Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

PRINSIP DAN PENGATURAN PERDAGANGAN BARANG

PASCA WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Zainul Daulay, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH

Muhammad Farhan Akdiansyah (1910115005)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020

Halaman 1 dari 8
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Makalah yang berjudul “PRISIP DAN PENGATURAN PERDAGANGAN
BARANG PASCA WTO” yang merupakan salah satu tugas pada mata kuliah
Hukum Ekonomi Internasional.

Atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis
memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini, terutama buku pegangan
pembelajaran. Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Zainul Daulay, S.H.,M.H.
selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Ekonomi Internasional yang telah
memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai akan saran dan kritik untuk
membangun makalah ini menjadi lebih baik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amin.

Padang, 06 Oktober 2020

Penulis

Halaman 2 dari 8
PENDAHULUAN

Dunia ekonomi mengalami perkembangan yang pesat, salah satu faktornya


adalah pesatnya kemajuan teknologi dan informatika yang menjadikan pengaruh
perbedaan antara ruang dan waktu semakin dipersempit, baik dalam pelaksanaan,
bentuk dan/atau variasi transaksi, maupun hal yang termasuk aktivitas
perekonomian lainnya.
Kemajuan di bidang ekonomi di era modern ini tentunya memerlukan
adanya suatu koridor hukum yang secara khusus dapat digunakan sebagai perangkat
pedoman untuk menentukan standar bisnis yang sehat. Hukum dalam
menjembatani kebutuhan tersebut berupaya sedemikian rupa untuk melahirkan
prinsip-prinsip yang dapat mendukung terciptanya pertumbuhan bisnis yang sehat.
Oleh karena itu, selain didukung dengan keberadaan Prinsip-prinsip serta
pengaturan mengenai Perdagangan barang pasca adanya WTO (World Trade
Organization), maka diperkenalkan kepada komunitas bisnis, profesional, dan
masyarakat pada umumnya mengenai eksistensi peraturan-peraturan mengenai
perdagangan barang pasca WTO dalam dunia Hukum Ekonomi Internasional.
Pengaturan ini yg nantinya akan dipergunakan sebagai tolak ukur dalam
menjalankan suatu perdagangan barang berskala internasional.
Menurut Sutherland dalam Chandrawulan (1997:118) yang menyatakan
bahwa tantangan yang dunia hadapi adalah tantangan untuk membentuk suatu
sistem (ekonomi) internasional yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
secara maksimal, dan juga dapat menciptakan keadilan (equity). Sistem seperti ini
adalah sistem yang dapat mengintegrasikan negara-negara yang sedang, kuat dan
lemah dalam upaya mereka memperluas tingkat pertumbuhan ekonomi.

Halaman 3 dari 8
Pengaturan & Prinsip Perdagangan Barang WTO
Globalisasi dan perdagangan internasional dapat bermanfaat bagi seluruh
umat manusia, sehingga sangat diperlukan pengaturan yang bersifat internasional
yang akan mengatur perdagangan internasional. Pada tahun 1993, peran GATT
digantikan oleh WTO. Fungsi utama WTO adalah sebagai forum kerja sama
internasional dalam perdagangan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang
menciptakan aturan perdagangan bagi negara anggota-anggota WTO.
Ketentuan-ketentuan ini muncul dari komitmen kebijakan-kebijakan
perdagangan dalam beberapa negosiasi. WTO dapat juga merupakan suatu pasar
dalam pengertian bahwa negara-negara datang bersama-sama untuk melakukan
komitmen pertukaran akses pasar dengan dasar timbal balik (asas resiprocal).
Akses pasar yang timbul dari melakukan komitmen inilah yang membuka
peluang-peluang perdagangan yang semakin besar nantinya yang membawa
keuntungan bagi tiap-tiap negara anggota WTO. Dijelaskan juga tujuan dari WTO
yaitu.
a) Sebagai instrumen (hukum) guna memberi perlindungan terhadap negara
yang dirugikan berkenaan dengan tindakan suatu pemerintah dari negara-
negara anggota WTO dalam hubungan perdagangan.
b) sebagai forum untuk penyelesaian sengketa untuk menangani kesulitan-
kesulitan yang berkenaan dengan perdagangan.
c) Sebagai forum untuk merundingkan dan mengembangkan aturan-aturan
perdagangan yang dirumuskan diantara negara-negara anggota WTO.
Peraturan Dasar dan Prinsip-Prinsip Dalam Hukum WTO (Basic Rules and
Principles of WTO Law)
Komponen dari prinsip-prinsip dasar GATT tersebut tentunya tertanam pula
dalam teks General Agreement sebagai sumber yuridis utama GATT. Prinsip yang
mendasari GATT sebagai sistem adalah prinsip-prinsip yang tercantum dalam
perjanjian GATT. WTO menetapkan kerangka kerja kebijakan perdagangan yang
tidak mendefinisikan atau menentukan hasilnya. Artinya, ini berkaitan dengan

