Dapat dikatakan bahwa tidak ad seorang pun dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Sifat saling membutuhkan juga dialami oleh suatu negara. Sebagai anggota dari
masyarakat internasional, suatu negara tidak dapat hidup tanpa adanya hubungan
dengan anggota masyarakat internasional lainnya. Dengan perkataan lain, ada kebutuhan
saling tergantung antarnegara. Hubungan antarnegara sangat kompleks sehingga
diperlukanpengaturan. Untuk mengaturnya agar mencapai tujuan bersama yang
merupakan kepentingan bersama, negara-negara membutuhkan pembentukan wadah,
yaitu organisasi internasional.
Pertumbuhan organisasi internasional telah dimulai sejak abad pertengahan.
Misalnya negara-negara Eropa pada saat menghadapi kekuasaan Napoleon mendirikan
Holly Alliance atas inisiatif Czar Alexander I, 26 September 1815. Holly alliance didirikan
oleh Austria, Prusia, dan Rusia yang bertujuan untuk tetap mempertahankan kekuasaan
absolut dari raja sebagai reaksi terhadap adanya tekanan akibat adanya revolusi Prancis
di mana kedaulatan ada di tangan rakyat bukan di tangan raja.
Untuk mempelajari masalah-masalah yang timbul da organisasi internasional dan
masalah-masalah yang timbul da kaitannya hubungan antara anggota-anggota dalam
organi internasional dan bagaimana penyelesaiannya secara yuridis, m ilmu yang
mempelajari hal tersebut adalah Hukum Organis Internasional (The Law of International
Organization). dalam Hukum Organisasi Internasional mencakup semua aspek hukum
dalam organisasi internasional, jadi mencakup aspek filosofis, aspek administratif dan
juga masalah konstitusional dan prosedur dari organisasi internasional antara lain seperti
wewenang dan pembatasan dari organ-organ dalam organisasi internasional itu sendiri,
hak dan kewajiban anggota dan termasuk juga perkembangan organisasi, misalnya
penerapan/penafsiran, anggaran dasarnya dari waktu ke waktu.
2
KLASIFIKASI
3. Didirikan berdasarkan pada anggaran dasar dan harus mempunyai markas besar
(headquarters) demi kelangsungan usaha.
4. Pejabat/pegawai yang mempunyai tugas menjalankan pekerjaan organisasi harus
terdiri dari berbagai negara/bangsa.
5. Organisasi harus dibiayai oleh anggota yang berasal dari berbagai negara/bangsa.
Organisasi harus berdiri sendiri (independent) dan harus masih aktif. Organisasi yang
tidak aktif lebih dari lima tahun tidak diakui lagi.
Universal
Sifat universal ini memang sukar dicapai. PBB bersifat universal namun ada negara
yang tidak menjadi anggota PBB, seperti Swiss (sebelum tahun 2002). Organisasi yang
universal adalah organisasi yang operasinya meliputi seluruh dunia. Jika bisa terbentuk
organisasi internasional yang universal sifatnya, maka tahap pertama adalah terbentuknya
administrasi yang tarafnya di atas negara nasional negara anggotanya.
Peraturan yang dibuat oleh organisasi internasional yang universal adalah benar-
benar suatu peraturan dari hukum dunia (world law). Partisipasi dari negara-negara
secara skala dunia menyebabkan kecilnya kemungkinan bagi negara-negara nonanggota
untuk merintangi tujuan dari organisasi tersebut.
Sifat kedua dari organisasi universal adalah adanya kepentingan pokok (ultimate
necessity). Dengan semakin majunya teknologi dalam transportasi, komunikasi ataupun
informasi maka makin dibutuhkan oleh masyarakat internasional adanya kerjasama dalam
level internasional untuk masalah-masalah perhubungan udara, perhubungan laut,
meteorologi, penempatan kabel bawah laut, pemanfaatan ruang angkasa untuk
komunikasi dan informasi.Masalah-masalah tersebut memerlukan pengaturan dan
standar-standar internasional. Untuk menciptakan aturan-aturan internasional dalam
bidang tersebut dan agar aturan-aturan tersebut dapat dikoordinasikan dan diterapkan di
antara negara-negara di dunia ini, dibutuhkan organisasi internasional yang bersifat
universal
Heterogenitas
Organisasi yang universal yang dibentuk berdasarkan keinginan agar anggotanya
meliputi negara-negara di dunia ini, maka anggota dari organisasi internasional yang
universal terdiri dari berbagai negara yang berbeda pandangan politik, ekonomi,
kebudayaan tingkat perkembangannya. Spirit yang mendasari organisasi internasional
yang universal itu adalah adanya kekuatan organisasi internasional itu yang dapat
menyelesaikan permasalan bersama.
d. Keuangan organisasi bersifat otonom. Keuangan organis berasal dari dana yang
dibayar oleh para negara anggota.
e. Penarikan diri secara unilateral tidak mungkin
Keanggotaan
Masalah keanggotaan merupakan masalah yang penting dalam suatu organisasi
internasional. Setiap konstitusi organisasi internasional akan memuat masalah
keanggotaan. Masalah keanggotaan merupakan masalah hukum yang penting bagi suatu
organisasi internasional.
8
Penggolongan Keanggotaan
Keanggotaan suatu organisasi internasional dapat dibedakan antara:
a) Keanggotaan penuh (full members),
b) Keanggotaan luar biasa (associate members),
c) Keanggotaan sebagian (partial members), dan
d) Keanggotaan afiliasi (affiliate members).
Dalam keanggotaan penuh (full members) maka anggota akan ikut serta dalam
semua keanggotaan organisasi dengan segala hak-haknya. Sedangkan dalam
keanggotaan luar biasa (associate members), anggota dapat berpartisipasi namun tidak
mempunyai hak suara di alat perlengkapan utama organisasi internasional.
kegiatan tertentu Selain penggolongan tersebut di atas masih dimungkinkan
penggolongan sebagai berikut: (a) Anggota asli (original members dan (b) Anggota
lainnya (admitted members). Anggota asli adalah anggota yang diundang pada saat
konferensi-konferensi yang membicarakan rancangan anggaran dasar. Biasanya dalam
praktik negara anggota asli dicantumkan dalam annex anggaran dasar organisasi
internasional. Sedangkan anggota lainnya (admitte members) adalah anggota yang
masuk dalam organisasi internasional setelah organisasi internasional berdiri sesuai
dengan ketentuan tentang keanggotaan yang terdapat dalam anggaran dasar organisasi.
Negara
Masalah yang penting dalam keanggotaan suatu organisas internasional adalah
negara. Dalam anggaran dasar suatu organisas internasional ditentukan tentang
9
persyaratan negara sebagai anggot dari suatu organisasi internasional. Pengertian negara
ini adalaj pengertian negara dalam hukum pada umumnya
Organisasi Internasional
Di atas telah disebutkan tentang kemungkinan keanggotaan yang terdiri dari grup
negara-negara. Keanggotaan yang terdiri dari grup negara itu ada kemungkinan mereka
membentuk organisasi internasional. Organisasi internasional inilah yang menjadi anggota
dari organisasi internasional. Suatu organisasi internasional ada kemungkinan membuka
keanggotaannya bagi suatu organisasi internasional. Berbeda dengan keanggotaan
negara, keanggotaan organisasi internasional jarang mempunyai kedudukan seperti
anggota penuh. Sebagai contoh, keanggotaan Badan Khusus (Specialized Agencies) PBB
dalam alat perlengkapan Uumu PBB hanya sebagai penasihat. Namun dalam suatu
organisasi internasional, hubungan antara anggota sangat dekat, contoh Masyarakat
10
Ekonomi Eropa (European Economic Communit) EEC) yang mempunyai satu politik luar
negeri, menjadi anggota ( GATT di samping keanggotaan dari masing-masing anggota
EEC.
