Anda di halaman 1dari 70

PENDAHULUAN

Hukum Organisasi Internasional

Dapat dikatakan bahwa tidak ad seorang pun dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Sifat saling membutuhkan juga dialami oleh suatu negara. Sebagai anggota dari
masyarakat internasional, suatu negara tidak dapat hidup tanpa adanya hubungan
dengan anggota masyarakat internasional lainnya. Dengan perkataan lain, ada kebutuhan
saling tergantung antarnegara. Hubungan antarnegara sangat kompleks sehingga
diperlukanpengaturan. Untuk mengaturnya agar mencapai tujuan bersama yang
merupakan kepentingan bersama, negara-negara membutuhkan pembentukan wadah,
yaitu organisasi internasional.
Pertumbuhan organisasi internasional telah dimulai sejak abad pertengahan.
Misalnya negara-negara Eropa pada saat menghadapi kekuasaan Napoleon mendirikan
Holly Alliance atas inisiatif Czar Alexander I, 26 September 1815. Holly alliance didirikan
oleh Austria, Prusia, dan Rusia yang bertujuan untuk tetap mempertahankan kekuasaan
absolut dari raja sebagai reaksi terhadap adanya tekanan akibat adanya revolusi Prancis
di mana kedaulatan ada di tangan rakyat bukan di tangan raja.
Untuk mempelajari masalah-masalah yang timbul da organisasi internasional dan
masalah-masalah yang timbul da kaitannya hubungan antara anggota-anggota dalam
organi internasional dan bagaimana penyelesaiannya secara yuridis, m ilmu yang
mempelajari hal tersebut adalah Hukum Organis Internasional (The Law of International
Organization). dalam Hukum Organisasi Internasional mencakup semua aspek hukum
dalam organisasi internasional, jadi mencakup aspek filosofis, aspek administratif dan
juga masalah konstitusional dan prosedur dari organisasi internasional antara lain seperti
wewenang dan pembatasan dari organ-organ dalam organisasi internasional itu sendiri,
hak dan kewajiban anggota dan termasuk juga perkembangan organisasi, misalnya
penerapan/penafsiran, anggaran dasarnya dari waktu ke waktu.
2

Definisi Organisasi Internasional

Mengenai definisi dari organisasi internasional itu sendi belum terdapat


kesepakatan. Pada umumnya jika bicara tentar organisasi internasional, maka yang
dimaksudkan adalah organisasinternasional yang dibentuk antarpemerintah
(intergovernmental organization). Walaupun harus diakui bahwa di samping organisasi
antarpemerintah, masih dikenal organisasi nonpemerintah (non governmental
organization atau disingkat dengan NGO). Kita mengenal bahwa yang dimaksudkan
dengan organisasi inter nasional adalah organisasi antar negara-organisasi internasional
(public international organization), namun demikian masih sukar untuk memberikan
definisi apakah yang dimaksud dengan organisasi internasional yang dapat diterima
secara universal.
Bila organisasi internasional diartikan sebagai wadah dari" negara-negara untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu secara bersama, dalam hal ini maka pengertian
organisasi internasional dipakai dalam arti sempit. Jika diartikan sebagai wadah dari
negara-negara untuk mengadakan kerjasama, di mana wadah tersebut mempunyai
wewenang atas negara anggota, maka di sini pengertian organisasi internasional agak
lebih luas.
Organisasi internasional merupakan wadah negara-negara dalam menjalankan
tugas bersama, baik dalam bentuk keijasama yang sifatnya koordinatif maupun
subordinatif. Oleh karena sulitnya memberikan definisi dari organisasi internasional, maka
jalan yang dapat diberikan adalah memberikan ciri-ciri dari organisasi internasional
Dari uraian di atas maka dapatlah kita simpulkan bahwa definisi organisasi
internasional tergantung bagaimana memandang organisasi internasional tersebut.
Namun harus diakui organisasi internasional sebagai wadah dari negara-negara untuk
mencapai tujuan tertentu sangat dibutuhkan. Organisasi internasional dalam menjalankan
tugasnya tidak boleh bertentangan dengan asas-asas yang ada dalam hukum
internasional.

Hubungan antara Organisasi Internasional dengan Hukum Internasional


3

Sebagaimana kita ketahui bahwa hukum internasional adalah sebagai tatanan


hukum yang mengatur hubungan antara masyarakat internasional. Organisasi
internasional adalah sebagai salah satu anggota dari masyarakat internasional, berbicara
mengenai hubungan antara hukum internasional dan organisasi internasional, maka kita
berbicara mengenai status organisasi internasional dalam hukum internasional.
Status organisasi internasional dalam hukum internasional adalah :
a. Sebagai subjek hukum internasional.
b. Membantu pembentukan hukum internasional.
c. Sebagai forum untuk membicarakan, mencari jalan yang dihadapi oleh
anggotanya.
d. Sebagai alat untuk memaksakan agar kaidah hukum internasional ditaati.

KLASIFIKASI

Organisasi internasional dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara sesuai


dengan kebutuhan atau menurut cara peninjauan organisasi tersebut, yaitu :
1. Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional yang permanen dan
tidak permanen, yakni bila klasifikasi diadakan berdasarkan waktu.
2. Klasifikasi didasarkan pada Organisasi Internasional Publik (Public International
Organization) dan Organisasi Internasional Privat (Private International Organization) atau
Non Governmental Organization (NGO).
3. Klasifikasi yang didasarkan pada keanggotaannya, organisasi universal, dan
organisasi yang tertutup.
4. Organisasi internasional yang didasarkan pada sifat organisasi, yaitu
supranasional.
5. Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya.

Walaupun kita dapat mengadakan klasifikasi organisasi internasional seperti yang


tersebut di atas, namun kadang-kadang kita tidak dapat mengadakan pembedaan secara
tajam. Sebagai contoh organisasi internasional yang bersifat privat, ternyata organisasi
tersebut banyak mengerjakan masalah-masalah yang menjadi wewenang negara.
4

Organisasi Internasional Permanen dan Tidak Permamen


Pembedaan antara organisasi internasional permanen dan tidak permanen akan
dapat diadakan jika dilihat pada jangka waktu didirikannya organisasi internasional
tersebut. Organisasi internasional yang permanen adalah organisasi internasional yang
didirikan untuk jangka waktu yang tak terbatas misalnya PBB. Sebaliknya organisasi
internasional yang tidak permanen adalah organisasi internasional yang jangka waktu
telah ditetapkan, misalnya untuk jangka waktu 3 tahun atau 5 tahun dan sebagainya, atau
bila tujuan organisasi tersebut telah tercapai maka organisasi itu bubar.

Organisasi Internasional Publik dan Organisasi Internasio Privat


Organisasi Internasional Publik dipakai untuk menunjuk bahwa organisasi
internasional tersebut didirikan atau anggota adalah pemerintah (intergovernmental).
Perkataan "pemerintah (government) dalam hal ini haruslah diartikan dalam pengertian
yang terbatas, yakni hanya dalam arti badan eksekutif dari negara , Untuk dapat disebut
sebagai Organisasi Internasional Publik haruslah memenuhi beberapa syarat. Syarat-
syarat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Organisasi internasional tersebut haruslah didirikan berdasarkan kepada perjanjian
internasional.
b. Organisasi tersebut mempunyai alat perlengkapan (organ).
c. Hukum yang berlaku untuk organisasi internasional itu adalah hukum internasional.

Organisasi Internasional Privat (Private Internati Organization), Organisasi


internasional yang tidak memenuhi syarat seperti Organisasi Internasional Publik
sebagaimana telah diterangkan di atas maka organisasi internasional itu disebut sebagai
Organisasi Privat. Organisasi Internasional Privat dikuasai oleh hukum nasional dari salah
satu negara anggotanya. Jadi Organisasi Privat tidak tunduk pada Hukum Internasional
Publik.
Untuk dapat disebut sebagai Organisasi Internasional Privat, persyaratan yang
harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Tujuannya haruslah merupakan tujuan internasional;
2. Harus mempunyai anggota, di mana setiap anggota mempunyai hak suara;
5

3. Didirikan berdasarkan pada anggaran dasar dan harus mempunyai markas besar
(headquarters) demi kelangsungan usaha.
4. Pejabat/pegawai yang mempunyai tugas menjalankan pekerjaan organisasi harus
terdiri dari berbagai negara/bangsa.
5. Organisasi harus dibiayai oleh anggota yang berasal dari berbagai negara/bangsa.
Organisasi harus berdiri sendiri (independent) dan harus masih aktif. Organisasi yang
tidak aktif lebih dari lima tahun tidak diakui lagi.

Klasifikasi yang Didasarkan pada Keanggotaannya


Klasifikasi ini didasarkan pada sistem keanggotaannya. Untuk. itu dibedakan antara
organisasi yang bersifat universal dan organisasi internasional yang terbatas. Organisasi
internasional yang universal atau disebut juga organisasi internasional global, yaitu
organisasi internasional yang keanggotaannya terdiri dari negara-negara tanpa
membedakan sistem pemerintahannya atau sistem ekonominya. Menurut H. G
Schermers, organisasi universal/global mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Universal (universality)
2. Adanya kepentingan pokok (ultimate necessity)
3. Heterogen (heterogenity).

Universal
Sifat universal ini memang sukar dicapai. PBB bersifat universal namun ada negara
yang tidak menjadi anggota PBB, seperti Swiss (sebelum tahun 2002). Organisasi yang
universal adalah organisasi yang operasinya meliputi seluruh dunia. Jika bisa terbentuk
organisasi internasional yang universal sifatnya, maka tahap pertama adalah terbentuknya
administrasi yang tarafnya di atas negara nasional negara anggotanya.
Peraturan yang dibuat oleh organisasi internasional yang universal adalah benar-
benar suatu peraturan dari hukum dunia (world law). Partisipasi dari negara-negara
secara skala dunia menyebabkan kecilnya kemungkinan bagi negara-negara nonanggota
untuk merintangi tujuan dari organisasi tersebut.

Adanya Kepentingan Pokok


6

Sifat kedua dari organisasi universal adalah adanya kepentingan pokok (ultimate
necessity). Dengan semakin majunya teknologi dalam transportasi, komunikasi ataupun
informasi maka makin dibutuhkan oleh masyarakat internasional adanya kerjasama dalam
level internasional untuk masalah-masalah perhubungan udara, perhubungan laut,
meteorologi, penempatan kabel bawah laut, pemanfaatan ruang angkasa untuk
komunikasi dan informasi.Masalah-masalah tersebut memerlukan pengaturan dan
standar-standar internasional. Untuk menciptakan aturan-aturan internasional dalam
bidang tersebut dan agar aturan-aturan tersebut dapat dikoordinasikan dan diterapkan di
antara negara-negara di dunia ini, dibutuhkan organisasi internasional yang bersifat
universal

Heterogenitas
Organisasi yang universal yang dibentuk berdasarkan keinginan agar anggotanya
meliputi negara-negara di dunia ini, maka anggota dari organisasi internasional yang
universal terdiri dari berbagai negara yang berbeda pandangan politik, ekonomi,
kebudayaan tingkat perkembangannya. Spirit yang mendasari organisasi internasional
yang universal itu adalah adanya kekuatan organisasi internasional itu yang dapat
menyelesaikan permasalan bersama.

Klasifikasi yang Didasarkan pada Sifat Organisasi yang Supranasional


Organisasi yang sifatnya supranasional ini berbeda dengan organisasi internasional
yang sifatnya koordinatif Pada organisasi internasional yang mempunyai sifat
supranasional mempunyai kewenangan membuat keputusan atau mengeluarkan
peraturan yang langsung mengikat negara anggota, bahkan ada yang langsung mengikat
individu dari negara anggotanya atau perusahaan di negara anggota.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi yang supranasional:
a. Keputusan organisasi mengikat negara anggota.
b. Alat perlengkapan yang berwenang mengambil keputusan tid seluruhnya
tergantung pada kerjasama seluruh anggota.
c. Organisasi mempunyai kekuasaan untuk membuat peraturan yang langsung
mengikat penduduk negara anggota..
7

d. Keuangan organisasi bersifat otonom. Keuangan organis berasal dari dana yang
dibayar oleh para negara anggota.
e. Penarikan diri secara unilateral tidak mungkin

Sebagai contoh, organisasi internasi yang mendekati persyaratan di atas adalah


Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang didirikan berdasarkan perjanjian Roma tanggal
25 Maret 1957.
Klasifikasi yang Didasarkan pada Fungsinya
Ada organisasi internasional yang dibentuk untuk menjalankan fungsi khusus.
Klasifikasi yang didasarkan pada fungsi khusus dapat dibedakan menjadi:
a. Fungsi Pengadilan (Judicial Institution) Sebagai contoh dari organisasi
internasional yang menjalankan fungsi pengadilan adalah Mahkamah Internasional.
b. Fungsi Administratif (Administration Institution) Organisasi ini adalah suatu
organisasi yang diserahi oleh para anggotanya untuk menjalankan fungsi
administrasi tertentu. Organissasi ini mengoordinasikan fungsi-fungsi administrasi
tertentu, sehingga kerjasama dalam bidang tersebut dapat beijalan dengan lancar.
Sebagai contoh: UPU (Universal Postal Union), ITU (International Teleco,
munications Union).
c. Fungsi Quasi Legislatif (Quasi International Legislation) Tidak jarang suatu
organisasi internasional dalam menjalankan tugasnya sebagai pemrakarsa adanya
suatu konferensi internasioal untuk menghasilkan suatu konvensi internasional
untuk mengatasi masalah-masalah tertentu. Sebagai contoh PBB telah
memprakarsai konferensi yang akan menghasilkan konvensi tertentu.
d. Fungsi Serba Guna (Comprehensive)Organisasi yang tujuannya meliputi
semua masalah yang dihadapi oleh para anggotanya adalah organisasi
internasional yang mempunyai fungsi komprehensif. Sebagai contoh PBB

Keanggotaan
Masalah keanggotaan merupakan masalah yang penting dalam suatu organisasi
internasional. Setiap konstitusi organisasi internasional akan memuat masalah
keanggotaan. Masalah keanggotaan merupakan masalah hukum yang penting bagi suatu
organisasi internasional.
8

Beberapa hal yang penting dalam suatu organisasi internasional:


1. Penggolongan keanggotaan
2. Prinsip-prinsip keanggotaan
3. Persyaratan keanggotaan
4. Prosedur penerimaan anggota
5. Berhentinya keanggotaan
6. Penundaan keanggotaan

Penggolongan Keanggotaan
Keanggotaan suatu organisasi internasional dapat dibedakan antara:
a) Keanggotaan penuh (full members),
b) Keanggotaan luar biasa (associate members),
c) Keanggotaan sebagian (partial members), dan
d) Keanggotaan afiliasi (affiliate members).

Dalam keanggotaan penuh (full members) maka anggota akan ikut serta dalam
semua keanggotaan organisasi dengan segala hak-haknya. Sedangkan dalam
keanggotaan luar biasa (associate members), anggota dapat berpartisipasi namun tidak
mempunyai hak suara di alat perlengkapan utama organisasi internasional.
kegiatan tertentu Selain penggolongan tersebut di atas masih dimungkinkan
penggolongan sebagai berikut: (a) Anggota asli (original members dan (b) Anggota
lainnya (admitted members). Anggota asli adalah anggota yang diundang pada saat
konferensi-konferensi yang membicarakan rancangan anggaran dasar. Biasanya dalam
praktik negara anggota asli dicantumkan dalam annex anggaran dasar organisasi
internasional. Sedangkan anggota lainnya (admitte members) adalah anggota yang
masuk dalam organisasi internasional setelah organisasi internasional berdiri sesuai
dengan ketentuan tentang keanggotaan yang terdapat dalam anggaran dasar organisasi.

Negara
Masalah yang penting dalam keanggotaan suatu organisas internasional adalah
negara. Dalam anggaran dasar suatu organisas internasional ditentukan tentang
9

persyaratan negara sebagai anggot dari suatu organisasi internasional. Pengertian negara
ini adalaj pengertian negara dalam hukum pada umumnya

Bagian Secara Geografis


Bagian secara geografis ini sebagai contoh, ketika PBB bai berdiri Uni Soviet
meminta bahwa negara bagian Uni Soviet, yaii Ukraina dan Byelorusia sebagai negara
anggota yang terlepas da keanggotaan Uni Soviet.

Bagian Tertentu dari Pemerintahan


Kadang-kadang dalam suatu organisasi internasional dimungkinkan suatu bagian
dari pemerintahan menjadi angg dari suatu organisasi internasional. Sebagai contoh Bank
Dunia

Kelompok Beberapa Negara


Ada kemungkinan keanggotaan suatu organisasi internasi merupakan gabungan
dari beberapa negara. Hal ini biasa dimungkinkan pada organisasi internasional yang
bertujuan untuk kerjasama teknis. Ada negara-negara yang ingin menjadi anggota, tetapi
pemenuhan kewajiban pada organisasi tersebut terasa berat bila dikerjakan sendiri.
Sebagai contoh pada Organisasi Kopi Internasional (International Coffee Organization),
dua atau lebih negara yang bukan merupakan negara pengekspor kopi dapat bergabung
keanggotaannya.

Organisasi Internasional
Di atas telah disebutkan tentang kemungkinan keanggotaan yang terdiri dari grup
negara-negara. Keanggotaan yang terdiri dari grup negara itu ada kemungkinan mereka
membentuk organisasi internasional. Organisasi internasional inilah yang menjadi anggota
dari organisasi internasional. Suatu organisasi internasional ada kemungkinan membuka
keanggotaannya bagi suatu organisasi internasional. Berbeda dengan keanggotaan
negara, keanggotaan organisasi internasional jarang mempunyai kedudukan seperti
anggota penuh. Sebagai contoh, keanggotaan Badan Khusus (Specialized Agencies) PBB
dalam alat perlengkapan Uumu PBB hanya sebagai penasihat. Namun dalam suatu
organisasi internasional, hubungan antara anggota sangat dekat, contoh Masyarakat
10

Ekonomi Eropa (European Economic Communit) EEC) yang mempunyai satu politik luar
negeri, menjadi anggota ( GATT di samping keanggotaan dari masing-masing anggota
EEC.

Prinsip-Prinsip Keanggotaan
Di dalam praktik, prinsip keanggotaan suatu organisasi internasional tergantung
pada maksud dan tujuan organisasi, fungsi yang akan dilaksanakan dan perkembangan
apakah yang diharapkan dari organisasi internasional tersebut. Prinsip keanggotaan dapat
dibedakan antara prinsip universalitas dan terbatas (selective). Prinsip keanggotaan
universalias tidak membedakan sistem pemerintahan, ekonomi ataupun politik yang
dianut oleh negara anggota. Sedangkan prinsip terbatas (selective) menekankan syarat-
syarat tertentu, Syarat tersebut adalah sebagai berikut
1. Keanggotaan yang didasarkan pada kedekatan letak geografis. Namun pengertian
kedekatan geografis ini kadang- kadang tidak hanya didasarkan pada kedekatan
geografis semata, namun sering juga didasarkan pada pertimbangan politis. Contohnya
Pakta Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization NATO), Pakta Warsawa sebelum
bubar).
2. Keanggotaan yang didasarkan pada kepentingan yang akan dicapai. Misalnya
tujuan organisasi adalah kerjasama antara negara-negara yang menjadi negara
pengekspor minyak, maka keanggotaannya hanya dibuka untuk negara pengekspor
minyak, yaitu OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries).
3. Keanggotaan yang didasarkan pada sistem pemerintahan tertentu atau pada
sistem ekonomi. Contohnya COMECON (Council for Mutual Economic Assistance), Pakta
Warsawa.
4. Keanggotaan yang didasarkan pada persamaan kebudayaan, agama, etnis, dan
pengalaman sejarah. Contohnya, British Commonwealth, Organisasi Negara Islam (OKI).
5. Keanggotaan yang didasarkan pada penerapan hak-hak asasi manusia.
Contohnya, Council of Europe.

