NIM : 156010200111001
Matkul: Hukum Perusahaan
dan kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan
hukum bank.
bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank. Jadi
likuidasi bank bukanlah sekedar pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum
bank, tetapi berkaitan dengan proses penyelesaian segala hak dan kewajiban dari suatu
bank yang dicabut izin usahanya. Setelah suatu bank dicabut izin usahanya, dilanjutkan
lagi dengan proses pembubaran badan hukum bank yang bersangkutan, dan seterusnya
dilakukan proses pemberesan berupa penyelesaian seluruh hak dan kewajiban (piutang
dan utang) bank sebagai akibat dari pencabutan izin usaha dan pembubaran badan
hukum bank.1
permintaan kredit yang diajukan para debitur tanpa terjadi penangguhan. Menurut
1
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman , Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 532
pengertian ini bank dikatakan likuid apabila:2
1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan
2. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari yang tersebut diatas,
pasarnya;
pengertian dari istilah Likuidasi Bank sebagaimana yang disebutkan dalam ketentuan
Pasal 37 ayat (2) dan ayat (3). Namun jika diteliti secara cermat ketentuan Pasal 37
ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Likuidasi Bank ini tidak terbatas pada pencabutan izin usaha bank saja, tetapi lebih
2
Hotma Sautma Ronny, 2005, Hubungan Bank Dengan Nasabah Produk Tabungan dan Deposito:
Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Deposan di Indonesia, Citra Aditya Bandung, Hal. 7
B. DASAR HUKUM LIKUIDASI BANK
dipakai sebagai landasan bagi likuidasi suatu bank yang bermasalah dalam sistem
terdapat dalam:
a. Pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa Dalam hal suatu bank mengalami
modalnya;
kewajiban;
7) bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank
mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk segera
c. Pasal 37 ayat (3) yang menyatakan bahwa dalam hal direksi bank tidak
dalam ayat (2), Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk
tanggal 3 Mei 1999 tentang Pencabutan izin usaha, Pembubaran dan Likuidasi
a. Pasal 3 ayat (2) huruf b dan Pasal 4 ayat (1) Pasal 3 ayat (2) huruf b
mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk segera
Bank Indonesia.
b. Pasal 25 ayat (1) menyatakan bahwa pelaksanaan likuidasi bank oleh Bank
c. Pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal para pemegang saham akan
tersebut hanya dapat dilakukan setelah pencabutan izin usaha oleh Bank
Indonesia.
32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha,
Pembubaran dan Likuidasi Bank umum dan Surat Keputusan Direksi Bank
izin usaha Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dilakukan oleh
dan/atau
2) Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu Bank Umum atau Bank
izin usaha kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri
negeri; atau
2) Izin usaha kantor pusat bank yang berkedudukan di luar negeri dicabut
penjaminan dana masyarakat khususnya dalam rangka mewujudkan apa yang telah
yaitu tentang perlunya pembentukan Lembaga Penjaminan Simpanan, pada tahun 2004
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha,
pencabutan izin usaha, pembubaran dan likuidasi bank dalam proses tersebut, maka
sepanjang tidak diatur secara khusus dalam ketentuan perbankan perlu juga
Pada saat suatu perusahaan mengalami resiko likuidasi ada beberapa sebab yang
melatarbelakanginya, yaitu:
1. Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverage. Extreme leverage
2. Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang disaat jatuh tempo sudah begitu
utang dalam bentuk bunga obligasiyang sudah jauh tempo yang secepatnya
pengaruh pada kerugian yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang.
perusahaan, yaitu sudah terlalu banyak asset yang dijual sehingga jika asset
yang tersisa tersebut masih ingin dijual maka itu juga tidak mencukupi untuk
menstabilkan perusahaan.