Prinsip-Prinsip Keanggotaan
Di dalam praktik, prinsip keanggotaan suatu organisasi internasional tergantung
pada maksud dan tujuan organisasi, fungsi yang akan dilaksanakan dan perkembangan
apakah yang diharapkan dari organisasi internasional tersebut. Prinsip keanggotaan dapat
dibedakan antara prinsip universalitas dan terbatas (selective). Prinsip keanggotaan
universalias tidak membedakan sistem pemerintahan, ekonomi ataupun politik yang
dianut oleh negara anggota. Sedangkan prinsip terbatas (selective) menekankan syarat-
syarat tertentu, Syarat tersebut adalah sebagai berikut
1. Keanggotaan yang didasarkan pada kedekatan letak geografis. Namun pengertian
kedekatan geografis ini kadang- kadang tidak hanya didasarkan pada kedekatan
geografis semata, namun sering juga didasarkan pada pertimbangan politis. Contohnya
Pakta Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization NATO), Pakta Warsawa sebelum
bubar).
2. Keanggotaan yang didasarkan pada kepentingan yang akan dicapai. Misalnya
tujuan organisasi adalah kerjasama antara negara-negara yang menjadi negara
pengekspor minyak, maka keanggotaannya hanya dibuka untuk negara pengekspor
minyak, yaitu OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries).
3. Keanggotaan yang didasarkan pada sistem pemerintahan tertentu atau pada
sistem ekonomi. Contohnya COMECON (Council for Mutual Economic Assistance), Pakta
Warsawa.
4. Keanggotaan yang didasarkan pada persamaan kebudayaan, agama, etnis, dan
pengalaman sejarah. Contohnya, British Commonwealth, Organisasi Negara Islam (OKI).
5. Keanggotaan yang didasarkan pada penerapan hak-hak asasi manusia.
Contohnya, Council of Europe.
Persyaratan Keanggotaan
Yang dapat menjadi anggota organisasi internasional (dalam pengertian hukum
organisasi internasional) adalah negara. Dalam Pasal 4(1) Piagam PBB, menentukan
11
bahwa yang dapat menjadi anggota PBB adalah negara cinta damai. Dalam penerapan
Pasal 4(1) ternyata pada waktu PBB menetapkan negara mana yang akan menjadi
anggota asli, PBB menetapkan 51 negara tersebut termasuk Byelorussia dan Ukraina,
kedua anggota PBB tersebut merupakan negara bagian Rusia. Demikian pula Filipina dan
India yang pada saat itu belum menjadi negara merdeka.
Penghentian Keanggotaan
Keanggotaan suatu organisasi internasional dapat berakhir karena dua cara.
Pertama, pengunduran diri. Kedua, diberhentikan.
Penundaan Keanggotaan
Penundaan keanggotaan dituangkan dalam Anggaran Dasar organisasi
internasional. Misalnya ketentuan Pasal 5 Piagam PBB. Suatu anggota yang tidak
memenuhi kewajibannya yang ditentukan dalam Anggaran Dasarnya, keanggotaannya
dapat ditunda untuk sementara. Jika pada suatu saat negara tersebut dapat memenuhi
kewajibannya sesuai dengan Anggaran Dasar, maka hak negara anggota tersebut akan
dipulihkan kembali. Selama masa penundaan, negara tersebut tidak dapat menikmati hak-
haknya sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar, tetapi tetap dibebani kewajiban.
Selain itu keanggotaan suatu organisasi internasional dapat berhenti karena bubarnya
organisasi internasional tersebut.
IMF (Pasal 22, Section 2 Anggaran Dasar IMF), IBRD (Pasal 6 Section 5, Anggaran Dasar
IBRD), IFC (Pasal 5 Section 5, Anggaran Dasar IFC), IDA (Pasal 7 Section 5, Anggaran
Dasar IDA). IMF dapat dibubarkan oleh mayoritas suara.
Delegasi dari negara anggota tidak bertindak atas nama sendiri, tetapi tindakan
mereka merupakan tindakan dari negara anggota yang mengurusnya. Oleh karena itu
negara pengirim akan memberikan petunjuk kepada delegasinya tentang apa yang harus
dilakukan. Petunjuk yang diberikan kepada delegasi itu biasanya mencerminkan
kepentingan nasional negara anggota. Biasanya di dalam praktik, petunjuk itu diberikan
dengan sangat luas sehingga masih ada kemungkinan bagi delegasi untuk bertindak lebih
leluasa, tetapi masih tetap dalam kebijaksanaan yang digariskan oleh negara.
Jumlah Delegasi.
Setiap negara bebas untuk mengirimkan berapa besar utusannya dalam suatu
organisasi. Dalam Konvensi Wina tentang Perwakilan Negara dalam hubungannya
dengan organisasi internasional yang mempunyai sifat global. Pasal 46 menentukan
banyaknya delegasi suatu negara tidak melebihi jumlah yang layak sesuai dengan tugas
delegasi tersebut. Pada prinsipnya suatu organisasi internasional berkepentingan agar
delegasi dari negara anggota dapat memberikan suaranya sesuai dengan kepentingan
negara anggota yang bersangkutan. Sebagai contoh dalam Majelis Umum PBB menurut
Pasal 9(2) ditentukan bahwa setiap negara anggota akan mengirimkan satu delegasi yang
terdiri dari 5 anggota delegasi yang dibiayai oleh PBB. Namun apabila negara anggota
merasa perlu untuk mengirim lebih banyak delegasi disebabkan oleh kepentingan negara
tersebut untuk duduk di sub komite, subkomite Majelis Umum, maka negara tersebut
akan mengirimkan lebih banyak delegasi dengan biaya sendiri.
Komposisi Delegasi
Negara anggota memilih anggota delegasinya berdasarkan pada masalah yang
akan dibicarakan sesuai dengan acara dalam agenda pertemuan.Negara yang mengirim
delegasinya harus mengetahui kemampuan utusannya untuk memperjuangkan
kepentingan negaranya. Pengetahuan anggota delegasi harus sesuai dengan masalah
yang akan dibicarakan dan kepentingan organisasi. Ada kemungkinan delegasi yang
diutus suatu negara harus mempunyai pengetahuan khusus dan dapat mengatur strategis
negaranya dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya, oleh karena anggota
delegasi di antaranya dapat ditunjuk oleh seorang atau lebih diplomat yang mempunyai
pengetahuan politik secara luas.