Persyaratan Keanggotaan
Yang dapat menjadi anggota organisasi internasional (dalam pengertian hukum
organisasi internasional) adalah negara. Dalam Pasal 4(1) Piagam PBB, menentukan
11

bahwa yang dapat menjadi anggota PBB adalah negara cinta damai. Dalam penerapan
Pasal 4(1) ternyata pada waktu PBB menetapkan negara mana yang akan menjadi
anggota asli, PBB menetapkan 51 negara tersebut termasuk Byelorussia dan Ukraina,
kedua anggota PBB tersebut merupakan negara bagian Rusia. Demikian pula Filipina dan
India yang pada saat itu belum menjadi negara merdeka.

Prosedur Penerimaan Anggota


Pemutusan untuk penerimaan keanggotaan dalam setiap organisasi internasional
merupakan tindakan bilateral. Di pihak organisasi internasional harus setuju dengan
penerima keanggotaan, di lain pihak negara itu menurut hukum nasional sah untuk
menjadi anggota organisasi internasional. Organisasi internasional tidak akan ikut campur
dalam proses pemutusan apakah suatu negara menurut hukum nasional akan ikut dalam
organisasi internasional.
Permohonan untuk menjadi anggota diajukan oleh pihak yang berwenang menurut
hukum internasional, seperti kepala negara , perdana menteri atau menteri luar negeri
atau pejabat diplomat yang diakreditasikan di organisasi internasional tersebut atau
negara yang ditunjuk untuk menyimpan dokumen ratifikasi. Dalam penerimaan
keanggotaan ini biasanya ada dua prosedur yang harus ditempuh. Pertama, adanya
permintaan dari calon anggota. Kedua, negara yang bersangkutan telah meratifikasikan
anggaran dasar organisasi internasional di mana negara tersebut ingin menjadi anggota.

Penghentian Keanggotaan
Keanggotaan suatu organisasi internasional dapat berakhir karena dua cara.
Pertama, pengunduran diri. Kedua, diberhentikan.

Penghentian Keanggotaan karena Pengunduran Diri


Pada beberapa organisasi internasional, Anggaran Dasar mengatur masalah
pengunduran diri. Pernyataan ingin keluar harus diberitahukan sebelumnya. Setelah
waktu tertentu baru pernyataan keluar tersebut efektif. Jangka waktu tertentu ditetapkan
agar keluarnya keanggotaan tersebut efektif. Sebagai contoh Pasal 95 (b) Jadi menurut
Anggaran Dasar ICAO pengunduran diri efektif berlaku setelah satu tahun pemberitahuan
anggota kepada ICAO
12

Penghentian Keanggotaan karena Diberhentikan (Expulsion)


Penghentian keanggotaan dalam suatu organisasi internasional karena
diberhentikan biasanya dikaitkan dengan masalah penundaan (suspension). Jika
berbicara penghentian dengan paksa, maka yang dimaksudkan adalah pengeluaran
anggota organisasi inter- nasional disebabkan anggota tersebut telah melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan dalam organisasi internasional yang merupakan
pelanggaran berat. Tindakan ini dilakukan oleh organisasi internasional sebagai usaha
untuk menyelamatkan organisasi dari suatu tindakan yang dianggap destruktif. Ketentuan
tentang penghentian dengan paksa ini dicantumkan dalam Anggaran Dasar Organisasi
Internasional, contohnya Piagam PBB dalam Pasal 6 mengatur tentang kemungkinan
penghentian dengan paksa.

Penundaan Keanggotaan
Penundaan keanggotaan dituangkan dalam Anggaran Dasar organisasi
internasional. Misalnya ketentuan Pasal 5 Piagam PBB. Suatu anggota yang tidak
memenuhi kewajibannya yang ditentukan dalam Anggaran Dasarnya, keanggotaannya
dapat ditunda untuk sementara. Jika pada suatu saat negara tersebut dapat memenuhi
kewajibannya sesuai dengan Anggaran Dasar, maka hak negara anggota tersebut akan
dipulihkan kembali. Selama masa penundaan, negara tersebut tidak dapat menikmati hak-
haknya sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar, tetapi tetap dibebani kewajiban.
Selain itu keanggotaan suatu organisasi internasional dapat berhenti karena bubarnya
organisasi internasional tersebut.

Pembubaran Organisasi Internasional dapat terjadi :


1. Karena tujuan organisasi telah tercapai,
2. Berdirinya organisasi baru yang menggantikan tugasnya.

Pada umumnya organisasi internasional dalam konstitusinya tidak mengatur


mengenai masalah pembubaran organisasi karena para pendiri akan selalu berkeinginan
mempertahankan organisasi yang didirikan. Namun demikian ada organisasi internasional
yang dalam Anggaran Dasarnya memuat ketentuan tentang pembubaran. Sebagai contoh
13

IMF (Pasal 22, Section 2 Anggaran Dasar IMF), IBRD (Pasal 6 Section 5, Anggaran Dasar
IBRD), IFC (Pasal 5 Section 5, Anggaran Dasar IFC), IDA (Pasal 7 Section 5, Anggaran
Dasar IDA). IMF dapat dibubarkan oleh mayoritas suara.

Fungsi Organisasi Internasional


Suatu organisasi internasional yang telah bubar, maka organisasi internasional itu
akan menghentikan semua aktivitasnya. Jika organisasi internasional itu fungsinya
digantikan oleh organisasi internasional yang lain, maka fungsi tersebut akan berpindah
pada organisasi internasional yang baru, yang menggantikannya. Sebagai contoh ketika
PBB berdiri, maka International Court of Justice (ICJ) didirikan sebagai pengganti dari
Permanent Court of International Justice (PCIJ) yang didirikan pada masa Liga Bangsa-
Bangsa (LBB). Berdasarkan Pasal 37 Statuta ICJ, maka perkara yang sedang ditangani
oleh PCU bila para pihak menyetujuinya dapat berpindah ke ICJ.
Namun ada kemungkinan fungsi organisasi internasional yang dibubarkan akan
berpindah pada beberapa organisasi internasional yang baru. Sebagai contoh The United
Nations Relief and Rehabi/i- tation Administration fungsinya digantikan oleh PBB, WHO,
Ihc International Refigee Organization, FAO, dan UNICEF

Tindakan Hukum dari Organisasi Internasional


Jika terjadi pembubaran suatu organisasi internasional, maka perbuatan-perbuatan
hukum tertentu dari organisasi internasional yang bubar adalah batal. Sedangkan
tindakan hukum yang lain akan berpindah pada organisasi internasional baru yang
menggantikannya.

Personalia yang Bekerja di Organisasi Internasional


Personalia yang bekerja pada organisasi internasional yang bubar berarti mereka
kehilangan pekerjaannya. Personalia yang bekerja pada organisasi internasional dengan
kontrak kerja, maka dalam kontrak biasanya ditentukan kondisi-kondisi bila ada pembu-
baran organisasi. Hak-hak apa yang akan didapat biasanya ditentukan dalam kontrak
kerja tersebut. Suatu organisasi internasional biasanya mempunyai aturan tentang
kepegawaiannya (statute of personnel).Dalam statuta tersebut biasanya ditentukan
14

aturan-aturan tentang penghentian pegawai. Aturan-aturan tadi akan diterapkan pada


waktu organisasi bubar.
Dana-dana khusus untuk pegawai biasanya dialihkan pada organisasi
penggantinya. Dana tersebut misalnya dana pensiun. Dana yang tidak mungkin
dipindahkan pada organisasi penggantinya akan dikelola secara independen. Biasanya
organisasi pengganti mengambil alih personel organisasi yang dibubarkan, terutama
personel yang berpengalaman. Sebagai contoh World Meteorological Organization
mengambil alih Sekjen dan staf dari International Meteorological Organization.
Pengambilalihan personel oleh organisasi penggantinya bukanlah suatu kewajiban.
Kekayaan Organisasi Internasional
Berdasarkan hukum perdata maka suatu badan hukum yang bubar, kekayaan
badan hukumnya akan dibagi di antara para pemegang saham. Dengan memakai analogi
dari ketentuan tadi, maka kekayaan organisasi internasional yang bubar akan dibagi di
antara para anggotanya secara proporsional sesuai dengan kontribusi mereka. Organisasi
internasional sebagai subjek hukum dalam hukum internasional mempunyai wewenang
untuk menentukan apa yang dikehendaki terhadap kekayaan yang ada dengan bubarnya
organisasi internasional.
Ketika LBB bubar, sebagian besar kekayaan LBB dipindahkan ke PBB dan
sebagian ke ILO. Anggota LBB yang tidak menjadi anggota PBB (Finlandia, Irlandia,
Portugal, dan Swiss) ditawari kompensasi uang sedangkan untuk negara-negara anggota
yang lain diutang PBB.

Ketentuan Umum Bagi Organisasi Internasional


Suatu organisasi internasional memerlukan alat perlengkapan atau badan yang
akan mengurus masalah-masalah yang telah diserahkan oleh anggota organisasi
internasional untuk diselesaikan. Berapa alat perlengkapan /badan yang dibutuhkan untuk
mengurus yang diperlukan oleh organisasi internasional tersebut tergantung pada tujuan
yang akan dituju oleh organisasi internasional tersebut. Berikut akan dijelaskan tentang
komposisi alat perlengkapan yang ada pada suatu organisasi internasional, fungsi serta
kewenangannya.
15

Komposisi Alat Perlengkapan


Pada umumnya suatu organisasi internasional mempunyai alat perlengkapan di
mana semua anggota organisasi internasional itu mempunyai utusan yang dapat hadir
dan bertemu untuk membicarakan masalah mereka. Di samping alat perlengkapan di
mana semua anggota mempunyai wakilnya maka ada alat perlengkapan utama lain yang
mempunyai wewenang tertentu sesuai dengan tujuan organisasi. Sebagai contoh Piagam
PBB Pasal 7(1). alat perlengkapan utama telah ditentukan, di samping alat perlengkapan
utama maka menurut Pasal 7(2) bahwa alat perlengkapan utama tersebut dapat
membentuk badan tambahan (subsidiary).
Berapa banyak alat perlengkapan tambahan yang dibutuhkan tergantung pada
kepentingan organisasi internasional itu sendiri. Banyaknya anggota yang dapat
berpartisipasi dalam alat perlengkapan tambahan itu terbatas. Keterbatasan keanggotaan
dalam alat perlengkapan tambahan adalah untuk efisiensi pengambilan keputusan,
memperhatikan kepakaran dalam keanggotaan sesuai dengan tujuan pembentukan alat
perlengkapan tambahan dan penyederhanaan biaya.

Wakil dari Negara Anggota


Dalam keanggotaan suatu negara dalam organisasi internasional maka negara
anggota atau pemerintahan negara anggota tidak mungkin hadir secara fisik pada
pertemuan yang diadakan oleh organisasi internasional. Negara anggota harus diwakili
oleh utusan yang ditunjuk oleh negara tersebut.

Utusan delegasi Negara


Keanggotaan dari suatu utusan/delegasi pada suatu organisasi internasional
bermacam-macam, kadang-kadang suatu delegasi dapat terdiri dari seorang utusan
dengan didampingi oleh wakilnya, penasihat atau seorang ahli. Dapat juga suatu delegasi
terdiri dari seorang ketua didampingi oleh anggota delegasi. Ketua delegasi mempunyai
hak untuk mewakili negaranya, sedangkan tugas dari anggota delegasi telah ditentukan
dalam surat tugas penunjukkan.

Ketentuan Bagi Delegasi


16

Delegasi dari negara anggota tidak bertindak atas nama sendiri, tetapi tindakan
mereka merupakan tindakan dari negara anggota yang mengurusnya. Oleh karena itu
negara pengirim akan memberikan petunjuk kepada delegasinya tentang apa yang harus
dilakukan. Petunjuk yang diberikan kepada delegasi itu biasanya mencerminkan
kepentingan nasional negara anggota. Biasanya di dalam praktik, petunjuk itu diberikan
dengan sangat luas sehingga masih ada kemungkinan bagi delegasi untuk bertindak lebih
leluasa, tetapi masih tetap dalam kebijaksanaan yang digariskan oleh negara.

Jumlah Delegasi.
Setiap negara bebas untuk mengirimkan berapa besar utusannya dalam suatu
organisasi. Dalam Konvensi Wina tentang Perwakilan Negara dalam hubungannya
dengan organisasi internasional yang mempunyai sifat global. Pasal 46 menentukan
banyaknya delegasi suatu negara tidak melebihi jumlah yang layak sesuai dengan tugas
delegasi tersebut. Pada prinsipnya suatu organisasi internasional berkepentingan agar
delegasi dari negara anggota dapat memberikan suaranya sesuai dengan kepentingan
negara anggota yang bersangkutan. Sebagai contoh dalam Majelis Umum PBB menurut
Pasal 9(2) ditentukan bahwa setiap negara anggota akan mengirimkan satu delegasi yang
terdiri dari 5 anggota delegasi yang dibiayai oleh PBB. Namun apabila negara anggota
merasa perlu untuk mengirim lebih banyak delegasi disebabkan oleh kepentingan negara
tersebut untuk duduk di sub komite, subkomite Majelis Umum, maka negara tersebut
akan mengirimkan lebih banyak delegasi dengan biaya sendiri.

Komposisi Delegasi
Negara anggota memilih anggota delegasinya berdasarkan pada masalah yang
akan dibicarakan sesuai dengan acara dalam agenda pertemuan.Negara yang mengirim
delegasinya harus mengetahui kemampuan utusannya untuk memperjuangkan
kepentingan negaranya. Pengetahuan anggota delegasi harus sesuai dengan masalah
yang akan dibicarakan dan kepentingan organisasi. Ada kemungkinan delegasi yang
diutus suatu negara harus mempunyai pengetahuan khusus dan dapat mengatur strategis
negaranya dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya, oleh karena anggota
delegasi di antaranya dapat ditunjuk oleh seorang atau lebih diplomat yang mempunyai
pengetahuan politik secara luas.
17

Delegasi Asing
Suatu negara biasanya menunjuk warga negaranya sendiri untuk duduk dalam
delegasinya. Pada prinsipnya utusan diplomatik untuk suatu organisasi internasional
adalah warga negara pengirim, namun untuk kepentingan tertentu kemungkinan negara
telah menunjuk utusan negara yang terdiri dari utusan yang bukan warga negaranya tapi
duduk dalam delegasi negaranya. Utusan yang bukan warga negara dari negara pengirim,
namun duduk dalam delegasi negara pengirim dapat berbicara atas nama delegasinya,
dapat mengajukan petanyaan dan mengajukan pernyataan resmi atas nama negara
pengirimnya

Delegasi yang Majemuk Kewarganegaraannya (Multinational Delegations)


Menurut Konvensi Wina tahun 1975 tentang wakil negara dalam hubungannya
dengan organisasi internasional yang bersifat universal, menurut Pasal 42(2) dua atau
lebih negara untuk mengirimkan suatu delegasi pada alat perlengkapan suatu organisasi
internasional atau pada suatu konferensi yang diadakan sesuai dengan aturan organisasi
tersebut.
Pada umumnya dalam suatu delegasi yang majemuk akan terdiri dari delegasi
masing-masing negara. Masing-masing negara dapat menunjuk delegasinya sendiri
sebagai wakil negaranya. Dalam hal demikian, maka bukan suatu delegasi untuk
beberapa negara, tetapi sejumlah delegasi merupakan kombinasi untuk kepentingan-
kepentingan tertentu. Kombinasi delegasi demikian pada dasarnya berguna untuk negara
kecil, di mana dalam konferensi membicarakan kepentingan yang tidak terlalu berguna
bagi negaranya atau pertemuan mensyaratkan keahlian khusus dan keahlian tersebut
belum dipunyai oleh negara bersangkutan. Kadang-kadang beberapa negara mempunyai
kepentingan yang sama dalam suatu organisasi internasional. Dalam hal yang demikian
ada kemungkinan akan dibentuk suatu utusan yang umum sifatnya. Misalnya, negara
yang tergabung dalam BENELUX (Belgi, Netherland dan Luxemburg) yang tujuannya
untuk membentuk kesatuan pabean (customs union), dengan demikian dalam bidang
pabean mempunyai kepentingan yang sama. Itulah sebabnya dalam konferensi yang
18

membicarakan masalah pabean, BENELUX sepakat untuk mengirimkan satu delegasi


agar mendapat kebijaksanaan dalam masalah pabean.

Credentials
Dalam suatu organisasi internasional yang mempunyai anggota banyak, maka tak
mungkin wakil anggotanya saling mengetahui satu sama lainnya. Dalam hal ini maka
wakil-wakil anggotanya harus dapat membuktikan bahwa mereka adalah wakil sah dari
negaranya. Bukti ini disebut dengan credential. Credential adalah suatu surat dari
pemerintah yang mengirimkan wakilnya, di mana dalam surat tersebut tercantum daftar
nama delegasi dari negaranya. Dalam suatu organisasi internasional yang menentukan
persyaratan bagi delegasinya, misalnya WMO menentukan bahwa ketua delegasi adalah
direktur dari Badan Meteorologi Nasional, atau misalnya WHO ketua delegasinya adalah
orang yang ahli dalam bidang kesehatan, maka dalam credential tersebut harus
dicantumkan kedudukan, titel, kewenangan dari anggota delegasi.
Credential harus dikeluarkan oleh Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan atau
Menteri Luar Negeri atau pejabat lain yang berwenang dari negara pengirim jika peraturan
organisasi internasional mengizinkannya. Seorang duta besar di organisasi internasional
atau di negara tempat kedudukan organisasi internasional (headquarter) biasanya
mempunyai wewenang untuk membuat credential. Menteri selain Menteri Luar Negeri
sering menandatangani credential untuk organisasi teknis.
Credential untuk delegasi yang akan menghadiri suatu sidang dalam Organisasi
Parlemen Internasional ditandatangani oleh Ketua Parlemen Nasional dalam suatu
organisasi internasional dengan anggota yang banyak, maka dibentuklah komite
(credentials committee) untuk memeriksa keabsahan credential delegasi yang akan
menghadiri sidang. Jika suatu delegasi credential-nya ditolak oleh Komite Credential
maka delegasi tersebut tidak dapat menghadiri sidang-sidang yang diadakan oleh
organisasi internasional tersebut. Di dalam praktik masalah yang timbul sekitar credential
adalah bukan autentiknya credential itu, tetapi kewenangan dari yang mengeluarkan
credential tersebut. Sebagai contoh bila suatu negara terjadi perubahan pemerintah,
pemerintah mana yang berhak untuk mengeluarkan credential tersebut. Biasanya
sekretariat suatu organisasi internasional akan memberitahu kepada Komite Credential
19

pemerintah mana yang diakui oleh organisasi internasional dan mana yang berhak untuk
mengeluarkan credential.

