PERSEKUTUAN PERDATA
1. Persamaan
1.1
2. Perbedaan
2.1 Dari Definisinya
Perseroan Terbatas atau PT adalah suatu badan usaha yang mempunyai kekayaan, hak serta
kewajiban sendiri yang terpisah dari kekayaan, hak serta kewajiban para pendiri maupun
pemilik perseroan.
Firma adalah tiap-tiap perserikatan yang didirikan oleh dua orang atau lebih untuk
menjalankan perusahaan dengan nama bersama.
CV adalah persekutuan firma dengan bentuk khusus yang terletak pada keberadaan sekutu
komanditer yang tidak ada pada persekutuan firma.
Persekutuan perdata adalah suatu perjanjian dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri
untuk sesuatu ke dalam perserikatan dengan maksud membagi keuntungan atau kemanfaatan
yang diperolehnya.
Koperasi adalah badan usaha yang memiliki anggota orang atau badan hukum yang didirikan
dengan berlandaskan asas kekeluargaan serta demokrasi ekonomi.
2.2 Berdasarkan Dasar Hukumnya
Perseroan Terbatas atau PT diatur dalam undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yang menjelaskan bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.
Firma diatur dalam KUHD pada Pasal 16-35. Disamping itu, terdapat beberapa ketentuan
lain yang berkaitan dan relevan dengan Firma di dalam BW, yaitu ketentuan tentang
persekutuan perdata dan perikatan.
CV diatur secara khusus dalam Pasal 19-21 KUHD. Disamping ketentuan khusus tersebut,
terdapat beberapa ketentuan umum yang berkaitan dan relevan dengan CV di dalam BW,
yaitu ketentuan tentang persekutuan perdata dan perikatan.
Persekutuan Perdata diatur dalam Pasal 1618-1652 BW.
Koperasi Indonesia diatur berdasarkan UU No. 25 tahun 1992, koperasi suatu badan
usaha yang dipandang oleh undang-undang sebagai suatu perusahaan. Dimana dibentuk oleh
anggota-anggotanya untuk melakukan kegiatan usaha dan menunjang kepentingan ekonomi
anggotanya. Menurut UU No. 12 tahun 1967, koperasi merupakan organisasi kerakyatan
bersifat sosial, anggotanya orang-orang yang termasuk dalam tatanan ekonomi bersifat usaha
bersama dan berazazkan pada kekeluargaan. Koperasi diposisikan sebagai Soko Guru
perekonomian nasional. Atas kedudukan koperasi tersebut, maka koperasi dianggap perlu
memiliki departemen / kementerian khusus dalam kabinet.
2.3. Berdasarkan berdirinya badan usaha
Perseroan Terbatas didirikan dengan pemakaian nama PT harus mendapatkan persetujuan
Menteri terlebih dahulu untuk bisa digunakan.Minimal didirikan oleh 2 (dua) orang atau
lebih. Pendirian PT harus dibuat dengan Akta Otentik yang memuat anggaran dasar perseroan
dan dibuat oleh Notaris. Akta Pendirian PT harus mendapatkan Pengesahan Menteri Hukum
& HAM RI.
Firma harus didirikan dengan akta otentik, hal ini diatur di dalam Pasal 22 KUHD.
Namun, jika Firma tersebutbtelah menimbulkan kerugian terhadap pihak ketiga, pendirian
tanpa akte notaries pun telah dianggap berdiri. Kemudian Akta pendirian tersebut harus
didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan melalui Berita Negara, hal
ini diatur di dalam Pasal 23 dan 28 KUHD. Walaupun pembuatan Firma telah selesai
dilakukan, namun untuk menjalankan operasi bisnisnya, masih perlu dilengkapi beberapa izin
lainnya, seperti daftar perusahaan ( UU Nomor 3 Tahun 1982, UKL-UPL/AMDAL (UU
Nomor 32 Tahun 2009), dan sebagainya
Dalam pendirian CV, harus melalui pembuatan suatu perjanjian pendirian karena
melibatkan lebih dari satu orang. Dalam hhal pengaturan mengenai perjanjian, tunduk pada
aturan hukum perjanjian. Perjanjian kemudian didaftarkan dan diumumkan.Setelah proses
pendirian selesai, pengusaha harus mendaftarkan CV pada Departemen Perindustrian dan
tidak hany atas kekayaan CV, tetapi juga kekayaan pribadi jika diperlukan. Namun, untuk
sekutu pasif hanya bertanggung jawab sebatas modal yang dimasukkan ke dalam CV, apabila
ikut melakukan pengurusan. Pengaturan mengenai hal ini terdapat dalam Pasal 21 KUHD
Persekutuan perdata, apabila seorang mengadakan suatu hubungan hukum dengan pihak
ketiga, maka sekutu yang bersangkutan saja yang bertanggung jawab atas perbuatan hukum
yang dilakukan dengan pihak ketiga itu, walaupun dia mengatakan bahwa perbuatannya
untuk kepentingan sekutu, kecuali jika sekutu-sekutu lainnya memang nyata-nyata
memberikan kuasa atas perbuatannya itu. Hal ini berdasarkan pada pasal 1642, 1644 dan