17
Delegasi Asing
Suatu negara biasanya menunjuk warga negaranya sendiri untuk duduk dalam
delegasinya. Pada prinsipnya utusan diplomatik untuk suatu organisasi internasional
adalah warga negara pengirim, namun untuk kepentingan tertentu kemungkinan negara
telah menunjuk utusan negara yang terdiri dari utusan yang bukan warga negaranya tapi
duduk dalam delegasi negaranya. Utusan yang bukan warga negara dari negara pengirim,
namun duduk dalam delegasi negara pengirim dapat berbicara atas nama delegasinya,
dapat mengajukan petanyaan dan mengajukan pernyataan resmi atas nama negara
pengirimnya
Credentials
Dalam suatu organisasi internasional yang mempunyai anggota banyak, maka tak
mungkin wakil anggotanya saling mengetahui satu sama lainnya. Dalam hal ini maka
wakil-wakil anggotanya harus dapat membuktikan bahwa mereka adalah wakil sah dari
negaranya. Bukti ini disebut dengan credential. Credential adalah suatu surat dari
pemerintah yang mengirimkan wakilnya, di mana dalam surat tersebut tercantum daftar
nama delegasi dari negaranya. Dalam suatu organisasi internasional yang menentukan
persyaratan bagi delegasinya, misalnya WMO menentukan bahwa ketua delegasi adalah
direktur dari Badan Meteorologi Nasional, atau misalnya WHO ketua delegasinya adalah
orang yang ahli dalam bidang kesehatan, maka dalam credential tersebut harus
dicantumkan kedudukan, titel, kewenangan dari anggota delegasi.
Credential harus dikeluarkan oleh Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan atau
Menteri Luar Negeri atau pejabat lain yang berwenang dari negara pengirim jika peraturan
organisasi internasional mengizinkannya. Seorang duta besar di organisasi internasional
atau di negara tempat kedudukan organisasi internasional (headquarter) biasanya
mempunyai wewenang untuk membuat credential. Menteri selain Menteri Luar Negeri
sering menandatangani credential untuk organisasi teknis.
Credential untuk delegasi yang akan menghadiri suatu sidang dalam Organisasi
Parlemen Internasional ditandatangani oleh Ketua Parlemen Nasional dalam suatu
organisasi internasional dengan anggota yang banyak, maka dibentuklah komite
(credentials committee) untuk memeriksa keabsahan credential delegasi yang akan
menghadiri sidang. Jika suatu delegasi credential-nya ditolak oleh Komite Credential
maka delegasi tersebut tidak dapat menghadiri sidang-sidang yang diadakan oleh
organisasi internasional tersebut. Di dalam praktik masalah yang timbul sekitar credential
adalah bukan autentiknya credential itu, tetapi kewenangan dari yang mengeluarkan
credential tersebut. Sebagai contoh bila suatu negara terjadi perubahan pemerintah,
pemerintah mana yang berhak untuk mengeluarkan credential tersebut. Biasanya
sekretariat suatu organisasi internasional akan memberitahu kepada Komite Credential
19
pemerintah mana yang diakui oleh organisasi internasional dan mana yang berhak untuk
mengeluarkan credential.
dipakai istilah Majelis Umum (General Assembly). ILO, UNESCO dan IAEA memakai
istilah Konferensi Umum (General Conference). FAO memakai istilah
Konferensi(Collerece) WMO dan UPU memakai istilah Kongres (Congress). Sedangkan
1CAO, IMO, WHO dan OAU memakai istilah Majelis (Assembly). Selain itu istilah Dewan
(Council) dipakai oleh NATO, LIGA ARAB, OECD, EFTA. Sedangkan BENELUX memakai
istilah Dewan Menteri (Commiltee of Minister).
penafsiran dari negara anggota. Untuk uniform penafsiran suatu Mahkamah Internasional
dibutuhkan.
PBB sejak tahun 1950 telah memikirkan untuk membentuk Mahkamah Pidana
Internasional dengan membentuk Committee on International Criminal Jurisdiction dengan
tugas untuk membentuk anggaran dasar Mahkamah Pidana Internasional. Akhirnya
konferensi diadakan di Roma (Italia) pada tanggal 15-17 Juli 1998. Pada tanggal 17 Juli
1998 konferensi berhasil untuk mengesahkan Statuta "Optional Protocol to The
International Covenant on Civil and Political Rights, GA Resolution 2200(XXI), Pasal 1
Mahkamah Pidana Internasional (Statute of International Cri- rninal Court). Mahkamah
Peradilan Internasional ini mempunyai kewenangan untuk mengadili individu (Pasal 1 jo
Pasal 25(1) Statuta ICC).
Adapun kejahatan yang merupakan kewenangan dari ICC menurut Pasal 5 Statuta
adalah:
1. Kejahatan genoside (crime of genocide),
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity),
3. Kejahatan perang (war crimes),
4. Agresi (crime of aggression).
ICC berkedudukan di Den Haag (Belanda), namun sidang-sidangnya dapat
diadakan di negara lain sesuai dengan kebutuhan. Alat perlengkapan utama/organ yang
ada dalam ICC menurut Pasal 34 Statuta ICC adalah:
1. Presiden yang dibantu oleh dua wakil ketua;
2. Lembaga Pengadilan yang terdiri dari:
3. Forum Praperadilan (Pre-Trial Devision)
4. Peradilan Tingkat Pertama (Trial Devision)
5. Peradilan Tingkat Banding (Appeals Devision)
5. Penuntut Umum (Prosecutor) dan
6. Panitia Pendaftar (Registry).
Hakim dari ICC terdiri dari 18 hakim (Pasal 36(1) Statuta dan dapat ditambah
sesuai dengan kebutuhan (Pasal 36(2) Statuta.
berdasarkan Bab 7 Piagam PBB (Tindakan yang Berkaitan dengan Ancaman Terhadap
Pelanggaran Perdamaian dan Tindakan Agresi). ICTY dibentuk untuk dapat menuntut
orang yang bertanggung jawab terhadap tindakan yang melanggar hukum internasional
humaniter dalam kaitannya dengan wilayah bekas Yugoslavia sejak 1991 (Pasal 1 Statuta
ICTY. Berdasarkan Pasal 31 Statuta ICTY, ICTY berkedudukan di Den Haag. Tindakan
yang dianggap melanggar hukum internasional humaniter adalah: 1) Great breaches of
the Geneva Convention of 1949 (Pasal 2 Statuta ICTY). 2) Violations of the laws or
customs of war (Pasal 3 Statuta ICTY). 3) Genocide (Pasal 4 Statuta ICTY), 4. Crimes
against humanity (Pasal 5 Statuta ICTY).
dapat melayani klaim yang diajukan oleh individu. Para pihak mengharapkan
penyelesaian sengketa dengan penyelesaian yang didasarkan pada kekeluargaan
(friendly settlement). Jika penyelesaian tidak dapaf terselesaikan, Komisi akan membuat
laporan, dan akan disampaikan kepada negara terkait, tetapi tidak dipublikasikan. Kasus
tersebut dapat dibawa ke Pengadilan Inter-Amerika untuk Hak-Hak Asasi Manusia (Inter-
American Court of Human Rights) baik oleh Komisi ataupun oleh negara yang terkait, jika
negara tersebut telah menerima yurisdiksi pengadilan. Pengadilan Inter-Amerika untuk
Hak-Hak Asasi Manusia didirikan berdasarkan Konvensi Negara- Negara Amerika untuk
Hak-Hak Asasi Manusia (American Convention of Human Rights) tahun 1969 yang
berlaku tahun 1979. Hanya negara peserta Konvensi dan Komisi yang mempunyai hak
untuk mengajukan kasusnya ke Pengadilan ini, mereka hanya bisa mengajukannya
setelah acara (proceedings) Komisi berakhir. Negara peserta Konvensi yang dapat
mengajukan kasusnya di depan Pengadilan hanya bila mereka telah menerima yurisdiksi
Pengadilan.
