Anda di halaman 1dari 146

PEDOMAN

TEKNIS ADMINISTRASI DAN


TEKNIS PERADILAN
TATA USAHA NEGARA

EDISI 2008

MAHKAMAH AGUNG RI
2008

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
........................................................
Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor : KMA/032/SK/IV/2007
Tentang : Memberlakukan Buku II

iii

Pedoman Pelaksanaan Tugas dan


Administrasi Pengadilan ......................

Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia


Nomor : 012/KMA/SK/II/2007
Tentang : Pembentukan Tim Penyempurnaan
Buku I, Buku II, Buku III dan Buku
Tentang Pengawasan (Buku IV) ...........
Daftar Isi ..................................................................................
I. TEKNIS ADMINISTRASI ............................................

vii
xvii
1

A. PENGADILAN TUN ..............................................

1. PENERIMAAN PERKARA ............................


a. Pendaftaran Perkara Tingkat Pertama ............
b. Pendaftaran Perkara Banding ........................
c. Pendaftaran Perkara Kasasi ............................
d. Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali ......
e. Administrasi Biaya Perkara ............................

1
1
4
7
10
13

2. PERSIAPAN PERSIDANGAN .......................


a. Penunjukan Majelis Hakim ............................
b. Penetapan Hari Sidang ...................................
c. Panggilan Para Pihak .....................................

16
16
17
18

3. PERSIDANGAN ...............................................
a. Berita Acara Sidang .......................................
b. Rapat Permusyawaratan ...............................
c. Putusan ............................................................
d. Minutasi Perkara ..............................................

19
20
21
22
22

4. BERKAS ..............................................................
a. Bundel A ......................................................
b. Bundel B Untuk Banding ............................
c. Bundel B Untuk Kasasi ..............................
d. Bundel B Untuk Peninjauan Kembali ........

22
22
23
24
25

5. REGISTER, LAPORAN, DAN PENGARSIPAN..


a. Register Perkara .............................................
b. Laporan ..........................................................
c. Arsip Perkara .................................................

25
25
27
30

B. PENGADILAN TINGGI TUN ..........................

32

1. PENERIMAAN PERKARA ...........................


a. Pendaftaran ....................................................
b. Administrasi Biaya Perkara ...........................

32
32
33

2. PERSIAPAN PERSIDANGAN .....................

35

3. PERSIDANGAN ..............................................

36

4. BERKAS ...........................................................

36

5. REGISTER, LAPORAN, DAN PENGARSIPAN ..


a. Register Perkara ............................................
b. Laporan .........................................................
c. Arsip Perkara ................................................

37
37
37
37

II. TEKNIS PERADILAN ...............................................

39

A. GUGATAN ...........................................................

39

B. PERKARA PRODEO .........................................

40

C. OBYEK GUGATAN ...........................................

40

D. SUBYEK GUGATAN ........................................


1. PENGGUGAT ..................................................
2. TERGUGAT .....................................................

44
44
44

E. SURAT KUASA ................................................

45

F.

46
46
47

KOMPETENSI ..................................................
1. KOMPETENSI ABSOLUT ...........................
2. KOMPETENSI RELATIF ..............................

G. PROSES DISMISSAL ......................................

48

H. PENETAPAN PENUNDAAN .........................

49

I.
J.

PEMERIKSAAN DENGAN ACARA


SINGKAT ..........................................................

52

PEMERIKSAAN DENGAN ACARA


CEPAT ...............................................................

53

K. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA


BIASA ................................................................
1. PEMERIKSAAN PERSIAPAN ....................
2. PERSIDANGAN ............................................

53
53
55

3. PENGUNDURAN SIDANG .........................

55

L. PERKARA GUGUR ......................................

55

M. TERGUGAT TIDAK HADIR .......................

56

N. PENCABUTAN GUGATAN .........................

57

O. INTERVENSI ..................................................

57

P. PERDAMAIAN ...............................................

59

Q. EKSEPSI ..........................................................

60

R. PEMBUKTIAN ...............................................

60

S. SAKSI ..............................................................

60

T. DASAR PENGUJIAN DAN DASAR


PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN ............

61

U. PEMBACAAN, ISI, DAN AMAR


PUTUSAN .........................................................

63

V. UPAYA HUKUM .............................................

65

W. EKSEKUSI .......................................................

65

X. GANTI RUGI DAN REHABILITASI ..........

68

Y. PEMBAYARAN UANG PAKSA, SANKSI


ADMINISTRASI, DAN PENGUMUMAN
PEJABAT ..........................................................
1. PEMBAYARAN UANG PAKSA .............
2. SANKSI ADMINISTRASI .........................
3. PENGUMUMAN PEJABAT (TERGUGAT) ...

68
68
70
74

Z. PEMBATASAN UPAYA HUKUM


KASASI ...............................................................

76

AA. TITIK SINGGUNG WEWENANG


PERADILAN ......................................................
1. TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN
TUN DENGAN PENGADILAN NEGERI ...........
2. TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN
TUN DENGAN PENGADILAN NIAGA .............

78
78
79

AB. ASAS-ASAS UMUM PERADILAN YANG

BAIK ...................................................................

80

AC. KARAKTERISTIK HUKUM ACARA


PERADILAN TUN ...........................................

81

FORMULIR-FORMULIR ...............................

84

PEDOMAN
TEKNIS ADMINISTRASI DAN
TEKNIS PERADILAN
TATA USAHA NEGARA

I.

TEKNIS ADMINISTRASI
A. PENGADILAN TUN
1.

PENERIMAAN PERKARA
a. Pendaftaran Perkara Tingkat Pertama
1) Petugas pada meja pertama/loket pertama
bertanggungjawab untuk menerima gugatan dan
gugatan perlawanan terhadap penetapan dismissal.
2) Dokumen yang perlu disertakan dalam pendaftaran
perkara sekurang-kurangnya adalah :
a) Surat gugatan atau surat gugatan perlawanan.
b) Surat kuasa khusus dari Penggugat kepada
kuasa
hukumnya
(bila
Penggugat
menguasakan kepada kuasa hukum).
c) Fotocopy kartu advokat kuasa hukum yang
bersangkutan.
d) Fotocopy surat Keputusan TUN yang menjadi
obyek sengketa, kecuali apabila obyek
sengketa berupa Keputusan fiktif-negatif atau
apabila obyek sengketa tidak dikuasai oleh
Penggugat.
3) Petugas penerima berkas memeriksa kelengkapan
dengan menggunakan daftar periksa (check list)
dan meneruskan berkas yang telah selesai diperiksa
kelengkapannya kepada Panitera Muda Perkara
untuk menyatakan berkas telah lengkap/tidak
lengkap.
4) Panitera Muda Perkara mengembalikan berkas yang
belum lengkap dengan melampirkan daftar periksa
supaya Pemohon/Penggugat atau kuasanya dapat
melengkapi kekurangannya.
5) Panjar biaya perkara yang telah ditetapkan
dituangkan dalam SKUM (Surat Kuasa Untuk
Membayar), dengan ketentuan :

a)

Dalam menentukan besarnya panjar biaya


perkara harus mempertimbangkan jarak dan
kondisi daerah tempat tinggal para pihak, agar
proses persidangan yang berhubungan dengan
panggilan
dan
pemberitahuan
dapat
terselenggara dengan lancar.
b) Biaya pemeriksaan lebih dari 5 orang saksi
ditanggung oleh pihak yang meminta.
c) Biaya panjar perkara wajib ditambah dalam hal
panjar biaya perkara sudah tidak mencukupi.
6) Pada berkas perkara yang telah lengkap, dibuatkan
SKUM rangkap tiga :
a) Lembar pertama untuk Penggugat ;
b) Lembar kedua untuk Kasir ;
c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas
gugatan.
7) Berkas perkara yang telah dilengkapi dengan
SKUM diserahkan kepada Penggugat atau
kuasanya agar membayar jumlah uang panjar yang
tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan
TUN.
8) Kasir menandatangani dan membubuhkan stempel
lunas pada SKUM setelah menerima pembayaran,
serta mencatat ke dalam Buku Jurnal Keuangan
Perkara.
9) Dalam hal gugatan, banding, kasasi, dan peninjauan
kembali yang diterima melalui pos, maka harus
diperhatikan :
a)

Tenggang waktu pembayaran panjar biaya


perkara paling lambat 6 (enam) bulan terhitung
sejak
tanggal
dikirimkannya
surat
pemberitahuan tentang pembayaran panjar
biaya perkara kepada Penggugat.

b) Setelah panjar biaya perkara diterima, surat


gugatan yang telah dilengkapi SKUM
diserahkan kepada kasir untuk dicatat dalam
buku jurnal yang bersangkutan.

c)

Petugas pada meja kedua/loket kedua


mencatatnya dalam Register Induk Perkara dan
Register Perkara Gugatan.

d) Gugatan Penggugat tidak akan didaftar apabila


setelah lewat 6 (enam) bulan sejak dikirimkan
surat pemberitahuan tentang pembayaran
panjar biaya perkara kepada Penggugat,
ternyata panjar biaya perkara belum diterima di
kepaniteraan.
10) Dalam hal tempat tinggal Penggugat jauh dari
Pengadilan TUN yang berwenang memeriksa
perkaranya, maka pembayaran panjar biaya perkara
dapat dilakukan dengan dua cara :
a) Dibayarkan melalui Pengadilan TUN atau
Pengadilan Negeri terdekat, selanjutnya oleh
Pengadilan yang bersangkutan dikirimkan ke
Pengadilan TUN yang berwenang tersebut.
Ongkos kirim ditanggung Penggugat di luar
panjar biaya perkara.
b) Dikirimkan langsung ke Pengadilan TUN yang
berwenang memeriksa perkaranya.
11) Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya
perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada
buku jurnal keuangan perkara.
12) Petugas pada meja kedua/loket kedua mencatat
perkara yang masuk ke dalam Register Induk
Perkara. Terhadap perkara gugatan perlawanan
terhadap penetapan dismissal, diberi tambahan
kode PLW (perlawanan) pada nomor perkaranya.
13) Panitera setelah menerima berkas perkara dari
petugas meja kedua/loket kedua membuat resume
gugatan, sekurang-kurangnya berisi :
a)

Apakah gugatan diajukan sendiri oleh


Penggugat atau diwakili oleh kuasa hukumnya.

b) Apakah gugatan masih dalam tenggang waktu


90 (sembilan puluh) hari sesuai pasal 55 UU
PERATUN.
c)

Apakah alasan gugatan sesuai Pasal 53 ayat (2)


UU PERATUN.

d) Apakah gugatan telah memuat hal-hal yang


ditentukan Pasal 56 UU PERATUN.
e)

Klasifikasi perkara TUN nya.

14) Pengisian kolom-kolom buku register harus


dilaksanakan dengan tertib dan cermat berdasarkan
jalannya penyelesaian perkara.
b. Pendaftaran Perkara Tingkat Banding
1) Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda
Perkara sebagai petugas pada meja pertama/loket
pertama yang menerima pendaftaran terhadap
permohonan banding.
2) Permohonan
banding
dapat
diajukan
di
kepaniteraan Pengadilan TUN dalam waktu 14
(empat belas) hari kalender terhitung keesokan
harinya setelah putusan diucapkan atau setelah
diberitahukan kepada pihak yang tidak hadir dalam
pembacaan putusan. Apabila hari ke empat belas
jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka
penentuan hari ke empat belas jatuh pada hari kerja
berikutnya.
3) Terhadap permohonan banding yang diajukan
melampaui tenggang waktu tersebut di atas tetap
diterima dan dicatat dengan membuat surat
keterangan Panitera bahwa permohonan banding
telah lewat waktu;
4) Panjar biaya banding dituangkan dalam SKUM
dengan peruntukan :
a) Biaya pencatatan pernyataan banding;
b) Biaya banding yang ditetapkan oleh Ketua
Pengadilan Tinggi TUN;

c) Biaya pengiriman uang melalui Bank yang


ditentukan atau Kantor Pos ;
d) Ongkos pengiriman berkas;
e) Biaya Pemberitahuan (BP) :
(1) BP akta banding.
(2) BP memori banding.
(3) BP kontra memori banding.
(4) BP untuk mempelajari berkas
pembanding.
(5) BP untuk mempelajari berkas
terbanding.
(6) BP putusan bagi Pembanding.
(7) BP putusan bagi Terbanding.
(8) BP panggilan para pihak apabila
pemeriksaan tambahan.

telah

bagi
bagi

ada

5) SKUM dibuat dalam rangkap tiga :


a) Lembar pertama untuk pemohon.
b) Lembar kedua untuk kasir.
c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas
permohonan.
6) Menyerahkan berkas permohonan banding yang
telah dilengkapi SKUM kepada pihak yang
bersangkutan agar membayar panjar yang
tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan
TUN.
7) Kasir
setelah
menerima
pembayaran
menandatangani dan membubuhkan cap stempel
lunas pada SKUM.
8) Kasir kemudian membukukan panjar biaya perkara
sebagaimana tercantum dalam SKUM pada buku
jurnal keuangan banding dan buku kas bantu.
9) Pernyataan banding dapat diterima apabila panjar
biaya perkara banding yang ditentukan dalam
SKUM telah dibayar lunas.
10) Apabila panjar biaya banding telah dibayar lunas,
maka Pengadilan wajib membuat akta pernyataan

10

banding dan mencatat permohonan banding


tersebut dalam Register Induk Perkara dan Register
Banding.
11) Permohonan banding dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari kalender harus telah disampaikan
kepada lawannya, tanpa perlu menunggu
diterimanya memori banding.
12) Tanggal penerimaan memori dan kontra memori
banding harus dicatat dalam Buku Register Induk
Perkara dan Buku Register Permohonan Banding,
kemudian salinannya disampaikan kepada masingmasing lawannya dengan membuat relaas
pemberitahuan/penyerahannya.
13) Sebelum berkas perkara dikirim ke Pengadilan
Tinggi TUN, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari setelah permohonan banding dicatat, harus
diberikan kesempatan kepada kedua belah pihak
untuk mempelajari/memeriksa berkas perkara
(inzage) dan dituangkan dalam relaas.
14) Dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak
permohonan banding diajukan, berkas banding
berupa bundel A dan B harus sudah dikirim ke
Pengadilan Tinggi TUN.
15) Biaya perkara banding untuk Pengadilan Tinggi
TUN harus disampaikan melalui bank Pemerintah
yang telah ditentukan atau kantor pos, dan tanda
bukti pengiriman uang harus dikirim bersamaan
dengan pengiriman berkas yang bersangkutan.
16) Pencabutan permohonan banding diajukan kepada
Ketua Pengadilan TUN dan ditandatangani oleh
Pembanding (harus diketahui oleh prinsipal apabila
permohonan banding diajukan oleh kuasanya,
dengan menyertakan akta Panitera.
17) Pencabutan permohonan banding harus segera
dikirim oleh Panitera ke Pengadilan Tinggi TUN
disertai akta pencabutan yang ditandatangani oleh
Panitera.

11

c. Pendaftaran Perkara Kasasi


1) Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda
Perkara sebagai petugas pada meja/loket pertama
yang menerima pendaftaran terhadap permohonan
kasasi.
2) Permohonan kasasi dapat diajukan di kepaniteraan
Pengadilan TUN dalam waktu 14 (empat belas) hari
kalender keesokan harinya setelah putusan
Pengadilan Tinggi TUN diberitahukan kepada para
pihak. Apabila hari ke 14 jatuh pada hari Sabtu,
Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke 14
jatuh pada hari kerja berikutnya.
3) Permohonan kasasi yang tidak memenuhi syaratsyarat formal atau permohonan kasasi terhadap
perkara TUN yang objek gugatannya berupa
keputusan pejabat daerah yang jangkauan
keputusannya berlaku di wilayah daerah yang
bersangkutan, dinyatakan tidak dapat diterima
dengan Surat Keterangan Ketua Pengadilan TUN
atau Ketua Pengadilan Tinggi TUN sebagai
Pengadilan Tk I, dan berkas perkaranya tidak
dikirimkan ke Mahkamah Agung. Namun
permohonan tersebut tetap dicatat oleh Petugas
yang bertanggung jawab untuk menerima
pendaftaran permohonan kasasi ke dalam Register
Perkara Kasasi (Pasal 45A Undang-undang tentang
PERATUN).
4) Ketua Pengadilan TUN menetapkan panjar biaya
perkara kasasi yang dituangkan dalam SKUM, yang
diperuntukkan :
a) Biaya pencatatan pernyataan kasasi.
b) Besarnya biaya kasasi yang ditetapkan oleh
Ketua Mahkamah Agung RI ditambah biaya
pengiriman melalui bank ke rekening Mahkamah
Agung.
c) Biaya pengiriman berkas perkara ke Mahkamah
Agung.
12

d) Biaya Pemberitahuan (BP) :


(1) BP pernyataan kasasi.
(2) BP memori kasasi.
(3) BP kontra memori kasasi.
(4) BP amar putusan kasasi kepada pemohon.
(5) BP amar putusan kasasi kepada termohon.
5) SKUM dibuat dalam rangkap tiga :
a) Lembar pertama untuk pemohon.
b) Lembar kedua untuk Kasir.
c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas
perkara.
6) Menyerahkan SKUM kepada pihak yang
bersangkutan agar membayar uang panjar yang
tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan
TUN.
7) Kasir
setelah
menerima
pembayaran
menandatangani dan membubuhkan stempel lunas
pada SKUM.
8) Pernyataan kasasi dapat diterima apabila panjar
biaya perkara kasasi yang ditentukan dalam SKUM
telah dibayar lunas.
9) Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya
perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada
buku jurnal keuangan perkara.
10) Apabila panjar biaya kasasi telah dibayar lunas,
maka Pengadilan pada hari itu juga wajib membuat
akta pernyataan kasasi yang dilampirkan pada
berkas perkara dan mencatat permohonan kasasi
tersebut dalam Register Induk Perkara TUN dan
Register Permohonan Kasasi.
11) Permohonan kasasi dalam waktu 7 (tujuh) hari
kalender harus telah disampaikan kepada pihak
lawan.
12) Memori kasasi, harus telah diterima di kepaniteraan
Pengadilan TUN selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari kalender terhitung sejak keesokan hari

13

setelah pernyataan kasasi. Apabila hari ke 14 jatuh


pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka
penentuan hari ke 14 jatuh pada hari kerja
berikutnya.
13) Panitera wajib memberikan tanda terima atas
penerimaan memori kasasi, dan dalam waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender
salinan memori kasasi tersebut disampaikan kepada
pihak lawan.
14) Kontra memori kasasi harus sudah diterima di
kepaniteraan Pengadilan TUN selambat-lambatnya
14 (empat belas) hari kalender sesudah
disampaikannya memori kasasi.
15) Terhadap permohonan kasasi yang diajukan
melampaui tenggang waktu tersebut di atas tetap
dicatat dan Panitera membuat surat keterangan
bahwa permohonan kasasi telah lewat waktu.
16) Dalam waktu 65 hari sejak permohonan kasasi
diajukan, berkas kasasi berupa bundel A dan B
harus sudah dikirim ke Mahkamah Agung.
17) Biaya permohonan kasasi untuk Mahkamah Agung
harus dikirim oleh kasir melalui bank BRI Cabang
Veteran, Jl. Veteran Raya No.8 Jakarta Pusat ;
Rekening Nomor 31.46.0370.0 dan bukti
pengirimannya dilampirkan dalam berkas perkara
yang bersangkutan.
18) Tanggal penerimaan memori dan kontra memori
kasasi harus dicatat dalam Buku Register Induk
Perkara TUN dan Register Permohonan Kasasi.
19) Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah
Agung wajib dikirim ke Mahkamah Agung.
20) Pencabutan permohonan kasasi diajukan kepada
Ketua Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan
TUN yang ditandatangani oleh Pemohon kasasi.
Apabila pencabutan permohonan kasasi diajukan
oleh kuasanya, maka harus diketahui oleh prinsipal.

