetapi pada tahun 1946 Majelis Umum mengeluarkan Resolusi yang isinya
bahwa jabatan Sekretaris Jenderal PBB untuk lima tahun). Pada the Organization of
Petroleum Exporting Countries (OPEC) Sekretaris Jenderal dipilih untuk masa jabatan
satu tahun di antara angota OPEC dengan bergantian secara alfabet. Pada Organisasi
Pangan Dunia (the Food and Agricultural Orgamzahon-¥AO) berdasarkan Pasal 7 (1)
Anggaran Dasar FAO dipilih untuk enam tahun. 60
w
Aslinya di FAO Anggaran Dasarnya menentukan bahwa Sekretaris Jenderal dipilih
untuk masa empat tahun, kemudian dapat diperpanjang sampai dua tahun. Dengan
Resolusi FAO 12/71, sejak tahun 1971 maka ditentukan secara pasti bahwa jabatan
tersebut dapat dipangku untuk enam tahun. Dengan Resolusi FAO 17/77 bahwa
pemilihan kembali dapat dimungkinkan (Henry G. Schermers. ibid. hlm 244).
Ketentuan Umum Bagi Organisasi Internasional [ Q ]

Fungsi Sekretaris Jenderal6''


a- Tugas administrasi
b- Mempersiapkan budget organisasi
c- Mengadakan informasi
d- Recording
e- Mengumpulkan laporan-laporan dari anggota
f Mengumpulkan informasi dari anggota
g- Mengadakan koordinasi
h- Mewakili organisasi
i- Membantu para anggota
j- Deposit perjanjian-perjanjian internasional
k- Melaksanakan tugas-tugas eksekutif.
1- Mempunyai hak inisiatif
m- Berperan sebagai mediator
n- Melaksanakan tugas yang diserahkan oleh alat perlengkapan/organ utama lainnya.

• Tugas Administrasi
Tugas sekretariat dari suatu organisasi internasional pada umumnya mempersiapkan
tugas-tugas yang bersifat administratif dan membantu tugas administrasi alat
perlengkapan/organ utama lainnya. Sebagai contoh Pasal 97 Piagam PBB
menentukan: .... he shall the chief administrative ojficer of the organization.

Mempersiapkan Anggaran Belanja/Budget Oiganisasi


Dalam mempersiapakan anggaran belanja organisasi internasional, Sekretaris
Jenderal perlu mengoleksi data-data dari unit-unit kerja
"Henry G. Schermers, ibid, hlm. 245-256.
yang berada dalam lingkup organisasi internasional. Jika rancangan anggaran belanja ini
telah disetujui, maka sekretariat juga harus mengawasi penggunaan anggaran tadi oleh
unit-unit kerja.

Mengadakan Informasi
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Informasi yang diberikan oleh sekretariat ini ada tiga tipe. 62 Pertama Informasi
tentang organisasi untuk masyarakat di luar organisasi
Kedua Informasi untuk masyarakat di luar organisasi
tentang aktivitas organisasi sehubungan dengan aktivitas yang dikerjakan
oleh kelompok masyarakat di luar organisasi tersebut. Ketiga Informasi yang
diperlukan untuk anggota-anggota
dari alat perlengkapan /organ-organ lain dalam organisasi. Sekretariat PBB
mempunyai Departemen Informasi (Department Information).

Recording
Sangat erat hubungannya dengan informasi adalah recording tentang pekerjaan
organisasi. Sekretariat biasanya membantu raporter dan biasanya malah menulis
sebagian besar dari laporan tersebut. Salah satu tugas penting dari sekretariat adalah
membuat laporan tahunan untuk pekerjaan organisasi. Laporan tentang apa yang terjadi
di organisasi selama masa satu tahun.

Mengumpulkan Laporan-laporan dari Anggota


Beberapa organisasi internasional mewajibkan kepada anggotanya melaporkan
tentang pelaksanaan dari kewajibannya sebagai anggota
"Henry G. Schermers, ibid, hlm. 247.
organisasi. Laporan anggota itu harus dipersiapkan sendiri oleh negara anggota, hanya
kadang-kadang sekretariat menyiapkan form yang harus diisi oleh negara anggota.
Mengumpulkan Informasi dari Anggota
Organisasi sering mengumpulkan informasi dari anggota tentang apa yang menjadi
bidang organisasi tersebut.
Koordinasi
Dalam suatu organisasi internasional yang mempunyai bidang yang luas, banyak
organ yang dibentuk dalam organisasi internasional tersebut untuk membicarakan
masalah-masalah yang menjadi bidang organisasi. Sekretariat harus mengoordinasikan
keija organ-organ tersebut. Misalnya dalam PBB ada sekitar dua ratus komisi yang
beroperasi di bawah PBB dan Sekretariat
Ketentuan Umum Bagi Organisasi Internasional [ Q ]

PBB mempunyai tugas untuk mengoordinasikannya.


t
• Mewakili Organisasi
Sering sekretariat bertindak atas nama organisasi. Dalam rangka untuk memenuhi
keperluan organisasi, misalnya untuk pembelian, penyewaan, meminjam atau membayar
untuk keperluan organisasi (dalam bidang hukum perdata), juga mewakili di sidang
pengadilan.
Dalam bidang hukum publik sekretariat juga mewakili organisasi, misalnya Sekretaris
Jenderal dapat mengajukan klaim kepada pemerintah negara anggota atas nama
organisasi internasional. Contoh lain misalnya perjanjian dengan negara anggota tentang
Markas Besar organisasi internasional, atau perjanjian tentang hak-hak istimewa dan
kekebalan organisasi internasional biasanya dilakukan oleh Sekretaris Jenderal atas
nama organisasi internasional.
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Sekretaris Jenderal juga mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan kredensial


atas nama organisasi. Di PBB, misalnya Sekretaris Jenderal mempunyai kewenangan
untuk mengeluarkan "laissez passeC yang mempunyai fungsi seperti paspor bagi anggota
staf Demikian pula suatu delegasi yang diakreditasi untuk organisasi internasional,
Sekretaris Jenderal biasanya menerima akreditasi dari negara anggota.
Membantu Para Anggota
Dalam suatu organisasi internasional yang mempunyai fungsi luas biasanya
sekretariat membantu negara anggota untuk bantuan- bantuan teknis. Sebagai contoh
Sekretanat PBB yang berpengalaman dalam mengadakan perundingan-perundingan
membantu negara anggotanya dalam menyiapkan suatu perundingan internasional.
Sebagai contoh pemberian bantuan pada waktu akan diadakan perundingan antara
Zimbabwe dan Namibia. Demikian pula misalnya pengiriman-pengiriman tenaga ahli PBB
kepada negara anggota PBB yang dikoordinasi oleh Sekretariat PBB.
Deposit Perjanjian Internasional
Banyak sekretariat dari suatu organisasi internasional menjadi tempat untuk deposit
perjanjian internasional.
Fungsi sebagai tempat deposit meliputi juga untuk menyimpan dokumen autentik
perjanjian internasional tersebut. Organisasi internasional juga meregistrasikan perjanjian
internasional yang dibuat oleh anggotanya. Piagam PBB dalam Pasal 102(1) bahwa
perjanjian internasional yang dibuat oleh anggotanya segera harus didaftarkan pada
Sekretariat PBB dan sekretariat akan mengumumkan. Pengumuman perjanjian
internasional yang didaftarkan di Sekretariat PBB dilakukan di United Nations Treaty
Series (UNTS).
Ketentuan Umum Bagi Organisasi Internasional [ Q ]

Fungsi Eksekutif
Dalam beberapa organisasi internasional Sekretaris Jenderal mempunyai fungsi
eksekutif. Besarnya kekuasaan dalam bidang eksekutif untuk Sekretaris Jenderal ini
ditentukan dalam anggaran dasar organisasi atau dalam kebiasaan yang telah dianut
dalam organisasi.

Hak Inisiatif
Dalam kebanyakan organisasi internasional, anggota sekretariat dapat mendorong
kepada negara anggota akan adanya masalah penting yang perlu dikerjakan. Dalam hal
ini Sekretaris Jenderal juga dapat meminta pada alat perlengkapan/organ utama untuk
meminta perhatian adanya masalah yang menjadi bidang alat perlengkapan/organ utama
untuk dibicarakan. Pada beberapa organisasi internasional Sekretaris Jenderal
mempunyai wewenang untuk membuat suatu usul. Misalnya ketentuan dalam Pasal 99
Piagam PBB yang menentukan: Sekretaris Jenderal mempunyai kewenang- an untuk
meminta perhatian pada Dewan Keamanan akan adanya keadaan yang membahayakan
bagi perdamaian dan keamanan internasional. Kewenangan ini telah dipergunakan oleh
Sekjen PBB misalnya pada peristiwa Korea (tahun 1950), peristiwa di Kongo (tahun
1960), peristiwa di Cyprus (tahun 1974) dan peristiwa di Iran (tahun 1979). Dalam
beberapa Resolusi Majelis Umum diputuskan berdasarkan inisiatif Sekjen PBB. Sebagai
contoh Resolusi Majelis Umum No. 2603(XXTV). Resolusi ini sehubungan dengan
interpretasi Protokol Jenewa tahun 1925 yang meminta pada Pemerintah Amerika Serikat
dan Uni Soviet untuk menyetujui suatu moratorium untuk
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

kepentingan tes dan pengembangan sistem persenjataan (Resolusi Majelis Umum No.
2602 A(XXTV) dan Resolusi Majelis Umum No. 2602 E (XXIV) tentang deklarasi tahun
1970-an sebagai dekade perlucutan senjata (disarment).

• Mediasi
Karena Sekretaris Jenderal mempunyai sifat sebagai pihak yang bebas tidak terikat
pada suatu pemerintahan, maka Sekretaris Jenderal dapat menjalankan tugas sebagai
mediator dan konsiliator.
Dalam beberapa hal sekretariat juga mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan
masalah antara anggota di luar alat perlengkapan/ organ utama. Sebagai contoh
Sekretaris Jenderal PBB karena mempunyai fungsi yang unik sering diminta untuk
menyelesaikan sengketa sebagai konsiliator. Sebagai contoh ketika timbul sengketa
antara Kamboja dan Thailand, kedua negara meminta Sekjen PBB untuk menyelesaikan
masalahnya. Contoh lain ketika ada sengketa antara Bahrain dan Iran tahun 1970,
Sekjen PBB telah bertindak sebagai mediator.

• Melaksanakan Tugas yang Diberikan oleh Alat Perlengkapan/


Organ Utama Lainnya
Ada kemungkinan tugas-tugas khusus diserahkan pada sekretariat dari alat
perlengkapan/organ utama lainnya. Sekretariat sering ditugaskan untuk membuat
laporan tentang informasi yang dibutuhkan untuk suatu masalah tertentu. Sebagai
contoh Sekretariat PBB diserahi tugas untuk mengadakan registrasi benda-benda
angkasa yang diluncurkan ke angkasa. Pada tahun 1975 Sekretariat PBB telah
mencatat lebih kurang ada 250.
Ketentuan Umum Bagi Organisasi Internasional [ Q ]

Kedudukan dari Sekretariat


Kedudukan sekretariat ditempatkan di kota salah satu negara. Kota tempat sekretariat
suatu organisasi internasional disebut tempat kedudukan organisasi internasional tersebut.
Karena organisasi internasional tidak mempunyai wilayah, maka organisasi internasional
harus menetapkan tempat kedudukan organisasi internasional di suatu wilayah negara.
Pada umumnya suatu negara akan menerima kedudukan organisasi internasional di
wilayahnya. Dengan menerima kedudukan organisasi internasional di wilayahnya maka
negara tersebut akan mudah menjalin hubungan dengan organisasi tersebut. Markas besar
organisasi internasional itu merupakan pusat aktivitas organisasi, sehingga akan dapat
menaikkan prestise dan ekonomi negara bersangkutan, karena aktivitas di markas besar itu
dapat menarik tenaga keija setempat, membantu pertumbuhan hotel-hotel untuk
kepentingan anggota delegasi dan sebagainya.
Ada kemungkinan markas besar organisasi itu terletak di perbatasan dua negara.
Sebagai contoh The European Organization for Nuclear Research (CERN), pada mulanya
markas besarnya berkedudukan di Swiss berbatasan dengan Perancis, kemudian markas
besar tersebut diperluas di wilayah Perancis, oleh karenanya dibuat perjanjian khusus
(special arrangements) dengan kedua negara tersebut. Hukum nasional masing-masing
negara (Perancis dan Swiss) diterapkan di masing-masing bagian kedudukan markas besar
CERN.
Kadang-kadang untuk mengurangi rasa tidak enak (cemburu) di antara para
anggotanya, maka markas besar suatu organisasi internasional akan ditempatkan di negara
yang bukan anggota.
Dalam memilih tempat markas besar suatu organisasi
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

internasional, maka menurut Schermers63 ada beberapa pertimbangan yang harus


diperhatikan:
1) Negara tuan rumah (host state) harus bersedia untuk menjamin semua hak-hak
istimewa dan kekebalan yang diperlukan organisasi internasional. Misalnya
negara tuan rumah harus memungkinkan adanya wartawan yang akan
menghadiri sidang-sidang organisasi.
2) Anggota delegasi dan wartawan hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik untuk organisasi, bila ada sistem komunikasi yang efisien dan mempunyai
jaringan di seluruh dunia di negara tuan rumah.
3) Di luar, staf sekretariat akan mempergunakan bahasa tuan rumah, anak-anak
mereka akan bersekolah di negara tuan rumah dan untuk tenaga keija dalam
tingkat yang rendah diisi oleh tenaga lokal.
4) Adanya gedung yang diperlukan, tidak hanya untuk sekretariat, tetapi juga
akomodasi untuk staf hotel-hotel untuk delegasi bila akan menghadiri sidang
organisasi.
5) Iklim/udara harus sesuai dengan anggota delegasi dan pejabat negara anggota.
6) Kota tempat kedudukan markas besar memungkinkan agar para anggota
delegasi dapat rekreasi. Keindahan alam dan kebudayaan setempat dapat
dipakai sebagai salah satu daya tarik
7) Biaya hidup yang rendah akan lebih diperhatikan, karena suatu organisasi
internasional membutuhkan biaya yang tinggi untuk sewa gedung dan gaji
pegawai.

"Henry G. Schermers, ibid. hlm. 261-262.


8) Karena aktivitas suatu organisasi internasional membutuhkan uang (currency) negara
tuan rumah, maka uang negara tuan rumah harus mudah didapat.
9) Penduduk setempat harus dapat menerima penempatan sekretariat organisasi
internasioanl.
Pegawai organisasi internasional merupakan bagian penting bagi suatu organisasi
internasional. Pegawai organisasi internasional dipilih oleh atau atas kuasa Sekretaris
Jenderal. Sekretaris Jenderal sendiri atau Direktur Jenderal biasanya dipilih oleh kongres
umum (misalnya Pasal 7 Anggaran Dasar FAO, Pasal 21 Anggaran Dasar WMO) atau
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

oleh board (misalnya Pasal 8 Anggaran Dasar ILO, Pasal 12 Section 4 Anggaran Dasar
IMF) atau oleh kongres bersama-sama dengan board (misalnya Pasal 97 Piagam PBB,
Pasal 6 Anggaran Dasar UNESCO).
Rekrutmen tenaga lainnya dari suatu organisasi internasional dapat dilakukan
langsung. Persyaratan adanya kesepakatan dari pegawai nasional tidak diperlukan. Yang
penting adalah persyaratan keahlian yang diperlukan oleh organisasi internasional
tersebut. Kadang-kadang di samping syarat keahlian sering juga kewarga- negaraan
pegawai internasional itu diperlukan.
Yang penting pegawai dari suatu sekretariat organisasi internasional selain kualifikasi
keahliannya juga diperlukan adanya perilaku yang sesuai bahwa dia adalah pegawai
internasional. Mengenai pegawai internasional ini Mahkamah Internasional (ICJ) dalam
nasihat hukumnya (advisory opinion) pada tanggal 11 April 1949 64 memberikan definisi
tentang pegawai internasional; Pegawai internasional adalah siapa yang digaji atau tidak,

Boer Mauna, Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era
M

Dinamika Global (Bandung: Penerbit Alumni, 2000), hlm. 450.


] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

bekerja secara tetap atau tidak yang ditugaskan oleh suatu organ organisasi internasional
untuk melaksanakan atau membantu melaksanakan salah satu fungsi organisasi tersebut.
Pendek kata siapa saja yang melakukan kegiatan untuk organisasi internasional.
Pegawai organisasi internasional mempunyai kebebasan yang biasanya
ditentukan dalam anggaran dasarnya bahwa negara-negara anggota harus
menghormati sifat dari pegawai internasional dan dilarang mempengaruhi mereka
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Sebagai contoh, lihat Pasal 100 Piagam PBB,
Pasal 8 Ayat 2 Konstitusi FAO, Pasal 12 Section 4(c) Articles of Agreement IMF,
Kebanyakan organisasi internasional mempunyai penerjemah, bagian personalia,
pegawai yang bertanggung jawab untuk mengadakan konferensi dan bagian-bagian
lain sesuai dengan tujuan organisasi. Yang penting bahwa antara pegawai yang
berasal dari berbagai kebangsaan yang bekerja dalam organisasi internasional itu
dapat bekerja dengan harmonis. Untuk itu suatu organisasi internasional mempunyai
peraturan kepegawaian.
Gaji pegawai internasional pada suatu organisasi internasional biasanya
didasarkan pada norma internasional. PBB mempunyai aturan yang disebut
"Noblemaire principle" yang berarti bahwa aturan gaji ditetapkan dengan
membandingkan gaji dari pegawai nasional yang tertinggi. Sejauh ini PBB memakai
model dari Federal Civil Sen'ice dari Amerika Serikat.65
Semua pegawai internasional sesuai dengan tingkat jabatannya memperoleh hak-
hak istimewa dan kekebalan diplomatik di wilayah negara anggota. Hal ini ditentukan
dalam anggaran dasar

"Henry G. Schermers. op.cit., hlm 279.


organisasi internasional, misalnya Pasal 105 Piagam PBB, Pasal 67 Konstitusi WHO,
Pasal 12 Konstitusi UNESCO. Untuk masalah hak-hak istimewa dan kekebalan ini diatur
juga dalam Konvensi Hak-Hak Istimewa dan Kekebalan PBB (Convention on the
Privileges and Immunities of the United Nations, UNTS No. 1 hlm. 15) 13 Februari 1946
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

dan Konvensi Hak-Hak Istimewa dan Kekebalan Badan-Badan Khusus (Convention on


the Privileges and Immunities of the Specialized Agencies, UNTS No. 33, hlm. 261), 21
November 1946.
Dalam melaksanakan tugasnya pegawai internasional biasanya didasarkan pada
kontrak antara individu yang bersangkutan dengan organisasi internasional tersebut dan
biasanya dalam organisasi internasional dibuat peraturan tentang kepegawaian dalam
organisasi internasional tersebut (staff régulations). Seorang yang telah diangkat sebagai
pegawai organisasi internasional harus mematuhi peraturan kepegawaian ini. Jadi
seorang pegawai internasional akan mempunyai surat pengangkatan, membuat kontrak
dengan organisasi (labour contract). Juga tunduk pada prinsip-prinsip umum hukum
untuk pegawai internasional.
Dalam hal sengketa tentang masalah kepegawaian internasional biasanya organisasi
internasional mempunyai cara untuk menyelesaikannya. Misalnya PBB mempunyai apa
yang disebut dengan Stoff Association of the United Nations yang akan diajak bicara
tentang kebijakan administrasi PBB. Di samping itu ada lembaga seperti di PBB yaitu
Joint Appeals Board, pada Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) mempunyai Advisory Board. Lembaga-lembaga tadi mempunyai tugas
memberikan nasihat, tetapi keputusan terakhir ada pada Sekretaris Jenderal.
Liga Bangsa-Bangsa (LBB) telah menciptakan alat perlengkapan yuridis yang
mempunyai tugas untuk menyelesaikan sengketa antara staf organisasi dengan
organisasi, yaitu mendirikan administrative tribunal. PBB juga mempunyai administrative
tribunal, kemudian Masyarakat Eropa mempunyai Court of Justice of the European
Communities.
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Alat Perlengkapan/

Organ Yuridis (Juridical Organs)

Alat perlengkapan/organ yuridis dibentuk berdasarkan keperluan untuk


menyelesaikan sengketa antara negara anggota. Sengketa tersebut dapat dibedakan
antara: 1) Sengketa sehubungan dengan fungsi dari organisasi atau peran suatu negara
anggota sebagai elemen yang penting dalam organisasi. 2) Sengketa yang tidak
langsung berhubungan dengan tugas dari organisasi. Walaupun untuk sengketa kedua ini
tidak secara langsung berhubungan dengan fungsi organisasi internasional. Sedangkan
sengketa jenis pertama langsung berhubungan dengan organisasi internasional dan
keputusan tentang sengketa tersebut sangat penting bagi pertumbuhan hukum organisasi
internasional. Dalam bidang hukum organisasi internasional keputusan organ yuridis ini
mempunyai tugas; a) Sebagai pengawas dari sahnya keputusan. b) Sebagai pengawas
untuk kewenangan administratif anggota staf organisasi internasional, c) Penafsiran dari
peraturan-peraturan organisasi internasional untuk mencapai adanya kesamaan
penerapan peraturan tersebut dalam pengadilan nasional negara anggota, d)
Menentukan hukum perdata (private law) di mana tidak ada satu pun hukum nasional
yang dapat diterapkan.
Sebagai Pengawas dari Sahnya Keputusan
Pengawasan terhadap sahnya keputusan suatu organisasi internasional adalah
penting, mengingat pengawasan ini untuk mengetahui apakah persyaratan yang telah
ditentukan telah berfungsi. Kewenangan dari suatu organisasi internasional telah
ditentukan dalam anggaran dasarnya. Keputusan dibuat untuk masalah-masalah tertentu
yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Negara anggota suatu organisasi
internasional berkehendak menyerahkan sebagian kewenangannya pada organisasi
internasional dengan jaminan bahwa kewenangan tersebut tidak akan dilanggar.
Pengawasan secara yuridis dapat melindunginya.
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Kepentingan adanya pengawasan yuridis dirasakan perlu jika organisasi internasional


itu dapat memberi keputusan yang mengikat dengan suara terbanyak (mayority vote).
Kebanyakan organisasi internasional mengambil keputusan dengan suara terbanyak
dalam kaitan dengan masalah anggaran belanja yang harus dibayar oleh negara anggota.

Pengawasan terhadap Kewenangan Administratif Staf Organisasi

Beberapa keputusan hukum dimungkinkan apabila ada sengketa antara organisasi


dengan staf yang bekeija pada organisasi tersebut. Dalam praktiknya sengketa antara
staf dan organisasi yang sampai diputus dengan keputusan hukum sangat sedikit.
Beberapa organisasi internasional tidak merasa perlu untuk mempunyai sendiri
pengadilan administrasi untuk stafnya. Banyak organisasi internasional yang memakai
pengadilan administrasi dari organisasi internasional yang lain. Hal ini dimungkinkan
karena hubungan antara organisasi internasional dan stafnya hampir sama.

Penerapan dari Penafsiran Peraturan-Peraturan Organisasi Internasional itu untuk


Persamaan Penerapan dalam Hukum Nasional Masing-Masing Negara Anggota
Peraturan organisasi internasional perlu diterapkan dalam sistem hukum nasional
dari negara anggota. Biasanya peraturan tersebut dirumuskan dalam konvensi dan
memerlukan ratifikasi yang terpisah dari negara anggotanya; dalam beberapa hal meliputi
juga peraturan yang mengikat dari organisasi internasional.
Tujuan dari peraturan tersebut adalah perlu ada ketentuan yang sama untuk
mencapai tujuan organisasi. Dalam usaha untuk menetapkan adanya uniform untuk
peraturan hukum, peraturan tertulis saja belum cukup. Perlu adanya persamaan
penafsiran dari negara anggota. Untuk uniform penafsiran suatu Mahkamah Internasional
dibutuhkan.
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Penerapan Hukum Perdata

Suatu organisasi internasional perlu membeli barang-barang yang diperlukan untuk


keperluan kantornya, menyewa ruangan untuk kantor ataupun untuk mengadakan
konferensi, membeli dan menjual buku atau dokumen. Aktivitas tersebut dapat menim-
bulkan sengketa hukum. Permasalahan yang timbul dalam hal ini adalah hukum apa yang
dipakai jika timbul sengketa? Dalam hal ini maka akan diterapkan hukum perdata
internasional. Secara umum biasanya akan berlaku hukum yang ditentukan dalam
kontrak atau hukum di mana barang tak bergerak itu berada.
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Sehingga akan timbul masalah yurisdiksi. Organisasi internasional dapat berperkara di


depan pengadilan nasional dengan melepaskan kekebalannya. Jika organisasi
internasional tidak menghendaki untuk berperkara di depan pengadilan nasional maka
dalam kontrak akan dimasukkan klausul arbitrasi, biasanya untuk masalah-masalah yang
penting. Dalam hal organisasi internasional dapat menyebabkan kerugian pada warga
negara (private citizens), maka akan ada tuntutan pelanggaran hukum (tori) pada
pengadilan setempat. Biasanya organisasi internasional menolak untuk menerima
keputusan pengadilan lokal dengan dalih mempunyai kekebalan. Dalam hal ini maka
usaha pihak pribadi yang dirugikan dapat meminta bantuan negaranya untuk bertindak
sesuai dengan hukum. Biasanya organisasi internasional akan mengganti rugi atas
kerugian yang menjadi tanggung jawabnya.

Alat Perlengkapan Utama/Organ Yuridis yang Ada Dalam Lingkup PBB


Mahkamah Internasional (International Court of Justice-ICJ)
LBB mendirikan Permanet Court of International Justice- PCIJ) tahun 1921
berkedudukan di Den Haag, kemudian waktu LBB bubar dan didirikan PBB maka PCIJ
dijadikan ICJ yang merupakan alat perlengkapan utama/organ utama PBB (Pasal 7
Piagam PBB). Tidak banyak perubahan kecuali nama dan statuta sebagai anggaran
dasar ICJ yang merupakan statuta PCIJ (Pasal 92 Piagam PBB).
Kewenangan Mahkamah ini sangat terbatas. Ketika LBB didirikan, perkembangan
organisasi internasional belum maju. Masalah kewenangan administrasi terhadap
organisasi internasional terhadap stafnya atau masalah sengketa perdata tidak dipikirkan
dapat diselesaikan dalam pengadilan publik, demikian juga tidak dipikirkan adanya
pengawasan terhadap keabsahan tindakan organisasi internasional atau keseragaman
penafsiran dalam lingkup hukum nasional. Pada saat itu organisasi internasional
merupakan kumpulan dari negara-negara berdaulat, sehingga penyelesaian sengketa
pun didasarkan pada sengketa antara negara. Keadaan ini diteruskan dalam masa ICJ,
yang pada prinsipnya merupakan pengadilan untuk menyelesaikan sengketa hukum
antara negara, baik negara anggota PBB ataupun nonanggota PBB (Pasal 93 Piagam
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

PBB). Namun sengketa antara negara itu tidak otomatis dapat diajukaadjerperkara di
ICJ, karena untuk berperkara di ICJ hanya bila negara telah menerima kewenangan
memaksa ICJ (Pasal 36(2) Statuta ICJ).66
Komite Hak-Hak Asasi Manusia
Komite Hak-Hak Asasi Manusia ini dibentuk berdasarkan Konvensi Internasional
tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Politica/ Rights)
Pasal 28 Covenant. Komite Hak-Hak Asasi Manusia berdasarkan Pasal 40 Covenant
menerima laporan dari negara peserta konvensi tentang pelaksanaan konvensi di
negaranya. Di samping itu berdasarkan Pasal 41 Covenant maka Komite juga berhak
menerima dan mempertimbangkan komunikasi antarnegara, pihak-pihak yang
mengajukan pengaduan bahwa pihak lain atau negara lain tidak melaksanakan
kewajiban yang ditentukan dalam konvensi, di mana negara yang bersangkutan telah
menerima
"Untuk pembahasan lebih rinci dapat dilihat dalam pembahasan alat perlengkapan
utama'organ utama PBB
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

kewenangan dan Komite Hak-Hak Asasi Manusia (Pasal 41 Covenant).


Individu juga dapat mengajukan komunikasi secara tertulis dengan Komite Hak-
Hak Asasi Manusia bila ada pelanggaran atas hak-haknya yang dijamin dalam
konvensi, tetapi hanya jika negaranya adalah peserta protokol tambahan konvensi
(optional protocol to the covenant)61

Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court-ICC)


PBB sejak tahun 1950 telah memikirkan untuk membentuk Mahkamah Pidana
Internasional dengan membentuk Committee on International Criminal Jurisdiction
dengan tugas untuk membentuk anggaran dasar Mahkamah Pidana Internasional.
Komite ini berhasil menyelesaikan tugasnya tahun 1951, namun agaknya tidak mendapat
tanggapan anggota PBB. Baru kemudian pada tahun 1992 Majelis Umum dengan
Resolusi No. 47(XXXIII) meminta agar International Law Commission (ILC) untuk
membuat draf Statuta ICC. Tahun 1994 dapat menyelesaikan tugasnya. Majelis Umum
PBB selanjutnya membentuk Komite AdHoc. Tahun 1995 Komite Ad Hoc ini diganti
dengan Komite Persiapan untuk Pembentukan Mahkamah Kriminal (Ad Hoc Committee
on the Estahlishment o/ International Criminal Court), komite ini bertugas untuk
mengadakan konferensi diplomatik dalam rangka untuk membicarakan pembentukan
Mahkamah Pidana Internasional. Akhirnya konferensi diadakan di Roma (Italia) pada
tanggal 15-17 Juli 1998. Pada tanggal 17 Juli 1998 konferensi berhasil untuk
mengesahkan Statuta
"Optional Protocol to The International Covenant on Civil and Political Rights, GA
Resolution 2200(XXI), Pasal 1.
Alat Perlengkapan/Organ Yuridis j 2 7

Mahkamah Pidana Internasional (Statute of International Cri- rninal Court). Mahkamah


Peradilan Internasional ini mempunyai kewenangan untuk mengadili individu (Pasal 1 jo
Pasal 25(1) Statuta ICC).
Adapun kejahatan yang merupakan kewenangan dari ICC menurut Pasal 5 Statuta
adalah: (1) Kejahatan genoside (crime of genocide), (2) Kejahatan terhadap
kemanusiaan (crime against humanity), (3) Kejahatan perang (war crimes), (4) Agresi
(crime of aggression). ICC berkedudukan di Den Haag (Belanda), namun sidang-
sidangnya dapat diadakan di negara lain sesuai dengan kebutuhan. Alat perlengkapan
utama/organ yang ada dalam ICC menurut Pasal 34 Statuta ICC adalah:
1) Presiden yang dibantu oleh dua wakil ketua;
2) Lembaga Pengadilan yang terdiri dari:
a) Forum Praperadilan (Pre-Trial Devision)
b) Peradilan Tingkat Pertama (Trial Devision)
c) Peradilan Tingkat Banding (Appeals Devision)
3) Penuntut Umum (Prosecutor) dan
4) Panitia Pendaftar (Registry).
Hakim dari ICC terdiri dari 18 hakim (Pasal 36(1) Statuta dan dapat ditambah sesuai
dengan kebutuhan (Pasal 36(2) Statuta.

Mahkamah Kriminal Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY)


Dewan Keamanan dengan Resolusinya No. 827 tahun 1993 pada tanggal 25 Mei
1993 yang kemudian diubah (amendment) tanggal 13 Mei 1998 telah membentuk ICTY.
Dewan Keamanan melaksanakan kewenangannya dalam pembentukan ICTY ini
berdasarkan Bab 7 Piagam PBB (Tindakan yang Berkaitan dengan Ancaman Terhadap
Pelanggaran Perdamaian dan Tindakan
] O 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Agresi). ICTY dibentuk untuk dapat menuntut orang yang bertanggung jawab terhadap
tindakan yang melanggar hukum internasional humaniter dalam kaitannya dengan
wilayah bekas Yugoslavia sejak 1991 (Pasal 1 Statuta ICTY). Berdasarkan Pasal 31
Statuta ICTY, ICTY berkedudukan di Den Haag. Tindakan yang dianggap melanggar
hukum internasional humaniter adalah: 1) Great breaches of the Geneva Convention of
1949 (Pasal 2 Statuta ICTY). 2) Violations of the laws or customs of war (Pasal 3 Statuta
ICTY). 3) Genocide (Pasal 4 Statuta ICTY), 4. Crimes against humanity (Pasal 5 Statuta
ICTY).
Yang dapat dituntut di ICTY adalah individu yang telah melakukan tindakan yang
ditentukan dalam Pasal 2-5 Statuta ICTY. Tindakan-tindakan tadi dapat
dipertanggungjawabkan secara individu (Pasal 7[1] Statuta ICTY. Berdasarkan Pasal 7[2]
Statuta bila tindakan yang berdasarkan Pasal 2-5 Statuta ICTY dilakukan oleh pejabat
negara atau pejabat pemerintah tidak akan membebaskan dari tuntutan pengadilan. Jika
tindakan dalam Pasal 2-5 Statuta ICTY ini dilakukan oleh pejabat bawahan, maka pejabat
atasan tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kriminal bila ia mengetahui bahwa
tindakan tadi telah dilakukan dan atasan gagal mengambil tindakan yang diperlukan dan
beralasan untuk mencegah dan menghukumnya (Pasal 7[3] Statuta ICTY). Kenyataannya
bila orang yang dituduh melakukan tindakan itu dilakukan atas perintah pemerintahnya
atau penguasa, tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk melepaskan tanggung jawab
krimhal, tetapi mungkin dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam keputusan ICTY
berdasarkan rasa keadilan (Pasal 7[4] Statua ICTY). Wilayah kewenangan ICTY adalah
bekas wilayah Yugoslavia dan
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

ICTY mempunyai kewenangan atas tindakan yang dilakukan sejak 1 Januari 1991 (Pasal
8 Statuta ICY).
Alat perlengkapan/organ ICTY berdasarkan Pasal 11 Statuta ICTY adalah: 1)
Chambers, untuk mengadili dan untuk tingkat banding. 2) Penuntut Umum. 3) Panitera.
ICTY berkedudukan di Den Haag (Belanda) berdasarkan Pasal 31 Statuta ICTY.

Mahkamah Kriminal Internasional untuk Rwanda (ICTR)


ICTR dibentuk dengan Resolusi Dewan Keamanan No. 955 tanggal 8 November
1994. ICTR berkedudukan di Arusha, Tanzania. Pasal 1 Statuta ICTR menentukan
bahwa ICTR berwenang untuk mengadili orang-orang yang dianggap bertanggung jawab
atas tindakan: a) Genocide (Pasal 2 Statuta), b) Crimes against humanity (Pasal 3
Statuta), c. Violaiions of Article 3 Common of the Geneva Conventions (1949) and
Additional Protocol II.
Yang dapat dituntut di depan ICTR adalah individu yang melakukan tindakan-
tindakan yang telah disebutkan di atas (Pasal 6 Statuta ICTR).Wilayah kewenngan ICTR
adalah wilayah Rwanda termasuk wilayah bawah tanah dan wilayah udara di atasnya,
demikian pula wilayah negara tetangganya dalam kaitannya dengan pelanggaran
terhadap hukum humaniter internasional. Masa kewenangan ICTR mulai tanggal 1
Januari 1994 sampai 31 Desember 1994 (Pasal 7 Statuta ICTR).
Alat perlengkapan/organ ICTR adalah: 1) Chambers; 2) Penuntut Umum; 3) Panitera
(Pasal 10 Statuta ICTR).
Alat Perlengkapan Utama/Organ Yuridis Regional
«..ririis regional mempunyai ke- Perlengkapan
utama/organyundisJi ^ bersifat
lebihan jika dibandingkan dengani o> g ^^ ^ dengan
universal. Pengadilan regional ini F ^^ dan dapat
hukum yang berlaku di kawasan re ^^^
menghindari keikutsertaan negara ai m<u e
campur. Sebagai contoh pengadilan regio
(The Court of Justice of the Mahkamah dari
Masyarakat Eropa v r
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

European Communities)
merupakan Mahkamah dari Mahkamah
Masyarakat ts P ^^ Community-
Masyarakat Ekonomi Eropa (W p ^ (European Coal
EEC), Masyarakat Baja dan B a m a r ^ ^ ^ ^
and Steel Community-ECS^wWUWiy.EURArOM). (European Atomic Energy ^ ditetapkan
dalam anggaran Kewenangan Mahkamah Eropa^ ^^ (EEC-Pasal 164; dasar dari
masing-masing Masyara ^ Dibandingkan
ECSC-Pasal 31 dan E^T^fJpengadtlan lainnya maka dengan alat perlengkapan
utama/o B kevvenangan

Mahkamah Masyarakat Eropa mii Internasi0nal lainnya, yang lebih dari Mahkamah
Penga t y. s£ngketa antara
Mahkamah Masyarakat Eropa dap« (EURAr0M-Pasal 142) negara anggota (EEC-
170); (ECS dari Masyarakat

atau antara suatu anggota dan a a P^^ dan tindakan masya- Eropa yang dapat
menentukan ea sa L ^ atas penerapan
rakat. Mahkamah juga melakuk*n sistem hukum nasional hukum Masyarakat Eropa di
am' ^ administrasi bagi negara anggota dan juga sebagai p
anggota staf Masyarakat Eropa. Mahkamah juga dapat menyelesaikan perkara
sehubungan dengan kontrak yang didasarkan pada klausul arbitrasi yang terdapat dalam
kontrak tersebut. Di samping itu Mahkamah juga mempunyai wewenang untuk
memutuskan perkara sehubungan pertanggungjawaban nonkon- traktual (non contractual
liability) (EEC-Pasal 178, EURATOM- Pasal 151). Dalam pengadilan banding Mahkamah
dapat mendengarkan sehubungan dengan lisensi yang dimungkinkan olah perjanjian
EURATOM. Mahkamah juga mempunyai kewe- nangan untuk memberikan nasihat
(advisory). Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Perjanjian EEC (EEC Treaty).
Mahkamah juga dapat membuat peraturan yang mengatur masalah sanksi (EEC-172).
Sebagai contoh peraturan tentang antitrust (Regulation 17) dan peraturan transport
(Regulation 11).68 Anggota Mahkamah terdiri dari 9 hakim yang dipilih oleh para negara
Alat Perlengkapan/Organ Yuridis J 3 \

anggota (EEC-Pasal 164; ECSC-Pasal 31 dan EURATOM-136). Pada saat praktik


masing-masing anggota mempunyai hakim dari warga negaranya. Yang dapat dipilih
sebagai hakim adalah orang yang independen, dapat dipercaya dan memenuhi syarat
yang diperlukan untuk menjabat jabatan hukum tertinggi di negaranya atau ahli hukum
yang kepandaiannya diakui secara universal. Hakim diakui mempunyai kebebasan dan
tidak memihak. Hakim mempunyai kekebalan dan hak-hak istimewa selama menjalankan
tugasnya. Juga mempunyai kekebalan dan hak-hak istimewa sehubungan dengan pajak,
nilai tukar dan peraturan tukar uang asing. Mereka tidak boleh menjabat jabatan
administrasi ataupun jabatan politik atau jabatan lain

^ H e n r y G . S c h e r m e r s , op.cit., h i m . 3 3 2 .
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

yang dibayar maupun tidak dibayar. Pengecualian hanya mungkin bila diizinkan oleh
Council (Protokol Statuta Mahkamah/ Protocol on the Statuta of the Court) Pasal 4.69
Dalam kaitan dengan perlindungan tentang hak-hak asasi manusia di Eropa telah
dibuat The European Convention for the Protection of Human Rights and Fundamental
Freedoms. Dalam kaitannya dengan perlindungan tentang hak-hak asasi manusia di
Eropa telah dibentuk Komisi Hak-Hak Asasi Manusia (Commission) dan Pengadilan
(Court) untuk hak-hak asasi manusia. Baik Komisi Hak-Hak Asasi Manusia maupun
Pengadilan Hak-Hak Asasi Manusia Eropa, kedua-duanya mempunyai tugas untuk
mengawasi jalannya Konvensi Hak-Hak Asasi Manusia Eropa. Jika terjadi pelanggaran
konvensi oleh suatu negara peserta, maka negara peserta lainnya dapat mengajukan
tuntutannya ke Komisi jika negara yang bersangkutan menerima klausul tambahan
(optional c/ause), juga individu dapat mengajukan permasalahannya. Komisi akan
menerima klaim yang diajukan, jika Komisi telah menerima klaim tersebut dan mencoba
menyelesaikan dengan damai (friendly settlement) (Pasal 28 Konvensi). Namun bila
Komisi tidak dapat memberikan penyelesaian, maka Komisi membuat laporan tentang
kasus tersebut (Pasal 31 Konvensi). Kemudian akan mengajukan ke Pengadilan Hak-
Hak Asasi Manusia Eropa bila Komisi atau negara yang bersangkutan menerima bahwa
kasus tersebut lebih baik diselesaikan di depan Pengadilan, bila negara di mana tuntutan
itu diajukan telah menerima yurisdiksi Pengadilan Eropa mengenai

"D. Lasok; J.W. Bridge, Introduction to the Law and Institutions of the European
Communities, 2"1 edition (London Butterworth & Co. 1976), hlm. 157-158.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

Hak-Hak Asasi Manusia (Pasal 48 Konvensi). Keputusan pengadilan Eropa untuk Hak-
Hak Asasi Manusia merupakän keputusan akhir (final) dan negara yang bersangkutan
harus melaksanakan keputusan tersebut (Pasal 52, 53 Konvensi). Komite Menteri dari
Dewan Eropa (the Committee of Ministers of the Council of Europe) memutuskan kasus
yang tidak dibawa ke Pengadilan (Pasal 32 Konvensi). Tahun 1960 Majelis Konsultasi
Dewan Eropa mengusulkan Pengadilan Hak-Hak Asasi Eropa mempunyai kewenangan
untuk memberikan nasihat hukum (advisory opinioh) dengan Rekomendasi 232 (1960).
Usul ini akhirnya dimasukkan dalam Protokol 2 dari Konvensi (Second Protocol to the
Convention) dengan kewenangan yang sangat terbatas yaitu, bahwa nasihat hukum ini
akan diberikan oleh Komite Menteri (Committee of Minister) hanya untuk kasus yang
tidak dapat diselesaikan dengan prosedur yang normal

Komisi Hak-Hak Asasi Amerika


Organisasi Negara-Negara Amerika (Organization of American States- O AS),
tahun 1960 memutuskan untuk membentuk Komisi Inter Amerika untuk Hak-Hak Asasi
Manusia (Inter-American Commission on Human Rights) yang selanjutnya kita sebut
Komisi Hak-Hak Asasi Manusia Inter-Amerika. Komisi ini merupakan badan otonomi
dari OAS. Komisi ini sebagai badan penasihat yang dapat memberikan rekomendasi nya
pada OAS tentang masalah hak-hak asasi manusia juga kepada negara anggotanya.
Juga mempunyai tugas hampir sama dengan Komisi Hak-Hak Asasi Manusia Eropa,
serta dapat melayani klaim yang diajukan oleh individu. Para pihak mengharapkan
penyelesaian sengketa dengan penyelesaian yang didasarkan pada

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

kekeluargaan (friendly settlement). Jika penyelesaian tidak dapaf terselesaikan, Komisi


akan membuat laporan, dan akan disampaikan kepada negara terkait, tetapi tidak
dipublikasikan. Kasus tersebut dapat dibawa ke Pengadilan Inter-Amerika untuk Hak-Hak
Asasi Manusia (Inter-American Court of Human Rights) baik oleh Komisi ataupun oleh
negara yang terkait, jika negara tersebut telah menerima yurisdiksi pengadilan.
Pengadilan Inter-Amerika untuk Hak-Hak Asasi Manusia didirikan berdasarkan Konvensi
Negara- Negara Amerika untuk Hak-Hak Asasi Manusia (American Convention of Human
Rights) tahun 1969 yang berlaku tahun 1979. Hanya negara peserta Konvensi dan Komisi
yang mempunyai hak untuk mengajukan kasusnya ke Pengadilan ini, mereka hanya bisa
mengajukannya setelah acara (proceedings) Komisi berakhir. Negara peserta Konvensi
yang dapat mengajukan kasusnya di depan Pengadilan hanya bila mereka telah
menerima yurisdiksi Pengadilan.

Pengadilan Benelux (Belgium, Netherlands and Luxemburg)


Negara-Negara Belgia, Netherland dan Luxemburg (Benelux) pada tanggal 31 Maret
1965 telah mendirikan Pengadilan Benelux (Benelux Court of Justice) yang mempunyai
kewenangan untuk penafsiran hukum umum (common rules of law). Kedudukan
Pengadilan dan Sekretariatnya di Brussels. Suatu kamar dalam Pengadilan telah
dibentuk untuk yurisdiksi administrasi sehubungan dangan staf Benelux.

Pengadilan Negara-Negara Amerika Tengah (Central American Court of Justice)


Pengadilan Negara-Negara Amerika Tengah merupakan
pengadilan yang didirikan dalam rangka Organisasi Negara-Negara .Amerika Tengah
(Organization of Central American States- ODECA). Tujuan didirikannya adalah: 1) Atas
permintaan pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa di antara anggota
ODECA. 2) Atas kehendak kongres atau dewan (board) pengadilan boleh memberikan
pendapatnya atas proyek untuk unifikasi hukum di Amerika Tengah (Pasal 15 Anggaran
Dasar ODECA). Pengadilan ini terdiri dari presiden dan penguasa hukum (judicial
powers) dari tiap-tiap negara anggotanya (Pasal 14 Anggaran Dasar ODECA).
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

Mahkamah Pasaran Bersama dari Masyarakat Afrika Timur (Common Market Tribunal of
the East African Community)
Perjanjian untuk Kerjasama Masyarakat Afrika Timur (East African Co-operation)
mendirikan Mahkamah untuk Pasaran Bersama (Common Market Tribunal). Tujuannya
adalah untuk menjamin bahwa hukum dan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian,
penafsiran dan penerapannya sebagaimana diperlukan untuk kepentingan pasaran
bersama. Bila ada penyataan adanya pelanggaran kewajiban yang ada dalam perjanjian,
tindakan atau kelalaian yang mempunyai dampak pada Pasaran Bersama Afrika itu,
pertama harus menyerahkannya pada Dewan (Council) Pasaran Bersama. Suatu negara
anggota dapat menyerahkan perkaranya kepada Mahkamah Bersama dalam hal: a) Jika
Dewan tidak menyelesaikan pernyataan yang diserahkan kepadanya dalam waktu satu
bulan.
b) Jika record Dewan menyatakan hal itu tidak mungkin disetujui.
c) Jika Dewan telah memutuskan untuk kebijaksanaan yang mengikat terhadap negara
yang bersangkutan tetapi tidak diindahkan oleh negara tersebut.
Mahkamah Banding Afrika Timur
Sebelum Masyarakat Afnka Timur memutuskan untuk membentuk Mahkamah
Banding Afrika Timur ini, Mahkamah ini telah tergabung dengan Perjanjian Keijasama
Afrika Timur. Mahkamah mempunyai kewenangan untuk mendengar dan memberi
keputusan banding dari pengadilan nasional masing-masing anggota di mana hukum
nasional telah dipakai sebagai landasan keputusan.