Perwakilan dengan Proksi (Proxy)


Sejumlah organisasi internasional membolehkan anggotanya untuk bertindak
dengan proksi hanya untuk satu anggota. Ada juga organisasi internasional yang
membolehkan satu anggota boleh bertindak dengan proksi untuk beberapa anggota yang
lain dan bukan untuk semuanya. Ada juga organisasi internasional yang melarang
perwakilan dengan proksi. Sebagai contoh FAO dalam Anggaran Dasarnya Pasal 3(3)
menentukan No delegate may represent more than one Member Nation or associate
Member. Dalam Majelis Umum PBB dalam Pasal 18(2) bahwa masalah penting akan
diputus dengan suara terbanya

Pemakaian Tenaga Ahli


Perwakilan negara anggota tidak selalu cocok untuk mencapai tujuan suatu
organisasi internasional. Dalam beberapa organisasi internasional ada alat perlengkapan
(organ) yang keanggotaannya terdiri dari para individu yang mempunyai keahlian yang
dibutuhkan yang tidak bertanggung jawab pada pemerintahannya, sebagai contoh alat
perlengkapan (organ) pengadilan (judicial organs). Pengadilan (courts) dan tribunal
(tribunals) terdiri dari individu yang ahli dan bukan perwakilan negara. Sebagai contoh
Pasal 2 Statuta Mahkamah Internasional (International Court of Justice-ICJ) yang diangkat
sebagai hakim dalam Mahkamah Internasional adalah individu yang diakui kepakarannya
dalam hukum internasional. Individu yang bekerja dalam sekretariat pada mulanya adalah
wakil negara, namun pada perkembangan selanjutnya adalah individu yang hanya
bertanggung jawab pada organisasi internasional di mana dia bekerja.

Alat Perlengkapan Utama/Organ Utama dari suatu Organisasi Internasional


Alat perlengkapan utama/organ utama dari suatu organisasi internasional dibentuk
berdasarkan kebutuhan dari organisasi itu untuk mencapai tujuan organisasi. Semua
organisasi internasional publik biasanya mempunyai alat perlengkapan/organ utama di
mana semua anggota mempunyai wakilnya Alat perlengkapan utama/organ utama ini
biasanya disebut Kongres Umum (General Congress). PBB untuk kongres umum ini
20

dipakai istilah Majelis Umum (General Assembly). ILO, UNESCO dan IAEA memakai
istilah Konferensi Umum (General Conference). FAO memakai istilah
Konferensi(Collerece) WMO dan UPU memakai istilah Kongres (Congress). Sedangkan
1CAO, IMO, WHO dan OAU memakai istilah Majelis (Assembly). Selain itu istilah Dewan
(Council) dipakai oleh NATO, LIGA ARAB, OECD, EFTA. Sedangkan BENELUX memakai
istilah Dewan Menteri (Commiltee of Minister).

Alat Perlengkapan/Organ Yuridis (Juridical Organs)


Alat perlengkapan/organ yuridis dibentuk berdasarkan keperluan untuk
menyelesaikan sengketa antara negara anggota. Sengketa tersebut dapat dibedakan
antara:
1. Sengketa sehubungan dengan fungsi dari organisasi atau peran suatu negara
anggota sebagai elemen yang penting dalam organisasi.
2. Sengketa yang tidak langsung berhubungan dengan tugas dari organisasi. alaupun
untuk sengketa kedua ini tidak secara langsung berhubungan dengan fungsi organisasi
internasional.
Sedangkan sengketa jenis pertama langsung berhubungan dengan organisasi
internasional dan keputusan tentang sengketa tersebut sangat penting bagi pertumbuhan
hukum organisasi internasional. Dalam bidang hukum organisasi internasional keputusan
organ yuridis ini mempunyai tugas :
a. Sebagai pengawas dari sahnya keputusan.
b. Sebagai pengawas untuk kewenangan administratif anggota staf organisasi
internasional,
c. Penafsiran dari peraturan-peraturan organisasi internasional untuk mencapai
adanya kesamaan penerapan peraturan tersebut dalam pengadilan nasional negara
anggota,
d. Menentukan hukum perdata (private law) di mana tidak ada satu pun hukum
nasional yang dapat diterapkan.

Sebagai Pengawas dari Sahnya Keputusan


Pengawasan terhadap sahnya keputusan suatu organisasi internasional adalah
penting, mengingat pengawasan ini untuk mengetahui apakah persyaratan yang telah
21

ditentukan telah berfungsi. Kewenangan dari suatu organisasi internasional telah


ditentukan dalam anggaran dasarnya. Keputusan dibuat untuk masalah-masalah tertentu
yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Negara anggota suatu organisasi
internasional berkehendak menyerahkan sebagian kewenangannya pada organisasi
internasional dengan jaminan bahwa kewenangan tersebut tidak akan dilanggar.
Pengawasan secara yuridis dapat melindunginya.
Kepentingan adanya pengawasan yuridis dirasakan perlu jika organisasi
internasional itu dapat memberi keputusan yang mengikat dengan suara terbanyak
(mayority vote). Kebanyakan organisasi internasional mengambil keputusan dengan suara
terbanyak dalam kaitan dengan masalah anggaran belanja yang harus dibayar oleh
negara anggota.

Pengawasan terhadap Kewenangan Administratif Staf Organisasi


Beberapa keputusan hukum dimungkinkan apabila ada sengketa antara organisasi
dengan staf yang bekerja pada organisasi tersebut. Dalam praktiknya sengketa antara
staf dan organisasi yang sampai diputus dengan keputusan hukum sangat sedikit.
Beberapa organisasi internasional tidak merasa perlu untuk mempunyai sendiri
pengadilan administrasi untuk stafnya. Banyak organisasi internasional yang memakai
pengadilan administrasi dari organisasi internasional yang lain. Hal ini dimungkinkan
karena hubungan antara organisasi internasional dan stafnya hampir sama.

Penerapan dari Penafsiran Peraturan-Peraturan Organisasi Internasional itu


untuk Persamaan Penerapan dalam Hukum Nasional Masing-Masing Negara
Anggota
Peraturan organisasi internasional perlu diterapkan dalam sistem hukum nasional
dari negara anggota. Biasanya peraturan tersebut dirumuskan dalam konvensi dan
memerlukan ratifikasi yang terpisah dari negara anggotanya; dalam beberapa hal meliputi
juga peraturan yang mengikat dari organisasi internasional.
Tujuan dari peraturan tersebut adalah perlu ada ketentuan yang sama untuk
mencapai tujuan organisasi. Dalam usaha untuk menetapkan adanya uniform untuk
peraturan hukum, peraturan tertulis saja belum cukup. Perlu adanya persamaan
22

penafsiran dari negara anggota. Untuk uniform penafsiran suatu Mahkamah Internasional
dibutuhkan.

Penerapan Hukum Perdata


Suatu organisasi internasional perlu membeli barang-barang yang diperlukan untuk
keperluan kantornya, menyewa ruangan untuk kantor ataupun untuk mengadakan
konferensi, membeli dan menjual buku atau dokumen. Aktivitas tersebut dapat menim-
bulkan sengketa hukum. Dalam hal ini maka akan diterapkan hukum perdata
internasional. Secara umum biasanya akan berlaku hukum yang ditentukan dalam kontrak
atau hukum di mana barang tak bergerak itu berada, Sehingga akan timbul masalah
yurisdiksi. Organisasi internasional dapat berperkara di depan pengadilan nasional
dengan melepaskan kekebalannya. Jika organisasi internasional tidak menghendaki untuk
berperkara di depan pengadilan nasional maka dalam kontrak akan dimasukkan klausul
arbitrasi.

Komite Hak-Hak Asasi Manusia


Komite Hak-Hak Asasi Manusia ini dibentuk berdasarkan Konvensi Internasional
tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Politica/ Rights)
Pasal 28 Covenant. Komite Hak-Hak Asasi Manusia berdasarkan Pasal 40 Covenant
menerima laporan dari negara peserta konvensi tentang pelaksanaan konvensi di
negaranya. Di samping itu berdasarkan Pasal 41 Covenant maka Komite juga berhak
menerima dan mempertimbangkan komunikasi antarnegara, pihak-pihak yang
mengajukan pengaduan bahwa pihak lain atau negara lain tidak melaksanakan kewajiban
yang ditentukan dalam konvensi, di mana negara yang bersangkutan telah menerima
kewenangan dan Komite Hak-Hak Asasi Manusia (Pasal 41 Covenant).
Individu juga dapat mengajukan komunikasi secara tertulis dengan Komite Hak-
Hak Asasi Manusia bila ada pelanggaran atas hak-haknya yang dijamin dalam konvensi,
tetapi hanya jika negaranya adalah peserta protokol tambahan konvensi (optional protocol
to the covenant.

Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court-ICC)


23

PBB sejak tahun 1950 telah memikirkan untuk membentuk Mahkamah Pidana
Internasional dengan membentuk Committee on International Criminal Jurisdiction dengan
tugas untuk membentuk anggaran dasar Mahkamah Pidana Internasional. Akhirnya
konferensi diadakan di Roma (Italia) pada tanggal 15-17 Juli 1998. Pada tanggal 17 Juli
1998 konferensi berhasil untuk mengesahkan Statuta "Optional Protocol to The
International Covenant on Civil and Political Rights, GA Resolution 2200(XXI), Pasal 1
Mahkamah Pidana Internasional (Statute of International Cri- rninal Court). Mahkamah
Peradilan Internasional ini mempunyai kewenangan untuk mengadili individu (Pasal 1 jo
Pasal 25(1) Statuta ICC).
Adapun kejahatan yang merupakan kewenangan dari ICC menurut Pasal 5 Statuta
adalah:
1. Kejahatan genoside (crime of genocide),
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity),
3. Kejahatan perang (war crimes),
4. Agresi (crime of aggression).
ICC berkedudukan di Den Haag (Belanda), namun sidang-sidangnya dapat
diadakan di negara lain sesuai dengan kebutuhan. Alat perlengkapan utama/organ yang
ada dalam ICC menurut Pasal 34 Statuta ICC adalah:
1. Presiden yang dibantu oleh dua wakil ketua;
2. Lembaga Pengadilan yang terdiri dari:
3. Forum Praperadilan (Pre-Trial Devision)
4. Peradilan Tingkat Pertama (Trial Devision)
5. Peradilan Tingkat Banding (Appeals Devision)
5. Penuntut Umum (Prosecutor) dan
6. Panitia Pendaftar (Registry).
Hakim dari ICC terdiri dari 18 hakim (Pasal 36(1) Statuta dan dapat ditambah
sesuai dengan kebutuhan (Pasal 36(2) Statuta.

Mahkamah Kriminal Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY)


Dewan Keamanan dengan Resolusinya No. 827 tahun 1993 pada tanggal 25 Mei
1993 yang kemudian diubah (amendment) tanggal 13 Mei 1998 telah membentuk ICTY.
Dewan Keamanan melaksanakan kewenangannya dalam pembentukan ICTY ini
24

berdasarkan Bab 7 Piagam PBB (Tindakan yang Berkaitan dengan Ancaman Terhadap
Pelanggaran Perdamaian dan Tindakan Agresi). ICTY dibentuk untuk dapat menuntut
orang yang bertanggung jawab terhadap tindakan yang melanggar hukum internasional
humaniter dalam kaitannya dengan wilayah bekas Yugoslavia sejak 1991 (Pasal 1 Statuta
ICTY. Berdasarkan Pasal 31 Statuta ICTY, ICTY berkedudukan di Den Haag. Tindakan
yang dianggap melanggar hukum internasional humaniter adalah: 1) Great breaches of
the Geneva Convention of 1949 (Pasal 2 Statuta ICTY). 2) Violations of the laws or
customs of war (Pasal 3 Statuta ICTY). 3) Genocide (Pasal 4 Statuta ICTY), 4. Crimes
against humanity (Pasal 5 Statuta ICTY).

Mahkamah Kriminal Internasional untuk Rwanda (ICTR)


ICTR dibentuk dengan Resolusi Dewan Keamanan No. 955 tanggal 8 November 1994.
ICTR berkedudukan di Arusha, Tanzania. Pasal 1 Statuta ICTR menentukan bahwa ICTR
berwenang untuk mengadili orang-orang yang dianggap bertanggung jawab atas
tindakan: a) Genocide (Pasal 2 Statuta), b) Crimes against humanity (Pasal 3 Statuta), c.
Violaiions of Article 3 Common of the Geneva Conventions (1949) and Additional Protocol
II. Yang dapat dituntut di depan ICTR adalah individu yang melakukan tindakan-tindakan
yang telah disebutkan di atas (Pasal 6 Statuta ICTR).Wilayah kewenngan ICTR adalah
wilayah Rwanda termasuk wilayah bawah tanah dan wilayah udara di atasnya, demikian
pula wilayah negara tetangganya dalam kaitannya dengan pelanggaran terhadap hukum
humaniter internasional. Masa kewenangan ICTR mulai tanggal 1 Januari 1994 sampai 31
Desember 1994 (Pasal 7 Statuta ICTR). Alat perlengkapan/organ ICTR adalah 1.
Chambers,2. Penuntut Umum dan 3.Panitera (Pasal 10 Statuta ICTR).

Komisi Hak-Hak Asasi Amerika


Organisasi Negara-Negara Amerika (Organization of American States- O AS),
tahun 1960 memutuskan untuk membentuk Komisi Inter Amerika untuk Hak-Hak Asasi
Manusia (Inter-American Commission on Human Rights) yang selanjutnya kita sebut
Komisi Hak-Hak Asasi Manusia Inter-Amerika. Komisi ini merupakan badan otonomi dari
OAS. Komisi ini sebagai badan penasihat yang dapat memberikan rekomendasinya pada
OAS tentang masalah hak-hak asasi manusia juga kepada negara anggotanya. Juga
mempunyai tugas hampir sama dengan Komisi Hak-Hak Asasi Manusia Eropa, serta
25

dapat melayani klaim yang diajukan oleh individu. Para pihak mengharapkan
penyelesaian sengketa dengan penyelesaian yang didasarkan pada kekeluargaan
(friendly settlement). Jika penyelesaian tidak dapaf terselesaikan, Komisi akan membuat
laporan, dan akan disampaikan kepada negara terkait, tetapi tidak dipublikasikan. Kasus
tersebut dapat dibawa ke Pengadilan Inter-Amerika untuk Hak-Hak Asasi Manusia (Inter-
American Court of Human Rights) baik oleh Komisi ataupun oleh negara yang terkait, jika
negara tersebut telah menerima yurisdiksi pengadilan. Pengadilan Inter-Amerika untuk
Hak-Hak Asasi Manusia didirikan berdasarkan Konvensi Negara- Negara Amerika untuk
Hak-Hak Asasi Manusia (American Convention of Human Rights) tahun 1969 yang
berlaku tahun 1979. Hanya negara peserta Konvensi dan Komisi yang mempunyai hak
untuk mengajukan kasusnya ke Pengadilan ini, mereka hanya bisa mengajukannya
setelah acara (proceedings) Komisi berakhir. Negara peserta Konvensi yang dapat
mengajukan kasusnya di depan Pengadilan hanya bila mereka telah menerima yurisdiksi
Pengadilan.

Pengadilan Benelux (Belgium, Netherlands and Luxemburg)


Negara-Negara Belgia, Netherland dan Luxemburg (Benelux) pada tanggal 31
Maret 1965 telah mendirikan Pengadilan Benelux (Benelux Court of Justice) yang
mempunyai kewenangan untuk penafsiran hukum umum (common rules of law).
Kedudukan Pengadilan dan Sekretariatnya di Brussels. Suatu kamar dalam Pengadilan
telah dibentuk untuk yurisdiksi administrasi sehubungan dangan staf Benelux.

Pengadilan Negara-Negara Amerika Tengah (Central American Court of


Justice)
Pengadilan Negara-Negara Amerika Tengah Merupakan pengadilan yang didirikan
oleh Organisasi Negara-Negara .Amerika Tengah (Organization of Central American
States- ODECA). Tujuan didirikannya adalah:
1. Atas permintaan pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa di antara
anggota ODECA.
2. Atas kehendak kongres atau dewan (board) pengadilan boleh memberikan
pendapatnya atas proyek untuk unifikasi hukum di Amerika Tengah (Pasal 15 Anggaran
26

Dasar ODECA). Pengadilan ini terdiri dari presiden dan penguasa hukum (judicial powers)
dari tiap-tiap negara anggotanya (Pasal 14 AD ODECA).

Mahkamah Pasaran Bersama dari Masyarakat Afrika Timur (Common Market


Tribunal of the East African Community)
Perjanjian untuk Kerjasama Masyarakat Afrika Timur (East African Co-operation)
mendirikan Mahkamah untuk Pasaran Bersama (Common Market Tribunal). Tujuannya
adalah untuk menjamin bahwa hukum dan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian,
penafsiran dan penerapannya sebagaimana diperlukan untuk kepentingan pasaran
bersama. Suatu negara anggota dapat menyerahkan perkaranya kepada Mahkamah
Bersama dalam hal:
a. Jika Dewan tidak menyelesaikan pernyataan yang diserahkan kepadanya dalam
waktu satu bulan.
b. Jika record Dewan menyatakan hal itu tidak mungkin disetujui.
c. Jika Dewan telah memutuskan untuk kebijaksanaan yang mengikat terhadap
negara yang bersangkutan tetapi tidak diindahkan oleh negara tersebut.

Mahkamah Banding Afrika Timur


Sebelum Masyarakat Afnka Timur memutuskan untuk membentuk Mahkamah
Banding Afrika Timur ini, Mahkamah ini telah tergabung dengan Perjanjian Keijasama
Afrika Timur. Mahkamah mempunyai kewenangan untuk mendengar dan memberi
keputusan banding dari pengadilan nasional masing-masing anggota di mana hukum
nasional telah dipakai sebagai landasan keputusan.

Mahkamah Administrasi Staf (Staf Administrative Tribunals)

Mahkamah Administrasi PBB (The UN Adminitrative Tribunals- UNAT)


Mahkamah Administrasi PBB ditetapkan pada tanggal 24 November 1949.
Kewenangan dari Mahkamah Administrasi PBB itu untuk semua personel PBB dan dua
Badan Khusus PBB (ICAO dan IMCO) UNAT dibentuk oleh Majelis Umum PBB dengan
Resolusi Majelis Umum No. 351(IV). Menurut nasihat hukum (advisory opiniori) tanggal 13
27

Juli 1954 ICJ berpendapat bahwa UNAT bukan di bawah (subordinate) Majelis Umum
walaupun dibentuk oleh Majelis Umum.

Mahkamah ILO (The ILO Tribunal)


LBB telah membentuk Mahkamah Administrasi pada tanggal 27 September 1927,
Mahkamah ini juga mempunyai kewenangan untuk masalah-masalah yang diajukan oleh
staf ILO. Setelah LBB bubar Mahkamah ini tetap dipertahankan dengan beberapa
perubahan sebagai Mahkamah Administrasi ILO. Mahkamah ini kewenangannya
diperluas meliputi staf dari beberapa organisasi lain di bawah PBB (FAO, WHO,
UNESCO, WMO, UPU, ITU, IAEA), juga organisasi lain di luar PBB seperti Europeon
Orgcmization for Nuclear Research (CERN). Mahkamah ILO mempunyai kewenangan
untuk menyelesaikan sengketa antara organisasi dan stafnya atas inisiatif anggota staf.

