Nama Kelompok :
April Wahyudi
Fredi Nur Ilham
Ismah Rina Sari
Reko Saputra Jaya
Septarianto Evanz
Syarief Hidayatullah
TERY
KATA PENGANTAR
Puji syukur Allah SWT atas segala limpahan rahmad dan hidayahnya sehingga kami
yang masihd alam tahapan belajar dapat menyelesaikan makalah PKN.
Mengenai laporan mahkama agung internasional dalam menciptakan ketertiban dunia.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada yang telah meluruskan praktikum
saya. Kritik dan sarannya dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan umumnya bagi kita semua.
Bengkulu, 20 Mei 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persoalan mengenai hukum internasional selalu memberikan kesan yang menarik
untuk di bahas. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang tinggi pada setiap orang.
Secara teori hukum internasional mengacu pada peraturan-peraturan dan norma-norma yang
mengatur tindakan Negara-negara dan kesatuan lain yang pada suatu saat akan diakui
mempunyai kepribadian internasional, seperti misalnya organisasi internasional dan individu,
dalam hal hubungan satu dengan yang lainnya.
Negara-negara perlu hidup bersama-sama. Hukum internasional disusun dan lahir
karena kebutuhan dan dirancang untuk mencapai ketertiban dan perdamaian dunia. Suatu
sistem yang bertujuan untuk men-cap suatu negara sebagai bersalah dan negara lain sebagai
tidak bersalah dan partisiapasi utama dari sistem hukum internasional yaitu negara-negara
yang semuanya diperlakukan sebagai pemilik kedaulatan yang sama.1[1]
Hubungan-hubungan internasional yang diadakan antar negara tidak selamanya
terjalin dengan baik. Seringkali hubungan itu menimbulkan sengketa di antara mereka.
Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa. Sumber potensi sengketa
antar negara dapat berupa perbatasan, sumber daya alam, kerusakan lingkungan,
perdagangan, dll. Manakala hal demikian itu terjadi, hukum internasional memainkan
peranan yang tidak kecil dalam penyelesaiannya.
Seiring perkembangan zaman, hukum internasional juga terus berkembang. Sejak
pergaulan internasional makin meningkat menjelang abad 19 hukum internasional telah
menjadi suatu sistem universil dan pada abad 20 telah merupakan suatu perluasan yang tidak
ada tandingannya.
Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian yang cukup penting
di masyarakat internasional sejak awal abad ke- 20. Upaya-upaya ini ditujukan untuk
menciptakan hubungan-hubungan antara negara yang lebih baik berdasarkan prinsip
perdamaian dan keamanan internasional.
Hal itulah yang sangat menarik untuk kita amati, bagaimana peranan yang seharusnya
dilakukan oleh hukum internasional dalam menegakkan keadilan demi tercapainya
perdamaian dunia.
2. Rumusan Masalah
Adapun inti dari permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1
a.
b.
c.
3.
Metode yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode penulisan referensi dan
pembahasan. Yang mana penulis menggunakan banyak literature dalam penulisan makalah
ini, seperti buku-buku, internet, dan sumber-sumber lain. Dalam penulisan makalah ini
penulis juga melakukan pembahasan mengenai apa-apa saja yang perlu di ambil dan di
jadikan referensi.
Dalam pembahasan penulis menyaring semua informasi yang ada dan merangkumnya
menjadi sebuah makalah yang utuh dan lengkap. Metode penulisan yang penulis gunakan ini
memiliki kelebihan dari metode-metode yang lain karena selain sederhana, metode ini juga
paling mudah untuk di mengerti dan diolah karena sumbernya berasal dari buku-buku.
4. Tujuan dan Manfaat
4.1 Tujuan
Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem
Hukum Indonesia yang diberikan kepada Penulis serta agar mahasiswa sebagai generasi
penerus bangsa dapat melihat bagaimana kenyataan dari penegakan hukum internasional pada
saat ini.
4.2 Manfaat
1.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat Hukum Internasional
pembebasan nasional. Bahkan, dalam hal tertentu, hukum internasional juga diberlakukan
terhadap individu-individu dalam hubungannya dengan negara-negara.