Mahkamah Administrasi Staf (Staf Administrative Tribunals)

Mahkamah Administrasi PBB (The UN Adminitrative Tribunals-


UNAT)
Mahkamah Administrasi PBB ditetapkan pada tanggal 24 November 1949.
Kewenangan dari Mahkamah Administrasi PBB itu untuk semua personel PBB dan dua
Badan Khusus PBB (ICAO dan IMCO) 70 UNAT dibentuk oleh Majelis Umum PBB dengan
Resolusi Majelis Umum No. 351(IV). Menurut nasihat hukum (ad\>isoty opiniori) tanggal

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
J 8 4 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

13 Juli 1954 ICJ berpendapat bahwa UNAT bukan di bawah (subordinate) Majelis Umum
walaupun dibentuk oleh Majelis Umum.

Mahkamah ILO (The ILO Tribunal)


LBB telah membentuk Mahkamah Administrasi pada tanggal 27 September 1927,
Mahkamah ini juga mempunyai kewenangan untuk masalah-masalah yang diajukan oleh
staf ILO. Setelah LBB bubar Mahkamah ini tetap dipertahankan dengan beberapa
perubahan sebagai Mahkamah Administrasi ILO. Mahkamah ini kewenangannya
diperluas meliputi staf dari beberapa organisasi lain di bawah PBB (FAO, WHO,
UNESCO, WMO, UPU, ITU, IAEA), juga organisasi lain di luar PBB seperti Europeon
Orgcmization for Nuclear Research (CERN). Mahkamah ILO mempunyai kewenangan
untuk menyelesaikan sengketa antara organisasi dan stafnya atas inisiatif anggota staf.
Mahkamah ILO tidak dapat menerima klaim yang diajukan oleh organisasi terhadap
stafnya. Dalam kasus yang menyangkut staf Mahkamah dapat menerima klaim dari staf
yang timbul berdasarkan kontrak yang dibuat oleh ILO.

Mahkamah Administrasi Regional


Banyak organisasi regional yang membentuk Mahkamah untuk memutus sengketa
dengan stafnya. Sebagai contoh dalam rangka Organization for Economie Coopération
and Development (OECD) membentuk Appeals Board. North Atlantic Charter
Organization (NATO) membentuk Komisi Banding (Appeals Commission). Di Masyarakat
Afrika Timur (EastAfrican Comrmmity) membentuk East Africati Industrial Court yang
mempunyai kewenangan sebagai Mahkamah Administrasi.

Arbitrasi (Arbitration)
Beberapa organisasi internasional lebih senang menyelesaikan sengketa dengan
mendirikan Mahkamah Arbitrasi (Arbitration Tribunals). Beberapa anggaran dasar
organisasi internasional menentukan aturan tentang pembentukan Mahkamah Arbitrasi.
Beberapa organisasi internasional mendirikan Mahkamah Arbitrasi tidak permanen
untuk menyelesaikan sengketa-sengketa khusus. Salah satunya adalah:

l03
H e n r y G . S c h e r m e r s , op.cit., h l m . 5 5 9 - 5 6 5 .
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

Permanen Court of Arbitration (PCA)


PCA berkedudukan sama dengan ICJ Peace Palace Den Haag. PCA mempunyai
sekretariat dan daftar panjang tentang personel yang dapat ditunjuk sebagai wasit. PCA
tidak mempunyai hubungan dengan suatu organisasi internasional secara organik, tetapi
organisasi internasional boleh menunjuk wasit dari daftar yang tersedia di PCA. PBB
mempergunakan daftar wasit yang terdapat di PCA sesuai dengan persyaratan yang
diperlukan (Pasal 4[1] dan Pasal 5[1] Statuta ICJ).

ICSID (The International Centre for Settlement of Investment Dispute)

ICSID dibentuk tahun 1965 oleh Bank Dunia International Bank Reconstruction
andDevelopment (IBRD). ICSID didirikan untuk menyelesaikan masalah sengketa
investasi antara negara anggota Bank Dunia dan negara anggota lainnya dengan cara
konsiliasi dan perwasitan. ICSID mempunyai dua panel, yaitu panel untuk konsiliator dan
panel untuk wasit. Masing-masing negara anggota yang berselisih tentang investasi boleh
memilih konsiliator atau wasit dari tiap-tiap panel untuk menyelesaikan sengketanya.

The European Convention for the Peacefiil Settlement of Disputes


Dewan Eropa menyiapkan konvensi untuk menyelesaikan sengketa dengan
perwasitan. Mahkamah ini tidak mempunyai kewenangan yang menurut hukum
internasional merupakan wewenang nasional (domestic jurisdiction) suatu negara, juga
masalah internasional yang telah diajukan ke ICJ.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

Panel untuk Komplain (Panel on Complaints)


General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) telah menetapkan suatu "Panel on
Complaints" untuk mendiskusikan sengketa antara para anggota. Panel ini tidak terdiri
dari para lawyers, para pihak dalam sengketa pun tidak berpartisipasi dalam keputusan
terakhirnya, meskipun para pihak berpartisipasi dalam proses persiapan. Keputusan
dikirim ke alat perlengkapan utama/organ utama untuk diambil keputusan.
Jadi bila ada sengketa antara anggota GATT, negara yang dirugikan berdasarkan
Pasal 22 GATT maka negara tersebut dapat melakukan konsultasi dengan negara yang
merugikannya. Jika cara ini tidak berhasil mendapatkan konsultasi, maka dapat meminta
konsultasi di hadapan satu atau beberapa negara anggota GATT untuk menyelesaikan
masalah tersebut. GATT juga mengatur penyelesaian sengketa yang didasarkan pada
Pasal 23 mengenai peniadaan atau pengurangan (nullification or impairment).
Jika penyelesaian sengketa dengan cara konsultasi tidak berhasil, masing-masing
dapat mengajukan permohonan untuk pembentukan badan penyelesaian sengketa.
Badan ini dapat berbentuk working party atau komite umum (general committee) atau
panel. Working party terdiri dari lima sampai dua puluh orang tergantung pada masalah
yang dihadapi dan perhatian dari negara anggota GATT. Pihak yang bersengketa juga
menjadi anggota dari working party dan mempunyai kedudukan yang sama dengan
negara anggota working party lainnya. Tentu saja keadaan ini menyebabkan kerja
working party kurang efisien, kemudian timbul pemikiran bahwa penyelesaian sengketa
akan diserahkan kepada ahli yang telah biasa menyelesaikan sengketa secara hukum.
Maka timbullah penyelesaian sengketa dengan melalui panel yang anggotanya terdiri dari
individu yang dipilih berdasarkan keahliannya dalam bidang yang dihadapi. Panel
membuat laporan yang akan disampaikan kepada "Contracting Parties". Contracting
parties akan memakai laporan dari panel sebagai dasar keputusannya. Contracting
parties dapat menerima atau menolak untuk laporan panel. Prosedur penyelesaian
sengketa berdasarkan Pasal 23 ini sering mengalami hambatan yang disebabkan karena
tidak ditaatinya keputusan panel oleh negara yang terlibat dalam sengketa tersebut.
Karena adanya hambatan tersebut GATT secara bertahap telah memperbaiki sistem

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

penyelesaian sengketa. Dalam Putaran di Uruguay (Uruguay Round) telah dibahas usaha
untuk menyelesaikan sengketa dengan memasukkan prinsip-prinsip yang akan
mempercepat jangka waktu penyelesaian sengketa, menyederhanakan prosedur tata
laksana sehingga tidak menimbulkan kemacetan politis, memperkenalkan lembaga
banding (appellate body) dan menentukan bahwa penyelesaian sengketa akan mengikat
negara yang bersangkutan.71
Hasil Putaran Uruguay dalam bidang penyelesaian sengketa ini telah menghasilkan
sistem penyelesaian sengketa yang disempurnakan. Penyelesaian sengketa ini
dirumuskan dalam Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of
Disputes (DSU1, merupakan Annex 2 Uruguay Round Final Act, Marakesh, 15 April
1994. Kesepakatan tersebut merupakan penyempurnaan dari sistem penyelesaian
sengketa yang dikembangkan oleh GATT sejak tahun 1947. Dibentuk Dispute Settlement
Body (DSB). DSB mempunyai wewenang untuk membentuk dan

"H.S. Kartadjoemena, GATT. WTO dan Hasil Uruguay Round (Jakarta: UI-Press,
1997), him. 314-315.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

mengangkat panel, menjaga, mengawasi pelaksanaan keputusan dan rekomendasi.


Panel mempunyai wewenang untuk menilai permasalahan dan dasar pengaduan. Jika
salah satu pihak tidak puas dengan keputusan Panel, maka dibentuk apellate body.
Di samping badan yuridis maka suatu organisasi internasional ada organ parlemen
yang bertugas mengawasi kerja organisasi internasional. Organ parlemen dari suatu
organisasi internasional publik yang pertama didirikan adalah Dewan Eropa (Council of
Europe) pada 5 Mei 1949. Parlemen Eropa ini terdiri dari dua organ/alat perlengkapan
Komite Menteri (kongres umum) dan Intergovernmental Committee of Ministers dan
Majelis Konsultasi (iConsultative Assembly). Majelis Konsultasi ini terdiri dari utusan
parlemen nasional dari negara anggota. Sesuai dengan tujuan dari pendirian Parlemen
Eropa ini maka utusan-utusan dari negara anggota itu harus mewakili kekuatan politik
yang ada di negara anggota. Jadi wakil dari anggota oposisi juga hams mempunyai
wakilnya di Parlemen Eropa tersebut.
Beberapa organ parlemen dari organisasi internasional yang didirikan berdasarkan
pada bentuk Parlemen Eropa sebagai alat perlengkapan/organ dari Masyarakat Eropa.
Sebagai contoh Dewan Konsultasi Antarparlemen (Consultative Interparliamentaiy
Council) dari Benelux. Alat perlengkapan utama/organ Parlemen dari NATO. Parlemen
Amerika Tengah (Central American Parliaments). Parlemen Andean (Andean Parliament)
ditetapkan 25 Oktober 1979.
Jumlah anggota alat perlengkapan/organ Parlemen dibatasi untuk dapat bekerja lebih
efisien. Biasanya jumlah ini tidak lebih dari 150 anggota. Cara menentukan utusan negara
anggota dalam organ/alat perlengkapan Parlemen ini didasarkan pada dua pertimbangan:
1) Pendapat umum yang penting dalam negara anggota harus terwakili. 2) Jumlah
penduduk negara anggota.72 Pemakaian kedua faktor tersebut dipakai secara terpisah,
artinya yang satu tidak tergantung pada yang lainnya.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

Proses Pengambilan Keputusan Organisasi Internasional

Proses pengambilan keputusan suatu organisasi internasional merupakan masalah


penting bagi suatu organisasi internasional. Dengan mengetahui proses pengambilan
keputusan dari suatu organ/alat perlengkapan dari suatu organisasi internasional maka
kita akan mengetahui apa yang dikehendaki oleh negara anggota organisasi internasional
tersebut.
Perkataan keputusan (decisiori) dipakai dalam arti umum dari keputusan yang
diformulasikan dalam pengertian hukum sebagai kesimpulan dari suatu diskusi/debat.
Kewenangan untuk mengambil keputusan dari suatu organisasi internasional
ditentukan dalam anggaran dasar organisasi internasional tersebut. Tidak ada keputusan
yang dapat diambil di luar kewenangan yang ditentukan dalam anggaran dasar.
Apakah suatu organisasi internasional dapat mengambil ke- putusan khusus
tergantung pada interpretasi anggaran dasarnya. Kadang-kadang suatu organ khusus
mempunyai wewenang untuk mengadakan interpretasi tersebut. Alat perlengkapan/organ
pembuat kebijaksanaan biasanya dimungkinkan untuk mengadakan interpretasi tentang
masalah hukum dari suatu organisasi internasional mengenai pertanyaan tentang tugas
dan aktivitas yang melibatkan organisasi internasional tersebut. Namun alat perleng-
kapan/organ ini tidak mempunyai kewenangan untuk membuat interpretasi tentang
sengketa antara organisasi internasional dengan anggotanya. Dalam hal ada sengketa
antara organisasi internasional dengan anggotanya, misalnya tentang kewajiban anggota,
maka alat perlengkapan/organ yang berwenang mengadakan interpretasi adalah alat
perlengkapan/organ yuridis (judicial organ), karena hanya alat perlengkapan/organ yuridis
yang dapat mengadakan interpretasi dengan baik tentang kewajiban negara anggota.
Sebagai contoh dalam rangka PBB yang berdasarkan Pasal 36 (2) Statuta Mahkamah
Internasional maka Mahkamah mempunyai kewenangan untuk mengadakan interpretasi.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

Inisiatif
Keputusan dari suatu organisasi internasional dimulai dari adanya inisiatif. Inisiatif
mungkin berasal dari: a) Pemerintah negara anggota, organisasi internasional lainnya, b)
Alat perlengkapan/organ lain dari organisasi internasional itu sendiri, atau c) Kelompok
yang berkepentingan (interest-groups) dan d) Individu.

Pemerintah Suatu Negara Anggota


Merupakan inisiator yang penting untuk keputusan organisasi internasional. Pada
umumnya dalam suatu organisasi internasional pemerintah negara anggota mempunyai
hak untuk bertindak sebagai inisiator (kecuali di European Communities) di mana Komisi
(Commission) yang mempunyai hak eksklusif untuk inisiatif dalam hampir semua
permasalahan.
Pembatasan terhadap hak inisiatif pemerintah negara anggota merupakan
kewenangan dari organisasi internasional itu sendiri. Inisiatif hanya dapat diajukan
sehubungan dengan keputusan organisasi internasional yang menjadi wewenangnya.
Oleh karena itu pemerintah negara anggota yang tidak menghendaki bahwa inisiatifnya
gagal, akan mencoba mengadakan konsultasi dengan negara anggota lainnya.
Konsultasi ini dapat diadakan dalam pertemuan regional (misalnya dalam pertemuan
Menteri Luar Negeri ASEAN untuk mengusulkan masalah penyelesaian pengungsi di
ASEAN yang akan diajukan ke sidang Majelis Umum PBB) ataupun dalam lobbying di
konferensi internasional.

Inisiatif dari Alat Perlengkapan/Organ Lain dari Organisasi Internasional

Alat perlengkapan/organ lain mempunyai kewenangan untuk mengemukakan inisiatif


untuk suatu keputusan, kewenangan tersebut sehubungan dengan fungsinya dalam
organisasi. Sebagai contoh misalnya dalam sistem PBB Sekretaris Jenderal PBB dapat
mengajukan suatu item dalam agenda sidang alat perlengkapan/organ utama PBB (Pasal
98 Piagam PBB); Majelis Umum PBB (Pasal 13(g) Rules of Procedure of the General
Assembly), Dewan Keamanan (Pasal 6 Provisional Rules of Procedure of the Seatrity

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

Council), Dewan Ekonomi dan Sosial (Pasal 10 Rules of Procedure of the Economic and
Social Council), Dewan Perwalian (Pasal 9 Rules of Procedure Trusteeship Council).
Bahkan Sekretaris Jenderal PBB dapat meminta perhatian Dewan Keamanan untuk
masalah-masalah yang berhubungan dengan perdamaian dan keamanan internasional
(Pasal 99 Piagam PBB).
Sedangkan Sekretaris Jenderal dari Badan Khusus PBB (spécialtzedagencies) agak
berbeda dengan kewenangan Sekretaris PBB. Ada Badan Khusus di mana Sekretaris
Jenderal tidak mempunyai hak inisiatif, misalnya ICAO, ITU, WMO, sedangkan seperti
WHO dapat membuat peijanjian dengan negara anggota atau dengan organisasi
internasional lainnya (Pasal 33 Anggaran Dasar WHO). FAO dapat mengusulkan agenda
baru (Pasal 7, Ayat 5).
Selain Sekretaris Jenderal maka ada badan dari para ahli yang independen (organs
of independent expert). Dalam sistem PBB ada badan yang terdiri dari para ahli yang
independen, seperti: International Law Commission (ILC) telah mengambil inisiatif dengan
kerjasama bersama Sekretaris Jenderal PBB dalam rangka kodifikasi hukum
internasional.73 Dewan Ekonomi Sosial dengan Resolusinya No. 1079 (XXXIX) telah
membentuk Komite untuk Perencanaan Pembangunan (the Committee for Development
Planning) dapat mengambil inisiatif sesuai dengan bidangnya. Dalam Badan Khusus ada
organ/alat perlengkapan yang tidak terdiri dari wakil-wakil pemerintahan. Sebagai contoh
misalnya
,5
ILC (International Law Commission) suatu komisi yang didirikan oleh Majelis Umum
dengan Resolusi Majelis Umum tahun 1946. Komisi ini terdiri dari 15 orang yang diakui
keahliannya dalam bidang hukum internasional dipilih oleh Majelis Umum PBB dari suatu
daftar yang disiapkan oleh negara anggota PBB untuk waktu 3 tahun. Berdasarkan Pasal
15 Statuta ILC maka tugas ILC adalah mendorong terbentuknya suatu norma
perkembangan baru dalam hukum internasional dan kodifikasi hukum internasional- Di
samping itu maka tugas dari ILC adalah: 1) membuat draft konvensi internasional yang
diusulkan oleh negara anggota PBB, atau oleh organ/alat perlengkapan utama PBB atau
badan khusus PBB. 2) Mengadakan survei dalam bidang hukum internasional untuk
memilih topik yang akan dikodifikasikan dan membuat rekomendasi untuk hal itu pada
Majelis Umum PBB 3) Mempertimbangkan cara untuk membuat kebiasaan internasional
yang telah dipakai dalam keputusan pengadilan nasional ataupun internasional dan
mengoleksi dokumen sehubungan dengan masalah tersebut.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

dalam Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) di mana ada wakil dari buruh dan
majikan yang terlepas dari wakil pemerintahan, maka ada kemungkinan inisiatif dapat
berasal dari wakil nonpemerintahan.
Dalam Masyarakat Eropa inisiatif untuk suatu keputusan berasal dari Komisi, yang
mempunyai kewenangan untuk memberikan inisiatif untuk keputusan-keputusan
penting. Untuk mengambil keputusan Dewan (iCouncil) harus menunggu usul dari
Komisi

Inisiatif dari Organisasi Internasional Lain


Beberapa organisasi internasional berinisiatif untuk suatu keputusan dapat berasal
dari organisasi internasional lainnya. Sebagai contoh dalam sistem PBB, hubungan
dengan Badan Khusus PBB dan PBB, dalam perjanjian antara PBB dan Badan Khusus
maka ada kemungkinan masing-masing dapat mengusulkan inisiatif suatu agenda untuk
pengambilan keputusan.

Inisiatif dari Grup yang Berkepentingan (Interest Group)


Grup yang berkepentingan mempunyai hak untuk mengemukakan inisiatif untuk
pengambilan keputusan. Misalnya di Organisasi Telekomunikasi Internasional (ITU), grup
yang berkepentingan memainkan peranan penting dalam bidang pengambilan
keputusan. Perusahaan telegram swasta berpartisipasi penuh dalam komisi penasihat
ITU. Juga dalam grup yang berkepentingan sering tidak mempunyai hak formal untuk
mengajukan inisiatif, tetapi melalui tindakan dengan tekanan-tekanan tertentu
mempengaruhi untuk mendorong pengambilan keputusan, ini yang disebut dengan
pressure groups.

Inisiatif Datang dari Individu


Individu sangat sering mempengaruhi pembentukan suatu organisasi internasional.
Pengaruh individu pada suatu organisasi internasional dapat dilakukan secara tidak
langsung. Jika seorang individu ingin mempengaruhi pembuatan suatu keputusan dalam
suatu organisasi internasional dapat dilakukan dengan mengadakan pendekatan pada

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

suatu organ/alat perlengkapan organisasi internasional yang berhak membuat


keputusan, melalui pemerintah nasional, organisasi internasional privat yang bergerak
dalam bidang yang diusulkan. Dalam hal tertentu sering dilakukan melalui wibawa dari
seseorang yang mempunyai pengaruh besar yang dapat mempengaruhi suatu
organisasi internasional publik untuk mengambil suatu tindakan.
Dalam Masyarakat Eropa jika Dewan (Council) atau Komisi (Commission of
European Communities) berkewajiban untuk membuat keputusan dalam hal ada
komplain dari individu tetapi gagal untuk membuat keputusan, maka individu dapat
mengajukan kasusnya pada European Court of Justice. Mahkamah kemudian akan
menetapkan kewajiban dari organ/alat perlengkapan dari Masyarakat Eropa harus
mengambil tindakan. Dalam hal tersebut individu dapat berinisiatif untuk mengambil
keputusan di mana organ/ alat perlengkapan Masyarakat Eropa lalai mengambil
keputusan, meskipun dasar dari inisiatif individu didasarkan pada kewajiban hukum
dari Dewan atau Komisi yang harusnya mengambil tindakan.
Dalam Organisasi Pariemen kadang-kadang memungkinkan individu untuk
mengajukan petisi. Kemudian alat perlengkapan/ organ dari organisasi parlemen
mengusulkan suatu inisiatif pada alat perlengkapan/organ pengambil keputusan untuk
mengambil keputusan.

Rumusan Teks Keputusan (Drafting the Text)


Suatu rancangan keputusan biasanya telah dipersiapkan dengan baik sebelum
diusulkan. Sebelumnya harus sudah diketahui apakah usulan ini akan mendapat
dukungan dari anggota, oleh sebab itu maka sebelumnya akan diadakan konsultasi baik
dengan anggota delegasi ataupun dengan pemerintah negara anggota. Delegasi suatu
negara anggota yang mempunyai inisiatif untuk mengusulkan suatu keputusan biasanya
akan mengajukan rincian dari usulannya untuk didiskusikan. Biasanya agar usulan
tersebut efektif maka permasalahan yang menjadi topik keputusan akan dimintakan
pendapat pada negara anggota atau menanyakan laporan dari alat perlengkapan/organ

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

yang terkait. Misalnya masalah tentang hukum dapat ditanyakan pada Komisi Hukum
Internasional (ILC).
Keputusan yang lebih rinci akan dibuat setelah adanya pandangan-pandangan yang
dibutuhkan. Agar usulan yang berasal dari inisiatif suatu negara dapat diterima dengan
baik oleh anggota lainnya, maka harus berusaha untuk mendapatkan dukungan dari
delegasi negara anggota atau pemerintah negara anggota dalam kurun waktu keputusan
tadi disiapkan. Dalam hal ini negara pengusul dapat mempergunakan kesempatan pada
pertemuan di organisasi regional-atau pada organisasi internasional untuk mendapatkan
dukungan. Di ICAO suatu draf konvensi hanya dapat dipertimbangkan setelah enam
bulan diserahkan kepada negara anggota (ICAO Assembly Resolution A7-6).
Kerangka suatu keputusan sangat perlu karena ini mempengaruhi hasil akhir.
Struktur dari suatu draf asli tetap dipertahankan dalam proses pengambilan keputusan,
lebih-lebih jika masalah yang dijadikan topik adalah masalah yang sangat kompleks.
Dalam banyak organisasi internasional, maka keputus- an akhir dibutuhkan oleh suara
mayoritas yang berkualitas. Draf untuk keputusan yang diusulkan dan disertai dengan
perubahannya dibicarakan pada alat perlengkapan/organ yang berkepentingan (biasanya
dibicarakan dulu dalam suatu komisi yang khusus dibentuk untuk itu), alat
perlengkapan/organ ini akan mengambil keputusan dengan suara mayoritas biasa
(simple mayority), setidak-tidaknya draf tersebut hams didukung oleh separo dari
anggota. Dalam diskusi akhir, draf tersebut hams sudah jelas perspektifnya.
Sebagai contoh bagaimana suatu prosedur dari suatu inisiatif diproses menjadi
keputusan, suatu contoh dapat diambil pada waktu PBB memproses untuk membentuk
Konvensi Hukum Laut
m.
Majelis Umum PBB telah memperhatikan usul yang dikemukakan oleh Malta. 74
Berdasarkan usul tersebut Majelis Umum PBB pada tanggal 18 Desember 1967 dengan
Resolusi 2340 (XXII) membentuk Komite Ad Hoc (Ad Hoc Committee) untuk mempelajari
Pemakaian Damai Dasar Laut di Bawah Yurisdiksi Nasional suatu Negara (Peaceful

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Alat Perlengkapan/ Organ Yuridis j 2 7

Uses the Sea Bed an the Ocean Floor Beyond the Limits of National Jurisdiction). Komite
Ad Hoc ini dengan Resolusi Majelis Umum No. 2467A (XXII) tanggal 21 Desember
1968, Komite Ad Hoc dijadikan Komite (the Committee on the Peaceful Uses the Sea Bed
and the Ocean Floor Beyond Limits of the National Jurisdiction (UN Sea Bed Committee).
Resolusi Majelis Umum No. 2574A (XXIV), tanggal 15 Desember
1969, Majelis meminta pada Sekretaris Jenderal PBB untuk

"Departemen Pertambangan dan Energi, Proyek Survei dan Perencanaan Umum,


Third United Nations Conference on the Law of the Sea, him. 1-3.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi j 45

meminta kepastian pada negara anggota PBB akan keinginan untuk mengadakan
konferensi hukum laut. Dengan Resolusi Majelis Umum No. 2749, tanggal 17 Desember
1970 berisi Deklarasi Prinsip-Prinsip yang Mengatur tentang Dasar Laut (Sea Bed and
the Ocean Floor and the Subsoil), di bawah batas yurisdiksi suatu negara. Dengan
Resolusi Majelis Umum 2750 C (XXV) tanggal 17 Desember 1970 telah memperluas
mandat UN Sea Bed Committee dengan meminta Komite untuk mempersiapkan draf
perjanjian dan membuat lis masalah-masalah yang akan dibicarakan dalam Konferensi
Hukum Laut III. Tugas yang dibebankan pada UN Sea Bed Committee secara garis besar
meliputi dua tugas utama, 11 yaitu: 1. Meninjau kembali pengaturan yang telah ada
mengenai berbagai aspek hukum laut, 2. Menyusun ketentuan baru tentang masalah
dasar samudera dalam yang terletak di luar yurisdiksi nasional (yang dikenal dengan
nama the International Sea Bed Area).
Dengan Resolusi Majelis Umum No. 3029 A(XXVII), tanggal 18 Desember 1972
Majelis Umum meminta pada Sekretaris Jenderal untuk mempersiapkan sesi pertama
dan kedua dari Konferensi Hukum Laut. Untuk itu Sekretaris Jenderal diberi wewenang
untuk mengadakan konsultasi dengan Ketua Komite tentang hal-hal yang diperlukan agar
pertemuan itu efisien, demikian juga dapat memberikan bantuan yang diperlukan dalam
ekonomi, hukum, masalah-masalah teknis dan ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh
Komite. Badan Khusus PBB, International Atomic Energy Agency dan organisasi
internasional telah diundang untuk menghadiri konferensi serta mengirimkan tenaga
peninjau di konferensi, juga Non Govemmental Organization (NGO) yang mempunyai
kepentingan dan telah mempunyai status sebagai konsultan Dewan Ekonomi Sosial
dapat mengirimkan peninjauannya pada konferensi tersebut. Dengan Resolusi Majelis
Umum No. 3067 (XXVIII) tanggal 16 November 1973, Majelis Umum memberikan mandat
untuk mengadakan suatu konvensi yang berhubungan dengan masalah hukum laut
sesuai dengan daftar yang terdapat dalam Resolusi Majelis Umum No. 2750 C(XXV).
Dengan Resolusi yang sama Majelis Umum juga menentukan bahwa sesi pertama
11Etty R Agoes, Konvensi Hukum Laut 1982, Masalah Pengaturan Hak Lintas Kapal Asing (Abardincv, April 1991), hlm. 48-49.
Uni Soviet telah pecah menjadi beberapa negara dan hak veto Uni Soviet diwaris oleh Rusia.
8,
Henrv G. Schermers, op.cil., him. 404

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi j 45

Konferensi Hukum Laut dimulai tanggal 3 sampai 14 Desember 1973 di New York. Pada
sesi pertama, diputuskan untuk memilih pejabat, agenda, dan peraturan prosedur dari
konferensi. Sesi kedua, diadakan di Caracas atas undangan Pemerintah Venezuela dari
tanggal 20 Juni sampai 29 Agustus 1974, sehubungan dengan substansi konferensi.
Konferensi Hukum Laut III ini berbeda dengan Konferensi Hukum Laut tahun 1958, jika
pada Konvensi 1958 maka draf konvensi disiapkan oleh ILC, Konvensi Hukum Laut III
disiapkan oleh UN Sea Bed Committee. Ditetapkan di Montego Bay, pada bulan
Desember 1982.

Diskusi Suatu Usulan (Proposals)


Dalam pengambilan suatu keputusan maka anggota organisasi internasional harus
mengetahui usulan keputusan sebelum sidang untuk menetapkan keputusan. Kadang-
kadang usulan yang penting diedarkan dulu pada anggota organisasi sebelum sidang
dimulai.
Di Majelis Umum suatu usulan yang dimasukkan dalam agenda sidang harus
diajukan paling lambat tiga puluh hari sebelum sidang Majelis Umum dibuka, kemudian
diedarkan pada anggota PBB dua puluh hari sebelum sidang dibuka (Pasal 14 Rules
Procedure

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi j 45

Majelis Umum PBB). Untuk usulan yang khusus, perubahan akan disampaikan secara
tertulis pada Sekjen PBB dan akan diedarkan pada anggota tidak kurang dari satu hari
sebelum sidang untuk membicarakan masalah tersebut dibuka (Pasal 78 Rules
Procedures Majelis Umum PBB). Sedangkan suatu usulan tentang perubahan suatu
pembiayaan yang telah berjalan, harus disampaikan kepada anggota sekurang-
kurangnya sembilan puluh hari sebelum sidang dibuka (Pasal 24 Rules Procedure Majelis
Umum PBB).
Suatu usul yang dikemukakan suatu negara perlu mendapat dukungan dari negara
lain, kadang-kadang karena suatu alasan politik suatu usul misalnya dari negara A akan
diajukan oleh negara lain, misalnya negara B. Sebagai contoh suatu usul yang datang
dari Israel pasti akan ditolak oleh negara-negara Arab, maka usul dari Israel mungkin
akan disampaikan oleh salah satu negara Eropa, untuk menghindari penolakan oleh
negara-negara Arab.
Suatu usul mungkin setelah diedarkan ke anggota lain akan mendapat masukan dari
negara lain, maka perubahan-perubahan yang diadakan berdasarkan usul dari negara
anggota lain akan diedarkan lagi. Jadi semua negara anggota mempunyai hak untuk
mengadakan perubahan suatu usul. Suatu usulan mengenai masalah yang kompleks
biasanya selalu membutuhkan suatu usulan perbaikan. Kadang-kadang dibentak suatu
komisi khusus untuk mempelajari usulan yang kompleks tersebut. Biasanya akan dite-
tapkan waktu tertentu untuk perbaikan suatu usulan sehingga dapat segera mengambil
keputusan.
Dalam suatu konferensi internasional sering terjadi suatu delegasi akan "membeli
suara" dari delegasi lain untuk suatu usul yang dianggap sangat penting, sebaliknya akan
"menjual suaranya untuk suatu usulan yang diajukan oleh negara lain. Hal ini
dimungkinkan karena tidak semua delegasi mempunyai interes yang sama. Sebagai
contoh misalnya suatu usulan tentang perikanan yang diajukan oleh Jepang, masalah
perikanan merupakan masalah yang penting bagi Jepang, sedangkan masalah perikanan
tidak penting bagi negara seperti Zambia. Maka Jepang berkepentingan untuk membeli
suara Zambia. Sedangkan Zambia mungkin mengusulkan suatu masalah bantuan
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

keuangan internasional, usulan tersebut sangat penting bagi Zambia untuk diterima dan
Jepang tidak begitu penting untuk masalah bantuan keuangan, maka Zambia akan
meminta Jepang untuk mendukung usulan tersebut. Saling mencari dukungan adalah
masalah yang biasa dalam konferensi internasional. Cara menghindari jalan buntu untuk
mencapai keputusan adalah dengan cara yang disebut package deal, yaitu bahwa suatu
kelompok usulan dijadikan satu, kelompok ini mungkin disetujui oleh beberapa negara
anggota (misalnya golongan negara A), tetapi tidak disetujui oleh golongan anggota yang
lain (golongan negara B), tetapi ada kelompok usulan yang disetujui oleh golongan
negara B dan tidak disetujui oleh golongan negara A, Golongan negara A akan
menyetujui usulan golongan negara B dan golongan negara B akan menyetujui usulan
golongan negara A. Hal ini pernah dipraktikkan di Majelis Umum pada tanggal 14
Desember 1955 pada saat penerimaan negara anggota bani. 76
Usaha untuk mendapat dukungan atas usul yang penting bagi suatu negara, maka
duta besar negara yang bersangkutan akan

"Untuk masalah package deal di Majelis Umum PBB sehubungan dengan


penerimaan anggota, baca masalah keanggotaan di PBB Supra.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi J 5 5

mengadakan pendekatan dengan perwakilan negara sahabat untuk mendapat dukungan


melalui saluran diplomatik sebelum sidang Majelis Umum diadakan. Diusahakan untuk
menjelaskan sedini mungkin usulan tersebut pada negara-negara sahabat, hal ini dila-
kukan melalui lobi-lobi diplomatik, misalnya mengadakan jamuan makan malam, siang
ataupun makan pagi bersama. Di sinilah kelihatan berdiplomatik diperlukan agar usulan
yang sangat penting bagi negaranya itu dapat disetujui oleh anggota organisasi
internasional itu. Usaha mendapatkan dukungan dari negara anggota lain tidak hanya
dapat dilakukan oleh diplomat dan pemerintah negara bersangkutan, tetapi juga
organisasi masyarakat (interest group) dapat mempengaruhi negara anggota lain.

Pengambilan Keputusan (Voting)


Pada sebagian besar organisasi internasional, maka negara anggota mempunyai
suara yang sama (equality of the voting). Pada beberapa alat perlengkapan/organ utama
suatu organisasi internasional keputusannya akan diambil dengan suara bulat semua
negara anggota (unanimity). Pengambilan keputusan berdasarkan suara bulat dari semua
negara anggota ini mempunyai kebaikan yaitu pelaksanaan keputusan tersebut akan
didukung oleh semua anggota. Namun di sisi lain akan sukar mencapai kesepakatan bulat
dari semua anggota, lebih-lebih dalam suatu organisasi internasional dengan jumlah
anggota yang besar. Pada perkembangan yang baru ini maka suatu keputusan organisasi
internasional sudah tidak didasarkan pada suara bulat atau suara mayoritas, tetapi
didasarkan pada konsensus (kesepakatan).77
Konsensus ini bukan suatu konsep hukum, tetapi suatu konsep politik. Ini berbeda
dengan konsep hukum suara bulat (unanimity). Jika suara bulat disyaratkan dalam suatu
pengambilan suara, maka ini hanya mungkin bila ada konsensus. Negara anggota
membutuhkan adanya keijasama untuk dapat mencapai suatu konsensus.
Liga Bangsa-Bangsa (LBB) telah mempraktikkan pemungutan dengan sistem suara
bulat ini. Pasal 5(1) Anggaran Dasar (Covenant) LBB menentukan Except where expressly
provided in this Covenant or by terms of the present Treaty, decisions at any meeting of the
Assembly or of the Council shall require the agreement of all the Members of the League
8,
H e n r y G . S c h e r m e r s , op.cit., h l m . 4 0 2 .
represented at the meeting.
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

Ketentuan tersebut tidak diikuti oleh PBB. Di PBB pemungutan suara diambil dengan
suara mayoritas, kecuali pemungutan suara di Dewan Keamanan. Pemungutan suara
dengan suara mayoritas di Majelis Umum, kita lihat pada Pasal 18 dan Pasal 20 Piagam
PBB.
Pemungutan suara di Majelis Umum ini didasarkan pada satu negara anggota
mempunyai satu suara (princip equal right) Pasal 18(1) Piagam PBB. Yang dimaksudkan
dengan "anggota yang hadir dan memberikan suaranya" (members present and voting)
berdasarkan Rule (Rules of Procedure of the General Assembly) Pasal 86 adalah anggota
yang memberikan suaranya setuju atau tidak setuju. Anggota yang abstain dianggap tidak
memberikan suara. Pasal 18(2) mengatur tentang keputusan yang harus diambil oleh
Majelis Umum untuk masalah-masalah penting, yaitu:
1) Masalah yang berhubungan dengan rekomendasi mengenai pemeliharaan
perdamaian dan keamanan internasional;
2) Pemilihan anggota tidak tetap Dewan Keamanan;
3) Pemilihan anggota Dewan Ekonomi dan Sosial;
4) Pemilihan anggota Dewan Perwalian sesuai dengan Pasal 86
OM);
5) Penerimaan anggota PBB;
6) Penundaan hak-hak dan hak-hak istimewa keanggotaan;
7) Pemberhentian keanggotaan;
8) Soal-soal yang berhubungan dengan penyelenggaraan sistem perwalian;
9) Soal-soal anggaran belanja. Berdasarkan Rule Procedure Majelis Umum rule 83
masalah tersebut diputuskan dengan dua per tiga mayoritas suara (absolute
mayority).
Sedangkan untuk masalah-masalah lain yang ditentukan dalam Pasal 18(3) Piagam
diputuskan dengan mayoritas biasa (simple mayority) lihat rule 85.78 Sedangkan
pemungutan suara di Dewan Keamanan ini dibedakan antara hal-hal yang prosedural dan
hal-hal yang nonprosedural. Dalam hal-hal yang prosedural maka ditetapkan dengan
suara setuju dari sembilan anggota (Pasal 27[2] Piagam PBB) dan keputusan lain
ditetapkan dengan suara setuju dari sembilan anggota termasuk suara anggota tetap 79
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi j 45

(Pasal 27[3] Piagam PBB). Dewan Ekonomi dan Sosial dalam pemungutan suara diambil
suara mayoritas anggota yang hadir dan memberikan suaranya (Pasal 67[2] Piagam
PBB). Di Dewan Perwalian berdasarkan Pasal 89 Piagam PBB setiap anggota Dewan
Perwalian mempunyai satu suara (ayat 1) dan Keputusan Dewan Perwalian diputus
dengan suara mayoritas dari anggota yang hadir dan memberikan suaranya (ayat 2).
-8
Rule Decision of the General Assembly on questions other than those provided for
the rule 83, including the determination of the additional categories of questions to
decided by a two-thirds mayority, shal be made by a mayority of the members present and
voting.
"Anggota Tetap Dewan Keamanan ditetapkan dalam Pasal 23(1) Piagam PBB
adalah, Republik Cina, Perancis, Uni Republik Sosialis Soviet, Kerajaan Inggris, Irlandia
Utara dan Amerika Serikat.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
158 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Di Mahkamah Internasional (.International Court of Justice-ICS) berdasarkan Pasal 55


Statuta Mahkamah Internasional keputusan akan diambil dengan suara terbanyak (ayat
1). Jika dihasilkan dengan suara sama banyak, ketua atau hakim yang bertindak sebagai
penggantinya mempunyai suara yang menentukan (ayat 2). Jadi pemungutan suara di
alat perlengkapan utama/organ utama diputuskan dengan suara mayoritas.
Di organisasi internasional yang anggotanya lebih kecil, persyaratan pemungutan
suara dengan suara bulat (unanimity) adalah biasa, misalnya Benelux, Latin American
Free Trade Area (LAFTA). Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Kekuatan Pemungutan Suara (Voting Power)

Kekuatan Pemungutan Suara yang Setara (Equality of Voting Power)


Di atas telah dikemukakan bahwa sebagian besar organisasi internasional
mendasarkan keputusannya berdasarkan pada pemungutan suara mayoritas dan
didasarkan pada persamaan suara bagi semua anggota. Namun demikian dalam
beberapa hal ada kemungkinan suatu organisasi internasional mendasarkan kekuatan
suara pada subjek tertentu. Sebagai contoh di IMF hanya peserta Special Drawing
Account yang dapat memberikan suara untuk suatu masalah sehubungan dengan
Special Drawing Account tersebut.
Kekuatan Pemungutan Suara yang Tidak Setara (Inequality of Voting Power)
Masalah ketidaksetaraan kekuatan suara mempengaruhi keputus- an yang diambil,
ini dapat dilakukan dengan beberapa cara: (a) Kedudukan tetap dan bobot suara
(permanent seats and weighted representation), (b) Bobot suara (weighted voting), (c)
Veto, (d) Suara Mayoritas, (e) Konsensus, (f) Cara-cara pemungutan suara.
Kedudukan Tetap dan Bobot Suara
Pengaruh dari negara-negara tertentu dalam mempengaruhi keputusan dari suatu
organisasi internasional dengan memperluas keanggotaan, mengirimkan lebih banyak
perwakilan pada organisasi internasional tersebut dengan memberikan hak suara penuh
atau dengan mengajukan keanggotaan tetap pada badan-badan dari organisasi
internasional tersebut.
Bobot Suara
Bobot suara dapat didasarkan pada: (i) keinginan (desirability), (ii) sistem yang ada
(existing systems).

■ " H e n r y G . S c h e r m e r s , op.cit, h i m . 3 9 7 - 4 0 6 .
159 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

(i) Beberapa sistem dalam pemungutan suara didasarkan pada adanya kompensasi
untuk suatu pemungutan suara yang tidak sama. Alasan utama adanya ketidaksamaan
dari bobot pemungutan suara adalah berdasarkan pertimbangan bahwa tidak adil bila
suara dari suatu anggota dengan penduduk yang sangat besar harus disamakan dengan
anggota yang sangat kecil jumlah penduduknya, misalnya negara A yang penduduknya
sangat besar harus sama dengan negara B, C, D yang penduduknya sangat sedikit
walaupun penduduk B, C dijadikan satu jumlahnya "nasih lebih kecil dibandingkan
dengan penduduk negara A. Alasan lain pemberian suara yang tidak sama (weighted
voting) lidasarkan pada kepentingan (dealing vote). Beberapa negara nempunyai suara
tetapi tidak mempunyai kepentingan dengan masalah yang akan diputuskan, maka
mereka akan memberikan suara untuk mendukung kepentingan yang akan diputuskan,
tetapi dengan harapan bahwa negara yang didukung akan mendukungnya untuk
kepentingannya bila masalahnya akan disidangkan. Berdasarkan hal tersebut maka
negara anggota yang tidak mempunyai kepentingan hanya akan mempunyai suara yang
lebih kecil. Weighted voting didasarkan pada alasan ekonomi, geografis, jumlah
penduduk. Alasan dengan jumlah penduduk tidak selalu dapat dibenarkan dengan
pemberian weighted vote, misalnya Cina, India yang mempunyai penduduk yang
jumlahnya besar hanya mempunyai kepentingan yang kecil dalam bidang perdagangan
internasional, navigasi udara (air navigation), keselamatan di laut (safety at sea)
dibandingkan dengan Belanda dan Norwegia yang penduduknya sedikit dibandingkan
dengan Cina dan India, untuk masalah-masalah tadi Belanda dan Norwegia mempunyai
kepentingan sangat besar.
(li) Sistem yang ada, dalam beberapa organisasi internasional yang bergerak dalam
bidang perbankan dan moneter, maka kekuatan suara didasarkan pada kekuatan
keuangan dari negara anggota, misalnya Bank Dunia dan IMF (IBRD) berdasarkan Pasal
5 seksi 3 menentukan:
(a) Each member shall ha\>e two hundred fifty votes plus one additional wte for each share of
stock held,

■ " H e n r y G . S c h e r m e r s , op.cit, h i m . 3 9 7 - 4 0 6 .
160 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

(b) Except as otherwise specially provided, all matters before the Rank shall he decided by a
mayority of the wte cast.
Sedangkan pada IMF berdasarkan Pasal 12 seksi 5 (a) menentukan: Each member
shall haw two hundred fifty votes plus one additional wte for each part of its quota equivalent to one
hunched thousand special drawamg rights.

■ " H e n r y G . S c h e r m e r s , op.cit, h i m . 3 9 7 - 4 0 6 .
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi J 5 5

Jadi di Bank Dunia dan IMF sistem suara yang dipunyai oleh anggota adalah: (1)
Setiap negara mempunyai 250 suara; (2) Di Bank Dunia setiap anggota mempunyai
tambahan satu suara untuk setiap modal yang dimasukkan (one additional vote for each
share of stock held). Di IMF setiap anggota mendapat tambahan satu suara untuk
penambahan kuota sebanding dengan 100.000 SDR
Sistem suara sebagaimana dianut dalam sistem Bank Dunia dan IMF ini diikuti oleh
Bank Pembangunan Regional seperti: Asian Development Bank (ADB), African
Development Bank (AFB).
Bobot suara dipergunakan di International Fund for Agricultural Development (IFAD).
IFAD mempunyai tiga kategori keanggotaan, yaitu: 1) Kelompok negara-negara Barat
(western state, OECD-Oiganization for Economic Co-operation and Development), 2)
Negara penghasil minyak (OPEC-Organization of the Petroleum Exporting Countries),
dan 3) Negara berkembang (developing countries). Masing-masing kategori tersebut
mempunyai 600 suara yang akan didistribusikan dengan caranya sendiri-sendiri. Di
kelompok negara-negara Barat 600 suara dibagi untuk 105 suara dibagi rata, sisanya 495
dibagi sesuai dengan kontribusinya.
Untuk negara penghasil minyak 150 suara dibagi rata, sisanya 450 dibagi sesuai
dengan kontribusinya. Sedangkan untuk negara berkembang semua suara dibagi rata
(Pasal 6[3] konstitusi IFAD).
Bobot suara juga dipergunakan di Common Fund yang disetujui oleh UNCTAD
(United Nations Corference on Trade and Development). Suara dibagi sebagai berikut:
47% untuk negara berkembang, 42% untuk negara-negara industri Barat, 8% negara-
negara sosialis Eropa Timur dan 3% Cina.81
Veto
Keputusan yang diambil berdasarkan mayoritas suara, di mana dalam mayoritas
suara itu termasuk suara anggota-anggota tertentu. Bagi negara-negara tertentu yang
mempunyai hak veto maka pemungutan suara tersebut sebagai keputusan dengan suara
bulat unanimity, sedangkan bagi negara anggota lainnya pemungutan suara itu
merupakanHmayoritas
e n r y G . S c h e rbiasa
8, (simple
m e r s , op.cit., h l m . mayority).
402. Dengan memberikan hak veto bagi negara-
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

negara tertentu yang dianggap mempunyai peran yang menentukan, maka keputusan
diambil dengan suara bulat dari yang mempunyai hak veto sedangkan anggota lainnya
dengan suara mayoritas, jadi merupakan kombinasi antara suara bulat dan suara
mayoritas. Dengan sistem ini contohnya adalah pemungutan suara di Dewan Keamanan
PBB. Pasal 27 Piagam PBB menentukan:
(1) Each member of the Security Council shall have one vote.
(2) Decisions of the Security Council on procedure matters shall be made by an affirmative vote of
nine members.
(3) Decisions of the Security Council on all other matters shall be made by an affirmative vote of
nine members including the concurring votes of the permanent members, provided that, in
decisions under Chapter VI, and under paragraph 3 of article 52, a party to a dispute shall
abstain from voting.
Jadi berdasarkan Pasal 27 dibedakan antara masalah-masalah yang merupakan
prosedur (ayat 2) dan masalah-masalah lainnya (ayat 3). Masalah yang merupakan
masalah prosedur akan diputus dengan suara 9 anggota Dewan Keamanan, jadi di sini
tidak ada veto. Sedangkan untuk masalah-masalah lainnya diputus dengan 9 suara
termasuk lima suara dari anggota tetap Dewan Keamanan.
Kelima anggota tetap Dewan Keamanan adalah Amerika Serikat, Cina, Inggris,
Perancis dan Uni Soviet.82 Jika kita teliti dalam Piagam PBB tidak ditentukan mana yang
merupakan masalah prosedur dan yang tidak merupakan masalah prosedur. Menurut
Schermers83 yang termasuk masalah prosedur antara lain; pengajuan usulan ke Majelis
Umum tentang masalah sehubungan dengan pemeliharaan perdamaian, permintaan ke
Sekretaris Jenderal PBB untuk mengadakan sidang khusus Majelis Umum PBB,
persetujuan tentang credential, menetapkan organ tambahan (subsidiary organs),
keputusan tentang aturan prosedural, pertanyaan tentang agenda, undangan ke negara
untuk hadir di Dewan Keamanan.