Mahkamah Administrasi Regional


Banyak organisasi regional yang membentuk Mahkamah untuk memutus sengketa
dengan stafnya. Sebagai contoh dalam rangka Organization for Economie Coopération
and Development (OECD) membentuk Appeals Board. North Atlantic Charter
Organization (NATO) membentuk Komisi Banding (Appeals Commission). Di Masyarakat
Afrika Timur (EastAfrican Comrmmity) membentuk East Africati Industrial Court yang
mempunyai kewenangan sebagai Mahkamah Administrasi.

Arbitrasi (Arbitration)
Beberapa organisasi internasional lebih senang menyelesaikan sengketa dengan
mendirikan Mahkamah Arbitrasi (Arbitration Tribunals). Beberapa anggaran dasar
organisasi internasional menentukan aturan tentang pembentukan Mahkamah Arbitrasi.
Beberapa organisasi internasional mendirikan Mahkamah Arbitrasi tidak permanen untuk
menyelesaikan sengketa-sengketa khusus. Salah satunya adalah: Permanen Court of
Arbitration (PCA) berkedudukan sama dengan ICJ Peace Palace Den Haag.

ICSID (The International Centre for Settlement of Investment Dispute)


ICSID dibentuk tahun 1965 oleh Bank Dunia International Bank Reconstruction
andDevelopment (IBRD). ICSID didirikan untuk menyelesaikan masalah sengketa
28

investasi antara negara anggota Bank Dunia dan negara anggota lainnya dengan cara
konsiliasi dan perwasitan. ICSID mempunyai dua panel, yaitu panel untuk konsiliator dan
panel untuk wasit. Masing-masing negara anggota yang berselisih tentang investasi boleh
memilih konsiliator atau wasit dari tiap-tiap panel untuk menyelesaikan sengketanya.

The European Convention for the Peacefiil Settlement of Disputes


Dewan Eropa menyiapkan konvensi untuk menyelesaikan sengketa dengan
perwasitan. Mahkamah ini tidak mempunyai kewenangan yang menurut hukum
internasional merupakan wewenang nasional (domestic jurisdiction) suatu negara, juga
masalah internasional yang telah diajukan ke ICJ.

Panel untuk Komplain (Panel on Complaints)


General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) telah menetapkan suatu "Panel
on Complaints" untuk mendiskusikan sengketa antara para anggota. Panel ini tidak terdiri
dari para lawyers, para pihak dalam sengketa pun tidak berpartisipasi dalam keputusan
terakhirnya, meskipun para pihak berpartisipasi dalam proses persiapan. Keputusan
dikirim ke alat perlengkapan utama/organ utama untuk diambil keputusan.
Jadi bila ada sengketa antara anggota GATT, negara yang dirugikan berdasarkan
Pasal 22 GATT maka negara tersebut dapat melakukan konsultasi dengan negara yang
merugikannya. Jika cara ini tidak berhasil mendapatkan konsultasi, maka dapat meminta
konsultasi di hadapan satu atau beberapa negara anggota GATT untuk menyelesaikan
masalah tersebut. GATT juga mengatur penyelesaian sengketa yang didasarkan pada
Pasal 23 mengenai peniadaan atau pengurangan (nullification or impairment).

Proses pengambilan keputusan organisasi internasional


Proses pengambilan keputusan suatu organisasi internasional merupakan masalah
penting bagi suatu organisasi internasional. Dengan mengetahui proses pengambilan
keputusan dari suatu organ/alat perlengkapan dari suatu organisasi internasional maka
kita akan mengetahui apa yang dikehendaki oleh negara anggota organisasi internasional
tersebut.
Kewenangan untuk mengambil keputusan dari suatu organisasi internasional
ditentukan dalam anggaran dasarnya. Tidak ada keputusan yang dapat diambil di luar
29

kewenangan yang ditentukan dalam anggaran dasar.Kadang suatu organ khusus


mempunyai wewenang untuk mengadakan interpretasi tersebut. Alat perlengkapan/organ
pembuat kebijaksanaan biasanya dimungkinkan untuk mengadakan interpretasi tentang
masalah hukum dari suatu organisasi internasional mengenai pertanyaan tentang tugas
dan aktivitas yang melibatkan organisasi internasional tersebut.

Inisiatif
Keputusan dari suatu organisasi internasional dimulai dari adanya inisiatif. Inisiatif
mungkin berasal dari:
a. Pemerintah negara anggota, organisasi internasional lainnya,
b. Alat perlengkapan/organ lain dari organisasi internasional itu sendiri, atau
c. Kelompok yang berkepentingan (interest-groups) dan
d. Individu.

Pemerintah Suatu Negara Anggota


Merupakan inisiator yang penting untuk keputusan organisasi internasional. Pada
umumnya dalam suatu organisasi internasional pemerintah negara anggota mempunyai
hak untuk bertindak sebagai inisiator (kecuali di European Communities) di mana Komisi
(Commission) yang mempunyai hak eksklusif untuk inisiatif dalam hampir semua
permasalahan. Pembatasan terhadap hak inisiatif pemerintah negara anggota merupakan
kewenangan dari organisasi internasional itu sendiri. Inisiatif hanya dapat diajukan
sehubungan dengan keputusan organisasi internasional yang menjadi wewenangnya

Inisiatif dari Alat Perlengkapan/Organ Lain dari Organisasi Internasional


Alat perlengkapan/organ lain mempunyai kewenangan untuk mengemukakan
inisiatif untuk suatu keputusan, kewenangan tersebut sehubungan dengan fungsinya
dalam organisasi. Sebagai contoh misalnya dalam sistem PBB Sekretaris Jenderal PBB
dapat mengajukan suatusistem dalam agenda sidang alat perlengkapan/organ utama
PBB (Pasal 98 Piagam PBB.
30

Inisiatif dari organisasi internasional lain


Beberapa organisasi internasional berinisiatif untuk suatu keputusan dapat berasal
dari organisasi internasional lainnya. Sebagai contoh dalam sistem PBB, hubungan
dengan Badan Khusus PBB dan PBB, dalam perjanjian antara PBB dan Badan Khusus
maka ada kemungkinan masing-masing dapat mengusulkan inisiatif suatu agenda untuk
pengambilan keputusan.

Inisiatif dari Grup yang Berkepentingan (Interest Group)


Grup yang berkepentingan mempunyai hak untuk mengemukakan inisiatif untuk
pengambilan keputusan. Misalnya di Organisasi Telekomunikasi Internasional (ITU), grup
yang berkepentingan memainkan peranan penting dalam bidang pengambilan keputusan.
Perusahaan telegram swasta berpartisipasi penuh dalam komisi penasihat ITU. Juga
dalam grup yang berkepentingan sering tidak mempunyai hak formal untuk mengajukan
inisiatif, tetapi melalui tindakan dengan tekanan-tekanan tertentu mempengaruhi untuk
mendorong pengambilan keputusan, ini yang disebut dengan pressure groups.

Inisiatif Datang dari Individu


Individu sangat sering mempengaruhi pembentukan suatu organisasi internasional.
Pengaruh individu pada suatu organisasi internasional dapat dilakukan secara tidak
langsung. Jika seorang individu ingin mempengaruhi pembuatan suatu keputusan dalam
suatu organisasi internasional dapat dilakukan dengan mengadakan pendekatan pada
suatu organ/alat perlengkapan organisasi internasional yang berhak membuat keputusan,
melalui pemerintah nasional, organisasi internasional privat yang bergerak dalam bidang
yang diusulkan. Dalam hal tertentu sering dilakukan melalui wibawa dari seseorang yang
mempunyai pengaruh besar yang dapat mempengaruhi suatu organisasi internasional
publik untuk mengambil suatu tindakan.

Rumusan Teks Keputusan (Drafting the Text)


Suatu rancangan keputusan biasanya telah dipersiapkan dengan baik sebelum
diusulkan. Sebelumnya harus sudah diketahui apakah usulan ini akan mendapat
dukungan dari anggota, oleh sebab itu maka sebelumnya akan diadakan konsultasi baik
dengan anggota delegasi ataupun dengan pemerintah negara anggota. Delegasi suatu
31

negara anggota yang mempunyai inisiatif untuk mengusulkan suatu keputusan biasanya
akan mengajukan rincian dari usulannya untuk didiskusikan.

Diskusi Suatu Usulan (Proposals)


Dalam pengambilan suatu keputusan maka anggota organisasi internasional harus
mengetahui usulan keputusan sebelum sidang untuk menetapkan keputusan. Kadang-
kadang usulan yang penting diedarkan dulu pada anggota organisasi sebelum sidang
dimulai.
Di Majelis Umum suatu usulan yang dimasukkan dalam agenda sidang harus
diajukan paling lambat tiga puluh hari sebelum sidang Majelis Umum dibuka, kemudian
diedarkan pada anggota PBB dua puluh hari sebelum sidang dibuka (Pasal 14 Rules
Procedur Majelis Umum PBB). Untuk usulan yang khusus, perubahan akan disampaikan
secara tertulis pada Sekjen PBB dan akan diedarkan pada anggota tidak kurang dari satu
hari sebelum sidang untuk membicarakan masalah tersebut dibuka (Pasal 78 Rules
Procedures Majelis Umum PBB). Sedangkan suatu usulan tentang perubahan suatu
pembiayaan yang telah berjalan, harus disampaikan kepada anggota sekurang-kurangnya
sembilan puluh hari sebelum sidang dibuka (Pasal 24 Rules Procedure Majelis Umum
PBB).

Pengambilan Keputusan (Voting)


Pada sebagian besar organisasi internasional, maka negara anggota mempunyai
suara yang sama (equality of the voting). Pada beberapa alat perlengkapan/organ utama
suatu organisasi internasional keputusannya akan diambil dengan suara bulat semua
negara anggota (unanimity). Pengambilan keputusan berdasarkan suara bulat dari semua
negara anggota ini mempunyai kebaikan yaitu pelaksanaan keputusan tersebut akan
didukung oleh semua anggota. Namun di sisi lain akan sukar mencapai kesepakatan bulat
dari semua anggota, lebih-lebih dalam suatu organisasi internasional dengan jumlah
anggota yang besar. Pada perkembangan yang baru ini maka suatu keputusan organisasi
internasional sudah tidak didasarkan pada suara bulat atau suara mayoritas, tetapi
didasarkan pada konsensus (kesepakatan).

Kekuatan Pemungutan Suara (Voting Power)


32

Kekuatan Pemungutan Suara yang Setara (Equality of Voting Power)


Di atas telah dikemukakan bahwa sebagian besar organisasi internasional
mendasarkan keputusannya berdasarkan pada pemungutan suara mayoritas dan
didasarkan pada persamaan suara bagi semua anggota. Namun demikian dalam
beberapa hal ada kemungkinan suatu organisasi internasional mendasarkan kekuatan
suara pada subjek tertentu. Sebagai contoh di IMF hanya peserta Special Drawing
Account yang dapat memberikan suara untuk suatu masalah sehubungan dengan Special
Drawing Account tersebut.

Kekuatan Pemungutan Suara yang Tidak Setara (Inequality of Voting Power)


Masalah ketidaksetaraan kekuatan suara mempengaruhi keputusan yang diambil,
ini dapat dilakukan dengan beberapa cara:
.a. Kedudukan tetap & bobot suara (permanent seats and weighted
representation),
b. Bobot suara (weighted voting),
c. Veto,
d. Suara Mayoritas,
e. Konsensus,
f. Cara-cara pemungutan suara.

Kedudukan Tetap dan Bobot Suara


Pengaruh dari negara-negara tertentu dalam mempengaruhi keputusan dari suatu
organisasi internasional dengan memperluas keanggotaan, mengirimkan lebih banyak
perwakilan pada organisasi internasional tersebut dengan memberikan hak suara penuh
atau dengan mengajukan keanggotaan tetap pada badan-badan dari organisasi
internasional tersebut

Bobot Suara
Bobot suara dapat didasarkan pada: (i) keinginan (desirability), (ii) sistem yang ada
(existing systems).
Suara Mayoritas
33

Keputusan suara dengan suara mayoritas dibedakan antara: mayoritas biasa


(simple mayority), mayoritas bersyarat (required mayor i (y), mayoritas relatif (relative
mayority), mayoritas absolut (absolute mayority).

Mayoritas Biasa, Mayoritas biasa terdiri lebih dari separo suara.

Mayoritas Bersyarat, Jika pemungutan suara menghendaki mayoritas bersyarat,


maka akan ditentukan misalnya dua per tiga suara atau tiga per empat suara atau tiga per
lima suara

Mayoritas Relatif (Relative Mayority)


Dalam memilih antara dua pilihan maka hal ini akan sama dengan mayoritas
sederhana, tetapi dalam hal pilihan lebih dari tiga alternatif, misalnya satu usul menerima
40%, yang lain menerima 35%, lainnya lagi menerima 25% maka akan ditentukan yang
menerima 40%. Dari contoh ini maka dengan mayoritas relatif akan dipilih yang 40%,
berarti ini lebih kecil dari mayoritas biasa.

Mayoritas Absolut (Absolute Mayority)


Beberapa penulis hukum internasional dan beberapa organisasi internasional tidak
membedakan antara mayoritas biasa dan mayoritas mutlak. Mereka bahkan
mengidentifikasikan istilah tersebut sama dengan pemungutan suara yang multipel
(imultiple voting). Di PBB dibedakan antara mayoritas biasa dan mayoritas absolut yang
tidak didasarkan pada mayoritas suara yang diberikan tetapi didasarkan pada yang ikut
memberikan suaranya. Di Majelis Umum keputusan Majelis Umum dibedakan antara
masalah penting Pasal 18 ayat 2 . dan masalah-masalah lainnya 18 ayat 3

Konsensus
Dengan perkembangan masyarakat internasional yang semakin heterogen dan
terjadi ketergantungan satu sama lain ditambah dengan adanya globalisasi maka dalam
suatu organisasi internasional makin sulit mengambil suatu keputusan dengan suara bulat
ataupun suara mayoritas, setidak-tidaknya dalam suatu konferensi internasional dengan
sifat partisipasi yang sangat luas dan heterogen.
34

Negara sering memiliki kepentingan yang berbeda-beda, akibatnya sering usulan


yang dilemparkan begitu saja sulit untuk mendapatkan kebulatan suara atau suara
mayoritas. Untuk mengatasi masalah tersebut sering usulan yang akan dilempar oleh
suatu negara akan diadakan negosiasi terus-menerus dengan negara anggota lainnya
untuk mendapat dukungan agar usulan tersebut dapat diterima. Hal ini mendorong
diadakannya konsensus.

Cara-Cara Pemungutan Suara


Cara-cara pemungutan suara, dibedakan antara pemungutan suara secara terbuka
(simultaneous open), dengan pemanggilan menurut daftar" (rol/ and cali atau recording
voting), pemilihan rahasia (secret voting), pemungutan suara dengan surat (voting by
correspondence).

Pemungutan Suara secara Terbuka


Hal yang sangat biasa dalam pemungutan suara adalah pemungutan suara secara
terbuka, terutama dalam sidang-sidang yang dihadiri oleh banyak negara. Caranya adalah
dengan menunjukkan tangan, duduk atau berdiri atau dengan menunjukkan plat nama
delegasi.

Pemungutan Suara dengan Panggilan Menurut Daftar (Roll-Call Vote)


Daftar ini disusun menurut abjad (alphabetical) Inggris dari daftar nama-nama
negara anggota, dimulai dengan negara yang telah menang diundi oleh Presiden Majelis
Umum sebagai negara pertama yang akan dipanggil, setelah itu disusul oleh nama
lainnya menunit daftar urutan berikutnya. Nama dari setiap anggota yang dipanggil akan
menjawab dengan yes, no, atau abstention. Hasil dari pemungutan suara akan di-record
sesuai dengan nama negara anggota berdasarkan abjad bahasa Inggris (Pasal 87 (a)
Rules Procedures Majelis Umum).

Pemungutan Suara dengan Pemilihan Rahasia (Secret Vote)


Pada umumnya organisasi internasional hanya memakai pemilihan rahasia dalam
pemungutan suara untuk memilih personel. Demi kepentingan pihak yang akan dipilih
35

maka pemilihan ini biasanya tidak di -record tentang siapa yang setuju dan siapa yang
tidak setuju.

Pemungutan Suara dengan Surat


Banyak organisasi internasional yang menyelenggarakan pemungutan suara ketika
tidak bersidang (not in session). Hal ini dilakukan bila ada permasalahan penting yang
segera meminta keputusan organisasi dan tidak dapat menunggu sampai sidang
berikutnya. Keputusan dengan surat ada pembatasan-pembatasannya, misalnya di
Council of Ettropenn Communities tidak dapat dilakukan pemungutan suara dengan surat,
jika ada anggota yang keberatan. Prosedur pemungutan suara dengan surat secara detail
dapat ditemukan di World Meteorological Organization (WMO) (General Regnlation 64-67,
Basic Document WMO, 1975 adalah merupakan tanggung jawab presiden dari alat
perlengkapan/organ yang bersangkutan untuk menetapkan apakah suatu pemungutan
suara akan dilakukan dengan surat

Pembiayaan Organisasi Internasional (Budget)


Pembiayaan suatu organisasi internasional secara normal meliputi biaya
administrasi untuk pembiayaan aktivitas organisasi internasional (gaji para pegawai,
percetakan, biaya konferensi dan lain-lain) dan biaya untuk aktivitas yang harus
dikerjakan sebagai hasil keputusan politik organisasi. Sedangkan menurut Schermers
pengeluaran dari suatu organisasi internasional dibedakan dalam dua hal :
1. pembiayaan sehubungan dengan instrumen (PBB menggunakan dengan
istilah object of expenditure), dan
2. bidang aktivitas.
Yang dimaksudkan dengan pembiayaan sehubungan dengan instrumen adalah
pembiayaan yang dipakai oleh organisasi internasional untuk melaksanakan tugasnya,
seperti biaya untuk gaji staf, biaya untuk konferensi, biaya untuk peralatan dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan bidang aktivitas, ini dibedakan antara bidang-
bidang yang harus dilaksanakan oleh suatu organisasi, misalnya bantuan teknis (technical
assistance), pembangunan sosial (social development), industri (industrialization). Ini
tergantung pada tugas- tugas organisasi.
36

Landasan Hukum suatu organisasi Internasional


Setiap organisasi internasional mempunyai aturan-aturan yang merupakan
hukumnya sendiri. Bagaimana suatu organisasi internasional memperlakukan hukumnya
tergantung pada organisasi internasional itu sendiri. Sebagai contoh Uni Eropa hukumnya
dapat mempunyai dampak langsung pada hukum nasional negara anggotanya.
Dapat dipastikan suatu organisasi internasional mempunyai anggaran dasar
sebagai landasan bekerjanya organisasi internasional tersebut. Untuk perkembangan
hukum selanjutnya dari organisasi internasional tersebut tergantung pada keputusan yang
dibuat alat perlengkapan/organ dari organisasi internasional. Kewenangan dari suatu alat
perlengkapan/organ untuk membuat keputusan ditetapkan dalam anggaran dasarnya.

