Anda di halaman 1dari 69

1

MODUL PLKH

HUKUM ACARA PIDANA

LABORATORIUM ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2

MODUL PLKH
Praktek Peradilan Pidana

Dosen : 1. Muhktar Zuhdy, S.H., M.H

2. Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum


3. Heri Purwanto, S.H., M.H
4. Muhammad Endrio Susilo, H., S.H., MCL. (Ph.D
Cand.)

Instruktur :1. Vinda Noviasari


2. Abidin A.K.E Julianto, S.H
3. Diana Setiawati, S.H
4. Satria Sukananda

MATA KULIAH : Hukum Acara Pidana (Praktek Peradilan Pidana)


BOBOT SKS : 1 SKS
3

PENDAHULUAN

A. VISI
“Menjadi Program Studi yang Unggul dalam Pengembangan Ilmu Hukum
Berwawasan Syariah”.

B. MISI
1. Berperan aktif dalam proses pengembangan dan peningkatan kualitas
Catur Darma Perguruan Tinggi dalam bidang ilmu hukum melalui upaya
internalisasi dan integrasi nilai-nilai Islam dalam kegiatan pendidikan,
penelitian maupun pengabdian masyarakat.
2. Mencetak sarjana yang cakap, percaya diri serta tangguh dan mampu
menerapkan ilmu hukum yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dalam
praktek penegakan hukum dan pengembangan ilmu hukum di masyarakat
pada umumnya dan di dunia kerja pada khususnya.
3. Aktif berperan serta dalam proses pembangunan hukum nasional pada
umumnya dan lebih khusus lagi pada pembangunan dan pengembangan
hukum nasional yang lebih mengintegrasikan nilai-nilai Islam.
4. Membangun integritas dan reputasi PSIH UMY sehingga menjadi pilihan
utama mahasiswa dalam menuntut ilmu.

C. TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan yang menguasai dasar-dasar ilmu hukum dan
syariah dengan baik sebagai basis kajian dan pengembangan ilmu hukum.
2. Menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan dasar untuk
mengaplikasikan ilmu hukum ke dalam praktik hukum di masyarakat.
3. Menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu hukum
dalam peraturan global dan memecahkan permasalahan secara
interdisipliner.
4. Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dalam kompetisi profesi
hukum seperti advokat, jaksa, hakim, konsultan hukum dan sebagainya.
5. Menghasilkan lulusan yang memiliki keberanian menegakkan nilai
keadilan dan kebenaran berdasarkan Syariah Islam dalam dunia profesi
hukum dan kehidupan sehari-hari.
4

D. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Ketercapaian kompetensi Hard skills dan Softskill melalui Mata Kuliah yang
bersangkutan.

Hard Skills

1. Kemampuan memahami hukum pidana dan penegakkan hukum pidana.

2. Kemampuan penguasaan bahasa Indonesia dan bahasa asing dengan baik


dan benar.

3. Kemampuan beradaptasi dalam lingkungan sosial

4. Kemampuan bekerja secara kelompok.

5. Memiliki kepedulian sosial


Softskills
1. Kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi secara efektif.

2. Kemampuan melakukan inovasi dan pengembangan metode problem


solving.

3. Kemampuan sebagai fasilitator, motivator, mediator, dan inspirator secara


sistematik dan efektif

E. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM:


1. Kasus dalam perkara pidana
Kasus akan di identifikasi dari contoh yang diberikan dalam modul ini
atau dosen maupun instruktur dapat memberikan contoh kasus lain atau
melakukan improvisasi kasus dengan catatan bahwa kasus yang sudah
diberikan akan digunakan sebagai kasus tetap dalam setiap tahap
penyusunan tugas membuat dokumen hukum selanjutnya.

2. Peraturan perundang-undangan yang relevan;

Peraturan perundang-undangan yang digunakan dan peraturan perundang-


undangan lainnya yang relevan.

3. Contoh-contoh dokumen beracara dalam perkara pidana;


5

Contoh dokumen akan diberikan oleh insturktur pada saat praktikum.

4. Alat tulis dan kertas.

Alat tulis dan kertas akan diberikan oleh insturktur pada saat praktikum

G. PROSEDUR UMUM :
1. Mata Kuliah ini diikuti oleh mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan
dan terdaftar sebagai peserta hukum acara pidana melalui Progam Studi
Ilmu Hukum dan Laboratorium Fakultas Hukum UMY;
2. Seluruh peserta mata kuliah Praktek Peradilan Pidana dipandu oleh
seorang dosen kelas dan instruktur praktikum;
3. Setiap mahasiswa harus memiliki dan mempelajari petunjuk praktikum
secara cermat, dengan dibimbing oleh instruktur praktikum ;
4. Setiap praktikum, mahasiswa harus membawa/menyiapkan alat dan bahan
praktikum. Khusus untuk alat/bahan praktikum selain alat tulis dapat
berkoordinasi dengan instruktur praktikum/Lab Hukum FH UMY;
5. Setiap praktikum mahasiswa harus mengerjakan tugas-tugas yang telah
ditentukan oleh instruktur praktikum sesuai dengan petunjuk praktikum;
6. Hasil tugas praktikum harus diserahkan kepada intruktur praktikum
sebagai bahan penilaian praktikum;
7. Setiap praktikum mahasiswa peserta praktikum harus mengisi lembar
kerja praktikum yang telah disediakan oleh Lab Hukum, dan diserahkan
kepada instruktur praktikum;
8. Penyelenggaraan praktikum dan jadwal kegiatan praktikum akan
dilaksanakan dan ditentukan lebih lanjut oleh Lab. Hukum FH UMY.

H. EVALUASI:
Semua hasil tugas/kertas kerja praktikum serta keaktifan dan kedisiplinan
peserta praktikum akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dan penilaian akhir
yang selanjutnya dikoordinasikan dan diserahkan kepada Dosen kelas untuk
diakumulasikan dengan nilai kelas dengan bobot 75% nilai teori dan 25% nilai
praktikum, kemudian menjadi nilai mata kuliah hukum acara peradilan agama
secara keseluruhan.
6

KRITERIA PENILAIAN
Penilaian Hard Skills
GRADING SCHEME

GRADE SKOR DESKRIPSI

Format laporan sesuai pedoman

A 75 - 100. Kedalaman substansi baik


Tata tulis (bahasa) baik

Format laporan sesuai pedoman

B 50 – 74 Kedalaman substansi sedang


Tata tulis (bahasa) sedang

Format laporan sesuai pedoman

C 25 – 49 Kedalaman substansi kurang


Tata tulis (bahasa) kurang

D/E 1 - 24 Tidak membuatlaporan dan tidak presentasi


7
Pasal 1 angka 10, Pasal 77 s/d Pasal 83, Pasal 95 ayat (2)
I. MATERI POKOK BAHASAN: dan ayat (5), Pasal 97 ayat (3), dan Pasal 124 KUHAP

A. ALURACARAPIDANA I Pra Peradilan

 Salah
Tangkap
Laporan  Salah Tahan
 Penghentian
Laporan Polisi
Aduan Penyidikan
Berkas dianggap  Rehabilitasi
Penyelidikan belum Lengkap  Ganti Rugi

Penyidikan Pra penuntutan

Tindak Pidana Polisi Jaksa PN


Berkas BAP
Dakwaan; Lengkap

Tuntutan
1. Pemeriksaan
Awal
Berkas
2. Penangkapan Berkas BAP Dipelajari
Tersangka 3. Penahanan
4. Penggeledahan
5. Penyitaan BAP Lengkap
6. Pemeriksaan
Surat

Advokat / Penasehat Hukum


8

B. ALUR ACARA PIDANA II

Alur Persidangan Pasal 147, Pasal 148, Pasal 149 KUHAP

Pra Peradilan

PN Perkara Pidana PERSIDANGAN

Dakwaan; Keberatan; Putusan


Biasa Singkat Cepat Sela; Pembuktian; Tuntutan;
Pembelaan; Kesimpulan; Putusan.
Pelimpahan Ke PN

Majelis Tunggal

Kepaniteraan
Penunjukkan Penetapan JPU hadirkan
Hakim Hari Sidang Terdakwa dan
Saksi
Ketua PN

Ya
Kompetensi Penetapan JPU JPU 7
Mengadili Pelimpahan ke Perlawanan KPN 7
Tidak
PN Lain ke PT PT 14

Advokat / Penasehat Hukum


9

C. ALUR ACARA PIDANA III

Biasa
Lepas
1. Banding
Putusan Bebas
Upaya 2. Kasasi
Hukum
PN
Pidana
Luar Biasa

Peninjauan
Kembali

Lembaga Pemasyaratan
Menerima Putusan
kekuatan hukum tetap
(Inkracht Van Gewijsde)

Eksekutor
Jaksa

Advokat / Penasehat Hukum


10

D. IDENTIFIKASI SENGKETA PERADILAN PIDANA

1. Contoh Kasus Aborsi


Masih ingat dengan dr Ryan Gunawan, ‘Raja Aborsi’ yang praktik di
Jalan Dukuh Kupang Timur X/4, Surabaya? Pria yang pernah mendekam di
Medaeng itu kembali ditangkap polisi.

Dokter Ryan Gunawan (66), diringkus jajaran Polres Sidoarjo, Selasa


lalu dengan sangkaan kembali melakukan praktik aborsi ilegal. Pasien dr
Ryan diperkirakan lebih dari 2.000 orang.

“Diperkirakan, sejak praktik mulai Januari 2008 lalu hingga jelang


ditangkap, pasien yang telah ditanganinya mencapai 2.000 orang lebih,”
ujar Kepala Polres Sidoarjo AKBP M Iqbal didampingi Kasat Reskrim
AKP Ernesto Saiser, di Mapolres Sidoarjo, Kamis (3/2/2011) kemarin.

Dalam pengakuannya kepada polisi, dr Ryan menerima pasien di


tempat praktiknya antara 20-25 orang setiap pekan. Dia tidak pernah
mematok tarif tertentu. Tarif aborsi akan dipungutnya setelah dirinya
mengetahui kondisi ekonomi calon pasiennya. Jika si pasien menyatakan
dirinya orang tidak mampu, maka dr Edward memungutnya maksimal Rp
500.000.

“Karena mereka (para pasien) mengaku tidak kuat ke dokter spesialis, maka
saya menolongnya,” ucap Ryan.

Meski begitu, polisi menyebut dr Ryan memungut tarif antara Rp 1,5


juta - Rp 4 juta. Diduga, tarif sebesar itu karena calon pasien tidak langsung
berhubungan dengan dr Ryan, tetapi melalui anak buahnya yang berperan
sebagai calo aborsi kandungan. “Saya hanya ingin menolong orang kok,
tidak korupsi,” kilah dr Ryan soal praktik aborsi yang dijalankannya.

Sepak terjang dr Ryan di dunia aborsi memang sudah dikenal cukup


lama. Sejak mendirikan tempat praktik pada 1995, ia menerima ribuan
pasien. Ia pernah dua kali diperingatkan Departemen Kesehatan, bahkan
tiga kali diringkus polisi dan divonis penjara satu tahun. Namun, semua itu
tak membuatnya kapok.
11

Ryan berdalih, dirinya kerap menolong karena disambangi pasien tidak


mampu. Pasangan suami istri yang ingin menggugurkan kandungan
biasanya karena dihimpit ekonomi. “Mereka datang dengan alasan sudah
tidak ingin punya anak, dengan menjalani KB (keluarga berencana), namun
tetap hamil. Disambati (seperti itu ya saya tolong,” kilah dr Ryan.

Saat diringkus jajaran Satreskrim Polres Sidoarjo, Ryan diketahui baru


saja mengaborsi sekitar 10 pasien, lima pasien di pagi hari dan lima lainnya
di siang hari. Salah satunya bernama Heny, mahasiswi sebuah akademi
kebidanan di Malang.

Warga Desa Sukosewu RT 3/RW 1, Kecamatan Gandusari Blitar itu


menggugurkan kandungannya yang berusia dua bulan, di tempat praktik dr
Ryan, Selasa pukul 15.45 WIB.

Selain menetapkan dr Ryan sebagai tersangka, polisi akhirnya juga


menetapkan Heny Kulsum, Edo Saputra (pacar Heny dan mahasiswa PTS
di Malang), serta Budi Soemardiono, bapak Edo Saputra yang turut
menyuruh agar Heny menggugurkan kandungannya, sebagai tersangka.
“Serta Ardianto Pratama, pembantu dr Ryan,” beber M Iqbal.