Dasar ODECA). Pengadilan ini terdiri dari presiden dan penguasa hukum (judicial powers)
dari tiap-tiap negara anggotanya (Pasal 14 AD ODECA).
Juli 1954 ICJ berpendapat bahwa UNAT bukan di bawah (subordinate) Majelis Umum
walaupun dibentuk oleh Majelis Umum.
Arbitrasi (Arbitration)
Beberapa organisasi internasional lebih senang menyelesaikan sengketa dengan
mendirikan Mahkamah Arbitrasi (Arbitration Tribunals). Beberapa anggaran dasar
organisasi internasional menentukan aturan tentang pembentukan Mahkamah Arbitrasi.
Beberapa organisasi internasional mendirikan Mahkamah Arbitrasi tidak permanen untuk
menyelesaikan sengketa-sengketa khusus. Salah satunya adalah: Permanen Court of
Arbitration (PCA) berkedudukan sama dengan ICJ Peace Palace Den Haag.
investasi antara negara anggota Bank Dunia dan negara anggota lainnya dengan cara
konsiliasi dan perwasitan. ICSID mempunyai dua panel, yaitu panel untuk konsiliator dan
panel untuk wasit. Masing-masing negara anggota yang berselisih tentang investasi boleh
memilih konsiliator atau wasit dari tiap-tiap panel untuk menyelesaikan sengketanya.
Inisiatif
Keputusan dari suatu organisasi internasional dimulai dari adanya inisiatif. Inisiatif
mungkin berasal dari:
a. Pemerintah negara anggota, organisasi internasional lainnya,
b. Alat perlengkapan/organ lain dari organisasi internasional itu sendiri, atau
c. Kelompok yang berkepentingan (interest-groups) dan
d. Individu.
negara anggota yang mempunyai inisiatif untuk mengusulkan suatu keputusan biasanya
akan mengajukan rincian dari usulannya untuk didiskusikan.
Bobot Suara
Bobot suara dapat didasarkan pada: (i) keinginan (desirability), (ii) sistem yang ada
(existing systems).
Suara Mayoritas
33
Konsensus
Dengan perkembangan masyarakat internasional yang semakin heterogen dan
terjadi ketergantungan satu sama lain ditambah dengan adanya globalisasi maka dalam
suatu organisasi internasional makin sulit mengambil suatu keputusan dengan suara bulat
ataupun suara mayoritas, setidak-tidaknya dalam suatu konferensi internasional dengan
sifat partisipasi yang sangat luas dan heterogen.
34
maka pemilihan ini biasanya tidak di -record tentang siapa yang setuju dan siapa yang
tidak setuju.
internasional. Bahkan organisasi internasional dapat menjadi pihak dalam suatu perjanjian
internasional. Tujuan dari anggaran dasar organisasi internasional adalah menentukan
struktur dan aturan dari fungsi suatu organisasi internasional.
diratifikasi oleh tidak kurang dari dua per tiga anggota Assembly dan hanya in respect of
states yang meratifikasi amandemen tersebut.
tetapi anggota menolak untuk menerima kehendak mayoritas. Dalam hal ini ada
kemungkinan anggota yang menolak dapat mengundurkan diri.
Rekomendasi
Dalam suatu organisasi internasional sering dipakai untuk suatu usul dari alat
perlengkapan/organ suatu organisasi internasional yang tidak mengikat. Istilah lain yang
dipakai adalah pendapat (opinion) atau nasihat (advice) Dalam beberapa organisasi
internasional untuk rekomendasi sering dipakai dengan istilah resolusi (resolutiori).
Deklarasi (Declaration)
Suatu deklarasi akan dipergunakan untuk klarifikasi suatu keadaan/fakta yang ada
di mana dibutuhkan untuk suatu penerapan hukum. Sebagai contoh, suatu deklarasi
adanya keadaan yang mengganggu keamanan dan perdamaian internasional sehingga
dibutuhkan untuk penerapan Bab 7 Piagam PBB.
40
Konvensi (Convention)
Konvensi adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebutkan suatu perjanjian
internasional multilateral. Pada umumnya suatu perjanjian internasional dibentuk atas
kesepakatan perwakilan negara yang diberi wewenang untuk membuat perjanjian yang
akan mengikatkan negara peserta perjanjian internasional tersebut.
Hubungan Eksternal
Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional mempunyai
kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan subjek hukum internasional lainnya.
Hubungan yang dilakukan oleh organisasi internasional itu dapat dilakukan antara
organisasi internasional dengan negara anggotanya. Hubungan ini disebut hubungan
intern Di samping itu organisasi internasional dapat mengadakan hubungan dengan
negara yang bukan anggota atau dengan organisasi internasional lainnya yaitu hubungan
eksternal.
Perjanjian Internasional
Diadakan oleh organisasi internasional dengan subjek hukum internasional lainnya.
Dalam membicarakan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional telah
dibicarakan kemampuan organisasi internasional untuk mengadakan perjanjian
internasional.
43
Hubungan Diplomatik
Fungsi hubungan diplomatik antarnegara seperti yang ditentukan dalam Pasal 3
Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik tahun 1961 adalah:
1. Mewakili negara pengirim di dalam negara penerima.
2. Melindungi di dalam negara penerima, kepentingan-kepentingan negara pengirim
dan warga negaranya, dalam batas- batas yang diizinkan oleh hukum internasional.
3. Berunding dengan pemerintah negara penerima.
4. Mengetahui dengan cara-cara yang sah, keadaan dan perkembangan di dalam
negara penerima dan melaporkannya kepada negara pengirim.
5. Memajukan hubungan bersahabat antara negara pengirim dan negara penerima,
membangun hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmiah.
Beberapa fungsi diplomatik antara negara tadi tidak dapat dilaksanakan oleh
organisasi internasional. Kepentingan organisasi internasional lebih terbatas jika
dibandingkan dengan negara. Dalam hubungan diplomatik ini apakah organisasi
internasional dapat menerima delegasi negara anggota? Untuk menjawab pertanyaan ini
haruslah diingat bahwa organisasi internasional tidak mempunyai wilayah.
Mengeluarkan Paspor
Beberapa organisasi internasional mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan
dokumen perjalanan (laissez-passer) kepada stafnya, yang menyatakan bahwa staf yang
membawa dokumen perjalanan organisasi internasional itu adalah stafnya dan meminta
kepada otorita yang bersangkutan untuk memberikan fasilitas dalam menjalankan
tugasnya.
45
Contoh dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh PBB dan yang berlaku juga
untuk Badan Khususnya, berdasar persetujuan yang didasarkan pada Convention on the
Priveleges and Immunities of the UN. Negara anggota telah menerima dokumen
perjalanan PBB sebagai dokumen perjalanan yang sah. Dokumen perjalanan PBB
dibedakan antara yang berwarna biru dan merah. Yang berwarna biru dipergunakan untuk
anggota staf, sedangkan yang berwarna merah untuk Sekjen PBB, Direktur Jenderal dari
Badan-Badan Khusus dan staf dengan ranking jabatan tinggi (Direktur).
Pusan dengan bendera PBB dan registrasi PBB, ini menunjukkan bahwa PBB sebagai
pemilik kapal.
