Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam memahami hukum organisasi internasional tidak dapat

dipisahkan dari sejarah pembentukan organisasi internasional itu sendiri, yang

sudah lama timbul sejak beberapa negara mengadakan hubungan internasional

secara umum dan masing-masing negara itu mempunyai kepentingan. Hubungan

internasional secara umum melibatkan banyak negara (lebih dari 2 negara),

berbeda dengan hubungan antara dua negara yang telah dirintis sejak abad ke-16

melalui pertukaran utusan masing – masing atas dasar persetujuan bersama. 1

Setiap manusia memiliki kepentingan, yaitu suatu tuntutan perorangan

atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan manusia ini akan

lebih terancam dan lebih sulit untuk dipenuhi apabila manusia hidup sendiri.

Karena itu sebagai makhluk sosial membutuhkan kerjasama dengan manusia lain.

Kehidupan bersama antar manusia ini membentuk suatu masyarakat. 2

Masyarakat merupakan suatu kehidupan masyarakat yang teroraganisir

dengan bertitik tolak pada ungkapan klasik seperti yang dikemukakan oleh

Aristoteles yakni “ubi societas ibi ius” (di mana ada masyarakat di sana terdapat

hukum). Masyarakat berkembang bertambah besar seiring pertambahan

kebutuhannya, sehingga terjadilah suatu bentuk negara. Hal ini sesuai dengan

definisi negara Fenwick, yaitu suatu masyarakat politik yang diorganisasi secara

tetap, menduduki suatu daerah tertentu, bebas dari pengawasan negara lain,

1
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta : Universitas
Indonesia, UI Press, 1990), hal. 1.
2
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, ( Yogyakarta : Liberty, 2007 ), hal. 1.

1
Universitas Sumatera Utara
sehingga dapat bertindak sebagai badan yang merdeka di muka bumi. 3

Kebutuhan manusia pun terus meningkat sehingga sumber daya yang

terdapat di dalam wilayah negaranya sendiri pun menjadi tidak mencukupi. Hal

ini mendorong manusia untuk mencari pemenuhan kebutuhannya di luar wilayah

negaranya sendiri. Karena itu dimulai adanya pergaulan manusia antar negara,

dimana terbentuk suatu komunitas internasional. Saling membutuhkan antara

bangsa – bangsa di berbagai lapangan kehidupan yang mengakibatkan timbulnya

hubungan yang tetap dan terus menerus antara bangsa – bangsa, mengakibatkan

pula timbulnya kepentingan untuk memelihara dan mengatur hubungan

demikian. 4

Karena kebutuhan antara bangsa-bangsa timbal balik sifatnya,

kepentingan memelihara dan mengatur hubungan yang bermanfaat demikian

merupakan suatu kepentingan bersama. Untuk menertibkan, mengatur dan

memelihara hubungan internasional ini dibutuhkan hukum guna menjamin unsur

kepastian yang diperlukan dalam setiap hubungan teratur. 5

Sebagaimana norma hukum lainnya, suatu norma hukum membebani

kewajiban dan juga memberikan hak. Karena itu, suatu hukum internasional pun

memiliki subjek hukum yang dapat dibebani kewajiban dan diberi hak. Pada awal

perkembangannya, hukum internasional hanya memiliki satu subjek hukum yakni

negara. Negara merupakan aktor utama didalam hukum internasional. 6

Hal ini dikarenakan hukum internasional pada asasnya produk dari


3
Huala Adolf, Aspek – Aspek Negara dalam Hukum Internasional , (Jakarta : CV
Rajawali, 1991), hal. 1.
4
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional,(Bandung
: PT Alumni, 2003), hal. 13.
5
Ibid, hal. 15.
6
Hans Kelsen, Principles of International Law , New York, 1952, p97, sebagaimana
dikutip dalam Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (
Bandung : Alumni 2003), hal. 96 -97.