Suara Mayoritas
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi j 45

Keputusan suara dengan suara mayoritas dibedakan antara: mayoritas biasa (simple
mayority), mayoritas bersyarat (required mayor i (y), mayoritas relatif (relative mayority),
mayoritas absolut (absolute mayority).

Mayoritas Biasa
Mayoritas biasa terdiri lebih dari separo suara.
Mayoritas Bersyarat
Jika pemungutan suara menghendaki mayoritas bersyarat, maka akan ditentukan
misalnya dua per tiga suara atau tiga per empat suara atau tiga per lima suara. 12

12Ibid, him. 406, Lihai juga Sumaryo Suryokusumo, op.cit., him. 149.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
164 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Mayoritas Relatif (Relative Mayority)


Dalam memilih antara dua pilihan maka hal ini akan sama dengan mayoritas
sederhana, tetapi dalam hal pilihan lebih dari tiga alternatif, misalnya satu usul menerima
40%, yang lain menerima 35%, lainnya lagi menerima 25% maka akan ditentukan yang
menerima 40%. Dari contoh ini maka dengan mayoritas relatif akan dipilih yang 40%,
berarti ini lebih kecil dari mayoritas biasa.

Mayoritas Absolut (Absolute Mayority)


Beberapa penulis hukum internasional dan beberapa organisasi internasional tidak
membedakan antara mayoritas biasa dan mayoritas mutlak. Mereka bahkan
mengidentifikasikan istilah tersebut sama dengan pemungutan suara yang multipel
(imultiple voting).85
Di PBB dibedakan antara mayoritas biasa dan mayoritas absolut yang tidak
didasarkan pada mayoritas suara yang diberikan tetapi didasarkan pada yang ikut
memberikan suaranya. Di Majelis Umum keputusan Majelis Umum dibedakan antara
masalah penting (Pasal 18[2] Piagam) dan masalah-masalah lainnya (18[3] Piagam).
Dalam Pasal 18(2) jo Pasal 83 Rules of Procedures General Assembly ditentukan bahwa
masalah-masalah penting diambil dengan suara terbanyak yang beijumlah dua per tiga
dari anggota yang hadir dan memberikan suaranya. Soal-soal penting itu adalah: 1.
Rekomendasi mengenai pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, 2.
Pemilihan anggota tidak tetap Dewan Keamanan; 3. Pemilihan anggota Dewan Ekonomi
dan Sosial, 4. Pemilihan anggota
Dewan Perwalian sesuai dengan Pasal 86 (1 c); 5. Penerimaan anggota baru PBB; 6.
Penundaan hak-hak dan hak-hak istimewa keanggotaan; 7. Pemberhentian keanggotaan;
8. Soal-soal yang sehubungan dengan penyelenggaraan sistem perwalian; 9. Soal-soal
anggaran belanja.
Sedangkan untuk soal-soal lainnya di luar yang tersebut di atas akan diputuskan
dengan suara mayoritas yang hadir dan memberikan suaranya (Pasal 18(3) Piagam jo
Pasal 85 Rule Procedures General Assembly).

" H e n r v G . S c h e r m c r s , ibid. h l m . 4 0 7 .
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi j 45

Di Dewan Keamanan berdasarkan Pasal 27(2) Piagam PBB untuk masalah-masalah


yang prosedural akan diputuskan dengan suara setuju (afirmatif) dari sembilan anggota.
Sedangkan untuk masalah-masalah yang nonprosedural diputuskan dengan suara setuju
(affirniatif) dari sembilan suara termasuk lima anggota tetap Dewan Keamanan (Pasal
27(3) Piagam PBB). Dalam memenuhi persyaratan pertama yaitu adanya suara setuju
sembilan anggota, sering di dalam praktik anggota tetap Dewan Keamanan menyata kan
abstain,86 ini berarti anggota tetap Dewan Keamanan telah memberikan vetonya.
Dalam pemilihan Hakim dari Mahkamah Internasional berdasarkan Pasal 10 dan
Pasal 12 Statuta Mahkamah Internasional, Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB
memerlukan suara mayoritas absolut.87
Pada umumnya dalam organisasi internasional setiap anggota mempunyai satu
suara. Mayoritas dari suara adalah sama dengan mayoritas anggota.

S6
Ibid, hlm 410 Abstain anggota yang seharusnya ikut berpartisipasi dalam
memberikan suara, tetapi tidak memberikan suaranya Jadi mereka tidak menghendaki,
menyetujui atau menolak rancangan yang diusulkan.
87
Henry G. Schermers, ibid, hlm. 409.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

Di samping mayoritas suara, maka dalam pemungutan suara dikenal juga "abstain".
Anggota yang ikut beipartisipasi dalam pemungutan suara, tetapi tidak memberikan
suaranya. Jadi negara anggota tersebut tidak bermaksud untuk menolak ataupun
menerima usulan. Abstain tidak mempengaruhi kuorum yang dibutuhkan. Dalam hukum
organisasi internasional modem abstain biasanya diakui sebagai tidak mencegah suara
bulat (not preventing unanimity). Menurut Pasal 86 Ritles of Procedure Majelis Umum
PBB maka abstain dipertimbangkan sebagai tidak memberikan suara.
Pada umumnya tidak dibatasi jumlah anggota yang dapat mengemukakan abstain,
namun ada organisasi internasional yang membatasi jumlah abstain. Sebagai contoh
Latin American Free Trade Area (LAFTA) Pasal 38 Anggaran Dasarnya menentukan
bahwa dalam pemungutan suara paling tidak dua per tiga memberikan suaranya.
Pada umumnya suatu keputusan dari suatu organisasi internasional akan mengikat
negara anggota, terlepas bagaimana keputusan itu diambil dalam pemungutan suara.
Ada pengecualian dalam hal ini, misalnya pada Organization for Economic Co- operation
and Developmerit (OECD) keputusan harus diputus dengan suara bulat (Pasal 6 ayat 1 A
D.OECD). Abstain tidak menyebabkan keputusan tidak sah, namun keputusan tersebut
tidak diterapkan pada anggota yang menyatakan abstain. Anggaran Dasar Liga Arab
(Leagne of Arab States) keputusan diambil berdasarkan suara mayoritas dan keputusan
yang diambil dengan suara terbanyak hanya mengikat pada yang menerimanya (Pasal 7
Anggaran Dasar Liga Arab). Di Liga Arab anggota yang abstain tidak akan diikutkan
dalam proses pemungutan suara.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi ] 6 7

Di samping abstain maka absen (tidak hadir) dalam pemungutan suara juga
merupakan permasalahan dalam pemungutan suara Dalam suatu organisasi internasional
di mana mayoritas disyaratkan untuk semua negara anggota organisasi atau organ/ alat
perlengkapan suatu organisasi internasional absen seperti abstain dianggap sebagai
suara tidak setuju.88 Jika abstain maka negara anggota ikut dalam proses pemungutan
suara, sedangkan negara anggota yang absen, berarti negara tersebut tidak hadir, jadi
tidak ikut dalam proses pemungutan suara. Misalnya negara anggota tersebut
mempertimbangkan bahwa alat perlengkapan/organ organisasi itu tidak mempunyai
kewenangan untuk membicarakan masalah yang akan diambil keputusannya, mungkin
negara tersebut hadir dalam sidang namun sebelum pemungutan suara negara tersebut
meninggalkan sidang.
Permasalahannya apakah absen dapat disamakan dengan abstain? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kita lihat pada anggaran dasar suatu organisasi internasional. Ada
organisasi internasional yang menentukan sikapnya terhadap masalah tersebut. Misalnya
EFTA (European Free Trade Association) Pasal 32 ayat 5 menentukan bahwa abstain
sama dengan absen. Namun ada organisasi internasional yang tidak mempersoalkan
masalah tersebut. Pertanyaan tersebut menjadi penting sehubungan dengan bila negara
anggota memboikot sidang suatu alat perlengkapan/ organ organisasi internasional.
Sebagai contoh ketika tahun 1950 Uni Soviet menolak berpartisipasi dalam sidang Dewan
Keamanan dengan alasan, di Dewan Keamanan yang mewakili Cina adalah Tiongkok
Nasionalis, menurut Uni Soviet, Tiongkok Nasionalis secara ilegal telah mewakili Cina.
Sedangkan menurut Pasal 27(3) Piagam PBB diperlukan suara bulat dari anggota Dewan
Keamanan. Tidak hadirnya Uni Soviet berarti Dewan Keamanan tidak akan dapat
memutuskan sesuai Pasal 27(3) Piagam PBB. Pada saat itu Dewan Keamanan
mengambil keputusan bahwa absen sama dengan abstain, jadi Dewan Keamanan dapat
mengambil keputusan walaupun ada anggota tetap Dewan Keamanan yang tidak hadir.
Peraturan lain dalam hal absen ini ada di OPEC (Organization of Petroleum Exporting
Countries), keputusan dari semua anggota dapat diputus dengan suara bulat dalam satu
atau dua negara anggota yang absen, negara yang absen diberi kesempatan untuk

" H e n r y G . S c h e r m e r s , ibid, h l m . 4 1 3 .
16 8 Pengpan tar Hukum Organisasi Internasiona 1

menyatakan keberatan atas keputusan tersebut sampai sepuluh hari sebelum keputusan
dipublikasikan (Pasal 11 AD.OPEC). Dampak dari keberatan tersebut dapat merusak
kebulatan suara yang bisa mengakibatkan dan mencegah berlakunya keputusan tersebut.
Namun jalan ke luar ini dapat memecahkan persoalan kebulatan suara yang dibutuhkan
mengenai adanya negara anggota yang absen. 89
Permasalahan absen ini erat kaitannya dengan kuorum yang dibutuhkan untuk suatu
persidangan. Bila negara anggota yang absen itu tidak mempengaruhi kuorum yang
dibutuhkan untuk suatu persidangan, maka absen beberapa anggota tidak akan
mempengaruhi persidangan dan sidang tetap sah. Permasalahan akan lain bila negara
yang hadir ternyata meninggalkan sidang dan jumlah anggota yang ada dalam sidang
lebih kecil dari kuorum yang dibutuhkan. Untuk mencegah masalah ini maka beberapa
organisasi internasional menetapkan untuk menghitung yang hadir pada permulaan
sidang. Didasarkan pada ketentuan ini maka sidang tetap sah dan pemungutan suara
pun sah. Namun tidak semua organisasi internasional menerima praktik yang demikian.
Dalam pemungutan suara juga dikenal suara yang tidak sah (invalid vote). Suara
yang tidak sah ini biasanya terjadi pada pemungutan suara secara tertulis. Sahnya suatu
pemungutan suara tergantung pada peraturan intern organisasi internasional.

Konsensus
Dengan perkembangan masyarakat internasional yang semakin heterogen dan terjadi
ketergantungan satu sama lain ditambah dengan adanya globalisasi maka dalam suatu
organisasi internasional makin sulit mengambil suatu keputusan dengan suara bulat
ataupun suara mayoritas, setidak-tidaknya dalam suatu konferensi internasional dengan
sifat partisipasi yang sangat luas dan heterogen.
Negara sering memiliki kepentingan yang berbeda-beda, akibatnya sering usulan
yang dilemparkan begitu saja sulit untuk mendapatkan kebulatan suara atau suara
mayoritas. Untuk mengatasi masalah tersebut sering usulan yang akan dilempar oleh
suatu negara akan diadakan negosiasi terus-menerus dengan negara anggota lainnya
untuk mendapat dukungan agar usulan tersebut dapat diterima. Hal ini mendorong

® H e n r y G . S c h e r m e r s , ibid. h i m . 4 1 5 .
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi j 45

diadakannya konsensus. Teknik konsensus agaknya menggabungkan sejumlah


karakteristik yang memungkinkan untuk mengatasi kekurangan yang terdapat dalam
cara-cara pengambilan keputusan yang lain, sambii mempertahankan hal-hal yang baik.
Teknik konsensus menjamin bahwa pengambilan keputusan di dalam negosiasi
multilateral tidak akan didominasi oleh keunggulan kelompok tertentu, dipertahankannya
prosedur

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

yang memberikan persamaan derajat. 90


Harus dibedakan antara prosedur konsensus (consensusprocedur) dan kompromi
konsensus (consensus compromise).
Yang dimaksud dengan prosedur konsensus adalah menunjuk pada metode yang
menghasilkan peraturan, sedangkan kompromi konsensus adalah kompromi yang timbul
dari prosedur konsensus itu sendiri. GJ.H. Van Hoof yang mengutip pendapat Suy bahwa
"prosedur konsensus adalah penerimaan suatu teks tanpa pemungutan suara dan tanpa
adanya keberatan." Selanjutnya GJ.H. Van Hoof juga mengutip pendapat Szasz yang
mengatakan bahwa "konsensus merupakan suatu kebalikan dari prinsip suara bulat yang
klasik dan dapat didefinisikan sebagai pengambilan keputusan hanya jika tidak ada
peserta yang memberikan tantangan demikian kuat sehingga bersikeras untuk
merintanginya." Selanjutnya dikatakannya dengan menunjuk pendapat Lateef,
penerimaan suatu resolusi di PBB lewat konsensus tidak mengandung arti bahwa setiap
anggota yang hadir di dalam PBB sepenuhnya atau dengan suara bulat mendukung
isinya secara keseluruhan, melainkan bahwa tidak ada satu anggota pun yang
menentang isi resolusi sedemikian rupa sehingga bersikeras ingin memberi suara
menentang.91 Sebagai contoh Resolusi Majelis Umum Resolusi No. 2625, tanggal 24
Oktober 1970 tentang Prinsip-Prinsip Hukum Internasional mengenai Hubungan
Bersahabat dan Kerjasama Antarnegara dan Konferensi PBB tentang Hukum Laut
(1982). Walaupun demikian konsensus menurut GJ.H. Van Hoof juga mengandung

'"Hatta, Pemikiran Kembali Snmber-Sumber Hukum Internasional (alih bahasa dari


karangan G.J.H.Van Hoof, Rethinking the Sources of International Law), Yayasan Hak
Asasi Manusia, Demokrasi dan Supremasi Hukum (Bandung: Alumni, 2000), hlm. 451-
454.
"G.J.H.Van Hoof, ibid, hlm. 455-456.

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi \~]\

bahaya, pertama, prosesnya lambat sehingga mengandung risiko ketinggalan oleh


peristiwa
Kedua, terdapat risiko bahwa tidak akan dicapai keputusan sama sekali atau hanya
dicapai keputusan yang tidak dapat dilaksanakan dikarenakan mengandung common
denominator yang terlalu rendah.92 Van Hoof mengingatkan menolak sistem konsensus
ini dengan mengingat kelemahan-kelemahannya, masuk akal apabila ada cara lain untuk
mencapai kesepakatan. Mengingat struktur masyarakat internasional dewasa ini menurut
beliau tidak mungkin memberikan alternatif yang memuaskan, maka harus
mengusahakan perbaikan terhadap prosedur itu sendiri.

Cara-Cara Pemungutan Suara


Cara-cara pemungutan suara, dibedakan antara pemungutan suara secara terbuka
(simultaneous open), dengan pemanggilan menurut daftar" (rol/ and cali atau recording
voting), pemilihan rahasia (secret voting), pemungutan suara dengan surat (voting by
correspondence).

Pemungutan Suara secara Terbuka


Hal yang sangat biasa dalam pemungutan suara adalah pemungutan suara secara
terbuka, terutama dalam sidang-sidang yang dihadiri oleh banyak negara. Caranya
adalah dengan menunjukkan tangan, duduk atau berdiri atau dengan menunjukkan plat
nama delegasi.
Dengan cara ini ketua sidang akan meminta secara bertahap, bagi negara-negara
yang menyetujui mengacungkan tangannya, kemudian bagi negara yang menolak dan
menyusul negara yang abstain. Yang tidak mengacungkan tangannya dianggap absen
atau
tidak ikut dalam pemungutan suara93
Dengan cara ini maka negara peserta dapat saling menunggu bagaimana negara
delegasi lainnya bersikap Hal ini terutama bagi delegasi yang memandang bahwa kurang
jelas atau kurang interes terhadap usulan dengan pemutusan suara. Karena pemungutan
suara ini secara terbuka, maka delegasi-delegasi saling dapat melihat bagaimana pemu -

92
G . j . H . V a n H o o f , ibid, h l m . 4 6 0 .
1 72 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

tusan suara diambil. Menurut Rules of Procederes Majelis Umum Pasal 87(a) maka
pemungutan suara di Majelis Umum biasanya dengan menunjukkan tangan atau berdiri,
tetapi dapat juga mengusulkan untuk panggilan menurut daftar (roll-call vote).
Pemungutan Suara dengan Panggilan Menurut Daftar (Roll-
Call Vote)
Daftar ini disusun menurut abjad (alphabetical) Inggris dari daftar nama-nama negara
anggota, dimulai dengan negara yang telah menang diundi oleh Presiden Majelis Umum
sebagai negara pertama yang akan dipanggil, setelah itu disusul oleh nama lainnya
menunit daftar urutan berikutnya. Nama dari setiap anggota yang dipanggil akan
menjawab dengan yes, no, atau abstention. Hasil dari pemungutan suara akan di-record
sesuai dengan nama negara anggota berdasarkan abjad bahasa Inggris (Pasal 87[a]
Rules Procedures Majelis Umum).
• Pemungutan Suara dengan Pemilihan Rahasia (Secret Vote)
Pada umumnya organisasi internasional hanya memakai pemilihan rahasia dalam
pemungutan suara untuk memilih personel. Demi kepentingan pihak yang akan dipilih
maka pemilihan ini biasanya tidak di -record tentang siapa yang setuju dan siapa yang
tidak setuju.
Di ITU (International Telecommunication Union) pemilihan rahasia dapat diminta oleh
lima delegasi (Pasal 15[6] ITU General Regulations No. 495). Di WHO (Word Health
Organization) berdasarkan Pasal 78 Rule WHO maka pemilihan rahasia dapat diminta
untuk semua subjek, kecuali masalah budget dan harus diusulkan oleh mayoritas yang
hadir dalam sidang. Di PBB tidak ada ketentuan tentang pemilihan dengan rahasia,
namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa pemilihan rahasia akan dipakai,
misalnya di Majelis Umum sering juga dilakukan pemungutan suara dengan rahasia. Di
Majelis Umum PBB pemilihan jabatan untuk badan dalam PBB dilakukan dengan
pemilihan rahasia, Pasal 92 Rules Procedures Majelis Umum menentukan: All elections
shall be held by secret ballot. There shall be no nominations. Demikian juga dalam
pemilihan Sekretaris Jenderal PBB, Pasal 141 Rules Procedures menentukan: When the

" S u m a r y o S u r y o k u s u m o , op.cit, h l m . 1 5 1 .
Proses Pengambilan Keputusan Organisasi 573

Security Council has submitted its recomendation on the appointment of the Secretary-
General, the General Assembly shall consider the recommendation and vote upon it by
secret ballot in private meeting.
Di organisasi internasional regional, misalnya Council of the European Communities,
mempunyai cara lain dalam pemungutan suara dengan rahasia. Anggota menyatakan
suaranya dengan oral dan terbuka di antara mereka sendiri, tetapi tidak pernah
dinyatakan ke luar (the outside world).94

" H . G . S c h e r m e r s , op.cit., h i m . 4 3 3 .
1 74 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Pemungutan Suara dengan Surat


Banyak organisasi internasional yang menyelenggarakan pemungutan suara ketika
tidak bersidang (not in session). Hal ini dilakukan bila ada permasalahan penting yang
segera meminta keputusan organisasi dan tidak dapat menunggu sampai sidang
berikutnya. Keputusan dengan surat ada pembatasan-pembatasannya, misalnya di
Council of Ettropenn Communities tidak dapat dilakukan pemungutan suara dengan surat,
jika ada anggota yang keberatan.
Prosedur pemungutan suara dengan surat secara detail dapat ditemukan di
WorldMeteorological Organization (WMO) (General Regnlation 64-67, Basic Document
WMO, 1975 adalah merupakan tanggung jawab presiden dari alat perlengkapan/organ
yang bersangkutan untuk menetapkan apakah suatu pemungutan suara akan dilakukan
dengan surat. Juga di IMF berdasarkan XII (2) Anggaran Dasar IMF, tidak boleh ada
suara yang diberikan dalam waktu 7 hari setelah usulan dikirimkan. Dalam jangka waktu
tersebut anggota dapat mengadakan konsultasi satu sama lain. Sebagai contoh oleh
Schermers ditunjukkan bahwa Kongres Umum (General Congress) IMF sampai 30 April
1971 dari 342 resolusi 116 telah diputus tanpa sidang. 95
Di PBB pemungutan suara dengan surat jarang terjadi. Di Mahkamah Internasional
dimungkinkan bagi seorang hakim untuk memberikan suaranya dengan surat, namun
hakim tersebut harus sudah mengikuti acara persidangan substansi dari suatu kasus,
namun hakim tersebut tidak bisa hadir waktu pengambilan keputusan. UN Commission on
Narcotic Drags memperkenalkan pemungutan suara dengan surat dengan Resolusi 1(XX)
1965. Resolusi ini diterima sebagai dasar hukum untuk keputusan-keputusan.
The International Fund for Agricultural Development (IFAD) juga memungkinkan
pemungutan suara dengan surat, jawaban harus memenuhi sebanyak anggota yang
ditetapkan dalam Quorum (IFAD Governing Council, Ride 29).96

" H . G . S c h e r m e r s , ibid, h l m . 4 3 5 .
8

Pembiayaan Organisasi Internasional (Budget)


Pembiayaan suatu organisasi internasional secara normal meliputi biaya administrasi
untuk pembiayaan aktivitas organisasi internasional (gaji para pegawai, percetakan, biaya
konferensi dan lain-lain) dan biaya untuk aktivitas yang harus dikerjakan sebagai hasil
keputusan politik organisasi.97 Sedangkan menurut Schermers98 pengeluaran dari suatu
organisasi internasional dibedakan dalam dua hal: 1) pembiayaan sehubungan dengan
instrumen (PBB menggunakan dengan istilah object of expenditure), dan 2) bidang
aktivitas. Yang dimaksudkan dengan pembiayaan sehubungan dengan instrumen adalah
pembiayaan yang dipakai oleh organisasi internasional untuk melaksanakan tugasnya,
seperti biaya untuk gaji staf, biaya untuk konferensi, biaya untuk peralatan dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksud-

51
D.W. Bowett, op.cit., him. 413. 98Henry. G. Schermers, op.cit.
him. 455.
kan dengan bidang aktivitas, ini dibedakan antara bidang-bidang yang harus dilaksanakan
oleh suatu organisasi, misalnya bantuan teknis (technical assistance), pembangunan
sosial (social development), industri (industrialization). Ini tergantung pada tugas- tugas
organisasi.
Pembiayaan berdasarkan instrumen ini didasarkan pada berapa pengeluaran yang
dibutuhkan untuk pembiayaan setiap instrumen. Pembiayaan yang didasarkan pada
instrumen juga mudah untuk mengadakan audit.
Sedangkan pembiayaan yang didasarkan pada aktivitas organisasi internasional,
tujuan dari pemakaian dana akan lebih mudah diidentifikasikan. Negara anggota lebih
tertarik untuk mengetahui tujuan dari kontribusinya akan digunakan untuk apa.
Di dalam praktik pembiayaan biasanya didasarkan pada instrumen. Pembiayaan
berdasarkan instrumen ini, misalnya, gaji personel organisasi, pengeluaran untuk gedung,
biaya sidang-sidang, peralatan dan biaya-biaya lainnya, misalnya, untuk pos, telepon dan

177
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

lain-lain. Sedangkan pembiayaan untuk aktivitas yang bukan rutin tetapi merupakan
aktivitas yang diperlukan untuk melaksanakan policy organisasi internasional, misalnya
bantuan teknik ataupun ekonomi pada negara-negara berkembang., ataupun pengiriman
pasukan perdamaian (PBB) ditentukan dalam anggaran khusus dan dibiayai dengan
kontribusi sukarela.
Dalam lingkup PBB hubungan antara policy dan dana untuk membiayai aktivitas
untuk merealisasi policy tadi telah dibuat "financial regulations" di mana ditentukan suatu
organ/alat perlengkapan PBB tidak dapat mengambil suatu keputusan tentang
pembiayaan kecuali sebelumnya telah melaporkan pada Sekjen PBB tentang usulan
administrasi dan pembiayaan, usulan pengeluaran tersebut tidak bisa memakai dana
yang ada, biaya itu baru akan dikeluarkan bila Majelis Umum telah menentukan
memberikan biaya yang diperlukan (Pasal 17[1] Piagam PBB). Untuk menangani masalah
anggaran dan administrasi Majelis Umum PBB berdasarkan Resolusi Majelis Umum No.
14(1) tanggal 13 Februari 1946 membentuk The Advisory Committee on Administrative
and Budgetary Question (ACABQ) yang terdiri dari 16 anggota di mana di dalamnya
paling sedikit termasuk tiga ahli dalam bidang keuangan, selanjutnya lihat Pasal 155 dan
Pasal 157 Rute s of Procedures Majelis Umum. ACABQ akan meneliti program budget
PBB dan akan membantu Komite Budget dan Administrasi (Administrative and Budgetary
Committee) yang merupakan Komite kelima Majelis Umum. Tahun 1946 juga dibentuk
Committee on Contribution yang mempunyai tugas dan memberikan saran pada Majelis
Umum mengenai masalah-masalah sehubungan kontribusi dalam rangka Pasal 19
Piagam PBB. Dalam lingkup PBB besarnya kontribusi para anggota ditentukan dalam
kriteria kemampuan untuk membayar (capacity to pay) ini didasarkan pada total
pendapatan nasional (total national income), pendapatan per kapita dan dari kenyataan
keadaan ekonomi disebabkan akibat adanya perang dan kemampuan untuk memperoleh
mata uang asing." Biaya-biaya organisasi akan dipikul oleh anggota menurut pembagian
yang ditetapkan oleh Majelis Umum (Pasal 17[2] Piagam PBB), di samping pendapatan
nasional, Majelis Umum telah memutuskan faktor-faktor lain yang akan dipakai sebagai
penetapan kontribusi suatu anggota, dengan Resolusi Majelis Umum 2118(XX), 21

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

Desember 1965 ditetapkan juga harus memperhatikan keadaan negara berkembang


untuk masalah ekonomi dan keuangan yang dihadapi. Hal ini disebabkan masalah
ekonomi dan keuangan yang dihadapi oleh negara berkembang merupakan faktor yang
harus diperhatikan dalam menetapkan kontribusi negara anggota. 100
Anggaran pada Badan-Badan Khusus PBB, misalnya Food and Agricultural
Organization (FAO) Conference yang akan menentukan berapa kontribusi masing-masing
anggota (Pasal 18 Anggaran Dasar FAO). Pada World Health Organization (WHO)
berdasarkan Pasal 55 Anggaran Dasar WHO ditentukan bahwa Direktur Jenderal WHO
mengajukan anggaran organisasi pada the Board, kemudian oleh the Board diserahkan
pada the Assemb/y disertai dengan rekomendasi.
Di samping kontribusi dari anggota-anggotanya, maka pembiayaan suatu organisasi
dapat juga ditutup dari pendapatan lainnya. Sebagai contoh European Communities
pembiayaan organisasinya tidak tergantung pada kontribusi negara anggotanya.
Penghasilannya diperoleh dari pajak hasil pertanian, tarif eksternal dan pajak
penambahan nilai.
Sedangkan pada Kelompok Bank Dunia (EBRD, IDA, IFC) dan International Monelary
Fund (IMF) kontribusi anggota adalah dalam bentuk kuota atau saham. Kontribusi
tersebut tidak dipergunakan untuk pembiayaan organisasi, tetapi dipergunakan untuk
mendukung operasi finansial. Sedangkan penghasilan dari IMF dan Kelompok Bank
Dunia diperoleh dari transaksi, penghasilan dari penanaman modal. 101

°Henry G. Schermers, op.cit., hlm. 476-477.


,0
D.W. Bowett, ibid, hlm. 415.
10I

" D . W . B o w e t t , opcit., h i m . 4 1 6 .
Pembiayaan Organisasi Internasional (Budget) ] 8 ]

Anggaran suatu organisasi internasional dapat dibedakan antara pengeluaran biasa


(ordinary expenses) dan pengeluaran darurat (extra ordinary expenses).
Pada PBB sejumlah program tertentu ditempatkan sebagai program-program
pengeluaran darurat, dalam hal ini negara anggota dapat menyumbang secara sukarela
dan bukan merupakan bagian dari anggaran biasa. Sebagai contoh yang termasuk dalam
anggaran darurat, misalnya pengeluaran untuk UNICEF (United Nations International
Children's Emergency Fund), UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for
Palestine). Anggaran untuk operasi UNEF (United Nations Emergency Fund) suatu
rekening khusus (special account) telah dibuka. Untuk ONUC (United Nations Operation
in Congo- Operation des Nations Unies au Congo) dibentuk suatu "ad hoc" Account.
Permasalahannya apakah kontribusi yang telah ditetapkan untuk para anggotanya
merupakan suatu kewajiban hukum? Bila kita baca Pasal 17 Piagam PBB maka tidak ada
ketentuan yang menentukan bahwa kontribusi merupakan kewajiban hukum. Jika Pasal
17 kita hubungkan dengan Pasal 19 Piagam PBB, maka dalam ketentuan yang terdapat
dalam Pasal 19 bila suatu anggota yang tidak membayar kontribusinya dan
tunggakannya jumlahnya sama atau melebihi dua kali jumlah kontribusi yang harus
dibayar untuk 2 tahun sebelumnya, maka negara anggota tersebut tidak diberi hak suara
di Majelis Umum. Majelis Umum dapat memperkenankan negara anggota tersebut
memberikan suaranya bila kelalaian memberikan kontribusi itu disebabkan oleh keadaan
di luar kekuasaan anggota tersebut. Namun jika biaya yang harus dipikul oleh PBB untuk
suatu tindakan dise- dasarkan Pasal 25 Piagam PBB. maka ini merupakan kewajiban
hukum bagi para anggota.102
Pembiayaan Organisasi Internasional (Budget) ] 8 ]

""Untuk in. dapat d.baca "pendapat hukum" Mahkamah Internasional 20 Juli 1962
on Certain Expenses of the United Nations (ICJ Reports tahun 1962).

Landasan Hukum Suatu Organisasi Internasional

Dalam bab ini akan dibahas aturan-aturan yang mengatur fungsi dari suatu
organisasi internasional.
Setiap organisasi internasional mempunyai aturan-aturan yang merupakan hukumnya
sendiri. Bagaimana suatu organisasi internasional memperlakukan hukumnya tergantung
pada organisasi internasional itu sendiri. Sebagai contoh Uni Eropa hukumnya dapat
mempunyai dampak langsung pada hukum nasional negara anggotanya.
Dapat dipastikan suatu organisasi internasional mempunyai anggaran dasar sebagai
landasan bekerjanya organisasi internasional tersebut. Untuk perkembangan hukum
selanjutnya dari organisasi internasional tersebut tergantung pada keputusan yang dibuat
alat perlengkapan/organ dari organisasi internasional. Kewenangan dari suatu alat
perlengkapan/organ untuk membuat keputusan ditetapkan dalam anggaran dasarnya.

Anggaran Dasar Suatu Organisasi Internasional


Perjanjian internasional yang dibuat antara negara-negara untuk membuat suatu
organisasi internasional biasanya disebut anggaran dasar organisasi internasional. PBB
misalnya menyebutnya dengan Charter (Piagam), Mahkamah Internasional, Council
Eropa menyebutnya dengan Statute (Statuta), LBB menyebutnya dengan Covenant
(Kovenen), ILO, UNESCO, WHO, FAO menyebutnya dengan Constitution (Konstitusi),
ICAO, IMO menyebutnya dengan Convention. IMF, IBRD menyebutnya dengan Articles
of Agreement.
Anggaran dasar suatu organisasi internasional itu tidak selalu berbentuk suatu
dokumen hukum yang tersendiri. Sebagai contoh anggaran dasar ICAO adalah bagian
dari Chicago Convention on International Civil Aviation. Kovenen LBB dan anggaran
dasar ILO aslinya adalah bagian dari perjanjian perdamaian tahun 1919 (peace treaties).
Anggaran dasar organisasi internasional pada umumnya adalah suatu perjanjian
multilateral. Yang membedakan anggaran dasar suatu organisasi internasional dengan
Pembiayaan Organisasi Internasional (Budget) ] 8 ]

perjanjian multilateral pada umumnya menurut Henry G. Schermers 103 adalah: 1) Mem-
bentuk suatu badan hukum (creation of a legal person). 2) Pembatasan untuk reservasi
(limitation on reservation). 3) Pembaruan secara diam-diam (tacit renewaf).

Membentuk Suatu Badan Hukum


Tidak seperti perjanjian internasional pada umumnya, anggaran dasar suatu
organisasi internasional tidak hanya mengatur masalah hak dan kewajiban negara pihak,
tetapi yang penting anggaran dasar ini membentuk subjek hukum internasional baru.
Sebagai subjek hukum internasional, organisasi internasional mempunyai alat
perlengkapan/organ sendiri serta mengambil sendiri bagian dalam hubungan
internasional. Bahkan organisasi internasional dapat menjadi pihak dalam suatu perjanjian
internasional. Tujuan dari anggaran dasar organisasi internasional adalah menentukan
struktur dan aturan dari fungsi suatu organisasi internasional.

Pembatasan untuk Reservasi


Walaupun pada perjanjian multilateral reservasi adalah hal yang diperbolehkan,
tetapi untuk suatu anggaran dasar suatu organisasi internasional reservasi tidak
dikehendaki. Hal ini disebabkan karena negara anggota suatu organisasi internasional
tidak hanya bekerja sama dengan anggota yang lain untuk berpartisipasi dalam suatu
organisasi internasional, tetapi negara anggotanya bersama-sama memutuskan
masalah-masalah penting. Oleh karenanya maka negara-negara anggota membutuhkan
aturan yang sarna yang mengikat mereka untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi.
Di samping itu suatu anggaran dasar bila diperlukan untuk disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi internasional dapat diadakan perubahan.

Pembaruan Secara Diam-Diam


Suatu organisasi internasional harus dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada
dalam masyarakat. Organisasi internasional mempunyai alat perlengkapan/organ yang
diberi wewenang untuk mengadakan perubahan anggaran dasar bila itu diperlukan.
Pembiayaan Organisasi Internasional (Budget) ] 8 ]

Anggaran dasar suatu organisasi internasional biasanya telah menentukan bagaimana


suatu anggaran dasar itu diubah. Meskipun
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

Udak ada ketentuan untuk perubahan, konstitusi dapat diubah, ^at perlengkapan
utama/organ dari suatu organisasi inter- nasional dapat mengadakan penafsiran atas
ketentuan dalam konstitusi sesuai dengan tujuan organisasi; bila penafsiran itu tjdak
ditolak berarti negara anggota menyetujuinya dan penafsiran ltu akan mengikat.
Walaupun amandemen telah ditentukan alat perlengkapan ^arna/organ utama
mana dalam organisasi internasional itu yang erhak mengadakan amandemen,
kadang-kadang masih dibutuhkan adanya suatu sidang khusus (special review
conference), gunanya adalah mendapatkan suatu pandangan yang komprehensif
Un
tuk suatu perubahan. Sebagai contoh ketentuan dalam Pasal 109 Piagam PBB.
Pasal 109(1) menentukan:
A General Conference of the Members of the United Nations for the purpose of
reviewing the present Charter may be held at a date and place to fixed by two
thirds vote of the members of the general assembly and by vote of nine
members of the Security Council. Each member of the United Nations shall
have one vote in the conference.
Jadi berdasarkan Pasal 109(1) Piagam PBB, maka perubahan lagam PBB harus
dengan sidang Majelis Umum PBB yang Usulkan oleh dua per tiga anggota Majelis
Umum dan suara Sembilan anggota Dewan Keamanan. Sedangkan untuk perubah-
Vang ada disepakati oleh dua per tiga suara sidang dan akan r aku apabila
diratifikasi sesuai proses konstitusi oleh dua per
tjgg
anggota PBB termasuk segenap anggota tetap Dewan Keamanan (Pasal 109[2]
Piagam PBB).
Dari ketentuan tersebut suatu amandemen piagam melalui dua ^ahap 5 Pertama,
pemungutan suara yang diputus dalam sidang ajells Umum. Kedua, diratifikasi oleh
dua per tiga anggota PBB
termasuk kelima anggota tetap Dewan Keamanan. Namun di FAO amandemen anggaran
dasarnya hanya memerlukan step pertama, yaitu conference dapat mengadakan
amandemen anggaran dasar FAO atas persetujuan dua per tiga suara mayoritas itu
mewakili lebih dari suara setengah anggota FAO (Pasal 20 Konstitusi FAO).
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

Dibutuhkan ratifikasi dari para anggota untuk amandemen suatu anggaran dasar
sebelum amandemen itu berlaku didasarkan pada perlunya ada kesepakatan (concent)
dari para anggota Prinsip kesepakatan (concent principle) berbeda dengan prinsip
legislatif (legislative principle).13

Prinsip Kesepakatan (Concent Principle)


Kebutuhan akan adanya kesepakatan dari para anggota untuk berlakunya suatu
amandemen dari suatu anggaran dasar merupakan prinsip yang telah lama dianut oleh
masyarakat internasional. Sebagai contoh pada LBB dalam Pasal 26(1) Kovenen LBB
ditentukan:
Amendments to this Covenant will take effect when ratified by the Members of the League
whose Representatives compose the Council and by mayority of the Members of the League
whose Representatives Compose the Assembly.14
Pada ICAO, maka dalam Konvensinya Pasal 94(a) menentukan:

13D.W. Bowett, op.cil., him. 409-411.


14Pasal 26 pernah direvisi: The Assembly to adopt amendments by a three- quarters mayority vote, including the vote of all members of the
Council, such amendments to come into force when ratified by a mayority of the Assembly, including all the Council Revisi ini tidak pernah efektif
(D.W Bowett, ibid., catatan kaki 74).
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

Any proposed amendment to this convention must be approved by a two-thirds vote


of the Assembly and shall then come into force in respect of States which have
ratified such amendment when ratified by a number of contracting States Specified
by the Assembly. The number of so specified shall not less than two-thirds of the
total number of contracting States.
Jadi menurut ketentuan Pasal 94(a) Konvensi ICAO maka tahap pertama,
amandemen itu harus disetujui dua per tiga suara di Assembly. Tahap kedua, untuk
dapat berlaku harus diratifikasi oleh tidak kurang dari dua per tiga anggota Assembly dan
hanya in respect of states yang meratifikasi amandemen tersebut.

Prinsip Legislatif (The Legislative Principles)


Dalam prinsip legislatif ini maka diperlukan suara
mayoritas untuk menentukan amandemen yang akan mengikat
anggota yang tidak setuju (minoritas). Prinsip ini dianut dalam
Pasal 108 Piagam PBB, menentukan:
Amendments to the present Charter shall come into force for all Members of the
United Nations when they have been adopted by a vote of two thirds of the Members
of the General Assembly and ratified in accordance with their respective
constitutional processes by two-thirds of the Members of the United Nations,
including all the permanent members of The Security Council.
Jadi menurut Pasal 108 Piagam PBB suatu amandemen disetujui dua per tiga
anggota Majelis Umum dan diratifikasi oleh dua per tiga anggota PBB termasuk semua
anggota tetap Dewan Keamanan, amandemen lalu berlaku untuk semua anggota. Dari
ketentuan tersebut dapat dimengerti mengapa sampai saat ini perubahan piagam
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 108 ini belum pernah terjadi. Persyaratan harus
adanya kesepakatan dari semua anggota tetap Dewan Keamanan inilah yang menjadi
kendala.
Bahwasanya amandemen yang telah disetujui oleh dua per tiga anggota dan kalau
perlu diratifikasi akan berlaku mengikat semua anggota (lihat. Konstitusi UNESCO Pasal
13, Konstitusi WHO Pasal 73).
Landasan Hukum Suatu Organisasi Internasional ] g 5

Kombinasi Antara Kedua Prinsip


Selain kedua prinsip di atas ada amandemen yang dibedakan antara amandemen
minor dan mayor, minor amandemen perubahannya cukup dengan prinsip legislatif
(legislative principle), sedangkan mayor amandemen perubahannya memerlukan
kesepakatan (concent principle). Sebagai contoh Pasal 20 Konstitusi FAO yang
membedakan antara perubahan yang menyangkut kewajiban-kewajiban baru bagi para
anggota dan perubahan-perubahan yang tidak menyangkut kewajiban baru bagi para
anggota. Bagi perubahan yang tidak menyangkut kewajiban para anggota harus
disahkan oleh dua per tiga anggota conference, sedangkan untuk perubahan yang
menyangkut kewajiban baru anggota diperlukan pengesahan dua per tiga anggota
conference diikuti oleh ratifikasi dua per tiga anggota dan berlaku untuk semua anggota
yang meratifikasi.

Berlakunya Suatu Amandemen


Kapan berlakunya suatu amandemen ditentukan oleh anggaran dasar itu sendiri.
Biasanya amandemen untuk penambahan suatu alat perlengkapan/organ utama
biasanya berlaku efektif sehari setelah amandemen sah.
Penerimaan dan Penolakan Suatu Amandemen oleh Anggota
Ada kemungkinan suatu anggota menolak untuk amandemen, hal ini bisa terjadi
dalam amandemen dengan prinsip kesepakatan atau pada penerapan prinsip legislatif
tetapi anggota menolak untuk menerima kehendak mayoritas. Dalam hal ini ada kemung-
kinan anggota yang menolak dapat mengundurkan diri.
10

Keputusan-Keputusan Organisasi Internasional

Kegiatan organisasi internasional dapat meliputi kegiatan intern dan kegiatan ekstern.
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

Kegiatan Intern
Kegiatan intern organisasi internasional adalah hubungan organisasi internasional
dengan anggotanya sendiri. Dalam hal ini anggaran dasar suatu organisasi internasional
mengatur tentang fungsi dari suatu organisasi internasional. Dalam melaksanakan fungsi
yang ditentukan dalam anggaran dasar itu keputusan- keputusan yang lebih rinci akan
ditentukan oleh organisasi itu sendiri. Bahwasanya suatu organisasi internasional
mempunyai wewenang untuk membuat peraturan-peraturan yang dibutuhkan oleh
organisasinya. Dalam perkembangan organisasi internasional sesuai dengan
perkembangan masyarakat internasional, anggaran dasarnya merupakan dasar untuk
melakukan fungsinya dalam mengatur masalah-masalah baru yang dihadapi oleh
anggotanya. Untuk menjawab tantangan-tantangan baru itu organisasi internasional harus
menciptakan ketentuan baru melalui proses pembentukan hukum. Proses pembentukan
hukum dalam suatu organisasi internasional itu dapat berupa ketentuan hukum yang
diperlukan untuk hubungan internal, yaitu hubungan antara organisasi internasional
dengan anggotanya. Sedangkan hubungan ekternal adalah hubungan antara organisasi
internasional sebagai subjek hukum internasional dengan subjek hukum internasional
lainnya.
Hubungan internal menurut Henry G. Schermers setidak- tidaknya ada delapan
bidang106 di mana organisasi internasional dapat melaksanakan fungsinya untuk membuat
aturan dalam bidang:
1) Kewenangan untuk membuat aturan prosedural untuk organisasinya.
2) Alat perlengkapan/organ utama dapat membentuk alat perlengkapan/organ tambahan
(subsidiary organ).
3) Negara atau individu dapat dipilih sebagai anggota dari alat perlengkapan/organ
utama organisasi.
4) Internasional organisasi mempunyai kewenangan khusus sehubungan dengan
negara anggotanya. Organisasi internasional boleh menentukan untuk penerimaan,
penundaan hak-hak keanggotaan atau mengeluarkan keanggotaan dari organisasi
internasional.
5) Organisasi internasional mengesahkan budget dan aturan keuangan organisasi.
Landasan Hukum Suatu Organisasi Internasional ] g 5

6) Organisasi internasional akan membuat aturan sehubungan dengan tenaga yang


bekerja di organisasi dengan peraturan- peraturan administrasi yang berlaku untuk
intern organisasi.
7) Organisasi internasional dapat mengubah bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
Misalnya dengan membebaskan anggotanya dari kewajibannya, ini berarti bahwa
organisasi internasional berkurang kewenangannya sebagai supervisi untuk
anggotanya. 8) Kadang-kadang suatu organisasi internasional diberi ke- wenangan
untuk mengadakan hubungan dengan organisasi internasional lainnya, untuk itu
diperlukan peraturan intern yang akan mengaturnya.
Sebagai contoh ketika PBB mengirimkan tentara perdamaian ke Cyprus, Timur
Tengah, Kongo dan Lebanon, hal ini membutuhkan adanya peraturan yang mengatur
tentara ini yang pada dasarnya tidak berbeda dengan aturan nasional tentang angkatan
bersenjata.

Kegiatan Ekstern
Kegiatan ekstern suatu organisasi internasional dapat meliputi hubungan organisasi
internasional dengan organisasi internasional lainnya, atau hubungan antara organisasi
internasional tersebut dengan suatu negara. Hal itu dapat dilihat dari suatu kebijak sanaan
organisasi internasional itu sendiri. Namun demikian dalam hubungan ekstern itu tetap
harus selaras dengan apa yang ditentukan dalam anggaran dasarnya.
Dalam hubungan ekstern dibedakan antara: Rekomendasi, Deklarasi, Konvensi dan
Peraturan yang mengikat.

