Hukum Penitensier atau hukum pelaksanaan pidana adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan yang berisi tentang cara bagaimana melaksanakan putusan hakim terhadap
seseorang yang memiliki status sebagai terhukum.
$umber hukum penitensier( pasal 10 KUHP ) yang berbunyi pidana terdiri atas :
O Pidana pokok (pidana mati, penjara, kurungan, denda, tutupan)
O Pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu,
pengumuman putusan hakim
riminalisasi adalah salah satu proses yang terjadi didalam masyarakat dimana suatu perbuatan
yang asalnya bukan merupakan perbuatan pidana dikarenakan pengaruh kondisi social yang
berkembang yang berkaitan dengan rasa keadilan dalam masyarakat maka perbuatan itu akhirnya
dijadikan merupakan perbuatan pidana. Contoh lahirnya UU penyalahgunaan narkotika ( UU No.
9 / 1976), dimana berdasarkan UU ini penyalahgunaan narkotika merupakan perbuatan yang
dapat dipidana.
De kriminalisasi adalah suatu perbuatan yang secara konkrit diancam pidana dalam hukum
positiI dikaernakan pengaruh perubahan perkembangan masyarakat berubah menjadi perbuatan
yang tidak dapat dipidana. Contoh pasal 534 KUHP, dalam pasal ini disebutkan barang siapa
yang memperagakan alat kontrasepsi pencegah kehamilan di muka umum diancam dengan
hukuman penjara, dikarenakan khususnya di Indonesia dalam kerangka pelaksanaan program KB
dimana alat kontrasepsi itu dianjurkan untuk digunakan oleh BKKBN, dengan kondisi demikian
maka pasal 534 KUHP itu sampai saat ini tidak memilik daya paksa.
Masalah pokok didalam Hukum Penitensier
1. Pemidanaan ( Iungsi Hakim Besar )
2. Proses pemidanaan (tugas atau Iungsi LP)
3. Terpidana ( siapa yang diproses )
Alasan perubahan KUHP
O Pertimbangan politis
Bahwa RI sudah merdeka 60 tahun dan sudah sepantasnya dan sewajarnya memilik KUHP
Nasional hasil karya bangsa sendiri karena KUHP yang ada sekarang ini adalah hasil karya
pemerintahan kolonial Belanda dan dibuat diBelanda, bila bangsa Indonesia memiliki KUHP
Nasional dapat menumbuhkan kebanggaan nasional yang dapat mengangkat harkat dan martabat
bangsa Indonesia yang sejajar dengan bangsa lain di dunia.
O Pertimbangan sosiologis
Karena KUHP yang kita miliki sekarang dibuat oleh pemerintahan Belanda sudah barang tentu
hanya menjamin kepentingan-kepentingan sosial masyarakat Belanda khususnya masyarakat
Belanda yang ada di Indonesia, maka dari itu bila KUHP Nasional lahir, sudah barang tentu
dirujuk dan mengacu pada nilai-nilai social dan kepentingan masyarakat Indonesia yang sangat
prularistik (beragam).
O Pertimbangan praktis
KUHP yang ada sekarang di Republik Indonesia adalah merupakan hasil terjemahan tidak resmi,
keberadaanya itu hanyalah merupakan hasil terjemahan dari para ahli hukum kita yang kebetulan
menguasai bahasa Belanda, dengan demikian dengan adanya hasil terjemahan beberapa para ahli
menurut ProI. Muladi tidak mustahil adanya hasil terjemahan yang tidak konsisten satu sama
lainnya sehingga dapat menimbulkan kerancuan bagi para penegak hukum.
Tujuan pemidanaan
1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakan norma hokum demi
pengayoman masyarakat.
2. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang
baik dan berguna dalam masyarakayt.
3. Menyelesaikan konIlik yang ditimbulkan oleh tindak pidana dengan memulihkan
keseimbangan dan medatangkan rasa damai dalam masyarakat.
4. Membebaskan rasa bersalah pada diri terpidana.
Kewajiban Hakim sebelum menjatuhkan pidana
a. Kesalahan sipelaku
b. MotiI dan tujuan dilakukannya tindak pidana
c. Cara melakukan tindak pidana
d. Sikap batin sipelaku
e. Riwayat hidup dan keadaan sosial sipelaku
I. Sikap sipelaku sesudah melakukan tindak pidana
g. Pengaruh pidana terhadap masa depan sipelaku
h. Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan
i. Pengaruh tindak pidana terhadap korban & keluarga
j. Tindak pidana yang dilakukan terencana atau tidak
Hak Narapidana
O Hak mendapat pemeliharaan kesehatan
O Hak mendapat kunjungan keluarga, saudara, atau kerabat
O Hak mendapat kebebasan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
O Hak remisi
O Hak asimilasi
O Hak mendapat cuti
O Hak pembebasan bersyarat
O Hak cuti sebelum bebas
Kewajiban Narapidana
Mantaati semua peraturan tata tertib yang diterapkan dilingkungan LP tersebut,meliputi :
O Kewajiban bekerja
O Kewajiban berperilaku baik
Proses pelaksanaan pembinaan terhukum atau narapidana di Indonesia dihadapkan pada kendala
yang pokok yaitu :
O SDM pembinaan belum memiliki proIesionalisme
O Dari segi struktur bangujnan LP seratus persen masih menggunakan struktur kepenjaraan,
padahal pedoman-pedoman kepenjaraan sudah dihapus sejak program pemasyarakatan
dicanangkan pada tahun 1970.