Gara-gara Pembantu

Praktik ilegal dr Ryan kembali terbongkar setelah polisi menelusuri


kematian Susi Sartika, warga Pandugo II/7, Kelurahan Penjaringan Sari,
Rungkut, Surabaya, sekitar awal Januari lalu. Korban tewas dengan kondisi
luka pendarahan begitu tiba dan hendak dirawat di RS DKT Sidoarjo.

Dari sinilah polisi curiga. Sebab, korban ditinggal begitu saja, saat
ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. “Dari sini kami kemudian
meringkus Tiyas Sartika, yang mengantar korban ke RS DKT Sidoarjo,”
jelas AKP Ernesto Saiser.

Tiyas, warga Perum Sidoarjo Indah Permai blok B/7, Sidoarjo lalu
dibekuk polisi. Di depan penyidik, Tiyas mengaku bahwa dirinya hanya
diminta mengantar korban ke RS DKT oleh adiknya, Nunung Rahayu,
warga Perum Taman Pinang Indah Blok D-4/18, Sidoarjo. “Dan ternyata
12

diketahui korban baru aborsi dengan bantuan Nunung alias Atik,” imbuh
Ernesto.

Atik sendiri baru diringkus polisi pada Kamis, pukul 14.00 WIB, saat
dalam pelariannya bersama sang suami, Arianto akbar alias Eko, di
kawasan Dae Lamando, Kalimantan Tengah. Pasutri itu diringkus saat
hendak menjual mobil yang dibawanya dari Sidoarjo. “Informasinya, mobil
itu dijual untuk buka usaha selama pelarian mereka,” tandas Ernesto.

Lalu bagaimana praktik Atik bisa mengarah ke praktik dr Ryan?


Terungkap jika korban SusiSartika sempat mendatangi praktik dr Ryan.
Karena usia kandungan Susilebih dari tiga bulan, dr Ryan menolak
mengaborsi kandungannya. Saat itulah, keluarga korban mendapatkan nama
Atik dan nomer teleponnya dari anak buah dr Ryan, yakni Ardianto
Pratama, usai ditolak oleh dr Ryan.

Sumber Berita : Kompas.com, Jumat, 4 Februari 2011

2. Kasus Aborsi
Minggu,18 Mei 2008 20:00 WIB KEDIRI –

Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Rizqi Mulyani


(21), warga Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa
Timur, tewas setelah berusaha menggugurkan janin yang dikandungnya.
Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat perangsang oleh bidan
puskesmas. Peristiwa naas ini bermula ketika Rizqi diketahui mengandung
seorang bayi hasil hubungannya dengan Santoso (38), warga Desa
Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri. Sayangnya, janin yang dikandung
tersebut bukan buah perkawinan yang sah, namun hasil hubungan gelap
yang dilakukan Rizqi dan Santoso. Santoso sendiri sebenarnya sudah
menikah dengan Diana.

Namun karena sang istri bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW)
di Hongkong, Santoso kerap tinggal sendirian di rumahnya. Karena itulah
ketika bertemu dengan Rizqi yang masih kerabat bibinya di Ponorogo,
Santoso merasa menemukan pengganti istrinya. Ironisnya, hubungan
13

tersebut berlanjut menjadi perselingkuhan hingga membuat Rizqi hamil 3


bulan.

Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk


menggugurkan janin tersebut atas persetujuan Rizqi. Selanjutnya, keduanya
mendatangi Endang Ayu (40), yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di
Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri. Keputusan itu diambil setelah
Santoso mendengar informasi jika bidan Endang kerap menerima jasa
pengguguran kandungan dengan cara suntik. Pada mulanya Endang sempat
menolak permintaan Santoso dan Rizqi dengan alasan keamanan.

Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan


Rp2.100.000. Kedua pasangan mesum tersebut menyetujui harga yang
ditawarkan Endang setelah turun menjadi Rp2.000.000. Hari itu juga, bidan
Endang yang diketahui bertugas di salah satu puskesmas di Kediri
melakukan aborsi. Metode yang dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia
menyuntikkan obat penahan rasa nyeri Oxytocin Duradril 1,5 cc yang
dicampur dengan Cynaco Balamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh Rizqi.

Menurut pengakuan Endang, pasien yang disuntik obat tersebut akan


mengalami kontraksi dan mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya.
"Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam
setelah disuntik. Hal itu sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya,"
terang Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Satria Prihantoro di kantornya,
Minggu (18/5/2008).

Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Rizqi terlihat


mengalami kontraksi hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng dengan
sepeda motor oleh Santoso menuju rumahnya, Rizqi terjatuh dan pingsan
karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya terus
mengelurkan darah. Warga yang melihat peristiwa itu langsung
melarikannya ke Puskemas Puncu. Namun karena kondisi korban yang
kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya, petugas medis di ruang
gawat darurat tak sanggup menyelamatkan Rizqi hingga meninggal dunia
pada hari Sabtu pukul 23.00 WIB.
14

Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi


Santoso di rumah sakit. Setelah mengantongi alamat bidan yang melakukan
aborsi, petugas membekuk Endang di rumahnya tanpa perlawanan. Di
tempat praktik sekaligus rumah tinggalnya, petugas menemukan sisa-sisa
obat yang disuntikkan kepada korban. Saat ini Endang berikut Santoso
diamankan di Mapolres Kediri karena dianggap menyebabkan kematian
Rizqi. Wibowo (50), ayah Rizqi yang ditemui di RSUD Pare Kediri
mengaku kaget dengan kehamilan yang dialami anaknya. Sebab selama ini
Rizqi belum memiliki suami ataupun pacar. Karena itu ia meminta kepada
polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum pelaku.

3. Kasus Penganiayaan
Sabtu, 13 Desember 2014 | 02:41 WIB
MEDAN, KOMPAS.com - Penganiayaan dan ancaman kekerasan
yang dilakukan keluarga Abidin Anwar pernah dilaporkan ke Polresta
Medan pada tahun 23 September 2012. Laporan kasus penganiayaan oleh
Sartika, istri Abidin tersebut, disampaikan langsung seorang pembantu
rumah tangga (PRT) bernama Sadiah. Sadiah adalah PRT asal Jawa
Tengah, yang disalurkan Zara Surya Mandiri, sebuah yayasan penyalur
tenaga kerja berkantor di Jakarta. Ia disalurkan kepada perusahaan jasa
tenaga kerja milik Abidin Anwar bersama dengan empat orang PRT
lainnya, yakni Rohayati, Fitri, Novi dan Rumsana. Namun ironinya saat itu
bahkan hinggi kini, laporan tersebut tak jelas nasibnya ditangan Polresta
Medan.

Ratna Sitompul, Koordinator AWAS HAM (Aliansi Warga Sumateras


Utara untuk Hak Asasi Manusia) menceritakan, pada 24 September 2012,
kepolisian menyerahkan enam korban penganiayaan dan penyekapan yang
dilakukan keluarga Abidin Anwar kepada Yayasan Pusaka Indonesia.
Keenamnya adalah Sadiah, Rohayati, Fitri, Novi, Rumsana, dan seorang
lelaki, Eko Purnomo, yang bekerja sebagai penjaga rumah Abidin.

"Memang polisi yang menyerahkan enam korban kekerasan keluarga


Abidin ke Pusaka. Tapi di tengah jalan kasusnya mandeg, disebut tak cukup
15

bukti, bahkan tak jelas sampai sekarang," ujar Ratna Sitompul saat ditemui
Tribun, Jumat (12/12/2014) di Kantor Pusaka Indonesia.

Ratna mengaku, pihaknya tidak begitu terkejut maraknya berita


pembunuhan PRT ini. Pasalnya, pihaknya sudah mendengar cerita
kekerasan dilakukan keluarga Abidin dari para korban tahun 2012 silam.

Ia menceritakan, saat 2012 itu, keenam korban bisa sampai ke Polresta


Medan lantaran berhasil kabur dari kediaman Abidin, di Jalan Beo, Medan.

"Jadi kami berharap kasus 2012 harus dibongkar juga sama polisi.
Kasus yang ditangani polisi sekarang ini, bukan yang pertama bagi Abidin
dan keluarga yang masuk ke kantor polisi," tukasnya.

Menurut Ratna, kelima PRT korban penganiayaan dan penyekapan


Abidin tahun 2012 saat ini sudah berada di kampung halaman masing-
masing. Namun, salah satu korban sekaligus saksi penganiayaan 2012 itu,
Eko Purnomo saat ini berada di Kantor Pusaka Indonesia.

"Lima korban ada dikampung masing-masing. Tapi kita masih bisa


berkomunikasi. Tapi korban Eko Purnomo sekarang disini, karena dia yang
lebih lama kerja dan lebih tahu kondisi rumah Abidin ketimbang lima
pekerja lainnya," ujarnya.

Ratna mengaku, saat itu pihaknya tidak mendapatkan keterangan jelas


dari kepolisian tentang mengapa kasus tidak dilanjutkan. Mereka hanya
diberi informasi bahwa kasusnya tidak memenuhi unsur.

"Kasusnya kabur dan nggak naik saat itu. Sekarang kita akan minta
kasus tersebut dibongkar. Kita akan tunjukkan bahwa sebenarnya sebelum
kasus ini, sudah ada peristiwa pidana dilakukan Abidin dan keluarga. Tapi
sekarang buming kasus terhadap pelaku yang sama kita jadi tanda tanya?.
Kalau memang polisi serius dari dulu (2012), mestinya tidak ada korban
lain yang saat ini dinyatakan meninggal," katanya.

Ia berharap polisi di Sumut, tidak hanya mengambil pencitraan lewat


kasus kemanusiaan, khususnya penyekapan dan penganiayaan terhadap
PRT.
16

Lebih jahuh, Ratna mencontohkan kasus tersangka Mohar dan istrinya,


yang menganiaya PRT asal Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurut Ratna,
yang juga selaku kuasa hukum korban, kasus yang ditangani Polresta
Medan ini hingga sekarang tak juga bisa naik ke kejaksaan.

"Dua kali sudah P19 kasus tersangka Mohar dan istrinya. Kami nilai
polisi tidak serius melengkapi berkas yang diminta jaksa. Polisi awalnya
sibuk pencitraan, tapi setelah berlalu dari pantauan media, tiga bulan
mereka bekerja setengah hati. Sampai sekarang kasusnya belum P21,"
katanya. (Feriansyah Nasution)

4. Kasus Pembunuhan

Reporter : Didi Syafirdi | Kamis, 6 Juni 2013 18:02

Merdeka.com - Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tulungagung,


Jawa Timur, menangkap pelajar SMP setempat yang diduga melakukan
pembunuhan terhadap siswi teman kencannya. Siswi malang itu dibunuh
karena diduga hamil.

Wakapolres Tulungagung Kompol Satria Lutrianto Astono


mengungkapkan, pelaku yang diidentifikasi berinisial IF (15) ditangkap
hanya selang tiga jam setelah jasad siswi FHM (14) dievakuasi dari tempat
pembuangan sampah.

"Pelaku mengaku kalap karena korban minta pertanggungjawaban atas


tanda-tanda kehamilan yang dialaminya," terang Satria menjelaskan motif
pembunuhan. Demikian dilansir dari Antara, Kamis (6/6).

Berdasarkan pengakuan IF, pembunuhan dipastikan terjadi pada Sabtu


(1/6) di rumah pelaku di Desa Sembung, Kecamatan Tulungagung. Pelaku
membunuh Tiyas Sudikno dengan menjerat leher menggunakan tali
pramuka yang berada di dalam tas korban.

Korban yang kehabisan nafas kemudian tersungkur ke lantai dapur dan


membentur tungku untuk memasak, sehingga saat dievakuasi wajah dan
kepalanya terlihat lebam.
17

"Pelaku panik dan menyeret tubuh korban menuju pekarangan


belakang lalu menguburnya hingga kedalaman sekitar 30 sentimeter,"
terang Satria.

Saat dibongkar polisi, Selasa (4/6) siang, tubuh korban dikubur dalam
kondisi setengah telanjang dan dua tangan diikat kawat. Sementara baju
seragam, tas dan sepatu dibuang di semak-semak tak jauh dari lokasi
jenazah dikuburkan.