1639 BW.
Tanggung jawab pengurus koperasi adalah tidak terbatas, diatur dalam pasal 34 ayat 1 dan 2
UUP yaitu:
1. Pengurus, baik bersama-sama, maupun sendiri-sendiri, menanggung kerugian yang
diderita Koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan atau
kelalaiannya
2. disamping penggantian kerugian tersebut, apabila tindakan itu dilakukan dengan
kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk melakukan
penuntutan
2.5 Berdasarkan Modalnya
Modal Dasar PT adalah jumlah maksimum saham yang diterbitkan Perseroan sesuai
Anggaran Dasar dan terdiri atas seluruh nilai nominal saham Perseroan. Modal Ditempatkan
(Subscribe Capital) adalah sebagian atau seluruh Modal Dasar yang telah ditentukan
kepemilikannya dalam Akta Pendirian oleh masing-masing pemegang saham. Modal
ditempatkan dapat disetor baik penuh maupun sebagian. Modal Disetor (Padi Up Capital)
adalah Modal Ditempatkan yang telah disetorkan oleh para pemegang saham, baik penuh
maupun sebagian.
Tiap-tiap sekutu dalam firma dan CV diwajibkan memasukkan dalam kas persekutuan
modal berupa uang, benda atau tenaga. Pemasukkan ini disebut dengan inbreng. Pengaturan
mengenai hal ini juga terdapat dalam Pasal 1619 BW.
Modal dalam Persekutuan Perdata terdapat pengaturannya di dalam Pasal 1619 BW, yaitu
uang, barang, dan tenaga atau kerajinan
Modal dalam koperasi ada dua yaitu modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri
diperoleh ketika koperasi didirikan yang dihimpun dari simpanan pokok dan wajib anggota,
kemudian modal sendiri juga diperoleh dari dana cadangan dan hibah. Modal pinjaman
diantaranya dapat diperoleh dari simpanan sukarela dan simpanan khusus anggota, pinjaman
dari koperasi lain dan badan usaha dengan dasar kerja sama serta dari bank atau lembaga
keuangan lainnya.
2.6 Berdasarkan Laba/Rugi
Laba rugi PT Pembagian keuntungan dalam PT
Pembagian dividen intern tidak boleh mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak
dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan.
Dividen hanya boleh dibagikan apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.
Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya
tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.
Pembagian dividen atas keuntungan perusahaan akan diputuskan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Apabila terjadi kerugian maka kerugian terbatas pada besarnya modal yang ditanamkan.
Mengenai pembagian keuntungan dan kerugian dalam Firma, diatur dalam Pasal 1633-
1635 BW. Pasal-pasal tersebut mengatur mengenai cara pembagian keuntungan dan kerugian
yang tidak dipejanjian diantara para sekutu. Batasan ketentuan dari pembagian keuntungan
dan kerugian yaitu:
1. Tidak diperbolehkan memberikan seluruh keuntungan pada seorang sekutu saja.
2. Diperbolehkan jika membagi kerugian pada salah seorang sekutu saja
3. Penetapan pembagian keuntungan oleh pihak ketiga tidak diperbolehkan
Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka pembagian
didasarkan pada perimbangan pemasukan secara adil dan berimbang. Mengenai sekutu yang
memasukkan berupa tenaga, maka bagiannya dipersamakan dengan sekutu yang
memasukkan uang atau benda yang paling sedikit.
Pembagian keuntungan dan kerugian dalam CV harus didasarkan kesepakatan, namun jika
tidak diperjanjikan maka pembagiannya didasarkan pada Pasal 1633 BW. Berdasarkan
ketentuan Pasal 18 KUHD, Pasal 1131 dab 1132 BW, bagi sekutu komplementer, beban
kerugian tidak terbatas bahkan harta pribadinya pun ikut menjadi jaminan bagi seluruh
kerugian persekutuan. Sedangkan sekutu komanditer tidak dapat dituntut untuk menambah
pemasukannya guna menutupi kerugian dan tidak dapat diminta untuk mengembalikan
keuntungan yang telah diterimanya. Hal ini diatur dalam Pasal 1625 BW dam 20 ayat (3)
KUHD.
Sesuai dengan tujuan dari Persekutuan Perdata yaitu memperoleh keuntungan, maka
keuntungan tersebut harus dibagi diantara para sekutu. Pembagian tersebut didasarkan pada
Anggaran Dasar. Namun, jika tidak diperjanjikan di dalam Anggaran Dasar, maka
penghitungan laba/rugi didasarkan pada 1633 BW. Maka dari itu sebaiknya cara pembagian
keuntungan dan kerugian diatur secara tegas di dalam perjanjian pendiriannya.
Pembagian keuntungan koperasi (sisa hasil usaha atau SHU) biasanya dihitung
berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian
deviden berdasarkan besarnya pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh si anggota.
2.7 Berdasarkan Berakhirnya
Menurut Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT), berakhirnya perseroan karena:
1.
2.
karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
3.
4.
5.
karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang; atau
6.