Objek hukum penitensier adalah putusan Hakim yang berkaitan dengan perkara pidana, putusan
Hakim dalm kasus pidana, dalam kitab undang-undang Hukum Acara Pidana Indonesia,ada 3
(tiga) jenis yaitu
Putusan bebas
Putusan ini dijatuhkan apabila apa yang dituduhkan atau didakwakan oleh jaksa penuntut
umum sama sekali tidak terbukti dipersidangan.
Dilepaskan semua dari tuntutan hukum
Putusan ini dijatuhkan oleh Hakim apabila Hakim berkesimpulan bahwa yang dituduhkan
oleh jaksa penuntut umum itu terbukti tetapi perbuatan itu bukan merupak perbuatan yang dapat
dipidana.
Contohnya kasus utang piutang yang oleh jaksa penuntut umum di dakwakan sebagai
perbuatan pidana.
Penghukuman
Putusan ini dijatuhkan apabila apa yang dituduhkan oleh jaksa penuntut umum seluruhnya
atau sebagian terbukti.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa hukum penitensier ini hanyalah berkaitan dengan
putusan hakim yang berisi '5emidanaan atau '5enghukuman saja.
Sering kali putusan hakim yang mengadili tindak pidana ringan putusannya itu adalah pidana
bersyarat atau disebut juga pidana percobaan.
Pidana bersyarat adalah suatu pidana dimana si terpidana tidak usah menjalani pidana tersebut
melainkan tetap berada ditengah-tengah masyarakat terkecuali bilamana si terpidana dalam
waktu masa percobaan tersebut melakukan pelanggaran tindak pidana apapun maka hukuman
penjara harus segera dilaksanakan.
Ex : Terpidana dijatuhi hukuman pidana bersyarat 1 Tahun, 'artinya bahwa si terpidana tersebut
tidak perlu menjalani pidananya didalam Lembaga Pemasyarakatan ( LP ) melainkan tetap
berada didalam masyarakatnya , tetapi dalam kurun waktu 1 tahun itu si terpidana tidak boleh
melakukan pelanggaran tindak pidana apapun dan apabila sebelum masa 1 tahun itu habis si
terpidana melakukan pelanggaran tindak pidana lagi maka putusan I yang berisi hukuman 1
tahun penjara harus segera dilaksanakan.
Fungsi dari penegakan hukum adalah menempatkan hukum pada posisi yang tepat sebagai
bagian usaha manusia untuk menjadikan dunia ini lebih nyaman untuk di tinggal.
( The function of law enforcement is to put in law prover prespective as a part man effort to
make this world better place in which to life )
Hak perogatiI Presiden berkaitan dengan masalah pemidanaan
1. Pemberian Grasi
Masalah grasi telah diatur tersendiri oleh undang-undang
pengajuan grasi hanya dapat diajukan oleh terhukum atau ahli warisnya, putusan grasi yang
dikeluarkan oleh presiden dapat berupa :
a. Penolakan atau ditolak grasinya
b. Diterima grasinya dalam bentuk :
O Pemidanaannya dirubah, contoh : Dari pidana mati dirubah menjadi pidana seumur hidup
O Lama pemidanaannya, contoh : Dari pidana 20 tahun penjara dirubah menjadi pidana 10
tahun penjara
2. Pemberian Amnesti
Amnesti adalah putusan presiden yang berisi pembebasan terhadap semua terhukum khususnya
terhadap terhukum yang berkaitan dengan kejahatan politik dan maker. Masalah amnesti ini
diatur berdasrkan kepres yang bersiIat situasional.Contoh : Presiden mengeluarkan Kepres No 22
Tahun 2005 tentang membebaskan semua terhukum GAM.
3. Pemberian abolisi
Abolisi adalah putusan presiden yang berisi pembebasan penuntutan hukum terhadap kejahatan
politik dan maker. Masalah abolisi ini diatur berdasarkan kepres yang bersiIat situasionalContoh
: Semua anggota GAM yang menyerah setelah 15 september 2005 dibebaskan dari penuntutan
hukum.