Liga Bangsa-bangsa
Suatu contoh dari suatu organisasi internasional yang tujuan komprehensif adalah
Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Pecahnya Perang Dunia I (tahun 1914-1919) merupakan saat
yang penting sekali bagi pertumbuhan organisasi internasional. LBB yang didirikan
berdasarkan kovenen (anggaran dasar). Kovenen LBB ini merupakan bagian
pendahuluan dari perjanjian perdamaian yang mengakhiri Perang Dunia I. Terbentuknya
LBB merupakan saat yang sangat penting bagi perkembangan organisasi internasional
modern. Gagasan untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang dapat
menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat internasional yang timbul pada waktu
Perang Dunia I diajukan oleh pemikir-pemikir dari Inggris dan Amerika Serikat. Mereka
memikirkan bagaimana caranya agar dunia dapat dihindarkan dari perang, yang
melumpuhkan seluaih kehidupan dunia. Para pemikir berkumpul untuk membicarakan
tindakan-tindakan apakah yang dapat dilakukan bila Perang Dunia berakhir.
1. Alat Perlengkapan Utama LBB (Pasal 2 Kovenen LBB)
a) Majelis (Assembly)
b) Konsil (Council)
c) Sekretariat (Secretariat)
2. Permanent Court of International Justice (PC1J) merupakan badan peradilan
internasional dalam rangka LBB, tetapi bukan merupakan alat perlengkapan utama LBB.
LBB hanya mengoordinasikan (Pasal 14 Kovenen LBB). PCIJ mempunyai kewenangan
untuk memutuskan sengketa internasional yang diserahkan ke PCJ untuk diselesaikan.
47
PCIJ juga mempunyai kewenangan untuk memberikan pendapat yang berupa nasihat
{advisory opinion) atas suatu masalah yang diajukan oleh Majelis atau oleh Konsil.
3. LBB juga dibebani tugas untuk mengurus daerah-daerah mandat. Setelah Perang
Dunia I berakhir dengan dikalahkannya negara-negara musuh oleh sekutu, timbul
masalah tentang bekas daerah jajahan (koloni) yang dimiliki oleh negara musuh
Dalam sistem mandat tersebut dibedakan antara mandat A, mandat B, dan mandat
C. Mandat A adalah daerah yang paling maju, mandat B adalah daerah yang kurang
maju, dan mandat C adalah daerah yang paling rendah tingkat peradabannya
Yang termasuk daerah mandat A:
1. Turki : Jika kita melihat pada peradabannya maka sebenarnya Turki telah setaraf
dengan Eropa.
2. Irak: Di bawah mandataris Inggris. Tahun 1932 mendapatkan kemerdekaannya dan
kemudian diterima keanggotaannya pada LBB.
3. Syria dan Lebanon: Kedua negara tersebut di bawah mandataris Perancis. Tahun
1945 mendapatkan kemerdekaannya, sebenarnya dijanjikan pada tahun 1936.
4. Palestina: Di bawah mandataris Inggris
Yang termasuk daerah mandat B adalah daerah bekas jajahan Jerman di Afrika
Tengah. Dalam sistem mandat golongan B ini negara mandataris boleh melatih penduduk
untuk kepentingan keamanan (polisi) bukan untuk kepentingan militer. Daerah mandat B
ini dalam sistem "perwalian" dalam PBB telah memperoleh kemerdekaannya.
Daerah Mandat C, Penduduk daerah mandat C ini dianggap masih sangat rendah
peradabannya dan negara mandataris dapat memerintah daerah ini menurut peraturan
hukum dari negaranya. Yang termasuk daerah mandat golongan C ini adalah Afrika Barat
Daya (Namibia) di bawah mandataris Afrika Selatan. Semua di bawah mandataris
Selandia Baru (telah merdeka). Pulau Nauru di bawah mandataris Inggris, Australia dan
Selandia Baru, Papua New Guinea (PNG) di bawah mandataris Australia telah merdeka.
Ketentuan-ketentuan mengenai sistem mandat yang dianut oleh LBB memberikan
dorongan serta dukungan ke arah berakhirnya sistem penjajahan, yang kemudian
merupakan suatu asas yang dianut oleh PBB.
48
Perserikatan bangsa-bangsa
dan mereka mendeklarasikan bahwa mereka bertanggung jawab penuh dan PBB akan
mengusahakan perdamaian yang akan dipimpin oleh kemauan baik dari rakyat seluruh
dunia dan menentang perang demi generasi yang akan datang.
Pada tanggal 25 Juni 1945 konferensi di San Fransisco selesai dan menerima bulat
seluruh Piagam PBB. Esok harinya tanggal 26 Juni diadakan upacara penandatanganan
yang dilakukan di Gedung Opera di San Fransisco. Menurut ketentuan Piagam PBB
berlaku setelah diratifikasi oleh negara penanda tangan dan termasuk lima negara tetap
Dewan Keamanan (Pasal 110 Piagam PBB). Syarat berdirinya PBB dipenuhi tanggal 24
Oktober 1945 dengan Resolusi Majelis Umum pada tanggal 31 Oktober 1947. Tanggal 24
Oktober dinamakan Hari PBB.
Bila kita bandingkan antara LBB dan PBB, maka terdapat kelainan sebagai berikut:
a. Alat Perlengkapan/Organ Utama
LBB hanya mempunyai tiga alat perlengkapan utama: Majelis Umum, Dewan
Keamanan, dan Sekretariat. Sedangkan PBB mempunyai 6 alat perlengkapan/organ
utama: Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian,
Mahkamah Internasional (Internasional Court of Justice-\CJ) dan Sekretariat.
b. Pemungutan Suara
Pada LBB dianut asas suara bulat dan asas ini merupakan syarat untuk semua
keputusan LBB. Akibatnya bila salah satu anggota saja tidak menyetujui, maka dapat
50
menggagalkan keputusan yang hendak diambil LBB (Pasal 5[1] Kovenen). Pada PBB
dibedakan antara masalah yang akan diputuskan, bila masalah tersebut dianggap
penting, maka akan diputuskan dengan 2/3 suara yang hadir dan memberikan suaranya
sedangkan masalah yang kurang penting cukup dengan kelebihan suara biasa (Pasal 18
Piagam PBB).
c. Sanksi yang Dapat Diambil
Pada LBB, menurut Pasal 16 Kovenen sanksi militer hanya diusulkan dan
diserahkan kepada kebijaksanaan anggota-anggota lainnya. Pada PBB inisiatif untuk
sanksi militer dapat diambil oleh PBB cq Dewan Keamanan (Pasal 42 Piagam PBB),
namun demikian anggota masih diberi hak untuk bela diri (Pasal 51 Piagam PBB),
d. KeanggotaanPada Pasal 1 (2) Kovenen LBB ditentukan any fully self- governing
state, dominion or colony become member of the leaque. Jadi setiap negara, dominion
atau koloni yang mempunyai pemerintahan sendiri (fully self government) dapat menjadi
anggota LBB. Sedangkan berdasarkan Pasal 4 Piagam PBB: membership in the United
Nations is open to all other peace-loving state and accept the obligations contained in the
present charter. Jadi di PBB hanya menyebutkan states tidak lagi menyebutkan dominion
atau koloni,
e. Titik Berat Fungsinya
Pada LBB lebih menitikberatkan pada perdamaian dan keamanan internasional,
kurang memperhatikan masalah-masalah ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Pada PBB
selain masalah-masalah perdamaian dan keamanan internasional juga memperhatikan
masalah ekonomi/sosial dan kebudayaan juga masalah perwalian,
f. Wewenang Sekretaris Jenderal (Sekjen)
Pada LBB wewenang Sekjen hanya sebagai kepala jabatan administratif (Pasal 6
Kovenen LBB). Sedangkan pada PBB Sekjen PBB selain sebagai kepala sekretariat
(Pasal 97 Piagam PBB) maka Sekjen PBB mempunyai juga tugas-tugas politik (Pasal 98
dan Pasal 99 Piagam PBB.