Universitas Sumatera Utara


hubungan antar negara, baik melalui praktik yang membentuk suatu kebiasaan

internasional, ataupun melalui perjanjian - perjanjian internasional. 7 Yang

dimaksud negara adalah suatu entitas yang memenuhi kriteria yang tercantum

didalam Pasal 1 Montevideo ( Pan America) Convention on Rights and Duties of

States of 1930,yaitu yang berbunyi sebagai berikut : 8

The State as a person of international law should possess the following

qualifications :

1. A permanent population,

2. A defined territory,

3. A government, and

4. A capacity to enter into relations with other states.

Sebagai pemeran utama didalam hukum internasional, suatu negara

memiliki konsep kedaulatan. Kedaulatan artinya suatu negara memiliki kekuasaan

tertinggi. 9 Namun, kedaulatan ini terbatas hanya di dalam wilayah negara

tersebut. Seiring dengan berkembangnya zaman dan perkembangan kebutuhan

manusia, negara sebagai satu – satunya subjek hukum internasional dianggap

tidak lagi dapat memadai untuk memenuhi kepentingan manusia, khususnya

masyarakat suatu negara. Suatu hubungan bilateral yang dibentuk oleh misi

diplomatik sudah tidak lagi dianggap cukup. Masalah – masalah antara lebih dari

dua negara semakin banyak muncul.

Mengingat pengaturannya tidak lagi dapat diselesaikan hanya melalui

7
Rebecca M.M Wallace, International Law, (London : Sweet & Maxwell, 1992), hal. 59.
8
Huala Adolf, Op Cit, hal. 2.
9
Mochtar Kusumaatmadja, Op Cit, Hal 6

Universitas Sumatera Utara


perjanjian – perjanjian bilateral ataupun melalui saluran diplomatik yang

tradisional saja, maka mulailah timbul pemikiran untuk mendirikan organisasi –

organisasi internasional. Dalam membentuk organisasi internasional, negara –

negara itu akan berusaha untuk mencapai tujuan yang menjadi kepentingan

bersama dan kepentingan ini menyangkut bidang kehidupan internasional yang

sangat luas. 10

Sejak pertengahan abad ke-17 perkembangan organisasi internasional

tidak saja diwujudkan dalam berbagai konferensi internasional yang kemudian

melahirkan persetujuan – persetujuan, tetapi lebih dari itu telah melembaga dalam

berbagai variasi dari komisi ( Commision), serikat ( Union), dewan ( Council), liga

(League), persekutuan (Association), perserikatan bangsa – bangsa (United

Nations), persemakmuran (Commonwealth), masyarakat (Community,

(Coorperation), dan lain – lain. 11

Proses perkembangan organisasai internasional yang sebegitu cepat

sekaligus telah menciptakan norma – norma hukum yang berkaitan dengan

organisasi itu, yang kemudian membentuk suatu perjanjian yang disebut

instrumen dasar atau instrumen pokok (Constituent instrument), atau biasa disebut

anggaran dasar. Organisasi Internasional dalam arti luas pada hakekatnya meliputi

bukan saja organisasi internasional publik tetapi juga organisasi internasional

privat. Organisasi internasional publik beranggotakan negara dan karena itu

disebut juga sebagai organisasi antar pemerintahan (inter-governmental

organization). 12Namun pada umumnya disebut sebagai organisasi internasional.

10
Michael Akehurst, A Modern Introduction to International Law, (London : George
Allen & Unwin Publisher), hal. 4.
11
Sumaryo Suryokusumo, Op.cit, hal 2.
12
Ibid, hal. 3.