14

21) Pencabutan permohonan kasasi harus segera


dikirim oleh Panitera ke Mahkamah Agung disertai
akta pencabutan permohonan kasasi yang
ditandatangani oleh Panitera.
d. Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali
1) Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda
Perkara sebagai petugas pada meja pertama/loket
pertama yang menerima pendaftaran terhadap
permohonan peninjauan kembali.
2) Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan
dalam waktu 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender, dalam hal :
a) Apabila putusan didasarkan pada suatu
kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau
didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh
Hakim pidana dinyatakan palsu adalah sejak
diketahui kebohongan atau tipu muslihat atau
sejak putusan Hakim pidana memperoleh
kekuatan hukum tetap, dan tetap diberitahukan
kepada pihak yang berperkara.
b) Apabila setelah perkara diputus ditemukan
surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang
pada waktu perkara diperiksa tidak dapat
ditemukan adalah sejak ditemukan surat-surat
bukti, yang hari serta tanggal ditemukannya
harus dinyatakan dibawah sumpah dan disahkan
oleh pejabat yang berwenang.
c) Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak
dituntut atau lebih dari pada yang dituntut
apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan
belum diputus tanpa dipertimbangkan sebabsebabnya, dan apabila antara pihak-pihak yang
sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh Pengadilan yang sama atau
sama tingkatannya telah diberikan putusan yang
bertentangan satu dengan yang lain adalah sejak

15

putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan


telah diberitahukan kepada para pihak yang
berperkara.
d) Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu
kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang
nyata adalah sejak putusan yang terakhir dan
bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum
tetap dan telah diberitahukan kepada pihak yang
berperkara.
3) Permohonan peninjauan kembali yang diajukan
melampaui tenggang waktu, tidak dapat diterima
dan berkas perkara tidak perlu dikirimkan ke
Mahkamah Agung dengan Penetapan Ketua
Pengadilan TUN. Apabila hari ke 14 jatuh pada hari
Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari
ke 14 jatuh pada hari kerja berikutnya.
4) Panjar biaya perkara peninjauan
dituangkan dalam SKUM, terdiri dari :

kembali

a) Biaya perkara peninjauan kembali yang telah


ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung.
b) Biaya pengiriman uang.
c) Biaya pengiriman berkas.
d) Biaya Pemberitahuan (BP) berupa :
(1) BP pernyataan penijauan kembali dan
alasan peninjauan kembali.
(2) BP penyampaian salinan putusan kepada
Pemohon peninjauan kembali.
(3) BP penyampaian amar putusan kepada
Termohon peninjauan kembali.
5) SKUM dibuat dalam rangkap tiga:
a) Lembar pertama untuk pemohon.
b) Lembar kedua untuk kasir.
c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas
permohonan.
6) Menyerahkan SKUM kepada pihak yang
bersangkutan agar membayar uang panjar yang

16

tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan


TUN.
7) Kasir
setelah
menerima
pembayaran
menandatangani dan membubuhkan stempel lunas
pada SKUM.
8) Permohonan peninjauan kembali dapat diterima
apabila panjar yang ditentukan dalam SKUM oleh
meja pertama telah dibayar lunas.
9) Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya
perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada
buku jurnal keuangan perkara.
10) Apabila panjar biaya peninjauan kembali telah
dibayar lunas, maka Pengadilan pada hari itu juga
wajib membuat akta pernyataan peninjauan kembali
yang dilampirkan pada berkas perkara dan mencatat
permohonan peninjauan kembali tersebut dalam
Register Induk Perkara TUN dan Register
Peninjauan Kembali.
11) Selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari, Panitera
Pengadilan wajib memberitahukan tentang
permohonan peninjauan kembali kepada pihak
lawannya, dengan memberikan/mengirimkan salinan
permohonan peninjauan kembali beserta alasanalasannya kepada pihak lawan.
12) Jawaban/tanggapan atas alasan peninjauan kembali
harus telah diterima di kepaniteraan Pengadilan
TUN selambat-lambatnya 30 hari sejak alasan
peninjauan kembali disampaikan kepadanya.
13) Jawaban/tanggapan atas alasan peninjauan kembali
yang diterima di kepaniteraan Pengadilan TUN
harus dibubuhi hari dan tanggal penerimaan yang
dinyatakan di atas surat jawaban tersebut.
14) Dalam waktu 30 hari setelah menerima jawaban
tersebut, berkas peninjauan kembali berupa bundel
A dan B harus dikirim ke Mahkamah Agung.
15) Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah
Agung, agar dikirim ke Mahkamah Agung.

17

16) Pencabutan permohonan peninjauan kembali


diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung melalui
Ketua Pengadilan TUN yang ditandatangani oleh
Pemohon peninjauan kembali. Apabila diajukan
oleh kuasanya harus diketahui oleh prinsipal.
17) Pencabutan permohonan peninjauan kembali harus
segera dikirim oleh Panitera ke Mahkamah Agung
disertai akta pencabutan yang ditandatangani oleh
Panitera.
e. Administrasi Biaya Perkara
1) Biaya perkara terdiri dari :
a) Biaya proses perkara.
b) Hak-hak kepaniteraan.
2) Biaya proses perkara terdiri dari pengeluaran yang
diperlukan untuk penyelenggaraan peradilan yang
meliputi biaya-biaya panggilan, pemberitahuan,
pemeriksaan setempat, sumpah, saksi, ahli,
penerjemah, eksekusi dan lain-lain harus dicatat
dengan tertib dalam masing-masing buku jurnal.
3) Hak-hak kepaniteraan terdiri dari biaya materai,
redaksi, leges, pencatatan banding, pencatatan
kasasi, pencatatan peninjauan kembali, dan lain-lain
yang akan ditetapkan dalam peraturan Mahkamah
Agung, adalah pendapatan negara.
4) Kasir melaksanakan tugas-tugas administrasi biaya
perkara.
5) Biaya pencatatan permohonan banding, kasasi, dan
peninjauan kembali dikeluarkan pada saat setelah
diterimanya panjar biaya perkara.
6) Biaya materai dan redaksi dikeluarkan pada saat
perkara diputus.
7) Pengeluaran uang perkara untuk keperluan lainnya
di dalam ruang lingkup hak-hak kepaniteraan
dilakukan menurut ketentuan yang berlaku.

18

8) Satu minggu sekali kasir harus menyerahkan uang


hak-hak kepaniteraan kepada bendaharawan
penerima untuk disetorkan kepada kas negara.
Setiap penyerahan besarnya uang agar dicatat
dalam kolom 13 KI-T6, dengan dibubuhi tanggal
dan tandatangan serta nama bendaharawan
penerima.
9) Biaya-biaya perkara dikeluarkan berdasarkan
keperluan sesuai dengan jenis kegiatan.
10) Kasir mencatat penerimaan dan pengeluaran uang
setiap hari, dalam buku jurnal yang bersangkutan
dan mencatat dalam Buku Kas Bantu yang dibuat
rangkap dua, lembar pertama disimpan di kasir,
sedangkan lembar kedua diserahkan kepada
Panitera sebagai laporan.
11) Panitera atau staf Panitera yang ditunjuk dengan
surat keputusan Ketua Pengadilan TUN mencatat
dalam buku induk keuangan yang bersangkutan.
12) Buku Keuangan perkara terdiri dari :
a) Jurnal Perkara Gugatan.
b) Jurnal Permohonan Banding.
c) Jurnal Permohonan Kasasi.
d) Jurnal Permohonan Peninjauan Kembali.
e) Jurnal Permohonan Eksekusi.
f) Buku Induk Keuangan Perkara TUN.
g) Buku Induk Keuangan Eksekusi.
h) Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan.
13) Buku Jurnal Keuangan Perkara dipergunakan untuk
mencatat semua kegiatan penerimaan dan
pengeluaran biaya untuk setiap perkara.
14) Buku jurnal diberi nomor halaman, dan setiap
nomor halaman digunakan 2 halaman muka,
halaman pertama dan terakhir ditandatangani Ketua
Pengadilan TUN, dan halaman lainnya di paraf.
15) Banyaknya halaman pada setiap buku jurnal, dan
adanya tandatangan serta paraf Ketua Pengadilan

19

TUN tersebut diterangkan dengan jelas oleh Ketua


Pengadilan TUN dan keterangan tersebut
ditandatangani Ketua Pengadilan TUN.
16) Buku Induk Keuangan Perkara, digunakan untuk
mencatat kegiatan penerimaan dan pengeluran dari
seluruh perkara (kecuali perkara permohonan
eksekusi), dan dicatat menurut urutan tanggal
penerimaan dan pengeluaran dalam buku jurnal
yang terkait, dimulai setiap awal bulan dan ditutup
pada akhir bulan.
17) Penerimaan dan pengeluaran biaya eksekusi yang
dicatat dalam buku jurnal eksekusi menurut urutan
tanggal penerimaan dan pengeluaran dimasukkan
ke dalam Buku Induk Keuangan Eksekusi.
18) Banyaknya halaman Buku induk keuangan perkara
harus diterangkan dengan jelas, sedangkan setiap
halaman pertama dan halaman terakhir harus
dibubuhi tanda tangan Ketua pengadilan TUN, dan
halaman lainnya cukup dibubuhi paraf.
19) Penutupan Buku Induk Keuangan Perkara
dilakukan oleh Panitera dan diketahui Ketua
Pengadilan TUN.
20) Pada setiap penutupan buku induk keuangan
tersebut, harus dijelaskan keadaan uang menurut
buku kas, keadaan uang yang ada dalam brankas
maupun yang disimpan dalam bank serta uraian
secara terperinci.
21) Apabila terdapat selisih antara jumlah uang
menurut buku kas dengan uang kas sesungguhnya,
maka harus dijelaskan alasan terjadinya selisih
tersebut.
22) Ketua Pengadilan TUN sebelum menandatangani
Buku Induk Keuangan, harus meneliti kebenaran
keadaan uang menurut buku kas dan menurut
keadaan yang nyata, baik dalam brankas maupun
yang disimpan di bank, dengan disertai bukti
penyimpanan uang di bank.

20

23) Ketua Pengadilan TUN setiap saat dapat


memerintahkan Panitera untuk menutup Buku
Induk Keuangan, dan meneliti kebenaran setiap
penerimaan dan pengeluaran uang perkara, sesuai
dengan buku jurnal yang berkaitan, dan meneliti
keadaan uang menurut buku kas dan uang nyata
yang ada dalam brankas maupun yang disimpan di
bank disertai buktinya.
24) Penutupan Buku Induk Keuangan Perkara atas
dasar
perintah
Ketua
Pengadilan
TUN,
sebagaimana tersebut di atas, hendaknya dilakukan
minimal 3 (tiga) bulan sekali yang dilakukan secara
mendadak, dengan dibuatkan berita acara
pemeriksaan.
25) Buku penerimaan Uang Hak-Hak Kepaniteraan,
digunakan untuk mencatat penerimaan uang hakhak kepaniteraan dan dalam kolom keterangan diisi
dengan tanggal, jumlah uang yang disetor, serta
tanda tangan dan nama bendaharawan penerima.
26) Buku jurnal dan Buku Induk Keuangan setiap tahun
harus diganti, tidak boleh digabung dengan tahun
sebelumnya.
2.

PERSIAPAN PERSIDANGAN
a. Penunjukan Majelis Hakim
1) Berkas perkara yang sudah dicatat dalam register
perkara, selambat-lambatnya dalam waktu 14
(empat belas) hari Ketua Pengadilan TUN
menetapkan Majelis Hakim untuk mengadili
perkaranya.
2) Majelis Hakim harus terdiri dari 3 orang Hakim
atau lebih dengan jumlah ganjil (kecuali undangundang menentukan lain), dengan ketentuan :
a)

Ketua Pengadilan TUN dan Wakil Ketua


Pengadilan TUN menjadi Ketua Majelis dalam
suatu perkara.

21

b) Ketua Majelis adalah Hakim senior dan


mempunyai kemampuan menurut penilaian
Ketua Pengadilan TUN.
c) Susunan Majelis Hakim hendaknya ditetapkan
secara tetap untuk jangka waktu tertentu.
d) Untuk memeriksa perkara-perkara tertentu,
Ketua Pengadilan TUN dapat membentuk
majelis khusus.
e) Majelis Hakim dibantu oleh seorang Panitera
Pengganti.
3) Petugas meja kedua/loket kedua mencatat
penunjukan Majelis Hakim dalam register perkara.
4) Apabila telah ditunjuk Majelis dan Panitera
Penggantinya, petugas meja kedua/loket kedua
mencatat penunjukan tersebut dalam kolom register
induk.
5) Berkas perkara yang sudah ditetapkan Majelis
Hakimnya, segera diserahkan kepada Majelis
Hakim yang ditunjuk, setelah dilengkapi dengan
formulir Penetapan Hari Sidang.
b. Penetapan Hari Sidang
1) Panitera Muda Perkara dalam waktu 3 hari kerja
wajib menyerahkan berkas perkara yang sudah
dilampiri penetapan hari sidang kepada Ketua
Majelis/Hakim yang telah ditunjuk.
2) Hakim/Majelis Hakim mempelajari berkas, dan
dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari kalender
sudah harus menetapkan hari sidang pertama.
3) Penetapan hari sidang pertama, penundaan
persidangan beserta alasan penundaan berdasarkan
laporan Panitera Pengganti setelah persidangan,
harus dicatat dalam buku register perkara dengan
tertib.
4) Setiap Hakim/Majelis harus mempunyai jadwal
persidangan yang lengkap.

22

5) Penetapan hari sidang selalu dimusyawarahkan


dengan sesama anggota Majelis Hakim dan dicatat
dalam buku agenda masing-masing.
6) Ketua Majelis dalam menentukan hari sidang harus
mempertimbangkan jauh dekatnya tempat tinggal
kedua belah pihak dari tempat persidangan. Jangka
waktu antara pemanggilan dan hari sidang tidak
boleh kurang dari 6 hari (Pasal 64 Undang-undang
tentag PERATUN).
7) Hakim dalam pemeriksaan acara cepat, dalam
menentukan hari sidang harus memperhatikan
tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian
bagi kedua belah pihak, lamanya tidak boleh
melebihi 14 hari (Pasal 99 ayat 3 Undang-undang
tentang PERATUN).
c. Panggilan Para Pihak
Panggilan terhadap para pihak untuk menghadiri sidang
dilakukan dengan surat tercatat yang dikirim oleh
Panitera Pengadilan atau oleh Juru Sita Pengadilan
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Panggilan terhadap para pihak dianggap sah apabila
masing-masing telah menerima surat panggilan
yang dikirim dengan surat tercatat dan/atau
menerima panggilan melalui Juru Sita Pengadilan.
2) Dalam hal salah satu pihak berkedudukan atau
berada di luar wilayah Republik Indonesia, Ketua
Pengadilan TUN atau Ketua Pengadilan Tinggi
TUN selaku Pengadilan tingkat pertama melakukan
pemanggilan dengan cara meneruskan Surat
Penetapan hari sidang beserta salinan gugatan
kepada Departemen Luar Negeri Republik
Indonesia cq. Dirjen Protokol dan Konsuler.
Departemen Luar Negeri segera menyampaikan
surat penetapan hari sidang beserta salinan gugatan
melalui Perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri dalam wilayah tempat yang bersangkutan

23

berkedudukan atau berada. Petugas Perwakilan


Republik Indonesia dalam Jangka waktu 7 hari
sejak dilakukan pemanggilan tersebut, wajib
memberi laporan kepada Pengadilan yang
bersangkutan.
3.

PERSIDANGAN
a)

Perkara TUN harus diputus dan diminutasi dalam


waktu 6 bulan. Jika melampaui jangka waktu tersebut,
maka
Hakim/Ketua
Majelis
melaporkan
keterlambatan tersebut beserta alasannya kepada
Ketua Pengadilan Tinggi TUN melalui Ketua
Pengadilan TUN dengan tembusan kepada Ketua
Mahkamah Agung.

b) Sidang Pengadilan selalu harus dimulai pada jam


09.00. Kalau keadaan luar biasa, sidang dapat dimulai
pada waktu yang lain, namun hal itu harus
diumumkan terlebih dahulu.
c)

Apabila sidang yang telah ditentukan tidak dapat


terlaksana karena sesuatu hal, maka sesegera mungkin
hal itu harus diumumkan.

d) Apabila Ketua Majelis yang ditunjuk berhalangan


tetap untuk bersidang, maka Ketua Pengadilan TUN
menunjuk Ketua Majelis yang baru dengan Penetapan.
e)

Apabila salah seorang Hakim anggota majelis


berhalangan sementara, maka dapat ditunjuk Hakim
lain sebagai pengganti, dan apabila berhalangan tetap,
maka Ketua Pengadilan menunjuk Hakim lain sebagai
pengganti dengan penetapan.

f)

Sidang Pengadilan selalu harus dilaksanakan di ruang


sidang, kecuali dalam hal dilakukan pemeriksaan di
tempat.

g) Sidang pemeriksaan perkara TUN harus terbuka untuk


umum. Persidangan dapat dinyatakan tertutup untuk
umum dalam hal perkara menyangkut ketertiban
umum atau keselamatan negara (Pasal 70 ayat 1 dan 2
Undang-undang tentang PERATUN).

24

h) Hakim/Ketua
Majelis
bertanggungjawab
atas
ketepatan pemeriksaan perkara yang dipercayakan
kepadanya, dan agar pemeriksaan perkara berjalan
teratur, tertib dan lancar, maka sebelum pemeriksaan
dimulai harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan.
a. Berita Acara Sidang
1) Hakim/Ketua Majelis bertanggungjawab atas
pembuatan dan kebenaran berita
acara
persidangan dan menandatanganinya bersamasama dengan Panitera Pengganti yang ikut
bersidang sebelum sidang berikutnya.
2) Panitera Pengganti yang ikut bersidang wajib
membuat berita acara sidang yang memuat segala
sesuatu yang terjadi di persidangan, yaitu
mengenai susunan persidangan, siapa-siapa yang
hadir, serta jalannya pemeriksaan perkara tersebut
dengan lengkap dan jelas.
3) Pada waktu musyawarah semua berita acara harus
sudah selesai diketik, dan ditandatangani sehingga
dapat dipakai sebagai bahan musyawarah oleh
Majelis Hakim yang bersangkutan.
4) Perkembangan suatu perkara yang disidangkan
harus dilaporkan oleh Panitera Pengganti kepada
Panitera dan dicatat dalam buku register yang
disediakan untuk itu.
5) Apabila Ketua Majelis atau Hakim Ketua Sidang
dalam pemeriksaan acara cepat berhalangam
menandatangani berita acara persidangan (BAP)
dan/atau putusan, maka BAP atau putusan tersebut
ditandatangani oleh Ketua Pengadilan TUN
dengan menyatakan berhalangannya Ketua
Majelis atau Hakim Ketua Sidang dalam
pemeriksaan acara cepat tersebut (Pasal 109 ayat 4
Undang-undang tentang PERATUN).