5. Perusahaan sering melakukan kebijakan gali lubang dan tutup lubang pada
membayar utang yang sudah jatuh tempo namun dipakai untuk membayar gaji
karyawan, listrik, dan sejenisnya yang termasuk kategori short term liquidity.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013
tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional
terdapat 3 kategori bank bermasalah yaitu bank yang masuk dalam kategori bank
dalam pengawasan normal, bank dalam pengawasan intensif dan bank dalam
pengawasan khusus. Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor
15/2/PBI/2013 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum
Konvensional menyatakan bahwa Dalam hal bank dalam pengawasan normal namun
tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional
yang mengatur mengenai kategori bank dalam pengawasan intensif menyatakan bahwa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai
berikut:
1. rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sama dengan atau lebih
besar dari 8% (delapan persen) namun kurang dari rasio KPMM sesuai profil
2. rasio modal inti (tier 1) kurang dari persentase tertentu yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia;
3. rasio Giro Wajib Minimum (GWM) dalam rupiah sama dengan atau lebih besar
dari 5% (lima persen) namun kurang dari rasio yang ditetapkan untuk GWM
rupiah yang wajib dipenuhi oleh Bank, dan berdasarkan penilaian Bank
4. rasio kredit bermasalah (non performing loan) secara neto lebih dari 5% (lima
6. tingkat kesehatan Bank dengan peringkat komposit 3 (tiga) dan Good Corporate
15/2/PBI/2013 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai
berikut:
2. rasio GWM dalam rupiah kurang dari 5% (lima persen) dan berdasarkan
Selain itu dalam Pasal Pasal 17 ayat (1) Bank dalam pengawasan khusus wajib
menetapkan 2 (dua) alasan hukum yang memungkinkan suatu bank dicabut izin
usahanya oleh Bank Indonesia, yaitu apabila menurut penilaian Bank Indonesia:
dan tindakan untuk mengatasinya belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapi bank.
Seperti diketahui Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha suatu
bank berdasarkan alasan apabila menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank
penjelasan atas Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana
sebagai berikut:
yang dialami dalam melakukan kegiatan usaha, suatu bank tidak mampu
kualitas aset, likuiditas dan rentabilitas, serta pengelolaan bank yang tidak
perbankan yang sehat. (Penjelasan atas Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor
tentang Perbankan).
Selain itu, salah satu cara untuk mengukur kesehatan suatu lembaga perbankan
Dalam Pasal 29 ayat (2) Undag-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
3
Lukman Dendawijaya, 2009, Manjemen Perbankan, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal. 142
bank.
peringkat itu menjelaskan posisi setiap bank. Termasuk ketika sebuah bank dari posisi
tidak sehat menjadi sehat menjadi sehat maka disini ada acuannya yang harus
dipahami. Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum (Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 30/11/kep/Dir Tanggal 30 April 1997) Direksi Bank
Predikat tingkat kesehatan bank yng sehat atau cukup sehat atau kurang sehat akan
yang bersangkutan;
termasuk di dalamnya kerja sama yang tidak wajar yang mengakibatkan salah
3. window dressing dalam pembukuan dan atau laporan bank yang secara
4. Praktik bank dalam bank atau melakukan usaha bank di luar pembukuan
bank;
Undang-undang perbankan yang berlaku pada saat itu adalah Undang-Undang Nomor
pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Dalam rangka
langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap bank yang
pencabutan izin usahanya dan/atau tindakan likuidasi. Dalam hal ini, Bank Indonesia
Selain itu, terkait dengan pelaksanaan fungsi pembinaan dan pengawasan bank
untuk melakukan pencabutan izin usaha bank yang bersangkutan. Menghadapi krisis
tersebut, salah satu kebijakan yang akhirnya di ambil oleh Pemerintah adalah mencabut
izin usaha dan melikuidasi 16 bank swasta. Landasan hukum yang digunakan oleh
Pemerintah dalam pencabutan izin usaha dan likuidasi bank pada saat itu adalah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Dan peraturan pelaksanaan
dari ketentuan likuidasi dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 Tentang Ketentuan Tata Cara Pencabutan Izin
Usaha, Pembubaran Dan Likuidasi Bank. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996
tersebut kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1997 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 Tentang Ketentuan Dan
tersebut diatas sangatlah erat kaitannya dengan kepentingan umum. Likuidasi dalam
(Pasal 29-36), yang berkaitan dengan kepentingan umum. Pelanggaran itu dilakukan
Perbankan jo. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 jo. SK Direksi BI No.