Rekomendasi
Dalam suatu organisasi internasional sering dipakai untuk suatu usul dari alat
perlengkapan/organ suatu organisasi internasional yang tidak mengikat. Istilah lain yang
dipakai adalah pendapat (opinion) atau nasihat (advice) Dalam beberapa organisasi
internasional untuk rekomendasi sering dipakai dengan istilah resolusi (resolutiori).
Rekomendasi biasanya ditujukan kepada negara anggota suatu organisasi internasional.
Namun ada kemungkinan suatu rekomendasi ditujukan kepada alat perlengkapan/organ
14 6 Pengantar Hu ku m Organisasi I n ternasional

suatu organisasi atau pada suatu organisasi internasional lainnya. Sebagai contoh
ECOSOC sering membuat rekomendasi yang ditujukan kepada Badan Khusus
(SpeciaJized Agencies), demikian juga Majelis Umum.
Permasalahannya apakah suatu resolusi mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum9 Apakah kekuatan mengikat dari suatu resolusi terjadi ketika resolusi ini diterima
oleh mayoritas negara anggota? Jika jawabannya positif maka banyak Resolusi dari
Majelis Umum PBB harus dipertimbangkan sebagai keputus- an yang mempunyai
kekuatan mengikat secara hukum. Menuiut Henry G. Schermers 107 bahwa para ahli
hukum biasanya menambahkan dua persyaratan yang diperlukan untuk menentukan
sebagai peraturan yang mempunyai kekuatan mengikat. Persyaratan tersebut adalah:
adanya penerimaan resmi dari negara anggotanya atau mereka menerimanya sebagai
suatu peraturan yang mempunyai kekuatan mengikat secara hukum atau suatu
ketentuan dalam anggaran dasarnya menentukan bahwa suatu rekomendasi tertentu
mempunyai kekuatan mengikat. Sebagai contoh Pasal 25 Piagam PBB menentukan:
The members of tbe United Ncitions agree to accept and carry out the decisions of
the Securitv Councii in accordance with the present charter.
Keputusan-Keputusan Organisasi Internasional J 95

Jadi jelaslah menurut Pasal 25 Piagam PBB maka Resolusi Dewan Keamanan
sebagai keputusan yang mengikat secara hukum. Sedangkan Resolusi Majelis Umum,
dalam Piagam PBB tidak terdapat ketentuan yang secara jelas menyebutkan bahwa
Resolusi Majelis Umum sebagai keputusan yang mempunyai kekuatan mengikat. Menurut
FA. Whisnu Situni108 ada tiga cara pendekatan untuk memecahkan masalah ini, yaitu. 1.
"instant" customary law approach, 2. "new source" approach, 3. "grey zone" ("grey area")
atau "softlaw "approach.

1) Persetujuan dari negara-negara yang membentuk resolusi dianggap sebagai


opinio juris yang merupakan unsur penting dalam hukum kebiasaan internasional.
Sebagaimana kita ketahui suatu hukum kebiasaan internasional terbentuk karena ada
unsur opinio juris dan adanya praktik dari negara-negara sebagai masyarakat
internasional. Menurut aliran "instant" customary law approach ini unsur kedua yaitu
adanya praktik negara-negara tidak diperlukan. Banyak sarjana yang berkeberatan atas
approach ini.
2) Menurut aliran "new source approach" maka kesepakatan dari negara-negara
yang menyetujui resolusi tersebut merupakan konsensus bagi mereka dan mengikat.
Sedangkan bagi negara-negara yang abstain mereka dianggap menyetujui secara diam-
diam (apabila suara abstain tidak diatur sebagai tidak setuju), sedangkan bagi negara
yang tidak menyetujui dan terikat pada resolusi itu karena resolusi tersebut disetujui
dengan suara terbanyak dan secara prinsip demokrasi bahwa suara mayoritas
dimenangkan. Pendekatan ini sangat radikal.
1M
F.A.Whisnu Situni, identifikasi dan Reftrmulasi Sumber-Sumber Hukum
Internasional (Bandung: Penerbit CV, Mandar Maju, 1989), hlm 85 dan seterusnya.
196 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Menurut aliran "new source approach" maka yang dipakai sebagai dasar daya
mengikat suatu Resolusi Majelis Umum adalah konsensus, maka resolusi mengikat
karena adanya konsensus.
3) "Grey area/zone" atau "soft law approach". Pendekatan ini tidak memutuskan
secara tegas apakah Resolusi Majelis Umum mempunyai kekuatan mengikat atau tidak.
Resolusi Majelis Umum ditempatkan antara keputusan yang mengikat (hukum) dan ke-
putusan yang tidak mengikat (bukan hukum). Menurut aliran ini resolusi itu sendiri bukan
merupakan hukum dan bukan non hukum dan ini disebut sebagai "soft law" Soft Law
dapat memiliki kekuatan mengikat secara yuridis apabila di dalamnya terkait kewajiban
moral, sehingga berdasarkan prinsip itikad baik (good faith) kewajiban moral tersebut
dapat beralih menjadi kewajiban hukum.109
Kritik terhadap pendekatan "grey area/zone" ini mengandung kepastian hukum yang
sangat rendah. Pendekatan ini akan memunculkan masalah baru, yaitu bila resolusi itu
mengandung kewajiban moral dan masyarakat internasional merupakan masyarakat
yang koordinatif, maka "kewajiban moral" akan diinterpretasikan sesuai dengan
kepentingan nasionalnya.
Jelaslah ketiga pendekatan tersebut belum memberikan jalan ke luar mengenai status
Resolusi Majelis Umum.
110
Pendapat Mochtar Kusumaatmadja, mengatakan bahwa Resolusi Majelis Umum
PBB mau tidak mau mempunyai pengaruh besar pada pembentukan suatu pendapat
umum yang tersebar di seluruh dunia apabila yang diputuskan itu me-

lw
F.A. Whisnu Situm. Aid, hlm. 87.
U0
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Buku I, Cetakan Pertama
(Bandung: Binacipta, 1976), hlm 146-148.
nyangkut hal-haI yang bertalian dengan hukum seperti misalnya hak-hak asasi manusia,
kemerdekaan bangsa-bangsa dan hak bangsa-bangsa atas kekayaan alam di wilayah
negaranya, maka mau tidak mau keputusan-keputusan dengan demikian mempunyai
akibat terhadap pembentukan suatu pendapat umum (communis opinio) mengenai hal-hal
tersebut tadi yang memegang peranan penting dalam membina suatu kesadaran hukum
Keputusan-Keputusan Organisasi Internasional J 95

walaupun keputusan-keputusan tadi mungkin dalam tingkat pertama terdorong oleh motif-
motif politik ...walaupun keputusan Majelis Umum resolusi tidak mempunyai kekuatan
mengikat yang langsung, namun sepanjang mengenai persoalan- persoalan yang
menyangkut hukum, resolusi-resolusi tadi penting peranannya dalam membentuk apa
yang dinamakan unsur psikologis dalam hukum kebiasaan.
Mengingat besarnya keanggotaan Majelis Umum maka dapatlah dimengerti bahwa
Resolusi Majelis Umum sangat berpengaruh dalam pembentukan opini masyarakat
internasional.

Deklarasi (Declaration)
Suatu deklarasi akan dipergunakan untuk klarifikasi suatu keadaan/fakta yang ada di
mana dibutuhkan untuk suatu penerapan hukum. Sebagai contoh, suatu deklarasi adanya
keadaan yang mengganggu keamanan dan perdamaian internasional sehingga
dibutuhkan untuk penerapan Bab 7 Piagam PBB. Contoh lain, suatu deklarasi yang
dikeluarkan berdasarkan Pasal 18(2) Piagam PBB, sehubungan dengan pertanyaan
"soal-soal yang penting" sehingga diperlukan pemungutan suara dengan suara terbanyak
yang berjumlah dua per tiga dari anggota yang hadir dan memberikan suaranya.
Yang penting diperhatikan bahwa suatu deklarasi tidak dimaksudkan untuk
mengubah hukum. Ada kemungkinan deklarasi berisi kodifikasi dari suatu "hukum
kebiasaan internasional". Dalam hal ini deklarasi akan mengikat dan tetap mengikat bila
hukum kebiasaan internasional itu dikodifikasikan. Suatu perkembangan kebiasaan yang
secara hukum ditolak oleh suatu deklarasi tidak mungkin menjadi aturan hukum.
Kemungkinan bahwa suatu deklarasi mengikat bila deklarasi itu memuat "asas-asas
umum hukum" (general principles of law). Sebagaimana kita ketahui bahwa "asas-asas
umum hukum" sebagai sumber hukum internasional mengikat dan ini dapat
dikodifikasikan dengan deklarasi sebagaimana halnya hukum kebiasaan internasional.
Kepentingan untuk mengkodifikasikan "asas-asas umum hukum" sangat mendesak di
PBB. Hal ini disebabkan dunia menghendaki adanya pengaturan secara universal dalam
banyak bidang, tetapi tidak ada badan legislatif internasional. Kodifikasi dari asas-asas
198 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

umum hukum adalah suatu cara untuk mendapatkan suatu aturan hukum yang universal.
Sebagai contoh, Deklarasi PBB untuk Membatasi Segala Bentuk Diskriminasi (UN Decla-
ration on the Elimination of all Forms of Racial Discrimination) GA Resolution 1904 (XVIII).
Kemungkinan deklarasi mempunyai kekuatan mengikat karena deklarasi memuat
suatu penafsiran tertentu dari ketentuan yang terdapat dalam anggaran dasar suatu
organisasi internasional. Dalam anggaran dasar suatu organisasi ada ketentuan yang
memerlukan penjelasan lebih lanjut. Sebagai contoh misalnya dalam piagam ada
ketentuan "cinta damai" (peace loving) (Pasal 4[1] Piagam PBB), "pembagian geografis
secara adil" (equitable geographical distribution), ketentuan tadi membutuhkan pen-
jelasan lebih lanjut baik secara praktik yang terdapat dalam cara kerja PBB atau
dinyatakan dalam deklarasi. Deklarasi tadi merupakan penafsiran yang mengikat dari
suatu ketentuan yang ada. Deklarasi tersebut tidak menciptakan suatu hukum namun
hanya lebih menjelaskan. Jadi Majelis Umum mempunyai kewenangan untuk menafsirkan
ketentuan dalam piagam dengan adanya keputusan yang disetujui dengan suara
terbanyak. Seandainya ada keputusan yang tidak disetujui dengan suara terbanyak
namun ada kemungkinan keputusan Majelis Umum akan mempengaruhi kebijaksanaan
PBB untuk masa yang akan datang.
Sebagai contoh, Pasal 56 Piagam PBB menentukan bahwa anggota PBB akan
mengadakan kerjasama atau sendiri-sendiri demi tercapainya promosi untuk menghargai
hak-hak asasi manusia. Apa yang dimaksudkan dengan hak-hak asasi manusia dalam
Pasal 56 ini tidak disebutkan dalam Piagam PBB, namun kemudian dinyatakan dalam
Déclaration of Human Rights (GA Resolution 217[IH], 10 Desember 1948).
Pasal 1(1) menentukan . . .and for ihe suppression of ac/s of aggression... dan dalam
Piagam PBB tidak dijelaskan tentang apa yang dimaksudkan dengan tindak agresi itu.
Apa yang dimaksudkan dengan tindak agresi diberikan dengan adanya Resolusi Majelis
Umum No. 3314 (XXIX) (GA Resolution 3314(XXIX)) tertanggal 14 Desember 1974.
Ketentuan dalam Resolusi Majelis Umum No. 33 14 (XXIX) memberikan penafsiran lebih
lanjut dari kewajiban yang ditentukan anggota PBB untuk mencegah tindakan agresi.
Keputusan-Keputusan Organisasi Internasional J 95

Deklarasi mempunyai kekuatan mengikat bila deklarasi itu menentukan ketentuan-


ketentuan hukum tentang hal-hal yang belum ada aturannya. Sebagai contoh, karena
kemajuan teknologi orang sudah sampai ke bulan dan akan mengadakan eksplorasi di
bulan. Pada waktu itu belum ada hukum yang mengatur tentang ruang angkasa (outer
space). Untuk mengisi kekosongan hukum itu Majelis Umum PBB memutuskan suatu
deklarasi untuk mengatur prinsip-prinsip hukum yang mengatur aktivitas negara untuk
eksplorasi dan penggunaan ruang angkasa.
Sebagian besar negara di dunia ini menerima deklarasi tersebut, oleh karenanya
deklarasi ini dapat dipertimbangkan dan mempunyai kekuatan mengikat. Jadi deklarasi
yang mengikat diputuskan oleh suara terbanyak atau mendekati suara terbanyak dan
diterima sebagai hukum kebiasaan internasional, sebagai asas umum hukum, sebagai
penafsiran suatu ketentuan dalam anggaran dasar, atau sebagai ketentuan yang mengisi
kekosongan hukum.

Konvensi (Convention)111
Konvensi adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebutkan suatu perjanjian
internasional multilateral. Pada umumnya suatu perjanjian internasional dibentuk atas
kesepakatan perwakilan negara yang diberi wewenang untuk membuat perjanjian yang
akan mengikatkan negara peserta perjanjian internasional tersebut. Namun setelah ILO
terbentuk tahun 1919, sejak itu diterima bahwa draft untuk membuat perjanjian
internasional dapat juga berasal dari organisasi internasional. 112 Konvensi yang berasal
dari organisasi internasional sebagaimana sifat dari suatu

"'I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian Internasional. Bagian 1 (Bandung: Mandar


Maju. 2002), hlm. 28.
'"Henry G. Schermers, opcit., hlm. 619.
perjanjian internasional yang mempunyai kekuatan mengikat bagi pesertanya. Konvensi
yang dibuat oleh organisasi internasional biasanya membentuk suatu formulasi aturan
yang dipertimbangkan oleh suatu organisasi internasional dan akan mempunyai peran
dalam orde hukum (legal order) dalam suatu organisasi internasional.
200 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Konvensi merupakan tindakan hukum yang penting, barangkali ini merupakan suatu
pembentukan hukum yang penting dalam zaman modem ini.
Dalam organisasi internasional seperti ILO dalam anggaran dasarnya memuat
ketentuan alat perlengkapan/organ mana dalam organisasi itu yang mempunyai hak untuk
membuat konvensi (Anggaran Dasar ILO Pasal 19). Di ILO kongres umum (general
congress) yang mempunyai wewenang membuat konvensi.
Setelah Perang Dunia II di mana mulai bermunculan organisasi internasional maka
dalam anggaran organisasi internasionalnya ditentukan alat perlengkapan/organ mana
dalam organisasi internasional itu yang berhak membuat konvensi.
Dalam rangka PBB tidak terdapat ketentuan yang memberikan kewenangan bahwa
Majelis Umum mempunyai kewenangan membentuk konvensi, namun Majelis Umum
dalam praktiknya telah menentukan beberapa konvensi. 113 Sebagai contoh, dengan
Resolusi Majelis Umum No. 22 A (I) telah memutuskan Konvensi Hak-Hak Istimewa dan
Kekebalan UN (Com>ention on Privileges and Immunities of the UN), Resolusi Majelis
Umum 2200 (XXI) memutuskan Konvensi tentang Hak-Hak

"'Dalam Sidang Persiapan Pembentukan PBB {the United Nations Conference on


InternationaI Organization (UNCIO) di San Fransisco pernah diusulkan untuk memberikan
kewenangan pada Majelis Umum PBB yang mempunyai kewenangan untuk membuat
konvensi, namun usul ini tidak diterima disebabkan kewenangan Majelis Umum sudah
mempunyai kewenangan yang cukup luas
Asasi Manusia (Covenants on Human Rights), Resolusi No. 2530 (XXIV) memutuskan
Konvensi untuk Misi Khusus (Convention on Special Missions), Resolusi No. 2660 (XXV)
tentang penempatan senjata nuklir atau senjata lainnya di landas kontinental (the Treaty
on the prohibition of the emplacement of nuclear and other weapons on the sea-bed).
Permasalahan yang timbul apakah suatu konvensi yang dibuat oleh organisasi
internasional harus diratifikasi? Jawaban dari pertanyaan ini tergantung pada isi konvensi
tersebut. Jika konvensi berisikan rekomendasi untuk suatu aturan tertentu kepada para
anggotanya, maka dalam hal ini tidak ada tekanan pada para anggotanya. Ada juga
dalam suatu organisasi internasional berlakunya suatu konvensi tergantung pada
anggotanya, apakah anggotanya akan meratifikasinya atau tidak, dalam hal ini kekuatan
Keputusan-Keputusan Organisasi Internasional J 95

hukum suatu konvensi tergantung pada ratifikasi dari para anggotanya. Namun konvensi
yang memuat ketentuan- ketentuan hukum yang ada, yang merupakan kodifikasi dari
ketentuan hukum yang ada (existing rule of ¡aw) akan mengikat para anggotanya. Hal ini
disebabkan karena negara anggota mempunyai kewajiban moral untuk
meratifikasikannya. Sebagai contoh, kodifikasi dari ketentuan hukum yang ada, misalnya
konvensi yang dibuat ole PBB, Konvensi Genocide, Konvensi Hubungan Diplomatik.
Konvensi Hubungan Konsuler, Konvensi Hukum Peijanjian. Konvensi-konvensi tadi berisi
ketentuan-ketentuan hukum yang ada dan merupakan hukum kebiasaan internasional.
Dipilihnya bentuk konvensi agar kekuatan mengikatnya lebih pasti. Namun ada juga
kodifikasi yang tidak memuat hukum kebiasaan internasional, tetapi memuat asas-asas
hukum (lega! principles), sebagai contoh Konvensi PBB tentang Landas Kontinen (UN
Convention on the
Continental Shelf). Konvensi tersebut tidak memuat hukum kebiasaan internasional, tetapi
masyarakat internasional memerlukan peraturan-peraturan hukum khusus. Konvensi
tersebut akan disetujui oleh mayoritas delegasi dari negara-negara anggota.
Dalam organisasi internasional yang bersifat universal sering mengundang bukan
anggota untuk ikut merumuskan draft konvensi terutama dalam konvensi yang akan
mengatur masalah hukum yang bersifat universal. Sebagai contoh, Konvensi tentang
Registrasi Objek- Objek yang Diluncurkan di Ruang Angkasa (UN Convention on the
Registration of Objects Latmched into Outer Space) memungkinkan organisasi
internasional yang mempunyai aktivitas tersebut diundang untuk berpartisipasi (Pasal 7
Konvensi).

Peraturan yang Mengikat (Binding Rules)


Secara umum diterima bahwa suatu organisasi internasional tidak dapat membuat
keputusan yang mengikat secara eksternal, kecuali bila ketentuan dalam anggaran
dasarnya menentukan demikian.
Pada organisasi internasional tertentu dapat mengambil keputusan yang mengikat
pemerintah negara anggotanya. Keputusan yang demikian biasanya dapat meliputi
202 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

semua bidang, tetapi adakalanya hanya untuk bidang-bidang tertentu. Namun walaupun
hanya pada bidang tertentu kekuatan mengikat keputusan tersebut dapat berdampak ke
luar, meliputi bidang- bidang yang ada hubungannya. Sebagai contoh, Pasal 25 Piagam
PBB menentukan:
The members of the United Nations agree to accept and carry
out the decisions of the Security Couneil in accordance with the
Present Charter.
Ketentuan Pasal 25 Piagam PBB dapat dihubungkan dengan Pasal 2(6) Piagam yang
menentukan:
The Organization shall ensure that States Which are not Members of the United
Nations act m accordance with these Principles so far as may be necessary for the
maintenance of international peace and security.
Jadi dalam kaitannya dengan keputusan Dewan Keamanan PBB tentang perdamaian
dan keamanan internasional mengikat para anggota dan bagi negara nonanggota PBB
berdasarkan Pasal 2(6) Piagam PBB harus bertindak sesuai dengan keputusan Dewan
Keamanan. Contoh lain di mana suatu keputusan organisasi internasional juga mengikat
pihak lain yang bukan anggota. Sebagai contoh anggaran dasar dari Organization of Arab
Petroleum Exporting Countries (OAPEC), Pasal 3 menentukan bahwa keputusan dari
Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) mengikat semua anggota
OAPEC, apakah dia anggota OPEC atau bukan.
Ada kemungkinan dalam suatu organisasi internasional memutuskan sesuatu untuk
individu tanpa melalui negara nasional si individu tadi. Sebagai contoh Council dari
Masyarakat Eropa (European Communities) dapat mengeluarkan aturan yang mengikat
individu dalam hal individu tadi sebagai pelaku dalam pasar bersama (common market).
Suatu keputusan (decision) dari suatu organisasi internasional diartikan bahwa
keputusan tersebut sebagai keputusan yang mengikat bagi suatu negara atau kepada
individu di mana keputusan tersebut ditujukan. Jadi keputusan suatu organisasi
internasional itu dapat ditujukan kepada pemerintah atau kepada individu.
Di samping keputusan yang bersifat khusus suatu organisasi internasional dapat
membuat keputusan yang merupakan aturan umum [general regulations) yang berlaku
dan untuk seluruh negara anggota dan dapat diterapkan secara langsung. Sebagai
Keputusan-Keputusan Organisasi Internasional J 95

contoh, ICAO memutuskan peraturan yang berlaku dan mengikat semua pesawat yang
terbang melintasi laut bebas, semua negara anggota terikat untuk melaksanakannya dan
menjamin bahwa semua orang tidak akan melanggarnya (ICAO Pasal 12 Anggaran
Dasarnya). Standar ICAO untuk lisensi personal mengikat individu (Pasal 39 dan 40
Anggaran Dasarnya).

Kaitan Keputusan Organisasi Internasional dengan Hukum Internasional

Berdasarkan Pasal 53 Konvensi Wina tentang Perjanjian Internasional tahun 1969


dan Pasal 64. Perjanjian batal jika melanggar "peremptory norm". Ketentuan ini
menunjukkan bahwa ada ketentuan dalam Hukum Internasional yang harus didahulukan
dari ketentuan hukum lainnya. Ketentuan hukum internasional ini telah merupakan bagian
dari sistem hukum (legal order) dari organisasi internasional.

Kaitan Keputusan Organisasi Internasional dengan Asas-Asas Umum Hukum (General


Principies of Law)

Beberapa asas-asas umum hukum telah merupakan bagian dari hukum internasional
dan telah diakui sebagai "peremptory norm" dari hukum internasional (Pasal 53 dan 64
Konvensi Wina tentang Perjanjian Internasional). Di samping itu terdapat asas-asas
umum hukum yang dipratikkan sebagai tambahan dari sumber-sumber hukum yang
dipergunakan dalam organisasi internasional. Sebagai contoh, Mahkamah Internasional
(ICJ) dalam "Reparation for Injuries Case" telah membuat suatu asas-asas umum hukum
dalam keputusannya.

Kaitan Keputusan Organisasi Internasional dengan Hukum Kebiasaan Internasional

Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional terikat pada hukum


kebiasaan internasional. Kebiasaan berkembang secara cepat di organisasi internasional,
hal ini disebabkan karena organisasi internasional dapat mengekspresikannya dalam
resolusi-resolusinya.
204 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

11

Hubungan Eksternal

Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional mempunyai kemampuan


untuk mengadakan hubungan dengan subjek hukum internasional lainnya. Hubungan
yang dilakukan oleh organisasi internasional itu dapat dilakukan antara organisasi
internasional dengan negara anggotanya. Hubungan ini disebut hubungan intern Di
samping itu organisasi internasional dapat mengadakan hubungan dengan negara yang
bukan anggota atau dengan organisasi internasional lainnya yaitu hubungan eksternal.

Hubungan Eksternal Antara Organisasi Internasional dengan Negara Nonanggota

Hubungan organisasi internasional dengan negara nonanggota, dapat dilakukan


dalam hal: 1) Negara nonanggota tersebut dapat berkedudukan sebagai observer dari
sidang-sidang yang dilakukan oleh organisasi internasional. Negara nonanggota sebagai
observer suatu organisasi internasional, disebabkan negara tersebut karena alasan politik
tidak dapat menjadi anggota organisasi internasional. Sebagai contoh, Swiss sebelum
tahun 2002'14 ini menjadi observer dari sidang-sidang PBB terutama dalam sidang

"■"Swiss menjadi anggota PBB tahun 2002 ini.


205 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

kemanusiaan. 2) Pada organisasi internasional dalam bidang kerja- sama teknis, seperti
UPU dan ITU, negara nonanggota juga sering menerapkan aturan-aturan teknis yang
berlaku bagi negara anggota organisasi tersebut. 3) Negara nonanggota sering
mengadakan perjanjian bilateral dengan organisasi internasional, sebagai contoh, PBB
membuat perjanjian dengan Swiss tentang adanya Gedung PBB yang berada di Swiss.
Austria, sebagai negara tuan rumah untuk OPEC.

Hubungan Eksternal Antara Organisasi Internasional dengan Organisasi Internasional


Lainnya
Dalam kaitan hubungan antara organisasi internasional dengan organisasi
internasional lainnya kita akan melihat bagaimana hubungan dalam sistem PBB.
Dalam rangka PBB berdasarkan Pasal 57 Piagam PBB, organisasi internasional
yang didirikan berdasarkan perjanjian antara negara dan mempunyai tanggung jawab
yang luas di bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan maupun di bidang
yang berkaitan dengan itu, badan ini disebut Badan Khusus (Specialized Agencies) di
tempatkan dalam suatu hubungan dengan PBB sesuai dengan Pasal 63 Piagam PBB
Sedangkan Pasal 63 Piagam PBB menentukan bahwa Dewan Ekonomi dan Sosial ikut
serta dalam setiap persetujuan dengan tiap-tiap Badan Khusus sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 57 Piagam PBB, dan persetujuan yang demikian harus mendapatkan
persetujuan Majelis Umum PBB. Menurut Henry G. Schermers, 115 menyebutkan alasan
mengapa Badan Khusus tetap sebagai organisasi di luar
PBB, tetapi tetap diorganisasi oleh PBB: 1) Ada ketidakyakinan bahwa PBB dapat
menyelesaikan semua masalah. Hal ini dapat belajar dari sistem LBB, di mana ada
negara besar dan penting berada di luar LBB. Sedangkan kerjasama dalam bidang teknis
tidak harus tergantung pada keberhasilan PBB. 2) Kerjasama di bidang teknis harus
dilepaskan dari kerjasama di bidang politik. 3) Tidak semua anggota dari PBB mau
berpartisipasi dalam semua kerja teknis, ada negara anggota yang hanya ingin ikut
berpartisipasi dalam kerjasama teknik tertentu. Dengan dipisahkannya Badan Khusus dari
PBB, maka akan memudahkan anggota untuk memilih keijasama teknik mana yang paling
" 5 H e n r y G . S c h e r m e r s , op.cit., h l m . 8 3 8 .
206 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

menguntungkan baginya. 4) Dalam kerjasama teknik biasanya menyertakan secara


langsung departemen teknis dari suatu negara, sehingga ini akan menyertakan tenaga-
tenaga ahli dari departemen bersangkutan. Keberhasilan kerjasama teknis ini tergantung
pada kerjasama antara para ahli di lingkup nasional. Organisasi internasional yang
merupakan Badan Khusus dari PBB adalah: ILO, FAO, UNESCO, WHO, ICAO, IMO,
WMO, ITU, UPU, IMF, IBRD, IFC, IDA, WIPO, IFAD, UNIDO.1,6
Di samping Badan Khusus tadi IAEA adalah organisasi internasional yang sangat erat
kaitannya dengan PBB tetapi bukan Badan Khusus, membuat perjanjian dengan PBB,
melalui Majelis Umum PBB. Organisasi Internasional IAEA ini secara teknis memang tidak
masuk dalam Badan Khusus, tetapi melakukan fungsi sebagaimana halnya Badan
Khusus IAEA. Hal serupa juga berlaku pada the World Tourism Organization, yang
mengadakan
perjanjian dengan PBB melalui Dewan ECOSOC, tetapi tidak berstatus sebagai
Badan Khusus.
Di samping Badan Khusus, dalam sistem PBB dikenal institusi yang mempunyai
tugas secara otonomi, tetapi institusi ini tidak mempunyai status hukumnya (legal
status) sendiri. Secara hukum Badan ini merupakan Badan Tambahan (Subsidiary
Organ) dari Majelis Umum PBB (Pasal 22 Piagam PBB). Badan ini merdeka untuk
menjalankan fungsinya, bahkan dapat mempunyai keanggotaannya sendiri. Badan-
badan tersebut adalah: UNDP, UNICEF, UNHCR, UNITAR, UNRWA, UNCTAD,
UNCDF, WFP, UNFPA, UNEP, International Narcotic Control Board.
Di samping badan-badan tadi, maka komisi ekonomi regional (regional economic
commission) mempunyai otonomi yang luas dalam sistem PBB. Selain hubungan
dalam sistem PBB, kita juga mengenal hubungan antara IBRD dan IFC dan IDA, IFC
dan IDA memakai staf dan alat perlengkapan utama/organ dari IBRD, anggota IFC
dan IDA harus anggota dari IBRD.

Masyarakat Eropa (European Communities)


Hubungan Eksternal 2 15

Masyarakat Ekonomi Eropa (the European Economic Com- munity-EEC), The


European Atomic Energy Community (Euratom) dan Masyarakat Eropa dalam bidang
Batu Bara dan Baja (the European Coal and Steel Community-ECSC) telah
berintegrasi sebagai uni organisasi internasional. Tidak seperti PBB, uni ini tidak
ditetapkan dengan suatu perjanjian internasional, tetapi komunitas ini mempunyai
anggota yang sama dan alat perlengkapan/organ umum yang sama (common
organs), dua dari empat alat perlengkapan/organ utama telah bersama-sama, yaitu
Parlemen Eropa (European Parliament) dan Mahkamah (the Court of
Justice). Dua alat perlengkapan lainnya, yaitu Dewan (Council) dan Komisi
(Commission) telah ditetapkan sebagai alat perlengkapan/organ bersama dengan
Perjanjian Gabungan (Merger Treaty) tanggal 8 April 1965. Yang berlaku sejak 1 Juli
1967. Sedangkan Komite Ekonomi dan Sosial (the Economic and Social Committee)
merupakan komite bersama antara Masyarakat Ekonomi Eropa dan Euratom saja.
Masyarakat Batu Bara dan Baja mempunyai Komite Konsultasi sendiri. Komite
Teknik terpisah sejak semula, namun ada beberapa jasa, misalnya jasa informasi telah
ditetapkan secara bersama. Walaupun secara praktis ketiga komunitas itu beroperasi
secara bersama tetapi masing-masing mempunyai anggaran dasarnya sendiri.

Organisasi Antarnegara-Negara Amerika


Anggaran Dasar Organisasi Antarnegara-Negara Amerika (the Organization of
American States-OAs) menetapkan hubungan antara badan-badan khusus OAS.
Badan-badan khusus OAS sebagai organisasi internasional yang bergerak dalam
bidang teknis mempunyai otonomi penuh, tetapi mempunyai hubungan dengan OAS
didasarkan pada perjanjian yang dibuat antara mereka. OAS telah membuat perjanjian
dengan 6 badan khususnya, yaitu Pan-American Health Organization, Inter- American
Children's Institute, Inter-American Commission of Woman, Pan-American Institute of
Geography and History, Inter-American Indian Institute, Inter-American of Agricultural
Sciences.
208 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Instrumen untuk Hubungan Eksternal

Instrumen yang dipakai organisasi internasional dalam hubungan eksternal adalah:


(a) Peijanjian internasional, (b) Hubungan diplomatik, (c) Pengakuan terhadap subjek
hukum internasional lainnya, (d) Alat perlengkapan/organ yang bertanggung jawab dalam
hubungan eksternal, (e) Klaim terhadap organisasi internasional, (f) Mengeluarkan
paspor, (g) Penyimpanan (depository) dan pendaftaran untuk perjanjian internasional, (h)
Registrasi kapal dan pesawat.

Perjanjian Internasional
Diadakan oleh organisasi internasional dengan subjek hukum internasional lainnya.
Dalam membicarakan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional telah
dibicarakan kemampuan organisasi internasional untuk mengadakan perjanjian
internasional.

Hubungan Diplomatik

Fungsi hubungan diplomatik antarnegara seperti yang ditentukan dalam Pasal 3


Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik tahun 1961 adalah:
1. Mewakili negara pengirim di dalam negara penerima.
2. Melindungi di dalam negara penerima, kepentingan-kepentingan negara pengirim dan
warga negaranya, dalam batas- batas yang diizinkan oleh hukum internasional.
3. Berunding dengan pemerintah negara penerima.
4. Mengetahui dengan cara-cara yang sah, keadaan dan perkembangan di dalam
negara penerima dan melaporkannya kepada negara pengirim.
5. Memajukan hubungan bersahabat antara negara pengirim dan negara penerima,
membangun hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmiah.
Beberapa fungsi diplomatik antara negara tadi tidak dapat dilaksanakan oleh
organisasi internasional. Kepentingan organisasi internasional lebih terbatas jika
dibandingkan dengan negara. Dalam hubungan diplomatik ini apakah organisasi
Hubungan Eksternal 2 15

internasional dapat menerima delegasi negara anggota? Untuk menjawab pertanyaan ini
haruslah diingat bahwa organisasi internasional tidak mempunyai wilayah.
Dalam praktik ada negara seperti Tanah Suci (Holy See) menerima perwakilan
diplomatik negara sahabat di wilayah negara Itali berhubung wilayah Tanah Suci sangat
terbatas untuk menerima perwakilan diplomatik.
Dalam Konvensi Wina tentang Perwakilan Negara dalam kaitannya dengan
organisasi internasional yang bersifat universal (Vienna Convention on the
Representation of States in their Relation with International Organization of Universal
Character) tahun 1975, Pasal 5 menentukan bahwa negara anggota dapat mengirimkan
utusan tetap pada organisasi, bila peraturan organisasi internasional itu memungkinkan.
Jika tidak ada peraturan lain yang dibuat dalam organisasi internasional tersebut atau
dalam peraturan antara organisasi internasional itu dengan negara tuan rumah, negara
anggota tidak memerlukan izin dari negara tuan rumah ataupun organisasi internasional
tersebut.
Pengiriman perwakilan secara permanen pada suatu organisasi internasional telah
biasa dipraktikkan pada saat LBB. Beberapa pemerintah negara anggota mengirimkan
perwakilan tetapnya di Jenewa pada tahun-tahun pertama berdirinya LBB. Ada juga
beberapa negara anggota yang memerintahkan perwakilan di Bern atau Paris atau
Konsulnya di Jenewa untuk bertindak sebagai pejabat penghubung. Ternyata praktik ini
sangat berharga dalam hubungannya antara negara anggota dan LBB. Praktik ini, yaitu
pengiriman misi permanen di New York kemudian dilanjutkan pada PBB, terutama
kepentingan untuk mengirimkan misi permanen di Dewan Keamanan disebabkan Dewan
Keamanan akan bersidang secara terus-menerus, untuk itu dibutuhkan adanya misi
permanen negara anggota Dewan Keamanan di New York. Sejak tahun 1948
dikembangkan penetapan perwakilan tetap dari para negara anggota di PBB.
Dengan Resolusi Majelis Umum No. 257(111) tanggal 3 Desember telah
merekomendasikan bahwa credensial dari perwakilan tetap ke PBB harus dikeluarkan
oleh kepala negara, atau kepala pemerintahan atau perdana menteri atau menteri luar
negeri yang ditujukan kepada sekretaris jenderal. Sejak saat itu lembaga perwakilan
210 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

tetap telah diterima secara umum (Konvensi Wina tahun 1975 tentang perwakilan suatu
negara dalam kaitannya dengan organisasi internasional yang bersifat universal).
Terlepas dari perwakilan tetap di PBB yang ada di New York, perwakilan tetap dikirim
oleh negara anggota untuk perwakilan di organisasi internasional yang berada di kota
lain, sebagai contoh perwakilan PBB di Jenewa, diakreditasikan di perwakilan PBB di
Jenewa, di Paris diakreditasi ke UNESCO atau ke the Organization of Economic Co-
operation and Development, di Wina diakreditasikan ke IAEA atau ke UNIDO. Bagi
Negara nonanggota, Gerakan Pembebasan (Liberation Movement) dan keanggotaan
sebagian (partial member) juga dimungkinkan untuk mempunyai perwakilan tetap
(Konvensi Wina tahun 1975, Pasal 5,7). Sebagai contoh, Gerakan Pembebasan
Palestina (PLO) mempunyai perwakilan di PBB di New York.
Dalam organisasi internasional yang bersifat universal perwakilan nonanggota
disebut sebagai "permanent observer mission". Dalam sistem PBB permanent observer
mission boleh berpartisipasi dalam aktivitas PBB, namun tidak mempunyai hak suara.
Sedangkan di Masyarakat Eropa, permanent observer mission ini tidak mempunyai akses
ke alat perlengkapan/organ Masyarakat Eropa.
Selain perwakilan tetap bagi negara nonanggota maka organisasi internasional
dimungkinkan juga mempunyai perwakilan tetap di organisasi internasional lainnya.
Perwakilan tetap organisasi internasional ini tidak mewakili negara, mereka mempunyai
tugas sama sebagai badan publik dan mereka juga boleh mengklaim hak-hak istimewa
dan kekebalan melalui perjanjian khusus. Sebagai contoh OAS, Council Eropa,
Masyarakat Eropa mempunyai observer permanen di PBB.
Perwakilan permanen dari suatu organisasi internasional dapat diakreditasi pada
beberapa organisasi internasional lainnya pada saat yang sama. Negara-negara "kecil"
sering juga menunjuk perwakilan tetapnya untuk beberapa organisasi internasional (Pasal
8(1) Konvensi Wina tahun 1975). Menurut Pasal 8(3) Konvensi Wina tahun 1975
menetapkan bahwa dua atau lebih negara dapat menunjuk orang yang sama sebagai
kepala perwakilan untuk organisasi internasional yang sama. Prosedur penunjukan
Hubungan Eksternal 2 15

perwakilan tetap bagi negara nonanggota atau organisasi internasional sama dengan
perwakilan tetap negara anggota.
Perbedaan antara misi diplomatik untuk perwakilan tetap di organisasi internasional
dan misi diplomatik dalam rangka hubungan antarnegara. Sama dengan misi tetap di
organisasi internasional.117
Menyangkut hubungan triparti antara negara pengirim, negara tuan rumah dan
organisasi internasional. Hubungan ini terutama menyangkut tentang masalah hak-hak
istimewa (privileges) dan hak kekebalan (immunity).
Salah satu perbedaan kesepakatan dari negara tuan rumah secara normal tidak
dipersyaratkan untuk menerima seseorang sebagai anggota delegasi. Menurut perjanjian
Markas Besar PBB (the Headquarters Agreement) Pasal 5, dan Pasal 4 Konvensi tentang
Hak-Hak Istimewa dan Kekebalan (Convention on the Privileges and Immunities of the
UN), hak-hak istimewa dan kekebalan secara otomatis diberikan pada pejabat yang
ditunjuk oleh negara anggota PBB sebagai staf diplomatik perwakilan tetap. Jika ada
anggota dari misi diplomatik yang diakreditasi- kan pada suatu organisasi internasional di
personanongratakan, masalah itu tidak hanya mengakibatkan buruknya hubungan antara
dua negara tetapi juga hubungan dengan organisasi internasional itu sendiri dengan
salah satu negara anggotanya.
Hubungan antara perwakilan tetap di organisasi internasional di mana perwakilan
tersebut diakreditasikan akan lebih dekat dibandingkan dengan hubungan diplomatik
antara negara. Meskipun suatu misi boleh bertindak atas nama suatu negara anggota
dalam kapasitasnya sebagai counterpart dalam suatu organisasi internasional (misalnya
dalam negosiasi bantuan teknik yang diberikan oleh organisasi internasional), dalam hal
ini ia bertindak atas nama negara anggota sebagai salah satu elemen

11?
Henry G. Schermers, op.cil., him. 911-912.
dari organisasi internasional, misi itu tidak bertindak sebagai hubungan eksternal tetapi
sebagai menjalankan fungsinya dalam struktur organisasi. Hubungan dekat antara
organisasi dan misi tetap di organisasi di mana ia diakreditasikan merupakan perbedaan
212 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

antara perwakilan tetap di organisasi internasional dan misi diplomatik pada suatu
negara.
Perbedaan ketiga fungsi dari suatu misi tetap pada organisasi internasional
dengan misi diplomatik suatu negara terletak pada tugasnya. Tugas penting dari suatu
perwakilan tetap di organisasi internasional adalah mengoordinasikan perwakilan-
perwakilan nasional dalam bermacam alat perlengkapan/organ yang ada di organisasi
internasional. Perwakilan tetap sebagai pusat pelayanan untuk aktivitas nasional pada
organisasi internasional di mana ia diakreditasikan.
Perbedaan keempat ada pada peraturan pengutamaan (rules of precedence). Di
dalam sistem PBB sidang di PBB tidak hanya antara diplomat tetapi juga antara kepala
negara, kepala pemerintahan dan delegasi, presiden dan alat perlengkapan/organ PBB.
Sekretariat PBB membuat aturan pengutamaan lebih detail, yang kadang berbeda
dengan sistem yang ada untuk hubungan diplomatik. Sebagai contoh, dalam hubungan
diplomatik antar- negara, maka penerimaan perwakilan terhitung sejak tanggal perwakilan
itu diterima di ibu kota negara di mana diakreditasi, sedangkan di PBB misalnya di Majelis
Umum PBB tergantung pada pengaturan tempat duduk (seating arrangement).
Pengaturan tempat duduk ini didasarkan pada alfabetis nama negara (dalam bahasa
Inggris) dimulai dengan negara yang diberi kesempatan untuk memilih berdasarkan lotre.
Prosedur Pengiriman Corps Diplomatik dari Suatu Organisasi Internasional
Pengiriman corps diplomatik dari suatu organisasi internasional membutuhkan: 1.
Penerimaan dari negara penerima. 2. Keputusan dari alat perlengkapan/organ organisasi
yang mempunyai wewenang untuk pengiriman corps diplomatik.
Suatu organisasi internasional mengirimkan utusannya ke negara anggota untuk
kepentingan: (a) Misi pembangunan, (b) Misi untuk kepentingan lain. (c) Membentuk
komite nasional.
Misi untuk Pembangunan
Bantuan teknis adalah merupakan suatu bidang yang ditangani sejak tahun 1950.
Bantuan teknis adalah suatu program yang harus dilaksanakan dan telah direncanakan.
Hubungan Eksternal 2 15

Untuk kepentingan negara yang bersangkutan, organisasi internasional yang


memberikan bantuan perlu untuk mengirimkan perwakilannya ke negara penerima
bantuan teknis untuk membantu negara tersebut dalam membuat perencanaan dan juga
mengadakan koordinasi dan supervisi pelaksanaan proyek. Sebagai contoh, misalnya
Sekjen PBB tahun 1950 mengirimkan perwakilannya ke Haiti untuk menolong
Pemerintahan Haiti dalam merencanakan pembangunan yang dibutuhkannya dan
memungkinkan bagi Sekretariat PBB dan Badan Khusus PBB untuk memberikan bantuan
yang tepat bagi negara tersebut. Pada tahun yang sama Sekjen PBB mengadakan
konsultasi dengan ILO dan FAO dalam mengirimkan misi bersama ke Pakistan. Pada
tahun 1952 telah terdapat lima belas perwakilan untuk Badan Bantuan Teknik (Technical
Assistance Board). Tugas Badan Bantuan Teknik ini kemudian diambil alih oleh Program
Hubungan Eksternal 214

Pembangunan PBB (LJN Development Programme-UND?)


Residen representatif telah ditunjuk untuk kepentingan UNDP Representatif ini
bekerja untuk kepentingan proyek UNDP di negara bersangkutan. 118 UNDP mempunyai
perwakilannya dalam level regional atau subregional yang mempunyai fungsi sebagai
residen representatif untuk dua atau lebih negara di region. Negara anggota, UNDP
mempunyai representatifnya dan masing- masing mempunyai stafnya sendiri-sendiri.
Dengan bertambahnya aktivitas PBB dan Badan-Badan Khususnya di negara
berkembang, ternyata koordinasinya sangat jelek dan agak keos. Masing-masing
perwakilan mengutamakan organisasinya sendiri-sendiri sehingga kurang memperhatikan
proyek dari organisasi lainnya. Hubungan antara proyek yang bermacam-macam itu tidak
terlihat, prioritasnya juga kurang dipikirkan. Pada tahun 1975 diusulkan bahwa dalam
setiap negara hanya ada residen representatif PBB yang akan mewakili aktivitas keluarga
PBB (UNfamily) di negara anggota yang berwenang dalam bidang ekonomi. Residen
representatif tadi akan mempunyai wewenang untuk semua aspek PBB dalam bidang
program pembangunan dan akan menjadi pusat koordinasi semua kegiatan
pembangunan untuk program bantuan pembangunan dari keluarga PBB. Tahun 1977
Majelis Umum PBB menyetujui untuk membentuk Resident Coordinator yang labih tinggi
dari residen representatif dan mempunyai tugas untuk mengordinasikan kegiatan
pembangunan tidak hanya untuk kepentingan UNDP, tetapi untuk kepentingan organisasi
dalam keluarga PBB.
Terlepas dari jabatan resident representatif dan resident co- ordinator maka UNDP di
negara berkembang mempunyai pejabat penting (liaison facilities), walaupun UNDP juga
bekerja untuk program pembangunan PBB lainnya, misalnya World Food Programme
(WFP), United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan United
Nations Industrial Development Organization (UNIDO). Beberapa Badan Khusus PBB
seperti ILO, FAO, UNESCO, WHO mempunyai perwakilannya untuk mengurusi bidang
masing-masing. Sedangkan regional representatifnya melayani beberapa negara dalam
waktu yang sama.
' " H e n r y G . S h e r m e r s , op.cit., h l m , 9 1 5 .
Misi untuk Kepentingan Lain
Hubungan Eksternal 2 15

Misi untuk kepentingan lain ini, misalnya PBB mempunyai Pusat Informasi di negara
anggota (United Nations Information Centre-UCAC) yang mempunyai tugas untuk
memberikan informasi tentang PBB di negara anggota.
Organisasi internasional juga dapat membentuk misi untuk tugas lain di samping
tugas pembangunan atau tugas informasi. Sebagai contoh, Sekjen PBB tahun 1958
mengirimkan misi khusus ke Jordan untuk mengamati pelaksanaan Resolusi Majelis
Umum 1237(ES-M).

Komite Nasional
Beberapa organisasi internasional membentuk Komite Nasional, komite ini bertindak
sebagai representatif untuk melindungi kepentingan organisasi internasional di negara
anggota. Tugas dari Komite Nasional itu berubah sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Sebagai contoh, Komite Nasional dalam rangka FAO, mempunyai tugas sebagai alat
untuk koordinasi dari kegiatan-kegiatan negara anggota di FAO sesuai dengan
kepentingan dan keadaan negaranya. Dalam beberapa hal Komite Nasional diawasi oleh
pemerintah negaranya. Contoh lain, Direktur Meteorologi dari suatu negara anggota,
merupakan penghubung antara WMO dan negara anggotanya.