25

6) Apabila Panitera Pengganti yang ikut sidang


berhalangan menandatangani BAP dan/atau
putusan, maka BAP atau putusan tersebut
ditandatangani oleh Panitera Pengadilan TUN
dengan menyatakan berhalangannya Panitera
Pengganti tersebut.
b. Rapat Permusyawaratan
1) Rapat permusyawaratan Hakim bersifat rahasia
(Pasal 19 ayat 3 UU No.4 Tahun 2004).
2) Ketua Majelis mempersilahkan Hakim anggota II
untuk mengemukakan pendapatnya, disusul oleh
Hakim anggota I dan terakhir Ketua Majelis akan
menyampaikan pendapatnya. Semua pendapat
harus dikemukakan dengan argumentasi yuridis
yang jelas.
3) Dalam sidang permusyawaratan, setiap Hakim
wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat
tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa
dan dalam hal tidak dicapai mufakat, pendapat
Hakim yang berbeda wajib dimuat dalam putusan
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
putusan.
c. Putusan
1) Putusan sedapat mungkin diambil dengan suara
bulat. Apabila mengenai sesuatu masalah terdapat
perbedaan pendapat yang sangat berlainan (dalam
hal ada tiga pendapat yang berlainan dalam satu
majelis), maka masalah tersebut dapat dibawa
kepada Ketua Pengadilan TUN untuk dicarikan
jalan ke luar.
2) Pada waktu putusan diucapkan, konsep putusan
yang lengkap harus sudah siap, yang segera
setelah putusan diucapkan akan diserahkan kepada
Panitera Pengganti untuk diminutasi dalam waktu
selambat-lambatnya 30 hari sesudah putusan

26

diucapkan (Pasal 109 ayat 3 Undang-undang


tentang PERATUN).
d) Minutasi Perkara
Hakim/Ketua
Majelis
bertanggungjawab
ketepatan batas waktu minutasi perkara.
4.

atas

BERKAS
a. Bundel A
Dalam hal putusan telah berkekuatan hukum tetap, agar
segera dibuat pemberkasan oleh petugas meja tiga/loket
tiga. Putusan tersebut segera dilekatkan dengan berkasberkas perkara yang disebut Bundel A.
Bundel A adalah merupakan himpunan surat-surat
yang diawali dengan surat gugatan dan semua kegiatan
proses penyidangan/pemeriksaan perkara tersebut yang
selalu disimpan di Pengadilan TUN yang terdiri dari :
1) Surat Gugatan.
2) Surat-surat :
a) Panggilan.
b) Penetapan Dismissal oleh Ketua (bila ada).
c) Penetapan beracara dengan cuma-cuma (bila
ada).
d) Permohonan perlawanan (bila ada).
e) Penetapan penundaan pelaksanaan Keputusan
TUN obyek sengketa oleh Ketua Pengadilan
TUN atau oleh Hakim dalam pemeriksaan
acara cepat atau oleh Majelis Hakim (bila ada).
3) Penetapan penunjukan Hakim/Majelis Hakim dan
Panitera Pengganti.
4) Penetapan pemeriksaan persiapan.
5) Penetapan pemeriksaan Persidangan
6) Berita acara pemeriksaan persiapan, berita acara
sidang (jawaban, replik, duplik, dan kesimpulan,
dimasukkan dalam kesatuan berita acara).

27

7) Surat kuasa dari para pihak (bila memakai kuasa).


8) Lampiran-lampiran surat yang diajukan oleh para
pihak (bila ada).
9) Surat-surat bukti Penggugat.
10) Surat-surat bukti Tergugat.
11) Surat-surat bukti Tergugat Intervensi/Penggugat
Intervensi (bila ada).
12) Tanggapan bukti-bukti Tergugat dari Penggugat.
13) Tanggapan bukti-bukti Penggugat dari Tergugat.
14) Tanggapan bukti-bukti Tergugat Intervensi/
Penggugat Intervensi (bila ada).
15) Berita acara pemeriksaan setempat (bila ada).
16) Surat-surat lainnya.
b. Bundel B untuk Banding
Bundel B yang berkaitan dengan permohonan banding
yang pada akhirnya akan menjadi arsip berkas pada
Pengadilan Tinggi TUN, adalah merupakan himpunan
surat-surat perkara yang diawali dengan permohonan
pernyataan banding serta semua kegiatan berkenaan
dengan adanya permohonan banding, yang terdiri dari :
1) Salinan putusan Pengadilan TUN.
2) Akta banding.
3) Akta pemberitahuan banding.
4) Tanda terima memori banding (bila ada).
5) Pemberitahuan penyerahan memori banding (bila
ada).
6) Tanda terima kontra memori banding (bila ada).
7) Pemberitahuan penyerahan kontra memori banding
(bila ada).
8) Pemberitahuan memberi kesempatan pihak-pihak
untuk melihat, membaca dan memeriksa berkas
perkara (inzage).
9) Surat kuasa khusus (kalau ada kuasa)
10) Tanda bukti pengiriman ongkos perkara banding.

28

c. Bundel B untuk Kasasi


Bundel B yang akan menjadi arsip berkas perkara kasasi
pada Mahkamah Agung, terdiri dari :
1) Relaas-relaas pemberitahuan isi putusan banding
atau isi putusan Pengadilan Tinggi TUN sebagai
Pengadilan tingkat pertama kepada para pihak.
2) Akta permohonan kasasi.
3) Surat kuasa khusus dari Pemohon kasasi (bila ada).
4) Memori kasasi.
5) Relaas pemberitahuan kasasi kepada pihak lawan.
6) Relaas pemberitahuan memori kasasi kepada pihak
lawan.
7) Kontra memori kasasi (bila ada).
8) Relaas pemberitahuan kontra memori kasasi kepada
pihak lawan.
9) Salinan putusan Pengadilan TUN.
10) Salinan putusan banding (apabila yang diajukan
kasasi adalah putusan Pengadilan Tinggi TUN
sebagai Pengadilan tingkat pertama, maka yang
disertakan salinan putusan Pengadilan Tinggi TUN
sebagai Pengadilan tingkat pertama).
11) Tanda bukti setoran biaya kasasi yang sah dari
bank.
12) Surat-surat lain (bila ada).
d. Bundel B untuk Peninjauan Kembali
Bundel B yang akan menjadi arsip berkas perkara
peninjauan kembali pada Mahkamah Agung terdiri dari:
1) Relaas pemberitahuan isi putusan Pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap.
2) Akta permohonan peninjauan kembali.
3) Surat permohonan peninjauan kembali, dilampiri
dengan surat bukti.
4) Tanda terima permohonan peninjauan kembali.
5) Surat kuasa khusus (bila ada).
6) Berita acara sumpah dalam hal ada novum.

29

7) Surat pemberitahuan dan penyerahan salinan


permohonan peninjauan kembali kepada pihak
lawan.
8) Jawaban surat permohonan peninjauan kembali.
9) Salinan putusan Pengadilan TUN.
10) Salinan putusan Pengadilan Tinggi TUN.
11) Salinan putusan Mahkamah Agung.
12) Tanda bukti setoran biaya dari bank.
13) Surat-surat lain (bila ada).
Catatan :

5.

Untuk mengantisipasi hilangnya berkas


perkara, maka berita acara hendaknya
dibuat 2 (dua) rangkap.

REGISTER, LAPORAN, DAN PENGARSIPAN


a. Register Perkara
1) Register Induk Perkara TUN harus ditandatangani
pada halaman pertama dan halaman terakhir, serta
dibubuhi paraf pada tiap-tiap halaman dengan
menyebutkan jumlah halamannya oleh Ketua
Pengadilan TUN yang bersangutan.
2) Pencatatan perkara dalam buku register harus
dilakukan dengan tertib dan cermat.
3) Buku register yang berkaitan dengan buku jurnal,
terdiri dari :
a) Register Induk Perkara.
b) Register Perkara Gugatan/Perlawanan terhadap
penetapan dismissal.
c) Register Permohonan Banding.
d) Register Permohonan Kasasi.
e) Register Permohonan Peninjauan Kembali.
f) Register Eksekusi.
4) Buku register yang tidak berkaitan dengan buku
jurnal, terdiri dari :

30

5)

6)
7)

8)

a) Register Pengawasan terhadap Pelaksanaan


Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap.
b) Register Pengawasan terhadap Dipatuhinya
Perintah Hakim dalam Penetapan Penundaan
Pelaksanaan Surat Keputusan Objek Sengketa;
c) Register Bantu.
Register Induk harus memuat seluruh data perkara
dalam tingkat pertama, banding, kasasi, peninjauan
kembali dan eksekusi.
Buku register setiap tahun harus diganti, tidak
boleh digabung dengan tahun sebelumnya.
Register perkara Gugatan dan Perlawanan terhadap
penetapan dismissal ditutup setiap bulan, nomor
urut setiap bulan dimulai dari nomor 1, sedangkan
nomor perkara berlanjut untuk satu tahun.
Cara Penutupan :
a) Penutupan register setiap akhir bulan,
ditandatangani oleh petugas register, dengan
perincian sebagai berikut :
Sisa bulan lalu : . Perkara
Masuk bulan ini : . Perkara
Putus bulan ini : . Perkara
Sisa bulan ini
: . Perkara
b) Penutupan register setiap akhir tahun, ditandatangani oleh Panitera dan diketahui oleh Ketua
Pengadilan TUN, dengan perincian sebagai
berikut :
Sisa tahun lalu : . Perkara
Masuk tahun ini : . Perkara
Putus tahun ini : . Perkara
Sisa tahun ini
: . Perkara
Register banding, kasasi, peninjauan kembali dan
eksekusi ditutup oleh Panitera serta diketahui Ketua
Pengadilan TUN setiap akhir tahun dengan
rekapitulasi sebagai berikut :
Sisa tahun lalu
: . Perkara

31

Masuk tahun ini


Putus tahun ini
Sisa akhir :
a. Sudah dikirim
b. Belum dikirim

: . Perkara
: . Perkara
: . Perkara
: . Perkara

b. Laporan
1) Pengadilan TUN berkewajiban membuat laporan
tentang keadaan perkara, keuangan perkara dan
kegiatan Hakim, dengan jenis laporan :
a) Laporan keadaan perkara.
b) Laporan perkara yang dimohonkan banding.
c) Laporan perkara yang dimohonkan kasasi.
d) Laporan perkara yang dimohonkan peninjauan
kembali.
e) Laporan perkara yang dimohonkan eksekusi
serta pelaksanaannya.
f) Laporan tentang kegiatan hakim.
g) Laporan tentang kegiatan Panitera/Panitera
Pengganti.
h) Laporan keuangan perkara.
i) Laporan jenis perkara.
2) Asli laporan dikirim kepada Ketua Pengadilan
Tinggi TUN yang bersangkutan, dengan tembusan
dikirimkan kepada Mahkamah Agung RI.
3) Laporan keadaan perkara, keuangan perkara, dan
jenis perkara dibuat pada setiap akhir bulan dan
sudah harus diterima oleh Pengadilan Tinggi TUN
atau Mahkamah Agung pada tanggal 15 bulan
berikutnya.
4) Laporan keadaan perkara yang dimohonkan
banding, kasasi, peninjauan kembali dan eksekusi
dibuat setiap 4 (empat) bulan, yaitu pada akhir
bulan April, Agustus dan Desember.
5) Laporan tentang kegiatan Hakim dibuat setiap 6
(enam) bulan, yaitu pada akhir bulan Juni dan
Desember.

32

6) Isi Laporan keadaan perkara :


a) Laporan tentang keadaan perkara sejak diterima
sampai diputus dan diminutasi.
b) Laporan keadaan perkara yang dimohonkan
banding mulai tanggal putusan, tanggal
permohonan banding, sampai tanggal pengiriman
berkas perkara ke Pengadilan Tinggi TUN, dan
juga mengenai perkara yang dimohonkan
banding tetapi tidak memenuhi syarat tenggang
waktu banding.
Perkara-perkara banding yang telah dikirim ke
Pengadilan Tinggi TUN tetapi belum diterima
kembali oleh Pengadilan TUN harus tetap
dilaporkan.
c) Laporan perkara yang dimohonkan kasasi, berisi
tentang keadaan perkara yang dimohonkan
kasasi, mulai tanggal penerimaan berkas dari
Pengadilan Tinggi TUN sampai dengan tanggal
pengiriman berkas perkara ke Mahkamah
Agung.
Perkara-perkara kasasi yang telah dikirim ke
Mahkamah Agung tetapi belum diterima
kembali oleh Pengadilan TUN harus tetap
dilaporkan.
d) Laporan perkara yang dimohonkan peninjauan
kembali, berisi tentang keadaan perkara yang
dimohonkan peninjauan kembali, mulai tanggal
penerimaan berkas dari Mahkamah Agung atau
Pengadilan Tinggi TUN sampai dengan tanggal
pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung
dan juga mengenai perkara yang dimohonkan
peninjauan kembali namun tidak memenuhi
syarat tenggang waktu peninjauan kembali.
Perkara-perkara peninjauan kembali yang telah
dikirim ke Mahkamah Agung tetapi belum
diterima kembali oleh Pengadilan TUN harus
tetap dilaporkan.
e) Laporan keadaan perkara yang dimohonkan
eksekusi berisi tentang keadaan perkara yang
33

dimohonkan
eksekusi,
mulai
tanggal
permohonan eksekusi sampai dengan selesainya
eksekusi.
f) Laporan kegiatan Hakim, berisi tentang jumlah
perkara yang diterima, diputus, dan sisa perkara
serta jumlah perkara yang sudah maupun yang
belum diminutasi.
g) Laporan kegiatan Panitera/Panitera Pengganti
berisi tentang jumlah perkara yang diterima,
diputus dan yang sudah maupun belum
diminutasi.
h) Laporan tentang keadaan keuangan perkara,
data-datanya harus sesuai dengan buku induk
keuangan perkara.
7) Dalam setiap laporan terhadap perkara yang belum
dikirim harus pula disebutkan alasannya dalam
kolom keterangan. Perkara sebagaimana tersebut
pada angka 6 huruf b) sampai dengan e) di atas,
tetap dilaporkan dalam setiap laporan sampai
perkara diputus/selesai.
8) Laporan-laporan dalam point 6.a) hingga 6.g)
adalah laporan yang bersifat evaluasi, sehingga
laporan-laporan tersebut dapat dipantau tentang
kegiatan para pejabat peradilan secara keseluruhan,
baik Hakim maupun pejabat kepaniteraan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan jalannya
peradilan.
9) Laporan dalam point 6.f adalah laporan yang
semata-mata bersifat data tentang :
a) Jumlah dan jenis perkara.
b) Jumlah putusan.
c) Sisa perkara yang belum diputus pada setiap
akhir bulan.
c. Arsip Perkara
1) Setelah putusan dikirim ke para pihak, maka
petugas meja ketiga/loket ketiga menyimpan berkas
perkara untuk keperluan arsip.

34

2) Secara umum berkas perkara dapat dibedakan atas


2 (dua) jenis, yaitu :
a) Berkas yang masih berjalan (aktif) yakni berkas
perkara yang telah diputus dan diminutasi, tetapi
masih dalam kasasi, peninjauan kembali dan
masih memerlukan penyelesaian akhir.
b) Arsip berkas perkara (non aktif) yakni berkas
perkara yang telah selesai dalam arti mempunyai
kekuatan hukum tetap.
3) Berkas perkara yang masih berjalan (aktif) dikelola
pada kepaniteraan perkara/petugas meja ketiga,
sementara arsip berkas perkara yang sudah tidak
aktif
dipindahkan
pengelolaannya
pada
kepaniteraan hukum.
4) Pembenahan dan penataan berkas perkara dan arsip
berkas perkara dilakukan dalam 3 (tiga) tahap
yakni:
a) Tahap Pertama
1) Pendataan semua berkas perkara dengan
memisahkan berkas perkara yang masih
berjalan dan arsip berkas perkara;
2) Berkas yang masih berjalan disusun secara
vertikal/horizontal sesuai dengan situasi dan
kondisi ruang;
3) Penataan arsip berkas perkara dimasukkan
dalam sampul/box dengan diberikan catatan:
a) Nomor urut box.
b) Tahun perkara.
c) Jenis perkara.
d) Nomor urut perkara.
b) Tahap Kedua
Pembenahan dan penataan arsip berkas perkara
tahap kedua dilakukan oleh kepaniteraan
hukum, dengan cara :
1) Membuat daftar isi yang ditempel dalam
box.
2) Arsip yang telah disusun menurut jenis
perkara, dipisahkan menurut klasifikasi

35

3)
4)

perkaranya dan disimpan dalam box


tersendiri.
Menyimpan box arsip berkas perkara dalam
rak (lemari).
Membuat daftar isi rak (D.I.R.) dan daftar
isi lemari (D.I.L.).

c) Tahap Ketiga
Pembenahan dan penataan arsip berkas perkara
tahap ketiga dilakukan oleh kepaniteraan hukum
dengan cara :
1) Memisahkan berkas perkara yang sudah
mencapai masa untuk dihapus;
2) Menyimpan arsip berkas perkara yang telah
dimasukkan dalam box/sampul untuk
disimpan dalam rak/lemari;
3) Pembenahan dan penataan arsip berkas
perkara agar dilaporkan oleh Ketua
Pengadilan TUN kepada Ketua Pengadilan
Tinggi TUN dan Ketua Mahkamah Agung
RI, baik secara berkala maupun insidentil.
5) Pengadilan juga dapat menyimpan berkas perkara
dalam bentuk lain, seperti pada pita magnetik,
disket, CD, flasdisk, atau media lainnya.

B. PENGADILAN TINGGI TUN


1.

PENERIMAAN PERKARA
a. Pendaftaran
1) Petugas pada meja pertama/loket pertama
menerima berkas perkara banding yang dikirim
oleh Pengadilan TUN dan meneliti kelengkapan
berkas perkara tersebut serta apabila terdapat
36

kekurangan, Panitera meminta kekurangan tersebut


kepada Pengadilan TUN pengaju.
2) Petugas pada meja pertama/loket pertama mengirim
salinan memori/kontra memori banding yang
diterima oleh Pengadilan Tinggi TUN kepada
Pengadilan TUN untuk disampaikan kepada pihak
lawan.
3) Petugas pada meja pertama/loket pertama
menerima
kembali
relaas
pemberitahuan/
penyerahan salinan memori/kontra memori banding
dari Pengadilan TUN.
4) Petugas pada meja kedua/loket kedua kemudian
mendaftarkan perkara dalam Buku Register Perkara
Banding setelah biaya perkara diterima oleh kasir
dan dicatat dalam buku jurnal.
5) Nomor perkara harus sama dengan nomor perkara
dalam buku jurnal;
6) Pengisian kolom-kolom buku register
dilaksanakan dengan tertib dan cermat.

harus

7) Berkas perkara yang diterima hendaknya


dilengkapi dengan formulir penetapan majelis
Hakim, disampaikan kepada Wakil Panitera untuk
diserahkan kepada Ketua Pengadilan Tinggi TUN
melalui Panitera.
8) Perkara yang sudah ditetapkan Majelis Hakimnya,
segera diserahkan kepada Majelis Hakim yang
ditunjuk, dan mencatat pembagian perkara tersebut
dengan tertib.
9) Pelaksanaan tugas-tugas pada meja pertama/ loket
pertama dan meja kedua/loket kedua dilakukan
oleh sub kepaniteraan perkara dan berada langsung
di bawah pengawasan Wakil Panitera.
Catatan :
Untuk pelaksanaan penyelenggaraan administrasi
perkara pada Pengadilan Tinggi TUN sebagai

37

Pengadilan tingkat pertama, sama dengan teknis


administrasi perkara pada Pengadilan TUN dengan
penyesuaian seperlunya.
b. Administrasi Biaya Perkara
1) Kasir menerima dan membukukan uang panjar
perkara banding yang diterima dari Pengadilan
TUN dalam buku jurnal keuangan perkara banding.
2) Pencatatan penerimaan biaya perkara dalam buku
jurnal dan pemberian nomor perkara, dilaksanakan
setelah berkas perkara diterima.
3) Biaya administrasi dikeluarkan bersamaan dengan
pencatatan penerimaan biaya perkara tersebut.
4) Biaya materai dan redaksi, dikeluarkan dari biaya
perkara pada waktu perkara diputus.
5) Buku keuangan perkara terdiri dari :
(a) Jurnal Keuangan Perkara.
(b) Buku Induk Keuangan Perkara.
(c) Buku
Penerimaam
Uang
Hak-Hak
Kepaniteraan.
6) Buku Jurnal Keuangan Perkara, digunakan untuk
mencatat semua kegiatan penerimaan dan
pengeluaran biaya untuk setiap perkara, dimulai
dari penerimaan biaya perkara dan ditutup pada
tanggal perkara diputus.
7) Buku jurnal diberi nomor halaman, untuk setiap
nomor halaman digunakan 2 halaman muka,
dengan halaman pertama dan halaman terakhir
ditandatangani Ketua Pengadilan Tinggi TUN dan
halaman lainnya diparaf.
8) Banyaknya halaman pada setiap buku jurnal, dan
adanya tanda tangan serta paraf Ketua Pengadilan
Tinggi TUN tersebut diterangkan dengan jelas oleh
Ketua Pengadilan Tinggi TUN, dan keterangan
tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengadilan
Tinggi TUN.