Jadi menurut Mahkamah ada dua syarat yang harus dipenuhi agar dapat diterima
sebagai anggota PBB, 1) Rekomendasi Dewan Keamanan dan 2) Keputusan Majelis
Umum PBB. Rekomendasi Dewan Keamanan merupakan syarat bagi Majelis Umum PBB
untuk memberikan keputusan. Di dalam praktik ternyata kemacetan penerimaan
keanggotaan baru disebabkan karena permainan negara besar dalam menggunakan
vetonya. Seperti diketahui bahwa keputusan Dewan Keamanan sehubungan dengan
penerimaan anggota baru.
PBB ditetapkan berdasarkan Pasal 27(3) Piagam PBB, ini berarti harus ada
persetujuan suara bulat dari para anggota Dewan Keamanan PBB. Keadaan inilah yang
sering dipakai oleh negara-negara pemegang hak veto untuk memainkan politiknya
dengan cara menghalangi masuknya anggota baru, walau negara tersebut telah
memenuhi syarat yang ditetapkan pada Pasal 4(1) Piagam PBB.
Penangguhan keanggotaan PBB: Masalah ini diatur dalam Pasal 5 Piagam PBB
pengeluaran keanggotaan PBB: Masalah ini diatur dalam Pasal 6 Piagam PBB. Sampai
saat ini kedua pasal tersebut belum pernah diterapkan penarikan kembali keanggota-
annya di PBB.
Dalam Piagam tidak ada ketentuan yang mengatur tentang penarikan diri
keanggotaan di PBB, walaupun dalam Piagam tidak diatur masalah penarikan diri, namun
pada konferensi di San Fransisco masalah ini dibicarakan di Komite 1/2. Alasan untuk
tidak mencantumkan masalah penarikan diri dalam Piagam ini adalah:
1) Hal ini akan bertentangan dengan prinsip universalitas,
2) Penarikan diri dapat dipakai sebagai alasan anggota untuk menghindarkan diri dari
kewajiban-kewajibannya;
3) Kewajiban tertinggi dari negara yang menjadi anggota PBB adalah melanjutkan
kerjasama dengan organisasi (PBB) dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional.
Ada pihak yang menganggapbahwa tidak dicantumkannya hak untuk menarik diri
ini adalah bertentangan dengan hak negara berdaulat untuk ikut atau tidak ikut dalam
suatu organisasi internasional. Namun jika negara dalam keadaan yang luar biasa
(exceptional circumstances) merasa terhalangi untuk keluar dari PBB, dan menyerahkan
masalah perdamaian dan keamanan internasional pada negara anggota lain, maka tidak
ada maksud dari organisasi untuk memaksa anggota tersebut untuk meneruskan
53
keijasama dalam organisasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Komite 1/2 tidak
memasukkan dalam Piagam ketentuan tentang penarikan diri.
Penarikan diri Indonesia dari keanggotaannya di PBB. sebagaimana diketahui
bahwa Indonesia pada tanggal 20 Januari 1965, Menteri Luar Negeri Indonesia,
Subandrio, memberitahukan pada Sekjen PBB bahwa Indonesia keluar dari PBB
Keputusan tersebut dibuat setelah Pemerintah Republik Indonesia
mempertimbangkan bahwa setelah dipilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap
Dewan Keamanan. Selain keluar dari PBB, dalam keputusan tersebut Indonesia juga
keluar dari Badan-Badan Khusus PBB, misalnya seperti FAO, IMF, IBRD dan lain-lain.
Keluarnya Indonesia dari PBB itu menimbulkan masalah hukum, karena dalam
Piagam PBB tidak ada ketentuan tentang penarikan diri. Atas keluarnya Indonesia dari
PBB tersebut, Sekretaris Jenderal PBB menyatakan pada Pemerintah Indonesia untuk
mengambil kebijaksanaan untuk penyelesaian pengunduran diri tersebut dan
mengharapkan dalam waktu singkat untuk Indonesia akan kembali menjadi anggota PBB.
Sebagai tindak lanjut pada tanggal 1 Maret 1965 papan nama Indonesia dan
Bendera Indonesia secara resmi diturunkan. Sebagai akibat Indonesia keluar dari PBB
nama Indonesia tidak dicantumkan lagi sebagai anggota PBB, baik pada alat
perlengkapan/organ utama PBB, maupun pada badan subsider/ alat perlengkapan
tambahan, di mana Indonesia menjadi anggota badan-badan tersebut karena
keanggotaannya di PBB. Nama Indonesia juga tidak muncul ketika Majelis Umum
menetapkan kontribusi anggota untuk tahun 1965, 1966 dan 1967.
Namun adanya pergantian pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru, di mana
pemerintah Orde Baru mempunyai kebijaksanaan lain dalam hubungan luar negeri, telah
memutuskan bahwa Indonesia akan ikut serta secara aktif dalam pergaulan internasional
termasuk menjadi anggota PBB. Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat
mengirimkan telegram ke Sekjen PBB pada tanggal 19 September 1966 yang
menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk kembali aktif dalam
keanggotaan di PBB. Setelah diadakan perundingan dengan Sekjen PBB dan wakil
Indonesia tentang kewajiban Indonesia untuk membayar 10 persen dari angka indeks
0,39 persen untuk anggaran reguler dan khusus UNEF tahun 1965, serta 25 persen untuk
tahun 1966 akhirnya disetujui oleh Komite V dan Majelis Umum PBB. Indonesia mulai aktif
pada sidang ke-21 Sidang Majelis Umum.
54
Majelis Umum
Majelis Umum (General Assembly) merupakan alat perlengkapan/organ utama di
mana semua negara anggotanya mempunyai wakilnya (Pasal 9 (1) Piagam PBB), setiap
negara anggota dapat mengirimkan wakilnya di Majelis Umum PBB tidak boleh melebihi
lima orang (Pasal 9 (2) Piagam PBB). Walaupun boleh mengirimkan wakilnya lima orang,
namun setiap anggota hanya mempunyai satu suara (Pasal 18 (1) Piagam PBB). Majelis
Umum bersidang satu tahun sekali pada hari Selasa ketiga bulan September (Pasal 1
Rules Procedure Majelis Umum PBB disingkat RP.MU). Sidang Majelis Umum diadakan
di Markas Besar PBB (Headquarters) atau di tempat lain atas kehendak dari mayoritas
anggota (Rule 3 RP.MU)
Dewan Keamanan
Majelis Umum memilih anggota tidak tetap Dewan Keamanan dengan suara dua
per tiga anggota yang hadir d"an memberikan suaranya. Syarat yang harus diperhatikan
dalam pemilihan anggota tidak tetap Dewan Keamanan itu: sumbangan negara tersebut
terhadap perdamaian dan keamanan internasional; demikian juga sumbangan terhadap
tercapainya tujuan organisasi PBB; juga harus memperhatikan perwakilan didasarkan
pada wilayah (geographical distributiori) (Pasal 23(1) Piagam PBB).