Universitas Sumatera Utara


Agar suatu organisasi internasional mempunyai status publik, organisasi

ini haruslah dibentuk dengan suatu persetujuan internasional, mempunyai badan –

badan dan karena mempunyai persetujuan internasional maka pembentukan itu

dibawah hukum internasional. Selain organisasi publik, dikenal pula organisasi

internasional privat. Organisasi internasional privat ini beranggotakan bukan

negara, melainkan negara badan – badan atau lembaga – lembaga swasta di

berbagai negara. 13

Dewasa ini telah ditemukan banyaknya organisasi internasional. Bahkan

organisasi internasional yang ada telah dibuat suatu pengklasifikasian. Ada yang

membedakan antara organisasi yang memiliki keanggotaan yang universal dan

dengan organisasi internasional yang keanggotaan regional. Organisasi yang

memiliki keanggotaan universal contohnya adalah Perserikatan Bangsa – Bangsa

(PBB), sedangkan organiasasi yang memiliki keanggotaan regional contohnya

adalah European Union (EU), NATO, dan lain sebagainya. Ada juga yang

membedakan antara organisasi yang memiliki fungsi politik, organisasi dengan

fungsi administratif, dan organisasi dengan fungsi yudisial. 14

Sebagai salah satu subjek hukum internasional, sebuah organisasi

internasional juga memiliki banyak perrmasalahan. Hal ini dikarenakan suatu

organisasi internasional terdiri atas anggota – anggota yang berupa negara –

negara. Negara – negara ini sendiri merupakan suatu subjek hukum internasional

yang memiliki kedaulatan, kepentingan, dan kehendaknya tersendiri. Suatu

organisasi internasional diatur kegiatannya melalui instrumen pokoknya tersendiri

yang berupa perjanjian internasional tersebut.


13
Ibid , hal. 5.
14
Phillipe Sands dan Pierre Klein, Bowett’s Laws of International Institutions, (London :
Sweet & Maxwell, 2001), hal. 18.

Universitas Sumatera Utara


Namun, suatu instrumen pokok sering kali tidak bisa memenuhi semua

kemungkinan atas permasalahan yang akan timbul bagi suatu organisasi

internasional. Salah satu masalah yang pelik mengenai organisasi internasional

masalah keanggotaan. Sering kali ditemukan instrumen pokok yang ada tidak

mengatur secara komperehensif mengenai masalah keanggotaan.

Masalah keanggotaan yang dimaksud disini seperti masalah penerimaan

anggota, pengeluaran anggota, pemberhentian keanggotaan, dan lain sebagainya.

Contoh yang dapat diambil disini adalah ketentuan mengenai pengunduran diri

Indonesia dari keanggotaan PBB. Di dalam Piagam PBB tidak terdapat ketentuan

mengenai keanggotaan pengunduran diri anggota PBB.

Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah dengan tidak diaturnya

pengunduran ini tetap dapat dilakukan pengunduran diri dari keanggotaan PBB.

Dengan demikian, dapat terlihat bahwa suatu instrumen pokok ternyata tidak

dapat menjelaskan berbagai macam permasalahan yang dapat muncul pada suatu

organisasi internasional.

Hal yang sama juga terjadi pada World Health Organization (WHO)

ketika Uni Soviet dan beberapa negara pengikutnya menyampaikan

pemberitahuan mengenai pengunduran diri meskipun tidak terdapat ketentuan

mengenai pengunduran diri dalam konstitusinya. Ketika negara – negara tersebut

menyampaikan pernyataan pengunduran diri mereka, terjadi kerancuan akan

status negara – negara tersebut sebagai anggota dari World Health Organization

(WHO). Apakah negara-negara tersebut dianggap sudah keluar dari keanggotaan

WHO atau masih dianggap sebagai anggota WHO?

Berdasarkan hal-hal tersebut maka permasalahan mengenai pengunduran

Universitas Sumatera Utara


diri dari organisasi internasional ini penting untuk dibahas dan dikaji secara rinci.

“Bagaimana kedudukan negara dalam keanggotaan suatu Organisasi Internasional

?” “Bagaimana pengaturan mengenai pengunduran diri negara anggota dari

Organisasi Internasional ?” Lalu “Bagaimana praktik yang terjadi dalam

Organisasi Internasional berikut analisis terhadap hal tersebut apabila ada negara

anggota yang secara sepihak berkeinginan untuk mengundurkan diri?”

Permasalahan-permasalahan inilah yang akan dibahas dan dikaji secara rinci dan

detail dalam tulisan ini.