38

9) Buku Induk Keuangan Perkara, digunakan untuk


mencatat kegiatan penerimaan dan pengeluaran dari
seluruh perkara, dan dicatat menurut urutan tanggal
penerimaan dan pengeluaran dalam buku jurnal
yang terkait, dimulai setiap awal bulan dan ditutup
pada akhir bulan.
10) Banyaknya halaman buku induk keuangan perkara
harus diterangkan dengan jelas, sedangkan setiap
halaman pertama dan halaman terakhir harus
dibubuhi tandatangan Ketua Pengadilan Tinggi
TUN dan halaman lainnya cukup diparaf.
11) Penutupan buku induk keuangan perkara dilakukan
oleh Panitera dan diketahui Ketua Pengadilan
Tinggi TUN.
12) Pada setiap penutupan buku induk keuangan
tersebut, harus dijelaskan keadaan uang menurut
buku kas, keadaan uang yang ada dalam brankas
maupun yang disimpan di bank, serta uraian secara
terperinci.
13) Apabila terdapat selisih antara jumlah uang
menurut buku kas dengan uang kas sesungguhnya,
maka harus dijelaskan alasan terjadinya selisih
tersebut.
14) Ketua
Pengadilan Tinggi TUN
sebelum
menandatangani buku induk keuangan, harus
meneliti kebenaran keadaan uang menurut buku kas
dan menurut keadaan yang nyata, baik dalam
brankas maupun yang disimpan di bank, dengan
disertai bukti penyimpanan uang di bank.
15) Ketua Pengadilan Tinggi TUN setiap saat dapat
memerintahkan Panitera untuk menutup buku induk
keuangan, dan meneliti kebenaran setiap
penerimaan dan pengeluaran uang perkara, sesuai
dengan buku jurnal yang berkaitan dan meneliti
keadaan uang menurut buku kas dan uang yang
ada dalam brankas maupun yang disimpan di bank,
disertai buktinya.

39

16) Penutupan buku induk keuangan perkara atas dasar


perintah Ketua Pengadilan Tinggi TUN,
sebagaimana tersebut di atas hendaknya dilakukan
minimal 3 (tiga) bulan sekali yang dilakukan
secara mendadak, dengan dibuatkan berita acara
pemeriksaan.
17) Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan,
digunakan untuk mencatat penerimaan uang hakhak Kepaniteraan dan dalam kolom keterangan
diisi dengan tanggal, jumlah uang yang disetor,
serta tanda tangan dan nama Bendaharawan
Penerima.
18) Buku Jurnal dan buku induk keuangan setiap tahun
harus diganti, tidak boleh digabung dengan tahun
sebelumnya.
2. PERSIAPAN PERSIDANGAN
a. Setelah berkas diperiksa kelengkapannya, maka oleh
meja kedua/loket kedua perkara yang masuk didaftarkan
ke dalam buku register perkara sesuai dengan urutan
tanggal penerimaan.
b. Berkas perkara yang diterima dilengkapi dengan
formulir penetapan Majelis Hakim, disampaikan oleh
meja kedua/loket kedua kepada Wakil Panitera untuk
diserahkan kepada Ketua Pengadilan Tinggi TUN
melalui Panitera.
c. Perkara yang sudah ditetapkan Majelis Hakimnya dan
Panitera Penggantinya oleh meja kedua/loket kedua
segera diserahkan kepada Majelis Hakim yang ditunjuk
dan mencatat pembagian perkara tersebut dengan tertib.
3. PERSIDANGAN
a. Dalam hal Pengadilan Tinggi TUN melakukan
pemeriksaan sendiri baik dalam tingkat banding
maupun sebagai pengadilan tingkat pertama, maka
Panitera atau Panitera Pengganti membantu Hakim

40

dengan menghadiri dan mencatat jalannya sidang,


kemudian setiap selesai sidang Panitera atau Panitera
Pengganti wajib menyusun berita acara dan
menyampaikannya kepada Ketua Majelis sebelum hari
persidangan berikutnya.
b. Dalam hal perkara telah diputus oleh Majelis Hakim
banding, maka salinan putusan beserta berkas perkara
dikirimkan kembali oleh Panitera Pengadilan Tinggi
TUN ke Pengadilan TUN.
c. Panitera Pengadilan Tinggi TUN dalam waktu 30 hari
mengirimkan salinan putusan tingkat banding beserta
surat pemeriksaan dan surat lain ke Pengadilan TUN
yang memutus dalam pemeriksaan tingkat pertama
(Pasal 127 ayat 4 Undang-undang tentang PERATUN).
4. BERKAS
Bundel B yang berkaitan dengan permohonan banding
yang pada akhirnya akan menjadi arsip berkas Pengadilan
Tinggi TUN adalah merupakan himpunan surat-surat
perkara yang diawali dengan permohonan pernyataan
banding serta semua kegiatan yang berkenaan dengan
adanya permohonan banding yang terdiri dari :
a. Salinan putusan Pengadilan TUN.
b. Akta banding.
c. Akta pemberitahuan banding.
d. Pemberitahuan penyerahan memori banding.
e. Pemberitahuan penyerahan kontra memori banding.
f. Pemberitahuan memberi kesempatan pihak-pihak untuk
melihat, membaca dan memeriksa (inzage) berkas
perkara.
g. Surat kuasa khusus (kalau ada kuasa).
h. Tanda bukti pengiriman ongkos perkara banding.
5. REGISTER, LAPORAN, DAN PENGARSIPAN
a. Register Perkara

41

Register perkara TUN harus memuat seluruh data-data


perkara, dan pengisiannya dilaksanakan dengan tertib
dan cermat.
Buku Jurnal dan Buku Induk Keuangan Pengadilan
Tinggi TUN harus ditandatangani pada halaman 1 dan
halaman terakhir, serta dibubuhi paraf pada tiap-tiap
halaman dengan menyebutkan jumlah halamannya oleh
Ketua Pengadilan Tinggi TUN.
b. Laporan
1) Pengadilan Tinggi TUN wajib membuat laporan
tentang keadaan perkara dan keuangan perkara
setiap bulan, serta laporan kegiatan Hakim setiap 6
(enam) bulan.
2) Macam Laporan :
a) Laporan Keadaan Perkara.
b) Laporan Kegiatan Hakim.
c) Laporan Keuangan Perkara.
3) Pengadilan Tinggi TUN membuat evaluasi atas
laporan bulanan keadaan perkara yang berasal dari
seluruh Pengadilan TUN di wilayah hukumnya
untuk disampaikan kepada Mahkamah Agung.
4) Pengadilan Tinggi TUN membuat rekapitulasi setiap
akhir tahun atas laporan dari seluruh Pengadilan
TUN di wilayah hukumnya tentang keadaan perkara
banding, kasasi, peninjauan kembali dan jenis
perkara serta mengirimkan kepada Mahkamah
Agung.
c. Arsip Perkara
1) Setelah putusan dikirim ke Pengadilan TUN, maka
petugas meja ketiga/loket ketiga menyimpan berkas
perkara untuk keperluan arsip.
2) Secara umum berkas perkara dapat dibedakan atas 2
(dua) jenis, yaitu :
a) Berkas yang masih berjalan (aktif) yakni berkas
perkara yang telah diputus dan diminutasi, tetapi

42

masih dalam kasasi, peninjauan kembali dan


masih memerlukan penyelesaian akhir.
b) Arsip berkas perkara (non aktif) yakni berkas
perkara yang telah selesai dalam arti
mempunyai kekuatan hukum tetap.
3) Berkas perkara yang masih berjalan (aktif) dikelola
pada kepaniteraan perkara/petugas meja ketiga,
sementara arsip berkas perkara yang sudah tidak
aktif dipindahkan pengelolaannya pada kepaniteraan
hukum.
4) Pembenahan dan penataan berkas perkara dan arsip
berkas perkara dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yakni:
a) Tahap Pertama
(1) Pendataan semua berkas perkara dengan
memisahkan berkas perkara yang masih
berjalan dan arsip berkas perkara.
(2) Berkas yang masih berjalan disusun secara
vertikal/horizontal sesuai dengan situasi dan
kondisi ruang.
(3) Penataan arsip berkas perkara dimasukkan
dalam sampul/box dengan diberikan catatan :
(a) Nomor urut box.
(b) Tahun perkara.
(c) Jenis perkara.
(d) Nomor urut perkara.
b) Tahap Kedua
Pembenahan dan penataan arsip berkas perkara
tahap kedua dilakukan oleh kepaniteraan
hukum, dengan cara :
(1) Membuat daftar isi yang ditempel dalam
box.
(2) Arsip yang telah disusun menurut jenis
perkara, dipisahkan menurut klasifikasi
perkaranya dan disimpan dalam box
tersendiri.
(3) Menyimpan box arsip berkas perkara dalam
rak (lemari).
43

(4) Membuat daftar isi rak (D.I.R.) dan daftar


isi lemari (D.I.L.).
c) Tahap Ketiga
Pembenahan dan penataan arsip berkas perkara
tahap ketiga dilakukan oleh kepaniteraan hukum
dengan cara :
(1) Memisahkan berkas perkara yang sudah
mencapai masa untuk dihapus.
(2) Menyimpan arsip berkas perkara yang telah
dimasukkan dalam box/sampul untuk
disimpan dalam rak/lemari.
(3) Pembenahan dan penataan arsip berkas
perkara agar dilaporkan oleh Ketua
Pengadilan Tinggi TUN kepada Ketua
Mahkamah Agung RI, baik secara berkala
maupun insidentil.
5) Pengadilan Tinggi TUN juga dapat menyimpan
berkas perkara dalam bentuk lain, seperti pada pita
magnetik, disket, CD, flasdisk, atau media lainnya.

II. TEKNIS PERADILAN


A. GUGATAN
1.

Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap


badan atau Pejabat TUN dan diajukan ke Pengadilan
untuk mendapatkan putusan (Pasal 1 butir 5 Undangundang tentang PERATUN).

2.

Tuntutan pokok dalam gugatan adalah agar Keputusan


TUN yang menjadi obyek sengketa dinyatakan batal atau
tidak sah, dan tuntutan tambahan berupa ganti rugi
dan/atau rehabilitasi (Pasal 53 ayat 1 Undang-undang
tentang PERATUN).

3.

Dasar atau alasan mengajukan gugatan adalah :


a. Keputusan TUN yang digugat bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

44

b. Keputusan TUN yang digugat bertentangan dengan


asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB).
B. PERKARA PRODEO
1.

Penggugat yang tidak mampu, dapat mengajukan gugatan


secara prodeo. Keadaan tidak mampu itu harus dibuktikan
dengan surat keterangan kepala desa/kelurahan yang
bersangkutan. Dalam register perkara hal itu dicatat.
Semua penerimaan dan pengeluaran meskipun nihil harus
tetap dicatat dalam jurnal.

2.

Sebelum suatu gugatan dicatat dalam buku register,


Penggugat terlebih dahulu harus mengajukan permohonan
berperkara secara prodeo, yang apabila dikabulkan, Hakim
membuat penetapan tentang ijin berperkara secara prodeo,
setelah sebelumnya pihak lawan diberi kesempatan untuk
menanggapi permohonan tersebut. Perihal pemberian ijin
beracara secara prodeo berlaku untuk masing-masing
tingkat peradilan secara sendiri-sendiri dan tidak dapat
diberikan untuk semua tingkat peradilan sekaligus.

3.

Penetapan tentang ijin berperkara secara prodeo tidak


dapat diajukan upaya hukum apapun.

4.

Untuk tingkat banding agar diperhatikan ketentuan Pasal


12, 13, dan 14 UU No.20 Tahun 1947.

C. OBYEK GUGATAN
1.

Keputusan TUN (Pasal 1 butir 3 Undang-undang tentang


PERATUN), yaitu suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN yang berisi
tindakan hukum TUN berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.

2.

Keputusan fiktif-negatif (Pasal 3 Undang-undang tentang


PERATUN), yaitu sikap diam Badan/Pejabat TUN yang
tidak mengeluarkan Keputusan TUN yang dimohonkan
oleh orang atau badan hukum perdata sedangkan hal

45

tersebut menjadi kewajiban ataupun kewenangannya.


Sifat permohonannya haruslah berupa Keputusan TUN
sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1 butir 3 Undangundang tentang PERATUN dan bukan permohonan yang
sekedar bersifat informasi.
Penerapan ketentuan keputusan fiktif-negatif :

3.

a.

Apabila ditentukan jangka waktu untuk memproses


permohonan, dianggap ada penolakan jika jangka
waktu yang ditentukan tersebut telah lewat
Badan/Pejabat TUN tidak memprosesnya.

b.

Apabila tidak ditentukan jangka waktu untuk


memproses permohonan, dianggap ada penolakan
setelah lewat jangka waktu 4 (empat) bulan sejak
diterimanya permohonan.

c.

Apabila terbukti sikap diam yang dilakukan oleh


Badan/Pejabat TUN cacat hukum, maka Pengadilan
mewajibkan agar Badan/Pejabat TUN tersebut
menerbitkan Keputusan TUN sesuai prosedur
perundang-undangan yang berlaku.

d.

Hakim harus membuktikan mengenai cacat


hukumnya, apakah melanggar perundang-undangan
yang berlaku atau melanggar AAUPB.

e.

Amar putusan dalam gugatan fiktif-negatif


mewajibkan Tergugat untuk memproses permohonan
Penggugat yang didiamkan oleh Tergugat menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f.

Amar putusan dalam gugatan fiktif-negatif tidak


selalu mengabulkan permohonan Penggugat, tetapi
dapat juga menolak permohonan Penggugat.

Keputusan TUN yang melalui upaya administrasi (Pasal


48 Undang-undang tentang PERATUN) :
a.

Apabila peraturan perundang-undangan mengatur


penyelesaian sengketa TUN melalui upaya
administrasi terlebih dahulu, maka sengketa TUN
tersebut
harus diselesaikan melalui
upaya

46

administrasi
yang
pemerintahan.

tersedia

di

lingkungan

b.

Pengadilan TUN baru berwenang memeriksa,


memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN tersebut
jika seluruh upaya administrasi telah digunakan.

c.

Upaya administrasi adalah prosedur yang harus


ditempuh oleh seseorang atau badan hukum perdata
apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan TUN.

d.

Upaya administrasi di lingkungan pemerintahan


meliputi :
1) Upaya keberatan (administratief bezwaar).
2) Banding administrasi (administratief beroep)

e.

Upaya keberatan adalah pengajuan surat keberatan


yang ditujukan kepada Badan/Pejabat TUN yang
mengeluarkan Keputusan (penetapan/beschikking)
semula.
Apabila peraturan dasarnya hanya menentukan
adanya upaya administrasi berupa pengajuan surat
keberatan, maka gugatan terhadap Keputusan TUN
diajukan kepada Pengadilan TUN.

f.

Banding administrasi adalah pengajuan surat banding


administrasi yang ditujukan kepada atasan Pejabat
atau instansi lain dari Badan/Pejabat TUN yang
mengeluarkan
Keputusan
yang
berwenang
memeriksa
ulang
Keputusan
TUN
yang
disengketakan.
Apabila peraturan dasarnya menentukan ada upaya
administrasi yang berupa pengajuan surat banding
administrasi, maka gugatan terhadap Keputusan TUN
yang telah diputus dalam tingkat banding
administrasi tersebut diajukan kepada Pengadilan
Tinggi TUN dalam tingkat pertama yang berwenang.

4.

Keputusan TUN yang tidak boleh diperiksa oleh


Pengadilan TUN sesuai Pasal 49 Undang-undang tentang
PERATUN adalah :

47

5.

a.

Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan


bencana alam, atau keadaan
luar biasa yang
membahayakan, berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.

b.

Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum


berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, antara lain sebagaimana yang disebutkan di
dalam penjelasan pasal tersebut.

Keputusan TUN yang bukan obyek sengketa TUN (Pasal


2 Undang-undang tentang PERATUN), yaitu :
a. Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum
perdata.
b. Keputusan TUN yang merupakan pengaturan yang
bersifat umum.
c. Keputusan TUN yang
masih
memerlukan
persetujuan.
d. Keputusan TUN yang dikeluarkan berdasarkan
ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana atau
peraturan perundang-undangan lain yang bersifat
hukum pidana.
e. Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Keputusan TUN mengenai Tata Usaha Tentara
Nasional Indonesia.
g. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat
maupun di daerah mengenai hasil Pemilihan Umum.
Keputusan-keputusan Pejabat yang termasuk dalam
kategori Pasal 49 dan Pasal 2 tersebut di atas, dapat
digugat melalui Peradilan Umum mendasarkan Pasal
1365 KUH Perdata, yaitu perbuatan melawan hukum oleh
penguasa (Onrechtmatige Overheidsdaad), dengan
petitum yang sesuai dengan kewenangan Hakim perdata.

48

D. SUBYEK GUGATAN
1.

PENGGUGAT
a. Penggugat, adalah orang atau badan hukum perdata
yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Keputusan TUN (Pasal 53 ayat 1 Undang-undang
tentang PERATUN).
b. Apabila Penggugat meninggal dunia, ahli warisnya
dapat melanjutkan gugatan sepanjang dapat
membuktikan ada kepentingan untuk itu.
c. Pejabat TUN dapat menjadi Penggugat bertindak
mewakili instansi Pejabat TUN tersebut dalam
mempermasalahkan prosedur penerbitan Keputusan
TUN yang ditujukan kepada instansi pemerintah yang
bersangkutan.
Misalnya mengajukan gugatan terhadap Keputusan
TUN tentang pencabutan Surat Ijin Penghunian (SIP)
yang ditempati instansi pemerintah, mengajukan
gugatan terhadap Keputusan TUN yang berisi perintah
bongkar bangunan milik instansi pemerintah,
mengajukan gugatan terhadap pembatalan sertipikat
tanah milik instansi pemerintah, dan sebagainya.

2.

TERGUGAT
Tergugat adalah Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau
yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang
atau badan hukum perdata (Pasal 1 butir 6 Undang-undang
tentang PERATUN), kecuali dalam hal adanya gugatan
Intervensi.
Pengertian Badan/Pejabat TUN adalah Badan/Pejabat
yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1
butir 2 Undang-undang tentang PERATUN).
Pengertian urusan pemerintahan adalah kegiatan yang
bersifat eksekutif. Kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan
yang bersifat eksekutif terutama yang masuk dalam

49

pengertian kegiatan legislatif dan yudikatif tidak masuk di


dalam pengertian urusan pemerintahan.
Pengertian berdasarkan peraturan perundang-undangan
yaitu semua peraturan yang bersifat mengikat secara
umum yang dikeluarkan Badan Perwakilan Rakyat
bersama pemerintah baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah, serta semua keputusan Badan/Pejabat
TUN, baik di tingkat pusat maupun daerah, yang juga
bersifat mengikat secara umum.
E. SURAT KUASA
1.

Surat kuasa khusus harus memuat secara jelas dan rinci


mengenai hal-hal yang dikuasakan dengan menyebutkan
pihak-pihak yang berperkara, Keputusan TUN objek
sengketa dan tahapan-tahapan tingkat pemeriksaannya.
Khusus bagi Tergugat harus menyebutkan nomor
perkaranya (Pasal 57 Undang-undang tentang PERATUN,
Pasal 1792 KUH Perdata, SEMA No.2 Tahun 1991, SEMA
No.6 Tahun 1994).

2.

Surat kuasa khusus dapat dibuat sekaligus untuk


pemeriksaan tingkat pertama, banding, kasasi, peninjauan
kembali asalkan hal-hal yang dikuasakan itu diuraikan
secara jelas dan rinci.

3.

Tergugat (Badan/Pejabat TUN) dapat memberi :


a. Surat kuasa kepada advokat.
b. Surat tugas tanpa materai kepada Pejabat pada instansi
pemerintahan Badan/Pejabat TUN yang bersangkutan.

4.

Kuasa insidentil dapat diberikan ijin oleh Ketua


Pengadilan TUN kepada seseorang yang akan beracara di
Pengadilan TUN apabila dimohonkan, dengan syarat
seseorang tersebut mempunyai hubungan keluarga dengan
Penggugat yang dikuatkan oleh surat keterangan lurah dan
diketahui camat, dan mampu beracara di Pengadilan.

5.

Jaksa pengacara negara dapat bertindak sebagai kuasa


hukum dari Badan/Pejabat TUN hanya dalam rangka
menyelamatkan kekayaan negara dan menegakkan
kewibawaan pemerintah (Pasal 27 ayat 2 Undang-undang
50

tentang PERATUN dan Pasal 24 Keppres No.55 Tahun


1991).
6.

Biro Bantuan Hukum (BBH) atau Lembaga Bantuan


Hukum (LBH) dan Fakultas Hukum yang memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan dapat bertindak
sebagai kuasa Penggugat dalam perkara prodeo.

7.

Surat Kuasa harus ditandatangani oleh Pemberi Kuasa


sebagai bukti formal adanya persetujuan kedua belah pihak
dengan dibubuhi materai dan tanggal.

8.

Berakhirnya pemberian kuasa dapat terjadi karena :


a. Dicabut oleh Pemberi Kuasa.
b. Meninggalnya salah satu pihak.
c. Penerima Kuasa melepaskan kuasa atas kemauannya
sendiri (Pasal 1813 KUH Perdata).
d. Pemberi kuasa memberi kuasa kepada pihak lain dalam
perkara yang sama maka dengan sendirinya pemberian
kuasa pertama berakhir, kecuali ada klausul pada surat
kuasa yang baru bahwa kuasa yang lama tetap berlaku.

F. KOMPETENSI
1.

KOMPETENSI ABSOLUT
a. Kompetensi absolut Pengadilan TUN adalah
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa
TUN di tingkat pertama (Pasal 50 Undang-undang
tentang PERATUN).
b. Kompetensi absolut Pengadilan Tinggi TUN adalah :
1) Memeriksa dan memutus sengketa TUN di tingkat
banding.
2) Memeriksa dan memutus sengketa TUN di tingkat
pertama dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antar Pengadilan TUN di dalam daerah
hukumnya.
3) Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan di tingkat
pertama sengketa TUN sebagaimana dimaksud oleh
Pasal 48 Undang-undang tentang PERATUN.

51

Catatan :

Pasal 9A Undang-undang tentang PERATUN


beserta penjelasannya menyatakan, di lingkungan
Peradilan TUN dapat diadakan pengkhususan
yang diatur dengan undang-undang. Yang
dimaksud pengkhususan adalah deferensiasi
atau spesialisasi di lingkungan Peradilan TUN,
misalnya pengadilan pajak.
Kompetensi absolut pengadilan pajak adalah
memeriksa dan memutus sengketa pajak,
sebagaimana yang ditentukan dalam Undangundang tentang Pengadilan Pajak (UU NO.14
Tahun 2002).

2.

KOMPETENSI RELATIF
Kompetensi relatif Pengadilan TUN diatur dalam Pasal 54
Undang-undang tentang PERATUN, sebagai berikut :
a. Gugatan sengketa TUN diajukan kepada Pengadilan
TUN yang berwenang yang meliputi tempat kedudukan
Tergugat.
b. Apabila Tergugat lebih dari satu Badan/Pejabat TUN
dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum
Pengadilan, gugatan diajukan kepada Pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah
satu Badan/Pejabat TUN.
c. Dalam hal tempat kedudukan Tergugat tidak berada
dalam daerah hukum Pengadilan tempat kediaman
Penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke Pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
Penggugat untuk selanjutnya diteruskan kepada
Pengadilan yang bersangkutan.
d. Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa
TUN yang bersangkutan yang diatur dengan peraturan
pemerintah, gugatan dapat diajukan kepada Pengadilan
yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi
tempat kediaman Penggugat.

52

e. Apabila Penggugat dan Tergugat berkedudukan atau


berada di luar negeri, gugatan diajukan pada
Pengadilan di Jakarta.
f. Apabila Tergugat berkedudukan di dalam negeri dan
Penggugat di luar negeri, gugatan diajukan kepada
Pengadilan di tempat kedudukan Tergugat.
G. PROSES DISMISSAL
1.

2.

3.

4.
5.

Ketua Pengadilan memutuskan dengan suatu penetapan


yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan
bahwa gugatan yang diajukan dinyatakan tidak diterima
atau tidak berdasar sesuai yang ditentukan dalam Pasal 62
Undang-undang tentang PERATUN (proses dismissal),
dalam hal :
a. Pokok gugatan nyata-nyata tidak termasuk dalam
wewenang Pengadilan.
b. Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
Undang-undang tentang PERATUN tidak terpenuhi
oleh Penggugat sekalipun ia telah diberitahu dan
diperingatkan.
c. Gugatan tersebut tidak berdasarkan pada alasan-alasan
yang layak.
d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah
terpenuhi oleh Keputusan TUN yang digugat.
e. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat
waktunya.
Apabila dipandang perlu Ketua Pengadilan berwenang
memanggil dan mendengar keterangan para pihak sebelum
mengeluarkan penetapan dismissal.
Dalam melakukan dismissal Ketua Pengadilan diminta
agar tidak mudah menggunakan Pasal 62 tersebut, kecuali
mengenai Pasal 62 ayat (1) butir a dan b Undang-undang
tentang PERATUN.
Dalam pemeriksaan dismissal, Ketua Pengadilan dapat
menunjuk seorang Hakim sebagai raporteur (raportir).
Penetapan Dismissal ditanda tangani oleh Ketua
Pengadilan dan Panitera / Wakil Panitera.

53

6.
7.

8.

9.

Wakil Ketua Pengadilan dapat menandatangani penetapan


dismissal dalam hal Ketua Pengadilan berhalangan.
Pemeriksaan dismissal dilakukan secara singkat dalam
rapat permusyawaratan (Pasal 62 ayat 1 Undang-undang
tentang PERATUN).
Gugatan perlawanan terhadap penetapan dismissal juga
diperiksa secara singkat (Pasal 62 ayat 4 Undang-undang
tentang PERATUN).
Ketua Pengadilan dapat melakukan dismissal terhadap
sebagian petitum gugatan (dismissal parsial). Ketentuan
tentang perlawanan terhadap penetapan dismissal berlaku
terhadap penetapan dismissal parsial.

H. PENETAPAN PENUNDAAN
1.

Penundaan pelaksanaan terhadap Keputusan TUN


merupakan pengecualian dari asas presumptio iustae
causa, yaitu asas yang menyatakan bahwa setiap
Keputusan Badan/Pejabat TUN dianggap sah oleh
karenanya dapat dijalankan, kecuali ada keputusan lain
yang menyatakan batal atau tidak sah, atau ada putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang
membatalkan atau menyatakan tidak sah.

2.

Asas presumtio iustae causa dituangkan dalam Pasal 67


ayat (1) Undang-undang tentang PERATUN yang
menyatakan gugatan tidak menunda atau menghalangi
dilaksanakannya Keputusan Badan/Pejabat TUN serta
tindakan Badan/Pejabat TUN yang digugat.

3.

Dalam keadaan tertentu dari segi perlindungan hukum,


oleh ketentuan hukum acara TUN, Penggugat dapat
mengajukan permohonan agar pelaksanaan Keputusan
TUN ditunda selama pemeriksaan sengketa TUN sedang
berjalan sampai ada putusan Pengadilan yang memperoleh
kekuatan hukum tetap.

4.

Penjelasan Pasal 67 Undang-undang tentang PERATUN


menyatakan Pengadilan dapat mengabulkan permohonan
penundaan hanya apabila :

54

a. Terdapat keadaan yang sangat mendesak, yaitu jika


kerugian yang akan diderita Penggugat akan sangat
tidak seimbang dibanding dengan manfaat bagi
kepentingan
yang
akan
dilindungi
oleh
pelaksanaanKeputusan TUN tersebut; atau
b. Pelaksanaan Keputusan TUN yang digugat itu tidak
ada sangkut pautnya dengan kepentingan umum dalam
rangka pembangunan.
5. Kriteria yang dapat dipakai sebagai acuan Ketua/
Majelis Hakim/Hakim sebelum menerbitkan penetapan
penundaan terhadap pelaksanaan surat Keputusan TUN
obyek sengketa.
a. Obyek sengketanya adalah Keputusan TUN
(beschikking).
b. Penundaan harus diajukan oleh Penggugat, bukan atas
prakarsa Hakim.
c. Yang ditunda adalah daya berlakunya Keputusan TUN,
maka jika daya berlakunya Keputusan TUN
dihentikan, akibat hukumnya seluruh tindakan
pelaksanaan Keputusan TUN terhenti. Atas dasar itu,
tidak boleh menetapkan penundaan pelaksanaan
Keputusan TUN dengan hanya berlaku untuk sebagian
saja (secara parsial).
d. Perbuatan faktual yang menjadi isi Keputusan TUN
belum
dilaksanakan
secara
fisik,
misalnya
pembongkaran yang belum dilaksanakan. Namun
secara kasus per kasus, apabila perbuatan faktual yang
menjadi isi Keputusan TUN adalah perbuatan yang
berkelanjutan, misalnya penambangan batu bara,
penebangan kayu di areal HPH, dan semacam itu,
Keputusan
TUN
tersebut
meskipun
sudah
dilaksanakan secara fisik, atas permohonan Penggugat,
Ketua / Majelis Hakim / Hakim dapat mengabulkan
permohonan penundaan.
e. Penundaan dapat dikabulkan apabila kepentingan
Penggugat yang dirugikan tidak dapat atau sulit
dipulihkan oleh akibat Keputusan TUN yang digugat
terlanjur dilaksanakan.

55

f. Ada keadaan atau alasan yang sangat mendesak yang


menuntut Ketua/ Majelis Hakim/ Hakim untuk segera
mengambil sikap terhadap permohonan penundaan.
g. Sebelum mengabulkan permohonan penundaan,
secepat mungkin Tergugat diberitahu terlebih dulu
tentang adanya penundaan, dengan cara yang dapat
dibuktikan (faximili/e-mail).
h. Penundaan yang dimohonkan tidak menyangkut
kepentingan umum dalam rangka pembangunan.
i. Penetapan Penundaan yang dibuat, daya berlakunya
mengikat sampai dengan putusan pokok sengketanya
berkekuatan hukum tetap.
j. Penundaan tidak boleh ditetapkan dengan bersyarat
selama jangka waktu tertentu, misalnya dua atau tiga
bulan.
k. Mengingat kepentingan Penggugat yang dirugikan
oleh pelaksanaan Keputusan TUN yang digugat
kemungkinan baru timbul pada waktu proses
pemeriksaan di tingkat banding, Ketua/Majelis Hakim/
Hakim Pengadilan Tinggi TUN dapat menerbitkan
penetapan penundaan. Dalam hal ini harus dilihat dan
dipertimbangkan secara kasuistis.
l. Apabila permohonan penundaan diajukan, perkaranya
masih di tangan Ketua Pengadilan, penetapan
penundaan dapat dilakukan oleh Ketua Pengadilan dan
ditandatangani
oleh
Ketua
Pengadilan
dan
Panitera/Wakil Panitera.
m. Apabila permohonan penundaan diajukan, perkaranya
sudah diserahkan kepada Majelis Hakim / Hakim,
maka Majelis Hakim / Hakim dapat mengeluarkan
penetapan penundaan baik selama proses berjalan
maupun sebelum putusan akhir. Penetapan penundaan
ditandatangani oleh Majelis Hakim / Hakim.
n. Penundaan pelaksanaan Keputusan TUN, maupun
pencabutan penundaan pelaksanaan Keputusan TUN,
agar dituangkan dalam bentuk PENETAPAN, dan
terpisah dengan putusan akhir (sekalipun diucapkan
pada hari yang sama sebelum putusan akhir
diucapkan), tujuannya untuk menghindari agar
56

o.

p.

q.

r.

penetapan penundaan maupun pencabutan penetapan


penundaan tidak menempel terus pada pokok
perkaranya sampai dengan putusan berkekuatan
hukum tetap.
Penundaan pelaksanaan Keputusan TUN meliputi
penundaan tindakan-tindakan Pejabat TUN yang
terkait dengan Keputusan TUN yang ditunda
pelaksanaannya, seperti larangan diterbitkannya surat
Keputusan TUN yang baru mengenai hal yang sama.
Permohonan penundaan dapat diajukan sekaligus
dalam surat gugatan atau terpisah tetapi diajukan
bersamaan dengan gugatan, atau diajukan selambatlambatnya pada waktu Replik.
Penyampaian penetapan penundaan jika waktunya
sangat mendesak, dapat dilakukan dengan cara
pengiriman telegram/teleks/faximili ataupun dengan
kurir agar secepatnya sampai kepada yang
bersangkutan. Dalam hal pengiriman dengan telegram/
teleks/faximili yang dikirim cukup berupa ekstrak
penetapan. Penetapan selengkapnya dikirimkan
menyusul melalui Pos.
Penetapan penundaan yang tidak dipatuhi oleh
Tergugat, secara kasuistis dapat diterapkan Pasal 116
Undang-undang tentang PERATUN sebagaimana yang
diterapkan terhadap putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap.

I. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA SINGKAT


Pemeriksaan dengan acara singkat dilakukan untuk perkara
perlawanan atas penetapan dismissal yang dilaksanakan oleh
Majelis Hakim dalam sidang yang terbuka untuk umum.
Pemeriksaan terhadap perlawanan atas Penetapan Dismissal
tidak perlu sampai memeriksa materi gugatannya.
Dalam hal perlawanan ditolak maka bagi pelawan tidak
tersedia upaya hukum. Dalam hal perlawanan diterima, maka
pemeriksaan terhadap perkaranya dilakukan dengan acara biasa
oleh Majelis Hakim yang sama, dengan nomor perkara yang
sama.
57

J.

PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT


1.

Acara cepat dimohonkan kepada Ketua Pengadilan TUN


oleh Penggugat dengan alasan terdapat kepentingan
Penggugat yang cukup mendesak.

2.

Ketua Pengadilan TUN dalam jangka waktu 14 (empat


belas) hari setelah menerima permohonan mengeluarkan
penetapan yang berisi mengabulkan atau menolak
permohonan. Terhadap penetapan tersebut tidak dapat
digunakan upaya hukum.

3.

Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan Hakim


tunggal. Ketua Pengadilan TUN dapat menunjuk Hakim
tunggal yang memeriksa perkaranya.

4.

Ketua Pengadilan TUN/Hakim tunggal yang ditunjuk


memeriksa perkaranya, dalam jangka waktu 7 hari setelah
dikeluarkan penetapan, menentukan hari, tempat dan
waktu sidang tanpa melalui pemeriksaan persiapan.

5.

Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi


kedua belah pihak, masing-masing tidak melebihi 14 hari.

6.

Apabila karena sifat perkaranya yang sangat komplek,


sehingga batas waktu pemeriksaan dengan acara cepat
menurut ketentuan undang-undang dilampaui, maka
pemeriksaan dilakukan dengan acara biasa dengan cara
Hakim tunggal tersebut menyerahkan kembali kepada
Ketua Pengadilan untuk ditetapkan Majelis Hakim yang
memeriksa perkaranya.

7.

Dalam hal tertentu, acara cepat dimungkinkan diajukan


oleh Tergugat, dengan alasan ada kepentingan Tergugat
yang cukup mendesak.

K. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA


1.

PEMERIKSAAN PERSIAPAN
a. Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Hakim
wajib mengadakan pemeriksaan persiapan untuk
memperbaiki dan melengkapi gugatan Penggugat.
b. Dalam pemeriksaan persiapan, Hakim :

58

1) Wajib memberi nasihat kepada Penggugat untuk


memperbaiki gugatan dan melengkapinya dengan
data yang diperlukan dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak pemeriksaan persiapan
dilaksanakan.
Tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari untuk
perbaikan gugatan dalam pemeriksaan persiapan
janganlah diterapkan secara ketat. Hakim
hendaknya berlaku bijaksana dengan tidak begitu
saja menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima meskipun tenggang waktu 30 hari telah
dilampaui, kalau Penggugat baru sekali diberi
kesempatan untu memperbaiki gugatannya.
2) Meminta
Penggugat
untuk
melampirkan
Keputusan TUN yang digugat (kecuali jika obyek
gugatan berupa keputusan fiktif-negatif), dan
data-data awal yang menyangkut pokok
sengketanya bersama-sama dengan gugatan.
Apabila Penggugat tidak dapat melampirkan
keputusan TUN yang menjadi objek gugatan
disebabkan karena ada halangan dari pejabat,
maka Hakim memerintahkan pejabat yang
bersangkutan untuk menyerahkannya.
3) Dapat meminta penjelasan kepada Badan atau
Pejabat TUN yang bersangkutan.
4) Pemeriksaan persiapan dilakukan di ruang
musyawarah dalam sidang tertutup untuk umum,
dapat pula dilakukan di ruang kerja Hakim tanpa
memakai toga.
5) Pemeriksaan persiapan dapat dilakukan oleh
Hakim anggota yang ditunjuk sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Ketua
Majelis.
6) Dalam pemeriksaan persiapan dapat mendengar
keterangan Tergugat dan Penggugat, serta Pejabat
TUN lainnya.

59

7) Panitera Pengganti yang ditunjuk mengikuti


persidangan wajib membuat berita acara
pemeriksaan persiapan.
8) Dalam pemeriksaan persiapan dapat dilakukan
pemeriksaan setempat.
2.

PERSIDANGAN
Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua sidang
membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum.
Apabila sengketa yang sedang disidangkan menyangkut
ketertiban umum atau keselamatan negara, persidangan
dapat dinyatakan tertutup untuk umum.
(Pasal 70 Undang-undang tentang PERATUN).

3.

PENGUNDURAN SIDANG
a. Apabila suatu sengketa tidak dapat diperiksa pada
sidang pertama, pemeriksaan diundurkan sampai
sidang berikutnya dalam waktu yang tidak terlalu
lama, dengan memperhatikan waktu yang cukup dalam
hal ada pihak yang bertempat tinggal di luar wilayah
hukum Pengadilan tersebut.
b. Pengunduran sidang harus diucapkan di persidangan,
dan bagi mereka yang hadir, pemberitahuan
pengunduran sidang berlaku sebagai panggilan,
sedangkan bagi pihak yang tidak hadir dipanggil
dengan surat tercatat.
c. Pengunduran sidang diberitahukan oleh Panitera
Pengganti kepada petugas register perkara untuk
dicatat dalam register yang bersangkutan.

L. PERKARA GUGUR
1. Dalam hal Penggugat atau kuasanya tidak hadir di
persidangan pada hari pertama dan pada hari yang
ditentukan dalam panggilan yang kedua tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, meskipun setiap kali
dipanggil dengan patut, gugatan dinyatakan gugur dan

60

2.