Sekretariat
Sekretaris Jenderal PBB ditunjuk oleh Majelis Umum atas rekomendasi Dewan
Keamanan (Pasal 97 Piagam PBB).
Dewan Perwalian
Dewan Perwalian akan melaporkan pelaksanaan fungsinya pada Majelis Umum
PBB (Pasal 88 Piagam PBB). Dewan Perwalian adalah alat/organ utama PBB yang
bertanggung jawab atas sistem Perwalian yang ditetapkan dalam Bab 12 dan 13,
termasuk pemberian persetujuan mengenai perjanjian-perjanjian perwalian bagi daerah
yang tidak termasuk daerah strategis.
Dewan Keamanan
57
Dewan Keamanan anggotanya terdiri dari lima belas anggota. Dari lima belas
tersebut terdiri dari lima anggota tetap tersebut mempunyai hak veto di Dewan
Keamanan, kelima negara tersebut adalah: Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, Prancis
dan Cina (Pasal 23 ayat 1 Piagam PBB).
Kesepuluh anggota tidak tetap dipilih untuk waktu dua tahun oleh Majelis Umum
PBB (Pasal 23 ayat 2 Piagam PBB). Semula anggota tidak tetap adalah enam negara, ke -
mudian sejak tanggal 1 Januari 1966 anggota tidak tetap menjadi sepuluh anggota.
Hak Suara
Dalam Pasal 27(1) Piagam PBB dikatakan bahwa setiap anggota Dewan
Keamanan mempunyai satu suara. Jika ketentuan dalam Pasal 27(1) dihubungkan
dengan ketentuan dalam Pasal 27(3) Piagam akan tampak perbedaan hak suara antara
anggota tetap dan anggota tidak tetap. Perbedaan ini terletak bahwa pada masalah
nonprosedural akan ditetapkan dengan sembilan suara anggota Dewan Keamanan
termasuk suara bulat dari anggota tetap Dewan Keamanan (suara bulat anggota tetap
59
Dewan Keamanan adalah hak veto). Keputusan Dewan Keamanan dibedakan antara
keputusan yang menyangkut masalah prosedural dan nonprosedural.
Sekretariat PBB
Sekretariat merupakan alat perlengkapan/organ utama PBB, dikepalai oleh
seorang Sekretaris Jenderal. Sekretaris Jenderal PBB bukan hanya sebagai pegawai
pelaksana, tetapi mempunyai tanggung jawab atas perdamaian dan keamanan
internasional. Atas inisiatif sendiri Sekretaris PBB (Sekjen) dapat mengajukan usul
tentang keadaan yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional
(Pasal 99 Piagam). Menurut Pasal 97 Piagam PBB maka Sekjen PBB diangkat oleh
Majelis Umum atas anjuran Dewan Keamanan. Mengingat pentingnya peran Sekretaris
Jenderal (Sekjen) PBB, maka anjuran Dewan Keamanan diputuskan dengan sedikitya 9
(sembilan) suara yang di dalamnya termasuk 5 (lima) anggota tetap Dewan Keamanan. 166
Bahwasanya jabatan Sekjen PBB sangat penting, jabatan Sekjen PBB tidak hanya
sekadar jabatan administratif tetapi juga merupakan jabatan politik.
60
Wewenang Sekjen PBB tercantum dalam Pasal 97, 98, 100, dan 101 Piagam. Dari
ketentuan-ketentuan tersebut jelas bahwa kewenangan Sekjen PBB tidak hanya dalam
bidang administratif tetapi juga dalam bidang politik.
Sosial, Majelis Umum dan Dewan Keamanan dapat membentuk Badan Tambahan
(Subsidiary Organ), dalam praktiknya demi efektivitas kerja PBB maka Sekjen PBB
sebagai koordinator tugas-tugas tersebut (Pasal 98 Piagam PBB).
Pemungutan Suara
Pasal 67 Piagam PBB menentukan bahwa setiap anggota mempunyai satu suara.
Keputusan Dewan diambil dengan suara terbanyak dari anggota yang hadir dan
memberikan suaranya.Setiap anggota PBB diberi kesempatan untuk menghadiri
perundingan yang membicarakan persoalan yang berhubungan dengan masalah negara
anggota yang sedang dibicarakan di Dewan ECOSOC tanpa hak suara (Pasal 69
Piagam).
Tugas dan Wewenang Ditentukan dalam Pasal 62-66 Piagam PBB :
1. a. Mengadakan penyelidikan dan bertindak supaya diadakan laporan-laporan
tentang soal ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan dan kesehatan, dan b.
Mengusulkan segala yang perlu untuk memperteguh hak- hak asasi manusia dan
kebebasan dasar bagi setiap orang serta mempertahankannya. C. Mengadakan
perjanjian-perjanjian internasional dalam bidangnya.
63
Sistem perwalian ini ruang lingkupnya lebih luas dari sistem mandat dalam sistem
LBB. Pasal 77 Piagam PBB daerah yang dapat dijadikan daerah perwalian adalah:
1. Bekas daerah mandat dalam Perang Dunia I.
2. Daerah yang dipisahkan dari negara yang kalah perang dalam Perang Dunia II.
3. Daerah yang dengan sukarela menempatkan diri dibawah sistem perwalian
Susunan Dewan Perwalian, Pasal 86 Piagam PBB menentukan Dewan Perwalian terdiri
dari:
1. Anggota-anggota yang menguasai daerah perwalian.
2. Anggota-anggota tetap Dewan Keamanan yang tidak menguasai
menyelenggarakan pemerintahan di wilayah-wilayah perwalian.
3. Sejumlah anggota yang dipilih oleh Majelis Umum untuk jangka waktu tiga tahun
dan jumlah keseluruhannya dari anggota Dewan dibagi sama antara negara-negara
anggota PBB yang menjadi wali dan yang tidak menjadi wali.
64
Jika kita teliti ketentuan-ketentuan dalam piagam, maka tidak ada ketentuan yang
menyebutkan jika ada laporan yang tidak sesuai dengan situasi bagaimana sikap yang
harus diambil oleh Dewan Perwalian. Dewan Perwalian tidak dapat memaksa pada
negara wali. Sebagai contoh, misalnya masalah Afrika Barat Daya
rekomendasi yang disarankan suatu komisi (misalnya komisi konsiliasi), jika rekomendasi
tersebut tidak diterima oleh kedua pihak yang bersengketa, maka sengketa tersebut
belum terselesaikan.
Untuk menyelesaikan sengketa dengan jalan damai yang sesuai dengan asas-asas
keadilan dan hukum internasional, maka diperlukan badan yang berdiri sendiri dan badan
ini kedudukannya sebagai alat perlengkapan utama/organ utam PBB. Badan ini tidak
boleh dipengaruhi oleh kepentingan pihak tertentu dan harus bebas dari segala pengaruh
Mahkamah berdiri setelah statuta diratifikasi oleh mayoritas negara-negara anggota
LBB, PCIJ berdiri tahun 1921 dan berkedudukan di Den Haag.
Mahkamah Internasional dalam rangka PBB disebut Mahkamah Internasional
(International Court of Justice-ICJ) Menurut Pasal 92 Piagam PBB Statuta ICJ didasarkan
pada Statuta PCIJ dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Piagam PBB
Susunan Hakim
Hakim Mahkamah Internasional terdiri dari lima belas hakim yang dipilih oleh
Majelis Umum dan Dewan Keamanan dan nama-nama mereka diambil dari daftar yang
ada pada Mahkamah Tetap Arbitrasi (Permanen! Courl of Arbitration-?CA) (Pasal 4
Statuta ICJ). Yang memilih hakim ICJ adalah Majelis Umum dan Dewan Keamanan.