Perjanjian ekstradisi adalah suatu perjanjian antara 2 negara yang berisi pengembalian seorang
tersangka atau terdakwa yang melarikan diri kenegara yang bersangkutan maka negara yang
kedatangan pelarian tersebut wajib menangkap dan mengembalikan ke Negara asal
sebaagaimana dalam perjanjian.
Masalah pemidnaan anak diatur oleh UU No.3 Tahun 1997
Tentang anak ini bila melihat pasal 44 KUHP disebutkan apa yang disebut anak itu adalah
manusia yang belum berumur 16 tahun, dan pasal ini dapat disimpulkan bahwa anak yang baru
lahir pun mengandung arti dapat di pidana sekalipun hal yang demikian mustahil.
Di dalam UU No.3 tahun 1997 telah digunakan model batasan usia tentang usia yang disebut
seorang anak yaitu 10 tahun sampai 18 tahun. Lahirnya UU No. 3 tahun 1997 langsung mencbut
pasal 44 tentang batasan usia.
Tentang hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap anak apabila seorang anak melakukan
tindakan pidana tidak diancam pidana mati, maka :
O Hakim harus menjatuhkan pidananya dikurang 1/3 apabila tindakan pidan tersebut
dilakukan oleh orang dewasa.
O Hakim dapat memutuskan apabila anak yang melakukan tindak pidana dikembalikan
kepada orang tuanya.
O Dipidana sebagai anak negara untuk di didik di Lembaga Pemasyarakatan anak.
Proses pemidanaan bagi seorang anak yang melakukan tindak pidan berdasarkan UU No.3
Tahun 1997 antara lain dikatakan sejak tingkat penyidikan sampai proses sidang di pengadilan
harus bersiIat tertutup untuk umum dan aparat penegak hukumnya tidak menggunakan pakaian
uniIorm (seragam dinas).
Pelaksanaan pemidanaannya berdasarkan UU peradilan anak bahwa di LP anak, anak pidana ini
harus mendapatkan pendidikan lanjutannya. Di dalam UU peradilan anak telah ditentukan bahwa
anak hanya boleh dipidana maximal 10 tahun, dengan kata lain terhadap seorang anak tidak
boleh dijatuhi hukuman seumur hidup dan pidana mati.
Masalah pidana mati diatur dalam UU No. 2 Tahun 1964.
Ketentuan-ketentuan pokok tentang pidana mati itu disebutkan
1. pidana mati hanya dapat dilaksanakan setelah segala upaya hukum termasuk grasi telah
ditolak oleh Presiden, dan kasasi ditolakn oleh MA
2. Apabila grasi telah ditolak oleh Presiden, penolakan itu harus disampaikan kepada
pengadilan dimana keputusan pidana mati dijatuhkan.
3. Oleh pengadilan penolakan upaya hukum pidana mati disampaikan kepada Kejaksaan
Tinggi sesuai dengan wilayah hukum pengadilan yang bersangkutan.
4. 3 X 24 jam setelah Kejaksaan Tinggi menerima perihal penolakan dari pengadilan,
Kejaksaan Tinggi memberitahukan kepada terpidana bahwa upaya hukum telah ditolak.
5. Kejaksaan Tinggi memohon kepada Kapolda untuk menyiapkan regu tembak eksekusi
(12 orang) yang dipimpin oleh seorang perwira polisi.
6. Si terpidana mati berhak tuntunan rohaniawan sesuai dengan agama dan kepercayaanya.
7. Pidana mati tidak boleh dilaksanakan apabila si terpidan dalam keadaan sakit atau hamil.
8. Permohonan terakhir siterpidana mati harus dicatat oleh petugas LP
9. Pidana mati tidak boleh dilaksanakan dimuka umum dalam arti harus jauh dari keramaian
dan tempatnya sesuai dengan wilayah hukum dimanapidana mati dijatuhkan
10.Yang menghadiri eksekusi pidana mati :Jaksa atau Hakim yang menjatuhkan pidan
mati,Dokter yang ditunjuk oleh pihak kejaksaan, rohaniawan
11.Jenazah terpidana mati harus dikembalikan kepada pihak keluarganya dan jika pihak
keluarga tidak mau menenrima jenazah tersebut segala urusn jenazah ditanggung negara
Tentang pidana penjara
O Pidana penjara lamanya berdasarkan KUHP minimal 1 (satu) hari dan maximal 15 tahun
atau diperberat menjadi 20 tauhn.
O Pidana penjara pelaksaannya belum tentu sesuai sepenuhnya dengan putusan Hakim,
karena setiap narapidana memiliki hak-hak remisi dan hak-hak asimilasi atau apabila
narapidana mengajukan grasi dan diterima grasinya oleh presiden bias berubah baik jenis
pidananya maupun lama pidananya.
O Pidana penjara ini dalam masa reIormasi sekarang masih belum sesuai dengan apa yang
diharapkan dalam system pemasyarakatan, sebagaimana yang diatur dalam UU No.12
Tahun 1995.
Hukum Penitensier