Terkait hasil otopsi, dipastikan korban tidak hamil. Tim medis yang
melakukan visum et repertum tidak mendapati tanda-tanda kehamilan.

Selain itu saat diotopsi almarhum Tiyas masih mengenakan pembalut,


sehingga menguatkan asumsi bahwa korban saat dibunuh sedang
mengalami menstruasi.

Terkait dugaan video mesum yang dilakukan korban bersama pelaku,


polisi sejauh ini belum bisa memastikan karena ponsel Tiyas masih dalam
keadaan terkunci menggunakan password atau kata sandi.

Pelaku ditahan di Mapolres Tulungagung, diancam hukuman maksimal


15 tahun penjara karena melakukan tindak pidana pembunuhan dan
kekerasan terhadap anak sebagaimana diatur dalam pasal 80 ayat 3 UURI
Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Kasus pembunuhan Tiyas Sudikno siswa kelas VII D SMP Negeri 5


Tulungagung terbongkar setelah ditemukannya gundungan tanah di
belakang rumah Yitno di Desa Sembung, Kecamatan Tulungagung.

5. Kasus Pencurian

TEMPO.CO, Parepare - Komplotan Pencuri barang elektronik


diamankan aparat Kepolisian Sektor Soreang. Enam pelaku yang tergolong
di bawah umur ini kedapatan oleh korbannya saat akan mencuri di Jompie,
Kelurahan Bumi Harapan, Kecamatan Soreang, Kota Parepare, Minggu
dinihari, 29 November 2015.
Korban bernama Hj Novia, warga Jompie, mendengar langkah kaki di
rumah panggung miliknya. "Saat mau salat, ada bunyi hentakan kaki, tahu-
18

tahu ada anak mau angkat televisi saya. Beruntung, saat saya teriak, ia
langsung menyimpan televisi kemudian ditangkap tetangga," katanya saat
ditemui di Markas Polsek Soreang.
Pelaku, AN, 14 tahun, langsung diserahkan ke Polsek Soreang. Aparat
Polsek yang saat menerima laporan langsung melakukan pengembangan.
Hasilnya, petugas menangkan lima rekan AN di sekitar tempat kejadian
perkara, yakni AC, 14 tahun, KH (14), HN (17), AD (17) dan MC (17).
Di depan polisi, AN mengatakan dia dan komplotannya telah
menjalankan aksinya sejak dua tahun lalu. Sasarannya adalah rumah
kosong. Mereka juga nekat melakukan aksi itu di tempat keramaian, seperti
warung Internet dan rumah kos.
"Sejak berhenti sekolah di tingkat SMP, saya mengambil barang
elektronik, seperti TV dan dispenser. Caranya, saya masuk ke rumah yang
kosong setelah rekan saya mengintai," ucapnya.
Ditanya soal hasil curian, AN mengaku uang hasil menjual barang
curian ia gunakan untuk pesta miras bersama rekan-rekannya. "Hasil
penjualan TV bervariasi, dari 500 ribu hingga 1 juta, untuk beli rokok dan
minuman," ujarnya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Parepare Ajun
Komisaris Nugraha Pamungkas membenarkan penangkapan komplotan
pencuri remaja itu. "Kami masih kembangkan penyidikan. Pasalnya,
beberapa pelaku adalah residivis yang keluar dari penjara tahun ini dalam
kasus yang sama," tuturnya.

E. DOKUMEN BERACARA DALAM PENYELESAIAN PERKARA DI


PERADILAN MELALUI JALUR PERADILAN (LITIGASI).

Dokumen beracara yang diperlukan oleh Pemberi Jasa Hukum dalam


penyelesaian perkara pidana melalui jalur peradilan adalah :

1. Surat Kuasa (Pasal 1792 KUHPerdata)


a. Pengertian Surat Kuasa

Sesuai Kamus Hukum – Prof R. Soebekti, SH


&Tjitrosoedibio):KUASA adalah Wenang PEMBERIAN
19

KUASA(lastgeving, Bld) adalah pemberian kewenangan kepada orang


lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum atas nama si
pemberi kuasa.Sesuai Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH
Perdata) pasal 1792 memberikan pengertian tentang pemberian kuasa
yaitu:“Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana
seseorang memberikan kekuasaan kepada seseorang lain yang
menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan”.

Ditinjau dari isinya, maka surat kuasa dapat dibedakan menjadi


2 yaitu surat kuasa khusus dan surat kuasa umum. Surat kuasa khusus
adalah kuasa yang menerangkan bahwa pemberian kuasa hanya berlaku
untuk hal-hal tertentu saja. Sedangkan surat kuasa umum adalah surat
kuasa yang menerangkan bahwa pemberian kuasa tersebut hanya untuk
hal-hal yang bersifat umum saja.

b. Lingkup Surat Kuasa


Dalam praktek peradilan pidana surat kuasa terdiri atas beberapa
macam, antara lain :
1) Surat kuasa mediasi (upaya perdamaian non litigasi)
2) Surat kuasa pendampingan terperiksa sebagai saksi
3) Surat kuasa pendampingan tersangka dalam proses penyidikan dan
penuntutan
4) Surat kuasa bantuan hukum terdakwa di tingkat pemeriksaan
sidang pengadilan pertama (Pengadilan Negeri)
5) Surat kuasa bantuan hukum terdakwa dalam hal melakukan upaya
hukum banding (Pengadilan Tinggi)
6) Surat kuasa bantuan hukum dalm hal melakukan upaya hukum
kasasi (Mahkamah Agung)
7) Surat kuasa bantuan hukum dalam hal melakukan upaya hukum
peninjauan kembali (PK) di Mahkamah Agung
8) Surat kuasa bantuan hukum dalam hal melakukan permohonan
grasi.
c. Unsur-Unsur Surat Kuasa
 Judul (Surat Kuasa Khusus);
20

 Identitas Pemberi Kuasa (nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,


pekerjaan, agama dan alamat lengkap);
 Pernyataan Pemberi Kuasa (dengan ini menyatakan dengan
sesungguhnya memberikan kuasa kepada);
 Identitas Penerima (nama lengkap, umur atau tanggal lahir,
pekerkaan dan alamat lengkap);
 Kewenangan yang diberikan oleh pemberi kuasa kepada penerima
kuasa kepada penerima kuasa disebutkan secara rinci dan jelas;
 Wewenang substitusi dari penerima kuasa kepada orang lain;
 Tempat dan tanggal pembuatan dan penandatanganan surat kuasa;
 Tanda tangan pemberi kuasa dan penerima kuasa dengan dibubuhi
materai cukup.

d. Contoh Surat Kuasa

SURAT KUASA
Nomor.: 015/Pid/AS&A/VIII/2008

------Yang bertanda tangan di bawah ini :

……………………….., (jenis kelamin), (umur), (agama), (pekerjaan),


Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jalan ……………………………;

Dengan ini mengaku dan menerangkan telah memberi kuasa kepada :

……………………………………..

Masing-masing selaku Advokat, Pengacara dan Penasihat Hukum pada "KANTOR


HUKUM ……………………." beralamat dan berkantor di Jalan ………………..
Kode Pos ……… Telp/Hp.: ………………., baik bertindak secara bersama-sama
maupun sendiri-sendiri ;

KHUSUS

------Untuk mendampingi, membela serta memberikan nasihat-nasihat hukum terhadap


Pemberi Kuasa selaku Tersangka yang dituduh/disangka telah melakukan/melanggar
Pasal 290 ayat 2e Subs Pasal 293 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) sesuai
dengan Surat Perintah Penangkapan NO.POL.: SP-KAP/1070/VIII/2008/RESKRIM
tertanggal 27 Agustus 2008 pada Penyidik Kepolisian Kota Besar Medan dan
Sekitarnya, serta selanjutnya akan melakukan pendampingan hukum dalam
mempertahankan kepentingan dan hak hukum tersangka pada Kejaksaan Negeri Medan
dan pada Persidangan Pengadilan Negeri Medan.;
21

Dan untuk itu :


Melakukan segala usaha dan tindakan hukum untuk dan atas nama serta kepentingan
Pemberi Kuasa dalam perkara yang disangkakan/didakwakan, mendampingi Pemberi
Kuasa pada pemeriksaan tingkat Penyidikan, Penuntutan pada Kejaksaan dan
mendampingi/membela kepentingan Pemberi Kuasa pada Persidangan Pengadilan
Negeri Medan, mengajukan dan menandatangani pledoi, membuat dan menandatangani
banding dan memori banding, permohonan kasasi, dan bila dianggap perlu menghadap
ke semua Pengadilan, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, Polri dan Kejaksaan,
Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Agung, serta pembesar-pembesar dan instansi-instansi
pemerintah baik sipil maupun militer, mengajukan segala permohonan-permohonan
yang berkaitan dengan perkara ini dan mensahkannya, memberi segala keterangan-
keterangan yang dianggap perlu, mengajukan dan menolak bukti-bukti, mengajukan
dan meminta di dengar saksi a charge, ade charge, saksi ahli dan menolaknya, meminta
dan mengajukan Pemeriksaan Ulang (Request Civil), meminta dan mengajukan
permohonan penangguhan penahanan beserta alasan-alasannya dan selanjutnya
melakukan segala usaha yang menguntungkan dan meringankan Pemberi Kuasa
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) beserta peraturan perundang-undangan
lainnya yang berkenaan dengan perkara ini.;

------Akhirnya, kuasa ini diberikan dengan hak mengalihkannya kepada orang lain
(Substitusi) dengan memilih kantor kuasanya tersebut di atas.;

………, …………………….
Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

..…………………….., SH …………………………..

e. Alat dan Bahan Praktikum

1) Deskripsi kasus pidana berdasarkan contoh identifikasi kasus perkara


pidana.(Dosen dan Instruktur dapat melakukan improvisasi dalam
identifikasi kasus atau memberikan contoh kasus lain. Kasus yang
sudah diambil digunakan untuk membuat tugas selanjutnya disesuaikan
dengan materi praktikum)
2) Lembar Kerja Praktikum (Disediakan oleh instruktur)

f. Tugas Praktikum
22

1) Peserta praktikum membahas dan praktek menyusun/membuat surat


kuasa, sesuai dengan deskripsi kasus yang disediakan oleh instruktur
praktikum, dan dengan dibimbing oleh instruktur praktikum;
2) Peserta praktikum menyerahkan lembar kerja praktikum I yang telah
diisi, kepada instruktur praktikum.

2. Proses Terjadinya Perkara Pidana


a. Pengertian
Proses terjadinya perkara pidana dapat dibagi menjadi 3 antara lain :
1) Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang
karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada
pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga
akan terjadinya peristiwa pidana”. (Pasal 1 angka 24 KUHAP)
2) Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak
yang berkepentingan kepada pejabat berwenang untuk menindak
menurut hukum seorang yang telah melakukan Tindak Pidana
(“TP”) aduan yang merugikannya. (Pasal 1 angka 25 KUHAP)
3) Tertangkap Tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu
sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah
beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian
diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya,
atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang
diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana
itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu. (Pasal 1
angka 19 KUHAP)

b. Unsur-Unsur Proses Terjadinya Perkara Pidana


1) Laporan
Laporan terdiri dari keterangan hari tanggal dan jam, tempat
terjadinya tindak pidana, identitas pelapor, keadaan pelapor,
kronologis, saksi-saksi, kerusakan yang mungkin ditimbulkan,
kerugian, kesimpulan, dan barang bukti.
23

Contoh format Laporan Polisi :


24

2) Pengaduan
Pengaduan terdiri dari keterangan, data pengadu, data yang
dilaporkan, rincian masalah atau perkara.
R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (“KUHP”) (hal. 88) membagi delik aduan menjadi dua
jenis yaitu:
a. Delik aduan absolut, ialah delik (peristiwa pidana) yang selalu
hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan seperti tersebut
dalam pasal-pasal: 284, 287, 293, 310 dan berikutnya, 332,
322, dan 369. Dalam hal ini maka pengaduan diperlukan untuk
menuntut peristiwanya, sehingga permintaan dalam
pengaduannya harus berbunyi: “..saya minta agar peristiwa ini
dituntut”.
b. Delik aduan relatif, ialah delik-delik (peristiwa pidana) yang
biasanya bukan merupakan delik aduan, akan tetapi jika
dilakukan oleh sanak keluarga yang ditentukan dalam Pasal
367, lalu menjadi delik aduan. Delik-delik aduan relatif ini
tersebut dalam pasal-pasal: 367, 370, 376, 394, 404, dan 411.
Dalam hal ini maka pengaduan itu diperlukan bukan untuk
menuntut peristiwanya, akan tetapi untuk menuntut orang-
orangnya yang bersalah dalam peristiwa ituPermintaan
menuntut dalam pengaduannya dalam hal ini harus
bersembunyi: “,,saya minta supaya anak saya yang bernama A
dituntut”.