Anggaran Dasar Suatu Organisasi Internasional


Perjanjian internasional yang dibuat antara negara-negara untuk membuat suatu
organisasi internasional biasanya disebut anggaran dasar organisasi internasional. PBB
misalnya menyebutnya dengan Charter (Piagam), Mahkamah Internasional, Council
Eropa menyebutnya dengan Statute (Statuta), LBB menyebutnya dengan Covenant
(Kovenen), ILO, UNESCO, WHO, FAO menyebutnya dengan Constitution (Konstitusi),
ICAO, IMO menyebutnya dengan Convention. IMF, IBRD menyebutnya dengan Articles of
Agreement.
Anggaran dasar suatu organisasi internasional itu tidak selalu berbentuk suatu
dokumen hukum yang tersendiri. Sebagai contoh anggaran dasar ICAO adalah bagian
dari Chicago Convention on International Civil Aviation. Konvenen LBB dan anggaran
dasar ILO aslinya adalah bagian dari perjanjian perdamaian tahun 1919 (peace treaties).
Anggaran dasar organisasi internasional pada umumnya adalah suatu perjanjian
multilateral

Membentuk Suatu Badan Hukum


Tidak seperti perjanjian internasional pada umumnya, anggaran dasar suatu
organisasi internasional tidak hanya mengatur masalah hak dan kewajiban negara pihak,
tetapi yang penting anggaran dasar ini membentuk subjek hukum internasional baru.
Sebagai subjek hukum internasional, organisasi internasional mempunyai alat
perlengkapan/organ sendiri serta mengambil sendiri bagian dalam hubungan
37

internasional. Bahkan organisasi internasional dapat menjadi pihak dalam suatu perjanjian
internasional. Tujuan dari anggaran dasar organisasi internasional adalah menentukan
struktur dan aturan dari fungsi suatu organisasi internasional.

Pembatasan untuk Reservasi


Walaupun pada perjanjian multilateral reservasi adalah hal yang diperbolehkan,
tetapi untuk suatu anggaran dasar suatu organisasi internasional reservasi tidak
dikehendaki. Hal ini disebabkan karena negara anggota suatu organisasi internasional
tidak hanya bekerja sama dengan anggota yang lain untuk berpartisipasi dalam suatu
organisasi internasional, tetapi negara anggotanya bersama-sama memutuskan masalah-
masalah penting. Oleh karenanya maka negara-negara anggota membutuhkan aturan
yang sarna yang mengikat mereka untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi. Di
samping itu suatu anggaran dasar bila diperlukan untuk disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi internasional dapat diadakan perubahan.

Pembaruan Secara Diam-Diam


Suatu organisasi internasional harus dapat beradaptasi dengan perubahan yang
ada dalam masyarakat. Organisasi internasional mempunyai alat perlengkapan/organ
yang diberi wewenang untuk mengadakan perubahan anggaran dasar bila itu diperlukan
Anggaran dasar suatu organisasi internasional biasanya telah menentukan bagaimana
suatu anggaran dasar itu diubah.
Dibutuhkan ratifikasi dari para anggota untuk amandemen suatu anggaran dasar
sebelum amandemen itu berlaku didasarkan pada perlunya ada kesepakatan (concent)
dari para anggota Prinsip kesepakatan (concent principle) berbeda dengan prinsip
legislatif (legislative principle).

Prinsip Kesepakatan (Concent Principle)


Kebutuhan akan adanya kesepakatan dari para anggota untuk berlakunya suatu
amandemen dari suatu anggaran dasar merupakan prinsip yang telah lama dianut oleh
masyarakat internasional. Sebagai contoh pada LBB dalam Pasal 26(1) Kovenen LBB,
menurut ketentuan Pasal 94(a) Konvensi ICAO maka tahap pertama, amandemen itu
harus disetujui dua per tiga suara di Assembly. Tahap kedua, untuk dapat berlaku harus
38

diratifikasi oleh tidak kurang dari dua per tiga anggota Assembly dan hanya in respect of
states yang meratifikasi amandemen tersebut.

Prinsip Legislatif (The Legislative Principles)


Dalam prinsip legislatif ini maka diperlukan suara mayoritas untuk menentukan
amandemen yang akan mengikat anggota yang tidak setuju (minoritas). Prinsip ini dianut
dalam Pasal 108 Piagam PBB , yaitu suatu amandemen disetujui dua per tiga anggota
Majelis Umum dan diratifikasi oleh dua per tiga anggota PBB termasuk semua anggota
tetap Dewan Keamanan, amandemen lalu berlaku untuk semua anggota.

Kombinasi Antara Kedua Prinsip


Selain kedua prinsip di atas ada amandemen yang dibedakan antara amandemen
minor dan mayor, minor amandemen perubahannya cukup dengan prinsip legislatif
(legislative principle), sedangkan mayor amandemen perubahannya memerlukan
kesepakatan (concent principle). Sebagai contoh Pasal 20 Konstitusi FAO yang
membedakan antara perubahan yang menyangkut kewajiban-kewajiban baru bagi para
anggota dan perubahan-perubahan yang tidak menyangkut kewajiban baru bagi para
anggota. Bagi perubahan yang tidak menyangkut kewajiban para anggota harus disahkan
oleh dua per tiga anggota conference, sedangkan untuk perubahan yang menyangkut
kewajiban baru anggota diperlukan pengesahan dua per tiga anggota conference diikuti
oleh ratifikasi dua per tiga anggota dan berlaku untuk semua anggota yang meratifikasi.

Berlakunya Suatu Amandemen


Kapan berlakunya suatu amandemen ditentukan oleh anggaran dasar itu sendiri.
Biasanya amandemen untuk penambahan suatu alat perlengkapan/organ utama biasanya
berlaku efektif sehari setelah amandemen sah.

Penerimaan dan Penolakan Suatu Amandemen oleh Anggota


Ada kemungkinan suatu anggota menolak untuk amandemen, hal ini bisa terjadi
dalam amandemen dengan prinsip kesepakatan atau pada penerapan prinsip legislatif
39

tetapi anggota menolak untuk menerima kehendak mayoritas. Dalam hal ini ada
kemungkinan anggota yang menolak dapat mengundurkan diri.

Keputusan-keputusan organisasi internasional


Kegiatan organisasi internasional dapat meliputi kegiatan intern dan kegiatan
ekstern. Kegiatan intern organisasi internasional adalah hubungan organisasi
internasional dengan anggotanya sendiri. Dalam hal ini anggaran dasar suatu organisasi
internasional mengatur tentang fungsi dari suatu organisasi internasional. Dalam
melaksanakan fungsi yang ditentukan dalam anggaran dasar itu keputusan- keputusan
yang lebih rinci akan ditentukan oleh organisasi itu sendiri. Sebagai contoh ketika PBB
mengirimkan tentara perdamaian ke Cyprus, Timur Tengah, Kongo dan Lebanon, hal ini
membutuhkan adanya peraturan yang mengatur tentara ini yang pada dasarnya tidak
berbeda dengan aturan nasional tentang angkatan bersenjata.
Kegiatan ekstern suatu organisasi internasional dapat meliputi hubungan
organisasi internasional dengan organisasi internasional lainnya, atau hubungan antara
organisasi internasional tersebut dengan suatu negara. Hal itu dapat dilihat dari suatu
kebijaksanaan organisasi internasional itu sendiri. Namun demikian dalam hubungan
ekstern itu tetap harus selaras dengan apa yang ditentukan dalam anggaran dasarnya.
Dalam hubungan ekstern dibedakan antara: Rekomendasi, Deklarasi, Konvensi dan
Peraturan yang mengikat

Rekomendasi
Dalam suatu organisasi internasional sering dipakai untuk suatu usul dari alat
perlengkapan/organ suatu organisasi internasional yang tidak mengikat. Istilah lain yang
dipakai adalah pendapat (opinion) atau nasihat (advice) Dalam beberapa organisasi
internasional untuk rekomendasi sering dipakai dengan istilah resolusi (resolutiori).

Deklarasi (Declaration)
Suatu deklarasi akan dipergunakan untuk klarifikasi suatu keadaan/fakta yang ada
di mana dibutuhkan untuk suatu penerapan hukum. Sebagai contoh, suatu deklarasi
adanya keadaan yang mengganggu keamanan dan perdamaian internasional sehingga
dibutuhkan untuk penerapan Bab 7 Piagam PBB.
40

Konvensi (Convention)
Konvensi adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebutkan suatu perjanjian
internasional multilateral. Pada umumnya suatu perjanjian internasional dibentuk atas
kesepakatan perwakilan negara yang diberi wewenang untuk membuat perjanjian yang
akan mengikatkan negara peserta perjanjian internasional tersebut.

Peraturan yang Mengikat (Binding Rules)


Secara umum diterima bahwa suatu organisasi internasional tidak dapat membuat
keputusan yang mengikat secara eksternal, kecuali bila ketentuan dalam anggaran
dasarnya menentukan demikian.Pada organisasi internasional tertentu dapat mengambil
keputusan yang mengikat pemerintah negara anggotanya. Keputusan yang demikian
biasanya dapat meliputi semua bidang, tetapi adakalanya hanya untuk bidang-bidang
tertentu.

Kaitan Keputusan Organisasi Internasional dengan Hukum Internasional


Berdasarkan Pasal 53 Konvensi Wina tentang Perjanjian Internasional tahun 1969
dan Pasal 64. Perjanjian batal jika melanggar "peremptory norm". Ketentuan ini
menunjukkan bahwa ada ketentuan dalam Hukum Internasional yang harus didahulukan
dari ketentuan hukum lainnya. Ketentuan hukum internasional ini telah merupakan
bagian dari sistem hukum (legal order) dari organisasi internasional.

Kaitan Keputusan Organisasi Internasional dengan Asas-Asas Umum Hukum


(General Principies of Law)
Beberapa asas-asas umum hukum telah merupakan bagian dari hukum
internasional dan telah diakui sebagai "peremptory norm" dari hukum internasional (Pasal
53 dan 64 Konvensi Wina tentang Perjanjian Internasional). Di samping itu terdapat asas-
asas umum hukum yang dipratikkan sebagai tambahan dari sumber-sumber hukum yang
dipergunakan dalam organisasi internasional. Sebagai contoh, Mahkamah Internasional
(ICJ) dalam "Reparation for Injuries Case" telah membuat suatu asas-asas umum hukum
dalam keputusannya.
41

Kaitan Keputusan Organisasi Internasional dengan Hukum Kebiasaan


Internasional
Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional terikat pada hukum
kebiasaan internasional. Kebiasaan berkembang secara cepat di organisasi internasional,
hal ini disebabkan karena organisasi internasional dapat mengekspresikannya dalam
resolusi-resolusinya

Hubungan Eksternal
Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional mempunyai
kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan subjek hukum internasional lainnya.
Hubungan yang dilakukan oleh organisasi internasional itu dapat dilakukan antara
organisasi internasional dengan negara anggotanya. Hubungan ini disebut hubungan
intern Di samping itu organisasi internasional dapat mengadakan hubungan dengan
negara yang bukan anggota atau dengan organisasi internasional lainnya yaitu hubungan
eksternal.

Hubungan Eksternal Antara Organisasi Internasional dengan Negara


Nonanggota
Hubungan organisasi internasional dengan negara nonanggota, dapat dilakukan
dalam hal:
1. Negara nonanggota tersebut dapat berkedudukan sebagai observer dari sidang-
sidang yang dilakukan oleh organisasi internasional. Negara nonanggota sebagai
observer suatu organisasi internasional, disebabkan karena alasan politik tidak dapat
menjadi anggota organisasi internasional. Sebagai contoh, Swiss sebelum tahun 2002 ini
menjadi observer dari sidang PBB terutama dalam sidang kemanusiaan.
2. Pada organisasi internasional dalam bidang kerjasama teknis, seperti UPU dan
ITU, negara nonanggota juga sering menerapkan aturan-aturan teknis yang berlaku bagi
negara anggota organisasi tersebut.
3. Negara nonanggota sering mengadakan perjanjian bilateral dengan organisasi
internasional, sebagai contoh, PBB membuat perjanjian dengan Swiss tentang adanya
Gedung PBB yang berada di Swiss.
42

Hubungan Eksternal Antara Organisasi Internasional dengan Organisasi


Internasional Lainnya
Dalam kaitan hubungan antara organisasi internasional dengan organisasi
internasional lainnya kita akan melihat bagaimana hubungan dalam sistem PBB. Dalam
rangka PBB berdasarkan Pasal 57 Piagam PBB, organisasi internasional yang didirikan
berdasarkan perjanjian antara negara dan mempunyai tanggung jawab yang luas di
bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan maupun di bidang yang berkaitan
dengan itu, badan ini disebut Badan Khusus (Specialized Agencies) di tempatkan dalam
suatu hubungan dengan PBB sesuai dengan Pasal 63 Piagam PBB Sedangkan Pasal 63
Piagam PBB menentukan bahwa Dewan Ekonomi dan Sosial ikut serta dalam setiap
persetujuan dengan tiap-tiap Badan Khusus sebagaimana disebutkan dalam Pasal 57
Piagam PBB, dan persetujuan yang demikian harus mendapatkan persetujuan Majelis
Umum PBB.

Instrumen untuk Hubungan Eksternal


Instrumen yang dipakai organisasi internasional dalam hubungan eksternal adalah:
a. Peijanjian internasional,
b. Hubungan diplomatik,
c. Pengakuan terhadap subjek hukum internasional lainnya,
d. Alat perlengkapan/organ yang bertanggungjawab dalam hubungan
eksternal,
e. Klaim terhadap organisasi internasional,
f. Mengeluarkan paspor,
g. Penyimpanan (depository) dan pendaftaran untuk perjanjian internasional,
h. Registrasi kapal dan pesawat.

Perjanjian Internasional
Diadakan oleh organisasi internasional dengan subjek hukum internasional lainnya.
Dalam membicarakan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional telah
dibicarakan kemampuan organisasi internasional untuk mengadakan perjanjian
internasional.
43

Hubungan Diplomatik
Fungsi hubungan diplomatik antarnegara seperti yang ditentukan dalam Pasal 3
Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik tahun 1961 adalah:
1. Mewakili negara pengirim di dalam negara penerima.
2. Melindungi di dalam negara penerima, kepentingan-kepentingan negara pengirim
dan warga negaranya, dalam batas- batas yang diizinkan oleh hukum internasional.
3. Berunding dengan pemerintah negara penerima.
4. Mengetahui dengan cara-cara yang sah, keadaan dan perkembangan di dalam
negara penerima dan melaporkannya kepada negara pengirim.
5. Memajukan hubungan bersahabat antara negara pengirim dan negara penerima,
membangun hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmiah.

Beberapa fungsi diplomatik antara negara tadi tidak dapat dilaksanakan oleh
organisasi internasional. Kepentingan organisasi internasional lebih terbatas jika
dibandingkan dengan negara. Dalam hubungan diplomatik ini apakah organisasi
internasional dapat menerima delegasi negara anggota? Untuk menjawab pertanyaan ini
haruslah diingat bahwa organisasi internasional tidak mempunyai wilayah.

Pengakuan terhadap Subjek Hukum Internasional Lainnya


Organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional mempunyai hak
kebijaksanaan untuk mengakui atau tidak subjek hukum internasional lainnya. Organisasi
internasional juga dapat mengakui pemerintahan suatu negara sebagai pemerintahan
yang sah untuk mewakili negaranya. Pengakuan tersebut dapat dilihat pada saat negara
tersebut diterima sebagai anggota dari organisasi internasional atau jika organisasi
internasional membuat perjanjian dengan negara atau dengan organisasi internasional,
atau mengundangnya pada sidang yang diadakan oleh organisasi internasional tersebut.
Pengakuan oleh suatu organisasi internasional itu, misalnya oleh PBB akan sangat
penting. Hal ini berarti PBB telah mengakui negara (pemerintahannya) dan akan diundang
dalam konferensi internasional.
44

Alat Perlengkapan/Organ yang Bertanggung Jawab dalam Hubungan Eksternal


Pada umumnya anggaran dasar suatu organisasi internasional tidak memuat
ketentuan tentang organ/alat perlengkapan mana dari organisasi internasional tersebut
yang mempunyai kewenang an mengadakan hubungan eksternal. Pada umumnya
kongres umum (general conggress) mempunyai kewenangan untuk memutuskan
kebijakan bagi organisasi internasional dan kebijakan ini diikuti, walaupun untuk ini tidak
ada keharusan secara hukum untuk mengikutinya. Sebagai contoh keputusan Majelis
Umum PBB mempunyai dampak terhadap negara-negara anggota PBB dan Badan-
Badan Khusus dalam lingkungan PBB. Majelis Umum PBB mencoba untuk
mengembangkan kebijakan yang uniform dalam kaitannya dengan hubungan ekternal
yang tidak ditetapkan dalam Piagam PBB. Sebagai contoh keputusan Majelis Umum yang
meminta kepada Badan Khusus PBB untuk menerima Namibia sebagai anggota penuh.

Klaim terhadap Organisasi Internasional


Dalam menjawab permasalahan ini maka klaim dapat diajukan berdasarkan hukum
internasional. Klaim terhadap organisasi internasional ini dapat diajukan apabila klaim
internasional itu bila telah ditempuh cara "exhaustion domestic remedies'".
"Exhaustion domestic remedies" dalam suatu organisasi internasional yang secara
normal berarti bahwa klaim telah diajukan ke alat perlengkapan/organ yang berwenang
dalam organisasi internasional tersebut. Sebagai contoh, ketika diadakan operasi ONUC
di Kongo menyebabkan kerugian pada individu 1400 klaim dari warga negara Belgia
diajukan ke PBB. 581 Klaim diterima oleh PBB dan PBB membayar kerugian ke Belgia
dan Belgia mempunyai tugas untuk mendistribusikannya kepada warga negaranya yang
berhak.

Mengeluarkan Paspor
Beberapa organisasi internasional mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan
dokumen perjalanan (laissez-passer) kepada stafnya, yang menyatakan bahwa staf yang
membawa dokumen perjalanan organisasi internasional itu adalah stafnya dan meminta
kepada otorita yang bersangkutan untuk memberikan fasilitas dalam menjalankan
tugasnya.
45

Contoh dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh PBB dan yang berlaku juga
untuk Badan Khususnya, berdasar persetujuan yang didasarkan pada Convention on the
Priveleges and Immunities of the UN. Negara anggota telah menerima dokumen
perjalanan PBB sebagai dokumen perjalanan yang sah. Dokumen perjalanan PBB
dibedakan antara yang berwarna biru dan merah. Yang berwarna biru dipergunakan untuk
anggota staf, sedangkan yang berwarna merah untuk Sekjen PBB, Direktur Jenderal dari
Badan-Badan Khusus dan staf dengan ranking jabatan tinggi (Direktur).

Penyimpanan (Depository) dan Pendaftaran untuk Perjanjian Internasional


Suatu perjanjian internasional, teks resmi, tanda tangan peserta dan dokumen
ratifikasi harus disimpan, biasanya pada salah satu dari negara pihak. Pada saat ini
depository perjanjian internasional secara bertahap di alihkan ke organisasi internasional.
Alasannya karena organisasi internasional lebih mudah mengadakan hubungan dengan
negara anggotanya, mempunyai administrasi yang khusus, organisasi internasional lebih
baik menjalankan tugas penyimpanan ini dibandingkan dengan negara. Penyimpanan
tidak hanya persoalan administrasi saja, tetapi lebih dari itu, karena penyimpanan
menyangkut pertanyaan negara mana yang boleh menyusul ikut dalam perjanjian,
masalahnya apakah boleh mengadakan reservasi. Tugas penyimpanan biasanya
dilakukan oleh Sekretariat. Pasal 102 (1) Piagam PBB mewajibkan peijanjian internasional
yang dibuat oleh anggota PBB harus didaftarkan dan diumumkan oleh Sekretariat.