Misi Khusus ke Negara Anggota


Organisasi internasional juga dapat mengirimkan suatu misi khusus ke negara
anggota, misalnya komisi konsiliasi. Komisi ini fungsinya dapat berupa-rupa karena
permintaan dua negara atau lebih untuk menyelesaikan sengketa di antara mereka.
Dalam hal ini organisasi tidak terlibat. Sedangkan konsiliasi yang dikirim berdasarkan
fungsi dari organisasi dalam rangka penyelesaian sengketa.
Salah satu misi khusus dalam rangka kerja PBB misalnya pengiriman utusan khusus.
Kehadiran utusan khusus ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk sesuai dengan
keadaan setempat, baik dalam bentuk kehadiran sipil maupun militer. 119 Sebagai contoh,
Operasi PBB di Kongo (ONUC-Operation des Nations Unies au Congo) yang ditetapkan
dengan Resolusi Dewan Keamanan. Resolusi S/4385 tanggal 14 Juli 1960. Misi ini terdiri
216 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

dari militer dan sipil, untuk membantu Pemerintah Kongo sampai Pemerintah Kongo
dapat menjalankan tugasnya, ONUC ini sebagai organ PBB untuk membantu agar
hukum Kongo dapat dilaksanakan dan ditegakkan di Kongo. PBB dan Badan Khususnya
bertindak menjalankan kewenangan Pemerintah Kongo selama Pemerintah Kongo belum
dapat menjalankan tugasnya.

Boer Mauna, Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era
ll5

Dinamika Global (Bandung: Alumni, 2000), hlm. 557.


217 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Misi khusus PBB juga pernah dikirim untuk Indonesia dalam kasus Irian Barat dalam
bentuk administrasi sipil. Dalam usaha mengembalikan Irian Barat ke Indonesia telah
diadakan Perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda yang
ditandatangani di New York tanggal 15 Agustus 1962 dan diajukan ke Majelis Umum
tanggal 21 September 1962120 (Resolusi Majelis Umum PBB No. 1752 [XVTI] 21
September 1962). Berdasarkan Perjanjian New York tersebut memberikan wewenang
utusan PBB untuk menjalankan administrasi sipil, yaitu United Nations Temporary
Executive Authority (UNTEA) dari tanggal 1 Oktober 1962 sampai 30 April 1963. Pada
tanggal 1 Mei 1963 wewenang UNTEA atas Irian Barat diserahkan pada Pemerintah
Indonesia. Utusan PBB untuk Cyprus ditentukan tahun 1964 dengan Resolusi Dewan
Keamanan 186 (tahun 1964). Utusan PBB dikirim untuk membantu Pemerintah Cyprus
menegakkan keamanan di Cyprus, tenaga militer dan polisi direkrut dari sembilan
anggota PBB yang berbeda-beda.121
Contoh lain, akibat peristiwa Perang Teluk, PBB membentuk Komisi Observasi PBB
(United Nations Irak-Kuwait Observation Mission- UN IK O M) pada bulan April 1991
(Resolusi Dewan Keamanan No. 687 dan 689, 1991).
Pada peristiwa di bekas Yugoslavia berdasarkan Bab 7 membentuk UNPROFOR
(United Nations Protection Force in Former Yugoslavia) tugas utamanya mengawasi
peraturan militer di Kroatia, Bosnia-Herzegovina dan Macedonia.
Di Kampuchea dibentuk UNTAC (UnitedNations Transnational

""Roeslan Abdulgani, 25 Tahun Indonesia PBB (Jakarta: Gunung Agung,


Authority in Cambodia) yang dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan No. 745
tahun 1992, adalah sebagai pelaksanaan Kesepakatan Paris tentang Kamboja tanggal
23 Oktober 1991 122 Itu contoh pengiriman utusan PBB ke negara anggota PBB

Misi Khusus ke Negara Bukan Anggota PBB


Misi khusus ke negara bukan anggota PBB pernah dijalankan oleh PBB. Sebagai
contoh tahun 1954 Sekjen PBB ke Peking (Beijing) untuk membicarakan dengan

" ' H e n r y G S c h e r m e r s , op.cit., h l m . , 923-924.


1972).
218 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Pemerintah Cina untuk melepaskan anggota dari angkatan Amerika Serikat yang menjadi
anggota dari Pasukan PBB (UN Force) yang ditahan oleh Cina. Pada saat itu walaupun
Cina tertulis sebagai anggota PBB, tetapi pada saat itu yang mewakili keanggotaan Cina
di PBB adalah bukan RRC tetapi Taiwan.

Misi Khusus ke Organisasi Internasional Lainnya


Suatu organisasi internasional dapat mengirimkan utusannya kepada organisasi
lainnya, pada umumnya mereka bertindak sebagai observer dalam sidang umum. Ada
juga organisasi internasional yang mengirimkan utusan khusus di Markas Besar
organisasi internasional dan ini tergantung pada perjanjian Markas Besar (Headquarters
agreement) dengan negara tempat Markas Besar. Pada umumnya mereka juga memiliki
hak-hak istimewa dan kekebalan yang dimiliki oleh peninjau (observer).

'"Boer Mauna, op.cit., him., 559.


Delegasi ke Konferensi Internasional
Dalam suatu konferensi internasional, organisasi internasional sering mengirimkan
delegasinya ke suatu konferensi internasional dengan status sebagai observer pada
konferensi tersebut. Delegasi tersebut menjalankan tugas eksternal organisasi, mewakili
dan berbicara atas nama organisasi yang mengirimnya.
Delegasi atau misi suatu organisasi internasional yang dikirim untuk menghadiri
suatu konferensi internasional biasanya ditunjuk oleh Sekjen organisasi internasional
dan terdiri dari staf sekretariat. Suatu alat perlengkapan/organ utama suatu organisasi
internasional sering menunjuk personelnya untuk suatu konferensi internasional yang
berkaitan dengan bidangnya. Sebagai contoh, ECOSOC telah menunjuk ketua Komisi
Ekonomi dan Jabatan untuk pertemuan dan mengadakan konferensi tentang pangan di
FAO, untuk membicarakan ditetapkannya World Food Board. ILO mempunyai
perwakilannya Di Majelis Umum PBB.
Hubungan Eksternal 2 15

Pengakuan terhadap Subjek Hukum Internasional Lainnya


Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional mempunyai hak
kebijaksanaan untuk mengakui atau tidak subjek hukum internasional lainnya.
Organisasi internasional juga dapat mengakui pemerintahan suatu negara sebagai
pemerintahan yang sah untuk mewakili negaranya. Pengakuan tersebut dapat dilihat
pada saat negara tersebut diterima sebagai anggota dari organisasi internasional atau
jika organisasi internasional membuat perjanjian dengan negara atau dengan organisasi
internasional, atau mengundangnya pada sidang yang diadakan oleh organisasi
internasional tersebut.
Pengakuan oleh suatu organisasi internasional itu, misalnya oleh PBB akan sangat
penting. Hal ini berarti PBB telah mengakui negara (pemerintahannya) dan akan
diundang dalam konferensi internasional, memungkinkan untuk ikut dalam perjanjian
penting dan menjadi anggota dari berbagai organisasi internasional atau sebagai peninjau
(observer). Pengakuan oleh suatu organisasi internasional tidak berarti pengakuan oleh
anggota dari PBB. Misalnya pengakuan terhadap Israel oleh PBB tidak berati pengakuan
oleh negara anggota lainnya. Pengakuan PBB terhadap pemerintahan suatu negara tidak
membutuhkan pengakuan dari semua anggota sebagai pemerintahan yang sah.
(Misalnya Pemerintah Taiwan yang mewakili Cina sampai tahun 1971 banyak negara
anggota PBB yang tidak mengakuinya).
Pengakuan terhadap kelompok pembebasan kemerdekaan (liberation movement)
oleh suatu organisasi internasional mempunyai pengaruh terhadap organisasi
internasional lainnya. Contohnya pengakuan terhadap Organisasi Rakyat Afrika Barat
Daya (SWAPO) oleh Organisasi Negara-Negara Afrika (Organization ofAfrican Unity-
OAG) memberikan dampak terhadap pengakuan PBB dan Badan-Badan Khusus PBB
atas SWAPO. Demikian juga pengakuan terhadap Organisasi Pembebasan Palestina
(PLO) telah mendapat pengakuan oleh PBB.
Pengakuan terhadap negara dapat terlihat dari penerimaan negara sebagai negara
anggota. Pengakuan terhadap Swiss dapat kita lihat sebelum Swiss 123 menjadi anggota
220 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

PBB, PBB telah mengadakan perjanjian tentang Markas Besar PBB di Jenewa
(Headquarter agreement). Pengakuan PBB terhadap Byelorussia
l!3
S\viss diterima sebagai anggota PBB sejak tahun 2002, sebelumnya Swiss hanya
sebagai negara peninjau di PBB bukan sebagai anggota PBB.
dan Ukraina diberikan tidak didahului oleh pengakuan negara lainnya terhadapnya.
Kedua negara tersebut telah diterima sebagai anggota PBB dan keduanya telah
berpartisipasi dalam konferensi yang diadakan oleh PBB dalam suatu perjanjian
internasional.
Pengakuan suatu negara terhadap pemerintahan erat kaitannya dengan negara yang
menjadi anggota dari suatu organisasi internasional. Jika suatu organisasi internasional
telah menerima suatu negara sebagai anggotanya, maka tidak dapat dihindari bahwa
organisasi internasional harus mengadakan hubungan dengan pemerintah negara
anggota, harus menerima delegasinya, menerima korespondensinya. Permasalahan
akan timbul bila dalam negara tersebut terdapat dua pemerintahan. Permasalahannya
bagi organisasi internasional adalah pemerintahan yang manakah yang akan diakui
sebagai pemerintah yang sah yang mewakili negaranya? Organisasi internasional harus
memilih pemerintahan mana yang akan diakui. Ini erat kaitannya dengan credential
delegasi yang akan mewakili di organisasi internasional tersebut.

Pengakuan terhadap Wilayah


Ketika PBB pada bulan Oktober tahun 1966 dengan Resolusi Majelis Umum No.
2145 (XXI) telah menetapkan pencabutan mandat Afrika Selatan terhadap Afrika Barat
Daya. Ini berarti PBB tidak mengakui kekuasaan Afrika Selatan atas wilayah Afrika Barat
Daya. Keputusan ini mempunyai dampak hukum, Majelis Umum mempunyai kewenangan
untuk menetapkan Konsul PBB untuk Afrika Barat Daya (Namibia), memberi nama baru
bagi wilayah tersebut, dan memutuskan untuk dapat membuat paspor bagi orang-orang
Namibia sampai 31 Agustus 1973. Keputusan ini juga mempengaruhi organisasi
internasional lainnya. Sebagai contoh ITU telah memutuskan bahwa Afrika Selatan tidak
mempunyai hak lagi untuk mewakili Afrika Barat Daya. 124
Hubungan Eksternal 2 15

Pengakuan terhadap Suatu Organisasi Internasional


Suatu organisasi internasional dapat mengakui organisasi internasional lainnya.
Sebagai contoh pengakuan PBB terhadap Liga Arab, Organisasi Negara-Negara Islam
(OKI), Masyarakat Eropa, dan lain-lain. Pengakuan organisasi internasional ini tidak
dapat diartikan sebagai pengakuan dari para anggotanya. Sebagai contoh Israel dan
Negara-Negara Arab adalah anggota PBB, pengakuan oleh PBB atas Liga Arab tidak
berarti Israel mengakui negara-negara Arab.

Alat Perlengkapan/Organ yang Bertanggung Jawab dalam Hubungan Eksternal

Pada umumnya anggaran dasar suatu organisasi internasional tidak memuat


ketentuan tentang organ/alat perlengkapan mana dari organisasi internasional tersebut
yang mempunyai kewenang- an mengadakan hubungan eksternal. Pada umumnya
kongres umum (general conggress) mempunyai kewenangan untuk memutuskan
kebijakan bagi organisasi internasional dan kebijakan ini diikuti, walaupun untuk ini tidak
ada keharusan secara hukum untuk mengikutinya.
Sebagai contoh keputusan Majelis Umum PBB mempunyai

'"Henry G. Schermers. op.cit., hlm., 933-934.


228 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

dampak terhadap negara-negara anggota PBB dan Badan-Badan Khusus dalam


lingkungan PBB. Majelis Umum PBB mencoba untuk mengembangkan kebijakan yang
uniform dalam kaitannya dengan hubungan ekternal yang tidak ditetapkan dalam Piagam
PBB. Sebagai contoh keputusan Majelis Umum yang meminta kepada Badan Khusus
PBB untuk menerima Namibia sebagai anggota penuh. Contoh lain adalah ketika tahun
1971 Majelis Umum menerima Cina sebagai perwakilan yang sah menggantikan
kedudukan Cina di PBB, alat perlengkapan/organ lain dan Badan Khusus di lingkungan
PBB segera menerima dan mengikuti kebijakan tersebut.

Tanggung Jawab dan Tindakan Hukum Menurut Hukum Publik


Kewenangan untuk mengajukan dan menerima gugatan internasional. Sebagai
subjek hukum internasional, organisasi internasional mempunyai kewenangan dalam
hukum perdata untuk bertindak seperti individu. Dalam kaitannya dengan klaim inter-
nasional, kewenangan organisasi internasional ini telah diakui dan didasarkan pada
hukum kebiasaan internasional, bahwa organisasi internasional dapat menetapkan,
mengajukan klaim, mengadakan negosiasi, dan meminta untuk penyelesaian sengketa
ke Badan Arbitrasi atau ke Pengadilan. Hal ini ditegaskan dalam nasihat hukum
(advisory opinion) Mahkamah Internasional dalam kasus Pangeran Bernadot (Reparation
for Injuries Suffered in the Service of UN )15 dalam nasihat hukum itu Makamah berpen-
dapat bahwa PBB mempunyai wewenang untuk mengajukan klaim internasional dalam
kaitan kerugian yang diderita terhadap negara yang bertanggung jawab. PBB juga
berhak mengklaim kerugian yang diderita pejabatnya atau orang yang sedang
mengemban tugas dari PBB. Mahkamah berpendapat bahwa dalam menjalankan tugas
PBB pejabat tersebut hanya menggantungkan pada perlindungan dari PBB, hal ini
disebabkan untuk menjaga kebebasan (independent) pejabat tersebut dan konsekuensi
kebebasan dari organisasi internasional.
Nasihat hukum Mahkamah Internasional itu diterapkan pada semua organisasi
internasional, baik yang universal maupun yang regional. Jika kewenangan ini tidak

15D.J. Harris, Cases and Materials 011 International Law, Third Edition, (London: Sweet & Maxwell, 1983), hlm. 114-121.
Hubungan Eksternal 2 15

disebutkan dalam anggaran dasar suatu organisasi internasional maka dapatlah


dikatakan bahwa menurut hukum internasional, organisasi internasional dapat
mengajukan klaim terhadap negara anggotanya.
Pertanyaannya apakah PBB dapat mengajukan klaim terhadap negara nonanggota?
Jawabannya secara afirmatif dapat, kecuali bila nonanggota keberatan karena PBB tidak
mempunyai kapasitas untuk melakukan itu. Namun keberatan itu tidak mungkin diajukan
pada organisasi internasional yang mempunyai keanggotaan mayoritas dari komuniti
masyarakat internasional. Sebagai contoh, ketika klaim PBB terhadap Israel tentang
Kasus Pangeran Bernadot, Israel membayar klaim tersebut.

Klaim terhadap Organisasi Internasional

Dalam menjawab permasalahan ini maka klaim dapat diajukan berdasarkan hukum
internasional. Klaim terhadap organisasi internasional ini dapat diajukan apabila klaim
internasional itu bila telah ditempuh cara "exhaustion domestic remedies'".
"Exhaustion domestic remedies" dalam suatu organisasi internasional yang secara
normal berarti bahwa klaim telah diajukan ke alat perlengkapan/organ yang berwenang
dalam organisasi internasional tersebut. Sebagai contoh, ketika diadakan operasi ONUC
di Kongo menyebabkan kerugian pada individu 1400 klaim dari warga negara Belgia
diajukan ke PBB. 581 Klaim diterima oleh PBB dan PBB membayar kerugian ke Belgia
dan Belgia mempunyai tugas untuk mendistribusikannya kepada warga negaranya yang
berhak. Contoh lain, menurut Convention on International Liability for Damage Caused by
Space Objects (GA Resolution 2777(XXVI), organisasi internasional dan anggotanya
bergabung dan bersama-sama bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh
aktivitas di angkasa oleh organisasi, tetapi klaim pertamanya harus diajukan ke
organisasi internasional (Pasal 22 Pasal 3).126
230 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Menyelenggarakan Konferensi Internasional

Dengan makin berkembangnya masyarakat internasional dengan munculnya negara-


negara yang baru merdeka, keadaan ini mendorong bahwa permasalahan internasional
yang semula bersifat bilateral berubah ke hubungan multilateral. Mengadakan konferensi
internasional yang semula hak prerogatif negara telah diambil alih hampir seluruhnya oleh
organisasi internasional. Hal ini disebabkan karena organisasi internasional mempunyai
fasilitas untuk mengadakan konferensi internasional tersebut, misalnya staf internasional,
fasilitas fisik, gedung dan sebagainya ini menye-

'"Henrv G, Schermers. op.cit., 938.


Hubungan Eksternal 2 15

babkan lebih memenuhi syarat daripada diselenggarakan di suatu negara.


Pada umumnya suatu organisasi internasional telah mempunyai prosedur
pelaksanaan suatu konferensi internasional. Majelis Umum PBB telah banyak berperan
dalam pembuatan konvensi-konvensi internasional yang penting.
Untuk kodifikasi masalah-masalah yang penting dalam hukum internasional lebih baik
diadakan dalam konferensi khusus. Hal ini disebabkan karena lamanya mempersiapkan
draf konvensi. Sebagai contoh draf konvensi untuk International Covenants on Human
Rights telah diajukan oleh Dewan ECOSOC (Resolusi 545 (XVIII) ke Majelis Umum tahun
1954). Majelis Umum baru dapat menyelesaikan pada bulan Desember 1966. Konferensi
khusus ini juga lebih baik karena delegasi negara anggota di Majelis Umum mempunyai
kewenangan yang luas.
Negara anggota dapat mengirimkan ahlinya untuk menghadiri konferensi khusus ini
sehingga dapat berkonsentrasi pada apa yang dibicarakan dalam konferensi. Keuntungan
lain adalah dapat mengadakan kerjasama dengan negara nonanggota.
Ketika suatu konferensi diadakan secara periodik misalnya, pertemuan secara
periodik antara Menteri-Menteri Kehakiman atau Menteri Pendidikan, maka akan
ditetapkan alat perlengkapan/ organ khusus untuk itu.
Permasalahan keuangan untuk membiayai konferensi bagi organisasi internasional
bermacam-macam caranya. Bagi PBB maka konferensi yang diadakan oleh PBB dibiayai
oleh PBB
Untuk organisasi internasional lainnya mungkin dibiayai kontribusi sukarela dan yang
diminta, atau dengan menetapkan keuangan untuk program khusus.
232 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Organisasi internasional kemungkinan menjadi pihak dalam konferensi yang


membuat hukum (law making treaties). Dalam hal ini maka organisasi tersebut ikut aktif
dalam merumuskan teks konvensi, walaupun mungkin organisasi tersebut tidak menjadi
pihak dalam konvensi tersebut, namun organisasi internasional dapat memberikan
pengaruhnya.

Mengeluarkan Paspor

Beberapa organisasi internasional mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan


dokumen perjalanan (laissez-passer) kepada stafnya, yang menyatakan bahwa staf yang
membawa dokumen perjalanan organisasi internasional itu adalah stafnya dan meminta
kepada otorita yang bersangkutan untuk memberikan fasilitas dalam menjalankan
tugasnya.
Contoh dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh PBB dan yang berlaku juga untuk
Badan Khususnya, berdasar persetujuan yang didasarkan pada Convention on the
Priveleges and Immunities of the UN. Negara anggota telah menerima dokumen
perjalanan PBB sebagai dokumen perjalanan yang sah. Dokumen perjalanan PBB
dibedakan antara yang berwarna biru dan merah. Yang berwarna biru dipergunakan
untuk anggota staf, sedangkan yang berwarna merah untuk Sekjen PBB, Direktur
Jenderal dari Badan-Badan Khusus dan staf dengan ranking jabatan tinggi (Direktur).
Ketika PBB sebagai badan yang menjalankan fungsi eksekutif di Irian Barat antara
21 September 1962 sampai 31 Maret 1963. PBB mengeluarkan paspor untuk orang-
orang Irian Barat dan ini diakui dan diterima sebagai paspor yang sah.
Penyimpanan (Depository) dan Pendaftaran untuk Perjanjian Internasional

Suatu perjanjian internasional, teks resmi, tanda tangan peserta dan dokumen
ratifikasi harus disimpan, biasanya pada salah satu dari negara pihak. Pada saat ini
depository perjanjian internasional secara bertahap di alihkan ke organisasi internasional.
Alasannya karena organisasi internasional lebih mudah mengadakan hubungan dengan
negara anggotanya, mempunyai administrasi yang khusus, organisasi internasional lebih
Hubungan Eksternal 2 15

baik menjalankan tugas penyimpanan ini dibandingkan dengan negara. Penyimpanan


tidak hanya persoalan administrasi saja, tetapi lebih dari itu, karena penyimpanan
menyangkut pertanyaan negara mana yang boleh menyusul ikut dalam perjanjian,
masalahnya apakah boleh mengadakan reservasi. Tugas penyimpanan biasanya
dilakukan oleh Sekretariat.
Pasal 102 (1) Piagam PBB mewajibkan peijanjian internasional yang dibuat oleh
anggota PBB harus didaftarkan dan diumumkan oleh Sekretariat.

Registrasi Kapal dan Pesawat Udara


Registrasi kapal dan pesawat udara dalam keadaan normal adalah tugas dari negara.
Hukum internasional memungkinkan organisasi internasional menjalankan fungsi
tersebut.
Namun registrasi yang dilakukan oleh suatu organisasi internasional tidak eksklusif.
Sebagai contoh Konvensi Laut Bebas Pasal 7 memungkinkan organisasi internasional
membuat registrasi kapal. Namun hukum yang berlaku di laut bebas untuk kapal dan
anak kapal di laut bebas tergantung pada registrasinya, registrasi nasional sebagai
tambahan registrasi oleh organisasi internasional sangat dibutuhkan sepanjang
organisasi internasional tidak mempunyai hukum yang lengkap untuk itu.
Contoh di mana kapal berlayar dengan bendera dan registrasi PBB. Permulaan
tahun 1955; PBB mengatur pengiriman sepuluh kapal ikan berlayar dari Hong Kong ke
Pusan dengan bendera PBB dan registrasi PBB, ini menunjukkan bahwa PBB sebagai
pemilik. Beberapa kapal yang dipakai oleh PBB untuk mengangkut tentara PBB dalam
rangka misi perdamaian (UN emergency force) mengibarkan bendera PBB, tetapi pada
umumnya masih tetap memakai registrasi nasional, tetapi ada juga kapal yang hanya
membawa surat jalan PBB "UN sea letter." Sedangkan registrasi untuk pesawat udara
secara umum belum diterima.127
234 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Bendera, Cap (Seat) dan Emblem


Banyak organisasi internasional yang telah menetapkan bendera, cap dan
emblemnya sendiri. Negara anggotanya diminta menjaga penggunaannya oleh orang
yang berwenang. Negara anggota ada yang menentukan dalam hukum nasionalnya
untuk keperluan ini, sedangkan yang lain menunjuk pada Konvensi Paris tentang
Protection of Industrial Property atau meminta kepada negara anggota untuk
mendaftarkan simbol tersebut di negara nasional sesuai dengan peraturan nasionalnya.
Penggunaan bendera PBB telah dibuat UN Flag Code, menurut aturan ini setiap unit
PBB yang menjalankan tugas PBB dapat mempergunakan bendera PBB. Bendera PBB
dikibarkan di gedung-gedung yang dipakai untuk tugas PBB atau Badan
Khusus PBB atau badan non PBB atau orang yang mempunyai tugas untuk membantu
PBB atau atas nama PBB Kapal dapat mengibarkan bendera PBB di samping bendera
nasionalnya bila kapal tersebut dipakai untuk tugas PBB, emblem PBB dapat
dipergunakan oleh semua badan di bawah PBB tetapi tidak oleh badan non PBB.
Jika seandainya ada penyalahgunaan dari pemakaian bendera dan emblem, maka
PBB dapat menulis langsung pada yang bersangkutan untuk memberikan informasi akan
adanya larangan secara hukum untuk penggunaan bendera PBB ataupun emblem PBB
dan harap segera mengakhiri pemakaian tersebut.
12

Liga Bangsa-Bangsa

Suatu contoh dari suatu organisasi internasional yang tujuan komprehensif adalah
Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Pecahnya Perang Dunia I (tahun 1914-1919) merupakan
saat yang penting sekali bagi pertumbuhan organisasi internasional. LBB yang didirikan
berdasarkan kovenen (anggaran dasar). Kovenen LBB ini merupakan bagian
pendahuluan dari perjanjian perdamaian yang mengakhiri Perang Dunia I. Terbentuknya
LBB merupakan saat yang sangat penting bagi perkembangan organisasi internasional

,:l
H e n r y G . S c h e r m e r s , ibid, h l m . 9 4 6 .
Hubungan Eksternal 2 15

modern. Gagasan untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang dapat


menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat internasional yang timbul pada waktu
Perang Dunia I diajukan oleh pemikir-pemikir dari Inggris dan Amerika Serikat. Mereka
memikirkan bagaimana caranya agar dunia dapat dihindarkan dari perang, yang
melumpuhkan seluaih kehidupan dunia. Para pemikir berkumpul untuk membicarakan
tindakan-tindakan apakah yang dapat dilakukan bila Perang Dunia berakhir. Perkumpulan
dari para pemikir tersebut di Inggris disebut "Leac/ue of Nations Society", di Amerika
disebut "Leaque to Enforce Peace", dan di Prancis disebut "Lion Bourgeois".
Di Amerika Serikat Presiden Wilson sebagai pendukung yang paling utama untuk
mendirikan LBB. Di Amerika Serikat Presiden Wilson sebagai pendukung yang paling
utama untuk mendirikan LBB. Berdasarkan pembicaraan-pembicaraan orang-orang ter-
kemuka ini dibentuklah suatu komite panitia yang lebih tetap untuk membicarakan secara
konkret apa yang akan dijadikan dasar pembentukan organisasi internasional ini. Komite
berpendapat bahwa yang harus berperan dalam perdamaian LBB haruslah negara yang
berpengaruh pada waktu itu. Wilson dipilih sebagai Ketua dari Komite tersebut. Hasil keija
Komite tersebut telah menghasilkan kovenen yang merupakan Anggaran Dasar LBB yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian perdamaian yang mengakhiri Perang
Dunia I, kovenen LBB mulai berlaku tanggal 10 Januari 1920.
Dalam Sidang Majelis Umum LBB bulan September 1938 disetujui resolusi bahwa
kovenen LBB dipisahkan dari perjanjian perdamaian. Ketika LBB hendak didirikan
timbullah persoalan apakah bentuk dari organisasi tersebut, apakah merupakan:
a) Federal seperti USA atau Swiss?
Bila dipelajari maka bentuk kerjasama LBB lain daripada bentuk federal. Di LBB,
negara anggota masih memegang kedaulatannya dan LBB bukan super state.
b) Aliansi
Jika kita bandingkan Aliansi dengan LBB, maka tujuan aliansi semata-mata hanya
dalam bidang militer, sedangkan LBB tujuannya lebih luas.
c) Corporation
236 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

Kerjasama dalam bentuk corporation itu hanya menitikberatkan pada bidang


komersial dan kerjasama korporasi didasarkan pada saham-saham dan hak suara
didasarkan pada besarnya saham. Sedangkan LBB tidak didasarkan pada asas
keuangan.
Dari bentuk-bentuk tadi maka yang dipilih adalah kerjasama antara negara-negara
berdaulat, adanya persamaan kedaulatan antarnegara anggota.

1. Alat Perlengkapan Utama LBB (Pasal 2 Kovenen LBB)


a) Majelis (Assembly)
b) Konsil (Council)
c) Sekretariat (Secretariat)
a. Majelis (Pasal 3 Kovenen LBB) terdiri dari perwakilan negara anggota LBB, setiap
negara anggota mempunyai satu suara dan perwakilannya tidak boleh lebih dari tiga.
Majelis mempunyai kewenangan untuk semua persoalan yang merupakan lingkup
LBB dan yang berkaitan dengan perdamaian.
b. Konsil (Pasal 4 Kovenen LBB) menentukan bahwa anggota konsil terdiri dari
kekuatan poros (Principal Allied and Associated Powers) ditambah empat anggota
yang dipilih di antara anggota LBB. Setiap anggota konsil mempunyai satu suara dan
satu perwakilan. Kewenangan konsil adalah dapat membicarakan semua masalah
yang menjadi wewenang LBB terutama dalam bidang yang berkaitan dengan
keamanan.
c. Sekretariat. Mengerjakan pekerjaan kesekretariatan. Kedudukan sektretariat adalah
di Markas Besar LBB (Pasal 6 Kovenen). Berdasarkan Pasal 7 Kovenen LBB,
kedudukan Markas Besar LBB di Jenewa (Geneva).
2. Permanent Court of International Justice (PC1J) merupakan badan peradilan
internasional dalam rangka LBB, tetapi bukan merupakan alat perlengkapan utama
LBB. LBB hanya mengoordinasikan (Pasal 14 Kovenen LBB). PCIJ mempunyai
kewenangan untuk memutuskan sengketa internasional yang diserahkan ke PCJ
untuk diselesaikan. PCIJ juga mempunyai kewenangan untuk memberikan pendapat

,:l
H e n r y G . S c h e r m e r s , ibid, h l m . 9 4 6 .
Hubungan Eksternal 2 15

yang berupa nasihat {advisory opinion) atas suatu masalah yang diajukan oleh
Majelis atau oleh Konsil.
3. LBB juga dibebani tugas untuk mengurus daerah-daerah mandat. Setelah Perang
Dunia I berakhir dengan dikalahkannya negara-negara musuh oleh sekutu, timbul
masalah tentang bekas daerah jajahan (koloni) yang dimiliki oleh negara musuh.
Pertanyaannya: Apakah akan dibagikan kepada negara- negara sekutu yang menang
perang? Atas prakarsa Presiden Wilson (AS) mengenai bekas jajahan negara yang kalah
perang dalam Perang Dunia I harus diselesaikan, usulnya: a. Jangan sampai timbul
perselisihan internasional akibat pembagian daerah bekas jajahan negara yang kalah
perang, karena perselisihan yang timbul dapat mengakibatkan pecahnya perang. . b.
Prinsip nonaneksasi (non-annexation policy), artinya jangan sampai dijadikan derah
integral dari negara-negara yang menang perang. Berdasarkan pertimbangan tersebut di
atas, maka negara- negara sepakat bahwa daerah bekas jajahan negara yang kalah
perang diletakkan di bawah sistem Mandat Perumusan dari sistem Mandat dituangkan
dalam Pasal 22 Kovenen LBB. Oleh karena kemajuan penduduk di bekas jajahan negara
yang kalah perang itu tidak sama/berbeda-beda, ada yang telah maju dan ada yang
masih rendah peradabannya, maka penyelesaian masalahnya juga berbeda-beda. Hal
yang penting dengan sistem
mandat ini adalah bahwa daerah bekas jajahan yang kalah perang pada akhirnya akan
mendapat kemerdekaan dengan bimbingan negara mandataris yang ditunjuk oleh LBB.
Dalam sistem mandat tersebut dibedakan antara mandat A, mandat B, dan mandat C.
Mandat A adalah daerah yang paling maju, mandat B adalah daerah yang kurang maju,
dan mandat C adalah daerah yang paling rendah tingkat peradabannya.

Daerah Mandat A
Yang termasuk daerah mandat A:
1. Turki : Jika kita melihat pada peradabannya maka sebenarnya Turki telah setaraf
dengan Eropa.
238 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

2. Irak: Di bawah mandataris Inggris. Tahun 1932 mendapatkan kemerdekaannya dan


kemudian diterima keanggotaannya pada LBB.
3. Syria dan Lebanon: Kedua negara tersebut di bawah mandataris Perancis. Tahun
1945 mendapatkan kemerdekaannya, sebenarnya dijanjikan pada tahun 1936.
4. Palestina: Di bawah mandataris Inggris. Pada saat Inggris sebagai mandataris negara
tersebut dan akan membimbing menuju kemerdekaan, timbul pertikaian antara orang
Yahudi dan orang Arab. Inggris tidak sanggup menyelesaikan pertikaian tersebut,
Inggris meninggalkan Palestina. Pada saat ada kekosongan pemerintahan tersebut
oleh orang Yahudi mempergunakan kesempatan dengan memproklamasikan negara
Israel. Keadaan ini ditentang oleh orang-orang Arab di wilayah tersebut, timbullah
pertikaian antara orang Arab dan Yahudi yang sampai saat ini belum dapat
diselesaikan.
Daerah Mandat B
Yang termasuk daerah mandat B adalah daerah bekas jajahan Jerman di Afrika
Tengah. Dalam sistem mandat golongan B ini negara mandataris boleh melatih penduduk
untuk kepentingan keamanan (polisi) bukan untuk kepentingan militer. Daerah mandat B
ini dalam sistem "perwalian" dalam PBB telah memperoleh kemerdekaannya.

Daerah Mandat C
Penduduk daerah mandat C ini dianggap masih sangat rendah peradabannya dan
negara mandataris dapat memerintah daerah ini menurut peraturan hukum dari
negaranya. Yang termasuk daerah mandat golongan C ini adalah Afrika Barat Daya
(Namibia) di bawah mandataris Afrika Selatan. 128 Semua di bawah mandataris Selandia
Baru (telah merdeka).
Pulau Nauru di bawah mandataris Inggris, Australia dan Selandia Baru, Papua New
Guinea (PNG) di bawah mandataris Australia telah merdeka. Ketentuan-ketentuan
mengenai sistem mandat yang dianut oleh LBB memberikan dorongan serta dukungan ke
arah berakhirnya sistem penjajahan, yang kemudian merupakan suatu asas yang dianut
oleh PBB.129

,:l
H e n r y G . S c h e r m e r s , ibid, h l m . 9 4 6 .
Hubungan Eksternal 2 15

Dalam perkembangan sejarahnya ternyata cita-cita masyarakat internasional agar


LBB dapat merupakan organisasi internasional yang dapat mengatasi masalah-masalah
yang timbul dalam masyarakat internasional tidak dapat tercapai. Masyarakat

""Mengenai masalah Afrika Barai Daya (Namibia) baca artikel Sidik Suraputra.
Masalah Namibia dalam Hukum Internasional, Hukum dan Pembangunan No. 4 tahun ke
VH, Juli 1977, hlm'. 42 dan seterusnya.
"'Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional hlm. 6.
internasional kurang menghargai LBB sebagai organisasi internasional dan kurang
menghargai kovenen sebagai dasar hukum bagi kelangsungan kerjasama internasional.
Dalam kerjanya LBB mengalami banyak rintangan sehingga kurang berhasil.
Kelemahan-kelemahan LBB di antaranya adalah:
1) Ditinjau dari segi konstitusional LBB mempunyai kelemahan yuridis. Sebagaimana
kita ketahui kovenen menjadi satu (bagian yang tak terpisahkan) dari perjanjian
perdamaian Versailles. Keadaan ini menimbulkan kesulitan dan menimbulkan
kesan bahwa LBB merupakan alat bagi negara yang menang perang, walaupun
pada akhirnya LBB menerima juga negara-negara yang kalah perang.
2) Peraturan unammity (suara bulat) merupakan penghalang, ini terbukti dengan
pemungutan suara di Assembly bergerak ke simple majority (suara terbanyak).
3) Kekuasaan eksklusif dari Dewan Keamanan dan Majelis Umum, ternyata
merupakan persaingan antara kedua alat perlengkapan tersebut.
4) Kekuasaan Dewan Keamanan sangat luas, meliputi selain masalah keamanan
dan politik tetapi juga meliputi masalah-masalah ekonomi, sosial, mengawasi
daerah mandat dan lain-lain.
5) Masalah amandemen kovenen melalui proses yang sangat sukar dan kabur
karena harus diratifikasi oleh anggota Dewan Keamanan dan mayoritas anggota
di Assembly (Pasal 26 Kovenen LBB).
6) Kebijaksanaan yang memperbolehkan anggota mengundurkan diri (Pasal 1(3),
Pasal 16(4), Pasal 26(2) Kovenen LBB), timbullah pertanyaan apakah hal ini tidak
bertentangan dengan tujuan universal LBB. 7) Sanksi yang sistemnya dipusatkan
pada Dewan Keamanan adalah tidak efektif (Pasal 15). Selain kelemahan dalam bidang
240 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

konstitusional LBB tidak berhasil dalam tujuannya untuk mencapai sifat universal, hal ini
disebabkan karena Amerika Serikat sebagai negara besar dan negara yang menjadi
sponsor berdirinya LBB, tetapi tidak menjadi anggota LBB.
Demikian pula negara-negara seperti Jepang, Jerman, dan Italia dengan mudah
menyatakan diri keluar dari LBB. Dalam bidang keamanan LBB juga mengalami
kegagalan, sebagai contoh:
a) Tahun 1921 ada perselisihan antara Albania dan Yugoslavia tentang perbatasan. Hal
ini semestinya menjadi wewenang council LBB. Council mula-mula tidak bertindak
apa-apa, hanya setelah Assembly menerima rekomendasi dari "Conference of
Ambassadors" (yaitu duta besar dari Amerika Serikat, Itali, Jepang, Inggris di Paris
ditambah dengan wakil dari Perancis yang mempunyai tugas untuk melaksanakan
perjanjian perdamaian). Assembly meminta pada council untuk segera mengambil
tindakan. Council akhirnya mengirimkan komisi penyelidik (bulan November 1921).
Hasil dari komisi tersebut bahwa tapal batas Albania 1913 yang diakui dan ini disetujui
oleh Yugoslavia. Di sini kelihatan bahwa council sangat dipengaruhi oleh Conference
of Ambassadors.
b) Peristiwa lain yang merupakan tantangan bagi LBB adalah peristiwa Corfu, di mana
seorang anggota Boundarv Commission dari Conference of Ambassadors yang berke-
bangsaan Itali untuk menetapkan tapal batas antara Albania dan Yunani terbunuh. Itali
meminta pertanggungjawaban atas peristiwa tersebut terhadap Yunani. Reaksi akan
terbunuhnya pejabat Itali tersebut, Musolini yang saat itu berkuasa di Itali
memerintahkan untuk melakukan penyerangan dan menduduki wilayah Yunani,
sebelum council LBB mengambil tindakan berdasarkan wewenangnya sebagaimana
ditentukan pada Pasal 14-15 kovenen. Menurut Itali, conference of ambassadors- lah
yang berwewenang untuk menangani masalah ini dan bukan council. Conference of
ambassadors memutuskan bahwa Yunani harus memberi ganti rugi pada Itali dan
agar bala tentara Itali ditarik dari wilayah Yunani.
Dari contoh di atas terlihat bahwa walaupun persoalan tersebut merupakan wewenang
dari council, tetapi persoalan tersebut ditangani oleh conference of ambassadors dan Itali

,:l
H e n r y G . S c h e r m e r s , ibid, h l m . 9 4 6 .
Hubungan Eksternal 2 15

terlepas dari tindakan sanksi mengadakan serangan.


Tahun 1924 LBB agak stabil dan kurang mendapat tekanan dari luar. Tahun 1925
dalam persoalan Yunani/Bulgaria, council dapat mengambil tindakan sesuai dengan
tugas yang tercantum dalam kovenen. Ketika ada ekspansi yang dilakukan oleh Yunani
terhadap wilayah Bulgaria, Presiden Council (Briand dari Prancis) meminta pada kedua
belah pihak untuk menyelesaikan sengketanya berdasarkan pada cara-cara yang diatur di
kovenen dan menarik tentara masing-masing hingga batas-batas sendiri dan di bawah
pengawasan komisi perdamaian yang dibentuk untuk masalah tersebut. Kedua belah
pihak setuju dan Yunani setuju untuk membayar ganti rugi.
Keadaan stabil ini menjadi mundur tahun 1929, ketika ada krisis ekonomi, timbulnya
rasa nasionalisme yang berlebihan, timbulnya ide komunisme dan sosialisme, krisis ini
mencapai puncaknya tahun 1931. Jepang sebagai anggota LBB menduduki
Manchuria, tahun 1932 Jepang mendeklarasikan Manchuria sebagai negara Manchoukuo
yang merupakan negara merdeka dan meneruskan serangan ke Shanghai, terhadap
tindakan Jepang tersebut Cina meminta kepada council untuk mengambil tindakan
terhadap Jepang berdasarkan Pasal 11 kovenen. Council mengambil keputusan yang
didasarkan pada Pasal 15 kovenen LBB dan meminta Jepang harus menarik tentaranya
dari Manchuria dan agar Jepang menghargai isi dari Briand Kellog Pact16 (di mana baik
Jepang maupun Cina keduanya adalah anggota Briand Kellog Treaty tersebut) dan
menerapkan doktrin Stimson atas Manchuria.17 Anjuran council ini tidak diindahkan
Jepang dan reaksi Jepang atas anjuran tersebut adalah keluar dari LBB.
Contoh lain adalah tahun 1936 Hitler memerintahkan tentaranya untuk memasuki
daerah demiliterisasi Rhine. Tindakan Jerman ini melanggar perjanjian perdamaian
Versailles dan perjanjian Locarno.18 Para pihak perjanjian Locarno juga setuju bahwa
16Briand Kellog Pact adalah perjanjian yang ditandatangani di Paris tahun 1928, vang intinya adalah penolakan perang sebagai alat untuk
suatu kebijakan nasional. Para peserta perjanjian juga menyetujui bahwa sengketa antara mereka akan diselesaikan dengan jalan damai, G. Starke,
Introduction of International Law (London: Butterworths, 1984), him. 149, 503 dan 509
17"'Stimson doktrin adalah doktrin yang dikeluarkan oleh American Secretary of State dari Amerika Serikat yang menyatakan bahwa
pemerintahnya tidak mengakui perolehan wilayah karena agresi, Akerhurst's, Modern Introduction to International Law, seventh edition (London:
Routledge, 1999), him. 152.
18'"Perjanjian Locarno adalah perjanjian yang dibuat antara Prancis, Jerman, Belgia, Polandia, dan Chekoslovakia tahun 1925, perjanjian ini
berisi bahwa peserta setuju mereka akan menjalankan politik nonagresi disamping juga mengatur garis-garis perbatasan antarwilayah mereka dan
242 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

pelanggaran atas daerah demiliterisasi yang telah disetujui merupakan sama dengan
serangan terhadap Belgia dan Prancis. Keputusan dari council bahwa Jerman telah
melanggar perjanjian Locarno dan menyatakan pandangan bahwa suatu negara harus
menaati kewajibannya untuk tidak mengadakan intervensi terhadap pihak lain.
Pada Desember tahun 1939, LBB mengusir Uni Soviet sebagai anggota LBB karena
Uni Soviet melancarkan agresi terhadap Finlandia. Council LBB tidak mampu untuk
bertindak melerai perselisihan yang timbul antaranggotanya, dalam perselisihan antara
Jerman dan Czech pada tahun 1938 tidak dibicarakan di council. Pada waktu timbul
sengketa antara anggota, dan perang kemungkinan pecah, negara anggota LBB lainnya,
satu sama lain menyatakan sebagai negara netral. Dalam perdebatan di Assembly
terekam bahwa mayoritas negara anggota menyatakan bahwa mereka bebas dari
kewajiban untuk menentang agresi. Pasal 16 kovenen tidak mempunyai arti 133 (sebagai
suatu ketentuan yang telah mati).
Sebagai puncak kegagalan LBB adalah pecahnya Perang Dunia U bulan Septembar
tahun 1939. Hal ini ironis sekali karena negara-negara yang menyerang adalah negara-
negara yang seharusnya menyelesaikan sengketa mereka berdasarkan kovenen LBB,
tetapi mereka malah menjadi negara yang memulai perang.
Walaupun dari segi perdamaian dan keamanan LBB kurang berhasil, namun pada
bidang-bidang tertentu LBB telah berhasil, misalnya berhasil membuat konvensi tentang
cek dan wesel tahun 1930 yang banyak diikuti oleh banyak negara. Dalam bidang
penanganan pengungsi, council tahun 1921 telah membentuk High Commissioner for
Refugees mempunyai wewenang untuk

'"Goodspeed, loc.cit.
mengurangi penderitaan pengungsi karena mereka merupakan orang yang tidak
mempunyai rumah akibat perang, misalnya pengungsi Rusia, Armenia, Yunani, Turki dan
lain-lain. Walaupun masalah pengungsi bukan merupakan bidang yang ditentukan dalam
kovenen ataupun dalam perjanjian perdamaian, tetapi penderitaan yang dialami karena
menyelesaikan secara damai perselisihan-perselisihan di antara mereka Goodspeed, The Mature and Function of International Organization (New
York. Oxford University Press), him 59.

,:l
H e n r y G . S c h e r m e r s , ibid, h l m . 9 4 6 .
Hubungan Eksternal 2 15

akibat perang menggugah solidaritas untuk membantu para pengungsi. Pengungsi


disebabkan alasan tertentu dapat kehilangan kewarganegaraannya. Dr. Fridtjof Nansen
berasal dari Norwegia menjadi ketua High Commissioner for Refugees. Nansen
berusaha mengumpulkan dana dari perorangan atau dari pemerintah yang dengan
sukarela memberikan sumbangan untuk para pengungsi, walaupun dana yang terkumpul
kurang memadai untuk kepentingan pengungsi. Nansen juga memperkenalkan apa yang
disebut dengan "Paspor Nansen", dengan paspor ini pengungsi bisa mengadakan
perjalanan ke negara lain, "Paspor Nansen" adalah sebagai sertifikat yang dikeluarkan
oleh pemerintah nasional yang atas rekomendasi High Commissioner dapat diterima
seperti paspor biasa yang diterima oleh banyak negara. Dengan "Paspor Nansen" ini
memudahkan para pengungsi untuk mencari pekerjaan di negara lain atau mengunjungi
teman atau keluarga di negara lain, tanpa "Paspor Nansen" tersebut mereka tidak
mungkin mengadakan perjalanan ke luar negeri karena statusnya sebagai imigran.
Walaupun Nansen meninggal tahun 1930, aktivitas High Commissioner dilanjutkan
terutama pada waktu pecah Perang Dunia II banyak pengungsi disebabkan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Hitler.

Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB)

Sejarah Pembentukan PBB


Setelah LBB berumur 20 tahun sebagai suatu organisasi internasional yang
bertujuan untuk mengakhiri perang dan agar masyarakat internasional hidup
berdampingan dengan damai, mengalami kegagalan dengan pecahnya Perang Dunia II.
Keadaan peperangan yang menyebabkan suasana yang mengenaskan bagi umat
manusia, menggugah para pemikir untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang
lebih sempurna yang bersifat universal. Gagasan untuk mendirikan PBB timbul di
244 Pengantar Hukum Organisasi Internasional

kalangan Private Group Amerika. Misalnya tahun 1939 terbentuklah apa yang disebut
dengan Commission (o Study the Organization of Peace. Tahun 1942 didirikan suatu
komite Posi War of Internationa/ Problems. Pernyataan-pernyataan dari komite inilah
yang merupakan dasar untuk mendirikan suatu organisasi internasional.
Di samping usaha-usaha pihak swasta pembicaraan- pembicaraan antara
negarawan-negarawan juga sangat penting untuk mendorong segera terbentuknya
organisasi internasional. Misalnya, pembicaraan yang diadakan pada tanggal 13 Agustus
1941 antara Rosevelt dan Churchill telah menghasilkan apa yang terkenal sebagai
Atlantic Charter. Hal yang penting dari Atlantic Charter tersebut adalah jaminan bahwa
seluruh umat manusia harus hidup bebas dari ketakutan dan kekurangan dalam
penyelesaian sengketa penggunaan kekerasan harus dihindari dan perlu adanya sistem
dari keamanan bersama {general security). Walaupun dalam Atlantic Charter tersebut
tidak secara khusus dikemukakan tentang pembentukan organisasi internasional yang
baru namun pernyataan dari kedua pemimpin tersebut menunjukkan bahwa mereka telah
memikirkan kemungkinan pembentuk- kan dari organisasi internasional yang
menggantikan fungsi dari LBB.
Pada tanggal 1 Januari 1942 dikeluarkan suatu deklarasi yang terkenal sebagai
"Declaration of the United Nations" yang ditandatangani oleh Rosevelt, Churchill, Litvinov
dari IJSSR dan Soong dari Cina. Keempat negara telah menyetujui adanya program
umum dengan prinsip-prinsip dan maksud untuk melengkapi Atlantic Charter dan mereka
menyetujui akan melawan musuh secara bersama-sama. Negara-negara yang
menandatangani Deklarasi tersebut adalah 26 negara, terdiri: 2 negara dari Amerika
Utara (Amerika Serikat, Kanada), 9 negara dari Amerika Tengah dan Selatan (Kosta
Rika, Kuba, ■ Republik Dominika, El Salvador, Guatemala, Haiti, Honduras, Nikaragua
dan Panama), 10 dari negara Eropa Barat dan Timur (Inggris, Uni Soviet, Belgia,
Chechoslovakia, Yunani, Belanda, Luksemburg, Norwegia, Polandia, dan Yugoslavia), 2
negara dari Asia (Cina dan India), 2 dari Australia, Selandia Baru dan 1 dari Afrika
(iUnion of South Africci), Rosevelt mengusulkan jika nanti terbentuk organisasi
internasional baru diberi nama United Nations?34 Negara-negara yang menyusul

,:l
H e n r y G . S c h e r m e r s , ibid, h l m . 9 4 6 .
Hubungan Eksternal 2 15

kemudian untuk menandatangani Atlantic Charter (adherents) adalah: 1) Meksiko 2)


Filipina, Etiopia, Irak, Brazil, Bolivia, Iran, Kolombia, Liberia, Prancis, Ekuador, Peru, Cile,
Paraguay, Venezuela, Uruguay, Turki, Mesir, Saudi Arabia, Syria dan Lebanon. 135
Bila kita perhatikan pada daftar negara-negara tersebut di atas maka pengertian
negara hendaknya diartikan dalam arti luas dan harus ditafsirkan secara politis dan tidak
ditafsirkan menurut hukum internasional publik. Jika ditafsirkan secara sempit maka
pengertian negara harus memenuhi syarat-syarat tertentu, di antaranya kedaulatan dan
kemerdekaan penuh, Jika kita perhatikan periode antara tahun 1942 dan permulaan
1945, India, Filipina, Lebanon dan Syria belum sebagai negara merdeka penuh dan
berdaulat.136 Pada tanggal 30 Oktober 1943 ada Deklarasi yang dikenal sebagai
"Kioscow Declaration" ditandatangani oleh Molotov (USSR), Anthony Eden (Inggris),
Cordell Hull (Amerika Serikat), Foo Pingsheung (duta besar Cina untuk USSR), keempat
pemerintah negara tersebut mengakui pentingnya membentuk organisasi internasional
yang didasarkan pada persamaan kedaulatan bagi negara-negara yang mencintai
perdamaian, dan keanggotaannya terbuka bagi semua negara, besar ataupun kecil,

'"Roeslan Abdulgani, 25 Tahun Indonesia-PBB (Jakarta: Gunung Agung, 1972), hlm.


23.
"'Everyones's United Nations, 9<h Editions (New York: United Nations Publication
E.79,1.5), htm. 4.
1J6
Roeslan Abdulgani, op.cit. hlm. 24; Goodrich and Hambro, Charter of the United
Nations, Comentary and Documents, rev. ed. (Boston: World Peace Foundation, 1949),
hlm. 24, 125.
252 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

untuk mencapai perdamaian dan keamanan internasional. Sebulan kemudian pada


tanggal 1 Desember 1943, Presiden Rosevelt, Stalin dan Churchil bertemu di Teheran
dan mereka mendeklarasikan bahwa mereka bertanggung jawab penuh dan PBB akan
mengusahakan perdamaian yang akan dipimpin oleh kemauan baik dari rakyat seluruh
dunia dan menentang perang demi generasi yang akan datang. Pada permulaan tahun
1944, Amerika Serikat mengusulkan agar Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia
berkumpul untuk mendiskusikan pendapat yang konkret tentang masa depan organisasi
internasional setelah perang. Untuk mencapai maksud tersebut Amerika Serikat
mengundang Inggris, Rusia, dan Cina di Dumbarton Oaks, Washington DC. Pertemuan
di Dumbarton Oaks itu terdiri dari dua sesi, sesi pertama berlangsung dari tanggal 21
Agustus-28 September 1944 berlangsung pembicaraan antara Amerika Serikat, Inggris,
dan Rusias Delegasi Cina berpartisipasi pada sesi kedua, pembicaraan antara .Amerika
Serikat, Inggris berlangsung tanggal 29 September- 7 Oktober 1944. Dalam pertemuan
di Dumbarton Oaks disetujui pokok-pokok dasar dan tujuan, bentuk organisasi,
peraturan tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional dan
pentingnya kerjasama di bidang ekonomi dan sosial. Demikian pula disetujui adanya
badan utama yang diserahi tugas khusus dalam bidang perdamaian dan keamanan
internasional di mana lima negara yang memegang peranan dalam peperangan
melawan fasisme, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Uni Soviet, • dan Cina
sebagai anggota tetap dari badan utama tersebut. Badan utama yang dimaksud adalah
Dewan Keamanan.1" Permasalahan-permasalahan tentang Dewan Keamanan sebagai
"'Roeslan Abdulgani, op.cit., hlm 26,27; Goodspeed, hlm 83.
badan utama PBB yang diberi wewenang untuk bertanggung jawab pada perdamaian
dan keamanan internasional tidak ada keberatan di antara peserta pertemuan di
Dumbarton Oaks. Permasalahan yang diutarakan juga dalam pertemuan tersebut
adalah tentang prosedur pemungutan suara yang bagaimana agar Dewan Keamanan
dapat mengambil keputusan? Akankah anggota Dewan Keamanan yang menjadi
pihak dalam sengketa yang dibicarakan di Dewan Keamanan, termasuk anggota tetap
Dewan Keamanan-apakah mempunyai hak untuk memberikan suaranya ataukah
disyaratkan untuk abstain dalam pemungutan suara ketika Dewan Keamanan akan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 253

mengambil keputusan tentang suatu sengketa. Inggris mengemukakan pendapatnya


bahwa suara dari pihak yang bersengketa di mana sengketanya akan diputus di
Dewan Keamanan tidak akan dihitung. Amerika Serikat berpendapat bahwa negara
anggota Dewan Keamanan baik yang permanen maupun yang nonpermanen, tidak
akan memberikan suaranya dalam kaitannya dengan sengketa yang akan diputus
oleh Dewan Keamanan di mana dalam sengketa tersebut mereka adalah pihak dalam
sengketa. Tidak ada perbedaan pendapat tentang suara bulat dari anggota tidak tetap
Dewan Keamanan yang diperlukan untuk keputusan Dewan Keamanan (unanimity of
the permanent members) yang menyangkut masalah nonprosedural dalam
perdamaian dan keamanan internasional. Setelah perdebatan panjang akhirnya
disetujui adanya keputusan bersama yang dikenal sebagai "Dumbarton Oaks
Proposais". Proposal tidak memuat semua tentang draf lengkap organisasi
internasional yang akan datang, tetapi memuat prinsip-prinsip dasar yang akan
dipergunakan untuk membentuk Piagam PBB dan mewakili pandangan-pandangan
prinsip dari peserta pertemuan di Dumbarton Oaks. Organisai
a<ari mempunyai tugas utama untuk mencapai perdamaian dan keamanan internasional,
meskipun juga harus dipertimbangkan tentang kerjasama untuk mencari penyelesaian di
bidang ekonomi, sasial dan masalah-masalah kemanusiaan lainnya. Organisasi yang
akan dibentuk juga harus didasarkan pada persamaan cerajat negara cinta damai (peace
loving state) dan Majelis Umum sebagai organ utama harus terdiri dari perwakilan negara
anggota yang mempunyai tugas untuk membicarakan persoalan- persoalan internasional
dan membuat rekomendasi. Dewan Keamanan mempunyai tanggung jawab utama
dalam bidang perdamaian dan keamanan internasional. Dewan Keamanan akan
mempunyai suatu mekanisme untuk penyelesaian suatu sengketa dan memutuskan akan
adanya pelanggaran terhadap perdamaian dan keamanan internasional atau adanya
tindakan agresi. Dalam proposal juga dikemukakan perlunya sekretariat, mahkamah
(court), dewan ekonomi dan sosial, dan badan tambahan (subsidiary organs) yang
mungkin dibutuhkan untuk membantu kerja organ utama. Organisasi regional
dimungkinkan tetapi tidak boleh mengambil tindakan tanpa otorisasi dari Dewan
Keamanan. Namun demikian ada beberapa permasalahan yang belum terselesaikan dan
254 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

akan menjadi acara untuk dirundingkan dalam pertemuan yang akan datang. 138 Ada
masalah yang belum terselesaikan pada pertemuan di Dumbarton Oaks tersebut, yaitu:
1) masalah voting procedure di Dewan Keamanan dan 2) negara-negara mana yang
merupakan original members. Antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak ada
perbedaan pendapat bahwa lima anggota tetap Dewan Keamanan diberi hak veto di
Dewan

m
Goodspeed. ibid, hlm 183-184.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 255 1 3

Keamanan. Perbedaan pendapat ada dalam hal bahwa Uni Soviet berpendapat hak veto
harus merupakan "Unrestricted and Complete Veto Power" yaitu bahwa veto itu mutlak
dan tak ada pembatasannya. Sedangkan Amerika Serikat berpendapat bahwa harus ada
aturan yang membatasi hak veto misalnya dalam masalah tata tertib, demikian juga pada
negara anggota Dewan Keamanan yang menjadi pihak dalam sengketa yang sedang
dibicarakan di Dewan Keamanan tidak mempunyai suara dalam hal Dewan Keamanan
akan mengambil keputusan tentang masalah mereka. Hal itu berlaku juga pada anggota
tetap Dewan Keamanan, berarti bahwa dalam masalah ini hak veto gugur. Perbedaan
pendapat juga timbul mengenai apa yang disebut dengan negara asli atau original
members, Uni Soviet menghendaki agar ke-16 negara bagiannya diakui sebagai original
members, alasan yang dikemukakan oleh Uni Soviet adalah bahwa menurut
konstitusinya negara bagian mempunyai otonomi untuk mengadakan hubungan
internasionalnya. Hal itu dikemukan oleh Uni Soviet karena Uni Soviet merasa akan
berhadapan dengan Amerika Serikat dan Inggris serta pengikut-pengikutnya. Inggris
akan didukung oleh negara Commonwea/th-nya, seperti Australia, Selandia Baru,
Kanada, India, Afrika Selatan. Permasalahan lain adalah tentang sistem mandat belum
diselesaikan, persoalan lain yang juga belum selesai adalah masalah apakah akan
dibentuk Mahkamah Internasional baru atau suatu pengaturan baru yang memungkinkan
dilanjutkannya Mahkamah Permanen Internasional (the Permanent Court of International
Justice-PCU).
Proposal Dumbarton Oaks ini diedarkan ke seluruh negara penanda tangan
Deklarasi PBB untuk dimintai komentar dan
usulan. Pada waktu yang sama ada usaha oleh negara-negara yang hadir di
Dumbarton Oaks untuk membuat kesepakatan tentang masalah-masalah yang belum
terselesaikan, karenanya sangat penting adanya pertemuan tambahan dari Tiga
Negara Besar (Big Three) sebelum adanya pemecahan masalah tersebut.
Pertemuan antara Rosevelt, Churchil, dan Stalin kemudian diadakan di Yalta (Yalta
Agreements) antara tanggal 4-11 Februari 1945. Pembicaraan yang dilangsungkan di
Yalta ini banyak pengaruhnya pada pembicaraan-pembicaraan setelah perang. Di Yalta
tiga keputusan telah dibuat untuk masa depan organisasi internasional yang akan
256 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

dibentuk dan pembicaraan final tentang struktur organisasi akan diputuskan secara
formal. Keputusan penting yang telah diputuskan adalah mengenai prosedur pemungutan
suara di Dewan Keamanan. "Veto" disetujui, kesepakatan bulat (unanimous agreement)
dari lima anggota tetap Dewan Keamanan diperlukan untuk keputusan Dewan Keamanan
dalam masalah-masalah substansial (nonprosedural) dan bukan dalam masalah
prosedural. Dalam keputusan yang sehubungan dengan penyelesaian sengketa di mana
anggota Dewan Keamanan adalah salah satu pihak, maka harus abstain dalam
pemungutan suara. Keputusan untuk masalah prosedural dibutuhkan 7 suara anggota
Dewan termasuk suara anggota tetap Dewan Keamanan. Keputusan kedua yang
terpenting adalah sehubungan dengan pertanyaan siapakah anggota asli (original
members) PBB. Pertemuan di Yalta ini Amerika Serikat dan Inggris menyetujui usul Rusia
untuk memasukkan Ukraina dan Byelorussia, dua negara bagian Uni Soviet untuk
menjadi anggota asli PBB, sedangkan negara bagian lainnya tidak dapat menjadi negara-
asli PBB. Kesepakatan ini tercapai karena Uni Soviet
menyadari bahwa bila dia menuntut 16 negara bagiannya sebagai anggota asli PBB,
maka Amerika Serikat yang jumlah negara bagiannya lebih banyak dapat mengajukan
tuntutan yang sama. Diterimanya Ukraina dan Byelorussia sebagai anggota asli PBB
karena kedua negara bagian tersebut merupakan wilayah terdepan dalam menghadapi
serangan Jerman.
Keputusan lain yang penting adalah diterimanya sistem perwalian (trusteeship)
untuk mengganti sistem mandat dalam rangka LBB. Sistem perwalian diterapkan dalam:
a) wilayah mandat dari LBB; (b) wilayah yang direbut dari musuh sebagai hasil Perang
Dunia II; dan (c) wilayah lain yang sukarela ditempatkan di bawah sistem perwalian.
Dalam pertemuan di San Fransisco tidak ada pembicaraan lagi tentang wilayah khusus
yang mungkin ditempatkan dalam sistem perwalian.
Pada tanggal 21 Februari-8 Maret 1945, suatu pertemuan yang diusulkan oleh
Amerika Serikat diadakan dalam bentuk konferensi di Meksiko antarnegara-negara di
Amerika untuk membicarakan kemungkinan didirikannya organisasi internasional yang
meliputi semua bangsa dan kedudukan dari organisasi regional. Semua negara Amerika
hadir kecuali Argentina. Pertemuan di Meksiko menghasilkan suatu resolusi yang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 257 1 3

merupakan pembahasan hasil Dumbarton Oaks oleh negara-negara Amerika termasuk


yang tidak hadir dalam pertemuan di Dumbarton Oaks. Resolusi di Meksiko itu meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a) Diterimanya aspirasi akan sifat universal organisasi internasional yang akan dibentuk.
b) Keinginan untuk menjelaskan dan membuat lebih khusus dan jelas tentang prinsip-
prinsip dan maksud-maksud dan organisasi.
c) Keinginan untuk menjelaskan dan membuat lebih khusus kewenangan Majelis
Umum PBB untuk tindakan-tindakannya, sebagai organ yang penting dalam
organisasi internasional itu di mana terdiri dari perwakilan-perwakilan negara
anggota yang mungkin dapat menyumbang kewenangan Dewan Keamanan lebih
efektif dan harmonis.
d) Keinginan untuk memperluas yurisdiksi dan kewenangan dari Mahkamah
Internasional (International Tribunal atau Court of Justice).
e) Keinginan untuk menciptakan Badan Internasional khususnya yang mempunyai
tugas untuk mempromosikan kerjasama dalam bidang intelektual dan moral.
f) Keinginan untuk menyelesaikan permasalahan dan pertanyaan- pertanyaan yang
timbul karena sifat khusus organisasi negara- negara Amerika, terutama dalam
kaitannya dengan prosedur dan metode dalam mengharmonisasikannya dengan
organisasi internasional yang akan datang.
g) Keinginan untuk memberikan perwakilan negara-negara Amerika Latin di Dewan
Keamanan.
Resolusi tersebut menunjukkan keinginan negara-negara Amerika Latin akan
pentingnya hubungan antara organisasi internasional yang bersifat universal dan
organisasi internasional regional.'39
Pada tanggal 5 Maret 1945, Amerika Serikat sebagai negara sponsor mengundang
empat puluh enam negara untuk menghadiri konferensi yang dibuka tanggal 25 April
1945 di San Fransisco. Konferensi ini disebut sebagai 77?i? United Conference of

>,9
Goodspeed, ibid., hlm. 86.
258 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

International Organization. Segera setelah konferensi dibuka kemudian Ukraina,


Byelorussia, Argentina menghadiri konferensi tersebut. Pada tanggal 5 Juni Denmark
menghadiri konferensi tersebut. Uni Soviet mengusulkan Polandia yang belum hadir
diberi kesempatan untuk menjadi negara anggota asli PBB. Jadi anggota asli PBB terdiri
dari 51 negara, dengan catatan Polandia yang pada waktu itu belum hadir tetap
diperhitungkan sebagai negara anggota asli. Negara-negara anggota asli tersebut:
Argentina, Australia, Belgia, Bolivia, Brazil, Byelorussia, Kanada, Cile, Cina, Kolombia,
Kosta Rika, Kuba, Chechoslovakia, Denmark, Republik Dominika, Ekuador, Mesir, El
Savador, Etiopia, Prancis, Greece, Guatemala, Haiti, Honduras, India, Iran, Irak,
Lebanon, Liberia, Luksemburg, Meksiko, Netherlands, New Zealand, Nikaragua,
Norwegia, Panama, Paraguay, Filipina, Polandia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Syria,
Arab Republik, Turki, Ukraina, Uni Republik Soviet Sosialis (Union of Soviet Sosialist
Republic), United Kingdom of Britain Northen Irland, United States of America, Uruguay,
Venezuela, Yugoslavia. Dalam daftar anggota asli tersebut kita melihat pengertian negara
bukan dalam arti legal formal seperti yang biasa dikenal dalam hukum internasional,
tetapi dalam arti politis. Misalnya Byelorussia dan Ukraina, keduanya adalah negara
bagian Uni Soviet yang telah menyampingkan pengertian negara dalam hukum
internasional, sedangkan delegasi Filipina mengusulkan kata "states" lebih baik diganti
dengan kata "nations", karena negara Filipina pada saat itu belum menjadi negara
merdeka.19
Suasana pada konferensi di San Fransisco penuh dengan
ketegangan karena pada waktu mereka berunding perang di Eropa dan Pasifik terus
berlangsung. Beberapa anggota delegasi mewakili pemerintahan yang sedang dalam
pengungsian, sehingga mereka tidak dapat kontak dengan rakyatnya sehingga tidak
dapat mengemukakan apa yang sebenarnya rakyat kehendaki. Delegasi negara seperti
Belanda, Belgia dan Prancis diharuskan keluar dari konferensi dan kembali ke
negaranya sendiri untuk memikirkan dan menyelesaikan tugas dalam negeri. Dalam
konferensi itu dikemukakan masalah politik dan militer oleh delegasi yang negaranya
dalam keadaan perang. Walaupun keadaan konferensi sangat dipengaruhi karena masih

19Roeslan Abdulgani, op.cit.. 131.


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 259 1 3

adanya perang, ada yang berpendapat bahwa sebaiknya konferensi ditunda, namun
Rosevelt dan banyak negara lainnya berpendapat harus dibedakan antara konferensi
perdamaian dan konferensi yang tujuannya membentuk organisasi internasional setelah
perang selesai. Ketegangan di antara negara super power pada saat itu juga terjadi,
walaupun kelihatan dari luar bahwa mereka solid. Hubungan Uni Soviet dengan Amerika
Serikat secara politis tidak bisa harmonis, namun kedua negara tersebut harus
bergandengan dalam usaha membentuk organisasi internasional setelah perang selesai.
Amerika Serikat berusaha jangan sampai konferensi itu gagal, karenanya Amerika
Serikat terus berusaha agar kebijakan untuk membentuk organisasi internasional setelah
perang terwujud. Inggris mendukung usaha Amerika Serikat dalam usaha pembentukan
organisasi internasional.
Prancis hanya sedikit berpengaruh pada saat pembicaraan di San Fransisco karena
Prancis masih disibukkan dengan persoalan dalam negerinya. Cina tidak mau berada
dalam posisi di pihak Amerika-Inggris atau berada di pihak Uni Soviet, ketika lima
negara besar itu berada dalam konflik.
Pada Konferensi San Fransisco dibentuk juga Steertrtg Committee yang bertugas
untuk membentuk Piagam PBB dan Statuta Mahkamah Internasional yang integral
dengan Piagam PBB. Di samping itu, masalah penting yang belum diselesaikan di Yalta
adalah masalah voting. Negara-negara kecil sangat marah akan hak yang diberikan pada
lima negara besar yang mempunyai hak veto di Dewan Keamanan apabila Dewan
Keamanan akan memberikan sanksi pada negara yang melanggar perdamaian dan
keamanan internasional, penerimaan anggota baru dan penghentian (expttIsion)
keanggotaan, perubahan Piagam, penunjukan Sekretaris Jenderal PBB. Negara besar
berpendapat bahwa mereka mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang besar
dalam perdamaian dan keamanan dan tanggung jawab ini harus didukung oleh semua
anggota PBB.
Pada waktu pertemuan di Dumbarton Oaks, para delegasi telah mengusulkan
pembentukan suatu Mahkamah Internasional yang alat perlengkapan/organ utama dari
organisasi internasional yang akan datang. Pada saat itu belum ada keputusan apakah
Mahkamah Internasional dalam organisasi internasional itu akan merupakan kelanjutan
260 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

dari Mahkamah Permanen (Permanent Court of International Justice) atau membentuk


Mahkamah baru serupa. Pada bulan Februari 1945 setelah pertemuan di Yalta ada
konferensi yang disponsori oleh negara sponsor pendirian PBB di Washington DC untuk
menyiapkan draft statuta untuk Mahkamah Internasional. Konferensi ini membentuk
United Nations Committee of Jurist yang mempunyai tugas menyiapkan statuta
Mahkamah Internasional yang akan diusulkan di konferensi San Fransisco untuk
diputuskan.
Pada pertemuan di San Fransisco tentang hal ini timbul dua pendapat apakah akan
membentuk Mahkamah baru atau akan meneruskan yang lama. Satu kelompok
berpendapat bahwa Permanent Court of International Justice (PC1J) merupakan badan
yang sangat terhormat dan merupakan badan otoritas dari para ahli hukum, harus tetap
dipertahankan. Pendapat lain mengatakan bahwa akan lebih bijaksana bila mendirikan
Mahkamah baru untuk bekerja dalam satu sistem dengan organisasi internasional yang
akan dibentuk. Setelah melalui perdebatan, akhirnya diputuskan untuk membentuk
Mahkamah Internasional sebagai alat perlengkapan/organ utama dan statuta Mahkamah
Internasional diadopsi dari statuta Mahkamah Permanen (PC1J).
Permasalahan organisasi regional di luar PBB merupakan permasalahan khusus.
Pembicaraan di Dumbarton Oaks telah mencatat bahwa dalam Piagam Organisasi
Internasional yang baru nanti tidak akan menghalangi adanya organisasi regional yang
menangani masalah- masalah perdamaian dan keamanan internasional dan menyatakan
bahwa Dewan Keamanan akan mendorong untuk penyelesaian perdamaian dan
keamanan di suatu kawasan berdasarkan peraturan dari organisasi regional yang berada
di kawasan tersebut baik atas usul pihak yang bersengketa maupun oleh Dewan
Keamanan. Hal ini diterima di Piagam Penggunaan Angkatan Bersenjata (Armed Forces)
oleh Dewan Keamanan.
Hasil Dumbarton Oaks dalam hal ini lebih diklarifikasikan, tentang metode di mana
Dewan Keamanan kalau perlu akan menggunakan angkatan bersenjata sebagai sanksi
militer. Persetujuan antara negara atau grup negara dengan Dewan Keamanan
diperlukan di samping persetujuan khusus di antara mereka diperlukan. Juga diusulkan
tentang kemungkinan partisipasi dari suatu negara untuk menyumbangkan angkatan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 261 1 3

bersenjatanya ke Dewan Keamanan pada waktu Dewan Keamanan memutuskan untuk


menggunakan angkatan bersenjata jika diperlukan. Usul Kanada bahwa negara yang
memberikan bantuan angkatan bersenjatanya adalah anggota Dewan Keamanan. Usul
Kanada mendapat protes dari negara-negara lain. Mesir mengusulkan bahwa hak
berpartisipasi tidak diberikan pada semua anggota dan anggota organisasi yang akan
datang hanya diberikan hak untuk membantu dan memfasilitasi.
Masalah ekonomi dan sosial diperluas pada pembicaraan di San Fransisco. Menjadi
makin jelas bahwa untuk organisasi internasional masa datang tidak diperkenankan
untuk mengadakan intervensi dalam masalah ekonomi dan sosial negara anggotanya,
masalah ini adalah merupakan masalah dalam negeri (domestic jurisdiction). Karena
masalah ekonomi dan masalah sosial merupakan masalah yang penting maka dalam
organisasi internasional masa datang diusulkan adanya alat perlengkapan/ organ utama
yang bertanggung jawab untuk bidang ekonomi dan sosial. Fungsi dan tugas dari alat
perlengkapan/organ utama ini sangat komprehensif dan mempunyai fungsi juga untuk
menyiapkan konvensi sehubungan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan
tugasnya yang akan diajukan ke Majelis Umum. Dapat juga mengadakan konferensi
internasional yang membahas masalah yang menjadi bidangnya dengan persetujuan
Majelis Umum, memberikan layanan bila anggota atau badan khusus memintanya.
Daerah bekas jajahan (colonial question) di Dumbarton
Oaks tidak ada pembicaraan tentang bagaimana kelanjutan daerah mandat masa LBB
dan bekas jajahan yang kalah perang. Masalah ini dibicarakan pada pertemuan di San
Fransisco, menghasilkan dalam piagam adanya bab khusus yang berisi ketentuan tentang
masalah wilayah yang tidak berpemerintahan sendiri, diciptakan sistem perwalian
(trusteeship system) dan dibentuk alat perlengkapan/organ utama Dewan Perwalian yang
berwenang mengurusi masalah tersebut.20
Pada tanggal 25 Juni 1945 konferensi di San Fransisco selesai dan menerima bulat
seluruh Piagam PBB. Esok harinya tanggal 26 Juni diadakan upacara penandatanganan
yang dilakukan di Gedung Opera di San Fransisco. Menurut ketentuan Piagam PBB
berlaku setelah diratifikasi oleh negara penanda tangan dan termasuk lima negara tetap

20 Goodspeed, op.cit., hlm. 95-103


262 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Dewan Keamanan (Pasal 110 Piagam PBB). Syarat berdirinya PBB dipenuhi tanggal 24
Oktober 1945 dengan Resolusi Majelis Umum pada tanggal 31 Oktober 1947. Tanggal 24
Oktober dinamakan Hari PBB.
Pada waktu penandatanganan di San Fransisco tanggal 26 Juni 1945, ditandatangani
Interim Arrangement yang membentuk Komisi Persiapan (Preparatory Commission) untuk
menyiapkan pertemuan pertama alat perlengkapan/organ utama PBB. Komisi persiapan
juga mempunyai tugas untuk merekomendasikan tempat Markas Besar PBB
(Headquarter), pemindahan fungsi tertentu dan aktivitas tertentu LBB ke PBB dan
menyiapkan agenda- agenda untuk Majelis Umum dan alat perlengkapan/organ utama
PBB. Sidang Majelis Umum pertama pada tanggal 10 Januari 1946 di London.
Isi Mukadimah Piagam PBB
Mukadimah Piagam PBB
a. Bertekad untuk menyelamatkan generasi yang akan datang dari kesengsaraan
yang disebabkan perang.
b. Memperteguh kepercayaan pada hak-hak asasi manusia, pada harkat dan derajat
manusia, persamaan hak bagi pria maupun wanita dan bagi segala bangsa besar
maupun kecil.
c. Menegakkan keadaan di mana keadilan dan penghormatan terhadap kewajiban-
kewajiban yang timbul dari perjanjian- perjanjian dan lain-lain sumber hukum
internasional dapat terpelihara.
d. Meningkatkan kemajuan sosial dan memperbaiki tingkat kehidupan dalam alam
kebebasan yang lebih luas. Untuk mencapai tekad tersebut maka bangsa-bangsa
di dunia
akan hidup bersama dengan penuh toleransi dan akan hidup bersama dalam suasana
perdamaian seperti halnya dalam bertetangga baik dan mempersatukan kekuatan
untuk menegakkan perdamaian dan keamanan internasional. Kekuatan senjata tidak
akan dipergunakan kecuali untuk kepentingan bersama. Di samping itu, keijasama
internasional diperlukan untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial semua
bangsa. PBB didirikan untuk memperbaiki hubungan antarbangsa-bangsa dan
memberi hak-hak dan kesempatan yang layak bagi tiap bangsa di dunia untuk maju
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 263 1 3

dan sejahtera dalam suasana kerukunan keijasama dan perdamaian satu sama lain.
Tiap perselisihan bangsa yang dapat mengganggu perdamaian harus diselesaikan
secara damai.142
Dalam bidang perdamaian dunia sendiri memang diakui bahwa
142
Sudjarwo Tjondronegoro. Hari PBB. Kompas. 24 Oktober 1972.
perdamaian baru tercipta dengan mengadakan/mengurangi ke- pincangan-kepincangan
dalam kehidupan bangsa di dunia maupun mempererat hubungan antarbangsa itu
sendiri, maka bangsa-bangsa yang belum merdeka harus diberi kesempatan maju dan
diberikan hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Ditegaskan bahwa mereka harus
diberi kemerdekaan, maka dalam rangka PBB dibentuk Dewan Ekonomi dan Sosial yang
menampung kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Di
samping itu dalam Piagam selalu ditekankan pentingnya justice di samping peace.
Dalam perkembangan PBB sejak didirikan, memang mengalami banyak tantangan
disebabkan perubahan-perubahan suasana baru dalam masyarakat internasional,
misalnya timbulnya negara-negara baru yang semula merupakan negara yang dijajah
menjadi negara merdeka dan berdaulat penuh. Sehingga sering menimbulkan per-
tanyaan bahwa ada ketentuan-ketentuan dalam Piagam yang sudah tidak sesuai lagi
dengan keadaan masyarakat internasional saat ini. Terhadap pertanyaan tersebut
Sudjarwo Tjondronegoro berpendapat: "bahwa Piagam PBB itu sendiri cukup baik untuk
dipakai karena prinsip-prinsip dalam PBB sejak tahun 1945 hingga kini masih dapat
dipertahankan berkat perjuangan anggota-anggotanya, sudah menelurkan berpuluh-
puluh keputusan, resolusi, yang melaksanakan penyesuaian prinsip-prinsip dalam
Charter dengan kemajuan bangsa. Hal tersebut disebabkan karena menambah dan
mengubah Charter PBB sangat sukar. Prosedurnya menurut Pasal 108 Charter PBB
bahwa perubahan harus disetujui 2/3 mayoritas anggota Majelis Umum dan suara mutlak
anggota Dewan Keamanan.143
Bila kita ikuti sejarah terbentuknya LBB dan PBB maka

'«Sudjarwo Tjondronegoro, ibid.


264 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

tujuan kedua organisasi itu adalah sama, yaitu baik PBB maupun LBB keduanya
berusaha untuk menghindarkan dunia dari peperangan, Namun karena PBB didirikan
karena LBB gagal, maka PBB belajar dari kegagalan LBB.
Bila kita bandingkan antara LBB dan PBB, maka terdapat kelainan sebagai
berikut:
a. Alat Perlengkapan/Organ Utama
LBB hanya mempunyai tiga alat perlengkapan utama: Majelis Umum, Dewan
Keamanan, dan Sekretariat. Sedangkan PBB mempunyai 6 alat perlengkapan/organ
utama: Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan
Perwalian, Mahkamah Internasional (Internasional Court of Justice-\CJ) dan
Sekretariat.
b. Pemungutan Suara
Pada LBB dianut asas suara bulat dan asas ini merupakan syarat untuk semua
keputusan LBB. Akibatnya bila salah satu anggota saja tidak menyetujui, maka dapat
menggagalkan keputusan yang hendak diambil LBB (Pasal 5[1] Kovenen). Pada PBB
dibedakan antara masalah yang akan diputuskan, bila masalah tersebut dianggap
penting, maka akan diputuskan dengan 2/3 suara yang hadir dan memberikan
suaranya sedangkan masalah yang kurang penting cukup dengan kelebihan suara
biasa (Pasal 18 Piagam PBB).
c. Sanksi yang Dapat Diambil
Pada LBB, menurut Pasal 16 Kovenen sanksi militer hanya diusulkan dan
diserahkan kepada kebijaksanaan anggota-anggota lainnya.
Pada PBB inisiatif untuk sanksi militer dapat diambil oleh PBB cq Dewan
Keamanan (Pasal 42 Piagam PBB), namun
demikian anggota masih diberi hak untuk bela diri (Pasal 51 Piagam PBB), d.
Keanggotaan
Pada Pasal 1 (2) Kovenen LBB ditentukan any fully self- governing state, dominion
or colony become member of the leaque. Jadi setiap negara, dominion atau koloni yang
mempunyai pemerintahan sendiri (fully self government) dapat menjadi anggota LBB.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 265 1 3

Sedangkan berdasarkan Pasal 4 Piagam PBB: membership in the United Nations is


open to all other peace-loving state and accept the obligations contained in the present
charter. Jadi di PBB hanya menyebutkan states tidak lagi menyebutkan dominion atau
koloni, e. Titik Berat Fungsinya
Pada LBB lebih menitikberatkan pada perdamaian dan keamanan internasional,
kurang memperhatikan masalah-masalah ekonomi, sosial, dan kebudayaan.
Pada PBB selain masalah-masalah perdamaian dan keamanan internasional juga
memperhatikan masalah ekonomi/sosial dan kebudayaan juga masalah perwalian, f
Wewenang Sekretaris Jenderal (Sekjen)
Pada LBB wewenang Sekjen hanya sebagai kepala jabatan administratif (Pasal 6
Kovenen LBB). Sedangkan pada PBB Sekjen PBB selain sebagai kepala sekretariat
(Pasal 97 Piagam PBB) maka Sekjen PBB mempunyai juga tugas-tugas politik (Pasal 98
dan Pasal 99 Piagam PBB).

Piagam dan Struktur Organisasi PBB


Setelah Mukadimah Piagam PBB memuat 111 pasal yang
merumuskan asas dan tujuan serta cara kerja serta rangka dan
susunan tiap-tiap bagian dari organisasi.

Tujuan dan Prinsip-Prinsip PBB

Pasal 1 Piagam memuat tujuan PBB.


1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional
2. Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan prinsip-
prinsip persamaan derajat.
3. Mencapai keijasama internasional dalam memecahkan persoalan internasional di
bidang ekonomi, sosial dan kebudayaan serta masalah kemanusiaan, hak-hak
asasi manusia.
4. Menjadi pusat bagi penyelenggaraan segala tindakan-tindakan bangsa-bangsa
dalam mencapai tujuan bersama.
Pasal 2 memuat asas-asas PBB yang digunakan sebagai
266 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

dasar untuk mencapai tujuan tersebut di atas.


1. PBB berdasarkan asas persamaan kedaulatan semua anggotanya.
2. Kewajiban untuk memenuhi kewajiban-kewajiban sesuai dengan apa yang
tercantum dalam Piagam
3. Setiap perselisihan harus diselesaikan secara damai agar perdamaian dan
keamanan tidak terancam.
4. Mempergunakan kekerasan terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik
suatu negara harus dihindarkan.
5. Kewajiban untuk membantu PBB terhadap tiap kegiatan yang diambil sesuai
dengan Piagam dan larangan membantu negara di mana negara tersebut oleh
PBB dikenakan tindakan- tindakan pencegahan dan pemaksaan.
6. Kewajiban bagi negara bukan anggota PBB untuk bertindak
sesuai dengan Piagam apabila dianggap pedu untuk perdamaian dan keamanan
internasional. 7. PBB tidak akan campur tangan dalam masalah persoalan dalam
negeri (domestic jurisdiction) dari negara anggotanya.

Salah satu asas yang penting juga adalah asas collectivity atau asas
kegotongroyongan.144 Tindakan-tindakan yang dijalankan atas nama PBB sifatnya
kolektif, bergotong royong sesuai dengan asas-asas demokrasi. Hal yang demikian
mengharuskan dijalankannya suatu asas koordinasi, artinya, bahwa segala tindakan
dan kegiatan bangsa-bangsa kearah perdamaian harus diselaraskan dan
dipersatukan. Asas yang penting juga dalam kaitannya dengan asas gotong royong
adalah asas persamaan derajat (Pasal 2[l] Piagam PBB). Jadi PBB bukanlah
organisasi internasional yang bersifat "supranasional."
Hal yang penting juga dalam kaitan dengan negara bukan anggota, maka pada
Pasal 2(6) Piagam PBB negara bukan anggota PBB bertindak sesuai dengan prinsip-
prinsip PBB apabila dianggap perlu untuk perdamaian dan keamanan internasional.
Hal ini berarti bahwa negara bukan anggota harus juga bersikap sesuai dengan prinsip
yang ada dalam Piagam PBB terutama dalam perdamaian dan keamanan
internasional, walaupun secara hukum mereka tidak terikat pada Piagam PBB. Namun
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 267 1 3

demikian bahwa PBB tidak akan ikut campur dalam masalah-masalah dalam negeri
dijamin dengan adanya ketentuan Pasal 2(7) Piagam PBB.

'■"Sumarto Djojodihardjo dibantu Abdoel Hamid. UNO Perserikatan Bangsa-


Bangsa (Bandung: '5 Gravenhage, N V. Penerbitan Van Hoeve, 1952), hlm 9.
Status Hukum PBB
PBB sebagai organisasi internasional memiliki status hukum dalam hukum
internasional, PBB sebagai subjek hukum internasional.21 Staf PBB, secara periodik
menerima perwakilan negara anggota. Berdasarkan Pasal 104 Piagam PBB menyatakan:
"The Organization shall enjoy in territory mempunyai markas besarnya sendiri
(headquarters)!mempunyai pegawai/o/' each of its Members such legal capacity as may
be necessary for the exercise of its functions and the fulfilment of the purposes. Kata H
legal capacity" menunjukkan akan adanya kemampuan PBB untuk bertindak sebagai
subjek hukum internasional, oleh karenanya mempunyai hak untuk memiliki kekayaan,
mempunyai hak untuk membuat perjanjian internasional dan tindakan-tindakan lain
sebagai subjek hukum internasional.
Setelah diskusi panjang akhirnya Majelis Umum PBB pada tahun 1946 menetapkan
markas besar PBB di New York. Dengan hibah berupa tanah di New York dari John D.
Rockefeller akhirnya dapat mendirikan markas besar PBB. Untuk sementara markas
besar PBB berlokasi di beberapa tempat di New York, sampai akhirnya gedung
sekretariat dapat selesai didirikan tahun 1950. Pendirian gedung untuk Majelis Umum
PBB dan gedung konferensi didirikan kemudian. Letak markas besar PBB di wilayah
negara anggota mengundang permasalahan hukum di antara PBB dan negara
tuan rumah. Permasalahan hukum di antaranya: masalah transit bagi
anuoota delegasi negara anggota, masalah perlindungan dari bahaya

kebakaran, masalah pajak, masalah komunikasi dan lain-lain. Untuk

21Didalam Konvensi tentang Hak-ITak Istimewa dan Imunitas PBB yang disahkan oleh Majelis Umum tahun 1946 dalam Pasal 1, seksi 1
ditetapkan bahwa PBB akan mempunyai status sebagai subjek (juridical personality). Oleh karenanya mempunyai hak untuk: a) membuat perjanjian,
b) mcmpuyai hak untuk mempunyai benda tak bergerak, c) untuk berperkara di pengadilan. Konvensi dipertegas dengan pendapat hukum Mahkamah
Internasional tentang kasus Pangeran Bernadotte tahun 1948.
268 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

menyelesaikan masalah tersebut Sekjen PBB diberi wewenang untuk


mengadakan negosiasi dengan negara tuan rumah. Hasil negosiasi
akan~disahkan oleh Majelis Umum.