3) Tertangkap Tangan, sesuai dengan Pasal 1 angka 19 KUHAP maka


tertangkap tangan harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. tertangkapnya seseorang; pelaku tertangkap pada waktu sedang
melakukan tindak pidana atau segera sesudah beberapa saat
tindak pidana itu dilakukan; jarak antara terjadinya tindak
pidana dan tertangkapnya si pelaku tidak terlalu lama sehingga
tidak menimbulkan keraguan bahwa tersangka adalah
pelakunya;
25

2. sesaat kemudian diserukan atau diteriakkan oleh khalayak


ramai sebagai orang yang melakukan tindak pidana;
3. sesaat kemudian ditemukan benda yang diduga telah digunakan
untuk melakukan tindak pidana dan/atau adanya bukti
(alat,hasil,korban).

c. Alat dan Bahan Praktikum


1) Deskripsi kasus pidana berdasarkan contoh identifikasi kasus
perkara pidana yang sudah ditentukan.
2) Lembar Kerja Praktikum (Disediakan oleh instruktur)

d. Tugas Praktikum
1) Peserta praktikum membahas dan praktek menyusun/membuat
dokumen dalam proses terjadinya perkara pidana, sesuai dengan
deskripsi kasus yang disediakan oleh instruktur praktikum, dan
dengan dibimbing oleh instruktur praktikum;
2) Peserta praktikum menyerahkan lembar kerja praktikum II yang
telah diisi, kepada instruktur praktikum.

3. Pemeriksaan Pendahuluan
a. Pengertian :
Proses pemeriksaan pendahuluan dalam perkara pidana antara lain :
1) Penyelidikan dan Penyidikan
Menurut Pasal 1 butir 5 KUHAP, penyelidikan adalah
serangkaian tindakan/ penyelidikan untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan
menurut cara yang diatur dalam Undang-undang.

Menurut Pasal 1 butir 2 KUHAP, penyidikan adalah


serangkaian tindakan yang dilakukan pejabat penyidik sesuai
dengan cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari
serta mengumpulkan bukti dan dengan bukti itu membuat atau
menjadi terang tindak pidana yang terjadi serta sekaligus
menemukan tersangkanya atau pelaku tindak pidananya.
26

2) Tugas dan Wewenang Penyelidik dan Penyidik (Penangkapan,


Penahanan, Penggeledahan, Penyitaan)

 Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa


pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau
terdakwa, apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan. Dasar hukum
dalam KUHAP: terkait dengan penangkapan dalam hal
tertangkap tangan yaitu Pasal 18 ayat (2), Pasal 19 ayat (1) dan
(2); terkait penangkapan tidak dalam tertangkap tangan
(penangkapan oleh penyidik) yaitu Pasal 17; terkait bukti
permulaan untuk melakukan penangkapan yaitu Pasal 183,
terkait pelaksanaan tugas penangkapan yaitu Pasal 18;
 Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa,
ditempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau
hakim dengan penetapannya, dalam hal menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 angka 21 KUHAP).
 Penggeledahan terdiri dari dua, yaitu penggeledahan rumah dan
penggeledahan badan. Penggeledahan rumah adalah tindakan
penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat
tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan
atau penyitaan atau penangkapan dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 1 angka 17
KUHAP). Penggeledahan badan adalah tindakan penyidik
untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian
tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada
badannya atau dibawanya serta untuk disita. (Pasal 1 angka 18
KUHAP).
 Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk
mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya
benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud dan tidak
berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan dan peradilan. (Pasal 1 angka 16 KUHAP)Penyitaan
27

adalah salah satu upaya paksa (dwang middelen) yang diatur


dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(“KUHAP”), yaitu dalam Pasal 1 angka 16 KUHAP, Pasal 38
s/d 46 KUHAP, Pasal 82 ayat (1) dan ayat (3) KUHAP dalam
konteks Praperadilan, Pasal 128 s/d 130 KUHAP, Pasal 194
KUHAP, dan Pasal 215 KUHAP.

b. Unsur-Unsur Pemeriksaan Pendahuluan :

1) Penangkapan
Perintah penangkapan dilakukan, terhadap seorang yang diduga
keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang
cukup. tersangka diberikan surat perintah penangkapan oleh
kepolisian dengan mencantumkan serta uraian singkat perkara
kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa.
2) Penahanan
Penahanan dilakukan oleh penyidik, penuntut umum, hakim
dengan batas waktu penahanan tersendiri. Penahanan dapat
dilakukan dengan penahanan rumah, penahanan dalam rumah
tahanan negara;dan penahanan kota.
3) Penggeledahan
Pejabat yang Berwenang Melakukan Penggeledahan untuk
kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan
rumah atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan
menurut tatacara yang ditentukan dalam UU ini
4) Penyitaan
Penyitaan dilakukan oleh penyidik dengan surat ijin ketua
pengadilan negeri setempat, dalam keadaan yang sangat perlu dan
mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak
mungkin untuk mendapat surat ijin terlebih dahulu, penyidik dapat
melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu
wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat
guna memperoleh persetujuannya.
28

c. Dokumen-dokumen yang digunakan dalam tahap ini antara lain :


1) Surat perintah penangkapan
29

2) Surat perintah penahanan


30

3) Surat perintah penggeledahan


31

4) Surat Perintah Penyitaan


32

d. Alat dan Bahan Praktikum


1) Deskripsi kasus pidana berdasarkan contoh identifikasi kasus
perkara pidana yang telah ditentukan
2) Lembar Kerja Praktikum (Disediakan oleh instruktur)

e. Tugas Praktikum
1) Peserta praktikum membahas dan praktek menyusun/membuat
dokumen dalam proses pemeriksaan pendahuluan, sesuai dengan
deskripsi kasus yang disediakan oleh instruktur praktikum, dan
dengan dibimbing oleh instruktur praktikum;
2) Peserta praktikum menyerahkan lembar kerja praktikum III yang
telah diisi, kepada instruktur praktikum.

4. Pra Peradilan

a. Dasar Hukum
Praperadilan diatur dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), khususnya Pasal 1 angka 10, Pasal 77
s/d Pasal 83, Pasal 95 ayat (2) dan ayat (5), Pasal 97 ayat (3), dan Pasal
124.
b. Pengertian
Pra peradilan adalah wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa
dan memutus:
1) Sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan;
2) Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan;
3) Permintaan ganti rugi atau rehabilitasi oleh tersangka atau
keluarganya atau pihak lain atau kuasanya yang perkaranya tidak
diajukan ke pengadilan. (Pasal 1 butir 10 jo Pasal 77 KUHAP);
4) Sah atau tidaknya penyitaan barang bukti (Pasal 82 ayat 1 huruf b
KUHAP).
33

c. Contoh Format Permohonan Pra Peradilan

Hal : Permohonan Praperadilan


Lamp. : 1 (satu) lembar Surat Kuasa Khusus

Kepada
Yth. KetuaPengadilan Negeri …………………..
Pada Pengadilan Negeri …………………
Di-
………………………………

Dengan segala hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini kami :

…………………………………, SH
Kesemuanyaberalamat di Kantor Hukum “………………. & ASSOCIATES”,

Berdasarkan surat kuasa tertanggal .............................yang dalam hal ini bertindak


untuk
dan atas nama klien yang bernama :

Nama : …………………..
Umur : …………………..
Jenis Kelamin : …………………..
Alamat : …………………..
Pekerjaan : …………………..

Yang selanjutnya dalam hal ini disebut sebagao PEMOHON

Dengan ini mengajukan Permohonan Praperadilan terhadap :

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Cq.Kepala Kepolisian Daerah


……………, ……………………………………….

Yang selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai TERMOHON

Adapun alasan-alasan PEMOHON dalam mengajukan PERMOHONAN


PRAPERADILAN ini adalah sebagai berikut:
I. FAKTA-FAKTA HUKUM
1. Bahwa …………………………………., dst
II. ANALISA YURIDIS
34

Bahwa tindakan Penangkapan oleh TERMOHON terhadap PEMOHON


ternyata telah dilakukan…………………………………......,karena itu
tindakan TERMOHON tersebut telah melanggar Ketentuan :
1. ……………………………………………, dst
III. PERMINTAAN GANTI KERUGIAN DAN/ATAU REHABILITASI
1. Bahwa ………………………………………, dst

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, mohon Ketua Pengadilan Negeri


………. agar segera mengadakan Sidang Praperadilan terhadap TERMOHON
tersebut sesuai dengan hak-hak PEMOHON sebagaimana diatur dalam Pasal 77
sampai dengan Pasal 83 serta Pasal 95 KUHAP, dan mohon kepada Yth. Ketua
Pengadilan Negeri …………. Cq. Hakim Yang Memeriksa Permohonan ini
berkenan memeriksa dan memutuskan sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan Permohonan PEMOHON untuk seluruhnya;
2. Menyatakan tindakan penangkapan, Penahanan, Penggeledahan, dan Penyitaan
atas barang dan diri PEMOHON adalah Tidak Sah Secara Hukum karena
melanggar ketentuan perundang-undangan ;
3. Memerintahkan kepada TERMOHON agar segera mengeluarkan /
membebaskan PEMOHON atas nama ……………………………… ;
4. Menghukum TERMOHON untuk membayar ganti Kerugian Materiil sebesar
Rp. .........................., (....................... rupiah) dan Kerugian Immateriil sebesar
Rp.........................,- (........................... rupiah), sehingga total kerugian
seluruhnya sebesar Rp........................,- (........................... rupiah) secara tunai
dan sekaligus kepada PEMOHON;
5. Menghukum TERMOHON untuk meminta Maaf secara terbuka kepada
PEMOHON lewat Media Massa di ............................... selama 2 (dua) hari
berturut-turut;
6. Memulihkan hak-hak PEMOHON, baik dalam kedudukan, kemampuan harkat
serta martabatnya.

ATAU,

Jika Pengadilan Negeri ……………….. berpendapat lain, mohon Putusan yang


seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Jakarta, ………………….
Hormat kami,
Kuasa Hukum PEMOHON

…………………………………..
35

c. Contoh Surat Pengentian Penyidikan


36

d. Alat dan Bahan Praktikum


1) Deskripsi kasus pidanaberdasarkan contoh identifikasi kasus
perkara pidana.
2) Lembar Kerja Praktikum (Disediakan oleh instruktur)

e. Tugas Praktikum
1) Peserta praktikum membahas dan praktek menyusun/membuat
Surat Permohonan Gugatan Pra Peradilan sesuai dengan
deskripsi kasus yang ditentukan oleh instruktur praktikum, dan
dengan dibimbing oleh instruktur praktikum.
2) Peserta praktikum menyerahkan lembar kerja praktikum IV yang
telah diisi, kepada instruktur praktikum.