Sedangkan menurut pendapat Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H. Hukum
Internasional adalah keseluruhan kaidah kaidah dan asas asas hukum dan mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas batas negara yaitu hubungan internasional
yang tidak bersifat perdata.
Selain itu hukum Internasional dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang
untuk sebagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya
negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati dan karenanya benar-benar ditaati secara
umum dalam hubungan-hubungan mereka satu sama lain, dan meliputi juga:
a. Kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan berfungsinya lembaga-lembaga atau
organisasi-organisasi internasional, hubungan-hubungan antara mereka satu sama lain, dan
hubungan mereka dengan negara-negara dan individu-individu,
b. Kaidah-kaidah hukum tertentu yang berkaitan dengan individu-individu dan badan-badan
non-negara sejauh hak-hak dan kewajiban individu dan badan non-negara tersebut penting
bagi masyarakat internasional. 2[2]
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum internasional
adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala internasional atau merupakan
keseluruhan kaedah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara antara negara dengan Negara serta negara dengan subyek hukum lain bukan negara
atau subyek hukum bukan negara satu sama lain.3[3]
2
3
Pada abad 19, hukum internasional berkembang dengan cepat, karena adanya faktorfaktor penunjang, antara lain : (1) Setelah Kongres Wina 1815, negara-negara Eropa berjanji
untuk selalu menggunakan prinsip-prinsip hukum internasional dalam hubungannya satu
sama lain, (2). Banyak dibuatnya perjanjian-perjanjian (law-making treaties) di bidang
perang, netralitas, peradilan dan arbitrase, (3). Berkembangnya perundingan-perundingan
multilateral yang juga melahirkan ketentuan-ketentuan hukum baru.
Di abad 20, hukum internasional mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena
dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: (1). Banyaknya negara-negara baru yang lahir
sebagai akibat dekolonisasi dan meningkatnya hubungan antar negara, (2). Kemajuan pesat
teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengharuskan dibuatnya ketentuan-ketentuan baru
yang mengatur kerjasama antar negara di berbagai bidang, (3). Banyaknya perjanjianperjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat bilateral, regional maupun bersifat global,
(4). Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa Bangsa
dan berbagai organ subsidernya, serta Badan-badan Khusus dalam kerangka Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang menyiapkan ketentuan-ketentuan baru dalam berbagai bidang. Hukum
internasional telah merupakan satu perluasan yang tidak ada tandingannya.
3. Sumber-sumber Hukum Internasional
Pada dasarnya, sumber hukum terbagi menjadi dua, yaitu: sumber hukum dalam arti
materiil dan sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam arti materiil adalah
sumber hukum yang membahas materi dasar yang menjadi substansi dari pembuatan hukum
itu sendiri.
Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang membahas bentuk atau
wujud nyata dari hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah hukum itu tampak
dan berlaku. Dalam bentuk atau wujud inilah dapat ditemukan hukum yang mengatur suatu
masalah tertentu.
Sumber hukum internasional dapat diartikan sebagai:
a. Dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional;
b. Metode penciptaan hukum internasional;
c. Tempat diketemukannya ketentuan-ketentuan hukum internasional yang dapat diterapkan
pada suatu persoalan konkrit. (Burhan Tsani, 1990; 14)
Menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber hukum
internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara, adalah:
agar mereka mau bertemu, duduk bersama dan bernegoisasi atau dikenal dengan nama
fasilisator.
Keikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian sengketa dapat dua macam yaitu atas
permintaan para pihak atau inisiatif pihak ketiga sendiri yang menawarkan jasa-jasa
baiknya guna menyelesaiakan sengketa. Dalam kedua cara ini, syarat mutlak yang harus
ada adalah kesepakatan para pihak.
d. Mediasi
Yang menjadi pihak ketiga ini organisasi internasional, negara ataupun individu.