Registrasi Kapal dan Pesawat Udara


Registrasi kapal dan pesawat udara dalam keadaan normal adalah tugas dari
negara. Hukum internasional memungkinkan organisasi internasional menjalankan fungsi
tersebut. Namun registrasi yang dilakukan oleh suatu organisasi internasional tidak
eksklusif. Sebagai contoh Konvensi Laut Bebas Pasal 7 memungkinkan organisasi
internasional membuat registrasi kapal. Namun hukum yang berlaku di laut bebas untuk
kapal dan anak kapal di laut bebas tergantung pada registrasinya, registrasi nasional
sebagai tambahan registrasi oleh organisasi internasional sangat dibutuhkan sepanjang
organisasi internasional tidak mempunyai hukum yang lengkap untuk itu.
Contoh di mana kapal berlayar dengan bendera dan registrasi PBB. Permulaan
tahun 1955; PBB mengatur pengiriman sepuluh kapal ikan berlayar dari Hong Kong ke
46

Pusan dengan bendera PBB dan registrasi PBB, ini menunjukkan bahwa PBB sebagai
pemilik kapal.

Bendera, Cap (Seat) dan Emblem


Banyak organisasi internasional yang telah menetapkan bendera, cap dan
emblemnya sendiri. Negara anggotanya diminta menjaga penggunaannya oleh orang
yang berwenang. Negara anggota ada yang menentukan dalam hukum nasionalnya untuk
keperluan ini, sedangkan yang lain menunjuk pada Konvensi Paris tentang Protection of
Industrial Property atau meminta kepada negara anggota untuk mendaftarkan simbol
tersebut di negara nasional sesuai dengan peraturan nasionalnya.

Liga Bangsa-bangsa
Suatu contoh dari suatu organisasi internasional yang tujuan komprehensif adalah
Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Pecahnya Perang Dunia I (tahun 1914-1919) merupakan saat
yang penting sekali bagi pertumbuhan organisasi internasional. LBB yang didirikan
berdasarkan kovenen (anggaran dasar). Kovenen LBB ini merupakan bagian
pendahuluan dari perjanjian perdamaian yang mengakhiri Perang Dunia I. Terbentuknya
LBB merupakan saat yang sangat penting bagi perkembangan organisasi internasional
modern. Gagasan untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang dapat
menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat internasional yang timbul pada waktu
Perang Dunia I diajukan oleh pemikir-pemikir dari Inggris dan Amerika Serikat. Mereka
memikirkan bagaimana caranya agar dunia dapat dihindarkan dari perang, yang
melumpuhkan seluaih kehidupan dunia. Para pemikir berkumpul untuk membicarakan
tindakan-tindakan apakah yang dapat dilakukan bila Perang Dunia berakhir.
1. Alat Perlengkapan Utama LBB (Pasal 2 Kovenen LBB)
a) Majelis (Assembly)
b) Konsil (Council)
c) Sekretariat (Secretariat)
2. Permanent Court of International Justice (PC1J) merupakan badan peradilan
internasional dalam rangka LBB, tetapi bukan merupakan alat perlengkapan utama LBB.
LBB hanya mengoordinasikan (Pasal 14 Kovenen LBB). PCIJ mempunyai kewenangan
untuk memutuskan sengketa internasional yang diserahkan ke PCJ untuk diselesaikan.
47

PCIJ juga mempunyai kewenangan untuk memberikan pendapat yang berupa nasihat
{advisory opinion) atas suatu masalah yang diajukan oleh Majelis atau oleh Konsil.
3. LBB juga dibebani tugas untuk mengurus daerah-daerah mandat. Setelah Perang
Dunia I berakhir dengan dikalahkannya negara-negara musuh oleh sekutu, timbul
masalah tentang bekas daerah jajahan (koloni) yang dimiliki oleh negara musuh

Dalam sistem mandat tersebut dibedakan antara mandat A, mandat B, dan mandat
C. Mandat A adalah daerah yang paling maju, mandat B adalah daerah yang kurang
maju, dan mandat C adalah daerah yang paling rendah tingkat peradabannya
Yang termasuk daerah mandat A:
1. Turki : Jika kita melihat pada peradabannya maka sebenarnya Turki telah setaraf
dengan Eropa.
2. Irak: Di bawah mandataris Inggris. Tahun 1932 mendapatkan kemerdekaannya dan
kemudian diterima keanggotaannya pada LBB.
3. Syria dan Lebanon: Kedua negara tersebut di bawah mandataris Perancis. Tahun
1945 mendapatkan kemerdekaannya, sebenarnya dijanjikan pada tahun 1936.
4. Palestina: Di bawah mandataris Inggris

Yang termasuk daerah mandat B adalah daerah bekas jajahan Jerman di Afrika
Tengah. Dalam sistem mandat golongan B ini negara mandataris boleh melatih penduduk
untuk kepentingan keamanan (polisi) bukan untuk kepentingan militer. Daerah mandat B
ini dalam sistem "perwalian" dalam PBB telah memperoleh kemerdekaannya.

Daerah Mandat C, Penduduk daerah mandat C ini dianggap masih sangat rendah
peradabannya dan negara mandataris dapat memerintah daerah ini menurut peraturan
hukum dari negaranya. Yang termasuk daerah mandat golongan C ini adalah Afrika Barat
Daya (Namibia) di bawah mandataris Afrika Selatan. Semua di bawah mandataris
Selandia Baru (telah merdeka). Pulau Nauru di bawah mandataris Inggris, Australia dan
Selandia Baru, Papua New Guinea (PNG) di bawah mandataris Australia telah merdeka.
Ketentuan-ketentuan mengenai sistem mandat yang dianut oleh LBB memberikan
dorongan serta dukungan ke arah berakhirnya sistem penjajahan, yang kemudian
merupakan suatu asas yang dianut oleh PBB.
48

Perserikatan bangsa-bangsa

Sejarah Pembentukan PBB


Setelah LBB berumur 20 tahun sebagai suatu organisasi internasional yang
bertujuan untuk mengakhiri perang dan agar masyarakat internasional hidup
berdampingan dengan damai, mengalami kegagalan dengan pecahnya Perang Dunia II.
Keadaan peperangan yang menyebabkan suasana yang mengenaskan bagi umat
manusia, menggugah para pemikir untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang
lebih sempurna yang bersifat universal. Gagasan untuk mendirikan PBB timbul di
kalangan Private Group Amerika. Misalnya tahun 1939 terbentuklah apa yang disebut
dengan Commission (o Study the Organization of Peace. Tahun 1942 didirikan suatu
komite Posi War of Internationa/ Problems. Pernyataan-pernyataan dari komite inilah yang
merupakan dasar untuk mendirikan suatu organisasi internasional.
Pada tanggal 1 Januari 1942 dikeluarkan suatu deklarasi yang terkenal sebagai
"Declaration of the United Nations" yang ditandatangani oleh Rosevelt, Churchill, Litvinov
dari IJSSR dan Soong dari Cina. Keempat negara telah menyetujui adanya program
umum dengan prinsip-prinsip dan maksud untuk melengkapi Atlantic Charter dan mereka
menyetujui akan melawan musuh secara bersama-sama. Negara-negara yang
menandatangani Deklarasi tersebut adalah 26 negara, terdiri: 2 negara dari Amerika Utara
(Amerika Serikat, Kanada), 9 negara dari Amerika Tengah dan Selatan (Kosta Rika, Kuba,
Republik Dominika, El Salvador, Guatemala, Haiti, Honduras, Nikaragua dan Panama), 10
dari negara Eropa Barat dan Timur (Inggris, Uni Soviet, Belgia, Chechoslovakia, Yunani,
Belanda, Luksemburg, Norwegia, Polandia, dan Yugoslavia), 2 negara dari Asia (Cina dan
India), 2 dari Australia, Selandia Baru dan 1 dari Afrika (iUnion of South Africci), Rosevelt
mengusulkan jika nanti terbentuk organisasi internasional baru diberi nama United
Nations Negara-negara yang menyusul kemudian untuk menandatangani Atlantic Charter
(adherents) adalah: 1) Meksiko 2) Filipina, Etiopia, Irak, Brazil, Bolivia, Iran, Kolombia,
Liberia, Prancis, Ekuador, Peru, Cile, Paraguay, Venezuela, Uruguay, Turki, Mesir, Saudi
Arabia, Syria dan Lebanon.
Untuk mencapai perdamaian dan keamanan internasional. Sebulan kemudian pada
tanggal 1 Desember 1943, Presiden Rosevelt, Stalin dan Churchil bertemu di Teheran
49

dan mereka mendeklarasikan bahwa mereka bertanggung jawab penuh dan PBB akan
mengusahakan perdamaian yang akan dipimpin oleh kemauan baik dari rakyat seluruh
dunia dan menentang perang demi generasi yang akan datang.
Pada tanggal 25 Juni 1945 konferensi di San Fransisco selesai dan menerima bulat
seluruh Piagam PBB. Esok harinya tanggal 26 Juni diadakan upacara penandatanganan
yang dilakukan di Gedung Opera di San Fransisco. Menurut ketentuan Piagam PBB
berlaku setelah diratifikasi oleh negara penanda tangan dan termasuk lima negara tetap
Dewan Keamanan (Pasal 110 Piagam PBB). Syarat berdirinya PBB dipenuhi tanggal 24
Oktober 1945 dengan Resolusi Majelis Umum pada tanggal 31 Oktober 1947. Tanggal 24
Oktober dinamakan Hari PBB.

Isi Mukadimah Piagam PBB


a. Bertekad untuk menyelamatkan generasi yang akan datang dari kesengsaraan
yang disebabkan perang.
b. Memperteguh kepercayaan pada hak-hak asasi manusia, pada harkat dan derajat
manusia, persamaan hak bagi pria maupun wanita dan bagi segala bangsa besar maupun
kecil.
c. Menegakkan keadaan di mana keadilan dan penghormatan terhadap kewajiban-
kewajiban yang timbul dari perjanjian- perjanjian dan lain-lain sumber hukum internasional
dapat terpelihara.
d. Meningkatkan kemajuan sosial dan memperbaiki tingkat kehidupan dalam alam
kebebasan yang lebih luas.

Bila kita bandingkan antara LBB dan PBB, maka terdapat kelainan sebagai berikut:
a. Alat Perlengkapan/Organ Utama
LBB hanya mempunyai tiga alat perlengkapan utama: Majelis Umum, Dewan
Keamanan, dan Sekretariat. Sedangkan PBB mempunyai 6 alat perlengkapan/organ
utama: Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian,
Mahkamah Internasional (Internasional Court of Justice-\CJ) dan Sekretariat.
b. Pemungutan Suara
Pada LBB dianut asas suara bulat dan asas ini merupakan syarat untuk semua
keputusan LBB. Akibatnya bila salah satu anggota saja tidak menyetujui, maka dapat
50

menggagalkan keputusan yang hendak diambil LBB (Pasal 5[1] Kovenen). Pada PBB
dibedakan antara masalah yang akan diputuskan, bila masalah tersebut dianggap
penting, maka akan diputuskan dengan 2/3 suara yang hadir dan memberikan suaranya
sedangkan masalah yang kurang penting cukup dengan kelebihan suara biasa (Pasal 18
Piagam PBB).
c. Sanksi yang Dapat Diambil
Pada LBB, menurut Pasal 16 Kovenen sanksi militer hanya diusulkan dan
diserahkan kepada kebijaksanaan anggota-anggota lainnya. Pada PBB inisiatif untuk
sanksi militer dapat diambil oleh PBB cq Dewan Keamanan (Pasal 42 Piagam PBB),
namun demikian anggota masih diberi hak untuk bela diri (Pasal 51 Piagam PBB),
d. KeanggotaanPada Pasal 1 (2) Kovenen LBB ditentukan any fully self- governing
state, dominion or colony become member of the leaque. Jadi setiap negara, dominion
atau koloni yang mempunyai pemerintahan sendiri (fully self government) dapat menjadi
anggota LBB. Sedangkan berdasarkan Pasal 4 Piagam PBB: membership in the United
Nations is open to all other peace-loving state and accept the obligations contained in the
present charter. Jadi di PBB hanya menyebutkan states tidak lagi menyebutkan dominion
atau koloni,
e. Titik Berat Fungsinya
Pada LBB lebih menitikberatkan pada perdamaian dan keamanan internasional,
kurang memperhatikan masalah-masalah ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Pada PBB
selain masalah-masalah perdamaian dan keamanan internasional juga memperhatikan
masalah ekonomi/sosial dan kebudayaan juga masalah perwalian,
f. Wewenang Sekretaris Jenderal (Sekjen)
Pada LBB wewenang Sekjen hanya sebagai kepala jabatan administratif (Pasal 6
Kovenen LBB). Sedangkan pada PBB Sekjen PBB selain sebagai kepala sekretariat
(Pasal 97 Piagam PBB) maka Sekjen PBB mempunyai juga tugas-tugas politik (Pasal 98
dan Pasal 99 Piagam PBB.

Piagam dan Struktur Organisasi PBB


Setelah Mukadimah Piagam PBB memuat 111 pasal yang merumuskan asas dan
tujuan serta cara kerja serta rangka dan susunan tiap-tiap bagian dari organisasi.
Tujuan dan Prinsip-Prinsip PBB, Pasal 1 Piagam memuat tujuan PBB yaitu :
51

1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional


2. Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan prinsip-prinsip
persamaan derajat.
3. Mencapai keijasama internasional dalam memecahkan persoalan internasional di
bidang ekonomi, sosial dan kebudayaan serta masalah kemanusiaan, hak-hak asasi
manusia.
4. Menjadi pusat bagi penyelenggaraan segala tindakan-tindakan bangsa-bangsa
dalam mencapai tujuan bersama.
Pasal 2 memuat asas-asas PBB yang digunakan sebagai dasar untuk mencapai
tujuan tersebut di atas Yaitu :
1. PBB berdasarkan asas persamaan kedaulatan semua anggotanya.
2. Kewajiban untuk memenuhi kewajiban-kewajiban sesuai dengan apa yang
tercantum dalam Piagam
3. Setiap perselisihan harus diselesaikan secara damai agar perdamaian dan
keamanan tidak terancam.
4. Mempergunakan kekerasan terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik
suatu negara harus dihindarkan.
5. Kewajiban untuk membantu PBB terhadap tiap kegiatan yang diambil sesuai
dengan Piagam dan larangan membantu negara di mana negara tersebut oleh PBB
dikenakan tindakan- tindakan pencegahan dan pemaksaan.
6. Kewajiban bagi negara bukan anggota PBB untuk bertindak sesuai dengan Piagam
apabila dianggap pedu untuk perdamaian dan keamanan internasional.
7. PBB tidak akan campur tangan dalam masalah persoalan dalam negeri (domestic
jurisdiction) dari negara anggotanya.
Salah satu asas yang penting juga adalah asas collectivity atau asas
kegotongroyongan. Tindakan-tindakan yang dijalankan atas nama PBB sifatnya kolektif,
bergotong royong sesuai dengan asas-asas demokrasi. Hal yang demikian mengharuskan
dijalankannya suatu asas koordinasi, artinya, bahwa segala tindakan dan kegiatan
bangsa-bangsa kearah perdamaian harus diselaraskan dan dipersatukan. Asas yang
penting juga dalam kaitannya dengan asas gotong royong adalah asas persamaan derajat
(Pasal 2 ayat 1 Piagam PBB). Jadi PBB bukanlah organisasi internasional yang bersifat
"supranasional
52

Jadi menurut Mahkamah ada dua syarat yang harus dipenuhi agar dapat diterima
sebagai anggota PBB, 1) Rekomendasi Dewan Keamanan dan 2) Keputusan Majelis
Umum PBB. Rekomendasi Dewan Keamanan merupakan syarat bagi Majelis Umum PBB
untuk memberikan keputusan. Di dalam praktik ternyata kemacetan penerimaan
keanggotaan baru disebabkan karena permainan negara besar dalam menggunakan
vetonya. Seperti diketahui bahwa keputusan Dewan Keamanan sehubungan dengan
penerimaan anggota baru.
PBB ditetapkan berdasarkan Pasal 27(3) Piagam PBB, ini berarti harus ada
persetujuan suara bulat dari para anggota Dewan Keamanan PBB. Keadaan inilah yang
sering dipakai oleh negara-negara pemegang hak veto untuk memainkan politiknya
dengan cara menghalangi masuknya anggota baru, walau negara tersebut telah
memenuhi syarat yang ditetapkan pada Pasal 4(1) Piagam PBB.
Penangguhan keanggotaan PBB: Masalah ini diatur dalam Pasal 5 Piagam PBB
pengeluaran keanggotaan PBB: Masalah ini diatur dalam Pasal 6 Piagam PBB. Sampai
saat ini kedua pasal tersebut belum pernah diterapkan penarikan kembali keanggota-
annya di PBB.
Dalam Piagam tidak ada ketentuan yang mengatur tentang penarikan diri
keanggotaan di PBB, walaupun dalam Piagam tidak diatur masalah penarikan diri, namun
pada konferensi di San Fransisco masalah ini dibicarakan di Komite 1/2. Alasan untuk
tidak mencantumkan masalah penarikan diri dalam Piagam ini adalah:
1) Hal ini akan bertentangan dengan prinsip universalitas,
2) Penarikan diri dapat dipakai sebagai alasan anggota untuk menghindarkan diri dari
kewajiban-kewajibannya;
3) Kewajiban tertinggi dari negara yang menjadi anggota PBB adalah melanjutkan
kerjasama dengan organisasi (PBB) dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional.
Ada pihak yang menganggapbahwa tidak dicantumkannya hak untuk menarik diri
ini adalah bertentangan dengan hak negara berdaulat untuk ikut atau tidak ikut dalam
suatu organisasi internasional. Namun jika negara dalam keadaan yang luar biasa
(exceptional circumstances) merasa terhalangi untuk keluar dari PBB, dan menyerahkan
masalah perdamaian dan keamanan internasional pada negara anggota lain, maka tidak
ada maksud dari organisasi untuk memaksa anggota tersebut untuk meneruskan
53

keijasama dalam organisasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Komite 1/2 tidak
memasukkan dalam Piagam ketentuan tentang penarikan diri.
Penarikan diri Indonesia dari keanggotaannya di PBB. sebagaimana diketahui
bahwa Indonesia pada tanggal 20 Januari 1965, Menteri Luar Negeri Indonesia,
Subandrio, memberitahukan pada Sekjen PBB bahwa Indonesia keluar dari PBB
Keputusan tersebut dibuat setelah Pemerintah Republik Indonesia
mempertimbangkan bahwa setelah dipilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap
Dewan Keamanan. Selain keluar dari PBB, dalam keputusan tersebut Indonesia juga
keluar dari Badan-Badan Khusus PBB, misalnya seperti FAO, IMF, IBRD dan lain-lain.
Keluarnya Indonesia dari PBB itu menimbulkan masalah hukum, karena dalam
Piagam PBB tidak ada ketentuan tentang penarikan diri. Atas keluarnya Indonesia dari
PBB tersebut, Sekretaris Jenderal PBB menyatakan pada Pemerintah Indonesia untuk
mengambil kebijaksanaan untuk penyelesaian pengunduran diri tersebut dan
mengharapkan dalam waktu singkat untuk Indonesia akan kembali menjadi anggota PBB.
Sebagai tindak lanjut pada tanggal 1 Maret 1965 papan nama Indonesia dan
Bendera Indonesia secara resmi diturunkan. Sebagai akibat Indonesia keluar dari PBB
nama Indonesia tidak dicantumkan lagi sebagai anggota PBB, baik pada alat
perlengkapan/organ utama PBB, maupun pada badan subsider/ alat perlengkapan
tambahan, di mana Indonesia menjadi anggota badan-badan tersebut karena
keanggotaannya di PBB. Nama Indonesia juga tidak muncul ketika Majelis Umum
menetapkan kontribusi anggota untuk tahun 1965, 1966 dan 1967.
Namun adanya pergantian pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru, di mana
pemerintah Orde Baru mempunyai kebijaksanaan lain dalam hubungan luar negeri, telah
memutuskan bahwa Indonesia akan ikut serta secara aktif dalam pergaulan internasional
termasuk menjadi anggota PBB. Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat
mengirimkan telegram ke Sekjen PBB pada tanggal 19 September 1966 yang
menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk kembali aktif dalam
keanggotaan di PBB. Setelah diadakan perundingan dengan Sekjen PBB dan wakil
Indonesia tentang kewajiban Indonesia untuk membayar 10 persen dari angka indeks
0,39 persen untuk anggaran reguler dan khusus UNEF tahun 1965, serta 25 persen untuk
tahun 1966 akhirnya disetujui oleh Komite V dan Majelis Umum PBB. Indonesia mulai aktif
pada sidang ke-21 Sidang Majelis Umum.
54

Organ/Alat Perlengkapan Utama PBB


Untuk mencapai maksud dan tujuan PBB diciptakanlah alat perlengkapan/organ
utama. Berdasarkan Pasal 7(1) Piagam, maka alat perlengkapan/organ utama PBB
adalah Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan
Perwalian, Mahkamah Internasional dan Sekretariat.