5. Proses Peradilan

a. Pengertian

Pengertian peradilan menurut Sjachran Basah, adalah segala


sesuatu yang berkaitan dengan tugas dalam memutus perkara dengan
menerapkan hukum, menemukan hukum in concreto dalam
mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materil, dengan
menggunakan cara procedural yang ditetapkan oleh hukum formal.

b. Unsur-Unsur Proses Peradilan

1) Surat Dakwaan

Menurut Yahya Harahap pengertian surat dakwaan adalah akta


yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada
Terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan
penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam
pemeriksaan di muka sidang pengadilan. Pengaturan surat
dakwaan dalam KUHAP sangat sedikit, yaitu Pasal 143 dan 144.
Akan tetapi, menyangkut pembatalan dakwaan, dapat juga
37

diperhatikan Pasal 191, 193, 197, dll yang terkait.Surat dakwaan


dapat dibedakan menjadi :

a) Surat dakwaan tunggal, yaitu dalam surat dakwaan ini hanya


satu Tindak Pidana saja yang didakwakan, karena tidak
terdapat kemungkinan untuk mengajukan alternatif atau
dakwaan pengganti lainnya;
b) Surat dakwaan alternatif, yaitu Dalam surat dakwaan ini
terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis,
lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat
mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya. Bentuk
dakwaan ini digunakan bila belum didapat kepastian tentang
Tindak Pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan.
Dalam dakwaan alternatif, meskipun dakwaan terdiri dari
beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan
tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah
terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu
dibuktikan lagi. Dalam bentuk Surat Dakwaan ini, antara
lapisan satu dengan yang lainnya menggunakan kata sambung
atau.Contoh dakwaan alternatif:

Pertama: Pencurian (Pasal 362 KUHP)


atau
Kedua: Penadahan (Pasal 480 KUHP)

c) Surat dakwaan subsidair, yaitu sama halnya dengan dakwaan


alternatif, dakwaan subsidair juga terdiri dari beberapa lapisan
dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan
yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya.
Sistematik lapisan disusun secara berurut dimulai dari Tindak
Pidana yang diancam dengan pidana tertinggi sampai dengan
Tindak Pidana yang diancam dengan pidana
terendah.Pembuktian dalam surat dakwaan ini harus dilakukan
secara berurut dimulai dari lapisan teratas sampai dengan
lapisan selanjutnya. Lapisan yang tidak terbukti harus
dinyatakan secara tegas dan dituntut agar terdakwa dibebaskan
38

dari lapisan dakwaan yang bersangkutan.Contoh dakwaan


subsidair:

Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP)

Subsidair: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP)

d) Surat dakwaan kumulatif, yaitu dalam Surat Dakwaan ini,


didakwakan beberapa Tindak Pidana sekaligus, ke semua
dakwaan harus dibuktikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak
terbukti harus dinyatakan secara tegas dan dituntut
pembebasan dari dakwaan tersebut. Dakwaan ini
dipergunakan dalam hal Terdakwa melakukan beberapa
Tindak Pidana yang masing-masing merupakan Tindak
Pidana yang berdiri sendiri.Contoh dakwaan kumulatif:

Kesatu:Pembunuhan (Pasal 338 KUHP)


dan
Kedua: Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP)
dan
Ketiga: Perkosaan (Pasal 285 KUHP)

e) Surat dakwaan campuran, yaitu disebut juga dakwaan


kombinasi, karena di dalam bentuk ini dikombinasikan atau
digabungkan antara dakwaan kumulatif dengan dakwaan
alternatif atau subsidair.Contoh dakwaan kombinasi:

Kesatu: Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP);

Subsidair: Pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP);

dan

Kedua: Primair: Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363


KUHP);

Subsidair: Pencurian (Pasal 362 KUHP)


39

Surat dakwaan harus memenuhi dua syarat yaitu :


a) Syarat formal

Diantara syarat formil yang harus dipenuhi adalah


sebagai berikut :

1. Diberi tanggal dan ditanda tangani oleh Penuntut Umum;


2. Berisi identitas terdakwa/para terdakwa, meliputi nama
lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis
kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan
terdakwa (Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP). Identitas
tersebut dimaksudkan agar orang yang didakwa dan
diperiksa di depan sidang pengadilan adalah benar-benar
terdakwa yang sebenarnya dan bukan orang lain.

Apabila syarat formil ini tidak seluruhnya dipenuhi


dapat dibatalkan oleh hakim (vernietigbaar) dan bukan batal
demi hukum karena dinilai tidak jelas terhadap siapa dakwaan
tersebut ditujukan.

b) Syarat materiil

Syarat materiil memuat dua unsur yang tak boleh


dilalaikan sesuai dengan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP
yaitu:

1. Menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan;


2. Memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan.

Apabila syarat materiil ini tidak seluruhnya dipenuhi


sesuai dengan pasal 143 ayat (3) maka batal demi hukum.
40

Contoh Format Surat Dakwaan

KEJAKSAAN NEGERI.........................................
Jl........................................No. .................................
Kota..........................................................................

UNTUK KEADILAN

SURAT DAKWAAN
No. RegisterPerkara : .....-…/…../-___________/…/….

A. TERDAKWA :
Nama Lengkap : ……………………………………
Umur/Tgl Lahir : ……………………………………
Agama : ……………………………………
Jenis Kelamin : ……………………………………
Kebangsaan : ……………………………………
Tempat Tinggal : ……………………………………
Pekerjaan : ……………………………………
Pendidikan : ……………………………………

B. PENAHANAN :
Penyidik : ……………………………………
Penuntut Umum : ……………………………………
Majelis Hakim PN : ……………………………………

C. DAKWAAN :

Bahwa ia Terdakwa ..................... pada hari .............., tanggal ..................Waktu


........ WIB atau setidak-tidaknya yang tidak dapat dipastikan lagi antara bulan
.................. sampai dengan bulan ................... di Jalan ........... No. ................., atau
setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri ...................., (uraikan kejadian/kronologis perkara tersebut)

Akibat Perbuatan terdakwa di persalahkan dan diancam dengan pidana dalam


Pasal ......... Jo Pasal ......... KUHPidana

………….,…………2017
Jaksa Penuntut Umum

………………………………
NIP………………………….
41

2) Eksepsi
Atas dakwaan Penuntut Umum, terdakwa memiliki hak
untuk mengajukan keberatan/tangkisan terhadap dakwaan tersebut
sebagaimana diatur dalam pasal 156 ayat (1) KUHAP. Eksepsi
adalah keberatan yang diajukan terdakwa dan atau penasehat
hukumnya terhadap syrat hukum formil, belum memasuki
pemeriksaan hukum materil. Pengajuan eksepsi diberikan kepada
terdakwa setelah jaksa penuntut umum selesai membacakan surat
dakwaan.

Ada tiga hal yang menjadi objek eksepsi yaitu :

a) Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara, meliputi :


 Keberatan tidak berwenang mengadili secara relatif
 Keberatan tidak berwenang secara absolute

b) Dakwaaan tidak dapat diterima, antara lain :

 apa yang didakwakaan terhadap terdakwa bukan tindak


pidana kejahatan atau pelanggaran.
 apa yang didakwakaan kepada terdakwa telah pernah
diputus dan telah mempunyai kekutan hukum tetap (nebis
in idem).
 apa yang didakwakaan kepada terdakwa telah lewat waktu
atau kadaluarsa.
 apa yang didakwakaan kepada terdakwa tidak sesuai
dengan tindak pidana yang dilakukannya.
 apa yang didakwakaan kepada terdakwa bukan
merupakan tinda pidana akan tetapi termasuk perselisihan
perdata.
 apa yang didakwakaan kepada terdakwa adalah “tindak
pidana aduan” atau “klacht delicten”, sedang orang yang
berhak mengadu tidak pernah menggunakan haknya.
c) Surat dakwaan harus dibatalkan
Dalam hal ini karena tidak memenuhi syarat formil
42

Contoh Format Surat Eksepsi

NOTA KEBERATAN

(EKSEPSI)

Dalam Perkara Pidana No. … /Pid…/…/PN….


Atas Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
No. Reg.Perk : …. - .. /…../…./…/……

Atas Nama Terdakwa


……………………..
Diajukan oleh tim Penasehat Hukum:
……………………………………….

Disampaikan pada
Sidang Pengadilan Negeri………..
Hari…….,……-……-…….

DIDAKWA
3. Sebagaimana di atur dan diancam pidana berdasarkan ketentuan………, dst

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim Yang Terhormat,

Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami


hormati Saudara Terdakwa dan hadirin yang
kami hormati Serta Sidang yang kami
muliakan

------------Terlebih dahulu perkenankan kamiselaku Tim Penasehat Hukum


Terdakwa berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal ……. bertindak untuk dan
atas nama terdakwa …………. Eksepsi ini kami sampaikan dengan pertimbangan
bahwa…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………..

(ISI EKSEPSI : memuat hal/obyek apa yang menjadi keberatan dan berbagai dasar
yang menjadi alasan keberatan. Setiap alasan harus diberikan uraian yang
membuktikan atau menunjang alasan keberatan. Jadi setiap butir keberatan harus
memuat : hal/obyek atau bidang keberatan, Uraian mengenai alasan/dasar
keberatan. (Keberatan eksepsi dapat dibagi menjadi beberapa keberatan, contoh
Keberatan Pertama, Keberatan Kedua, dll)
43

II. KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM

III. PENANGKAPAN TIDAK BERDASARKAN KUHAP


IV. TERDAKWA TIDAK DI DAMPINGI OLEH PENASEHAT HUKUM
V. JAKSA SALAH DALAM MENERAPKAN HUKUM
VI. SURAT DAKWAAN BERTENTANGAN DENGAN PASAL…….
VII. SURAT DAKWAAN OBSCUUR LIBEL (DAKWAAN KABUR)

Berdasarkan berbagai Fakta yang telah kami uraikan diatas maka kami
Penasehat Hukum terdakwa …….menyimpulkan bahwa Nota pembelaan dan Eksepsi
PenasehatHukum adalah permohonan berdasarkan fakta dan kebenaran dan kami
penasihat hukum terdakwa mohon kepada Majelis Hakim yang Terhormat untuk
mengambil putusan sebagai berikut:

1. Menerima keberatan (eksepsi) dari penasehat hukum………………..


2. Menyatakan surat dakwaan penuntut umum nomor Reg. Perkara: …..-
…/……./……/…../….. sebagai dakwaan yang dinyatakan batal demi hukum atau
harus dibatalkan atau setidak-tidaknya tidak diterima;
3. Menyatakan perkara aquo tidak diperiksa lebih lanjut;
4. Memulihkan harkat martabat dan nama baik…………………….
5. Membebankan biaya perkara kepada negara;

Atau jika majelis hakim berpendapat lain mohon putusan seadil-adilnya (et aquo
et bono), Demikian Nota Keberatan dan Eksepsi kami bacakan dan di serahkan kepada
Majelis Hakim pada hari….. tanggal…… di Pengadilan Negeri……..

Hormat Kami
Penasehat Hukum Terdakwa

…………………………….
44

3) Putusan Sela
Putusan sela merupakan putusan yang belum menyinggung
mengenai pokok perkara yang terdapat didalam suatu dakwaan.
Dalam hal ini berkaitan dengan suatu peristiwa apabila terdakwa
atau penasihat hukum mengajukan suatu keberatan bahwa
pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan
tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan.Dasar
hukumnya yaitu Pasal 156 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP).

Contoh Format Putusan Sela

PUTUSAN SELA
No…/Pid…/…../PN……..

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri …… yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada


tingkat pertama dengan pemeriksaan acara biasa, telah menjatuhkan Putusan Sela
sebagai berikut dalam perkara atas nama Terdakwa :

Nama Lengkap : ……………………..


Tempat Lahir : ……………………..
Umur/Tanggal Lahir : ……………………..
Jenis Kelamin : ……………………..
Kebangsaan : ……………………..
Tempat tinggal : ……………………..
Agama : ……………………..
Pekerjaan : ……………………..
Pendidikan : ……………………..

Terdakwa ditahan dengan jenis penahanan Rumah Tahanan Negara (RUTAN )


oleh …………….
45

Terdakwa dalam perkara ini didampingi oleh Penasehat Hukumnya yaitu:


……………..advokat-advokat pada kantor pengacara dan konsultan hukum ………
yang berkantor di……………, dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal
…………..yang didaftarkan di kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri …… No. Reg
Perkara : ….