Halaman 4 dari 8
pengaturan mengenai " trade policy". Lima prinsip sangat penting dalam
memahami pra-GATT 1994 dan WTO. Berikut ialah prinsip-prinsip tersebut.
1. Prinsip Most Favored Nation (MFN) atau Nondiskriminasi.
Prinsip utama yang menjadi dasar GATT adalah prinsip non-diskriminasi
yang dalam GATT dikenal sebagai prinsip Most-favored-nation atau MFN. Secara
ringkas MFN adalah prinsip bahwa perdagangan internasional antara anggota
GATT harus dilakukan secara nondiskriminatif.
Dengan demikian prinsip utama adalah bahwa konsesi yang diberikan
kepada suatu negara mitra dagang harus berlaku pula bagi semua negara lainnya.
Satu negara tidak boleh diberi perlakuan lebih baik atau lebih buruk dari pada
negara lain, dengan demikian maka semua negara ditempatkan pada kedudukan
yang sama, dan semua negara harus turut menerima menikmati peluang yang
tercapai dalam leberalisasi perdagangan internasional dan memikul kewajiban yang
sama.
Secara umum, MFN berarti bahwa setiap kali suatu negara menurunkan
barrier perdagangan atau membuka pasar, ia harus melakukannya untuk barang
atau jasa yang sama dari semua mitra dagangnya - baik kaya atau miskin, lemah
atau kuat.
Pengecualian terhadap prinsip ini dapat berlaku untuk kasus-kasus tertentu.
Pada waktu perjanjian GATT sedang dalam perundingan, terdapat berbagai jenis
sistem preferensi yang sudah terlanjur berjalan yang boleh diteruskan. Disamping
itu, yang antara lain juga memperoleh perkecualian dari keharusan untuk
menerapkan MFN, adalah adanya regional trade arrangement atau perjanjian
perdagangan regional dalam bentuk customs union atau free trade area (Pasal
XXIV) dan kasus perkecualian terhadap negara-negara berkembang.
2.Prinsip National Treatment
Sisi lain dari konsep nondiskriminasi adalah prinsip national treatment yang
melarang perbedaan perlakuan antara barang asing dan barang domestik yang
berarti bahwa pada saat suatu barang impor telah masuk kepasaran dalam negeri
suatu anggota, dan setelah melalui daerah pabean serta membayar bea masuk, maka

Halaman 5 dari 8
barang impor tersebut harus diperlakukan secara tidak lebih buruk daripada hasil
dalam negeri.
3.Prinsip Tarif sebagai Instrumen Proteksi Produk Domestik
Prinsip ketiga adalah bahwa GATT mengizinkan proteksi terhadap hasil
dalam negeri. Namun demikian proteksi yang diperlakukan terhadap hasil dalam
negeri hanya dapat diperlakukan melalui tarif atau bea masuk yang dikenakan
terhadap barang impor, dan tidak boleh dengan cara pembatasan lainnya. Antara
lain, maksud prinsip ini adalah agar proteksi yang diberikan terhadap hasil dalam
negeri dan pembatasan yang diterapkan terhadap barang impor, dapat diterapkan
dengan cara yang lebih jelas atau transparan, dan dampak distorsi akibat proteksi
tersebut dapat terlihat secara lebih jelas.
4. Prinsip Tarif Binding
Untuk lebih menjamin perdagangan internasional yang lebih dapat ditafsir
(lebih predictable) maka diterapkan ketentuan untuk melakukan tarif binding atau
suatu komitmen yang mengikat negara-negara anggota supaya tidak meningkatkan
bea masuk terhadap barang impor setelah masuk dalam daftar komitmen binding.
5. Prinsip Persaingan yang Adil
Aturan GATT juga mengandung prinsip persaingan yang adil atau fair
competition. Dengan semakin terjadinya subsidi terhadap ekspor serta terjadinya
dumping, GATT semakin menghadapi masalah. Aturan main yang berlaku bagi
negara peserta GATT untuk menghadapi subsidi ekspor maupun untuk dumping
terdapat pada teks dalam perjanjian GATT maupun pada anti-Dumping Code dan
Subsidies Code hasil Tokyo Round. Untuk menghadapi dumping dan subsidi
ekspor, negara pengimpor diberi hak untuk mengenakan anti dumping duties dan
countervailing duties sebagai imbalan ataupun tindakan balasan terhadap dumping
atau subsidi ekspor. Dalam rangka Uruguay Round kedua code tersebut telah
disempurnakan lagi dan menjadi bagian integral dari perjanjian WTO.
6. Prinsip Larangan terhadap Restriksi Kuantitatif.
Prinsip lain dalam GATT adalah larangan umum terhadap res-triksi yang bersifat
kuantitatif, yakni kuota dan jenis pembatasan yang serupa. Ketentuan ini oleh para
pendiri GATT dianggap sangat penting karena pada waktu GATT didirikan

Halaman 6 dari 8
pembatasan kuantitatif merupakan hambatan yang paling serius dan yang paling
sering ditemui sebagai warisan dari zaman depresi pada tahun 1930-an. Namun
demikian gejala peningkatan penerapan pembatasan kuantitatif pada beberapa
tahun ini semakin meningkat. Gejala tersebut misalnya di bidang pertanian, tekstil,
baja dan barang hasil industri yang mempunyai arti penting bagi negara-negara
berkembang. Perkecualian yang diperbolehkan dalam GATT adalah pembatasan
kuantitatif yang diterapkan oleh negara anggota dalam hal suatu negara menghadapi
masalah dalam neraca pembayarannya. Perkecualian tersebut tercantum dalam
pasal XII. Dalam pasal tersebut di tentukan bahwa langkah pembatasan kuantitatif
yang diambil oleh suatu negara anggota tidak boleh melampaui batas waktu yang
diperlukan untuk mengatasi masalah neraca pembayaran.

Halaman 7 dari 8
DAFTAR PUSTAKA

Brotosusilo, Agus, 2012. “Peran Hukum Nasional Dalam Mendorong Peningkatan


Produk Nasional di Dalam Negeri Pada Era Perdagangan Bebas,
Pengkajian Hukum Tahun 2012”
Suardi. B.Dg, Mallawa, 2012. “Pengaturan World Trade Organization Dalam
Hukum Internasional Serta Konflik Kepentingan Antara Negara Maju Dan
Negara Berkembang”
WTO. “Principles of the trading system” www.wto.org.
https://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact2_e.html
(diakses 05/10/2020 14.27 WIB

Halaman 8 dari 8

Anda mungkin juga menyukai