Pihak ketiga ini dalam sengketa ini dinamakan mediator. Biasanya ia dengan kapasitasnya
sebagai pihak yang netral berupa mendamaikan para pihak dengan memberikan saran
penyelesaian sengketa
Fungsi utamanya adalah mencari solusi (penyelesaian) mengidentifikasi, hal-hal yang
dapat disepakati para pihak serta membuat usulan-usulan yang dapat mengakhiri sengketa,
informal, dan bersifat aktif. Dalam proses negoisasi sesuai dengan pasal 3 dan 4 haque
convention on the pacific settlement of disputes (1907) yang menyatakan bahwa usulanusulan yang diberikan mediator janganlah dianggap sebagai suatu tindakan yang
bersahabat terhadap suatu pihak (yang merasa merugikan).
e. Konsiliasi
Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa yang sifatnya lebih formal dibandingkan
mediasi. Biasanya konsiliasi ini berbentuk badan konsiliasi yang dibentuk oleh para pihak
melalui perjanjian. Komisi ini berfungsi untuk menetapkan persyaratan-persyaratan
penyelesaian yang diterima oleh para pihak, sehingga lebih formal atau luas karena ada
aturan dan ada lembaga atau lembaganya.
. Para pihak mendengarkan keterangan lisan para pihak dan dapat diwakkili oleh
kuasanya. Hasil fakta-fakta yang diperoleh konsilator (sebutan dari konsiliasi)
menyerahkan laporannya kepada para pihak dengan kesimpulan dan usulan-usulannya,
dan putusannya tidak mengikat karena diterima atau tidaknya usulan tersebut tergantung
sepenuhnya kepada para pihak.
f. Arbitrasi
Biasanya arbitase menunjukkan pada prosedur yang persis sama sebagaimana dalam
hukum nasional yaitu menyerahkana sengketa kepada orang-orang tertentu yang
dinamakan arbitrator, yang dipilih bebas oleh para pihak. Arbitasi adalah suatu institusi
yang sudah cukup tua tetapi sejarah baru mencatatat pada tahun 1797, pada kasus jay
treaty antara inggris dan amerika. Yang mengatur joint mixed commission. Yang
Contoh lain dalam sengketa di ICSID ini adalah sengketa antara KPC dan
pemerintah Kaltim, Pemprov Kaltim telah mencabut gugatan sengketa divestasi melalui
ICSID pada 2008 saat era Gubernur Kaltim Yurnalis Ngayoh. Dampak pencabutan itu,
Pemprov Kaltim bakal menerima kompensasi senilai Rp 285 miliar, tetapi hingga kini
belum dibayar KPC.
g. Penyelesaian Yudisial.
Penyelesaiaan yudisial berarti suatu penyelesaian yang dihasilkan melalui suatu
yang penagdilan internasional yang dibentuk sebagaimana mestinya, dengan
memberlakukan kaidah-kaidah hukum. Salah satunya organ umum untuk penyelesaian
yudisial yang saat ini tersedia dalam masyarakat inetrnasional adalah International Court
of justice di the Haque yang menggantikan dan melanjutkan kontinuitas Permanent Court
of International Justice. Pengukuhan lembaga ini dilaksanakan pada tanggal 18 april 1946
oleh dewan majelis PBB.
Intenational Court of justice dibentuk berdasarkan Bab IV (pasal 92-96) Charter
PBB yang dirumuskan di san fransisico pada tahun 1945. Mahkamah Internasional terdiri
dari 15 hakim, dua merangkap ketua dan wakil ketua, masa jabatan 9 tahun. Anggotanya
direkrut dari warga Negara anggota yang dinilai cakap di bidang hukum internasional.
Lima berasal dari Negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB seperti Cina, Rusia,
Amerika serikat, Inggris dan Prancis.
Fungsi Mahkamah Internasional Adalah menyelesaikan kasus-kasus persengketaan
internasional yang subyeknya adalah Negara. Ada 3 kategori Negara, yaitu :
1) Negara anggota PBB, otomatis dapat mengajukan kasusnya ke Mahkamah Internasional.
2) Negara bukan anggota PBB yang menjadi wilayah kerja Mahkamah intyernasional. Dan
yang bukan wilayah kerja Mahkamah Internasional boleh mengajukan kasusnya ke
Mahkamah internasional dengan syarat yang ditentukan dewan keamanan PBB
3) Negara bukan wilayah kerja (statute) Mahkamah internasional, harus membuat deklarasi
untuk tunduk pada ketentuan Mahjkamah internasional dan Piagam PBB.