Setelah membaca surat-surat dalam berkas-berkas Terdakwa yang bersangkutan


dalam perkara ini ; --------------------------------------------------------------------------

Setelah mendengar pembacaan surat dakwaan yang dibacakan oleh Penuntut


Umum di Persidangan hari….. tanggal……….. ; --------------------------------------

Setelah mendengar pembacaan Nota Keberatan atau Eksepsi atas Surat


Dakwaan Penuntut Umum yang dibacakan oleh Penasihat Hukum Terdakwa di
persidangan pada hari …….. tanggal …….. ; -------------------------------------------

Setelah mendengar pembacaan Pendapat Penuntut Umum atas Nota Keberatan


Penasihat Hukum Terdakwa yang dibacakan pada hari …… tanggal ……… ; ------------

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke depan persidangan dengan Dakwaan


berbentuk primair subsidair oleh Penuntut Umum sebagaimana dimuat dalam Surat
Dakwaan Penuntut Umum No. Reg. Perkara: …..-…../……./…./……. Tertanggal
………., yang dibacakan di persidangan pada hari…… tanggal…… yang pada
pokoknya adalah sebagai berikut: -----------------------------------------------------------, dst

-----------------------------------MENGADILI--------------------------------

1. Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri …. berwenang secara relatif untuk mengadili

perkara dengan Nomor Register: .../Pid…/…../PN….. atas nama Terdakwa.......;


2. Menyatakan Nota Keberatan atau Eksepsi yang diajukan oleh Penasehat Hukum

Terdakwa …….. tidak dapat diterima untuk seluruhnya;


3. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum terhadap Terdakwa ……… dengan

Nomor Register Perkara: ….-…/………/…/…… tertanggal ......... yang dibacakan di


persidangan pada hari ....., tanggal ........ adalah sah menurut hukum dan dapat
dijadikan dasar pemeriksaan selanjutnya;
4. Menyatakan pemeriksaan perkara atas nama Terdakwa ……………… oleh
Pengadilan Negeri ……. untuk dilanjutkan;
46

5. Menangguhkan biaya perkara sampai putusan akhir dijatuhkan;

Demikianlah diputuskan dalam permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan


Negeri ……. pada hari .............. oleh Majelis Hakim yang terdiri dari ........... sebagai
Hakim Ketua; ………….. dan ………… yang keduanya sebagai Hakim Anggota.
Putusan Sela dibacakan pada hari itu juga dalam persidangan yang terbuka untuk umum
oleh Majelis Hakim tersebut, dengan dibantu oleh ………….. sebagai Panitera
Pengganti pada Pengadilan Negeri ..........., dengan dihadiri oleh ………. sebagai Jaksa
Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri ……… serta dihadiri pula oleh Terdakwa dan
Penasihat Hukumnya;

HAKIM-HAKIM ANGGOTA HAKIM KETUA

…………………………………………………………….

…………………………………

PANITERA PENGGANTI

........................................

4) Surat Tuntutan
Surat tuntutan adalah sebuah surat yang dibuat oleh Jaksa
Penuntut Umum setelah berakhirnya pemeriksaan perkara dalam
persidangan. Surat Tuntutan atau dalam bahasa lain disebut dengan
Rekuisitor memuat pembuktian Surat Dakwaan berdasarkan alat-
alat bukti yang terungkap di persidangan dan kesimpulan penuntut
umum tentang kesalahan terdakwa disertai dengan tuntutan
pidana. Dasar hukum yaitu Pasal 182 ayat (1) KUHAP.

Surat tuntutan harus memuat hal-hal berikut :


a) Hal tindak pidana apa yang didakwakan
b) Fakta-fakta yang diperoleh dalam persidangan
47

c) Analisis hukum terhadap fakta-fakta untuk membentuk


konstruksi hukum atas peristiwa yang didakwakan
d) Pendapat hal terbukti atau tidaknya dakwaan
e) Permintaan JPU pada majelis hakim

Contoh Format Surat Tuntutan

KEJAKSAAN NEGERI ....................... P.42


“UNTUK KEADILAN”

SURAT TUNTUTAN
No. Reg. Perkara : ... /Pid.../...../PN-.......

Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri ......... dengan memperhatikan hasil
pemeriksaan sidang dalam perkara atas nama terdakwa:

IDENTITAS TERDAKWA :
Nama : ......................
Tempat & Tanggal Lahir : ......................
Umur : ......................
Agama : ......................
Pekerjaan : ......................
Kewarganegaraan / Kebangsaan : ……………..
Jenis Kelamin : ……………..
Alamat : ……………..

Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah / Penetapan Penahanan oleh :

· Ditahan oleh penyidik sejak tanggal …. s/d tanggal ….


· Ditahan Oleh Penuntut Umum sejak tanggal …. s/d tanggal ….
Berdasarkan Penetapan Hakim Pengadilan Negeri …. Tanggal ….. Nomor: …/
Pid../… PN…. terdakwa dihadapkan kedepan persidangan dengan dakwaan sebagai
berikut :
Bahwa…………………… dst
A. KETERANGAN SAKSI-SAKSI :
1. …………………………. dst
B. BARANG BUKTI :
Barang bukti yang diajukan dalam persidangan berupa :
1. ......................................... dst
48

C. ANALISA YURIDIS :
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan, maka:
…………………….. dst
D. KESIMPULAN :
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka kami Jaksa Penuntut Umum
berkeyakinan bahwa ……………….. dst

Berdasarkan uraian dimaksud, Kami Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini,
dengan memperhatikan ketentuan Undang-undang yang bersangkutan.

“MENUNTUT”
Supaya Majelis Hakim Peradilan Negeri..... yang memeriksa dan mengadili
perkara ini memutuskan :
1. ……………… dst

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan batin dan keteguhan
iman kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung dalam memutuskan perkara
ini.
Demikianlah tuntutan pidana ini kami bacakan dan diserahkan dalam sidang
hari ini .
......, ........................

.....................................................
NRP : ......................

5) Nota Pembelaan
Nota pembelaan adalah sebuah surat yang dibuat oleh Penasihat
Hukum atau terdakwa yang isinya memuat pendapatnya tentang
tindak pidana yang didakwakan, diajukan dan dibacakan di muka
persidangan dengan tujuan mempengaruhi pendapat hakim dalam
upaya hakim membentuk keyakinanannya ke arah tidak
bersalahnya terdakwa atau setidak-tidaknya meringankan
kesalahan dan beban pertanggungjawaban pidana terdakwa.Dasar
hukumnya yaitu Pasal 182 (1) b dan c KUHAP.
49

Contoh Format Nota Pembelaan

NOTA PEMBELAAN
No. Reg Perkara: ../Pid…/../….
Atas Nama Terdakwa …………………..

Kepada Yth.
Majelis Hakim Pemeriksa Perkara A Quo

Yang bertandatangan dibawah ini:


1. ……………………dst

Kesemuanya adalah advokat pada kantor pengacara ………….., yang berkantor


di ……….., kota …….., dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal ………
bertindak sebagai Penasihat Hukum untuk dan atas nama Terdakwa:

Nama : ………………………
Tempat Lahir : ………………………
Umur/Tanggal Lahir : ………………………
Jenis Kelamin : ………………………
Kebangsaan : ………………………
Tempat Tinggal : ………………………
Agama : ………………………
Pendidikan : ……………………....
Pekerjaan : ………………………
Dalam Perkara ini Terdakwa didakwa dengan dakwaan yang berbentuk
Subsidair – Kumulatif, dengan uraian sebagai berikut:

……………………………….. dst

Setelah membaca dan mempelajari Surat Dakwaan dan juga Surat Tuntutan
yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, maka kami selaku Penasihat Hukum
Terdakwa, sesuai dengan ketentuan Pasal …….. Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), akan mengajukan nota pembelaan dengan resume sebagai berikut:

…………………….. dst
50

PERMOHONAN
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan dan juga analisis
yang telah kami paparkan, maka kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa dengan
segala kerendahan hati kami, memohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara A
Qou untuk menjatuhkan Putusan dengan amar sebagai berikut:
PRIMAIR
1. Menyatakan bahwa Terdakwa …………., tidak bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum.
2. Membebaskan Terdakwa …………. dari seluruh dakwaan dan tuntutan hukum.
3. Memulihkan hak terdakwa dalam hal kemampuan, kedudukan, harkat, dan
martabatnya.
4. Membebankan biaya perkara kepada negara.
SUBSIDAIR
Apabila Majelis Hakim pemeriksa perkara a quo berpendapat lain, maka kami
memohon agar Majelis Hakim dapat menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya (Ex
Aequo Et Bono).
Demikianlah Nota Pembelaan ini kami bacakan dan serahkan pada hari ……… di
Pengadilan Negeri …….. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati dan memberikan
bimbingan kepada Majelis Hakim, agar dapat menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya
dan membawa manfaat bagi semua pihak.

Hormat Kami,
Penasihat Hukum Terdakwa

……………………………. …………………………………..

7. Putusan Hakim
a. Macam-macam putusan hakim, yaitu :
1) Putusan Bebas, dalam hal ini berarti Terdakwa dinyatakan bebas
dari tuntutan hukum. Berdasarkan Pasal 191 ayat (1) KUHAP
putusan bebas terjadi bila Pengadilan berpendapat bahwa dari hasil
51

pemeriksaan di sidang Pengadilan kesalahan terdakwa atas


perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan karena tidak terbukti adanya unsur perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh Terdakwa.
2) Putusan Lepas, dalam hal ini berdasarkan Pasal 191 ayat (2)
KUHAP Pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang
didakwakan kepada Terdakwa terbukti, namun perbuatan tersebut,
dalam pandangan hakim, bukan merupakan suatu tindak pidana.
3) Putusan Pemidanaan, dalam hal ini berarti Terdakwa secara sah dan
meyakinkan telah terbukti melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya, oleh karena itu Terdakwa dijatuhi hukuman
pidana sesuai dengan ancaman pasal pidana yang didakwakan
kepada Terdakwa.
b. Format Putusan Hakim

PUTUSAN

Nomor : …./Pid../…./PN…..

DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pengadilan Negeri …….. yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara
pidana, pada peradilan tingkat pertama, dengan pemeriksaan acara biasa, telah
menjatuhkan Putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :

Nama lengkap : …………………..


Tempat lahir : …………………..
Umur : …………………..
Jenis kelamin : …………………..
Kebangsaan : …………………..
Tempat tinggal : …………………..
Agama : …………………..
Pekerjaan : …………………..
Pendidikan : …………………..
52

Terdakwa di tahan dan berada dalam Rumah Tahanan Negara berdasarkan Surat
Perintah/Penetapan oleh ;

- Penyidik sejak tanggal …….. s/d ……… ;


- Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal ………. s/d ……….. ;
- Penuntut Umum sejak tanggal …….. s/d ………….. ;
- Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang sejak tanggal …… s/d tanggal ……….
- Perpanjangan penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri …… sejak tanggal …… s/d
tanggal ……… ;
- Perpanjangan I Ketua Pengadilan Tinggi ……. sejak tanggal ……… s/d …….. ;
- Perpanjangan II Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Tengah sejak tanggal …… s/d ……. ;
Di persidangan Terdakwa yang didampingi oleh penasihat hukumnya : …….
Dan ……… Advokat/Penasihat Hukum pada Kantor ……… berkantor di jalan …….,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal ……..;
Pengadilan Negeri tersebut ;
Telah membaca keseluruhan berkas perkara No. …../Pid../…./PN…. atas diri
Terdakwa …………… beserta lampiran-lampirannya;

Telah mendengar keterangan saksi-saksi maupun Terdakwa ;

Telah memperhatikan barang-barang bukti dan segala sesuatu yang terjadi di


depan persidangan dengan seksama ;

Telah mempelajari Requisitor Jaksa Penuntut Umum No. Reg. ….. -


…./…./…./…… tanggal ……..yang pada pokoknya menuntut sebagai berikut :

1. …………….. dst

Telah mempelajari pembelaan Penasehat hukum Terdakwa yang pada pokoknya


mohon agar Majelis Hakim menjatuhkan Putusan :

1. ………………. dst

Telah memperhatikan tanggapan Penuntut umum atas pembelaan Penasehat


hukum Terdakwa yang pada pokoknya tetap pada tuntutannya semula, demikian pula
duplik Penasehat Hukum Terdakwa yang pada pokoknya tetap pada pembelaannya
semula ;
53

Menimbang, bahwa Terdakwa oleh Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri


….., dengan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor. Reg. Perk : …..-
…../……/…./……. tanggal ………. sebagai berikut:

…………………………. dst

Menimbang, bahwa setelah dakwaan dibacakan di depan persidangan, Penasihat


Hukum Terdakwa telah menyampaikan keberatan/eksepsi terhadap surat dakwaan yang
diajukan pada tanggal ……… dan Penuntut Umum telah pula mengajukan
tanggapannya tertanggal ………. ;