B. Permasalahan

Bila memperhatikan batasan masalah yang hendak dibahas pada penelitian

ini. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan yang diuraikan sebagai

berikut :

1. Bagaimana kedudukan negara dalam keanggotaan suatu Organisasi

Internasional ?

2. Bagaimana pengaturan mengenai pengunduran diri negara anggota

dari Organisasi Internasional ?

3. Bagaimana praktik yang terjadi dalam Organisasi Internasional berikut

analisis terhadap hal tersebut apabila ada negara anggota yang secara

sepihak berkeinginan untuk mengundurkan diri ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Hukum Organisasi Internasional merupakan bagian dari hukum

internasional. Organisasi Internasional memiliki peranan yang sangat penting

Universitas Sumatera Utara


untuk negara di dalam melakukan hubungan internasional. Adapun yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan lebih memahami bagaimana ketentuan hukum

tentang mekanisme pengunduran diri dari keanggotaan organisasi

internasional.

2. Mengetahui mekanisme pengaturan mengenai pengunduran diri negara

anggota dari organisasi internasional.

3. Mengetahui apakah pengunduran diri negara anggota dari keanggotaan

suatu organisasi internasional dapat dilakukan secara sepihak dan

bagaimanakah praktik yang telah terjadi.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

Manfaat teoritis :

1. Memberikan tambahan literatur sebagai bahan pustaka Hukum

Internasional tentang pengunduran diri dari keanggotaan organisasi

internasional.

2. Memberikan dasar bagi penelitian selanjutnya dalam masalah

pengunduran diri dari organisasi internasional dan pengaturan lainnya.

Manfaat praktis :

1. Untuk Pemerintah Republik Indonesia, agar dapat memberikan

masukan tentang arti penting, maksud, dan faedah pengunduran diri

dari keanggotaan organisasi internasional.

Universitas Sumatera Utara


2. Untuk masyarakat luas, agar dapat memberikan wawasan tentang

pengunduran diri dari organisasi internasional, mulai dari mekanisme

sampai dengan ketentuan internasional yang mengatur hal tersebut.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini yang berjudul : ANALISIS YURIDIS MENGENAI

PENGUNDURAN DIRI DARI ORGANISASI INTERNASIONAL DITINJAU

DARI HUKUM INTERNASIONAL merupakan hasil pemikiran dari penulis

sendiri tanpa ada harus ada unsur penjiplakan dari hasil karya orang lain yang

dapat merugikan pihak – pihak tertentu. Judul ini sudah dilakukan pemeriksaan

dimana telah lulus uji bersih pada 27 April 2016 dan hal ini telah membuktikan

bahwasanya judul skripsi ini belum pernah ditulis sebelumnya di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian, keaslian dari pada penulisan dapat

dipertanggungjawabkan oleh penulis, terutama secara ilmiah, akademik maupun

moril.

E. Tinjauan Kepustakaan

Organisasi merupakan kumpulan kelompok yang dibentuk dengan tujuan

yang sama. Namun perlu diketahui juga bahwa organisasi sendiri memiliki jenis

dan macam yang sangat banyak. Di antaranya ada organisasi umum, organisasi

modern, dan organisasi internasional. Organisasi sendiri merupakan struktur

hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok atau orang. Hubungan tersebut

terjalin karena adanya tujuan-tujuan yang harus dicapai.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan, teori organisasi merupakan teori yang mempelajari kegiatan

serta aktivitas yang ada pada organisasi tersebut. Kajian pembahasannya teori

organisasi antara lain fungsi organisasi, perealisasikan visi dan misi.Dari itu

semua tentu saja setiap orang yang berperan aktif terhadap organisasi haruslah

memiliki ilmu yang ddapat menjadi sebuah dasar pemikiran. Ilmu tersebut disebut

dengan ilmu organisasi.