Pada tanggal 26 Juni 1947 Perjanjian tentang Markas Besar


(Headquarters Agreement) antara PBB dan Amerika Serikat ditandatangani
dan disahkan oleh Majelis Umum.
PBB tanggal 31 Oktober 1947 Dalam perjanjian tersebut ditetapkan
bahwa distrik Borough of Manhattan di New York State berada dalam wilayah
dibawah wewenang PBB Negara federal dan hukum nasional Amerika Serikat
diterapkan di wilayah *ersebut bila tidak bertentangan dengan peraturan dari PBB.
Jika ada suatu sengketa antara PBB dan negara tuan rumah akan diselesaikan
melalui mahkamah arbitrasi (arbitral tribunal) yang an gotanya terdiri dari: Sekjen
PBB, Secretary of State Amerika Serikat dan satu anggota pihak ketiga yang dipilih
oleh keduanya, pemerintah Amerika Serikat memberikan perlindungan kepolisian,
neskipim pada wilayah tersebut PBB tidak mempunyai kedaulatan, namun wilayah
tersebut tidak dapat diganggu dan tidak ada orang a boleh memasuki wilayah
tersebut kecuali untuk melakukan tuaasnya dan telah diberi wewenang oleh Sekjen
PBB Pihak Amerika Serikat tidak dapat menghalangi perwakilan negara Tcjota yang
akan menuju markas besar PBB, demikian pula 'hak-pihak yang mempunyai
kepentingan dengan PBB. Perwakilan Pe<mra anggota baik yang tinggal di
lingkungan markas besar atau di luarnya berhak mendapat hak-hak istimewa dan
kekebalan sebagaimana layaknya perwakilan negara asing.
Keanggotaan, Penundaan (Suspension), Dikeluarkan (Expulsion) dan Penarikan Diri
(Withdrawal)
Keanggotaan dibedakan antara anggota asli (original members) dan anggota yang
diterima kemudian (admitted members). Keduanya mempunyai hak dan kewajiban yang
sama. Kalau negara anggota asli dapat diterima karena kesempatan yang diberikan untuk
menjadi anggota asli, sedangkan negara yang menjadi anggota kemudian harus
memenuhi kualifikasi tertentu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 269 1 3

Untuk menjadi anggota. Menurut Pasal 3 Piagam PBB maka anggota asli/pemula
adalah negara-negara yang turut serta dalam konferensi PBB tentang organisasi
internasional di San Fransisco, atau yang telah lebih dulu menandatangani Deklarasi PBB
pada tanggal 1 Januari 1942, menandatangani Piagam dan meratifikasinya sesuai
dengan Pasal 110 Piagam PBB. Pada waktu itu dinyatakan bahwa yang menjadi anggota
asli/pemula adalah 51 negara dengan catatan bahwa Polandia waktu penandatanganan
Piagam PBB tidak hadir, karena pada saat itu ada permasalahan dalam negeri namun
untuk Polandia telah disediakan untuk penanda tangan sebagai anggota asli/pemula,
penanda tangan baru dilakukan 15 Oktober 1945.
Pengertian negara dalam negara anggota asli/pemula hendaknya diartikan secara
luas dan ditafsirkan lebih bersifat politis dan tidak ditafsirkan menurut hukum internasional
semata.146 Sebagai contoh, Byelorussia dan Ukraina pada saat itu adalah negara bagian
Uni Soviet, Filipina dan India pada saat itu belum menjadi negara merdeka.
Anggota lain/anggota tambahan adalah anggota yang

'"Roeslan Abdulgani. op.cit.. hlm. 25.


diterima setelah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan. Menurut Pasal 4(1) Piagam
PBB maka syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah: 1) negara; 2) cinta damai; 3)
menerima kewajiban yang ada dalam Piagam; 4) mampu dan bersedia melaksanakan
kewajibannya; 5) permohonan untuk menjadi anggota ditetapkan oleh Majelis Umum PBB
atas rekomendasi Dewan Keamanan (Pasal 4(2) Piagam PBB). Dalam praktik yang lebih
menentukan diterima atau tidaknya suatu negara menjadi anggota PBB adalah Dewan
Keamanan.
Rekomendasi Dewan Keamanan dalam masalah keanggotaan lebih merupakan
keputusan (decision), karena Dewan Keamanan memakai Pasal 27(3) Piagam PBB dan
bukan Pasal 27(2) Piagam PBB. Masalah mengenai penerimaan keanggotaan di PBB
pernah menjadi masalah hukum: Apakah Dewan Keamanan yang lebih menentukan
dibandingkan dengan Majelis Umum PBB? Berdasarkan Pasal 96 Piagam PBB maka
Majelis Umum PBB meminta nasihat hukum (advisory opinion) pada Mahkamah
Internasional sehubungan dengan Pasal 4 Piagam PBB Pendapat hukum diberikan pada
tanggal 28 Mei 1948 bahwa syarat yang ditentukan dalam Pasal 4 Piagam PBB dalam
270 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

kaitannya antara wewenang Majelis Umum dan Dewan Keamanan Menurut Mahkamah
Internasional syarat yang ditetapkan dalam Pasal 4 Piagam PBB adalah:
the condition laid down for the admission of States were exhaustive and that if
these conditions were fulfilled by state which was a candidate, the Security
Council ought to make recommendation which would enable the General
Assembly to decide upon the admission,M7
H7
The International Court of Justice, United Nations, Fourth Edition, Condition of
State to Membership in the United Nations (article 4 Charter), him. 34.
Jadi menurut Mahkamah ada dua syarat yang harus dipenuhi agar dapat diterima
sebagai anggota PBB, 1) Rekomendasi Dewan Keamanan dan 2) Keputusan Majelis
Umum PBB. Rekomendasi Dewan Keamanan merupakan syarat bagi Majelis Umum
PBB untuk memberikan keputusan. Di dalam praktik ternyata kemacetan penerimaan
keanggotaan baru disebabkan karena permainan negara besar dalam menggunakan
vetonya. Seperti diketahui bahwa keputusan Dewan Keamanan sehubungan dengan
penerimaan anggota baru.
PBB ditetapkan berdasarkan Pasal 27(3) Piagam PBB, ini berarti harus ada
persetujuan suara bulat dari para anggota Dewan Keamanan PBB. Keadaan inilah yang
sering dipakai oleh negara-negara pemegang hak veto untuk memainkan politiknya
dengan cara menghalangi masuknya anggota baru, walau negara tersebut telah
memenuhi syarat yang ditetapkan pada Pasal 4(1) Piagam PBB. Jelaslah bahwa
keputusan Dewan Keamanan menentukan, jadi jelaslah keanggotaan suatu negara
ditentukan pertama kali oleh Dewan Keamanan. 148 Permainan negara besar dalam
menggunakan veto terhadap masuknya negara baru di PBB. Pada tahun pertama
berdirinya PBB banyak negara yang terhalang masuk menjadi anggota PBB karena
terkena veto di Dewan Keamanan. Suatu penyelesaian politis tercapai tahun 1955 yaitu
adanya kompromi yang diterima blok Barat (Amerika Serikat dan kawan-kawannya) dan
blok Timur (Rusia dan kawan- kawannya), yaitu penyelesaian yang terkenal dengan
"Package Deal". Cara kompromi tersebut adalah sebagai berikut: Misalnya ada sepuluh
negara yang akan menjadi anggota PBB, lima negara adalah calon anggota yang
didukung oleh Amerika Serikat dan lima negara calon anggota yang didukung oleh Uni
Soviet. Maka bila kebiasaan lama diikuti, tidak ada anggota baru yang diterima. Dengan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 271 1 3

adanya kompromi baru ini maka negara yang didukung oleh Amerika Serikat akan
diterima oleh Uni Soviet, begitupun dengan Amerika Serikat akan menerima anggota
yang didukung oleh Uni Soviet.
Dengan cara penyelesaian "Package DeaP ini maka syarat- syarat yang ditetapkan
dalam Pasal 4 Piagam PBB telah ditafsirkan secara realistis. 149
Penangguhan keanggotaan PBB: Masalah ini diatur dalam Pasal 5 Piagam PBB
pengeluaran keanggotaan PBB: Masalah ini diatur dalam Pasal 6 Piagam PBB. Sampai
saat ini kedua pasal tersebut belum pernah diterapkan penarikan kembali keanggota -
annya di PBB.
Dalam Piagam tidak ada ketentuan yang mengatur tentang penarikan diri
keanggotaan di PBB, walaupun dalam Piagam tidak diatur masalah penarikan diri, namun
pada konferensi di San Fransisco masalah ini dibicarakan di Komite 1/2. Alasan untuk
tidak mencantumkan masalah penarikan diri dalam Piagam ini adalah: 1) Hal ini akan
bertentangan dengan prinsip universalitas, 2) Penarikan diri dapat dipakai sebagai alasan
anggota untuk menghindarkan diri dari kewajiban-kewajibannya; 3) Kewajiban tertinggi
dari negara yang menjadi anggota PBB adalah melanjutkan keijasama dengan organisasi
(PBB) dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional 150 Ada pihak yang
menganggap

14?
Nursyrwan Tirtaamidjaja, Kuliah Hukum Internasional Publik, tahun 1961
1962.
1M
Kelsen, op.cit, hlm 122; Sumaryo Suryokusumo, Organisasi Internasional, op.cit.,
hlm. 72-73.
bahwa tidak dicantumkannya hak untuk menarik diri ini adalah bertentangan dengan hak
negara berdaulat untuk ikut atau tidak ikut dalam suatu organisasi internasional. Namun
jika negara dalam keadaan yang luar biasa (exceptional circumstances) merasa
terhalangi untuk keluar dari PBB, dan menyerahkan masalah perdamaian dan keamanan
internasional pada negara anggota lain, maka tidak ada maksud dari organisasi untuk
memaksa anggota tersebut untuk meneruskan keijasama dalam organisasi. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka Komite 1/2 tidak memasukkan dalam Piagam ketentuan
tentang penarikan diri.
272 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Penarikan diri Indonesia dari keanggotaannya di PBB. sebagaimana diketahui bahwa


Indonesia pada tanggal 20 Januari 1965, Menteri Luar Negeri Indonesia, Subandrio,
memberitahukan pada Sekjen PBB bahwa Indonesia keluar dari PBB.
Keputusan tersebut dibuat setelah Pemerintah Republik Indonesia
mempertimbangkan bahwa setelah dipilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap
Dewan Keamanan. Selain keluar dari PBB, dalam keputusan tersebut Indonesia juga
keluar dari Badan-Badan Khusus PBB, misalnya seperti FAO, IMF, IBRD dan lain-lain.
Keluarnya Indonesia dari PBB itu menimbulkan masalah hukum, karena dalam
Piagam PBB tidak ada ketentuan tentang penarikan diri. Atas keluarnya Indonesia dari
PBB tersebut, Sekretaris Jenderal PBB menyatakan pada Pemerintah Indonesia untuk
mengambil kebijaksanaan untuk penyelesaian pengunduran diri tersebut dan
mengharapkan dalam waktu singkat untuk Indonesia akan kembali menjadi anggota
PBB.
Sebagai tindak lanjut pada tanggal 1 Maret 1965 papan nama Indonesia dan
Bendera Indonesia secara resmi diturunkan.
Sebagai akibat Indonesia keluar dari PBB nama Indonesia tidak dicantumkan lagi
sebagai anggota PBB, baik pada alat perlengkapan/organ utama PBB, maupun pada
badan subsider/ alat perlengkapan tambahan, di mana Indonesia menjadi anggota
badan-badan tersebut karena keanggotaannya di PBB. Nama Indonesia juga tidak
muncul ketika Majelis Umum menetapkan kontribusi anggota untuk tahun 1965, 1966
dan 1967.
Namun adanya pergantian pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru, di mana
pemerintah Orde Baru mempunyai kebijaksanaan lain dalam hubungan luar negeri, telah
memutuskan bahwa Indonesia akan ikut serta secara aktif dalam pergaulan internasional
termasuk menjadi anggota PBB. Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat
mengirimkan telegram ke Sekjen PBB pada tanggal 19 September 1966 yang
menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk kembali aktif dalam
keanggotaan di PBB. Setelah diadakan perundingan dengan Sekjen PBB dan wakil
Indonesia tentang kewajiban Indonesia untuk membayar 10 persen dari angka indeks
0,39 persen untuk anggaran reguler dan khusus UNEF tahun 1965, serta 25 persen
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 273 1 3

untuk tahun 1966 akhirnya disetujui oleh Komite V dan Majelis Umum PBB. 151 Indonesia
mulai aktif pada sidang ke-21 Sidang Majelis Umum. Atas masuknya Indonesia kembali
di PBB Presiden Majelis Umum berpendapat:
It wotild therefore cippears that the government of Indonesia considers that its
Recent absence from the organization was based not upon a withdrawa! from
the United Nations but upon a cessation of cooperation

'"Sumarvo Suryokusumo, ihid., hlm. 77.


'"Schwels, Egon, Withdrawal from the United Nations the Indonesian Inter- mezzo,
American Journal of International Law, vol. 61 No. 3 JulU1967, hlm. 669.
Karena tidak ada keberatan dari Majelis Umum mengundang Indonesia untuk
menduduki tempatnya di Majelis Umum.
Jadi secara yuridis Indonesia telah dianggap keluar dari PBB, oleh sebab itu
kembalinya Indonesia di PBB harus juga memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Pasal
4 Piagam PBB, tetapi kenyataannya keluarnya Indonesia dari PBB cuma dianggap
"intermezzo leaves", jadi masuknya kembali Indonesia di PBB tidak melalui prosedur
Pasal 4 Piagam PBB.
Menurut Egon Schwels22 keluar dan kembalinya Indonesia dalam keanggotaan di
PBB menunjukkan bahwa anggota PBB mempunyai hak untuk menarik diri tetapi hanya
dengan alasan- alasan yang luar biasa (exceptional circumstances).
Istilah exceptional circumtances tidak jelas apa yang dimaksudkan. Menurut Kelsen23
keadaan yang dianggap exceptional circumstances ini, misalnya organisasi (PBB) sudah
tidak berdaya untuk menjalankan tugas perdamaian dan keamanan internasional.
Pertanyaannya siapakah yang berhak memutuskan keadaan yang luar biasa ini?
Menurut Kelsen selama Piagam PBB tidak menetapkan organ/alat perlengkapan utama,
mana yang berhak menentukan keadaan darurat ini, maka yang berhak menentukan
adalah anggota PBB sendiri. Keadaan darurat lain menurut Kelsen adalah perubahan
hak dan kewajiban anggota karena adanya perubahan berdasarkan Pasal 108 dan 109
Piagam PBB. Perubahan Piagam berdasarkan Pasal 108 dan 109 tidak hanya berlaku
bagi negara yang menyetujui perubahan tersebut dan meratifikasikan berdasarkan

22Schwels, Egon, ibid., him. 672.


231MKelsen, op.cit., hlm. 123.
274 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

konstitusi negaranya tetapi juga bagi semua negara anggota. Negara anggota yang tidak
menyetujui perubahan tersebut dapat mengajukan permintaan untuk mengundurkan diri.
Keadaan darurat lainnya adalah keadaan di mana ada perubahan Piagam PBB dan telah
disetujui oleh sebagian besar anggota Majelis Umum, namun pembahan tersebut
ternyata tidak diratifikasi oleh negara anggota sesuai dengan Pasal 109. Negara anggota
yang telah menyetujui pembahan Piagam, tetapi Piagam tetap tidak berubah, maka
negara tersebut dapat mengundurkan diri.
Kembali keluarnya Indonesia dari PBB bukan dianggap sebagai "exceptional
circumstances

Organ/Alat Perlengkapan Utama PBB


Untuk mencapai maksud dan tujuan PBB diciptakanlah alat perlengkapan/organ
utama. Berdasarkan Pasal 7(1) Piagam, maka alat perlengkapan/organ utama PBB
adalah Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan
Perwalian, Mahkamah Internasional dan Sekretariat.

Majelis Umum
Majelis Umum (General Assembly) merupakan alat perlengkapan/organ utama di
mana semua negara anggotanya mempunyai wakilnya (Pasal 9[1] Piagam PBB), setiap
negara anggota dapat mengirimkan wakilnya di Majelis Umum PBB tidak boleh melebihi
lima orang (Pasal 9[2] Piagam PBB). Walaupun boleh mengirimkan wakilnya lima orang,
namun setiap anggota hanya mempunyai satu suara (Pasal 18[1] Piagam PBB). Majelis
Umum bersidang satu tahun sekali pada hari Selasa ketiga bulan September (Pasal 1
Rules Procedure Majelis Umum PBB disingkat RP.MU). Sidang Majelis Umum diadakan
di Markas Besar PBB (Headquarters) atau di tempat lain atas kehendak dari mayoritas
anggota (Rule 3 RP.MU). Sidang khusus MU dapat diadakan atas permintaan Dewan
Keamanan atau atas permintaan mayoritas negara anggota (Rule 7, 8, 9 RP.MU).
Walaupun PBB resmi didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 tetapi Majelis Umum
bersidang baru pada tanggal 10 Januari 1946.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 275 1 3

Pemungutan Suara di Majelis Umum PBB


Pemungutan suara di Majelis Umum dibedakan antara masalah-masalah penting dan
masalah yang tidak penting. Masalah- masalah penting akan diputus dengan dua per tiga
anggota yang hadir dan memberikan suaranya (Pasal 18[2] Piagam PBB). Masalah yang
penting terperinci:
1. Anjuran mengenai perdamaian dan keamanan internasional.
2. Pemilihan anggota-anggota Dewan Keamanan yang tidak tetap, pemilihan anggota
Dewan Perwalian, pemilihan anggota Dewan Ekonomi dan Sosial.
3. Penerimaan anggota-anggota baru PBB.
4. Penundaan hak-hak dan hak-hak istimewa anggota.
5. Pemecatan anggota.
6. Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyelenggaraan sistem perwakilan.
7. Urusan anggaran belanja.
8. Pengangkatan Sekretaris Jenderal.
Sedangkan untuk persoalan yang lain cukup diambil dengan kelebihan suara biasa
(Pasal 18[3] Piagam PBB). Di dalam Pasal 18 tidak ditetapkan kuorum yaitu jumlah
anggota yang paling sedikit harus hadir, namun hanya ditetapkan bahwa jumlah anggota
yang hadir dan memberikan suaranya.
Hubungan Majelis Umum dengan Alat Perlengkapan/Organ Utama Lainnya

Dewan Keamanan
Majelis Umum memilih anggota tidak tetap Dewan Keamanan dengan suara dua per
tiga anggota yang hadir d"an memberikan suaranya. Syarat yang harus diperhatikan
dalam pemilihan anggota tidak tetap Dewan Keamanan itu: sumbangan negara tersebut
terhadap perdamaian dan keamanan internasional; demikian juga sumbangan terhadap
tercapainya tujuan organisasi PBB; juga harus memperhatikan perwakilan didasarkan
pada wilayah (geographical distributiori) (Pasal 23(1) Piagam PBB).

Dewan Ekonomi dan Sosial


276 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Majelis Umum memilih anggota Dewan Ekonomi dan Sosial (Pasal 61[1] Piagam
PBB).

Mahkamah Internasional
Majelis Umum dan Dewan Keamanan memilih anggota Hakim Mahkamah
Internasional. Jumlah Hakim Mahkamah Internasional sebanyak lima belas orang (Pasal
4[1] Statuta Mahkamah Internasional).

Sekretariat

Sekretaris Jenderal PBB ditunjuk oleh Majelis Umum atas rekomendasi Dewan
Keamanan (Pasal 97 Piagam PBB).
Dewan Perwalian

Dewan Perwalian akan melaporkan pelaksanaan fungsinya pada Majelis Umum


PBB (Pasal 88 Piagam PBB). Dewan Perwalian adalah alat/organ utama PBB yang
bertanggung jawab atas sistem Perwalian yang ditetapkan dalam Bab 12 dan 13,
termasuk pemberian persetujuan mengenai perjanjian-perjanjian perwalian bagi
daerah yang tidak termasuk daerah strategis.

Wewenang Majelis Umum PBB

Tugas dan wewenang Majelis Umum adalah sebagai berikut:


1) Pelaksanaan perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 11, 12 Piagam
PBB).
2) Kerjasama di lapangan politik, mendorong berkembangnya kemajuan hukum
internasional dan kodifikasinya, keijasama internasional di lapangan ekonomi,
sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan dan membantu hak-hak manusia
(Pasal 13 Piagam PBB).
3) Tugas yang berhubungan dengan sistem Perwalian (Pasal 85 Piagam PBB).
4) Tugas yang berhubungan dengan masalah sehubungan dengan daerah yang
belum mempunyai pemerintahan sendiri (Pasal 73 Piagam PBB).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 277 1 3

5) Tugas sehubungan dengan urusan keuangan (Pasal 19 Piagam PBB).


6) Untuk menetapkan keanggotaan dan penerimaan anggota (Pasal 3-6 Piagam
PBB).
7) Mengadakan perubahan Piagam (Pasal 108 dan 109 Piagam PBB).
Keputusan Majelis Umum PBB bersifat rekomendasi (Pasal 10 Piagam PBB) tidak
bersifat mengikat (binding decision), ini berbeda dengan keputusan Dewan Keamanan
yang bersifat mengikat (Pasal 25 Piagam PBB). Walaupun keputusan Majelis Umum PBB
merupakan keputusan yang bersifat rekomendasi, tetapi dalam kenyataannya ada
keputusan- keputusan Majelis Umum yang mempunyai kekuatan mengikat yang melebihi
arti formal yang ditetapkan dalam Piagam PBB. 1' Memang harus diakui bahwa keputusan
Majelis Umum itu tidak mempunyai kekuatan mengikat langsung, namun resolusi Majelis
Umum dapat mempunyai dampak hukum yang penting, sepanjang resolusi-resolusi yang
menyangkut mengenai hukum, maka resolusi tadi penting peranannya didalam
membentuk apa yang disebut dengan unsur psikologis dalam hukum kebiasaan.156
Sebagai contoh, keputusan Majelis Umum yang penting, misalnya resolusi tentang
Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia, tanggal 10 Desember 1948; Resolusi Majelis tentang
"Permanent Sovereignty Over Natural Resources", tanggal 14 Desember 1962; Resolusi
tentang "Charter of Economic Rights and Duties of States," tanggal 15 Januari 1975.
Walaupun Majelis Umum PBB tidak mempunyai kekuasaan untuk membuat keputusan
mengikat, tidak mempunyai kekuasaan untuk memaksa, kekuasaan yang diberikan oleh
Piagam hanya memberikan rekomendasi. Ini berbeda dengan kekuasaan yang dipunyai
oleh Dewan Keamanan di mana Keputusan Dewan Keamanan mempunyai kekuatan
mengikat, itulah sebabnya hak

'"Mochtar Kusumaatmadja, op.cit, hlm. 145. '"Mochtar Kusumaatmadja, ibid., hlm.


146-147.
veto berada di Dewan Keamanan bukan di Majelis Umum. 157 Berdasarkan Pasal 12(1)
Piagam PBB yang menentukan:
While the Security Council is exercising in respect of any dispute or situation
the function assigned to it in the present Charter, the General Assembly shall
278 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

not make any recommendation with regard to that dispute or situation unless
the Security Council so request.

Dalam kenyataannya Pasal 12(1) Piagam PBB bukan merupakan pembatasan yang
serius dari Majelis Umum. Dewan Keamanan dalam hal tidak dapat memutuskan suatu
masalah disebabkan karena veto yang ada di Dewan Keamanan, di dalam praktik Dewan
Keamanan untuk masalah yang demikian agendanya diserahkan kepada Majelis Umum
(masalah yang demikian akan diputuskan dengan sistem nonprosedural, sehingga tidak
memerlukan veto), Majelis Umum bebas untuk membahas masalah tersebut.
Pada awal berdirinya PBB, Majelis Umum didominasi oleh kekuatan sekutu, dan
pihak sekutu pada saat Dewan Keamanan tidak berdaya untuk mengambil keputusan
disebabkan karena adanya veto, maka Dewan Keamanan akan menggeser kewenangan
untuk mengambil tindakan militer dari Dewan Keamanan ke Majelis Umum PBB. Hal ini
terjadi pada tahun 1950 ketika ada kasus di Korea (Uniting for Peace Resolution). Tetapi
ketika negara-negara yang baru merdeka di Asia dan Afrika telah menjadi anggota PBB
dan mendominasi keanggotaan di Majelis Umum dan mendominasi suara di PBB Ketika
negara-negara Komunis (seperti Uni Soviet dan Cina serta negara-negara Eropa Timur)
menggunakan Majelis Umum sebagai
"'Akehursl, Modern Introduction of International Law. 7th Edition (London: Routledge,
1999) him. 378, 379.
wadah untuk mempropagandakan kepentingan politik, namun Uni Soviet maupun Cina
tidak pernah mengandalkan Majelis Umum sebagai wadah yang benar-benar dapat
mendukung kepentingannya, hal ini disebabkan karena Majelis Umum bukan merupakan
organ/alat perlengkapan yang mempunyai veto. Ketika perimbangan kekuatan antara
negara-negara adikuasa (super power) masih ada, mereka lebih menyukai memberikan
kewenangan Dewan Keamanan untuk menyelesaikan masalah- masalah keamanan.
Pada saat pasca perang dingin selesai, kewenangan untuk memutuskan tindakan militer
yang didasarkan pada Bab 7 Piagam PBB menjadi kewenangan Dewan Keamanan. Oleh
karena Dewan Keamanan sering dipakai oleh negara-negara adikuasa untuk
memenangkan kepentingannya, maka negara- negara berkembang sering mengajukan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 279 1 3

usul untuk merombak struktur Dewan Keamanan. Di pihak lain Majelis Umum harus lebih
diefektifkan.158
Badan-Badan Pembantu Majelis Umum
Dalam menjalankan tugasnya, Majelis Umum dibantu oleh badan-badan pembantu
tujuh Komite utama. Komite tersebut adalah:
• Komite perlucutan senjata dan masalah keamanan internasional; Komite politik khusus;
Komite masalah sosial, kemanusiaan dan kebudayaan; Komite masalah
dekolonisasi;
Komite masalah-masalah administrasi dan anggaran; Komite masalah hukum.

""Akehurst's, loc.cit.
Badan Tambahan (Subsidiary Organs)
Berdasarkan Pasal 22 Piagam PBB Majelis Umum dapat mendirikan organ-organ
subsider yang dianggap perlu untuk membantu Majelis Umum dalam menjalankan
fungsinya. Sebagai contoh: UNCTAD (United Nations Conference on Trade and
Development), UNEP (United Nations Environmental Programme)\ UNCITRAL (United
Nations Commission on International Trade Law); UNDP (United Nations Development
Programme); UNTTAR (United Nations Institute for Training and Research).
Dewan Keamanan
Dewan Keamanan anggotanya terdiri dari lima belas anggota. Dari lima belas
tersebut terdiri dari lima anggota tetap tersebut mempunyai hak veto di Dewan
Keamanan, kelima negara tersebut adalah: Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, Prancis
dan Cina (Pasal 23[1] Piagam PBB). 159 Pada tanggal 24 Desember 1991 Boris Yeltsin
Presiden dari Federasi Rusia menyampaikan pada Sekretaris Jenderal PBB,
keanggotaan Uni Soviet di Dewan Keamanan dan semua organ PBB akan dilanjutkan
oleh Rusia. Hal ini telah didukung oleh sebelas anggota dari Countries of the
Commomvealth of Independent States. Keadaan ini sebe-
280 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

"'Dengan Resolusi Majelis Umum tanggal 25 Oktober 1971 No. 2758 (XXVI), resolusi
tersebut mengembalikan hak Cina sebagaimana ditentukan dalam Piagam tahun 1945.
Sebagaimana kita ketahui Cina kemudian pecah menjadi Cina daratan dan Republik
Taiwan, sampai tahun 1971 yang mewakili hak Cina berdasarkan Piagam PBB adalah
Taiwan. Namun karena terjadi perubahan politik dunia terhadap Cina daratan. Majelis
Umum PBB dengan resolusi di atas telah mengakui Cina daratan sebagai satu-satunya
wakil sah dan Cina di PBB dan di semua organisasi internasional di bawah PBB, Basic
Facts About the United Nations (New York: 1977), hlm. 109.
narnya dapat dipakai sebagai saat untuk mengadakan perubahan Piagam PBB. 160
Kesepuluh anggota tidak tetap dipilih untuk waktu dua tahun oleh Majelis Umum PBB
(Pasal 23[2] Piagam PBB). Semula anggota tidak tetap adalah enam negara, kemudian
sejak tanggal 1 Januari 1966 anggota tidak tetap menjadi sepuluh anggota, sebagai hasil
amandemen Piagam PBB; hal ini disebabkan karena jumlah anggota PBB bertambah
dan untuk lebih memberikan kesempatan pada anggota PBB untuk duduk di Dewan
Keamanan. Syarat untuk dapat dipilih sebagai anggota tidak tetap:
a) Mempertimbangkan sumbangan yang diberikan dalam memelihara perdamaian dan
keamanan internasional dan tujuan lain dari organisasi.
b) Memperhatikan pembagian secara geografis (Pasal 23[1] Piagam PBB).
Praktik yang ada pada saat ini adalah: lima anggota tidak tetap Dewan Keamanan
diisi oleh wakil dari Afrika dan negara- negara Asia, dua dari negara Amerika Latin, satu
dari negara Eropa Timur dan dua dari negara Eropa Barat dan "negara lainnya". Negara
lainnya pada prinsipnya adalah negara Common- wealth-Canada, Australia dan Selandia
Baru.161 Jabatan Ketua Dewan Keamanan dipegang secara bergilir.

Wewenang Dewan Keamanan


Wewenang Dewan Keamanan jika diperinci adalah sebagai

'"Akerhurst's, op.cit., hlm. 373. Dikatakan strictly speaking, one could argue that in
this matter an amendment of the charter was necessary to change the composition of the
Security Council. "'Akehurst's, loc.cit.
berikut:
a. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 24 Piagam).
b. Mengadakan penyelidikan setiap perselisihan yang dapat mengancam perdamaian
dan keamanan internasional (Pasal 34 Piagam).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 281 1 3

c. Memberikan saran tentang cara-cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan suatu
perselisihan (Pasal 36, 38).
d. Menentukan apakah terjadi suatu keadaan yang mengganggu perdamaian
internasional atau adanya tindakan agresi dan menyarankan tindakan-tindakan apa
yang dapat diambil untuk mencegah atau menghentikan adanya suatu agresi (Pasal
39 dan 40 Piagam).
e. Menganjurkan pada para anggota untuk mengambil tindakan lain yang bersifat
kekerasan untuk mencegah atau menghentikan adanya suatu agresi (Pasal 41
Piagam).
f Mengambil tindakan-tindakan militer terhadap adanya agresi (Pasal 42 Piagam).
g Penerimaan, penundaan, pencabutan keanggotaan (Pasal 4[2]; Pasal 5; Pasal 6
Piagam).
h Pemilihan Hakim Mahkamah Internasional (Pasal 10 Piagam)
i. Menyarankan pemilihan Sekretaris Jenderal PBB (Pasal 97 Piagam).
j. Menyampaikan laporan tahunan pada Majelis Umum PBB (Pasal 26 dan 29 Piagam).
k. Perubahan Piagam (Pasal 108 Piagam).
1. Pembinaan dan pengawasan daerah strategis (Pasal 83 Piagam).
Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Keamanan dapat bertindak:
1. Atas inisiatif sendiri (Pasal 34 Piagam).
2. Atas permintaan negara anggota (Pasal 35[1] Piagam).
3. Atas permintaan bukan negara anggota (Pasal 3 5 [2] Piagam).
4. Atas permintaan Majelis Umum (Pasal 11 Piagam).
5. Atas Permintaan Sekretaris Jenderal (Pasal 99 Piagam).
Peranan Dewan Keamanan sehubungan dengan Bab 7 Piagam Pasal 39 memberi
kewenangan pada Dewan Keamanan untuk menentukan adanya satu tindakan yang
membahayakan perdamaian dan keamanan internasional. Tindakan yang dapat diambil
oleh Dewan Keamanan adalah:
a. Dengan tidak mempergunakan senjata (Pasal 41 Piagam).
b. Dengan kekerasan (Pasal 42 Piagam).
282 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Setiap keputusan Dewan Keamanan harus mendapat bantuan/ dilaksanakan oleh


anggota (Pasal 48, 49) dan juga bagi negara bukan anggota PBB (Pasal 50 Piagam).
Dalam membantu tugas tersebut anggota PBB dapat membantu dengan bantuan
menyediakan tentara, fasilitas-fasilitas dan bantuan lain yang diperlukan. Pertanyaan
yang timbul apakah ada pembatasan kewenangan Dewan Keamanan?
Jawabannya: ada, yaitu pembatasan yuridis dan nonyuridis. Pembatasan yuridis,
yaitu apa yang ditentukan dalam Pasal 1 dan 2 Piagam. Pembatasan nonyuridis adanya
veto dari anggota tetap Dewan Keamanan. Dalam menjalankan tugasnya Dewan
Keamanan dibantu oleh:
1. Komite staf militer (Pasal 26 Piagam).
2. Organ-organ subsider yang didirikan berdasarkan Pasal 29 Piagam PBB).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 285 1 3

Masalah Hak Veto


Hak veto yang akan dipunyai oleh negara-negara besar dibicarakan secara teratur
pada waktu merumuskan Piagam PBB baik di Dumbarton Oaks maupun di Yalta, dan di
San Fransisco. Bahwasanya kepada lima negara yang dianggap sangat bertanggung
jawab pada penyelesaian Perang Dunia II akan merupakan negara anggota tetap Dewan
Keamanan dan kepada mereka diberikan hak veto, hal ini adalah merupakan imbalan dari
tanggung jawab mereka terhadap perdamaian dan keamanan internasional (primary
responsibilities).
Secara hukum kekuasaan yang dipunyai oleh anggota tetap Dewan Keamanan
merupakan privileges yang diberikan pada mereka, namun secara hukum mereka tidak
mempunyai kewajiban atau tanggung jawab yang berbeda dengan negara anggota PBB
lainnya. Piagam hanya menentukan bahwa tanggung jawab utama (primary
responsibilities) untuk perdamaian dan keamanan internasional ada pada pihak Dewan
Keamanan (Pasal 24[1] Piagam PBB) dan bukan pada anggota tetap Dewan
Keamanan.162
Pada pembicaraan di Dumbarton Oaks terdapat perbedaan perumusan tentang pasal
mengenai veto. Amerika Serikat menghendaki supaya ada aturan yang membatasi
penggunaan veto, misalnya dalam soal tata tertib. Demikian juga supaya suara dari
negara yang menjadi pihak dalam sengketa yang dibicarakan di Dewan Keamanan tidak
mempunyai hak suara, juga bagi negara anggota tetap Dewan Keamanan, maka negara
tersebut tidak dapat menggunakan hak vetonya. Soviet menolak pendapat Amerika
Serikat dan menginginkan veto penuh tanpa
l62
Kclsen, op.cit.. hlm. 272.
163
Roeslan Abdulgani, op.cit., hlm. 27.
292 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

pembatasan.163 Pembicaraan tentang veto dilanjutkan di Yalta.


Pembicaraan dititikberatkan pada anggota tetap Dewan Keamanan yang mempunyai
hak veto diwajibkan abstain dalam pemungutan suara yang diambil untuk penyelesaian
sengketa di mana mereka merupakan pihak yang berselisih. Soviet beijuang dengan gigih
untuk dapat mempergunakan hak vetonya didalam segala kasus tanpa memperhatikan
konsep yang ideal dalam hukum bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menjadi hakim
dalam masalahnya sendiri. Namun akhirnya Uni Soviet dapat menerima saran yang
dikemukakan oleh Presiden Rosevelt di Yalta, bahwa anggota Dewan Keamanan harus
abstain bila ada pemungutan suara yang harus diambil tentang suatu sengketa di mana
meraka adalah salah satu pihak dalam sengketa. Kompromi yang dicapai tersebut
dirumuskan dalam Pasal 27 Piagam PBB.
Di pertemuan San Fransisco hak veto disetujui. Dengan ikut sertanya negara-negara
besar di PBB diharapkan PBB akan lebih berhasil dari LBB, dalam hal ini Amerika Serikat
tidak menjadi anggota LBB

Hak Suara
Dalam Pasal 27(1) Piagam PBB dikatakan bahwa setiap anggota Dewan Keamanan
mempunyai satu suara. Jika ketentuan dalam Pasal 27(1) dihubungkan dengan ketentuan
dalam Pasal 27(3) Piagam akan tampak perbedaan hak suara antara anggota tetap dan
anggota tidak tetap. Perbedaan ini terletak bahwa pada masalah nonprosedural akan
ditetapkan dengan sembilan suara anggota Dewan Keamanan termasuk suara bulat dari
anggota tetap Dewan Keamanan (suara bulat anggota tetap
Dewan Keamanan adalah hak veto). Keputusan Dewan Keamanan dibedakan antara
keputusan yang menyangkut masalah prosedural dan nonprosedural. Masalah prosedural
akan ditetapkan dengan suara sembilan anggota Dewan Keamanan (Pasal 27[2] Piagam)
sedangkan untuk masalah nonprosedural ditetapkan dengan sembilan suara termasuk
suara anggota tetap Dewan Keamanan (Pasal 27[3]). Permasalahan yang timbul
bagaimana menetapkan suatu masalah termasuk prosedural dan yang nonprosedural?
Bila kita amati dalam Piagam sendiri tidak terdapat perumusan yang merupakan masalah
prosedural maupun nonprosedural. Pada pertemuan di San Fransisco keempat negara
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 293 1 3

besar (Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris dan Cina) telah membuat daftar mana yang
termasuk masalah prosedural sebagai contoh ke- putusan yang didasarkan pada
persoalan tata tertib (Pasal 28-32 Piagam), pertanyaan yang sehubungan dengan agenda
penundaan rapat. Sedangkan yang termasuk masalah nonprosedural adalah
rekomendasi untuk penyelesaian sengketa dan keputusan untuk tindakan dengan
kekerasan. Dalam hal ada keragu-raguan apakah suatu kasus termasuk perkara
prosedural ataupun nonprosedural, maka masalah tersebut menjadi masalah
nonprosedural. Sehingga untuk masalah tersebut menimbulkan apa yang disebut dengan
veto dobel (double veto). Anggota tetap Dewan Keamanan akan menjatuhkan veto, setiap
masalah akan ditetapkan sebagai masalah prosedural dan akan memveto setiap
rekomendasi yang akan diputuskan untuk masalah tadi sehingga terjadilah double veto.
Untuk menghindari masalah veto dobel maka Presiden Dewan Keamanan akan
menetapkan apakah suatu masalah itu merupakan masalah prosedur atau bukan, akan
dimintakan pendapat pada anggota Dewan Keamanan, bila dalam waktu satu bulan tidak
ada reaksi maka dia akan menetapkan dan ini merupakan keputusan final kecuali itu akan
diperbaiki dengan prosedur pengambilan keputusan di Dewan Keamanan.
Mengenai double veto ini Inis L. Claude Yunior mengatakan:164
This "double veto" principle seemed to authorize any great power to veto any
effort to remove matters from the range of its veto, thereby permitting the
indefinite extension of the capacity for negation assigned to the permanent
members Ps 27(3) Piagam PBB: The decision of Security Council on all others
matters shall made by affirmative vote of nine members including the
concurring votes of the permanent members; provided that, in decisions of
Chapter VI and under paragraph 3 of article 52, a party to a dispute shall
abstain from voting.
Perlu diperhatikan kalimat including the concurring votes of permanent members.
Pertanyaan yang timbul adalah apakah suara bulat anggota tetap Dewan Keamanan
adalah suara bulat wakil-wakil anggota tetap Dewan Keamanan ataukah suara bulat dari
wakil-wakil anggota tetap Dewan Keamanan yang hadir dan memberikan suaranya.
Pertanyaan ini sangat penting sehubungan dengan masalah tidak hadir (absen) dan
abstain dari wakil-wakil kelima anggota tetap Dewan Keamanan, dalam hal ini Dewan
294 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Keamanan harus memberikan keputusan mengenai masalah-masalah yang merupakan


masalah nonprosedural. Menurut Pasal 27(3) Piagam PBB maka ada kewajiban abstain
pada wakil anggota tetap Dewan Keamanan disebabkan adanya satu perkara yang akan
diputuskan oleh Dewan Keamanan, di mana salah satu pihak adalah anggota tetap
Dewan Keamanan. Pasal 27(3) menimbulkan interpretasi yang berbeda:
Interpretasi pertama, Pasal 27(3) menghendaki suara bulat anggota tetap Dewan
Keamanan. Dalam salah satu atau lebih anggota tetap Dewan Keamanan tidak hadir
atau abstain pada pemungutan suara, maka tidak ada pemungutan suara yang sah.
Interpretasi kedua, anggota tetap Dewan Keamanan dapat mempergunakan hak
vetonya dengan tidak hadir atau abstain waktu pemungutan suara.
Abstain dalam pemungutan suara oleh seorang anggota Dewan Keamanan dalam
keputusan untuk masalah nonprosedural dapat diartikan veto, bahkan walaupun anggota
tersebut tidak bermaksud untuk abstain dalam hal pemungutan suara. Kata includirtg the
concurring votes of permanent members. Ini yang dimaksudkan adalah suara kelima
anggota tetap Dewan Keamanan. Pengecualian dalam hal ini hanya dalam keputusan di
bawah Bab 6 Piagam dan dibawah Pasal 52 (3), anggota Dewan Keamanan adalah
salah satu pihak yang berselisih akan abstain pada waktu pemungutan suara.
Interpretasi ketiga, ketentuan dalam Pasal 27(3) Piagam the concurring votes of the
permanent members dihubungkan dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 108
dan 109(2) Piagam PBB including all the permanent members of the Security Council,
maka menurut interpretasi ketiga ini putusan sah dari Dewan Keamanan dapat diambil
dalam perkara nonprosedural bahkan bila salah satu dari anggota tetap Dewan
Keamanan abstain dalam voting.
Interpretasi terakhir ini agaknya yang diterima oleh Dewan Keamanan. Karena
abstain dari salah satu anggota tetap Dewan
Keamanan tidak dipertimbangkan mempunyai dampak negatif pada pemungutan
suara. Absen (tidak hadir) oleh anggota tetap Dewan Keamanan dipertimbangkan
sebagai abstain dalam pemungutan suara.
Veto di Dalam Praktik
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 295 1 3

Kekuatan veto yang semula dimaksudkan sebagai alat agar Dewan Keamanan
mempunyai kekuatan yang manjur dalam praktiknya telah menyimpang dari maksud
semula. Ternyata penggunaan hak veto oleh negara yang mempunyai hak tadi sering
dipergunakan dengan tidak ada batasnya. Di dalam praktik anggota tetap Dewan
Keamanan lebih senang memilih abstain daripada menggunakan suara negatifnya
dalam hal Dewan Keamanan harus memutuskan suatu masalah.
Masalah yang lebih sulit adalah apabila Dewan Keamanan harus memutuskan
suatu masalah dengan tidak hadirnya suatu anggota tetap Dewan Keamanan. Bila
masalah yang diputuskan adalah masalah prosedural, maka tidak hadirnya anggota
tetap Dewan Keamanan tidak menjadi masalah, tetapi bila keputusan yang harus
diambil tentang masalah nonprosedural baru timbul masalah, karena masalah
nonprosedural harus diputus dengan suara 9 anggota Dewan keamanan termasuk lima
anggota tetap Dewan Keamanan.
Di dalam praktik masalah veto ini telah diperlunak. Penafsiran Pasal 27(3) Piagam
secara gramatika bahwa semua anggota tetap Dewan Keamanan harus memberikan
suaranya agar suatu draf resolusi Dewan Keamanan dapat diputuskan; abstain
dianggap suatu veto.165 Tetapi sejak permulaan berdirinya
'"Akehurst's, op.cit.. 375.
PBB telah ada praktik yang konsisten yang tidak menganggap bahwa absen sebagai
veto dan ini telah diakui dalam praktik (lihat keputusan Mahkamah Internasional dalam
kasus Namibia). Dampak dari ketidakhadiran anggota tetap Dewan Keamanan dalam
pemungutan suara terjadi tahun 1950 ketika Uni Soviet memboikot Dewan Keamanan,
ketika Dewan Keamanan akan mengambil keputusan tentang masalah Korea. Korea
Utara mengadakan invasi ke Korea Selatan, Dewan Keamanan mengambil resolusi yang
menetapkan negara anggota dapat mengirimkan bantuan ke Korea Selatan. Pada waktu
Dewan Keamanan mengambil keputusan Uni Soviet tidak hadir dalam pemungutan
suara, karena Uni Soviet tidak setuju Taiwan menggantikan kedudukan Cina di Dewan
Keamanan. Uni Soviet mengatakan bahwa keputusan Dewan Keamanan untuk kasus
Korea tidak sah, karena diputus tanpa persetujuan Uni Soviet. Sebaliknya Uni Soviet
dipersalahkan telah melanggar Pasal 28(1) Piagam, di mana anggota Dewan Keamanan
296 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

mempunyai kewajiban untuk menghadiri sidang Dewan Keamanan. Berdasarkan alasan


ini maka Dewan Keamanan dapat mengambil keputusan walaupun salah satu anggota
tetap tidak hadir. Sejak itu belum ada anggota tetap Dewan Keamanan memboikot
Dewan Keamanan.
Di dalam praktiknya saat ini, kewajiban untuk abstain pada salah satu pihak yang
terlibat dalam sengketa anggota tetap Dewan Keamanan sering diabaikan. Salah satu
contoh adalah Resolusi Dewan Keamanan dalam kasus Lockerbie, di mana Dewan
Keamanan telah mengambil keputusan terhadap Libia, di mana Inggris, Amerika Serikat
dan Prancis mengambil bagian dalam pemungutan suara.
Sekretariat PBB
Sekretariat merupakan alat perlengkapan/organ utama PBB, dikepalai oleh seorang
Sekretaris Jenderal. Sekretaris Jenderal PBB bukan hanya sebagai pegawai pelaksana,
tetapi mempunyai tanggung jawab atas perdamaian dan keamanan internasional. Atas
inisiatif sendiri Sekretaris PBB (Sekjen) dapat mengajukan usul tentang keadaan yang
dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 99 Piagam).
Menurut Pasal 97 Piagam PBB maka Sekjen PBB diangkat oleh Majelis Umum atas
anjuran Dewan Keamanan. Mengingat pentingnya peran Sekretaris Jenderal (Sekjen)
PBB, maka anjuran Dewan Keamanan diputuskan dengan sedikitya 9 (sembilan) suara
yang di dalamnya termasuk 5 (lima) anggota tetap Dewan Keamanan.166 Bahwasanya
jabatan Sekjen PBB sangat penting, jabatan Sekjen PBB tidak hanya sekadar jabatan
administratif tetapi juga merupakan jabatan politik.
Wewenang Sekjen PBB tercantum dalam Pasal 97, 98, 100, dan 101 Piagam. Dari
ketentuan-ketentuan tersebut jelas bahwa kewenangan Sekjen PBB tidak hanya dalam
bidang administratif tetapi juga dalam bidang politik. Hal ini jelas tercantum dalam Pasal
97 Piagam. Roeslan Abdulgani 167 berpendapat "perumusan Piagam PBB menginginkan
suatu Sekjen yang tidak hanya

'"Hans Kelsen, op.cit., hlm. 296... The Secretary General is not 'appointed' but
"elected" by the General Assembly just as the members of the International Court of
Justice are "elected" and not "appointed" and the "recommendation" of the Security
Council, in this case, too, is not a more suggestion but an essential part of the procedure
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 297 1 3

by which an important organ of the United Nations is created. The "recommendation" has
the same
l67
character as the election of a member of the Court by the Security Council.
Roeslan Abdulgani, op.cit., him. 54.
menjadi lambang PBB, tetapi juga suatu tokoh pengabdi internasional dan tokoh politik di
mana berani tampil ke depan untuk menjunjung tinggi dasar dan cita-cita PBB."
Peran Sekjen PBB dalam bidang politik termasuk dalam "good offices" dalam
penyelesaian sengketa. Bagimanapun pengaruh Sekjen PBB di bidang politik
internasional tergantung pada orang yang menjabat Sekjen. Yang pernah menduduki
jabatan sebagai Sekjen PBB adalah: Trygve Lie (dari Norwegia), dari tahun 1946-1953;
Dag Hammarskjol (dari Swedia), dari tahun 1953-1961; U. Thant (dari Burma/Myanmar),
tahun 1961- 1971; Kurt Waldheim (dari Austria), tahun 1972-1981; Javier Perez De
Cuellar (dari Peru), tahun 1982-1991; Boutros-Boutros Ghali (dari Mesir), tahun 1991-
1996; Kofi Anand (Ghana), tahun 1996 sampai saat ini.
Pemilihan Sekjen PBB oleh Majelis Umum PBB setelah mendapat rekomendasi
Dewan Keamanan (Pasal 97 Piagam PBB). Persyaratan untuk menjadi Sekjen PBB tidak
ditetapkan dalam Piagam PBB. Pada bulan Januari tahun 1946 Majelis Umum
mengeluarkan resolusi mengenai masa jabatan Sekjen PBB, yaitu untuk lima tahun dan
dapat diperpanjang untuk masa satu jabatan lagi. Di samping itu sampai pada saat ini ada
persyaratan tidak tertulis yang didasarkan pada praktik yang telah merupakan
"kebiasaan" sejak PBB didirikan bahwa Sekjen PBB tidak berasal dari negara anggota
tetap Dewan Keamanan.24
Pasal 100 Piagam PBB menentukan bahwa dalam menjalankan kewajibannya Sekjen
PBB dan staf tidak akan menerima
instruksi dari pemerintah atau otoritas lain di luar PBB dan mereka harus tetap
mempertahankan bahwa mereka sebagai pejabat internasional dan hanya bertanggung
jawab kepada PBB. Setiap anggota PBB harus menghormatinya sebagai pejabat
internasional dan tidak akan mempengaruhi mereka dalam menjalankan tanggung
jawab mereka. Ketentuan Pasal 100 Piagam PBB ini pada dasarnya Sekjen dan
sekretariatnya sebagai lembaga yang independen agar mereka dapat bekerja dengan
baik.

24Sumaiyo Suryokusumo, Organisasi Internasional, op.cit, hlm. 26.


298 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Rekrutmen untuk tenaga di sekretariat harus memperhatikan kuota dari negara


anggota, tetapi kuota terutama dari negara berkembang sukar ditepati sehubungan
dengan persyaratan yang tidak terpenuhi oleh calon pekerja dari mereka. Ketentuan
tentang pegawai sekretariat diatur dalam staff regulations yang ditetapkan oleh Majelis
Umum. Sedangkan peraturan staf (staff rules) ditetapkan oleh Sekjen sebagai
pelaksanaan wewenang yang didasarkan pada staff regulation. Pelanggaran atas
ketentuan-ketentuan tadi dapat diajukan ke Administrative Tribunal yang ditetapkan
oleh Majelis Umum. Administrative Tribunal akan menerapkan prinsip-prinsip dalam
hukum administrasi untuk mengisi kekurangan yang terdapat dalam staff regulation dan
staff rules.

Tugas Wewenang Sekjen


Tugas Kesekretariatan
Pasal 97 Piagam PBB menetapkan Sekjen PBB sebagai kepala sekretariat PBB. Ia
mempunyai tugas untuk mempersiapkan tugas-tugas kesekretariatan yang penting dan
diperlukan untuk sidang-sidang Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi
Sosial dan Dewan Perwalian, Badan-Badan Khusus, dan badan- badan lain yang
dibentuk oleh PBB.
Sekretariat juga membuat laporan tahunan hasil kerja PBB ke Majelis Umum. Dalam
laporan Sekjen dapat mengemukakan apa yang sedang berkembang dalam masyarakat
internasional dan dapat menyuarakan apa yang dikehendaki oleh anggota-anggota PBB.
Sebagai contoh, Sekjen Boutros- Boutros Ghali dalam laporannya pada tanggal 30 Juni
1992 yang berjudul Agenda for Peace, telah mengajukan sejumlah langkah yang
bertujuan untuk memperkuat kapasitas PBB di bidang penyelesaian sengketa. Langkah
dimulai dengan diplomasi preventif (preventive diplomacy), menciptakan perdamaian
(peace making), pemeliharaan perdamaian (peace keeping) dan membangun
perdamaian (peace building). Diplomasi preventif ini dilakukan bila ada ketegangan
antara negara anggota PBB, maka Sekjen dapat mengambil prakarsa untuk mencegah
ketegangan tersebut menjadi sengketa. Untuk itu maka diusahakan adanya perdamaian
antarmereka. Bila antara pihak telah dapat dicapai kesepakatan untuk damai, maka akan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 299 1 3

diusahakan untuk memelihara perdamaian. Misalnya kedua belah pihak telah berdamai,
maka PBB akan memantau gencatan senjata, memantau agar kedua belah pihak akan
menerapkan perjanjian perdamaian yang telah disepakati (misalnya; adanya gencatan
senjata, pengambilan ranjau, rehabilitasi sarana dan prasarana yang rusak, dan
pengembalian pengungsi dan lain-lain). Membangun perdamaian, membantu
memperkokoh dasar-dasar peace making dan peace building.
Isi laporan Boutros-Boutros Ghali tersebut mendapat sambutan dari banyak negara
karena akan memperkuat peran PBB dalam upaya mencegah dan meredakan sengketa
internasional.
Sebagai kepala administratif, maka berdasarkan Pasal 102 Piagam PBB, Sekjen
menerima pendaftaran dan mengumumkan setiap perjanjian internasional yang diadakan
oleh anggota PBB. Pengumuman adanya perjanjian yang didaftarkan pada Sekretariat
PBB dilakukan dengan menerbitkan United Nations Treaties Series (UNTS).
Sekretaris Jenderal sebagai Kepala Eksekutif
Sebagai kepala eksekutif Sekjen PBB mewakili PBB dalam hubungannya dengan
negara anggotanya. Sebagai contoh, Sekjen PBB bertindak atas nama PBB dalam
perjanjian antara PBB dengan Amerika Serikat tentang Markas Besar PBB yang terletak
di New York (headquarter agreement).
Sebagai kepala eksekutif Sekjen juga menerima tugas-tugas khusus dari Majelis
Umum PBB atau dari Dewan Keamanan PBB yang tertuang dalam resolusi-resolusi.
Dalam menjalankan tugas tersebut Sekjen PBB harus memberikan laporan pada Majelis
Umum maupun kepada Dewan Keamanan tentang perkembangan tugas tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB sebagai Koordinator dalam Tugas- Tugas PBB
Sekjen melaksanankan tugas dan mengoordinasikan kegiatan dan kebijakan yang
telah ditetapkan dalam rangka PBB. Walaupun dalam rangka PBB tugas-tugas yang
menjadi kewenangan Badan Badan Khusus telah dikoordinasi oleh Dewan Ekonomi dan
Sosial, Majelis Umum dan Dewan Keamanan dapat membentuk Badan Tambahan
300 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

(Subsidiary Organ), dalam praktiknya demi efektivitas kerja PBB maka Sekjen PBB
sebagai koordinator tugas-tugas tersebut (Pasal 98 Piagam PBB).