32/53/KEP/DIR tersebut, maka likuidasi bank dapat dipilah dalam 2 (dua) besaran
pokok:
masalah atau bank tersebut dinilai oleh Bank Indonesia membahayakan sistem
perbankan, dimana hal ini sering disebut juga dengan compulsory liquidation.
Pada likuidasi ini, Otoritas Pengawas Bank (Bank Indonesia) mencabut izin
Perbankan.
2. Kedua, likuidasi bank karena adanya permintaan sendiri dari pemegang saham
atau pemilik bank, termasuk dalam kategori ini adanya permintaan dari kantor
pusat bank di luar negeri yang akan menutup kantor cabangnya di Indonesia
(self liquidation atau sering disebut juga dengan voluntary liquidation). Secara
proses, likuidasi jenis ini relatif sederhana karena memang dikehendaki sendiri
oleh pemilik atau pemegang saham, sehingga pada dasarnya tidak mengandung
unsur dipaksa oleh otoritas sebagaimana tipe pertama karena keadaan yang
antara lain mungkin dari segi bisnis oleh pemilik dipandang tidak prospektif
lagi. Hal yang paling harus dicermati oleh otoritas pada proses self liquidation
harus terbayarkan secara lunas, tidak boleh ada yang dirugikan guna
namun harus mendapat izin dari Bank Indonesia. Terkait hal tersebut, di dalam
a. Dalam hal pada pemegang saham akan membubarkan badan hukum bank
b. Pencabutan izin usaha hanya dapat dilakukan oleh Bank Indonesia apabila
kreditor.
c. Pembubaran badan hukum bank wajib didaftarkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Dalam hal ini, bank yang bersangkutan wajib terlebih dahulu menyelesaikan
Dari uraian di atas, memberi suatu pengertian bahwa likuidasi yang terjadi pada
suatu bank tidak sama halnya dengan likuidasi perusahaan, dalam likuidasi perusahaan
biasanya yang melakukan likuidasi didasarkan pada usul kreditur yang menyatakan
perusahaan itu pailit maupun oleh kehendak para pemegang saham. Sedangkan dalam
Tindakan pencabutan izin usaha bank merupakan suatu langkah akhir dari usaha
untuk menyehatkan bank yang terkena kesulitan tersebut. Sebelum dilakukan tindakan
pencabutan izin usaha bank, Bank Indonesia telah menempuh tindakantindakan atau
permulaan tersebut merupakan salah satu bentuk dari tugas Bank Indonesia sebagai
peraturan perbankan yang berlaku. Berdasarkan ketentuan pasal 37 ayat (1) Undang-
permulaan baik secara langsung maupun tidak langsung, juga tidak dapat dilakukan
secara alternatif maupun kumulatif sesuai dengan kondisi bank yang bersangkutan,
yang meliputi langkah-langkah saran dan langkah-langkah yang lebih aktif, berupa :
yaitu agar :
e. bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.
lain;
b. menjual sebagian harta atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepadabank
lain
bank, dalam perkembangan sistem perbankan Indonesia, cakupan dan ruang lingkup
kewenangan serta peranan Bank Indonesia mengalami dua fase yang berbeda. Tahap
pertama, yaitu pada saat sebelum terjadinya krisis perbankan, kewenangan yang
dimiliki oleh Bank Indonesia dalam rangka pencabutan izin suatu bank hanya
Keuangan untuk melakukan pencabutan izin usaha bank yang bersangkutan. Pada fase
Pemberian kewenangan yang penuh kepada Bank Indonesia tersebut, selain lebih
memberikan kepastian hukum sebagai alternatif solusi yang cukup efektif dalam
kebijakan, secara khusus dalam konteks pencabutan izin dan likuidasi bank-bank milik
tentang Tindakan Penguasaan Sementara Terhadap Bank oleh Bank Indonesia, dan
diatur pula dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan
Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank. Tindakan Bank Indonesia tidak
dimaksudkan untuk dan tidak dapat diartikan sebagai pengambilalihan tanggung jawab
komisaris dan atau direksi lama dan juga bukan berarti mengambil alih hak dan
kewajiban bank.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapi oleh bank, dan atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank
dapat membahayakan sistem perbankan, Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin
usaha bank dan memerintahkan Direksi Bank untuk segera menyelenggarakan Rapat
Umum Pemegang Saham guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim
likuidasi. Pasal 37 ayat (3) menyatakan bahwa dalam hal Direksi bank tidak
penetapan yang berisi pembubaran badan hukum bank, penunjukan tim likuidasi, dan
berlaku.
Ketentuan senada diatur dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor
25 Tahun 1999 Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank.
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 menyatakan bahwa
Direksi Bank yang dicabut izin usahanya wajib menyelenggarakan Rapat Umum
sejak tanggal pencabutan izin usaha. Adapun calon dari Tim Likuidasi wajib terlebih
Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 menyatakan bahwa apabila Rapat Umum Pemegang
Saham tidak dapat diselenggarakan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal pencabutan izin usaha, atau dapat diselenggarakan namun tidak berhasil
yang berisi:
Dari ketentuan Pasal 37 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
badan hukum bank terjadi setelah adanya pencabutan izin usaha bank tersebut oleh
Pimpinan Bank Indonesia, dan likuidasi bank yang dicabut izin usahanya dilakukan
setelah badan hukum bank dibubarkan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa likuidasi
suatu bank merupakan kelanjutan dari pelaksanaan pencabutan izin usaha dari bank
tersebut. Likuidasi bank juga bisa dikatakan sebagai akibat dari adanya pencabutan izin
usaha bank yang karena salah satu atau keduanya dari alasan yang tercantum dalam
Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10
1999 dilakukan dengan cara pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para
debitur, diikuti dengan pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil
pencairan dan atau penagihan tersebut atau pengalihan seluruh harta dan kewajiban
tangan atau lelang biasa tanpa melalui Kantor Lelang Negara. Hal ini dimaksudkan
agar dapat diperoleh harga jual yang relatif baik sesuai dengan harga yang wajar.
bank yang ditunjuk oleh Tim Likuidasi dengan sepengetahuan Bank Indonesia. Hasil
pencairan aset bank inilah yang digunakan untuk membayar kewajiban Bank Dalam
Likuidasi kepada para nasabah dan kreditur. Pelaksana dari likuidasi adalah Tim
Likuidasi. Dengan telah dibentuknya Tim Likuidasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, maka seluruh beban tanggung jawab atas kepengurusan bank dalam likuidasi
mempunyai kewenangan:
1. Mewakili bank dalam likuidasi dalam segala hal yang berkaitan dengan
yang merugikan harta bank apabila perbuatan hukum tersebut dilakukan dalam
kurun waktu 1 (satu) tahun sebelum pencabutan izin usaha (Pasal 14 ayat (1).
Sedangkan yang menjadi tugas atau kewajiban dari Tim Likuidasi di antaranya adalah :
hukum bank dan pembubaran badan hukum ini diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia dan 2 (dua) surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas
dan diberitahukan kepada instansi yang berwenang dalam jangka waktu 7 (tujuh)
4. Melakukan likuidasi aset melalui pencairan harta dan atau penagihan piutang
kewajiban bank kepada kreditur maupun pihak ketiga lainnya dari hasil pencairan
6. Meminta akuntan publik independen untuk melakukan audit atas neraca penutupan
8. Melakukan pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain apabila
11. Menitipkan bagian yang belum diambil oleh kreditur kepada bank yang disetujui
Saham
13. Mengumumkan berakhirnya likuidasi dan menempatkannya pada Berita Negara
agar nama badan hukum bank tersebut dicoret dari Daftar Perusahaan apabila
14. Melakukan tugas-tugas lain yang dianggap perlu dalam pelaksanaan likuidasi
bank;
larangan bagi mereka, yaitu di dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Tim
larangan tersebut mereka secara pribadi bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut
(Pasal 13) Untuk susunan dari anggota Tim Likuidasi terdiri atas:
1. Pihak lain yang bukan anggota direksi, dewan komisaris atau pemegang saham;
atau
2. Campuran antara pihak lain yang bukan anggota direksi, dewan komisaris atau
pemegang saham dengan satu atau beberapa anggota direksi, dewan komisaris atau
pemegang saham tersebut tidak melebihi 1/3 (satu pertiga) dari jumlah anggota
Tim Likuidasi.
Pihak lain yang dapat ditunjuk sebagai anggota Tim Likuidasi dapat merupakan
akuntan, ahli hukum, ahli komputer dan atau ahli di bidang lainnya yang erat kaitannya
dengan pelaksanaan likuidasi bank. Pembatasan jumlah anggota direksi, dewan
komisaris dan pemegang saham yang boleh menjadi anggota Tim Likuidasi,
pencabutan izin usaha, direksi dan dewan komisaris dilarang melakukan perbuatan
hukum berkaitan dengan aset dan kewajiban bank, kecuali atas persetujuan bank dan
Sementara untuk direksi dan dewan komisaris BDL, sejak terbentuknya Tim
Likuidasi menjadi non aktif, akan tetapi mempunyai kewajiban untuk setiap saat
membantu memberikan segala data dan informasi yang diperlukan oleh Tim Likuidasi.
Dan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Tim Likuidasi diawasi oleh Bank
kewenangan untuk menilai pelaksanaan tugas dan wewenang dari Tim Likuidasi,
memberhentikan dan mengganti anggota Tim Likuidasi. Dan sebelum likuidasi selesai,
anggota direksi dan anggota dewan komisaris bank yang bersangkutan tidak
dilarang melakukan perbuatan hukum yang berkaitan dengan aset dan kewajiban bank,
kejelasan tanggung jawab Tim Likuidasi, maka ditetapkan bahwa pelaksanaan likuidasi
bank wajib diselesaikan dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) tahun terhitung
sejak tanggal dibentuknya tim likuidasi. Dalam hal likuidasi bank tidak dapat
diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, penjualan harta bank dalam
likuidasi dilakukan secara lelang dalam waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak
berakhirnya jangka waktu likuidasi tersebut. Mengenai status badan hukum bank yang
pembubaran dan likuidasi bank secara khusus. Hal ini menyebabkan perlunya
secara khusus.
amat terkait dengan masyarakat, terutama dengan dana masyarakat yang menjadi
penyimpan dana. Karena itu, dalam hal dilakukannya pencabutan izin usaha yang
4
Viola Fenty, Pemberian Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Dalam Likuidasi, (Jakarta :
Skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000), hlm. 30
memiliki hak istimewa berdasarkan peraturan perundang-udangan yang berlaku
3. Pencabutan Izin Usaha dan Likuidasi merupakan usaha terakhir Pencabutan izin
masyarakat pada perbankan. Oleh karena itu, sebelum melakukan pencabutan izin
usaha, pembubaran dan likuidasi terhadap bank, maka Bank Indonesia terlebih
mengatasi masalah yang dihadapi bank tersebut, dan keadaan bank tersebut
4. Status, Kewajiban dan Tanggung Jawab Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang
Saham. Dengan dibentuknya tim likuidasi, status direksi dan dewan komisaris
menjadi non aktif, dan direksi serta komisaris berkewajiban untuk setiap saat
membantu memberikan segala data dan informasi yang dapat diperlukan oleh Tim
Likuidasi. Sebelum likuidasi selesai dilakukan, anggota direksi dan anggota dewan
kecuali dengan persetujuan Bank Indonesia. Dalam hal harta kekayaan bank dalam
likuidasi tidak cukup untuk memenuhi seluruh kewajiban bank dalam likuidasi
tersebut maka kekurangannya wajib dipenuhi oleh anggota direksi dan anggota
dewan komisaris serta pemegang saham yang turut serta menjadi penyebab
kegagalan bank, dalam hal ini merupakan tanggung jawab yang harus dilakukan
berakhirnya likuidasi dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana hal ini di
atur pada Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999. Mengacu pada
ketentuan ini, maka status hukum dari BDL adalah masih tetap berbadan hukum
hingga berakhirnya likuidasi. Namun meskipun masih berbadan hukum, akan tetapi
BDL sudah tidak dapat lagi menjalankan kegiatan usahanya sebagai bank.