Perlu diketahui kembali bahwa dalam teori organisasi dikenal juga definisi

organisasi internasional. Organisasi Internasional ialah suatu badan yang

terbentuk dengan beranggotakan negara satu dengan negara lain yang tujuan

pendiriannya untuk mencapai tujuan bersama sesuai isi perjanjian. Organisasi

internasional dapat disebutkan misalnya PBB, ASEAN, WHO, NATO, OKI dan

masih banyak lagi. Pendirian organisasi tersebut tentu saja memberikan manfaat

tersendiri bagi para anggotanya.

Maraknya serta banyaknya badan atau organisasi internasioanal yang ada

di dunia ini, mendorong para ahli untuk ikut serta mendefinisikannya seperti

Pareira Mandalangi , T. Sugeng Istanto. Dalam hal ini, Pareira Mandalangi

sebagai salah satu ahli, Beliau menyebutkan bahwa organisasi internasional

memiliki dua arti, yaitu arti sempit dan arti yang luas. Organisasi dalam artian

yang sempit memiliki pengertian bahwa organisasi yang ada dan terbentuk

memiliki sifat sebagai pelayan publik. Sedangkan, organisasi internasional dalam

arti yang luas maksudnya organisasi melintasi batas negara, baik bersifat publik

maupun privat. T. Sugeng Istanto mengungkapkan bahwa organisasi internasional

merupakan kerja sama yang terjalin antar banyak pihak untuk mencapai tujuan

bersama yang sifatnya internasioanal.

Universitas Sumatera Utara


Secara sederhana, dari beberapa bantuan definisi di atas, dapat dirumuskan

bahwa organisasi internasional merupakan suatu organisasi yang baik gerak,

maupun pelakunya melintasi batas sebuah negara, berangkat dari kesepakatan

masing-masing anggota untuk bekerja sama, memiliki regulasi yang mengikat

anggota, dan untuk mewujudkan tujuan internasional tanpa meleburkan tujuan

nasional dari masing-masing anggota dari organisasi internasional yang

bersangkutan.

Adanya organisasi tersebut tentu saja memiliki peran dan fungsinya

masing-masing. Peran serta fungsi tersebut dirumuskan oleh Le Roy Bannet

meliputi :

1.Sebagai sarana serta prasarana kerja sama yang dapat memberikan

manfaat satu sama lainnya.

2.Sebagai tempat untuk mencapai keputusan bersama.

3.Sebagai mekaisme administratif.

4.Menyediakan berbagai saluran komunikasi antar pemerintah.

Sebelum beranjak kepada demokrasi dalam sistem institusi internasional,

kita harus lebih dahulu tahu sejarah singkat perjalanan organisasi internasional

untuk mengetahui lebih banyak dalam perilaku demokrasi transnasional era ini.

Embrio dari pola hubungan internasional yang baru membentuk suatu organisasi

pertama adalah Liga Delian, yang mana dibentuk sekitar tahun 478 SM. 15

Liga ini diikuti oleh negara-negara kota (polis) di Yunani kala itu, dan

Athena adalah yang paling mendominasi. Awalnya bertujuan militer melawan

15
Syahmin, Ak, S.H, M.H., Hukum Diplomatik , penerbit PT RajaGrafindo Parsada,
Jakarta, 2008, hal. 3.

Universitas Sumatera Utara


ekspansi Persia. Setelah itu, 1500 tahun kemudian, dibentuk Liga Hanseatic.

Liga ini lebih bergerak pada asosiasi dagang yang berpusat di sebelah utara

Jerman (Eropa Utara). Asosiasi yang berfokus pada kerjasama perdagangan ini

bertahan sekitar 6 abad.