Majelis Umum dan Dewan Keamanan harus bekerja bebas satu sama lain dalam memilih
anggota ICJ. (Pasal 8 Statuta ICJ). Pemilihan hakim tersebut didasarkan pada syarat
masing-masing dan keanggotaan sebagai hakim dalam Mahkamah harus mewakili
bentuk-bentuk peradaban utama dan sistem hukum yang terpenting di dunia (Pasal 9
Statuta ICJ). Calon terpilih adalah calon yang mendapat suara terbanyak di Dewan
Keamanan dan Majelis Umum PBB. Dalam pemilihan hakim-hakim ICJ maka tidak ada
perbedaan antara suara anggota tetap dan tidak tetap (Pasal 10[ 1 dan 2] Statuta ICJ).
Syarat-Syarat Hakim
. Hakim tidak boleh mewakili/mempunyai kewarganegaraan yang sama (Pasal 10[3]
Statuta ICJ) jika ada calon yang berkewarganegaraan sama, maka hakim yang tertualah
yang akan dipilih.Hakim dipilih untuk masa jabatan sembilan tahun dan dapat dipilih
kembali (Pasal 13[1] Statuta ICJ). Pemilihan pertama dilakukan tahun 1946, pada
pemilihan yang pertama lima hakim dipilih untuk masa jabatan tiga tahun, lima orang
66
untuk enam tahun dan lima orang untuk masa sembilan tahun. Sehingga setiap tiga tahun
diadakan pemilihan hakim untuk lima hakim.
. Mahkamah akan menunjuk ketua dan wakil ketua untuk masa jabatan tiga tahun dan
mereka dapat dipilih kembali. Mahkamah akan menunjuk paniteranya dan dapat
menunjuk pejabat-pejabat lain bila diperlukan (Pasal 21 Statuta ICJ).
. Untuk menjaga agar hakim-hakim bertindak adil dan dapat mencurahkan segala
tenaga dan pikirannya, maka hakim tidak boleh menjalankan tugas politik/administrasi
atau terikat pada pekerjaan lain (Pasal 16 Statuta ICJ).
. Pasal 17 Statuta ICJ menetapkan bahwa hakim tidak boleh menjadi wakil,
penasihat atau pengacara dari satu perkara. Dalam hal dia menjadi penasihat atau
pembela satu perkara sebelum dia menjabat jabatan hakim, maka bila perkara tersebut
dibawa ke Mahkamah Internasional dia tidak boleh turut serta dalam sidang perkara
tersebut.
. Untuk melindungi hakim terhadap tekanan politik maka hakim tidak dapat
diberhentikan, kecuali bila pendapat dari seluruh anggota hakim menyatakan bahwa dia
sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai hakim (Pasal 18 Statuta ICJ).
. Untuk menjalankan tugasnya dengan tenteram, maka hakim memiliki hak-hak
kekebalan dan istimewa anggota diplomatik (Pasal 19 Statuta ICJ).Sebelum menjalankan
tugasnya, hakim harus mengambil sumpah jabatan bahwa ia akan menjalankan tugasnya
dengan tidak memihak dan dengan seksama (impartialland conscientiously) (Pasal 20
Statuta ICJ).
Hakim ad hoc
Jika Mahkamah menyidangkan satu perkara dan ternyata adahakim yang
mempunyai kebangsaan yang sama dengan salah satu pihak dalam sengketa, maka
pihak lainnya dapat memilih seseorang untuk duduk sebagai hakim ad hoc, dan orang
tersebut harus memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4 dan 5 Statuta
ICJ (Pasal 31 ayat ldan 2 Statuta ICJ).
Badan Panitera
Panitera Mahkamah Internasional terdiri dari Kepala Panitera, Wakil Panitera dan
pejabat lain bila diperlukan (Pasal 21 [2] Statuta Mahkamah Internasional).
67
1. Peijanjian internasional baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus,
dengan menunjuk ketentuan-ketentuan yang jelas diakui oleh negara-negara yang sedang
berselisih.
2. Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti telah merupakan praktik-praktik
umum yang diterima sebagai hukum.
3. Prinsip-prinsip hukum yang diakui oleh bangsa beradab.
4. Sesuai dengan ketentuan Pasal 59, keputusan-keputusan hakim dan ajaran-ajaran
para ahli hukum yang tercakup di berbagai negara, sebagai bahan pelengkap untuk
menentukan peraturan-peraturan hukum Pasal 38(2) Statuta ICJ menentukan bahwa ICJ
dapat memutus suatu perkara dengan exaequo et bono yang artinya ICJ dapat memutus
berdasarkan kepatutan.
3) Acara Persidangan
4) Prosedur persidangan terdiri dari dua bagian: Pertama, prosedur tertulis dan
kedua, prosedur lisan (Pasal 43 Statuta ICJ). Prosedur tertulis terdiri dari surat-menyurat,
surat-surat peringatan, jawaban dan bila perlu dokumen-dokumen yang diperlukan
sebagai dasar keputusan. Salinan dari tiap-tiap dokumen yang disampaikan oleh salah
satu pihak akan disampaikan pada pihak yang lain.
5) Prosedur lisan terdiri dari dengar pendapat (hearing) yang diadakan oleh ICJ dalam
hal ini akan didengar wakil-wakil, penasihat dan pengacara.
6) Lama prosedur beracara ini bermacam-macam kasus tergantung pada masing-
masing perkara, apakah perkara itu cukup rumit atau cukup penting. Biasanya para pihak,
meminta waktu yang cukup lama untuk menyiapkan segala sesuatunya.
7) Setelah ICJ mempelajari perkara tersebut, maka ICJ akan menyiapkan draf
keputusan. Keputusan diambil dengan suara terbanyak dari para hakim yang hadir.
Apabila dihasilkan keputusan dengan suara sama banyak. Ketua atau hakim yang
menggantikan mempunyai suara yang menentukan (Pasal 55 Statuta ICJ)
Keputusan ICJ
Keputusan ICJ memuat alasan-alasan yang dipakai sebagai dasar keputusan,
keputusan tersebut akan memuat nama-nama hakim yang mengambil keputusan tersebut
(Pasal 56 Statuta ICJ). Setiap hakim berhak mengemukakan pendapatnya sendiri tentang
perkara tersebut (dissenting opiniori) (Pasal 57 Statuta ICJ).
Keputusan ICJ adalah keputusan final dan tidak dapat diminta banding (Pasal 60
Statuta ICJ). Jika banding tidak mungkin, maka yang dimungkinkan adalah peninjauan
kembali atas keputusan tersebut (Pasal 61 Statuta ICJ). Peninjauan kembali tersebut
dimungkinkan bila hal tersebut didasarkan atas terdapatnya fakta-fakta lain yang ternyata
merupakan faktor yang menentukan. Fakta mana ketika keputusan diambil belum
diketahui oleh ICJ. Juga oleh pihak yang menuntut peninjauan kembali, dengan ketentuan
ketidaktahuan itu bukan disebabkan karena kelalaiannya. (Pasal 61 Statuta ICJ).
70