Anda di halaman 1dari 4

1. Dalil-dalil alquran dan hadist tentang profesi di bidang pertanian.

Hakikat betapa Islam sangat menggalakkan sektor pertanian jelas daripada


peruntukkan yang ada di dalam syariah. Sebagai contoh, barangsiapa yang
menggarap tanah yang terbengkalai akan mendapat hak milik kekal terhadap
tanah tersebut berdasarkan pendapat kebanyakan ulama. Peruntukkan ini jelas
memberi intensif kepada pengusaha-pengusaha bidang pertanian yang menggarap
tanah yang terbengkalai atau mati. Perkara ini disebutkan dalam riwayat Aisyah
Radhiallahu ‘anha, Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang memakmurkan (menggarap) tanah yang tidak dimiliki oleh


siapapun maka dia lebih berhak terhadapnya”.(Hadis riwayat Al-Bukhari).

2. Usaha meningkatkan hasil produksi pertanian dengan IPTEKS.

Peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian digunakan istilah


yaitu perubahan teknik. Dengan cara perubahan teknik jelas menunjukkan unsur
perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang dan
jasa yang menjurus kearah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Contohnya
petani yang mendapat hasil panen yang lebih tinggi daripada rekan-rekannya
sesama petani, karena ia menggunakan sistem pengairan yang lebih teratur. Hanya
dengan cara menggenangi sawah pada saat-saat tertentu pada waktu menyebarkan
pupuk dan sesudah itu mengeringkannya untuk memberikan kesempatan kepada
tanaman untuk menyerapnya. Allah berfirman dalam Surah Al Naml (Hujan) Ayat
60 :

‫اء َما ًء فَأ َ ْن َبتْنَا ِب ِه َحدَائِقَ ذَاتَ َب ْه َج ٍة َما َكانَ لَ ُك ْم أَ ْن‬ َّ ‫ض َوأ َ ْنزَ َل لَ ُك ْم ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫أ َ َّم ْن َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َ‫َّللاِ ۚ َب ْل ُه ْم قَ ْو ٌم َي ْع ِدلُون‬ َٰ
َّ ‫ش َج َرهَا ۗ أَ ِإلَهٌ َم َع‬
َ ‫ت ُ ْن ِبتُوا‬

Artinya : Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang
menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak
mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan
(yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang
(dari kebenaran).

3. Usaha memberdayakan masyarakat petani pada lahan kering atau kosong.


Kita sebagai umat islam, haruslah saling tolong-menolong sesama umat
muslim. Sama seperti halnya dengan lahan kering ini, kita yang memiliki
pengetahuan lebih di bnidang mengolah lahan kering, bisa membantu masyarakat
yang sedang mengalami kekeringan yang mengakibatkan lahan menjadi kering.
Untuk masalah lahan kering ini, ada beberapa teknologi yang dapat dilakukan
dalam pengolahan lahan kering yaitu :

a. Pengapuran.
b. Pemupukan.
c. Pemberian bahan organik.
d. Pemberian tanaman yang toleran terhadap alumunium.

4. Upaya mengentaskan kemiskinan pada masyarakat lewat pertanian dan


persyaratan zakat pertanian agar dapat dibayarkan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat


lewat bidang pertanian adalah :

1. Reformasi Tanah untuk Rakyat


2. Efisiensi
3. Penuhi Kebutuhan yang Masih Impor

5. Syarat hasil pertanian dan perkebunan yang kena wajib zakat? Dan hukum
seorang muslim yang hasil pertaniammya sudah nishab, namun enggan
mengeluarkan zakatnya.

Syarat hasil pertanian yang kena wajib zakat, antara lain :

1. Di wajibkan mengeluarkan seper sepuluh (10 %) apabila disiram tanpa


pembiayaan (tadah hujan dan sejenisnya), seperti pertanian tadah hujan,
pertanian menggunakan sungai dan mata air.
2. Wajib mengeluarkan seper dua puluh (5 %) apabila diairi dengan
pembiayaan, berdasarkan hadits Abdullâh bin Umar Radhiyallahu anhuma
dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ت فِ ْي َما‬ َ ‫ َعثَريّا ً َكانَ أَ ْو‬: ‫ش ُر‬


َ ‫واْلعُي ُْونُ السّما ُء‬،
ِ َ‫سق‬ ْ ‫ي َو َما‬
ُ ُ‫الع‬، ُ ِ‫بِال َّنضْح‬: ‫ف‬
َ ‫س ِق‬ ُ ‫ص‬ ُ ُ‫ْالع‬
ْ ِ‫ش ِر ن‬

Pada pertanian yang tadah hujan atau mata air atau yang menggunakan
penyerapan akar (atsariyan) diambil sepersepuluh dan yang disirami
dengan penyiraman maka diambil seper dua puluh. [HR al-Bukhâri].
3. Di wajibkan mengeluarkan 7,5 % apabila diairi dengan pembiayaannya 50
% dan tadah hujannya 50 %. Hal ini sudah menjadi Ijma’ (kesepakatan)
para Ulama sebagaimana disampaikan Ibnu Qudâmah dalam al-Mughni
4/165. Lihat juga ar-Raudh al-Murbi’ dengan Hasyiyah Ibnu Qâsim 2/277.
4. Yang diairi dengan pembiayan dan non pembiayaan secara bergantian.
Contohnya sawah yang diairi dengan irigasi yang bayar dan juga terkena
hujan, maka dilihat mana yang paling berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman tersebut. Bila yang tadah hujan yang labih dominan maka
diwajiban mengeluarkan 10 % dan bila sebaliknya maka diwajibkan 5 %
saja.
5. Apabila tidak diketahui ukuran mana yang dominan maka diwajibkan
mengeluarkan 10 %, karena pada asalnya diwajibkan zakat 10 % hingga
diketahui dengan jelas bahwa itu diairi dengan pembiayaan. (al-Mughni
4/166).
TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER
AL-ISLAM

Oleh:
IKA NURYANI (Agroteknologi B/ 20150210076)

Prodi Agroteknologi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2015

Anda mungkin juga menyukai