Selanjutnya, muncullah semacam negara internasional yang menggunakan

agama sebagai basis, yaitu Western Christendom yang dimana kepemimpinannya

teokratis oleh para petinggi Gereja Barat. Bentuk ini bisa disebut juga sebagai

federalisme dunia Kristen. Sebenarnya jauh sebelum adanya LBB sebagai

organisasi trans-nasional untuk perdamaian dan keamanan, ide-ide untuk

menciptakan perdamaian telah banyak muncul. 16

Salah satunya pendapat Hugo Grotius bahwa ketika penyelesaian masalah

dalam pengadilan gagal, maka perang akan terjadi. Lanjutnya, jika negara-negara

ingin tetap bertahan dalam keadaan alami dunia yang anarki atau dibawah

kekuasaan diktator, yaitu dengan aternatif menciptakan suatu komunitas

internasional. Ide ini yang kemudian mengilhami munculnya LBB, PBB, dan

kerjasama keamanan kolektif semacam NATO. Jadi sebetulnya memang

kesetaraan kebebasan negara sangatlah penting dalam hukum internasional.

Kemudian ada Michael Wolff yang mengungkapkan idenya tentang the global

citizenry (penduduk dunia), artinya ide tentang negara dunia. 17

Setelah Perang Napoleon, pada Kongres Wina tahun 1814 kemudian

dibentuk Concert of Europe . Dimana partisipannya sepakat untuk menghindari

perang karena biaya perang yang begitu tinggi. Concert of Europe mungkin

adalah organisasi internasional pertama pada era modern. Fungsinya adalah untuk
16
Sumaryo Suryokusumo, Op.cit, hal. 2.
17
Arthur Nussbaum, Sejarah Hukum Internasional . Terjemahan dari A. Concise History
of the Law of Nations, oleh Sam Suhaedi, (Bandung : Andi Publisher, 1969), hal. 163.

Universitas Sumatera Utara


menciptakan perdamaian di Eropa, terutam sebagai balance of power. Ini bertahan

cukup lama hingga 1870 ketika pecahnya perang antara Jerman dan Perancis.

Kemudian muncul ide dari Oppenheim yang kira-kira tentang World Organization

and Representative of All People.

Pasca Perang Dunia I yang banyak menghancurkan Dunia Eropa, ide

tentang organisasi dunia dirasa semakin perlu diwujudkan demi menjaga

perdamaian dan kebaikan bersama masyarakat dunia. Kemudian seusai perang,

Presiden A.S. Woodrow Willson terus-menerus meyakinkan dunia bahwa masalah

perang bisa dicegah jika bisa dibawa di konferensi internasional. 18Kemudian dari

tahun 1899 sampai dengan 1907 diadakan Konferensi Internasional untuk

Perdamaian, yang puncaknya pada tahun 1907 di Hague, kesemua 44 negara

berdaulat mengirimkan wakilnya untuk konferensi dan dibentuklah Liga Bangsa-

Bangsa. Oppenheim mengusulkan agar anggota konferensi dapat membuat

undang-undang sebagai hukum internasional yang akan berlaku. 19Dengan catatan

perlu ditekankan untuk lebih mendengarkan pendapat masyarakat dunia. Dalam

banyak hal LBB dinilai lebih demokratis daripada suksesornya, PBB.

Pembentukan liga ini menjadi titik balik organisasi dunia setelah Christendom

runtuh.

Namun, kemudian gagalnya LBB dalam menjaga keamanan dan mencegah

pecahnya Perang Dunia II menjadi titik untuk perlunya merevisi ide organisasi

internasional dari Oppenheim. Memang LBB dalam praktiknya hanya memainkan

fungsi legislatif dan administratif, tanpa adanya fungsi eksekutif. Kemudian pasca

Perang Dunia II, dibentuklah Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sejak itu mulai tahun

18
Suryokusumo, op.cit., hal. 8.
19
Suhaedi, op.cit., hal. 166.

Universitas Sumatera Utara


1960-an, 80 negara menjadi independen, dan dekolonisasi semakin gencar. Pada

tahun 1991, sebanyak 113 negara telah meratifikasi Perjanjian tentang Hak-hak

Sipil dan Politik. Ini menunjukkan kemajuan besar partisipasi dalam organisasi

internasional, termasuk negara-negara yang baru merdeka.

Ide kesetaraan kedaulatan semakin dipertegas dalam perjanjian ini di

Artikel 1 : “Semua orang memiliki hak untuk menentukan nasib diri sendiri.