Majelis Umum
Majelis Umum (General Assembly) merupakan alat perlengkapan/organ utama di
mana semua negara anggotanya mempunyai wakilnya (Pasal 9 (1) Piagam PBB), setiap
negara anggota dapat mengirimkan wakilnya di Majelis Umum PBB tidak boleh melebihi
lima orang (Pasal 9 (2) Piagam PBB). Walaupun boleh mengirimkan wakilnya lima orang,
namun setiap anggota hanya mempunyai satu suara (Pasal 18 (1) Piagam PBB). Majelis
Umum bersidang satu tahun sekali pada hari Selasa ketiga bulan September (Pasal 1
Rules Procedure Majelis Umum PBB disingkat RP.MU). Sidang Majelis Umum diadakan
di Markas Besar PBB (Headquarters) atau di tempat lain atas kehendak dari mayoritas
anggota (Rule 3 RP.MU)

Pemungutan Suara di Majelis Umum PBB


Pemungutan suara di Majelis Umum dibedakan antara masalah-masalah penting
dan masalah yang tidak penting. Masalah- masalah penting akan diputus dengan dua per
tiga anggota yang hadir dan memberikan suaranya (Pasal 18 ayat 2 Piagam PBB).
Masalah- masalah penting yaitu :
1. Anjuran mengenai perdamaian dan keamanan internasional.
2. Pemilihan anggota-anggota Dewan Keamanan yang tidak tetap, pemilihan anggota
Dewan Perwalian, pemilihan anggota Dewan Ekonomi dan Sosial.
3. Penerimaan anggota-anggota baru PBB.
4. Penundaan hak-hak dan hak-hak istimewa anggota.
5. Pemecatan anggota.
6. Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyelenggaraan sistem perwakilan.
7. Urusan anggaran belanja.
8. Pengangkatan Sekretaris Jenderal.
55

Dewan Keamanan
Majelis Umum memilih anggota tidak tetap Dewan Keamanan dengan suara dua
per tiga anggota yang hadir d"an memberikan suaranya. Syarat yang harus diperhatikan
dalam pemilihan anggota tidak tetap Dewan Keamanan itu: sumbangan negara tersebut
terhadap perdamaian dan keamanan internasional; demikian juga sumbangan terhadap
tercapainya tujuan organisasi PBB; juga harus memperhatikan perwakilan didasarkan
pada wilayah (geographical distributiori) (Pasal 23(1) Piagam PBB).

Dewan Ekonomi dan Sosial


Majelis Umum memilih anggota Dewan Ekonomi dan Sosial (Pasal 61 (1) Piagam
PBB).
Mahkamah Internasional
Majelis Umum dan Dewan Keamanan memilih anggota Hakim Mahkamah
Internasional. Jumlah Hakim Mahkamah Internasional sebanyak lima belas orang (Pasal 4
ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional).

Sekretariat
Sekretaris Jenderal PBB ditunjuk oleh Majelis Umum atas rekomendasi Dewan
Keamanan (Pasal 97 Piagam PBB).

Dewan Perwalian
Dewan Perwalian akan melaporkan pelaksanaan fungsinya pada Majelis Umum
PBB (Pasal 88 Piagam PBB). Dewan Perwalian adalah alat/organ utama PBB yang
bertanggung jawab atas sistem Perwalian yang ditetapkan dalam Bab 12 dan 13,
termasuk pemberian persetujuan mengenai perjanjian-perjanjian perwalian bagi daerah
yang tidak termasuk daerah strategis.

Tugas dan wewenang Majelis Umum adalah sebagai berikut:


1) Pelaksanaan perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 11, 12 Piagam PBB).
2) Kerjasama di lapangan politik, mendorong berkembangnya kemajuan hukum
internasional dan kodifikasinya, keijasama internasional di lapangan ekonomi, sosial,
56

kebudayaan, pendidikan, kesehatan dan membantu hak-hak manusia (Pasal 13 Piagam


PBB).
3) Tugas yang berhubungan dengan sistem Perwalian (Pasal 85 Piagam PBB).
4) Tugas yang berhubungan dengan masalah sehubungan dengan daerah yang
belum mempunyai pemerintahan sendiri (Pasal 73 Piagam PBB).
5) Tugas sehubungan dengan urusan keuangan (Pasal 19 Piagam PBB).
6) Untuk menetapkan keanggotaan dan penerimaan anggota (Pasal 3-6 Piagam
PBB).
7) Mengadakan perubahan Piagam (Pasal 108 dan 109 Piagam PBB).
Keputusan Majelis Umum PBB bersifat rekomendasi (Pasal 10 Piagam PBB) tidak
bersifat mengikat (binding decision), ini berbeda dengan keputusan Dewan Keamanan
yang bersifat mengikat (Pasal 25 Piagam PBB)
Badan-Badan Pembantu Majelis Umum
Dalam menjalankan tugasnya, Majelis Umum dibantu oleh badan-badan pembantu
tujuh Komite utama. Komite tersebut adalah:
- Komite perlucutan senjata dan masalah keamanan internasional;
- Komite politik khusus;
- Komite masalah sosial,
- kemanusiaan dan kebudayaan;
- Komite masalah dekolonisasi
- Komite masalah-masalah administrasi dan anggaran; dan
- Komite masalah hukum.

Badan Tambahan (Subsidiary Organs)


Berdasarkan Pasal 22 Piagam PBB Majelis Umum dapat mendirikan organ-organ
subsider yang dianggap perlu untuk membantu Majelis Umum dalam menjalankan
fungsinya. Sebagai contoh: UNCTAD (United Nations Conference on Trade and
Development), UNEP (United Nations Environmental Programme)\ UNCITRAL (United
Nations Commission on International Trade Law); UNDP (United Nations Development
Programme); UNTTAR (United Nations Institute for Training and Research).

Dewan Keamanan
57

Dewan Keamanan anggotanya terdiri dari lima belas anggota. Dari lima belas
tersebut terdiri dari lima anggota tetap tersebut mempunyai hak veto di Dewan
Keamanan, kelima negara tersebut adalah: Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, Prancis
dan Cina (Pasal 23 ayat 1 Piagam PBB).
Kesepuluh anggota tidak tetap dipilih untuk waktu dua tahun oleh Majelis Umum
PBB (Pasal 23 ayat 2 Piagam PBB). Semula anggota tidak tetap adalah enam negara, ke -
mudian sejak tanggal 1 Januari 1966 anggota tidak tetap menjadi sepuluh anggota.

Wewenangnya adalah sebagai berikut :


a. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 24 Piagam).
b. Mengadakan penyelidikan setiap perselisihan yang dapat mengancam perdamaian
dan keamanan internasional (Pasal 34 Piagam).
c. Memberikan saran tentang cara-cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan
suatu perselisihan (Pasal 36, 38).
d. Menentukan apakah terjadi suatu keadaan yang mengganggu perdamaian
internasional atau adanya tindakan agresi dan menyarankan tindakan-tindakan apa yang
dapat diambil untuk mencegah atau menghentikan adanya suatu agresi (Pasal 39 dan 40
Piagam).
e. Menganjurkan pada para anggota untuk mengambil tindakan lain yang bersifat
kekerasan untuk mencegah atau menghentikan adanya suatu agresi (Pasal 41 Piagam).
f. Mengambil tindakan-tindakan militer terhadap adanya agresi (Pasal 42 Piagam).
g. Penerimaan, penundaan, pencabutan keanggotaan (Pasal 4[2]; Pasal 5; Pasal 6
Piagam).
h. Pemilihan Hakim Mahkamah Internasional (Pasal 10 Piagam)
i. Menyarankan pemilihan Sekretaris Jenderal PBB (Pasal 97 Piagam).
j. Menyampaikan laporan tahunan pada Majelis Umum PBB (Pasal 26 dan 29
Piagam).
k. Perubahan Piagam (Pasal 108 Piagam).
l. Pembinaan dan pengawasan daerah strategis (Pasal 83 Piagam).

Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Keamanan dapat bertindak:


1. Atas inisiatif sendiri (Pasal 34 Piagam).
58

2. Atas permintaan negara anggota (Pasal 35[1] Piagam).


3. Atas permintaan bukan negara anggota (Pasal 3 5 [2] Piagam).
4. Atas permintaan Majelis Umum (Pasal 11 Piagam).
5. Atas Permintaan Sekretaris Jenderal (Pasal 99 Piagam).
Peranan Dewan Keamanan sehubungan dengan Bab 7 Piagam Pasal 39 memberi
kewenangan pada Dewan Keamanan untuk menentukan adanya satu tindakan yang
membahayakan perdamaian dan keamanan internasional. Tindakan yang dapat diambil
oleh Dewan Keamanan adalah:
a. Dengan tidak mempergunakan senjata (Pasal 41 Piagam).
b. Dengan kekerasan (Pasal 42 Piagam).

Dalam menjalankan tugasnya Dewan Keamanan dibantu oleh:


1. Komite staf militer (Pasal 26 Piagam).
2. Organ-organ subsider yang didirikan berdasarkan Pasal 29 Piagam PBB).

Masalah Hak Veto


Hak veto yang akan dipunyai oleh negara-negara besar dibicarakan secara teratur pada
waktu merumuskan Piagam PBB baik di Dumbarton Oaks maupun di Yalta, dan di San
Fransisco. Bahwasanya kepada lima negara yang dianggap sangat bertanggung jawab
pada penyelesaian Perang Dunia II akan merupakan negara anggota tetap Dewan
Keamanan dan kepada mereka diberikan hak veto, hal ini adalah merupakan imbalan dari
tanggung jawab mereka terhadap perdamaian dan keamanan internasional (primary
responsibilities).

Hak Suara
Dalam Pasal 27(1) Piagam PBB dikatakan bahwa setiap anggota Dewan
Keamanan mempunyai satu suara. Jika ketentuan dalam Pasal 27(1) dihubungkan
dengan ketentuan dalam Pasal 27(3) Piagam akan tampak perbedaan hak suara antara
anggota tetap dan anggota tidak tetap. Perbedaan ini terletak bahwa pada masalah
nonprosedural akan ditetapkan dengan sembilan suara anggota Dewan Keamanan
termasuk suara bulat dari anggota tetap Dewan Keamanan (suara bulat anggota tetap
59

Dewan Keamanan adalah hak veto). Keputusan Dewan Keamanan dibedakan antara
keputusan yang menyangkut masalah prosedural dan nonprosedural.

Veto di Dalam Praktik


Kekuatan veto yang semula dimaksudkan sebagai alat agar Dewan Keamanan
mempunyai kekuatan yang manjur dalam praktiknya telah menyimpang dari maksud
semula. Ternyata penggunaan hak veto oleh negara yang mempunyai hak tadi sering
dipergunakan dengan tidak ada batasnya. Di dalam praktik anggota tetap Dewan
Keamanan lebih senang memilih abstain daripada menggunakan suara negatifnya dalam
hal Dewan Keamanan harus memutuskan suatu masalah.
Masalah yang lebih sulit adalah apabila Dewan Keamanan harus memutuskan
suatu masalah dengan tidak hadirnya suatu anggota tetap Dewan Keamanan. Bila
masalah yang diputuskan adalah masalah prosedural, maka tidak hadirnya anggota tetap
Dewan Keamanan tidak menjadi masalah, tetapi bila keputusan yang harus diambil
tentang masalah nonprosedural baru timbul masalah, karena masalah nonprosedural
harus diputus dengan suara 9 anggota Dewan keamanan termasuk lima anggota tetap
Dewan Keamanan.

Sekretariat PBB
Sekretariat merupakan alat perlengkapan/organ utama PBB, dikepalai oleh
seorang Sekretaris Jenderal. Sekretaris Jenderal PBB bukan hanya sebagai pegawai
pelaksana, tetapi mempunyai tanggung jawab atas perdamaian dan keamanan
internasional. Atas inisiatif sendiri Sekretaris PBB (Sekjen) dapat mengajukan usul
tentang keadaan yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional
(Pasal 99 Piagam). Menurut Pasal 97 Piagam PBB maka Sekjen PBB diangkat oleh
Majelis Umum atas anjuran Dewan Keamanan. Mengingat pentingnya peran Sekretaris
Jenderal (Sekjen) PBB, maka anjuran Dewan Keamanan diputuskan dengan sedikitya 9
(sembilan) suara yang di dalamnya termasuk 5 (lima) anggota tetap Dewan Keamanan. 166
Bahwasanya jabatan Sekjen PBB sangat penting, jabatan Sekjen PBB tidak hanya
sekadar jabatan administratif tetapi juga merupakan jabatan politik.
60

Wewenang Sekjen PBB tercantum dalam Pasal 97, 98, 100, dan 101 Piagam. Dari
ketentuan-ketentuan tersebut jelas bahwa kewenangan Sekjen PBB tidak hanya dalam
bidang administratif tetapi juga dalam bidang politik.

Tugas Wewenang Sekjen


Tugas Kesekretariatan, Pasal 97 Piagam PBB menetapkan Sekjen PBB sebagai
kepala sekretariat PBB. Ia mempunyai tugas untuk mempersiapkan tugas-tugas
kesekretariatan yang penting dan diperlukan untuk sidang-sidang Majelis Umum, Dewan
Keamanan, Dewan Ekonomi Sosial dan Dewan Perwalian, Badan-Badan Khusus, dan
badan- badan lain yang dibentuk oleh PBB.
Sekretariat juga membuat laporan tahunan hasil kerja PBB ke Majelis Umum.
Dalam laporan Sekjen dapat mengemukakan apa yang sedang berkembang dalam
masyarakat internasional dan dapat menyuarakan apa yang dikehendaki oleh anggota-
anggota PBB. Sebagai contoh, Sekjen Boutros- Boutros Ghali dalam laporannya pada
tanggal 30 Juni 1992 yang berjudul Agenda for Peace, telah mengajukan sejumlah
langkah yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas PBB di bidang penyelesaian
sengketa.

Sekretaris Jenderal sebagai Kepala Eksekutif


Sebagai kepala eksekutif Sekjen PBB mewakili PBB dalam hubungannya dengan
negara anggotanya. Sebagai contoh, Sekjen PBB bertindak atas nama PBB dalam
perjanjian antara PBB dengan Amerika Serikat tentang Markas Besar PBB yang terletak
di New York (headquarter agreement).
Sebagai kepala eksekutif Sekjen juga menerima tugas-tugas khusus dari Majelis
Umum PBB atau dari Dewan Keamanan PBB yang tertuang dalam resolusi-resolusi.
Dalam menjalankan tugas tersebut Sekjen PBB harus memberikan laporan pada Majelis
Umum maupun kepada Dewan Keamanan tentang perkembangan tugas tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB sebagai Koordinator dalam Tugas- Tugas PBB


Sekjen melaksanankan tugas dan mengoordinasikan kegiatan dan kebijakan yang
telah ditetapkan dalam rangka PBB. Walaupun dalam rangka PBB tugas-tugas yang
menjadi kewenangan Badan Badan Khusus telah dikoordinasi oleh Dewan Ekonomi dan
61

Sosial, Majelis Umum dan Dewan Keamanan dapat membentuk Badan Tambahan
(Subsidiary Organ), dalam praktiknya demi efektivitas kerja PBB maka Sekjen PBB
sebagai koordinator tugas-tugas tersebut (Pasal 98 Piagam PBB).

Peranan Politik Sekretaris Jenderal PBB


Menurut Pasal 99 Piagam PBB, maka Sekjen PBB dapat meminta perhatian
Dewan Keamanan mengenai suatu hal yang menurut pendapatnya dapat membahayakan
pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Ketentuan ini memberikan hak
inisiatif pada Sekjen PBB untuk ikut memikirkan masalah perdamaian dan keamanan
internasional. Namun dalam praktiknya Sekjen menggunakan hak inisiatif ini sangat hati-
hati. Hal ini disebabkan karena tindakan Sekjen dalam hal ini akan mendapat sorotan dari
negara anggota tetap Dewan Keamanan. Sebagai contoh, Sekjen Dag Hammarskjoid
dalam peristiwa Kongo tahun 1960-an dituduh Rusia memihak kepentingan negara Barat.

Status Sekjen PBB sebagai Pejabat Internasional


PBB merupakan organisasi internasional, maka Sekjen dan Stafnya merupakan
pegawai-pegawai internasional. Yang dimaksudkan dengan pegawai internasional adalah:
Siapa saja yang digaji atau tidak, bekeija secara tetap atau tidak, yang ditugaskan oleh
satu organ organisasi internasional untuk melaksanakan atau membantu melaksanakan
salah satu dari fungsi organisasi tersebut. Pendek kata siapa saja yang melakukan
kegiatan untuk organisasi internasional.
Struktur Organisasi Sekretariat
Sekretariat dikepalai oleh Sekjen, dalam menjalankan tugasnya didampingi oleh
pembantunya yang bila dipandang perlu dapat mewakili Sekjen. Sekretariat terdiri dari
bagian (departemen) di antaranya:
1. Bagian untuk urusan Dewan Keamanan (jDepartment of Security Council).
2. Bagian Ekonomi (Department of Economic Affairs).
3. Bagian Sosial (Department of Social Affairs).
4. Urusan Perwalian dan daerah yang tidak berpemerintahan sendiri (Department of
Trusteeship and Information from non-self governing territorie).
5. Urusan Penerangan Umum (Department of Public Information).
6. Urusan Hukum (Legal Department).
62

Dewan Ekonomi dan Sosial


Pada waktu kita membicarakan tentang asas dan tujuan PBB, maka Pasal 1(3)
Piagam menentukan bahwa tujuan PBB adalah untuk memajukan keijasama dan
memecahkan persoalan internasional di lapangan ekonomi, sosial dan lain-lain.