ICJ merupakan salah satu dari 6 organ utama PBB. Namun badan ini memiliki
kedudukan khusus dibandingkan 5 organ utama lainnya. ICJ atau Mahkamah tidak
memiliki hubungan hierarkhis dengan badan-badan utama PBB lainnya. Ia benar-benar
lembaga hukum dalam sebagai suatu pengadilan. Ia bukan pula pengadilan konstitutsi
(Constitutional Court) yang memiliki kewenangan untuk meninjau (mereview) putusanputusan politis yang dibuat oleh Dewan Keamanan. Ia menggunakan nama resmi ICJ dan
tidak menggunakan simbol atau nama PBB dalam putusannya.
kedudukan ICJ ini memang unik. Kedudukan seperti ini memang perlu
dipertahankan. Sebagai salah satu organ utama PBB, ia harus benar-benar menunjukkan
kemandiriannya sebagai suatu organ atau badan pengadilan.
Jurisdiksi Mahkamah Internasional mencakup dua hal: 1 Jurisdiksi atas pokok
sengketa yang diserahkannya (contentious jurisdiction); dan 2 non-contentious jurisdiction
atau jurisdiksi untuk memberikan nasihat hukum (advisory jurisdiction). Tindakann
perlindungan sementara ini termasuk juga ke dalam jurisdiksi Mahkamah, yakni berada
dalam ruang lingkup jurisdiksi yang disebut incidental jurisdiction. Berdasarkan jurisdiksi
ini, Mahkamah memiliki wewenang untuk menyatakan diberlakukannya suatu tindakantindakan perlindungan sementara, membolehkan suatu intervensi dan manafsirkan atau
merubah suatu putusan.
Sesuai dengan namanya, tindakan perlindungan sementara ini berkaitan dengan
perlindungan hak-hak para pihak sementara persidangan atas pokok sengketanya sendiri
sedang berlangsung Dasar hukum yang mendasari jurisdiksi seperti ini terdapat dalam
Pasal 41 Statuta ICJ.
Dasar pembenaran pemberian perlindungan ini berasal dari prinsip hukum yang
sudah mendasar yakni bahwa putusan suatu pengadilan haruslah efektif. Karenanya,
sangatlah penting bagi pengadilan untuk mencegah salah satu atau kedua belah pihak
untuk mengganggu situasi atau mencoba untuk membuat pihak lainnya fait accompli.
4.2.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hukum Internasional, sebagaimana kita ketahui merupakan keseluruhan kaidah yang
sangat diperlukan untuk mengatur sebagian besar hubungan-hubungan antar Negara-negara.
Tanpa adanya kaidah ini tidak mungkin Negara-negara didunia dapat hidup berdampingan
seperti adanya saat sekarang ini.
Memang benar bahwa pada kalangan tertentu ada kecendrungan untuk mengecilkan
makna hukum internasional, bahakan hingga taraf mempersoalkan keberadaan dan nilai
hukum internasional. Terdapat dua alasan yang mendasari pandangan ini:
dari
hukum
internasional
yang
semakin
hari
semakin
melemah
DAFTAR PUSTAKA
Starke,J.G. 2006. Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepeuluh. Jakarta: Sinar Grafika
Wallace, Rebecca. 1986. Hukum Internasional Pengantar Untuk Mahasiswa. Semarang :
IKIP Semarang Press
Gutama, Sudargo. 1981. Hukum Perdata Internasional Indonesia jilid 1. Bandung: Penerbit
Alumni
Sumaryo. 1993. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional. Badung : Penerbit Alumni
Hamid, Sulaiman. 2002. Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional.
Jakarta: PT.
RajaGravindo
Barros, James. 1990. PBB Dulu Kini dan Esok. Jakarta: Bumi Aksara
http://khafidsociality.blogspot.com/2011/04/peranan-hukum-internasional-dalam.html
http://www.belbuk.com/hukum-internasional-pengertian-peranan-dan-fungsi-dalam-eradinamika-global-p-9229.html