Peranan Politik Sekretaris Jenderal PBB


Menurut Pasal 99 Piagam PBB, maka Sekjen PBB dapat meminta perhatian Dewan
Keamanan mengenai suatu hal yang menurut pendapatnya dapat membahayakan
pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Ketentuan ini memberikan hak
inisiatif pada Sekjen PBB untuk ikut memikirkan masalah perdamaian dan keamanan
internasional. Namun dalam praktiknya Sekjen menggunakan hak inisiatif ini sangat hati-
hati. Hal ini disebabkan karena tindakan Sekjen dalam hal ini akan mendapat sorotan dari
negara anggota tetap Dewan Keamanan. Sebagai contoh, Sekjen Dag Hammarskjoid
dalam peristiwa Kongo tahun 1960-an dituduh Rusia memihak kepentingan negara Barat.
Rusia (Perdana Menteri Nikita Kruchev) mengusulkan agar Dag Hammarskjoid
mengundurkan diri dan jabatan Sekjen PBB diusulkan dengan sistem Troika, yaitu terdiri
dari wakil blok Barat, blok Sosialis dan blok netral (non-blok). Usul ini tak pernah
disampaikan secara formal dan tidak memperoleh dukungan dari anggota-anggota PBB
lainnya. Dengan tetapnya Dag Hammarskjoid sebagai Sekjen PBB, Rusia mengadakan
pemboikotan. Belum sampai masa jabatan Dag Hammarskjoid ini berakhir, beliau tewas
dalam kecelakaan pesawat terbang 17 September 1961. Untuk jabatan Sekjen PBB
selanjutnya diangkat U. Thant dari Burma (Myanmar). Kebijaksanaan U. Thant dalam
memegang jabatan sebagai Sekjen PBB diterima oleh dua blok yang bertentangan, oleh
karenanya U. Thant diangkat sebagai Sekjen PBB dari tahun 1961-1971. Dalam
menjalankan tugasnya U. Thant terkenal dengan quiet diplomacy. Beliau dapat
menghindarkan tekanan-tekanan dari super power. Pada masa jabatan pertama akan
berakhir dan beliau merasa tugas yang berhubungan dengan masalah politik yang
didasarkan Pasal 99 kurang mendapat dukungan, maka beliau mengemukakan tidak
bersedia dicalonkan kembali sebagai Sekjen PBB. Pernyataan U. Thant tersebut
menghadapkan negara-negara super power kebingungan untuk mencari pengganti U.
Thant. Negara-negara super power mendesak U. Thant agar dapat menerima kembali
jabatan Sekjen untuk kedua kalinya. U. Thant menyanggupi dan menerima jabatan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 301 1 3

Sekjen untuk kedua kalinya, asalkan dalam menjalankan fungsinya berdasarkan Pasal 99
Piagam PBB diperhatikan. Hal tersebut disanggupi oleh negara-negara super power dan
akhirnya U. Thant diangkat untuk kedua kalinya tanggal 2 Desember 1966 sampai 31
Desember 1971. Dalam menjalankan tugasnya U. Thant pernah menggunakan hak
inisiatif berdasarkan Pasal 99 Piagam PBB, yaitu pada waktu krisis peluru kendali Kuba
(tahun 1962) dan situasi di Vietnam.
U. Thant digantikan oleh Kurt Waldheim. Kurt Waldheim mengecam tindakan Amerika
Serikat yang melakukan pengeboman di Vietnam Utara tahun 1971. Tindakan Kurt
Waldheim ini mendapat kecaman dari Presiden Amerika Serikat Nixon.
Prakarsa Boutros-Boutros Ghali yang mencoba memerankan peran politisnya
mendapat tantangan Amerika Serikat, oleh karenanya usaha untuk menempati jabatan
keduanya tidak didukung oleh Amerika Serikat.159
Peran Sekjen PBB sangat dikenal dalam menjalankan tugasnya untuk mencegah
sengketa yang timbul di antara negara-negara anggota PBB. Peran tersebut yang dikenal
sebagai "jasa-jasa baik" [good offices). Sekjen PBB sangat berperan dalam "diplomasi
pencegahan" (preventive diplomacy).

Status Sekjen PBB sebagai Pejabat Internasional


PBB merupakan organisasi internasional, maka Sekjen dan Stafnya merupakan
pegawai-pegawai internasional. Yang dimaksudkan dengan pegawai internasional
adalah: Siapa saja yang digaji atau tidak, bekeija secara tetap atau tidak, yang
ditugaskan oleh satu organ organisasi internasional untuk melaksanakan atau membantu
melaksanakan salah satu dari fungsi organisasi tersebut. Pendek kata siapa saja yang
melakukan kegiatan untuk organisasi internasional.
Pegawai internasional artinya bukan pegawai yang mempunyai kepentingan untuk
melayani kepentingan satu negara saja tetapi harus melayani demi kepentingan seluruh
anggota PBB. Oleh karena itu Pasal 100 Piagam PBB meletakkan kewajiban pada
mereka agar supaya mereka menjauhkan diri dari suatu sikap yang mungkin merugikan
kedudukannya sebagai pegawai internasional. Anggota PBB harus menghormati Sekjen
302 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

dan Stafnya sebagai pegawai internasional dan tidak akan mempengaruhi mereka dalam
menjalankan tugasnya.

Struktur Organisasi Sekretariat


Sekretariat dikepalai oleh Sekjen, dalam menjalankan tugasnya didampingi oleh
pembantunya yang bila dipandang perlu dapat mewakili Sekjen. Sekretariat terdiri dari
bagian (departemen) di antaranya:
1. Bagian untuk urusan Dewan Keamanan (jDepartment of Security Council).
2. Bagian Ekonomi (Department of Economic Affairs).
3. Bagian Sosial (Department of Social Affairs).
4. Urusan Perwalian dan daerah yang tidak berpemerintahan sendiri (Department of
Trusteeship and Information from non-self governing territorie).
5. Urusan Penerangan Umum (Department of Public Information).
6. Urusan Hukum (Legal Department).

Dewan Ekonomi dan Sosial

Pada waktu kita membicarakan tentang asas dan tujuan PBB, maka Pasal 1(3)
Piagam menentukan bahwa tujuan PBB adalah untuk memajukan keijasama dan
memecahkan persoalan internasional di lapangan ekonomi, sosial dan lain-lain.
Liga Bangsa-Bangsa telah gagal dalam mengoordinasi kegiatan masyarakat
internasional dalam bidang ekonomi dan sosial. Covenant LBB sendiri tidak
mencerminkan adanya hubungan antara ekonomi internasional dan kestabilan
perdamaian dunia. Tidak ada pertanggungjawaban pada Assembly dan Council untuk
masalah kehidupan ekonomi internasional dan tidak ada organ LBB yang bertanggung
jawab atas hal ini. Dalam kenyataannya LBB dalam masa hidupnya menghadapi masalah
ekonomi dan sosial. Berdasarkan kenyataan kehidupan ekonomi dan sosial dapat
mempengaruhi perdamaian internasional, maka pada waktu membicarakan pembentukan
PBB, para pendiri PBB merasa perlu adanya suatu organ/alat perlengkapan utama yang
bertanggung jawab pada masalah ekonomi dan sosial.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 303 1 3

Oleh karenanya dibentuk Dewan Ekonomi dan Sosial sebagai organ/alat perlengkapan
utama PBB, Dewan ini disingkat dengan Dewan ECOSOC.

Susunan Dewan ECOSOC


Pasal 61 Piagam PBB menetapkan bahwa Dewan ECOSOC terdiri dari delapan
belas anggota, kemudian tahun 1961 diubah menjadi dua puluh tujuh anggota dan
perubahan ini berlaku tahun 1963. Pada tahun 1971 diubah menjadi lima puluh empat
anggota (perubahan itu berlaku tahun 1973), delapan belas anggota akan dipilih untuk
masa tugas tiga tahun guna menggantikan delapan belas anggota yang masa tugasnya
selama tiga tahun telah habis. Pada waktu pemilihan pertama tahun 1946 ditentukan
bahwa enam anggota akan diganti setelah satu tahun, enam anggota sesudah dua tahun
dan enam anggota setelah tiga tahun, mulai tahun keempat pemilihan untuk enam
anggota duduk untuk masa jabatan tiga tahun. Anggota yang telah berhenti dapat dipilih
kembali. Dengan bertambahnya keanggotaan Dewan ECOSOC, maka pemilihan tiap
tahun untuk anggota sebanyak delapan belas anggota.

Pemungutan Suara
Pasal 67 Piagam PBB menentukan bahwa setiap anggota mempunyai satu suara.
Keputusan Dewan diambil dengan suara terbanyak dari anggota yang hadir dan
memberikan suaranya.
Setiap anggota PBB diberi kesempatan untuk menghadiri perundingan yang
membicarakan persoalan yang berhubungan dengan masalah negara anggota yang
sedang dibicarakan di Dewan ECOSOC tanpa hak suara (Pasal 69 Piagam).
Tugas dan Wewenang
Ditentukan dalam Pasal 62-66 Piagam PBB
1. a. Mengadakan penyelidikan dan bertindak supaya diada
kan laporan-laporan tentang soal ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan dan
kesehatan.
b. Mengusulkan segala yang perlu untuk memperteguh hak- hak asasi manusia dan
kebebasan dasar bagi setiap orang serta mempertahankannya.
304 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

c. Mengadakan perjanjian-perjanjian internasional dalam bidangnya.


2. Membantu organ/alat perlengkapan utama lain Dewan
Keamanan (Pasal 65 Piagam PBB, Majelis Umum PBB
(Pasal 66[1] Piagam PBB).
3. Mengoordinasikan Badan-Badan Khusus (Specialist Agency)
(Pasal 57).
4. Hubungan dengan organisasi bukan pemerintah.
Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh badan-badan:
a. Komisi Ekonomi Regional (Regional Economic Commissiori). Komisi ini
merupakan Komisi Ekonomi untuk Afrika (Addis Ababa, Etiopia), Komisi Ekonomi
dan Sosial untuk Asia (Bangkok, Thailand), Komisi Ekonomi dan Sosial untuk
Amerika Latin dan Karibia (Santiago, Cile), Komisi Ekonomi untuk Asia Barat
(Amman, Yordania), Komisi ekonomi untuk Eropa.
b. Enam komisi fungsional: Komisi Stastistik, Komisi Kependudukan, Komisi
Pembangunan Sosial, Komisi Hak-Hak Asasi Manusia, Komisi tentang Status
Wanita, Komisi mengenai Obat-obatan Narkotika.
c. Enam komite tetap: Komite Program dan Koordinasi,
Komite tentang Sumber Alam, Komite mengenai Lembaga Swadaya Masyarakat
dan Komite mengenai perundingan dengan badan-badan antarpemerintah,
Komite mengenai Perusahaan Transnasional, Komite mengenai Pemukiman.

Badan-Badan Khusus PBB (Specialized Agencies)


Pasal 57 Piagam PBB menentukan berbagai Badan Khusus yang didirikan atas
persetujuan antarpemerintah dan mengemban tanggung jawab internasional yang luas
dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan dan kesehatan, dan bidang-
bidang yang berhubungan dengan bidang-bidang tersebut yang akan dikoordinasi oleh
PBB berdasarkan Pasal 63 Piagam PBB. Badan-Badan Khusus tersebut adalah:
United Nations Educational, Scentific and Cultural Organization (UNESCO);
World Health Organization (WHO); International Bank Reconstruction and
Development (IBRD); International Finance Cooperation (IFC); International
Development Association (IDA); Multilateral Investment Guarantee Agency
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 305 1 3

(MIGA); International Monetary Fund (IMF); International Labour Organization


(ILO) dan Jain-lain.
Di samping itu Dewan ECOSOC mempunyai badan-badan yang membantu badan-
badan tambahan (subsidiary organs) yang dibentuk oleh Majelis Umum seperti United
Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), United Nations International
Children's Emergency Fund (UNICEF); United Nations Environment Programme (UNEP);
United Nations High Commissioner for Refiigee (UNFICR).

Dewan Perwalian (Trusteeship Council)


Sebelum kita membicarakan tentang kegiatan Dewan Perwalian, baiklah kita
menengok kepada sejarah dulu, bahwa sistem perwalian itu merupakan kelanjutan dari
sistem mandat dibawah LBB.
Setelah Perang Dunia I pada waktu akan mendirikan LBB, timbullah persoalan
bagaimana nasib dari daerah-daerah bekas jajahan negara yang kalah perang. Apakah
daerah-daerah tersebut akan dibagikan kepada negara-negara sekutu?
Presiden Wilson dari Amerika Serikat, pada saat itu mempunyai gagasan untuk nasib
daerah-daerah bekas jajahan dari negara yang kalah perang dan menyarankan: a)
Masyarakat internasional harus menjalankan kebijakan nonaneksasi (non annexation
policy), b) Agar wilayah tersebut janganlah dijadikan alasan bagi negara-negara sebagai
sebab timbulnya perang, karena saling berebut atas wilayah tersebut. Untuk menghindari
hal tersebut maka Wilson mengusulkan "sistem mandat". Saran Presiden Wilson ini
disetujui dan dituangkan dalam Pasal 22 Covenant LBB.
Dasar pemikiran sistem mandat ini melihat pada kenyataan bahwa daerah bekas
jajahan yang kalah perang belum dapat berdiri sendiri di tengah-tengah dunia modern ini,
maka untuk mempersiapkan mereka perlu diberikan bimbingan oleh negara yang
dianggap dapat mempersiapkan mereka untuk berdiri sendiri. Oleh karena daerah bekas
jajahan negara yang kalah perang dalam Perang Dunia I ini tingkat peradabannya
berbeda-beda, maka sistem mandat ini diadakan dengan tingkatan penggolongan.
Golongan A : Golongan yang paling maju tingkat peradabannya. Dalam golongan A
ini mandataris hanya sebagai administrasi penasihat dan pembantu
(administrativ advice and assistance).
306 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Golongan B
Kurang maju jika dibandingkan dengan golongan A. Negara mandataris mempunyai
kekuasaan administrasi penuh dan adanya pembatasan tertentu.
Golongan yang paling rendah tingkat peradabannya. Golongan ini diperintah berdasarkan
Golongan C :
hukum negara mandatarisnya dan merupakan wilayah yang terintegrasi dengan negara
mandatarisnya.
Yang termasuk Mandat Golongan A:
Turki, ini sangat janggal, karena bila ditinjau dari segi sejarah, sebenarnya Turki telah
diterima sejajar dengan peradaban Eropa.
Irak, dibawah mandataris Inggris sampai status mandatnya dicabut dan mendapat
kemerdekaan.
Syria/Lebanon, dibawah mandataris Prancis yang memperoleh kemerdekaannya tahun
1945.
Palestina, dibawah mandataris Ingggris. Pada saat Inggris memikirkan akan
memberikan kemerdekaan, di sana timbul sengketa antara orang Yahudi dan Arab
Karena Inggris tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut dan Inggris meninggalkan
wilayah tersebut. Pada saat itu dipakai oleh golongan Yahudi untuk mendirikan negara
Israel (Mei 948). Sampai saat ini permasalahan di wilayah tersebut belum selesai.
Golongan mandat B terdiri dari bekas jajahan Jerman, di Afrika Tengah seperti
Kamerun, Togo, Tanganyika, Rwanda, Urundi. Golongan B ini dibawah tanggung jawab
negara mandatarisnya atas jalannya administrasi/pemerintahan dan boleh memperoleh
latihan-latihan kepolisian.
Daerah mandat golongan B ini dibawah PBB dijadikan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 307 1 3

daerah perwalian dan memperoleh kemerdekaannya, yang terakhir adalah Kamerun


tahun 1965.
Golongan mandat C adalah Afrika Barat Daya dan Pulau- Pulau Pasifik Selatan.
Karena penduduk mandat golongan C ini dianggap yang paling terbelakang. Afrika Barat
Daya dibawah perwalian Afrika Selatan. Pulau Samoa dibawah mandataris Selandia
Baru, Pulau Nauru dibawah mandataris Inggris. Irian Timur dibawah mandataris
Australia.
Sistem mandat ini diatur dalam Pasal 22 Covenant LBB. Kelsen memberikan definisi
tentang sistem mandat sebagai berikut:
The essence of the mandate system may be formulated as: administration on
behalf of the League of Nations of territories inhabited by peoples not yet able
to stand by themselves for the purpose of promoting the well-being and
development of those peoples.170
Setelah Perang Dunia II, sistem mandat sebagaimana diatur dalam Covenant LBB
dianggap sudah tidak dapat dilanjutkan lagi. Dalam sistem PBB diciptakan sistem
perwalian (trustee). Prinsip utama dari sistem perwalian ini adalah Pasal 76 Piagam PBB.
Jika dibaca Pasal 76 itu maka hanya tujuan yang disebutkan pada Pasal 76 butir b yang
berhubungan dengan sistem perwalian.
Sesuai dengan tujuan Piagam PBB, masalah perwalian melibatkan elemen-elemen:
1) . Wilayah diletakkan dibawah sistem perwalian, disebut "wilayah perwalian" (Pasal
75, Pasal 77 Piagam PBB).
2) . Otoritas administrasi yang mempunyai wewenang untuk mengurus administrasi
wilayah perwalian. Otoritas demikian

'™Kelsen, op.cit., 567.


bisa satu atau lebih negara atau organisasi itu sendiri (Pasal 81 Piagam PBB). 3).
Organisasi bukan sebagai administrator yang mempunyai kekuasaan memerintah,
tetapi sebagai otoritas untuk mengawasi (supervision) wilayah perwalian. Di dalam
menjalankan fungsinya sebagai supervisi tersebut PBB diwakili oleh Majelis Umum
308 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

dan Dewan Keamanan, kedua alat perlengkapan' organ utama itu membantu Dewan
Perwalian (Bab 13 Piagam PBB).
Sistem perwalian ini ruang lingkupnya lebih luas dari sistem mandat dalam sistem
LBB. Pasal 77 Piagam PBB daerah yang dapat dijadikan daerah perwalian adalah:
1) . Bekas daerah mandat dalam Perang Dunia I.
2) . Daerah yang dipisahkan dari negara yang kalah perang dalam Perang Dunia II.
3) . Daerah yang dengan sukarela menempatkan diri dibawah sistem perwalian.

Ayat 2 Pasal 77 Piagam PBB menentukan dimasukkannya wilayah-wilayah tadi


dalam sistem perwalian akan ditentukan dalam persetujuan (trusteeship agreemetti'), di
mana akan ditetapkan juga syarat-syaratnya. Yang menjadi pertanyaan: dari siapakah
datangnya inisiatif untuk meletakkan suatu wilayah dibawah sistem perwalian? Apakah
bagi wilayah mandat, berasal dari negara mandataris 9
Ternyata didalam praktik inisiatif untuk meletakkan suatu wilayah dibawah sistem
perwalian datang dari negara mandataris. Kecuali dalam kasus Somalia, di mana Italia
adalah sebagai negara mandataris, pada waktu itu Italia belum sebagai anggota
PBB, Italia tidak mempunyai suara pada waktu drafting committee untuk mempersiapkan
perjanjian perwalian. Pasal 77 piagam perjanjian perwalian itu diadakan oleh negara yang
langsung berhubungan dengan wilayah perwalian directly concerned. Dalam perjanjian
perwalian akan ditentukan syarat-syarat bagaimana suatu pemerintah wilayah perwalian
itu akan diselenggarakan dan menunjuk kekuasaan mana yang akan menyelenggarakan
pemerintahan atas wilayah perwalian tersebut. (Pasal 81 Piagam PBB). Pasal 82 Piagam
menentukan bahwa bisa ditunjuk daerah-daerah strategis. Yang berhak bertindak atas
daerah strategis itu adalah Dewan Keamanan. Apa yang dimaksudkan dengan daerah
strategis ditentukan dalam Pasal 83 Piagam PBB. Bahwa Dewan Keamanan yang
mempunyai wewenang untuk mengawasi daerah strategis tersebut. Ide untuk mengatur
tersendiri daerah strategis itu adalah Amerika Serikat dan yang dijadikan daerah strategis
adalah bekas jajahan Jepang di Lautan Pasifik.
Draft perjanjian perwalian diajukan oleh negara wali (directly concern) dan telah
mendapat persetujuan dari Majelis Umum atau Dewan Keamanan, maka perjanjian itu
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 309 1 3

akan berlaku, kecuali jika dalam perjanjian itu ditentukan kapan perjanjian tersebut akan
berlaku.
Dalam hal daerah strategis perjanjian itu akan berlaku setelah mendapat
pengesahan Dewan Keamanan. Apakah ada jangka waktu perjanjian perwalian tersebut?
Jika diteliti maka dalam piagam tidak terdapat ketentuan tentang pembatasan waktu
tersebut. Namun ada satu perjanjian yaitu perjanjian perwalian wilayah Somalia
menyebutkan waktu sepuluh tahun sejak ditandatangani perjanjian tersebut. Piagam
hanya me- nentukan bahwa negara wali mempunyai kewajiban mengusahakan agar
wilayah perwalian dapat berdiri sendiri/merdeka. (Pasal 76[b] Piagam PBB). Jika wilayah
perwalian sudah mendapat kemerdekaannya, maka perwalian berhenti.
Pada waktu pembicaraan di San Fransisco pada waktu PBB akan berdiri, ada usul
untuk mengatur dalam Piagam PBB tentang berhentinya keanggotaan PBB sebagai
negara wali. Pada saat itu ada statement antara Amerika Serikat dan Inggris bahwa
berhentinya keanggotaan PBB tidak otomatis menghentikan kedudukannya sebagai
negara wali. Namun dalam Piagam PBB hal tersebut tidak diatur. Untuk itu maka setiap
kasus harus diuji sendiri-sendiri.
Susunan Dewan Perwalian
Pasal 86 Piagam PBB menentukan Dewan Perwalian terdiri
dari:
a) . Anggota-anggota yang menguasai daerah perwalian.
b) . Anggota-anggota tetap Dewan Keamanan yang tidak menguasai
menyelenggarakan pemerintahan di wilayah-wilayah perwalian.
c) . Sejumlah anggota yang dipilih oleh Majelis Umum untuk jangka waktu tiga tahun
dan jumlah keseluruhannya dari anggota Dewan dibagi sama antara negara-negara
anggota PBB yang menjadi wali dan yang tidak menjadi wali. Pasal 89 Piagam PBB
menentukan setiap anggota Dewan
Perwalian mempunyai satu suara dan keputusan Dewan Perwalian diambil dengan suara
terbanyak dari anggota yang hadir dan memberikan suaranya.
Fungsi dan Kewenangan Dewan Perwalian
310 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Ditentukan dalam Pasal 87 dan 88 Piagam PBB, antara lain tugas Dewan Perwalian
adalah mengawasi pelaksanaan sistem perwalian dan untuk melaksanakan tugas
tersebut maka Dewan Perwalian mempunyai wewenang:
a) . Membuat kuesioner mengenai masalah politik, sosial, ekonomi, pendidikan dan
kemajuan penduduk wilayah perwalian dan membuat laporan tahunan.
b) . Meneliti dan mengadakan diskusi tentang laporan tadi.
c) . Mengadakan peninjauan secara periodik menurut waktu yang disetujui oleh negara
wali.
d) . Mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan syarat-syarat dari persetujuan
perwalian.
Jika kita teliti ketentuan-ketentuan dalam piagam, maka tidak ada ketentuan yang
menyebutkan jika ada laporan yang tidak sesuai dengan situasi bagaimana sikap yang
harus diambil oleh Dewan Perwalian. Dewan Perwalian tidak dapat memaksa pada
negara wali. Sebagai contoh, misalnya masalah Afrika Barat Daya. 171
Mahkamah Internasional (International Court of Justice)
Pasal 2(3) Piagam PBB menentukan bahwa segenap anggota PBB harus
menyelesaikan sengketa internasional dengan jalan damai dan mempergunakan cara-
cara sedemikian rupa sehingga perdamaian dan keamanan internasional, serta keadilan
tidak terancam.

'"Mengenai masalah Afrika Barat Daya ini baca artikel karangan Sidik Surapulra,
"Masalah Namibia pada Hukum Internasional'' Hukum dan Pembangunan, No 4 tahun ke-
VII, Juli 1977, hlm. 242-255.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 311 1 3

Ada dua cara untuk menyelesaikan sengketa internasional, yaitu: 1). Perjanjian
antara dua pihak yang bersengketa dan; 2). Keputusan badan peradilan. Cara
penyelesaian sengketa dengan damai seperti yang ditentukan Pasal 33(1) Piagam PBB,
yaitu: negosiasi (negotiation), enkuire (enquiry), mediasi (mediation) dan konsiliasi
(conciliation) adalah suatu penyelesaian sengketa jika para pihak dapat membuat
perjanjian penyelesaian sengketa. Artinya kedua pihak, telah sama-sama setuju atas
rekomendasi yang disarankan suatu komisi (misalnya komisi konsiliasi), jika rekomendasi
tersebut tidak diterima oleh kedua pihak yang bersengketa, maka sengketa tersebut
belum terselesaikan.
Untuk menyelesaikan sengketa dengan jalan damai yang sesuai dengan asas-asas
keadilan dan hukum internasional, maka diperlukan badan yang berdiri sendiri dan badan
ini kedudukannya sebagai alat perlengkapan utama/organ utam PBB. Badan ini tidak
boleh dipengaruhi oleh kepentingan pihak tertentu dan harus bebas dari segala pengaruh.
Pada masa LBB peristiwa yang penting ialah dibentuknya Mahkamah Internasional
Permanen (Permanent Court of InternationaI Justice-PCIJ). Mahkamah berdiri setelah
statuta diratifikasi oleh mayoritas negara-negara anggota LBB, PCIJ berdiri tahun 1921
dan berkedudukan di Den Haag.
Mahkamah Internasional dalam rangka PBB disebut Mahkamah Internasional
(International Court of Justice-ICJ) Menurut Pasal 92 Piagam PBB Statuta ICJ didasarkan
pada Statuta PCIJ dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Piagam PBB.
318 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Susunan Hakim
Hakim Mahkamah Internasional terdiri dari lima belas hakim yang dipilih oleh Majelis
Umum dan Dewan Keamanan dan nama-nama mereka diambil dari daftar yang ada pada
Mahkamah Tetap Arbitrasi (Permanen! Courl of Arbitration-?CA) (Pasal 4 Statuta ICJ).
Yang memilih hakim ICJ adalah Majelis Umum dan Dewan Keamanan. Majelis Umum dan
Dewan Keamanan harus bekerja bebas satu sama lain dalam memilih anggota ICJ.
(Pasal 8 Statuta ICJ). Pemilihan hakim tersebut didasarkan pada syarat masing-masing
dan keanggotaan sebagai hakim dalam Mahkamah harus mewakili bentuk-bentuk
peradaban utama dan sistem hukum yang terpenting di dunia (Pasal 9 Statuta ICJ). Calon
terpilih adalah calon yang mendapat suara terbanyak di Dewan Keamanan dan Majelis
Umum PBB. Dalam pemilihan hakim-hakim ICJ maka tidak ada perbedaan antara suara
anggota tetap dan tidak tetap (Pasal 10[ 1 dan 2] Statuta ICJ).

Syarat-Syarat Hakim
1) . Hakim tidak boleh mewakili/mempunyai kewarganegaraan yang sama (Pasal 10[3]
Statuta ICJ) jika ada calon yang berkewarganegaraan sama, maka hakim yang
tertualah yang akan dipilih.
2) . Hakim dipilih untuk masa jabatan sembilan tahun dan dapat dipilih kembali (Pasal
13[1] Statuta ICJ). Pemilihan pertama dilakukan tahun 1946, pada pemilihan yang
pertama lima hakim dipilih untuk masa jabatan tiga tahun, lima orang untuk enam
tahun dan lima orang untuk masa sembilan tahun. Sehingga setiap tiga tahun
diadakan pemilihan hakim untuk lima hakim.
3) . Mahkamah akan menunjuk ketua dan wakil ketua untuk masa jabatan tiga tahun
dan mereka dapat dipilih kembali. Mahkamah akan menunjuk paniteranya dan dapat
menunjuk pejabat-pejabat lain bila diperlukan (Pasal 21 Statuta ICJ).
4) . Untuk menjaga agar hakim-hakim bertindak adil dan dapat mencurahkan segala
tenaga dan pikirannya, maka hakim tidak boleh menjalankan tugas
politik/administrasi atau terikat pada pekerjaan lain (Pasal 16 Statuta ICJ).
5) . Pasal 17 Statuta ICJ menetapkan bahwa hakim tidak boleh menjadi wakil,
penasihat atau pengacara dari satu perkara. Dalam hal dia menjadi penasihat atau
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 319 1 3

pembela satu perkara sebelum dia menjabat jabatan hakim, maka bila perkara
tersebut dibawa ke Mahkamah Internasional dia tidak boleh turut serta dalam sidang
perkara tersebut.
6) . Untuk melindungi hakim terhadap tekanan politik maka hakim tidak dapat
diberhentikan, kecuali bila pendapat dari seluruh anggota hakim menyatakan bahwa
dia sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai hakim (Pasal 18 Statuta ICJ).
7) . Untuk menjalankan tugasnya dengan tenteram, maka hakim memiliki hak-hak
kekebalan dan istimewa anggota diplomatik (Pasal 19 Statuta ICJ).
8) . Sebelum menjalankan tugasnya, hakim harus mengambil sumpah jabatan bahwa
ia akan menjalankan tugasnya dengan tidak memihak dan dengan seksama
(impartialland conscientiously) (Pasal 20 Statuta ICJ).

Hakim ad hoc
Jika Mahkamah menyidangkan satu perkara dan ternyata ada
hakim yang mempunyai kebangsaan yang sama dengan salah satu
pihak dalam sengketa, maka pihak lainnya dapat memilih seseorang untuk duduk
sebagai hakim ad hoc, dan orang tersebut harus memenuhi syarat sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 4 dan 5 Statuta ICJ (Pasal 31[ldan 2] Statuta ICJ).
Badan Panitera
Panitera Mahkamah Internasional terdiri dari Kepala Panitera, Wakil Panitera dan
pejabat lain bila diperlukan (Pasal 21 [2] Statuta Mahkamah Internasional).
Mahkamah Internasional adalah sebagai badan peradilan utama PBB (judicial organ
of the United Nations), (Pasal 92 Piagam PBB). Badan peradilan judicial otgan berarti
sebagai peradilan (tribunal). Mahkamah Internasional tidak hanya sebagai alat
perlengkapan utama/organ utama PBB tetapi juga sebagai badan peradilan yang
dibentuk berdasarkan Piagam PBB. Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB juga
mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan sengketa tetapi kedudukannya hanya
sebagai organ/alat perlengkapan utama yang bertindak sebagai quasi- judicial. Jika
kewenangan Dewan Keamanan dalam penyelesaian sengketa berdasarkan Pasal 37, 38
dan 39 Piagam sebagai ke- putusan Dewan Keamanan yang menurut Pasal 25 Piagam
320 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

PBB mengikat para pihak, di sini perlu diingat bahwa Dewan Keamanan bukan tribunal,
bukan judicial organ, karena keanggotaan Dewan Keamanan tidak bebas (independen!).
Berdasarkan Pasal 29 Piagam PBB, Dewan Keamanan dapat membentuk badan
subsider apabila dipandang perlu untuk melaksanakan tugasnya. Berdasarkan tugas
Dewan Keamanan di antaranya adalah menyelesaikan sengketa dan keputusannya
mengikat, Dewan Keamanan berdasarkan Pasal 29 Piagam PBB dapat membentuk
peradilan khusus (special tribunal). Di dalam sejarah maka Dewan Keamanan telah
membentuk peradilan khusus (ad hoc) di bekas negara Yugoslavia (International
Criminal Tribunal for Former Yugoslavia-ICTY ) dan di Rwanda (International Criminal
Tribunal for Rwanda-ICYR). ICTY dibentuk didasarkan pada resolusi Dewan Keamanan
No. 827 tanggal 25 Mei 1993, sedangkan ICTR dibentuk berdasarkan resolusi Dewan
Keamanan No. 995 tanggal 8 November 1994.
Siapa yang Menjadi Pihak pada Mahkamah Internasional
Menurut Pasal 34(1) Statuta ICJ, maka hanya negara yang dapat menjadi pihak di
Mahkamah Internasional.
Negara yang mana? Untuk menjawab pertanyaan ini maka: Menurut Pasal 35(1),
Mahkamah terbuka bagi negara-negara pihak Statuta ICJ.
Negara mana yang menjadi peserta ICJ. Pasal 93 Piagam PBB menentukan:
1) . Semua anggota PBB secara ipso facto menjadi pihak dalam Statuta ICJ.
2) . Negara yang bukan anggota PBB dapat menjadi pihak pada Statuta ICJ dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam tiap- tiap kasus oleh Majelis Umum PBB atas
usul Dewan Keamanan. Syarat-syarat tersebut ditetapkan dalam resolusi Majelis
Umum No. 91 tanggal 11 Desember 1946 yang didasarkan pada resolusi Dewan
Keamanan 15 Oktober tahun 1946.172 Syarat-syarat tersebut adalah:
a). Menerima Statuta ICJ yang dikemukakan dengan deklarasi

17J
J.G. Starke. op.cit., hlm. 389.
pada panitera ICJ sesuai dengan ketentuan dalam Piagam PBB, Statuta ICJ,
dan peraturan (rules) ICJ.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 321 1 3

b) . Menerima kewajiban yang ditentukan dalam Pasal 94 Piagam PBB. Yaitu


memenuhi keputusan ICJ dengan itikad baik dalam hal satu pihak tidak
memenuhi keputusan ICJ, maka pihak lain dapat meminta untuk memenuhi
keputusan ICJ.
c) . Membayar biaya ICJ berdasarkan jumlah yang adil (equitable amount)
sebagai mana Majelis Umum PBB tentukan yang akan dilihat dari waktu ke
waktu.

Yurisdiksi ICJ
Yurisdiksi ICJ: 1). Memberikan keputusan untuk perkara para pihak yang diajukan
ke ICJ (Pasal 36[1] Statuta ICJ), 2). Memberikan nasihat hukum (advisory opinion)
untuk persoalan hukum atas permintaan badan-badan sesuai dengan Pasal 96 Piagam
PBB dan Pasal 65 Statuta ICJ.
ICJ tidak mempunyai yurisdiksi untuk mengadili perkara, kecuali para pihak yang
bersengketa menyerahkan perkaranya ke ICJ. Dengan perkataan lain bahwa ICJ tidak
mempunyai yurisdiksi memaksa (compulsory yurisdiction) atas sengketa yang timbul
antarnegara.
Di dalam dua hal ICJ mempunyai yurisdiksi memaksa atas sengketa hukum 173 yang
timbul antarnegara, yaitu:

'"Menurut Kelsen sengketa dapat dibedakan antara sengketa hukum dan sengketa
politik. The dispute is legaI if it is to be decided according the norms of positive law, it is
not legal, ie, political, if it is to be decided according to other norms, especially
according to principles of justice or equity (Hans Kelsen, op.cit., him. 478).
1) . Jika para pihak yang bersangkutan terikat dalam suatu perjanjian yang
mengatakan bahwa mereka menyetujui bahwa ICJ akan mempunyai yurisdiksi
terhadap mereka mengenai berbagai sengketa tertentu (special).
2) . Jika para pihak terikat pernyataannya sesuai dengan Pasal 36(2) Statuta ICJ.
Pasal 36(2) menentukan: The states parties to the present Statute may at any time
declare that they recognize as compulsory ipso facto and without spacial agreement,
322 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

in relation to any other state accepting the same obligation, the yurisdiction of the
Court in all disputes concerning.
a. the interpretation of a treaty,
b. any question of international law,
c. the existence of any fact which, if established, would constitute a breach of an
international obligation;
d. the nature or extent of reparation to be made for the breach of international
obligation.
Di samping dua cara tersebut di atas untuk tunduk pada ICJ dapat menyatakan
kesediaan tunduk pada yurisdiksi ICJ sebelum terjadi sengketa, dapat juga menyatakan
kesediaan secara ad hoc untuk suatu perkara tertentu setelah terjadinya sengketa.
Penerimaan yurisdiksi memaksa dilakukan dengan mengadakan perjanjian antarkedua
belah pihak yang lazim disebut perjanjian kompromi. Pada waktu membicarakan tentang
ICJ di San Fransisco memang ada kehendak untuk memasukkan ketentuan memaksa
(compulsory yurisdiction), usul ini ditolak dan tetap menerima kesukarelaan untuk
berperkara di ICJ.
Pasal 36(2) Statuta Terkenal dengan Optional Clause
Pasal 36(2) Statuta hanya lebih menjelaskan Pasal 36(1) Statuta ICJ. Jadi deklarasi
seperti yang ditentukan dalam Pasal 36(2) Statuta ICJ hanya efektif dengan tiga faktor:
1. Pada hubungannya dengan negara lain yang menerima kewajiban sama, dengan
syarat timbal balik.
2. Dalam waktu tertentu. Deklarasi tersebut harus berlaku untuk waktu tertentu.
3. Tidak adanya reservasi atas deklarasi tersebut.
Reservasi yang terkenal dalam hal ini adalah reservasi yang dikemukakan oleh
Amerika Serikat yang terkenal dengan Conally Resen'ation. Reservasi Amerika Serikat
menyatakan bahwa untuk persoalan domestic yurisdiction tidak termasuk yurisdiksi ICJ.
Yang menentukan apakah suatu persoalan merupakan domestic yurisdiction atau bukan
adalah Amerika Serikat sendiri. Deklarasi ini dinyatakan oleh Amerika Serikat 14 Agustus
1946.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 323 1 3

Hukum yang Dipergunakan oleh ICJ


Pasal 38(1) Statuta menentukan: Dalam memutuskan suatu perkara ICJ berpedoman
pada:
1) . Peijanjian internasional baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus,
dengan menunjuk ketentuan-ketentuan yang jelas diakui oleh negara-negara yang
sedang berselisih.
2) . Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti telah merupakan praktik-praktik
umum yang diterima sebagai hukum.
3) . Prinsip-prinsip hukum yang diakui oleh bangsa beradab.
4) . Sesuai dengan ketentuan Pasal 59, keputusan-keputusan hakim dan ajaran-ajaran
para ahli hukum yang tercakup di berbagai negara, sebagai bahan pelengkap untuk
menentukan peraturan-peraturan hukum Pasal 38(2) Statuta ICJ menentukan bahwa
ICJ dapat memutus suatu perkara dengan exaequo et bono yang artinya ICJ dapat
memutus berdasarkan kepatutan.
Bagaimana Suatu Perkara Dibawa ke ICJ
Suatu kasus dapat dibawa ke ICJ dengan cara sebagai berikut:
1) Pemberitahuan kepada panitera tentang adanya peijanjian khusus (special
agreement) di mana para pihak telah menyetujui untuk penyelesaian sengketa
diserahkan pada ICJ. Pemberitahuan itu harus disertai asli atau copy dari peijanjian
khusus tersebut. Jika dalam perjanjian tersebut belum ditentukan apa yang
disengketakan oleh pihak-pihak yang bersengketa, maka dalam pemberitahuan tersebut
harus disebutkan apa yang disengketakan oleh pihak-pihak dalam sengketa (Pasal 39(2)
Rules of Court).174
2) Dengan suatu permohonan (application) oleh salah satu pihak yang didasarkan
pada suatu pernyataan akan adanya yurisdiksi ICJ. Permohonan tersebut harus disertai
pokok sengketa, pihak-pihak yang dituntut (Pasal 40 Statuta ICJ jo Pasal 38(1) Rules of
Court). Panitera akan segera menyampaikan permohonan tersebut pada pihak-pihak
terkait, Panitera juga akan memberitahukan pada anggota PBB melalui Sekjen PBB dan
324 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

,74
ICJ mempunyai aturan-aturan yang harus diikuti, yaitu Piagam PBB, Statuta ICJ,
Rules of the Court (1978 dan diamandemen 5 Desember 2000, Practice Directions dan
Resolution Concerning the Internal Judicial Practice of the Court, 12 Apni 1976 (lihat
Sunan Jaya Ruslam, Proses Beracara di Mahkamah Internasional (International Court
o/Justice)-. "Studi Kasus Hak Intervensi," Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2002) hlm. 14.
negara-negara lain yang berhak untuk hadir di ICJ.
Para pihak akan diwakili oleh wakilnya di ICJ dan mereka dapat memperoleh
penasihat atau pengacara (Pasal 42 Statuta ICJ).

Acara Persidangan
Prosedur persidangan terdiri dari dua bagian: Pertama, prosedur tertulis dan kedua,
prosedur lisan (Pasal 43 Statuta ICJ). Prosedur tertulis terdiri dari surat-menyurat, surat-
surat peringatan, jawaban dan bila perlu dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai
dasar keputusan. Salinan dari tiap-tiap dokumen yang disampaikan oleh salah satu pihak
akan disampaikan pada pihak yang lain.
Prosedur lisan terdiri dari dengar pendapat (hearing) yang diadakan oleh ICJ dalam
hal ini akan didengar wakil-wakil, penasihat dan pengacara.
Lama prosedur beracara ini bermacam-macam kasus tergantung pada masing-
masing perkara, apakah perkara itu cukup rumit atau cukup penting. Biasanya para pihak,
meminta waktu yang cukup lama untuk menyiapkan segala sesuatunya.
Setelah ICJ mempelajari perkara tersebut, maka ICJ akan menyiapkan draf
keputusan. Keputusan diambil dengan suara terbanyak dari para hakim yang hadir.
Apabila dihasilkan keputusan dengan suara sama banyak. Ketua atau hakim yang
menggantikan mempunyai suara yang menentukan (Pasal 55 Statuta ICJ).
Seperti halnya dalam pengadilan nasional dalam ICJ ada juga preliminary objection,
keberatan-keberatan pendahuluan (artinya sebelum pokok perkara disidangkan. Dapat
diajukan keberatan misalnya tentang kewenangan ICJ mengadili perkara tersebut.
Pertimbangan-pertimbangan dari keberatan tersebut dapat menunda pelaksanaan
beracara di ICJ. Dalam hal ini ICJ harus memutuskan: apakah keberatan itu sah,
kecuali bila keberatan tersebut akan diputuskan jadi satu dengan meritnya (pokok
perkaranya). ICJ harus yakin bahwa mempunyai yurisdiksi atas perkara tersebut sesuai
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 325 1 3

dengan Pasal 36 dan 37, tetapi juga bahwa tuntutan tersebut berdasarkan kenyataan
dan hukum (Pasal 53 Statuta ICJ). Bila suatu negara menganggap bahwa negara itu
mempunyai kepentingan yang bersifat hukum yang mungkin dapat dipengaruhi oleh
keputusan perkara itu, pihak ketiga tersebut dapat mengajukan intervensi pada waktu
pemeriksaan sedang berjalan. Hal tersebut terserah pada ICJ apakah akan
mengabulkan permintaan tersebut (Pasal 62 Statuta ICJ). Dalam suatu perkara yang
didasarkan pada suatu perjanjian di mana tersangkut pihak ketiga, maka pihak ketiga
tersebut berhak untuk mengambil bagian dalam acara, di mana hasil keputusan ICJ
akan mengikat juga bagi pihak ketiga (Pasal 63 Statuta ICJ).
Keputusan ICJ memuat alasan-alasan yang dipakai sebagai dasar keputusan,
keputusan tersebut akan memuat nama-nama hakim yang mengambil keputusan
tersebut (Pasal 56 Statuta ICJ). Setiap hakim berhak mengemukakan pendapatnya
sendiri tentang perkara tersebut (dissenting opiniori) (Pasal 57 Statuta ICJ).
Keputusan ICJ adalah keputusan final dan tidak dapat diminta banding (Pasal 60
Statuta ICJ). Jika banding tidak mungkin, maka yang dimungkinkan adalah peninjauan
kembali atas keputusan tersebut (Pasal 61 Statuta ICJ). Peninjauan kembali tersebut
dimungkinkan bila hal tersebut didasarkan atas terdapatnya fakta-fakta lain yang ternyata
merupakan faktor yang menentukan. Fakta mana ketika keputusan diambil belum
diketahui oleh ICJ. Juga oleh pihak yang menuntut peninjauan kembali, dengan
ketentuan ketidaktahuan itu bukan disebabkan karena kelalaiannya. (Pasal 61 Statuta
ICJ).

Pendapat-Pendapat yang Bersifat Nasihat


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa ICJ selain memutuskan perkara yang
menjadi wewenangnya juga dapat memberikan pendapat yang bersifat nasihat (Pasal 65
Statuta ICJ). Pasal 65 Statuta ICJ itu harus dihubungkan dengan Pasal 96 Piagam PBB.
Menurut Pasal 96 Piagam PBB maka badan-badan yang dapat meminta nasihat adalah:
a) . Dewan Keamanan dan Majelis Umum.
b) . Badan lainnya dan badan-badan khusus yang sewaktu-waktu dikuasakan oleh
Majelis Umum.
326 Pengantar Hukum Organisasi In ternasional

Kode yang dipakai untuk keputusan adalah A, sedangkan untuk nasihat adalah B.
116
UNIDO semula ditetapkan sebagai Badan Tambahan pada tahun 1966, lahun 1979
ditetapkan sebagai Badan Khusus. Suatu perjanjian telah dibuat antara UNIDO dan PBB
yang14Smenetapkan UNIDO sebagai Badan Khusus.
1S4
J.G. Starke, op.cit., 606.
Inis L. Claude, Jr, Swords into Plowshares (London: London University Press Ltd,
third169
edition, 1970), him. 134.
Boer Mauna, op.cit , hlm. 450.

Anda mungkin juga menyukai