Menimbang, bahwa terhadap keberatan Penasihat Hukum Terdakwa dan


tanggapan Penuntut Umum tersebut, Majelis Hakim telah menjatuhkan putusan Sela
Nomor : …../Pid…./…../PN….., tanggal …… yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
………………………. dst
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya oleh Penuntut Umum di
persidangan telah didengar keterangan saksi-saksi dibawah sumpah pada pokoknya
memberikan sebagai berikut :
………………………. dst
Menimbang, bahwa selanjutnya Penasehat Hukum Terdakwa mengajukan saksi
yang meringankan Terdakwa ;
……………………… dst
Menimbang, bahwa Terdakwa telah memberikan keterangan yang pada
pokoknya adalah sebagai berikut :
…………………...... dst
Menimbang, bahwa dalam perkara ini oleh Penuntut Umum juga telah diajukan
barang bukti yaitu………………… dst
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi dan Terdakwa dihubungkan
dengan barang bukti yang diajukan di persidangan, telahdiketemukan adanya fakta-
fakta yuridis sebagai berikut :
…………………….. dst
Menimbang, bahwa apakah dengan fakta-fakta juridis tersebut di atas,
Terdakwa sudah dapat dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sesuai dengan pasal-pasal tindak pidana yang didakwakan
kepadanya, tentunya harus dipertimbangkan dakwaan dari Penuntut Umum
sebagaimana tersebut dibawah ini ;
54

Menimbang, bahwa Terdakwa oleh Penuntut Umum, telah didakwa dengan


surat dakwaan yang disusun secara alternatif Pertama sebagaimana diatur dan diancam
dalam Pasal ……. KUHP. Atau Kedua diatur dan diancam dalam Pasal ……. KUHP Jo
Pasal ……… KUHP atau Ketiga diatur dan diancam dalam Pasal …….. UU No. …….
Tahun ……… ;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa oleh penuntut Umum, telah didakwa
dengan surat dakwaan yang disusun secara alternatif, yaitu suatu tehnik penyusunan
surat dakwaan yang memberikan option (pilihan) kepada Majelis Hakim untuk memilih
dakwaan mana, yang paling tepat untuk dipertimbangkan terlebih dahulu, berdasarkan
fakta-fakta yang terungkap di persidangan;

Menimbang, bahwa pokok utama yang harus dipertimbangkan dalam perkara


ini adalah bahwa akibat adanya tindak pidana ini, ternyata telah mengakibatkan
…………. Oleh karena itu maka kini Majelis Hakim akan mempertimbangkan terlebih
dahulu dakwaan, sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal …….. KUHP Jo Pasal
………. KUHP., yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1. ………….. dst
Menimbang, bahwa Terdakwa membantah telah dengan sengaja melakukan
………. terhadap ………., sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum, karena
menurutnya bahwa……………………. dst

Menimbang …………………… dst

Menimbang, bahwa yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah Majelis
hakim didalam menjatuhkan putusan terhadap diri Terdakwa tersebut diatas, senantiasa
berpegang teguh pada ketentuan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam
KUHP maupun KUHAP, sehingga dalam pemeriksaan atas Terdakwa Majelis Hakim
senantiasa berpedoman pada sistem pembuktian yang digariskan dalam pasal 183
KUHAP, artinya Majelis Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepadaseseorang,
hanya didasarkan pada satu alat bukti saja, tetapi sesuai dengan azas pemeriksaan
Hukum Acara Perkara Biasa (Vordering), sekurang-kurangnya harus dengan dua alat
bukti yang sah, oleh karena itulah menjadi penting diperhatikan alat-alat bukti yang
ditentukan dalam Pasal 184 KUHAP, sehingga nantinya dapat ditentukan
bagaimanakah nilai alat-alat bukti tersebut masing-masing, sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 185 s/d Pasal 189 KUHAP ;
55

MENGADILI

1. Menyatakan Terdakwa ………… telah terbukti secara sah dan meyakinkan


melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, akan tetapi tidak dapat
dijatuhi pidana karena didasarkan pada bela paksa (noodweer) ;
2. Melepaskan Terdakwa tersebut oleh karena itu dari segala tuntutan hukum ;
3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan (rehabilitasi), kedudukan dan harkat
serta martabatnya ;
4. Memerintahkan Terdakwa dikeluarkan dari tahanan di Rumah Tahanan Negara
segera setelah putusan ini diucapkan ;
5. Memerintahkan barang bukti berupa :
- ………………… dst ;
6. Membebankan biaya perkara ini kepada Negara sejumlah : NIHIL ;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawarahan Majelis Hakim


Pengadilan Negeri …….., pada hari : ……, tanggal : ……. Olehkami ……….., selaku
Hakim Ketua, ………….. dan ………… masing-masing sebagai Hakim Anggota.
Putusan mana pada hari : ……, tanggal …….. diucapkan di depan persidangan yang
terbuka untuk umum oleh Majelis Hakim tersebut di atas, dengan didampingi oleh
……….., Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri ………, ……… Jaksa Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri ……., Terdakwa dan penasihat hukumnya.

HAKIM ANGGOTA I HAKIM KETUA MAJELIS

………………………………..…………………………………….

HAKIM ANGGOTA II

………………………………….
PANITERA PENGGANTI,

………………………………..
56

c. Petikan Putusan

Kutipan putusan atau yang disebut juga dengan petikan putusan


dapat kita temukan pengaturannya dalam Pasal 226 ayat (1) (KUHAP).
57
58

d. Alat dan Bahan Praktikum


1) Deskripsi kasus perkara pidanaberdasarkan contoh identifikasi
kasusperkara pidana yang telah ditentukan.
2) Lembar Kerja Praktikum (Disediakan oleh instruktur)

e. Tugas Praktikum
1) Peserta praktikum membahas dan praktek menyusun/membuat
dokumen dalam proses peradilan sesuai dengan kasus yang telah
ditentukan oleh instruktur dengan dibimbing oleh instruktur.
2) Peserta praktikum menyerahkan lembar kerja praktikum V yang
telah diisi, kepada instruktur praktikum.

8. Upaya Hukum
a. Jenis-Jenis Upaya Hukum
Upaya-upaya hukum dalam hukum acara pidana dibedakan menjadi 2
(dua) bagian, yaitu:
1) Upaya Hukum Biasa, yang terdiri dari:
a) Pemeriksaan tingkat banding pada Pengadilan Tinggi,
Ketentuan tentang banding dalam perkara pidana diatur dalam
Pasal 233 KUHAP sampai dengan Pasal 243 KUHAP;
b) Pemeriksaan tingkat kasasi pada Mahkamah Agung, ketentuan
tentang Kasasi diatur dalam Pasal 28, 29 dan Pasal 30 Undang-
undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun
2004 dan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009.
2) Upaya Hukum Luar Biasa, yang terdiri dari:
a) Pemeriksaan tingkat kasasi demi kepentingan umum, dimana
permohonannya diajukan oleh Jaksa Agung karena jabatannya;
b) Peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, diatur secara Khusus dalam Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dari Pasal 263
sampai dengan Pasal 269.
59

b. Susunan Pengajuan Banding dan Kasasi


Urutan banding bedasarkan pada Pasal 21 UU No 4/2004 jo.
pasal 9 UU No 20/1947, ialah:
1) adanya pernyataan ingin banding
2) panitera membuat suatu akta banding
3) Telah dicatat dalam register induk perkara
4) pernyataan banding harus telah di terima oleh pihak terbanding
paling lama empat belas(14) hari sesudah suatu pernyataan banding
tersebut dibuat.
5) Pihak pembanding juga dapat membuat suatu memori banding,
terbanding juga bisa mengajukan suatu kontra memori banding.

Putusan yang diajukan dalam putusan kasasi adalah putusan


banding. Alasan yang dipergunakan dalam permohonan kasasi yang
ditentukan dalam pasal 30 UU No 14/1985 jo. UU No 5/2004 adalah:

1) tidak berwenang (baik kewenangan absolut maupun relatif) untuk


melampaui batas wewenang;
2) salah menerapkan/melanggar hukum yang berlaku;
3) lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian dengan batalnya
putusan yang bersangkutan.

b. Format Upaya Hukum

Contoh Format Akta Banding

AKTA PERMOHONAN BANDING


Nomor : …… /Akta Pid…./…./PN…..

Pada hari ini ….., tanggal …… yang bertandatangan dibawah ini :

N a m a : …………
Jabatan : Wakil Panitera Pengadilan …… pada Pengadilan Negeri ……….
60

Telah datang menghadap saya, Terdakwa :


…………, lahir di ……., umur …. Tahun/ …….. (tanggal lahir), Jenis Kelamin …..,
Kebangsaan ………., bertempat tinggal di ………., Kota …….., agama ……,
Pekerjaan ……….., pendidikan ………. ;

Yang menerangkan bahwa ia mengajukan permohonan Banding terhadap


Putusan Pengadilan ……. tanggal ……., Nomor : …./Pid…/….., atas nama Terdakwa
………. dengan mengajukan keberatan-keberatan Banding sebagaimana : termuat
dalam Memori Banding.

Demikian Akta ini dibuat dan ditandatangani oleh saya, Wakil Panitera
Pengadilan …… pada Pengadilan Negeri ……. dan Terdakwa tersebut.

Terdakwa Wakil Panitera

………………………………………..

NIP…………….

Contoh Format Permohonan Banding

MEMORI BANDING

TERHADAP PUTUSAN :

PENGADILAN NEGERI ………………


NOMOR : …./Pid../…./PN…..
TANGGAL : 6……………

TERDAKWA :

Nama Lengkap : …………………..


Tempat/ Tanggal Lahir : ………………….
Umur : …………………..
Jenis Kelamin : ………………….
Kebangsaan : ………………….
61

Tempat Tinggal : ………………….


Agama : ………………….
Pekerjaan : ………………….
Pendidikan : ………………….

Kepada Yth,
Ketua Pengadilan Tinggi Bandung
Di Jl. Surapati No.47 Bandung

Dengan hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini :

………… dan ……….. keduanya adalah ADVOKAT / PENASIHAT HUKUM, baik


bersama-sama maupun sendiri-sendiri, berkantor pada kantor ................... beralamat
dijalan ……………… kota ………….. Pemberi Kuasa memilih kediaman hukum /
domisili hukum di kantor tersebut diatas. Selanjutnya mohon disebut sebagai Pemohon
Banding.

Bahwa Pemohon Banding mengajukan permohonan banding terhadap putusan


Pengadilan Negeri …….. Nomor : …/Pid../……/PN…, tanggal ……….. adalah
sebagai berikut :
1. Bahwa ………………… dst
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas pembanding mohon kepada
Bapak/Ibu Ketua Pengadilan Tinggi Jakarta agar berkenan:
1. Menerima dan mengabulkan permohonan banding dari Pemohon
Banding/Terdakwa …………….;
2. Membatalkan Keputusan Pengadilan Negeri ……. No …/Pid../…./PN…. , tanggal
……….. Dan ditinjau kembali dan mengadili sendiri, yaitu membebaskan
terdakwa dari segala tuntutan hukuman.
3. Menyatakan pemohon banding Terdakwa ……… tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan Tindak Pidana …… (Pasal …. KUHP). Oleh karena itu,
Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap terdakwa dengan pidana penjara
selama seumur hidup. Sebagaimana Dakwaan Primair maupun Dakwaan Subsidair.
Subsidair;
4. Menyatakan Terdakwa …… dibebaskan dari dakwaan (vrijspraak) atau setidak-
tidaknya dilepaskan dari semua dakwaan maupun tuntutan hukum (onstlag van
rechtvervolging) Jaksa Penuntut Umum;
5. Merehabilitasi nama baik, harkat dan martabat Pemohon
Banding/Terdakwa ……. pada keadaan semula;
6. Membebankan biaya perkara kepada Negara.

Hormat Kami
Penasehat Hukum Pembanding

……………………….

……………………………….
62

Contoh Format Permohonan Kasasi

MEMORI KASASI
Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi __________________ Tanggal _________
Putusan Pengadilan Negeri ________
No. _________________
Dalam Perkara Pidana Atas Nama
_____________
Kepada Yth.
Ketua Mahkamah Agung RI
Jl. Medan Merdeka Utara
di-
Jakarta

Melalui :

Ketua Pengadilan Negeri ______________


di-
_____________.