Susunan dewan ecosoc


Pasal 61 Piagam PBB menetapkan bahwa Dewan ECOSOC terdiri dari delapan
belas anggota, kemudian tahun 1961 diubah menjadi dua puluh tujuh anggota dan
perubahan ini berlaku tahun 1963. Pada tahun 1971 diubah menjadi lima puluh empat
anggota (perubahan itu berlaku tahun 1973), delapan belas anggota akan dipilih untuk
masa tugas tiga tahun guna menggantikan delapan belas anggota yang masa tugasnya
selama tiga tahun telah habis. Pada waktu pemilihan pertama tahun 1946 ditentukan
bahwa enam anggota akan diganti setelah satu tahun, enam anggota sesudah dua tahun
dan enam anggota setelah tiga tahun, mulai tahun keempat pemilihan untuk enam
anggota duduk untuk masa jabatan tiga tahun. Anggota yang telah berhenti dapat dipilih
kembali. Dengan bertambahnya keanggotaan Dewan ECOSOC, maka pemilihan tiap
tahun untuk anggota sebanyak delapan belas anggota.

Pemungutan Suara
Pasal 67 Piagam PBB menentukan bahwa setiap anggota mempunyai satu suara.
Keputusan Dewan diambil dengan suara terbanyak dari anggota yang hadir dan
memberikan suaranya.Setiap anggota PBB diberi kesempatan untuk menghadiri
perundingan yang membicarakan persoalan yang berhubungan dengan masalah negara
anggota yang sedang dibicarakan di Dewan ECOSOC tanpa hak suara (Pasal 69
Piagam).
Tugas dan Wewenang Ditentukan dalam Pasal 62-66 Piagam PBB :
1. a. Mengadakan penyelidikan dan bertindak supaya diadakan laporan-laporan
tentang soal ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan dan kesehatan, dan b.
Mengusulkan segala yang perlu untuk memperteguh hak- hak asasi manusia dan
kebebasan dasar bagi setiap orang serta mempertahankannya. C. Mengadakan
perjanjian-perjanjian internasional dalam bidangnya.
63

2. Membantu organ/alat perlengkapan utama lain Dewan Keamanan (Pasal 65


Piagam PBB, Majelis Umum PBB (Pasal 66[1] Piagam PBB).
3. Mengoordinasikan Badan-Badan Khusus (Specialist Agency) (Pasal 57).
4. Hubungan dengan organisasi bukan pemerintah.

Badan-Badan Khusus PBB (Specialized Agencies)


Pasal 57 Piagam PBB menentukan berbagai Badan Khusus yang didirikan atas
persetujuan antarpemerintah dan mengemban tanggung jawab internasional yang luas
dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan dan kesehatan, dan bidang-
bidang yang berhubungan dengan bidang-bidang tersebut yang akan dikoordinasi oleh
PBB .
Badan-Badan Khusus tersebut adalah:United Nations Educational, Scentific and
Cultural Organization (UNESCO); World Health Organization (WHO); International Bank
Reconstruction and Development (IBRD); International Finance Cooperation (IFC);
International Development Association (IDA); Multilateral Investment Guarantee Agency
(MIGA); International Monetary Fund (IMF); International Labour Organization (ILO) dan
Jain-lain

Sistem perwalian ini ruang lingkupnya lebih luas dari sistem mandat dalam sistem
LBB. Pasal 77 Piagam PBB daerah yang dapat dijadikan daerah perwalian adalah:
1. Bekas daerah mandat dalam Perang Dunia I.
2. Daerah yang dipisahkan dari negara yang kalah perang dalam Perang Dunia II.
3. Daerah yang dengan sukarela menempatkan diri dibawah sistem perwalian

Susunan Dewan Perwalian, Pasal 86 Piagam PBB menentukan Dewan Perwalian terdiri
dari:
1. Anggota-anggota yang menguasai daerah perwalian.
2. Anggota-anggota tetap Dewan Keamanan yang tidak menguasai
menyelenggarakan pemerintahan di wilayah-wilayah perwalian.
3. Sejumlah anggota yang dipilih oleh Majelis Umum untuk jangka waktu tiga tahun
dan jumlah keseluruhannya dari anggota Dewan dibagi sama antara negara-negara
anggota PBB yang menjadi wali dan yang tidak menjadi wali.
64

Pasal 89 Piagam PBB menentukan setiap anggota DewanPerwalian mempunyai


satu suara dan keputusan Dewan Perwalian diambil dengan suara terbanyak dari anggota
yang hadir dan memberikan suaranya.

Fungsi dan Kewenangan Dewan Perwalian


Ditentukan dalam Pasal 87 dan 88 Piagam PBB, antara lain tugas Dewan Perwalian
adalah mengawasi pelaksanaan sistem perwalian dan untuk melaksanakan tugas tersebut
maka Dewan Perwalian mempunyai wewenang :
1. Membuat kuesioner mengenai masalah politik, sosial, ekonomi, pendidikan
dan kemajuan penduduk wilayah perwalian dan membuat laporan tahunan.
2. Meneliti dan mengadakan diskusi tentang laporan tadi.
3. Mengadakan peninjauan secara periodik menurut waktu yang disetujui oleh
negara wali.
4. Mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan syarat-syarat dari
persetujuan perwalian.

Jika kita teliti ketentuan-ketentuan dalam piagam, maka tidak ada ketentuan yang
menyebutkan jika ada laporan yang tidak sesuai dengan situasi bagaimana sikap yang
harus diambil oleh Dewan Perwalian. Dewan Perwalian tidak dapat memaksa pada
negara wali. Sebagai contoh, misalnya masalah Afrika Barat Daya

Mahkamah Internasional (International Court of Justice)


Pasal 2(3) Piagam PBB menentukan bahwa segenap anggota PBB harus
menyelesaikan sengketa internasional dengan jalan damai dan mempergunakan cara-
cara sedemikian rupa sehingga perdamaian dan keamanan internasional, serta keadilan
tidak terancam.
Ada dua cara untuk menyelesaikan sengketa internasional, yaitu: 1). Perjanjian
antara dua pihak yang bersengketa dan; 2). Keputusan badan peradilan. Cara
penyelesaian sengketa dengan damai seperti yang ditentukan Pasal 33(1) Piagam PBB,
yaitu: negosiasi (negotiation), enkuire (enquiry), mediasi (mediation) dan konsiliasi
(conciliation) adalah suatu penyelesaian sengketa jika para pihak dapat membuat
perjanjian penyelesaian sengketa. Artinya kedua pihak, telah sama-sama setuju atas
65

rekomendasi yang disarankan suatu komisi (misalnya komisi konsiliasi), jika rekomendasi
tersebut tidak diterima oleh kedua pihak yang bersengketa, maka sengketa tersebut
belum terselesaikan.
Untuk menyelesaikan sengketa dengan jalan damai yang sesuai dengan asas-asas
keadilan dan hukum internasional, maka diperlukan badan yang berdiri sendiri dan badan
ini kedudukannya sebagai alat perlengkapan utama/organ utam PBB. Badan ini tidak
boleh dipengaruhi oleh kepentingan pihak tertentu dan harus bebas dari segala pengaruh
Mahkamah berdiri setelah statuta diratifikasi oleh mayoritas negara-negara anggota
LBB, PCIJ berdiri tahun 1921 dan berkedudukan di Den Haag.
Mahkamah Internasional dalam rangka PBB disebut Mahkamah Internasional
(International Court of Justice-ICJ) Menurut Pasal 92 Piagam PBB Statuta ICJ didasarkan
pada Statuta PCIJ dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Piagam PBB

Susunan Hakim
Hakim Mahkamah Internasional terdiri dari lima belas hakim yang dipilih oleh
Majelis Umum dan Dewan Keamanan dan nama-nama mereka diambil dari daftar yang
ada pada Mahkamah Tetap Arbitrasi (Permanen! Courl of Arbitration-?CA) (Pasal 4
Statuta ICJ). Yang memilih hakim ICJ adalah Majelis Umum dan Dewan Keamanan.
Majelis Umum dan Dewan Keamanan harus bekerja bebas satu sama lain dalam memilih
anggota ICJ. (Pasal 8 Statuta ICJ). Pemilihan hakim tersebut didasarkan pada syarat
masing-masing dan keanggotaan sebagai hakim dalam Mahkamah harus mewakili
bentuk-bentuk peradaban utama dan sistem hukum yang terpenting di dunia (Pasal 9
Statuta ICJ). Calon terpilih adalah calon yang mendapat suara terbanyak di Dewan
Keamanan dan Majelis Umum PBB. Dalam pemilihan hakim-hakim ICJ maka tidak ada
perbedaan antara suara anggota tetap dan tidak tetap (Pasal 10[ 1 dan 2] Statuta ICJ).

Syarat-Syarat Hakim
. Hakim tidak boleh mewakili/mempunyai kewarganegaraan yang sama (Pasal 10[3]
Statuta ICJ) jika ada calon yang berkewarganegaraan sama, maka hakim yang tertualah
yang akan dipilih.Hakim dipilih untuk masa jabatan sembilan tahun dan dapat dipilih
kembali (Pasal 13[1] Statuta ICJ). Pemilihan pertama dilakukan tahun 1946, pada
pemilihan yang pertama lima hakim dipilih untuk masa jabatan tiga tahun, lima orang
66

untuk enam tahun dan lima orang untuk masa sembilan tahun. Sehingga setiap tiga tahun
diadakan pemilihan hakim untuk lima hakim.
. Mahkamah akan menunjuk ketua dan wakil ketua untuk masa jabatan tiga tahun dan
mereka dapat dipilih kembali. Mahkamah akan menunjuk paniteranya dan dapat
menunjuk pejabat-pejabat lain bila diperlukan (Pasal 21 Statuta ICJ).
. Untuk menjaga agar hakim-hakim bertindak adil dan dapat mencurahkan segala
tenaga dan pikirannya, maka hakim tidak boleh menjalankan tugas politik/administrasi
atau terikat pada pekerjaan lain (Pasal 16 Statuta ICJ).
. Pasal 17 Statuta ICJ menetapkan bahwa hakim tidak boleh menjadi wakil,
penasihat atau pengacara dari satu perkara. Dalam hal dia menjadi penasihat atau
pembela satu perkara sebelum dia menjabat jabatan hakim, maka bila perkara tersebut
dibawa ke Mahkamah Internasional dia tidak boleh turut serta dalam sidang perkara
tersebut.
. Untuk melindungi hakim terhadap tekanan politik maka hakim tidak dapat
diberhentikan, kecuali bila pendapat dari seluruh anggota hakim menyatakan bahwa dia
sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai hakim (Pasal 18 Statuta ICJ).
. Untuk menjalankan tugasnya dengan tenteram, maka hakim memiliki hak-hak
kekebalan dan istimewa anggota diplomatik (Pasal 19 Statuta ICJ).Sebelum menjalankan
tugasnya, hakim harus mengambil sumpah jabatan bahwa ia akan menjalankan tugasnya
dengan tidak memihak dan dengan seksama (impartialland conscientiously) (Pasal 20
Statuta ICJ).

Hakim ad hoc
Jika Mahkamah menyidangkan satu perkara dan ternyata adahakim yang
mempunyai kebangsaan yang sama dengan salah satu pihak dalam sengketa, maka
pihak lainnya dapat memilih seseorang untuk duduk sebagai hakim ad hoc, dan orang
tersebut harus memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4 dan 5 Statuta
ICJ (Pasal 31 ayat ldan 2 Statuta ICJ).

Badan Panitera
Panitera Mahkamah Internasional terdiri dari Kepala Panitera, Wakil Panitera dan
pejabat lain bila diperlukan (Pasal 21 [2] Statuta Mahkamah Internasional).
67

Siapa yang Menjadi Pihak pada Mahkamah Internasional


Menurut Pasal 34(1) Statuta ICJ, maka hanya negara yang dapat menjadi pihak di
Mahkamah Internasional. Negara yang mana? Untuk menjawab pertanyaan ini maka:
Menurut Pasal 35(1), Mahkamah terbuka bagi negara-negara pihak Statuta ICJ. Negara
mana yang menjadi peserta ICJ. Pasal 93 Piagam PBB menentukan Semua anggota PBB
secara ipso facto menjadi pihak dalam Statuta ICJ.
. Negara yang bukan anggota PBB dapat menjadi pihak pada Statuta ICJ dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam tiap- tiap kasus oleh Majelis Umum PBB atas usul
Dewan Keamanan. Syarat-syarat tersebut ditetapkan dalam resolusi Majelis Umum No.
91 tanggal 11 Desember 1946 yang didasarkan pada resolusi Dewan Keamanan 15
Oktober tahun 1946. Syarat-syarat tersebut adalah:
a. Menerima Statuta ICJ yang dikemukakan dengan deklarasi
b. Membayar biaya ICJ berdasarkan jumlah yang adil (equitable amount).

Yurisdiksi ICJ yaitu :


1. Memberikan keputusan untuk perkara para pihak yang diajukan ke ICJ
(Pasal 36 ayat 1 Statuta ICJ),
2. Memberikan nasihat hukum (advisory opinion) untuk persoalan hukum atas
permintaan badan-badan sesuai dengan Pasal 96 Piagam PBB dan Pasal 65 Statuta
ICJ.
ICJ tidak mempunyai yurisdiksi untuk mengadili perkara, kecuali para pihak yang
bersengketa menyerahkan perkaranya ke ICJ. Dengan perkataan lain bahwa ICJ tidak
mempunyai yurisdiksi memaksa (compulsory yurisdiction) atas sengketa yang timbul
antarnegara. Di dalam dua hal ICJ mempunyai yurisdiksi memaksa atas sengketa hukum
yang timbul antarnegara. Jika para pihak yang bersangkutan terikat dalam suatu
perjanjian yang mengatakan bahwa mereka menyetujui bahwa ICJ akan mempunyai
yurisdiksi terhadap mereka mengenai berbagai sengketa tertentu (special).
Pasal 38(1) Statuta menentukan: Dalam memutuskan suatu perkara ICJ berpedoman
pada:
68

1. Peijanjian internasional baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus,
dengan menunjuk ketentuan-ketentuan yang jelas diakui oleh negara-negara yang sedang
berselisih.
2. Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti telah merupakan praktik-praktik
umum yang diterima sebagai hukum.
3. Prinsip-prinsip hukum yang diakui oleh bangsa beradab.
4. Sesuai dengan ketentuan Pasal 59, keputusan-keputusan hakim dan ajaran-ajaran
para ahli hukum yang tercakup di berbagai negara, sebagai bahan pelengkap untuk
menentukan peraturan-peraturan hukum Pasal 38(2) Statuta ICJ menentukan bahwa ICJ
dapat memutus suatu perkara dengan exaequo et bono yang artinya ICJ dapat memutus
berdasarkan kepatutan.

Bagaimana Suatu Perkara Dibawa ke ICJ


Suatu kasus dapat dibawa ke ICJ dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberitahuan kepada panitera tentang adanya peijanjian khusus (special
agreement) di mana para pihak telah menyetujui untuk penyelesaian sengketa
diserahkan pada ICJ. Pemberitahuan itu harus disertai asli atau copy dari peijanjian
khusus tersebut. Jika dalam perjanjian tersebut belum ditentukan apa yang
disengketakan oleh pihak-pihak yang bersengketa, maka dalam pemberitahuan
tersebut harus disebutkan apa yang disengketakan oleh pihak-pihak dalam
sengketa (Pasal 39(2) Rules of Court).
2. Dengan suatu permohonan (application) oleh salah satu pihak yang
didasarkan pada suatu pernyataan akan adanya yurisdiksi ICJ. Permohonan
tersebut harus disertai pokok sengketa, pihak-pihak yang dituntut (Pasal 40 Statuta
ICJ jo Pasal 38(1) Rules of Court). Panitera akan segera menyampaikan
permohonan tersebut pada pihak-pihak terkait, Panitera juga akan memberitahukan
pada anggota PBB melalui Sekjen PBB.

Hak-hak anggota ICJ


1) negara-negara lain yang berhak untuk hadir di ICJ.
2) Para pihak akan diwakili oleh wakilnya di ICJ dan mereka dapat memperoleh
penasihat atau pengacara (Pasal 42 Statuta ICJ).
69

3) Acara Persidangan
4) Prosedur persidangan terdiri dari dua bagian: Pertama, prosedur tertulis dan
kedua, prosedur lisan (Pasal 43 Statuta ICJ). Prosedur tertulis terdiri dari surat-menyurat,
surat-surat peringatan, jawaban dan bila perlu dokumen-dokumen yang diperlukan
sebagai dasar keputusan. Salinan dari tiap-tiap dokumen yang disampaikan oleh salah
satu pihak akan disampaikan pada pihak yang lain.
5) Prosedur lisan terdiri dari dengar pendapat (hearing) yang diadakan oleh ICJ dalam
hal ini akan didengar wakil-wakil, penasihat dan pengacara.
6) Lama prosedur beracara ini bermacam-macam kasus tergantung pada masing-
masing perkara, apakah perkara itu cukup rumit atau cukup penting. Biasanya para pihak,
meminta waktu yang cukup lama untuk menyiapkan segala sesuatunya.
7) Setelah ICJ mempelajari perkara tersebut, maka ICJ akan menyiapkan draf
keputusan. Keputusan diambil dengan suara terbanyak dari para hakim yang hadir.
Apabila dihasilkan keputusan dengan suara sama banyak. Ketua atau hakim yang
menggantikan mempunyai suara yang menentukan (Pasal 55 Statuta ICJ)

Keputusan ICJ
Keputusan ICJ memuat alasan-alasan yang dipakai sebagai dasar keputusan,
keputusan tersebut akan memuat nama-nama hakim yang mengambil keputusan tersebut
(Pasal 56 Statuta ICJ). Setiap hakim berhak mengemukakan pendapatnya sendiri tentang
perkara tersebut (dissenting opiniori) (Pasal 57 Statuta ICJ).
Keputusan ICJ adalah keputusan final dan tidak dapat diminta banding (Pasal 60
Statuta ICJ). Jika banding tidak mungkin, maka yang dimungkinkan adalah peninjauan
kembali atas keputusan tersebut (Pasal 61 Statuta ICJ). Peninjauan kembali tersebut
dimungkinkan bila hal tersebut didasarkan atas terdapatnya fakta-fakta lain yang ternyata
merupakan faktor yang menentukan. Fakta mana ketika keputusan diambil belum
diketahui oleh ICJ. Juga oleh pihak yang menuntut peninjauan kembali, dengan ketentuan
ketidaktahuan itu bukan disebabkan karena kelalaiannya. (Pasal 61 Statuta ICJ).
70

Pendapat-Pendapat yang Bersifat Nasihat


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa ICJ selain memutuskan perkara yang
menjadi wewenangnya juga dapat memberikan pendapat yang bersifat nasihat (Pasal 65
Statuta ICJ). Pasal 65 Statuta ICJ itu harus dihubungkan dengan Pasal 96 Piagam PBB.
Menurut Pasal 96 Piagam PBB maka badan-badan yang dapat meminta nasihat adalah:
1. Dewan Keamanan dan Majelis Umum.
2. Badan lainnya dan badan-badan khusus yang sewaktu-waktu dikuasakan oleh
Majelis Umum.

Anda mungkin juga menyukai