Dengan sifat tersebut mereka berhak menentukan status politik, dan bebas

memperjuangkan perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya mereka”. Piagam

PBB mengembalikan kekuasaan kepada negara masing-masing secara utuh.

Meski kedaulatan tidak tersentuh dari tangan negara, dalam

perkembangannya organisasi internasional justru semakin berkembang bahkan

bisa membuat kekuatan supranasional. Pada akhir abad ke-20 bermunculan

organisasi regional seperti Uni Eropa, institusi kerjasama multilateral seperti IMF,

World Bank, dan WTO. Dan bahkan institusi untuk menjalin kerjasama dalam

keamanan seperti NATO. 20

F. Metode Penelitian

Sebagai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dari hal – hal yang

disebutkan diatas dapat dilakukan dengan pendekatan kepustakaan (Library

research) atau penelitian normatif, yaitu dengan upaya penyeleksian dan

pengumpulan data – data dari berbagai macam buku – buku, pendapat para

sarjana, kamus, ensiklopedia dan literatur hukum internasional maupun hubungan

politik internasional yang berkaitan dengan uraian penulis tersebut di atas dan

selain itu, juga dari berbagai macam berita – berita internasional, media cetak dan

20
Ko. Swan Sik, “ Hukum Internasional Hak – Hak Keistimewaan dan Kekebalan” ,
disusun oleh A. Budiman dan Alimudin, Fakultas Hukum UI Jakarta, hal. 97.

Universitas Sumatera Utara


elektronika.21

Dari penelitian data – data tersebut, penulis pun dapat memenuhi

pembahasan skripsi ini secara metode, yaitu :

1. Teoritis

Menambah dan memperluas khasanah ilmu hukum, khususnya hukum

internasional mengenai pengunduran diri dari organisasi internasional.

2. Praktis

Menambah informasi yang lebih akurat mengenai praktik yang berlaku

organisasi internasional.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini penulis membuat sistematika

pembahasan yang terdiri dari bab – bab dan sub bab. Sistematikanya ialah sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang Latar belakang,

Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian

Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : KEDUDUKAN KEANGGOTAAN ORGANISASI

INTERNASIONAL

Bab ini akan membahas mengenai kedudukan

keanggotaan di dalam organisasi internasional. Di dalam

21
Sri Mamudji et al, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 5.

Universitas Sumatera Utara


bab ini, akan dibahas secara komperehensif mengenai

masalah – masalah keanggotaan seperti klasifikasi

keanggotaan, prinsip – prinsip keanggotaan, penerimaan

keanggotaan, penangguhan keanggotaan, serta

pengakhiran keanggotaan. Di dalam Bab ini juga akan

dilihat praktik keanggotaan yang terdapat didalam

berbagai organisasi internasional.

BAB III :PENGUNDURAN DIRI DARI KEANGGOTAAN

ORGANISASI INTERNASIONAL

Bab ini akan membahas mengenai masalah pengunduran

diri dari keanggotaan suatu organisasi internasional. Bab

ini akan memulai membahas mengenai pengaturan

mengenai pengunduran diri menurut ketentuan Vienna

Convention on the Law of Treaties 1969. Dan pada

akhirnya akan melihat praktik pengunduran diri dari

organisasi – organisasi internasional yang ada.

BAB IV :ANALISIS PENGUNDURAN DIRI OLEH NEGARA

ANGGOTA SECARA SEPIHAK DARI

KEANGGOTAAN ORGANISASI INETRNASIONAL

Bab ini akan membahas mengenai masalah pengunduran

diri secara sepihak negara anggota dari suatu Organisasi

Internasional. Di dalam bab ini akan dipaparkan analisis

pengunduran diri negara anggota Organisasi Internasional

baik dari keanggotaan PBB, WHO, dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


BAB V : PENUTUP

Pada bab ini, penulis mengambil kesimpulan terhadap

bab I sampai bab IV dan juga memberikan saran-saran

yang mungkin berguna dalam hal pembahasan tentang

pengunduran diri dari organisasi internasional.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai