Anda di halaman 1dari 34

Hukum Pengangkutan Niaga

MJH
Konsep Pengangkutan
• Konsep pengangkutan meliputi 3 aspek : aspek bisnis, aspek perjanjian, dan
aspek proses penerapan
• Pengangkutan sebagai usaha / business adalah kegiatan usaha di bidang
jasa pengangkutan yang menggunakan alat pengangkutan mekanik, seperti
kereta, truk, pesawat kargo, kapal kargo dll.
• Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh kesepakatan antara
pengangkut dan penumpang atau pengirim
• Pengangkutan sebagai proses terdiri atas serangkaian perbuatan mulai dari
pemuatan ke dalam alat pengangkut, kemudian dibawa oleh pengangkut
menuju ke tempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau
penurunan di tempat tujuan
Pengangkutan sebagai Usaha
• Setiap perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan harus
memperoleh izin usaha dari pemerintah sesuai dengan jasa
pengangkutan yang dijalankannya.
• Perusahaan pengangkutan meliputi kegiatan usaha di bidang jasa :
pengangkutan dengan kereta api; pengangkutan dengan kendaraan
bermotor umum; pengangkutan dengan kapal laut, kapal
penyeberangan, kapal danau, dan kapal sungai; dan pengangkutan
dengan pesawat udara.
Pengangkutan sebagai Perjanjian
Perjanjian pengangkutan pada umumnya bersifat lisan, tetapi selalu
didukung oleh dokumen pengangkutan.
Dokumen pengangkutan berfungsi sebagai bukti adanya perjanjian
pengangkutan dan wajib dilaksanakan oleh para pihak.
Dokumen pengangkutan barang umumnya disebut surat muatan,
sedangkan dokumen pengangkutan penumpang disebut karcis
penumpang.
Perjanjian pengangkutan dapat dibuat tertulis yang disebut
perjanjian carter (charter party)
Pengangkutan sebagai Proses Penerapan
Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem yang mempunyai unsur-unsur
sistem, yaitu : subyek pengangkutan, status pelaku pengangkutan, obyek
pengangkutan, peristiwa pengangkutan, dan hubungan pengangkutan.
Subyek pengangkutan, yaitu para pihak dalam pengangkutan dan pihak yang
berkepentingan dengan pengangkutan
Status pengangkut selalu perusahaan perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum
Obyek : alat pengangkut, muatan, biaya pengangkutan, dan dokumen
pengangkutan
Peristiwa pengangkutan : proses terjadi pengangkutan dna penyelenggaraan
pengangkutan serta berakhir di tempat tujuan
Hubungan pengangkutan : hubungan kewajiban dan hak antara para pihak dalam
pengangkutan dan mereka yang berkepentingan dengan pengangkutan
Pengangkutan Niaga
Pengangkutan niaga adalah penggunaan alat pengangkut oleh
penumpang atau pengirim untuk mengangkut penumpang atau
barang ke tempat tujuan yang telah disepakati dengan pembayaran
sejumlah uang sebagai biaya.
Pembayaran sejumlah uang sebagai biaya pengangkutan
membuktikan bahwa pengangkut menjalankan kegiatan usaha di
bidang jasa pengangkutan
Istilah pembayaran dipakai dalam undang-undang pengangkutan di
Indonesia.
Hukum yang mengatur pengangkutan dengan memungut bayaran
disebut hukum pengangkutan niaga
Pengaturan Pengangkutan
Peraturan hukum pengangkutan adalah keseluruhan
peraturan hukum yang mengatur tentang jasa
pengangkutan.
Peraturan hukum tersebut meliputi : undang-undang
pengangkutan, perjanjian pengangkutan, konvensi
internasional tentang pengangkutan, dan kebiasaan
dalam pengangkutan kereta api, darat, perairan dan
penerbangan.
Peraturan hukum mencakup asas hukum, norma hukum,
teori hukum dan praktik hukum pengangkutan
Asas, Norma, Teori dan Praktek hukum
Pengangkutan
• Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis (fundamental
norm) yang menjadi dasar ketentuan-ketentuan pengangkutan yang
menyatakan kebenaran, keadilan, dan kepatutan yang diterima oleh
semua pihak.
• Norma hukum pengangkutan merupakan rumusan ketentuan-ketentuan
dalam undang-undang, perjanjian, konvensi internasional, dan kebiasaan
yang mengatur tentang pengangkutan
• Teori hukum pengangkutan merupakan kajian pengembangan hukum
pengangkutan yang bertujuan untuk memperoleh manfaat bagi
masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan. Ia dapat
direkonstruksikan dari serangkaian ketentuan UU atau perjanjian tentang
pengangkutan yang menggambarkan proses kegiatan pengangkutan
• Praktik hukum pengangkutan adalah serangkaian perbuatan nyata yang
masih berlangsung atau perbuatan yang sudah selesai dilakukan, seperti
yurisprudensi serta dokumen hukum, seperti surat muatan.
Undang-undang Pengangkutan
• Pengangkutan darat dengan kereta api diatur dengan UU No. 23
Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (LN No. 65 Tahun 2007)
• Pengangkutan darat dengan kendaraan umum diatur dengan UU No.
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. KUHD sebagai
Lex Generalis
• Pengangkutan perairan dengan kapal diatur dengan UU No. 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran. KUHD sebagai Lex Generalis
• Pengangkutan udara dengan pesawat udara diatur dengan UU No. 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan. Ordonansi Pengangkutan Udara
Staatsblaad No. 100 Tahun 1939 tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan UU Penerbangan.
Asas Hukum Pengangkutan
• Asas hukum pengangkutan dibedakan menjadi 2, yaitu asas hukum
publik dan asas hukum perdata.
• Asas hukum publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang
berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu para pihak dalam
pengangkutan, pihak ketiga yang berkepentingan dengan
pengangkutan, dan pihak pemerintah (negara)
• Asas hukum perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang
hanya berlaku dan berguna bagi para pihak dalam pengangkutan,
yaitu pengangkut dan penumpang atau pemiliki barang.
Asas Hukum Publik
• UU Pengangkutan berlandaskan asas hukum publik yang lebih
mengutamakan kepentingan umum.
• Asas-asas hukum publik dirumuskan dengan istilah : manfaat, usaha
bersama dan kekeluargaan, adil dan merata keseimbangan,
kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran hukum, percaya pada
diri sendiri, dan keselamatan penumpang (orang banyak).
• Asas manfaat = setiap pengangkutan harus memberikan nilai guna
yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan
rakyat, dan pengembangan peri kehidupan yang berkesinambungan
bagi WNI
• Asas usaha bersama dan kekeluargaan = usaha pengangkutan
diselenggarakan untuk mewujudkan cita-cita dan aspirasi bangsa Indonesia
yang dalam kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat
dan dijiwai semangat kekeluargaan.
• Asas adil dan merata = penyelenggaraan pengangkutan harus memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat,
dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat
• asas keseimbangan = penyelenggaraan pengangkutan harus dengan
keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan
pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan individu dan masyarakat,
antara kepentingan nasional dan internasional
• Asas kepentingan umum = penyelenggaraan pengangkutan harus
mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas
• Asas keterpaduan = pengangkutan harus merupakan satu kesatuan
yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi,
baik intra maupun antar moda pengangkutan
• Asas kesadaran hukum = pemerintah wajib menegakkan dan
menjamin kepastian hukum serta mewajibkan setia WNI agar selalu
sadar dan taat kepada hukum dalam penyelenggaraan pengangkutan
• Asas percaya diri = pengankutan harus berlandaskan kepercayaan
akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian
bangsa
• Asas keselamatan penumpang = pengangkutan harus disertai dengan
asuransi kecelakaan dan/atau asuransi kerugian lainnya. Asuransi
kecelakaan termasuk dalam lingkup asuransi sosial yang bersifat
wajib. Penyelenggara perusahaan pengangkutan juga wajib
menyediakan dan memelihara alat pengangkutan yang memenuhi
standar keselamatan sesuai ketentuan UU dan konvensi internasional.
Asas Hukum Perdata
• UU Pengangkutan juga berlandaskan asas-asas hukum perdata yang
lebih mengutamakan para pihak yang berkepentingan dalam
pengangkutan.
• Asas-asas hukum perdata dirumuskan dengan istilah : perjanjian,
koordinatif, campuran, retensi dan pembuktian dengan dokumen
• Asas perjanjian = pengangkutan diadakan dengan perjanjian antara
perusahaan pengangkutan dan penumpang atau pemiliki barang.
Perjanjian pengangkutan ada berdasarkan kesepakatan para pihak,
tidak harus tertulis, dibuktikan oleh dokumen pengangkutan
• Asas koordinatif = para pihak dalam pengangkutan memiliki
kedudukan yang setara, bukan hubungan atasan-bawahan.
Pengangkutan adalah perjanjian yang mengandung unsur pemberian
kuasa
• Asas campuran = pengangkutan merupakan perjanjian campuran,
yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan melakukan
pekerjaan dari penumpang atau pemilik barang kepada pengangkut
• Asas retensi = pengangkut tidak menggunakan hak retensi (hak
menahan barang). Penggunaan hak retensi bertentangan dengan
tujuan dan fungsi pengangkutan. Pengangkut hanya mempunyai
kewajiban menyimpan barang atas biaya pemiliknya.
• Asas pembuktian dengan dokumen = setiap pengangkutan selalu
dibuktikan dengan dokumen pengangkutan, kecuali jika ada
kebiasaan yang berlaku umum.
Tujuan Pengangkutan
• Tujuan pengangkutan pada umumnya adalah untuk tiba di tempat
tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna bagi penumpang
atau barang yang diangkut.
• Tujuan pengangkutan yang lebih khusus diatur di dalam UU
Pengangkutan untuk masing-masing moda angkutan.
Tata Hukum Nasional dan Pengangkutan
• Sistem Tata Hukum Nasional
• Pembangunan Hukum Pengangkutan
• Arti Penting Pengangkutan
• Pengangkutan dan Ilmu Pengetahuan
Pengembangan Hukum Pengangkutan
• Penelitian Hukum Pengangkutan
• Perjanjian Pengangkutan dan Pengangkutan
• Tanggung Jawab Pengangkut
Tanggung Jawab Pengangkut
• Tanggung jawab karena kesalahan (fault liability)
• Tanggung jawab karena praduga (presumption liability)
• Tanggung jawab mutlak (absolute liability)
DISKUSI
• Temukan prinsip-prinsip tanggung jawab pengangkut dalam UU
Pengangkutan (Tugas Mahasiswa)
• Contoh : Pasal 143 UU Penerbangan mengatur tanggung jawab
pengangkut atas bagasi kabin menganut prinsip Presumption of Non
Liability
Prinsip Tanggung Jawab Karena Kesalahan
• Setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan
pengangkutan harus bertanggung jawab membayar segala kerugian yang
timbul akibat kesalahannya itu
• Pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut
• Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, bukan pada pengangkut
• Prinsip ini dianut dalam Pasal 1365 KUH Perdata, dan aturan khusus dalam
UU yang mengatur masing-masing pengangkutan (Misalnya : Pasal 157 UU
No. 23/2007 : ….Penyelenggara Sarana Perkeretaapian tidak bertanggung
atas kerugian, luka-luka, atau meninggalnya penumpang yang tidak
disebabkan oleh pengoperasian pengangkutan kereta api)
Prinsip Tanggung jawab Praduga
• Pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang
timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya.
• Pengangkut dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti kerugian
apabila ia dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.
• Tidak bersalah artinya tidak melakukan kelalaian, telah berupaya
melakukan tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian, atau
peristiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari.
• Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut.
• Prinsip ini dianut dalam hukum pengangkutan laut, misalnya Pasal 468 ayat
(2) : ….. Kecuali jika perusahaan pengangkutan dapat membuktikan bahwa
kerugian itu bukan karena kesalahannya
Prinsip Tanggung Jawab Mutlak
• Pengangkut harus bertanggung jawa atas setiap kerugian yang timbul
dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan
pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut
• Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian dan unsur kesalahan
tidak perlu dipersoalkan.
• Biasanya dirumuskan dengan kalimat : “Pengangkut bertanggung
jawab atas setiap kerugian yang timbul karena peristiwa apa pun
dalam penyelenggaraan pengangkutan”
Kebiasaan dalam Pengangkutan
• Hukum kebiasaan diberlakukan apabila hak dan kewajiban para pihak tidak
diatur atau disepakati dalam perjanjian pengangkutan dan UU yang
mengatur pengangkutan.
• Kebiasaan yang berlaku dalam praktik pengangkutan merupakan hukum
perdata tidak tertulis, yaitu perbuatan yang memenuhi kriteria : (1) berupa
kewajiban bagaimana seharusnya para pihak berbuat; (2)tidak
bertentangan dengan UU atau kepatutan; (3) diterima oleh para pihak
karena adil dan logis; (4) menuju pada akibat hukum yang dikehendaki oleh
para pihak
• Contoh : UU menentukan bahwa pengangkutan barang disertai dokumen
surat pengangkutan barang. Jika dokumen tidak ada, penerimaan oleh
penerima dianggap sesuai dengan dokumen
Para Pihak dalam Perjanjian Pengangkutan
• Siapa yang disebut Subyek Perjanjian Pengangkutan ?
• Dapat dibedakan menjadi : (1) Pihak yang terlibat langsung dalam
proses perjanjian sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan, dan
(2) Pihak yang berkepentingan dengan pengangkutan sebagai
perusahaan penunjang pengangkutan
• Pihak dalam perjanjian pengangkutan terdiri dari : pengangkut,
penumpang, pengirim barang, dan penerima barang
• Pihak yang berkepentingan, antara lain : perusahaan ekspedisi
muatan, perusahaan agen perjalanan, perusahaan agen pelayaran,
dan perusahaan bongkar muat
Para Pihak dalam Perjanjian Pengangkutan
• Para pihak yang terikat dalam perjanjian pengangkutan adalah
Pengangkut, Pengirim, dan Penumpang
• Pengangkut : kewajiban utamanya menyelenggarakan pengangkutan
dan berhak atas biaya pengangkutan
• Pengirim : kewajiban utamanya membayar biaya pengangkutan dan
berhak atas pelayanan pengangkutan barangnya
• Penumpang : kewajiban utamanya membayar biaya pengangkutan
dan berhak atas pelayanan pengangkutan
Pengangkut (Carrier)
• KUHD tidak mengatur definisi pengangkut pada umumnya, kecuali
pengangkutan laut
• Dari sisi perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang
(penumpang) dan/atau barang.
• Dari segi statusnya, pengangkut dapat dibedakan menjadi :
perusahaan pengangkutan kereta api
perusahaan pengangkutan darat
perusahaan pengangkutan perairan
perusahaan pengangkutan udara
Pengangkut (Carrier)
• Dari segi kepemilikan badan usaha, pengangkut dibedakan menjadi 3
jenis :
• BUMN : PT KAI (Persero), PT Garuda Indonesia Airways (Persero), PT
Pelayaran Nusantara (Persero)
• BUMS : PT Samudera Indonesia, PT Lion Airlines
• Badan Usaha milik perseorangan : PO Putra Remaja
Pengangkut (Carrier)
Kriteria pengangkut menurut UU Pengangkutan :
1) Perusahaan penyelenggara pengangkutan
2) Menggunakan alat pengangkut mekanik
3) Penerbit dokumen pengangkutan
4) Memperoleh izin usaha dari pemerintah Indonesia
Pengangkut pada Pengangkutan Kereta Api
• Diatur dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
• Pengangkut adalah penyelenggara sarana perkeretaapian, yaitu badan
usaha yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian umum, wajib
memiliki izin usaha dan izin operasi dari pemerintah.
• Dalam hal tidak ada badan yang menyelenggarakan sarana
perkeretaapian umum, pemerintah atau pemerintah daerah dapat
menyelenggarakan sarana perkeretaapian.
• Sekarang sudah ada pengangkut pada pengangkutan kereta api, yaitu
PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang mendapat izin operasi dari
pemerintah menggunakan kereta atau gerbong dengan memungut
bayaran
Pengangkut pada Pengangkutan Darat
• Diatur dalam UU No. 22 Thn 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
• Pengangkut pada pengangkutan darat adalah Perusahaan
Pengangkutan Umum yang mendapat izin operasi dari pemerintah
dengan menggunakan kendaraan umum dengan memungut bayaran

Anda mungkin juga menyukai