Perihal : Memori Kasasi

Dengan Hormat,

Untuk dan atas nama Klien kami, ___________, usia__ tahun, pekerjaan
______________, alamat ____________________, yang dalam hal ini memilih
domisili di kantor kuasa hukumnya ……., beralamat……, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tertanggal ….. selanjutnya disebut ………………PEMOHON KASASI dahulu
PEMBANDING.

Bersama ini Pemohon Kasasi mengajukan Memori Kasasi atas putusan


Pengadilan Tinggi ______ No. ______________, tertanggal ____________, jo.
Putusan Pengadilan Negeri _____________ No._________________
tanggal______________.

Bahwa Putusan Pengadilan Tinggi _______________ tersebut diatas telah


dimohonkan kasasinya oleh Pemohon Kasasi pada tangggal ……., permohonan mana
diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan menurut undang-undang,
dengan demikian maka permohonan kasasi ini harus dinyatakan diterima.
63

Bahwa amar Putusan Pengadilan Tinggi ______________ tersebut di atas pada


pokoknya berbunyi sebagai berikut:

MENGADILI

1. Menerima permintaan banding dari Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum;


2. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri ______________ Nomor: _____________,
tertanggal _________ yang diminta banding;
3. Membebankan biaya perkara dalam dua tingkat peradilan, sedangkan ditingkat
banding sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah);

Adapun amar Putusan Pengadilan Negeri ……. tersebut diatas pada pokoknya
berbunyi sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa ______________ terbukti secara sah dan meyakinkan


bersalah melakukan tindak pidana “______”;
2. Menghukum ia oleh karena itu dengan pindana penjara selama 4 (empat) bulan;
3. Menyatakan barang bukti berupa:
- …………. dst
Tetap terlampir dalam berkas perkara.
4. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,-
(seribu rupiah);

Bahwa Pemohon Kasasi sangat keberatan atas Putusan Pengadilan Tinggi


________ (judex facti) tersebut diatas dengan alasan-alasan sebagai berikut dibawah
ini:

1. Bahwa judex facti menyatakan “putusan pengadilan Negeri _____________ telah


tepat dan benar baik dalam penerapan hukum, dalam menilai hasil pembuktian
dalam menentukan pidana, maka pertimbangan tersebut diambil alih dan dijadikan
dasar Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara ini, oleh karena itu putusan
Pengadilan Negeri _____________ harus dikuatkan” sebagai pertimbangannya
dalam memutuskan;
2. Bahwa judex facti telah menilai putusan a quo Pengadilan Negeri _____________
dengan tidak memberikan alasan-alasan dan pertimbangan hukumnya terlebih
dahulu seperti diwajibkan oleh undang-undang;
64

3. Bahwa judex facti telah keliru dengan tidak adanya memori banding dari
pembanding bukan berarti sebagai alasan utama untuk tidak memeriksa keseluruhan
objek perkara yang dipersengketakan;
4. Bahwa di luar tersebut di atas, maka judex facti harus memeriksa keseluruhan objek
perkara yang dimintakan kasasi karena judex facti telah keliru dalam menerapkan
hukum;

Berdasarkan dalil dan argumen-argumen keberatan di atas, Pemohon Kasasi


dahulu Pembanding mohon kepada Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
berkenan memberikan putusan:

MENGADILI:
- Menerima dan mengabulkan Permohonan Kasasi Pemohon Kasasi untuk
seluruhnya.
- Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi _____________ No. _____________
tanggal _____________ jo. Putusan Pengadilan Negeri _____________ No.
_____________, tanggal_____________.

Selanjutnya dengan MENGADILI SENDIRI, mohon putusan:

- Menyatakan seluruh Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan.
- Membebaskan Pemohon Kasasi dari seluruh dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
- Merehabilitasi nama baik dan kehormatan Pemohon Kasasi.

…………, …………………….

Hormat kami,

Pemohon Kasasi Kuasa Hukum

………………………………………………………..
65

c. Alat dan Bahan Praktikum


1) Deskripsi kasus perkara pidanaberdasarkan contoh identifikasi kasus
perkara pidana;
2) Lembar Kerja Praktikum (Disediakan oleh instruktur).

d. Tugas Praktikum
1) Mahasiwa peserta praktikum dalam satu kelas diharuskan
membuat/menyusun salah satu dokumen beracara dalam upaya
hukum perkara perdata (Memori/Kontra Memori Banding, atau
Memori/Kontra Memori Kasasi, atau Surat Pengajuan
Perlawanan/bantahan Pihak Ketiga (derden verzet)/Surat Jawaban
atas Derden Verzet, atau Surat Permohonan Peninjauan
Kembali/Surat Jawaban atas Permohonan Peninjauan Kembali,
sesuai dengan kasus yang telah ditentukan oleh instruktur
praktikum, dan dengan dibimbing oleh instruktur praktikum;
2) Peserta praktikum membahas dan praktek menyusun/membuat
memori dan atau kontra memori dalam proses pembuktian, yang
disesuaikan dengan deskripsi kasus yang di tentukan oleh instruktur
praktikum, dan dengan dibimbing oleh instruktur praktikum.
3) Peserta praktikum menyerahkan lembar kerja praktikum VI yang
telah diisi, kepada instruktur praktikum.

9. Pelaksanaan Putusan (Eksekusi)


a. Pengaturan Pelaksanaan Putusan (Eksekusi)
Pasal 270 KUHAP menentukan bahwa pelaksanaan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dilakukan oleh Jaksa, yang
untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan padanya. Sejalan
dengan ketentuan KUHAP tersebut dijelaskan pula bahwa dalam Pasal
36Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan
Kehakimanbahwa pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana
dilakukan oleh jaksa.
b. Jenis-Jenis Eksekusi
1) Pidana Mati
66

Berdasarkan Instruksi Jaksa Agung RI Nomor : INS-


006/J.A/4/1995 Tentang Pelaksanaan Buku Panduan Penanganan
Perkara Pidana Umum, menentukan tentang pelaksanaan putusan
pidana pengadilan/eksekusi dalam hal pidana mati sebagai berikut:
1. Melakukan koordinasi dengan polri untuk menentukan waktu
dan tempat pelaksanaan pidana mati serta tenaga dan alat-alat
yang dperlukan;
2. Menyiapkan laporan persiapan pelaksanaan pidana mati kepada
Jaksa Agung oleh Kejati/Kejari;
3. Menyiapkan surat perintah pelaksanaan putusan pengadikan;
4. Memberitahukan kepada terpidana dan keluarganya tentang
penolakan grasi dan pelaksanaan pidana mati 3 (tiga) hari
sebelum saat pelaksanaan dengan membuat Berita Acara (BA);
5. Memperhatikan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan
pidana mati, yakni dilaksanakan dengan ditembak sampai mati
dengan cara sederhana mungkin dan tidak di muka umum
dengan jalan di pegang regu tembak Brimob terdiri dari 12
Tamtama dipimpin seorang perwira dengan menggunakan
senjata non-organik;
6. Saat akan ditembak ditutup dengan kain hitam mata terpidana;
- Jarak tembak tidak lebih dari 10 meter dan tidak kurang
dari 5 meter;
- Isyarat pelaksanaan dilakukan oleh komandan regu
penembak dengan menggunakan pedang;
- Saat diangkat keatas berarti perintah siap untuk menembak
dengan membidik arah jantung;
- Menyentakkan pedang kearah bawah secara cepat berarti
perintah untuk menembak;
- Bika ternyata belum mati Komandan regu penembak
memerintahkan bintara regu tembak untuk melepaskan
tembakan pada kepala bagian atas telinga terpidana;
- Dikter yang ikut serta memastikan terpidana sudah mati
memberikan surat keterangan kematian;
67

- Penguburan diselenggarakan kepada keluarga atau


sahabatnya dengan membuat berita acara, kecuali jaksa
tinggi menentukan lain;
- Membuat BA Pelaksanaan hukuma mati yang tembusannya
disampaikan ke MA, MENKEH, Jaksa Agung, Jaksa
Agung Muda yang bersangkutan, Karo Hukum, Sekertaris
Negara, Kejati dan Kapolda.

2) Pidana Penjara atau Kurungan


Prosedur pelaksanaan putusan pengadilan terhadap pidana penjara
atau kurungan antara lain :
1. Menerima salinan pitusan pengadilan dan panitera pengadilan
negeri yang bersangkutan dalam waktu 1 minggu untuk perkara
biasa dan 14 hari untuk perkara dengan acara singkat;
2. Kepala Kejaksaan menggunakan surat perintah pelaksanaan
putusan pengadilan;
3. Menyerahkan terpidana kepada Lembaga Pemasyarakatan;
4. Membuat Laporan Pelaksanaan.

Berdasarkan prosedur pelaksanaan putusan pengadilan terhadap


pidana penjara atau kurungan pada poin 2 disebutkan bahwa kepala
kejaksaan negeri mengeluarkan surat perintah pelaksanaan putusan
pengadilan, dengan dikeluarkannya surat perintah tersebut maka
jaksan segera menjalankan tugasnya untuk melaksanakan penetapan
hakim dan putusan pengadilan.

Kemudian apabila seorang terpidana dipidana penjara atau kurungan


lebih dari satu putusan, maka pidana itu dijalankan berturut-turut
dimulai dengan pidana yang dijatuhkan terlebih dahulu (Pasal 273
KUHAP).

3) Pidana Denda dan Ganti Kerugian

Pelaksanaan putusan pidana denda, dilaksanakan dalam waktu 1


bulan, kecuali apabila ada alasan yang mendesak maka Jaksa dapat
68

memberi kesempatan menunda pembayaran dengan 1 bulan lagi.


Akan tetapi hal tersebut tentang pemberian waktu pembayaran
denda tidak dimungkinkan pada putusan pidana dalam acara
pemeriksaan ceat karena dalam putusan acara cepat pembayarannya
harus segera dilunasi.

Apabila dalam putusan pidana tersebut juga menetapkan bahwa ada


barang bukti dirampas untuk negara dan tidak terikat guna bukti
perkara lain, maka jaksa menguasakan denda kersebut kepada
kantor lelang negara dan dalam waktu 3 bulan untuk dilelang, yang
hasilnya dimasukkan ke kas negara untuk dan atas nama jaksa (Pasal
273 ayat (3) KUHAP).

Adapun pelaksanaan putusan ganti kerugian telah tegas ditentukan


dalam Pasal 274 KUHAP bahwa pelaksanaan atas suatu ganti
kerugian dilakukan menurut tatacara putusan perdata. Dengan
demikian acaranya bagi pelaksanaan atas ganti kerugian ini
diperlakukan H.I.R, bagian perkara perdata, karena hingga kini
belum ada hukum acara perdata lain, selain yang diatur dalam HIR
apabila pengadilan menjatuhkan biaya perkara dan ganti kerugian
kepada lebih dari satu orang terpidana, maka biaya perkara dan ganti
kerugian tersebut dibebankan kepada mereka bersama-sama secara
berimbang (Pasal 275 KUHAP).
69

II. Referensi

Literatur Buku

Andi Hamzah :Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia,


Jakarta.

Abdul Hakim G. Nusantara :Hukum Acara Pidana, YLBHI, Jakarta

Bambang Purnomo, 1986, Pokok-pokok Tata Acara Peradilan Pidana


Indonesia, Liberty, Yogyakarta.

-----------------------: 1993, Pola Dasar Teori dan Asas Umum Hukum Acara
Pidana ,Liberty, Yogyakarta.
-----------------------: 1984, Orientasi Hukum Acara Pidana Indonesia,Amarta
Buku, Yogyakarta.

Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Jilid I &


II), Sinar Grafika, Jakarta.

Luhut MP. Pangaribuan, Hukum Acara Pidana, Djambatan, Jakarta.

T. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Peradilan & Hukum Acara Islam, Pustaka
Rizki Putra Semarang.

Peraturan Perundang-undangan :
UU. No: 8 Tahun 1981 (KUHAP).

UU. No: 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuanPokok Kekuasaan


Kehakiman. Jo. UU.No. 35 Tahun 1999.diganti dengan UU No. 4 Tahun 2004.

UU. No: 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, diganti UU No. 16
Tahun 2004.

UU. No: 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Diganti
dengan UU No.2 Tahun 2002
UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung
UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Anda mungkin juga menyukai