Penggugat harus membayar biaya perkara (Pasal 71


Undang-undang tentang PERATUN).
Dalam hal gugatan dinyatakan gugur, Penggugat berhak
memasukan gugatannya sekali lagi sesudah membayar
uang muka biaya perkara sepanjang masih dalam batas
tenggang waktu gugatan sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 55 Undang-undang tentang PERATUN.

M. TERGUGAT TIDAK HADIR


Tergugat atau kuasanya yang tidak hadir di persidangan,
ketentuan Pasal 72 dan 73 Undang-undang tentang PERATUN
menentukan :
1. Dalam hal Tergugat atau kuasanya tidak hadir di
persidangan dua kali sidang berturut-turut dan/atau tidak
menanggapi gugatan tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan meskipun setiap kali telah
dipanggil dengan patut, maka Hakim ketua sidang dengan
surat penetapan meminta atasan Tergugat memerintahkan
Tergugat hadir dan/atau menanggapi gugatan.
2. Dalam hal setelah lewat 2 bulan sesudah dikirmkan
dengan surat tercatat dan/atau panggilan oleh Juru Sita,
penetapan tidak ditanggapi baik oleh atasan Tergugat
maupun oleh Tergugat, maka Hakim ketua sidang
menetapkan hari sidang berikutnya, dan pemeriksaan
sengketa dilanjutkan menurut acara biasa tanpa hadirnya
Tergugat.
3. Dalam hal terdapat lebih dari seorang Tergugat dan
seorang atau lebih diantara mereka atau kuasanya tidak
hadir di persidangan tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, pemeriksaan sengketa dapat
ditunda sampai hari sidang yang ditentukan oleh Hakim
ketua sidang.
4. Penundaan sidang diberitahukan kepada pihak yang hadir,
sedang terhadap pihak yang tidak hadir oleh Hakim ketua
sidang diperintahkan untuk dipanggil sekali lagi.

61

5. Apabila pada hari penundaan sidang Tergugat atau


kuasanya masih ada yang tidak hadir, sidang dilanjutkan
tanpa kehadirannya.
6. Meskipun persidangan dapat dilanjutkan tanpa hadirnya
Tergugat atau kuasanya, putusan terhadap pokok gugatan
dapat dijatuhkan hanya setelah pemeriksaan mengenai segi
pembuktiannya dilakukan secara tuntas.
N. PENCABUTAN GUGATAN
1. Sebelum Tergugat mengajukan jawaban, Penggugat dapat
sewaktu-waktu mencabut gugatannya.
Apabila Tergugat sudah memberikan jawaban, maka
pencabutan gugatan akan dikabulkan oleh Pengadilan
hanya apabila disetujui Tergugat.
2. Pencabutan gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan
TUN/Majelis Hakim/Hakim yang memeriksa perkaranya.
3. Apabila telah dikeluarkan penetapan penundaan
Keputusan TUN yang digugat, baik yang dikeluarkan oleh
Ketua Pengadilan TUN maupun oleh Majelis Hakim/
Hakim yang memeriksa perkaranya, maka di dalam
penetapan pencabutan gugatan dicantumkan pencabutan
penetapan penundaan pelaksanaan Keputusan TUN obyek
sengketa dan memerintahkan Panitera mencoret gugatan
dari register perkara.
4. Penetapan pencabutan gugatan diucapkan dalam
persidangan yang terbuka untuk umum dan dibuat berita
acara oleh Panitera Pengganti yang ditunjuk untuk
mengikuti persidangan.
O. INTERVENSI
1. Intervensi adalah pihak ketiga, yaitu orang atau badan
hukum perdata yang mempunyai kepentingan dalam
sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan
yang masuk sebagai pihak, baik atas prakarsa sendiri
dengan mengajukan permohonan, maupun atas prakarsa
Hakim.

62

2. Hakim wajib memanggil pihak ketiga tersebut di atas,


untuk masuk sebagai pihak, meskipun ia tidak mengajukan
permohonan. Hal ini untuk melindungi kepentingannya,
karena Pasal 118 yang mengatur mengenai perlawanan
pihak ketiga terhadap pelaksanaan putusan Pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap dicabut dari Undangundang tentang PERATUN.
3. Intervensi dapat dilakukan sejak masuknya perkara sampai
dengan duplik.
4. Permohonan intervensi diajukan dalam bentuk tertulis,
tidak perlu membayar biaya perkara, nomor perkaranya
sama dengan nomor gugatan ditambah kode intervensi
(INTV) pada akhir nomor perkaranya. Contoh :
80/G/2007/PTUN.JKT/INTV.
5. Permohonan dapat dikabulkan atau ditolak oleh
Pengadilan dengan putusan sela. Terhadap putusan sela
tersebut pihak pemohon dapat mengajukan banding
bersama dengan pokok perkara.
6. Dalam hal permohonan ditolak dan Pemohon mengajukan
banding, sedangkan Pengadilan Tinggi berpendapat
intervensi dikabulkan, maka dapat ditempuh 2 (dua) cara :
a. Pengadilan Tinggi mengeluarkan putusan sela sebelum
memutus pokok perkara yang amarnya memerintahkan
kepada Pengadilan TUN yang bersangkutan untuk
melakukan pemeriksaan ulang. Setelah hasil
pemeriksaan ulang diterima, Pengadilan Tinggi
mengeluarkan putusan akhir mengenai pokok
perkaranya.
b. Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan sendiri dan
mengeluarkan putusan akhir tentang pokok
perkaranya.
7. Pihak ketiga yang masuk untuk mempertahankan
kepentingannya sendiri disebut Penggugat intervensi.
Pihak ketiga yang bergabung dengan Tergugat disebut
Tergugat II intervensi. Pihak ketiga yang bergabung
dengan Penggugat disebut Penggugat II intervensi.
8. Apabila pihak ketiga yang masuk lebih dari satu, maka
sebutan untuk masing-masing adalah :

63

a. Penggugat Intervensi 1, Penggugat Intervensi 2,


Penggugat Intervensi 3, dst.
b. Tergugat II Intervensi 1, Terggat II Intervensi 2,
Tergugat II Intervensi 3, dst.
c. Penggugat II Intervensi 1, Penggugat II Intervensi 2,
Penggugat II Intervensi 3, dst.
9. Sebelum permohonan intervensi dikabulkan atau ditolak,
Hakim meminta tanggapan dari Penggugat dan Tergugat.
10. Permohonan
intervensi
yang
dikabulkan/ditolak
dituangkan dalam putusan sela dan dicantumkan dalam
berita acara persidangan.
P. PERDAMAIAN
1. Dalam sengketa tata usaha negara tidak dikenal
perdamaian, karena yang disengketakan menyangkut
kebijakan publik. Namun dalam praktek tidak menutup
kemungkinan terjadinya perdamaian atas prakarsa kedua
belah pihak yang bersengketa. Perdamaian antara pihakpihak yang bersengketa tersebut tidak dilakukan di
persidangan melainkan terjadi di luar persidangan.
2. Apabila ada perdamaian, pihak-pihak yang bersengketa
menyampaikan kepada Majelis Hakim/Hakim yang
memeriksa perkaranya.
3. Majelis Hakim/Hakim yang memeriksa perkaranya
memerintahkan dalam sidang berikutnya agar hasil
perdamaian tersebut dibacakan, dan Panitera Pengganti
yang ditunjuk untuk mengikuti sidang mencatat di dalam
berita acara sidang. Selanjutnya Penggugat mencabut
gugatannya secara resmi dalam sidang terbuka untuk
umum.
4. Majelis Hakim/Hakim menuangkannya dalam penetapan
yang berisi memerintahkan agar Panitera mencoret
gugatan tersebut dari register perkara. Perintah pencoretan
tersebut diucapkan dalam persidangan terbuka untuk
umum.

64

Q. EKSEPSI
1. Eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan dapat
diajukan setiap waktu selama pemeriksaan, dan meskipun
tidak ada eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan
apabila Hakim mengetahui hal itu, ia karena jabatannya
wajib menyatakan bahwa Pengadilan tidak berwenang
mengadili sengketa yang bersangkutan.
2. Eksepsi tentang kewenangan relatif Pengadilan diajukan
sebelum disampaikan Jawaban atas pokok sengketa, dan
eksepsi tersebut harus diputus sebelum pokok sengketa
diperiksa.
3. Eksepsi lain yang tidak mengenai kewenangan Pengadilan
hanya dapat diputus bersama dengan pokok sengketa.
R. PEMBUKTIAN
1. Pembuktian di Pengadilan TUN mengarah pada asas
pembuktian bebas terbatas, karena menurut Pasal 107
Undang-undang tentang PERATUN, Hakim menentukan
apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta
penilaian pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian
diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan
keyakinan Hakim, akan tetapi dibatasi oleh sejumlah alat
bukti yang telah ditentukan dalam pasal 100 undangundang tentang PERATUN.
2. Menutut Pasal 100 undang-undang tentang PERATUN,
alat bukti ialah :
a. Surat atau tulisan.
b. Keterangan ahli.
c. Keterangan saksi.
d. Pengakuan para pihak.
e. Pengetahuan Hakim.
S. SAKSI
1.

Pemeriksaan saksi dilakukan oleh Majelis Hakim lengkap


sekalipun para pihak tidak berkeberatan diperiksa dengan
dua anggota majelis.

65

2.

Apabila dalam pemeriksaan persidangan yang bukan


menyangkut acara pemeriksaan saksi ternyata Ketua
Majelis atau Anggota Majelis berhalangan, maka
persidangan dapat dilakukan dengan dua orang Hakim,
jika kedua pihak yang bersengketa tidak berkeberatan dan
dicatat dalam Berita Acara Persidangan.

3.

Pejabat yang dipanggil sebagai saksi wajib datang, namun


secara kasuistis jika saksi yang akan diperiksa
dipersidangan adalah menyangkut Pejabat tertentu yang
karena tugas jabatannya tidak memungkinkan untuk hadir
di persidangan, hendaknya Hakim dengan penuh kearifan
mempertimbangkan perlunya kehadiran saksi tersebut.

4.

Siapa yang harus diperiksa terlebih dahulu sebagai saksi


atau ahli supaya diperhatikan ketentuan Pasal 100
Undang-undang tentang PERATUN, namun dengan
melihat situasi, sehingga tidak bersifat mengikat

T. DASAR PENGUJIAN DAN DASAR PEMBATALAN


KEPUTUSAN TUN
1.

Hakim
TUN
melakukan
pengujian
keabsahan
(rechtmatigheidstoetsing) untuk menilai apakah Keputusan
TUN yang digugat bersifat melanggar hukum atau tidak,
dan apabila Keputusan TUN terbukti melanggar hukum,
Hakim TUN membatalkan Keputusan tersebut.

2.

Dasar pengujian/penilaian (toetsingsgronden) yang dipakai


oleh Hakim TUN untuk membatalkan Keputusan TUN,
sesuai Pasal 53 ayat (2) undang-undang tentang
PERATUN adalah :
a. Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB).

3.

Keputusan TUN yang berasal dari kewenangan terikat


(gebonden beschikking) diuji dengan hukum tertulis
(peraturan perundang-undangan yang berlaku).

4.

Keputusan TUN yang berasal dari kewenangan bebas


(vrije beschikking) diuji dengan hukum tak tertulis
(AAUPB).

66

5.

Keputusan TUN dinilai bertentangan dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku, apabila :
a. Bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan
perundang-undangan yang bersifat prosedural/formal.
b. Bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang bersifat materiil/substansial.
c. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN yang tidak
berwenang.
Dari segi kompetensi suatu jabatan, hal tidak
berwenangnya Badan/Pejabat TUN meliputi :
1) Tidak
berwenang
dari
segi
materi
(onbevoegdheid
ratione
materiae),
yaitu
menyangkut kompetensi absolut.
2) Tidak berwenang dari segi tempat (onbevoegdheid
ratione loci), yaitu menyangkut kompetensi relatif;
dan
3) Tidak berwenang dari segi waktu (onbevoegdheid
ratione temporis).

6.

Apabila Keputusan TUN dinilai bertentangan dengan


AAUPB, maka Hakim harus menentukan AAUPB yang
dilanggar, selanjutnya Hakim memakai AAUPB tersebut
untuk membatalkan atau menyatakan tidak sahnya
Keputusan TUN yang digugat.

7.

AAUPB menurut penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf b


Undang-undang tentang PERATUN, meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

8.

Kepastian hukum.
Tertib penyelenggaraan negara.
Keterbukaan.
Proporsionalitas.
Profesionalitas.
Akuntabilitas.

Dalam menemukan kebenaran materiil di dalam mengadili


sengketanya, Hakim dapat mencari dan menemukan
AAUPB selain yang ditentukan dalam penjelasan Pasal 53
ayat (2) huruf b Undang-undang tentang PERATUN,
karena AAUPB adalah hasil yurisprudensi yang akan
selalu berkembang melalui putusan Hakim.

67

9.

Fungsi AAUPB :
a. Bagi Hakim sebagai dasar untuk menguji dan
membatalkan Keputusan TUN yang digugat
(toetsingsgronden).
b. Bagi Tergugat (Badan/Pejabat TUN) sebagai pedoman
dalam menemukan atau menentukan hukum yang
dipakai
di
dalam
perbuatan
pemerintahan
(bestuursnormen).
c. Bagi Penggugat sebagai alasan untuk mengajukan
gugatan (beroepsgronden).

10. Penerapan AAUPB dengan mengacu pada doktrin yang


berkembang sudah diterapkan di dalam putusan-putusan
Mahkamah Agung (yurisprudensi), yaitu antara lain :
a. Asas persamaan.
b. Asas kepercayaan.
c. Asas kepastian hukum.
d. Asas Kecermatan/ketelitian.
e. Asas pemberian alasan atau motivasi.
f. Larangan penyalahgunaan wewenang (detournement de
pouvoir).
g. Larangan bertindak sewenang-wenang (willekeur).
h. Asas bahwa kesalahan yang dilakukan oleh Pejabat
TUN di dalam menerbitkan Keputusan TUN yang
mengakibatkan kerugian bagi pencari keadilan/
masyarakat, tidak boleh dibebankan atau menjadi
resiko yang bersangkutan.
U. PEMBACAAN, ISI, DAN AMAR PUTUSAN
1. Putusan Pengadilan dapat diucapkan pada hari dan tanggal
yang sama dengan putusan hasil musyawarah majelis
Hakim, atau ditunda pada hari lain yang harus
diberitahukan kepada kedua belah pihak.
2. Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum.
3. Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak
hadir pada waktu putusan Pengadilan diucapkan, atas
perintah Hakim ketua sidang salinan putusan disampaikan
dengan surat tercatat kepada yang bersangkutan.

68

4.

5.

6.

Putusan Pengadilan dapat berupa :


a. Gugatan ditolak.
b. Gugatan dikabulkan.
c. Gugatan tidak diterima.
d. Gugatan gugur.
Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan
Pengadilan tersebut dapat ditetapkan kewajiban yang harus
dilakukan oleh Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan
Keputusan TUN, berupa :
a. Pencabutan Keputusan TUN yang bersangkutan ; atau
b. Pencabutan Keputusan TUN dan menerbitkan
Keputusan yang baru, atau
c. Penerbitan Keputusan TUN dalam hal gugatan
didasarkan pada Pasal 3 Undang-undang tentang
PERATUN.
Dalam hal gugatan dikabulkan, demi keseragaman amar
putusan adalah :
MENGADILI
1. Mengabulkan gugatan Penggugat ;
2. Menyatakan tindakan Tergugat mengeluarkan
Keputusan TUN yang disengketakan melanggar
undang-undang (dicantumkan pasal/ayat peraturan
perundang-undangan yang dilanggar), atau
melanggar asas-asas umum pemerintahan yang
baik (dicantumkan asas-asas umum pemerintahan
yang baik yang mana yang dilanggar) ;
3. Membatalkan atau menyatakan tidak sah
Keputusan TUN yang disengketakan/dikeluarkan
oleh Badan/Pejabat TUN (dicantumkan secara
/lengkap tanggal, nomor, perihal, atau ciri-ciri/
identitas Keputusan TUN yang disengketakan) ;
4. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Keputusan
TUN yang disengketakan ; atau
Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Keputusan
TUN yang disengketakan dan menerbitkan
Keputusan TUN yang baru ; atau

69

Mewajibkan Tergugat
untuk
menerbitkan
Keputusan TUN ;
5. Mewajibkan Tergugat yang tidak bersedia
melaksanakan putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dikenakan
upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang
paksa dan/atau sanksi administratif, serta
diumumkan pada media massa cetak setempat.
Catatan :

Amar putusan pada angka 5 tersebut di atas


dikenakan hanya terhadap kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf b dan c
Undang-undang tentang PERATUN.

V. UPAYA HUKUM
1. Upaya Hukum terdiri dari :
a. Upaya hukum biasa, berupa banding dan kasasi.
b. Upaya hukum luar biasa, berupa peninjauan kembali.
2. Putusan Pengadilan TUN dapat dimintakan pemeriksaan
banding oleh Penggugat atau Tergugat kepada Pengadilan
Tinggi TUN. Putusan pengadilan yang bukan putusan
akhir, hanya dapat dimohonkan pemeriksaan banding
bersama-sama dengan putusan akhir.
3. Putusan Pengadilan Tinggi TUN dapat dimohonkan kasasi
kepada Mahkamah Agung, demikian pula terhadap
putusan Pengadilan Tinggi TUN sebagai pengadilan
tingkat pertama.
4. Putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dapat diajukan permohonan peninjauan kembali kepada
Mahkamah Agung.
W. EKSEKUSI
1. Putusan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu apabila para
pihak menerima isi putusan, atau apabila sudah tidak
diajukan upaya hukum banding maupun kasasi. Secara
administrasi untuk menandai bahwa putusan telah
70

berkekuatan hukum tetap, Panitera membuat catatan pada


halaman terakhir putusan asli.
2. Pelaksanaan putusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap ada pada Tergugat.
3. Pelaksanaan putusan yang telah memperoleh hukum tetap
diawali dengan :
a. Ketua Pengadilan TUN/Ketua Pengadilan Tinggi TUN
sebagai pengadilan tingkat pertama membuat
penetapan berisi perintah kepada Panitera agar
mengirimkan salinan putusan kepada para pihak
dengan surat tercatat selambat-lambatnya dalam waktu
14 (empat belas) hari kerja dihitung sejak putusan
pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Panitera Pengadilan mengirimkan salinan putusan
Pengadilan tersebut kepada para pihak. Pengiriman
dilaksanakan oleh Juru Sita atas nama Panitera.
c. Empat bulan setelah salinan putusan Pengadilan
dikirimkan kepada Tergugat, dan ternyata Tergugat
tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf a Undangundang tentang PERATUN yaitu tidak mencabut
Keputusan TUN yang bersangkutan, maka Ketua
Pengadilan membuat surat yang menyatakan
Keputusan TUN yang telah dibatalkan atau dinyatakan
tidak sah oleh putusan Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut tidak lagi
mempunyai kekuatan hukum berlaku. Surat tersebut
dikirimkan kepada para pihak oleh Panitera Pengadilan
dengan surat tercatat, yang pelaksanaan pengirimannya
dilakukan oleh Juru Sita Pengadilan.
d. Dalam hal Tergugat ditetapkan harus melaksanakan
kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97
ayat (9) huruf b dan c, yaitu pencabutan Keputusan
TUN yang bersangkutan dan menerbitkan Keputusan
TUN yang baru, atau penerbitan Keputusan TUN
dalam hal gugatan didasarkan pada Pasal 3, kemudian
setelah 3 (tiga) bulan ternyata kewajiban tersebut tidak
dilaksanakan, Penggugat mengajukan permohonan

71

4.

5.

6.

7.

8.

9.

agar Ketua Pengadilan TUN/Ketua Pengadilan Tinggi


TUN
sebagai
pengadilan
tingkat
pertama
memerintahkan kepada Tergugat untuk melaksanakan
putusan Pengadilan.
e. Dalam hal Tergugat setelah diperintahkan untuk
melaksanakan putusan ternyata tetap tidak bersedia
melaksanakannya, maka terhadap Pejabat yang
bersangkutan dikenakan upaya paksa berupa
pembayaran sejumlah uang paksa dan/atau sanksi
administratif, serta diumumkan pada media massa
cetak setempat oleh Panitera Pengadilan.
Apabila eksekusi yang menyangkut Kepegawaian
sebagaimana dimaksud dalam pasal 97 ayat (11) undangundang tentang PERATUN, maupun eksekusi selain yang
menyangkut kepegawaian yang tidak dapat atau tidak
sempurna dilaksanakan akibat berubahnya keadaan setelah
putusan dijatuhkan, maka Tergugat wajib memberitahukan
kepada Ketua Pengadilan dan Penggugat.
Ketua Pengadilan menerbitkan penetapan bahwa eksekusi
tidak dapat dilaksanakan (non eksekutabel), dan
memberitahukannya kepada Pemohon dan Termohon
eksekusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1)
Undang-undang tentang PERATUN.
Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah menerima
pemberitahuan, pemohon eksekusi dapat mengajukan
permohonan kepada Ketua Pengadilan agar terhadap
termohon eksekusi dibebankan kewajiban membayar
sejumlah uang atau kompensasi lain yang diinginkannya.
Ketua Pengadilan selanjutnya memerintahkan Panitera agar
memanggil kedua belah pihak untuk mengupayakan
tercapainya kesepakatan tentang jumlah uang atau
kompensasi lain yang harus dibebankan kepada Tergugat.
Apabila upaya untuk mencapai kesepakatan tidak berhasil,
maka Ketua Pengadilan dengan Penetapan disertai
pertimbangan yang cukup menentukan jumlah uang atau
kompensasi lain yang dimaksud.
Penetapan Ketua Pengadilan tentang jumlah uang atau
kompensasi lain dapat diajukan baik oleh pemohon

72

eksekusi maupun termohon eksekusi kepada Mahkamah


Agung untuk ditetapkan kembali.
10. Putusan Mahkamah Agung tentang penetapan kembali
jumlah uang atau kompensasi lain, wajib ditaati kedua
belah pihak.
X. GANTI RUGI DAN REHABILITASI
1. Tuntutan yang dapat diajukan di Pengadilan TUN terbatas
pada satu macam tuntutan pokok, yaitu berupa tuntutan
agar Keputusan TUN yang telah merugikan kepentingan
Penggugat dibatalkan atau dinyatakan tidak sah.
Tuntutan tambahan yang dibolehkan yaitu tuntutan ganti
rugi, sedangkan tuntutan tambahan rehabilitasi hanya
dibolehkan dalam sengketa kepegawaian.
2. Tata cara pembayaran ganti rugi diatur dalam PP No.43
Tahun 1991 tentang Ganti Rugi dan Tata Cara
Pelaksanaannya pada Peradilan TUN.
3. Rehabilitasi adalah pemulihan kedudukan, harkat dan
martabat Penggugat sebagai Pegawai Negeri.
Y. PEMBAYARAN UANG PAKSA, SANKSI
ADMINISTRASI DAN PENGUMUMAN PEJABAT
1.

PEMBAYARAN UANG PAKSA


a. Permohonan pembayaran uang paksa dapat diajukan
bersama-sama dalam gugatan. Dalam hal gugatan
Penggugat tidak mencantumkan pembayaran uang
paksa, maka Hakim atau Majelis Hakim pada waktu
pemeriksaan persiapan, memberitahu Penggugat
bahwa ia dapat mencantumkan pembayaran uang
paksa dalam gugatannya.
b. Pada saat Hakim atau Majelis Hakim mengabulkan
gugatan, maka pengenaan pembayaran uang paksa
sebaiknya diuraikan dalam pertimbangan hukum
bersama-sama dengan pokok perkaranya.
c. Besarnya pembayaran uang paksa dapat dimohonkan
oleh Penggugat dalam gugatannya, namun Hakim atau

73

Majelis Hakim secara kasus perkasus sesuai dengan


kewenangan yang dimilikinya menetapkan besarnya
pembayaran uang paksa dengan memperhatikan
kewajaran secara hukum dan tidak boleh menetapkan
lebih besar dari yang dimohonkan oleh Penggugat.
d. Sesuai ketentuan pasal 116 ayat (3) Undang-undang
tentang PERATUN, pembayaran uang paksa hanya
dapat dikenakan jika gugatan Penggugat dikabulkan
terhadap pokok perkaranya yang mewajibkan Tergugat
untuk :
1) Mencabut Keputusan TUN obyek gugatan dan
menerbitkan Keputusan TUN yang baru ; atau
2) Menerbitkan Keputusan TUN.
e. Pembayaran uang paksa sebagaimana dimaksud dalam
pasal 116 ayat (4) Undang-undang tentang PERATUN
adalah akibat Tergugat tidak bersedia menggunakan
kewenangannya (jabatannya) untuk melaksanakan
putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap. Oleh karena itu, pembayaran sejumlah uang
paksa dikenakan terhadap jabatan Tergugat. Namun
demikian, secara kasuistis Hakim diberi kebebasan
melalui perkembangan dalam yurisprudensi.
f. Oleh karena pembayaran uang paksa belum diatur tata
caranya, maka sementara secara analogi dapat
mengacu pada ketentuan dalam PP No.43 Tahun 1991.
g. Pembayaran uang paksa terhadap Tergugat dapat
dikenakan dalam gugatan yang menyangkut
kepegawaian, yaitu apabila Tergugat tidak bersedia
melaksanakan putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap yang mewajibkan
kepadanya untuk melakukan rehabilitasi terhadap
Penggugat.
h. Tenggang waktu pengenaan pembayaran uang paksa
menurut Pasal 116 ayat (3) Undang-undang tentang
PERATUN adalah setelah 3 (tiga) bulan putusan
Pengadilan berkekuatan hukum tetap. Apabila setelah
3 (tiga) bulan putusan berkekuatan hukum tetap
Tergugat tidak melaksanakan putusan tersebut,

74

i.

j.

k.

2.

Penggugat dapat mengajukan permohonan kepada


Ketua Pengadilan TUN/Ketua Pengadilan Tinggi TUN
sebagai pengadilan tingkat pertama, agar Tergugat
dikenakan pembayaran uang paksa.
Ketua Pengadilan TUN/Ketua Pengadilan Tinggi TUN
sebagai Pengadilan tingkat pertama melakukan
tindakan :
1) Mengeluarkan surat menanyakan alasan Tergugat
tidak melaksanakan putusan.
2) Mengeluarkan surat peringatan (somasi) kepada
Tergugat sebanyak 3 kali agar Tergugat
melaksanakan putusan apabila ternyata tidak ada
keadaan yang menyebabkan putusan tidak dapat
dilaksanakan.
3) Mengeluarkan penetapan berisi perintah agar Juru
Sita/Juru Sita Pengganti mengenakan pembayaran
uang paksa kepada Tergugat apabila Tergugat
tetap tidak melaksanakan putusan.
Pembayaran sejumlah uang paksa terhenti secara
hukum terhitung sejak Tergugat yang bersangkutan
melaksanakan putusan Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap.
Apabila pokok gugatan dikabulkan, tetapi Penggugat
tidak mencantumkan pembayaran uang paksa di dalam
gugatannya, dan Tergugat tidak bersedia melaksanakan
putusan, Ketua Pengadilan TUN/Ketua Pengadilan
Tinggi TUN sebagai pengadilan tingkat pertama dapat
mengenakan pembayaran uang paksa dengan
berpedoman pada ketentuan ini.

SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 116 ayat (4) Undang-undang tentang PERATUN
mengatur sanksi administratif terhadap Pejabat (Tergugat)
yang tidak bersedia melaksanakan putusan Pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, namun
undang-undang tidak mengatur tata cara penerapannya.

75

Sanksi administrasi kepada pejabat pemerintahan beserta


jenis-jenis pelanggaran administrasi yang dapat dikenai
sanksi administrasi dirumuskan/diatur di dalam RUU
Administrasi Pemerintahan, sebagai berikut :
a. Jenis-jenis pelanggaran administrasi yang dilakukan
oleh Badan/Pejabat TUN yang dapat dikenai sanksi
administrasi, yaitu :
1) Melanggar AAUPB.
2) Memasukkan unsur-unsur kepentingan pribadi
sebagai dasar dan pertimbangan dalam
pengambilan Keputusan ; mengabaikan larangan
bahwa atas setiap Keputusan yang dibuatnya
tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.
3) Mengabaikan larangan bahwa setiap Keputusan
yang dibuatnya, Badan/Pejabat TUN tersebut
tidak merupakan :
Pihak yang terlibat.
Kerabat dan keluarga pihak yang
terlibat.
Wakil pihak yang terlibat.
Pihak yang bekerja dan mendapat
gaji dari pihak yang terlibat.
Pihak
yang
memberikan
rekomendasi terhadap pihak yang terlibat ;
dan/atau
Pihak-pihak lain yang dilarang oleh
peraturan perundang-undangan ; dan
Yang dimaksud dengan kerabat dan
keluarga pihak yang terlibat, meliputi para
pihak yang mempunyai hubungan keluarga
sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas
atau ke bawah sampai derajat ke tiga.
4) Keputusan yang diterbitkan tidak memenuhi
syarat formal, yaitu :
- Tidak dibuat oleh Pejabat yang berwenang.
- Isinya tidak jelas, tidak pasti, dan tidak dapat
dimengerti.

76

5)

- Tidak mengikuti tata naskah dinas sesuai


dengan ketentuan perundang-undangan.
- Ditetapkan tidak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Keputusan yang diterbitkan tidak memenuhi
syarat materiil, yang meliputi :
- Tidak didasarkan pada pertimbangan atau
penilaian
dengan
memperhatikan
keseimbangan antara kepentingan orang per
orang, keseimbangan antara orang per orang
dengan pihak lain yang terkena akibat dan
terkait dengan Keputusan yang dibuat.
- Tidak didasarkan atas kepastian hukum,
keadilan, kepatutan, dan kewajaran serta
aturan permainan yang lazim berlaku dan
menjadi kebiasaan dalam masyarakat yang
bersangkutan.
- Melanggar asas kesamaan bertindak dan/atau
memutus, apabila fakta-fakta, keadaan dan
situasi yang berkaitan dengan Keputusan yang
sebelumnya adalah sama dengan fakta,
keadaan yang telah pernah diputus oleh
Badan/Pejabat TUN yang bersangkutan.
- Tidak memperhatikan akibat pembatalan suatu
keputusan, terutama yang mengakibatkan
kerugian yang diderita oleh pihak Pemohon,
dan yang harus ditanggung oleh Negara/
Pemerintah.
- Tidak
menjelaskan
pertimbanganpertimbangan apa yang menghasilkan
Keputusan yang diambil oleh Badan/Pejabat
TUN yang mengeluarkan Keputusan TUN
tersebut.
- Tidak boleh bertentangan dan/atau melampaui
kewenangan Badan/Pejabat TUN yang
mengeluarkan Keputusan.

77

- Tidak boleh bertentangan dengan kewajiban


hukum
Badan/Pejabat
TUN
yang
mengeluarkan Keputusan.
- Tidak boleh bertentangan dengan kepatutan
dan/atau kewajiban yang berlaku di dalam
masyarakat yang bersangkutan ; dan
- Tidak boleh menggunakan wewenang yang
dimiliki untuk tujuan yang lain daripada
tujuan untuk mana kewenangan itu diberikan
kepada
Badan/Pejabat
TUN
yang
mengeluarkan Keputusan.
6) Melanggar tujuan pemberian diskresi dan batasbatas hukum yang berlaku serta kepentingan
umum.
Yang dimaksud dengan batas-batas hukum yang
berlaku adalah :
- Tidak bertentangan dengan hukum dan Hak
Asasi Manusia.
- Tidak bertentangan
dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- Wajib menerapkan AAUPB.
- Tidak bertentangan dengan ketertiban umum
dan kesusilaan.
b. Sanksi administrasi yang dapat diberikan berupa :
1) Teguran lisan.
2) Teguran tertulis.
3) Pemberhentian sementara.
4) Pemberhentian dengan hormat ; atau
5) Pemberhentian dengan tidak hormat ;
6) Dikurangi dan/atau dicabut hak-hak jabatan dan
pensiun.
7) Pembayaran kompensasi dengan ganti rugi.
8) Publikasi melalui media massa.
c. Sanksi yang berupa pembayaran kompensasi dan ganti
rugi hanya diberlakukan kepada Badan, dan terhadap
pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Menteri yang
78

bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur


negara.
d. Sanksi administrasi dilaksanakan oleh :
1) Atasan Pejabat yang mengeluarkan Keputusan.
2) Kepala daerah, jika menyangkut Pejabat daerah.
3) Presiden, jika menyangkut para Menteri/Pejabat
setingkat Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah,
atau Kepala Daerah.
Catatan : Di dalam RUU Administrasi Pemerintahan tidak
diatur siapa yang melaksanakan pengenaan sanksi
administrasi terhadap Presiden yang terbukti
melakukan pelanggaran administrasi.
Namun demikian, Presiden dapat dikenai
impeachment sesuai ketentuan hukum yang
berlaku (Pasal 7A, 7B Perubahan Ketiga UUD
Negara RI Tahun 1945 Jo. Pasal 10 ayat 2 dan 3),
jika melakukan pelanggaran administrasi yang
sifatnya sudah melanggar konstitusi.
3.

PENGUMUMAN PEJABAT (TERGUGAT)


a. Pejabat (Tergugat) yang tidak bersedia melaksanakan
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap diumumkan pada media massa cetak
setempat oleh Panitera (Pasal 116 ayat 3, 4 dan 5
Undang-undang tentang PERATUN).
b. Pengumuman pada media massa cetak dilakukan oleh
Panitera dan/atau Juru Sita Pengadilan atas perintah
Ketua Pengadilan TUN atau Ketua Pengadilan Tinggi
TUN sebagai pengadilan tingkat pertama, dengan
biaya dibebankan kepada pemohon eksekusi atau atas
biaya negara bagi perkara prodeo.
Contoh Pengumuman sebagaimana dimaksud oleh
Pasal 116 ayat (5) Undang-undang tentang
PERATUN.

79

PE N G U M U MAN
Juru Sita/Juru Sita Pengganti Pengadilan TUN
Jakarta, berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan
TUN Jakarta Nomor : ...................Tanggal : .......
..... Tahun : .., dengan ini mengumumkan
bahwa :
1. .. (Nama Jabatan Tergugat) telah
dihukum ., berdasarkan putusan
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
(dalam hal ini Putusan Pengadilan TUN Jakarta
No. ........................ Jo. Putusan Pengadilan
Tinggi TUN Jakarta No. ....................................
Jo. Putusan Mahkamah Agung RI No.
..................), yaitu : .......................................
2. Amar putusan Pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap menyatakan :
............................................................................. ;
............................................................................. ;
............................................................................. .
3. Putusan Pengadilan tersebut sampai dengan lewat
batas tenggang waktu sebagaimana dimaksud
oleh Pasal 116 Undang-undang Nomor 9 Tahun
2004 Tentang PERATUN belum dilaksanakan
oleh .............
(Nama Jabatan
Tergugat).
Demikian agar diketahui oleh masyarakat luas.

Jakarta, . 20......
JURUSITA/JURUSITA
PENGGANTI
PENGADILAN TUN
JAKARTA
CAP
DINA
S
80

NIP.

Z. PEMBATASAN UPAYA HUKUM KASASI


Pasal 45A ayat (2) huruf c Undang-undang tentang
PERATUN, mengatur pembatasan upaya hukum kasasi
terhadap perkara TUN tertentu, yaitu perkara TUN yang obyek
gugatannya berupa keputusan pejabat daerah yang jangkauan
keputusannya berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan.
Keputusan TUN yang berupa keputusan pejabat daerah dapat
atau tidak dapat diajukan kasasi, kriterinya adalah :
1. Tidak dapat diajukan kasasi apabila keputusan pejabat
daerah yang materi muatannya sebagai pelaksanaan
desentralisasi wewenang yang diberikan oleh pemerintah
pusat kepada daerah. Kewenangan desentralisasi biasanya
diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah (PERDA).
2. Dapat diajukan kasasi apabila keputusan pejabat daerah
yang materi muatannya sebagai pelaksanaan dekonsentrasi
wewenang, yaitu dalam rangka melaksanakan wewenang
pemerintah pusat.
3. Dapat diajukan kasasi apabila keputusan pejabat daerah
dalam rangka tugas perbantuan (medebewind).
4. Harus dikirim ke Mahkamah Agung, apabila keputusan
pejabat daerah yang jangkauan berlakunya masuk dalam
wilayah abu-abu (gray area), Dalam hal ini Mahkamah
Agung yang menentukan perkaranya dapat atau tidak
diajukan kasasi.
Untuk menentukan keputusan pejabat daerah masuk dalam
wilayah abu-abu (gray area) :
a. Keputusan pejabat daerah tersebut sebagai
pelaksanaan desentralisasi wewenang akan tetapi
jangkauan berlakunya meluas sampai ke luar wilayah
kewenangannya (melintas masuk teritorial/wilayah
kewenangan pemerintah pusat atau kewenangan
pemerintah daerah yang lain, oleh akibat :
1) Tumpang tindih kewenangan (locus materiae)
antara kewenangan pemerintah pusat dengan

81

kewenangan pemerintah daerah lainnya atau


sebaliknya).
2) Terdapat urusan pemerintahan di bidang-bidang
tertentu yang
diurus
secara bersama yang
bersifat lintas sektoral (antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah atau antar propinsi
dan/atau antar kabupaten/kota.
b. Keputusan Pejabat daerah yang bersifat derivatif
(turunan) dari peraturan yang berlaku secara nasional
sehingga jangkauan berlakunya keputusan TUN
tersebut tidak hanya terbatas dalam wilayah daerah
yang bersangkutan, akan tetapi sudah ke luar wilayah
daerah tersebut, dan masih ada kaitan dengan
peraturan yang bersifat nasional.
5. Apabila sudah pasti keputusan pejabat daerah tersebut
jangkauan berlakunya hanya di wilayah daerah yang
bersangkutan, ketua Pengadilan TUN atau ketua PT.TUN
sebagai pengadilan tingkat pertama, atas permohonan
pihak yang berperkara wajib menerbitkan surat keterangan
disertai pertimbangan yang logis-yuridis yang
menyatakan terhadap perkaranya tidak memenuhi syaratsyarat formal untuk diajukan kasasi. Selanjutnya berkas
perkaranya tidak dikirimkan ke Mahkamah Agung.
6. Pernyataan bahwa perkara tidak memenuhi syarat formal
untuk diajukan kasasi yang dibuat oleh ketua PTUN atau
ketua PT.TUN sebagai pengadilan tingkat pertama,
dituangkan dalam bentuk SURAT KETERANGAN dan
tidak dalam bentuk PENETAPAN, karena hanya
merupakan tindakan administrasi (manajemen peradilan)
dan bukan tindakan yudisial.
7. Apabila ketua PTUN atau ketua PT.TUN sebagai
pengadilan tingkat pertama meskipun sudah mengetahui
dengan pasti bahwa keputusan pejabat daerah tersebut
jangkauan berlakunya hanya di wilayah daerah yang
bersangkutan, akan tetapi tetap saja meneruskan berkas
perkaranya ke Mahkamah Agung, maka dalam rangka
pengawasan, Mahkamah Agung berkewajiban melakukan
tindakan korektif dengan cara menerbitkan PENETAPAN
yang menyatakan terhadap perkaranya tidak dapat

82

diajukan kasasi, selanjutnya terhadap berkas perkaranya


dikembalikan ke PTUN atau ke PT.TUN sebagai
pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
AA. TITIK SINGGUNG WEWENANG PERADILAN
1. TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN TUN
DENGAN PENGADILAN NEGERI
a. Eksekusi.
Terdapat titik singgung antara Pengadilan TUN dengan
Pengadilan Negeri berkaitan dengan penetapan
eksekusi yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan
Negari.
Kasusnya adalah, pada saat eksekusi akan
dilaksanakan pihak ketiga (termohon eksekusi)
berkeberatan, kemudian mengajukan gugatan ke
Pengadilan TUN dan mohon agar Pengadilan TUN
menunda pelaksanaan eksekusi tersebut berdasarkan
Pasal 67 Undang-undang tentang PERATUN.
Pengadilan TUN tidak berwenang mengadili sengketa
yang obyek sengketanya penetapan eksekusi yang
dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri, karena
penetapan eksekusi tersebut ditetapkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan (Pasal 2 huruf e Undangundang tentang PERATUN).
b. Sertipikat Tanah.
1) Suatu bidang tanah diterbitkan dua sertipikat, yaitu
atas nama A dan B, akibatnya timbul sengketa,
yaitu A menggugat kantor pertanahan atas
terbitnya sertipikat atas nama B ke Pengadilan
TUN, dan B menggugat A ke Pengadilan Negeri
tentang kepemilikan.
Kedua perkara tersebut tidak dapat berjalan secara
bersamaan, karena sertipikat adalah tanda bukti
kepemilikan/hak atas tanah, maka sebelum
seseorang mengajukan gugatan tentang keabsahan
sertipikat ke Pengadilan TUN, sepanjang masih
dipersoalkan tentang kepemilikan/hak atas tanah

83

yang bersangkutan, terlebih dahulu harus


dibuktikan secara hukum siapa sebenarnya yang
mempunyai kepemilikan/hak atas tanah tersebut.
Dengan demikian, Pengadilan TUN harus
menyatakan tidak berwenang dan tidak dapat
mengadili perkaranya (di-NO).
2) Apabila yang dipersoalkan oleh Penggugat bukan
tentang kepemilikan atas tanah, melainkan
prosedur penerbitan sertipikat oleh kantor
pertanahan yang mengandung cacat yuridis, karena
diterbitkan secara bertentangan dengan aturan
hukum yang menjadi dasar penerbitan sertipikat
atau bertentangan dengan AAUPB, maka Hakim
TUN harus jeli dengan melihat objectum litis yang
menjadi dasar gugatan. Dalam hal yang demikian
sesuai praktek dan yurisprudensi, Pengadilan TUN
berwenang untuk memeriksa perkaranya.
2.

TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN TUN


DENGAN PENGADILAN NIAGA.
Menurut Pasal 67 ayat (1) UUK, kurator bertugas
melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit.
Tugas ini antara lain dengan membuat catatan harta pailit
(Pasal 91 ayat (1) UUK) dan catatan nama-nama serta
alamat kreditur disertai jumlah dan sifat piutang (Pasal 93
UUK) dan catatan tersebut dilaporkan dalam rapat
pencocokan piutang, (Pasal 115 ayat (1) UUK) yang
diketuai Hakim Pengawas (Pasal 77 (1) UUK). Apabila
rapat verifikasi sudah selesai maka kurator melaporkan
keadaan harta pailit (Pasal 133 ayat (1) UUK). Kurator
melakukan penjualan harta pailit di muka umum (lelang),
atau penjualan dilakukan di bawah tangan atas ijin Hakim
Pengawas (Pasal 171 ayat (1) UUK).
Dalam proses penjualan harta pailit yang dilakukan oleh
kantor lelang bisa timbul gugatan terhadap kantor lelang
yang diajukan ke Pengadilan TUN dimana Penggugat
minta agar keputusan lelang dibatalkan disertai permintaan
penangguhan pelaksanaan lelang.
84

PTUN tidak berwenang menangguhkan pelaksanaan


penjualan di muka umum (lelang) atas harta pailit yang
dilaksanakan oleh kantor lelang atas permintaan kurator
atau kreditur pemegang hak tanggungan, karena mengenai
kepailitan telah menjadi kompetensi absolut dari
Pengadilan Niaga sebagai pengadilan khusus di Peradilan
Umum.
Demikian pula dalam hal penjualan lelang oleh kantor
lelang atas permintaan kurator atau kreditur pemegang hak
tanggungan untuk memenuhi ketentuan Pasal 57 ayat (1)
dan Pasal 56 ayat (1) UUK.
Di samping itu, telah menjadi yurisprudensi tetap bahwa
Pengadilan TUN tidak berwenang mengadili gugatan
terhadap kantor lelang yang menyangkut penjualan lelang
sebagai pelaksanaan putusan (eksekusi) perkara perdata
yang dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri.
AB. ASAS-ASAS UMUM PERADILAN YANG BAIK
1. Menjunjung tinggi hak seseorang untuk mendapat putusan
(right to a decision);
2. Setiap orang berhak mengajukan perkara sepanjang
mempunyai kepentingan (no interest, no action).
3. Larangan menolak untuk mengadili kecuali ditentukan lain
oleh undang-undang.
4. Putusan harus dijatuhkan dalam waktu yang pantas dan
tidak terlalu lama.
5. Asas imparsialitas (tidak memihak).
6. Asas kesempatan untuk membela diri (Audi et Alteram
Partem).
7. Asas obyektivitas (no bias), tidak ada kepentingan pribadipribadi atau pihak lain.
8. Menjunjung tinggi prinsip nemo judex in rex sua yaitu
Hakim tidak boleh mengadili perkara dimana ia terlibat
dalam perkara a quo.
9. Penalaran hukum (legal reasoning) yang jelas dalam isi
putusan.

85

10.
11.
12.
13.

Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan).


Transparansi (keterbukaan).
Kepastian hukum dan konsistensi.
Menjunjung hak-hak asasi manusia.

AC. KARAKTERISTIK HUKUM ACARA PERADILAN TUN


Karakteristik Hukum Acara di Pengadilan TUN adalah :
1. Dalam proses pemeriksaan di persidangan, Peranan Hakim
aktif (dominus litis). Peranan Hakim yang aktif tersebut,
karena Hakim dibebani tugas untuk mencari kebenaran
materiil. Di dalam ketentuan hukum acara, peranan Hakim
yang aktif tersebut dapat ditemukan pada ketentuan Pasal
63 ayat (2) butir a, b, Pasal 80 ayat (1), Pasal 85, Pasal 95
ayat (1), dan Pasal 103 ayat (1) Undang-undang Tentang
PERATUN.
2. Dalam sengketa TUN, kedudukan antara Penggugat
dengan Tergugat tidak seimbang. Ketidakseimbangannya
karena Penggugat sebagai orang atau badan hukum perdata
diasumsikan dalam posisi yang lebih lemah dibandingkan
Tergugat selaku pemegang kekuasaan publik. Untuk
menyeimbangkannya diperlukan asas kompensasi dengan
cara
memberikan
kemudahan-kemudahan
kepada
Penggugat. Antara lain pada saat pembuktian, apabila alat
bukti yang diperlukan dalam proses persidangan tidak
dimiliki oleh Penggugat akan tetapi berada di pihak
Tergugat atau pihak lain, maka Penggugat dapat memohon
kepada Hakim / Majelis Hakim yang memeriksa
perkaranya. Selanjutnya atas dasar kewenangan yang
dimiliki Hakim / Majelis Hakim dapat meminta alat bukti
tersebut untuk diajukan di persidangan.
3. Asas pembuktian yang mengarah pada sistem pembuktian
bebas terbatas (vrij bewijs). Pengertian bebas terbatas,
karena menurut sistem hukum acara peradilan TUN,
Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban
pembuktian, beserta penilaian pembuktian. Untuk sahnya
pembuktian, diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti
berdasarkan keyakinan Hakim. Mengenai alat-alat bukti

86

yang dapat dipergunakan oleh Hakim di dalam pembuktian


terbatas, yaitu hanya meliputi :
a. Surat atau tulisan.
b. Keterangan ahli.
c. Keterangan saksi.
d. Pengakuan para pihak, dan
e. Pengetahuan Hakim.
4.

5.

Gugatan tidak menunda pelaksanaan Keputusan TUN


yang digugat. Hal ini sebagai konsekuensi berlakunya asas
praesumptio iustae causa (asas praduga rechtmatig)
terhadap suatu Keputusan TUN. Asas preasumptio iustae
causa mempunyai makna bahwa suatu Keputusan TUN
harus selalu dianggap benar sampai dengan dibuktikan
sebaliknya. Oleh karena itu suatu Keputusan TUN
senantiasa harus dapat dilaksanakan. Dalam hal-hal
tertentu, oleh ketentuan hukum acara ada pengecualian
terhadap berlakunya asas tersebut, yaitu terhadap
Keputusan TUN yang digugat dapat diajukan permohonan
penundaan pelaksanaannya apabila terdapat keadaan yang
sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan
Penggugat akan sangat dirugikan jika Keputusan TUN
yang digugat itu tetap dilaksanakan, serta bukan
merupakan
kepentingan
umum
dalam
rangka
pembangunan mengharuskan dilaksanakannya keputusan
tersebut.
Putusan Hakim tidak boleh bersifat ultra petita (melebihi
tuntutan Penggugat), akan tetapi reformatio in peius
dimungkinkan. Yang dimaksud dengan reformatio in peius
ialah suatu diktum putusan yang justru tidak
menguntungkan Penggugat. Contoh putusan yang bersifat
reformatio in peius ialah dalam kasus kepegawaian,
Penggugat mohon agar Keputusan TUN yang digugat
berupa penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun
(jenis hukuman disiplin sedang) dinyatakan batal atau
tidak sah, tetapi oleh Hakim dinyatakan dalam diktum
putusannya, Keputusan TUN yang digugat dibatalkan dan
diperintahkan kepada Tergugat agar menerbitkan
Keputusan TUN yang baru berupa pemberhentian tidak
atas permohonan Penggugat, sebab fakta pelanggaran

87

disiplin yang dilakukan oleh Penggugat terbukti jenis


pelanggaran disiplin berat.
6. Putusan Pengadilan bersifat erga omnes. Berbeda dengan
sengketa perdata, dimana putusan Hakim perdata hanya
mengikat terhadap pihak-pihak yang berperkara,
sedangkan putusan Pengadilan TUN tidak hanya mengikat
pihak-pihak yang bersengketa, akan tetapi berlaku juga
terhadap pihak-pihak yang terkait di luar pihak yang
bersengketa.
7. Seseorang atau badan hukum perdata untuk dapat
mengajukan gugatan harus mempunyai kepentingan yang
dirugikan sebagai akibat terbitnya suatu Keputusan TUN.
Dengan demikian tanpa ada kepentingannya yang
dirugikan oleh terbitnya suatu Keputusan TUN tidak akan
melahirkan hak untuk menggugat bagi seseorang atau
badan hukum perdata tersebut, maka berlakulah asas
tanpa ada kepentingan tidak akan melahirkan gugatan
(poin dinteret, poin daction).
8. Dalam proses pemeriksaan gugatan di Pengadilan TUN
dikenal beberapa tahapan yaitu antara lain tahap penelitian
administrasi, tahap proses dissmissal, tahap pemeriksaan
persiapan, dan tahap persidangan terbuka untuk umum.
9. Tidak mengenal putusan verstek, karena Hakim bersifat
aktif di dalam pemeriksaan persidangan untuk
menemukan kebenaran materiil dengan cara mencari
bukti-bukti yang relevan di dalam memutus perkaranya,
sehingga Hakim tetap dapat memutus perkaranya tanpa
kehadiran Tergugat.
10. Tidak mengenal gugatan rekonpensi, karena obyek
gugatan dalam sengketa TUN adalah Keputusan TUN
yang diterbitkan oleh Tergugat berdasarkan wewenang
yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang
digugat oleh orang atau badan hukum perdata.

88

FORMULIR-FORMULIR

89

PENGADILAAN TUN (LOKASI)


(ALAMAT)
SURAT KUASA UNTUK MEMBAYAR
Nomor : ./G/Tahun/PTUN-(Lokasi)
PENGGUGAT

TERGUGAT

Telah membayar uang muka/panjar biaya Perkara sebesar Rp.


Terdaftar dengan Nomor Register Perkara :
No. /G/./PTUN-(lokasi)

Mengetahui
Panitera/Sekretaris
Tanggal

: ..

Lembar I

: Penggugat

Jakarta ,. ..

KASIR,

Lembar II : Berkas
Lembar III : Bendaharawan ( )

()

Catatan :
SKUM Banding, Kasasi dan PK sesuai Pemohon.
Contoh:
Banding

Kasasi

: Pembanding

: ........................

Terbanding

: .......................

: Pemohon Kasasi

: ......................

Termohon Kasasi

: .....................

90

RESUM E GUGATAN
Nomor : ../G/2005/PTUN.(lokasi)
I.

TENTANG SUBYEK GUGATAN :


1. TERGUGAT :
KUASA

PIHAK SENDIRI :

SURAT KUASA
METERAI
LEGALISIR
WAARMERKING
a. N a m a

: ................................................

b. Kewarganegaraan

: ................................................

c. Tempat Tinggal

: ................................................

d. Pekerjaan

: ................................................

2. TERGUGAT :
a. Nama Jabatan

: ................................................

b. Tempat Kedudukan

: ................................................

c. Dihilangkan
II.

TENTANG OBYEK GUGATAN :


UNSUR-UNSUR KEPT. TUN :

III.

TERTULIS

INDIVIDUAL

TINGKAT HUKUM-TUN

FINAL

KONKRIT

AKIBAT HUKUM

TENTANG ALASAN-ALASAN GUGATAN :


KEPUTUSAN TUN YANG BERSANGKUTAN
BERTENTANGAN DENGAN :

IV.

a. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

b. ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK

TENTANG TUNTUTAN GUGATAN :


1. PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN

2. PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN DAN GANTI RUGI

3. PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN, GATI RUGI DAN REHABILITASI

4. LAIN-LAIN

91

V.

PENELITIAN GUGATAN :
UNSUR-UNSUR KEPT. TUN :
1. TENGGANG WAKTU
MENGGUGAT

MASIH

LEWAT

2. KOMPETENSI

MASUK

KELUAR

3. UPAYA BANDING ADM

TIDAK ADA

ADA

4. KUMULTIF

SUBYEK

OBYEK

5. LAIN-LAIN PENDAPAT
VI.

PENDAPAT :
A. PAN-MUD-PERKARA

VII.

B.

WAKIL PANITERA

C.

PANITERA

CATATAN PENDAPAT KETUA :

VIII. DISPOSISIS/KESIMPULAN :

92

Form.: Penetapan Lolos Dissmissal

PENETAPAN
Nomor : ../PEN-DIS/TAHUN/PTUN (NAMA PENGADILAN)
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Kami, Ketua Pengadilan TUN di telah membaca surat gugatan
Penggugat tertanggal .. yang telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan TUN . tanggal , Nomor Register
Perkara : ./G/TAHUN/PTUN (nama pengadilan)
Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor :.............................................................................


tanggal ...................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Untuk selanjutnya disebut sebagai ................................................................. PENGGUGAT
M ELAWAN :

Nama Jabatan
: ............................................................................................................
Tempat Kedudukan : ............................................................................................................
............................................................................................................
Untuk selanjutnya disebut sebagai .................................................................... TERGUGAT
Menimbang, bahwa setelah diadakan penelitian dalam Rapat Permusyawaratan,
ternyata bahwa gugatan a quo tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud
oleh Pasal 62 ayat (1) huruf a sampai dengan e Undang-undang tentang PERATUN.
Menimbang, bahwa oleh karenanya terhadap gugatan tersebut dapat dilanjutkan
pemeriksaannya dengan Acara Biasa dan perlu ditunjuk Majelis Hakim yang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan gugatan tersebut.
Ditetapkan di : .......................
Pada tanggal : .......................
PENGADILAN TUN (LOKASI)
KETUA,
_______________________
NIP :

93

Form. : Penetapan Acara Cepat


PENETAPAN
Nomor : ../PEN-DIS/TAHUN/PTUN (NAMA PENGADILAN)
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Kami, Ketua Pengadilan TUN di telah membaca surat gugatan
Penggugat tertanggal .. yang telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan TUN . tanggal , Nomor Register
Perkara : ./G/TAHUN/PTUN (nama pengadilan)
Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor :.............................................................................


tanggal ...................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Untuk selanjutnya disebut sebagai ................................................................. PENGGUGAT
M ELAWAN :

Nama Jabatan
: ............................................................................................................
Tempat Kedudukan : ............................................................................................................
............................................................................................................
Untuk selanjutnya disebut sebagai .................................................................... TERGUGAT
Menimbang, bahwa setelah diadakan penelitian dalam Rapat Permusyawaratan,
ternyata bahwa gugatan a quo tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud
oleh Pasal 62 ayat (1) huruf a sampai dengan e Undang-undang tentang PERATUN.
Menimbang, bahwa oleh karenanya terhadap gugatan tersebut dapat dilanjutkan
pemeriksaannya dengan Acara Cepat dan perlu ditunjuk Hakim Tunggal yang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan gugatan tersebut.
Ditetapkan di : .......................
Pada tanggal : .......................
PENGADILAN TUN (LOKASI)
KETUA,
_________________________
NIP :

94

Form. : Penetapan Penunjukan Majelis Hakim


PEN E TAPAN
Nomor : ../PEN/TAHUN/PTUN (LOKASI)
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

1.

2.

Kami, Ketua Pengadilan TUN di telah membaca :


Surat gugatan Penggugat tertanggal ..................... yang didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan TUN (LOKASI) pada tanggal .. dengan register Nomor :
../G/TAHUN/PTUN-(LOKASI).
Surat Penetapan Ketua Pengadilan TUN . tentang lolos Dismissal
Nomor : Nomor : ../PEN-DIS/TAHUN/PTUN-(LOKASI) tanggal ..................................
yang diajukan oleh :
Nama

: .....................................................................................................

Kewarganegaraan : .....................................................................................................
Pekerjaan

: .....................................................................................................

Tempat Tinggal

: .....................................................................................................

Menimbang, bahwa untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini dengan
Acara Biasa perlu ditunjuk Majelis Hakim yang susunannya sebagaimana tersebut
di bawah ini :
Memperhatikan Pasal 133, dan 134 Undang-undang tentang PERATUN.
M EN E TAPKAN :
Menunjuk

: 1. .. sebagai Hakim Ketua


: 2. .. sebagai Hakim Anggota
: 3. .. sebagai Hakim Anggota

Untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini.


Ditetapkan di : .......................
Pada tanggal : .......................
PENGADILAN TUN (LOKASI)
KETUA,
______________________
NIP :
Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan TUN tersebut di atas, untuk
mendampingi Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini, perlu ditunjuk Panitera
Pengganti sebagaimana di bawah ini :
Memperhatikan Pasal 137 jo. 138 Undang-undang tentang PERATUN.
Menunjuk

: sebagai Panitera Pengganti.


PENGADILAN TUN (LOKASI)

95

P A N I T E R A,
_________________________
NIP :
Form. : Penetapan Penunjukan Hakim Tunggal
PENETAPAN
Nomor : ../PEN/TAHUN/PTUN (LOKASI)
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

1.

2.

Kami, Ketua Pengadilan TUN di telah membaca :


Surat gugatan Penggugat tertanggal ................................................................. yang di
daftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN (LOKASI) pada tanggal
.. dengan register Nomor : ../G/TAHUN/PTUN-(LOKASI)
Surat Penetapan Ketua Pengadilan TUN . tentang lolos Dismissal
Nomor : Nomor : ../PEN-DIS/TAHUN/PTUN-(LOKASI) tanggal ..................................
yang diajukan oleh :
Nama

: .....................................................................................................

Kewarganegaraan : .....................................................................................................
Pekerjaan

: .....................................................................................................

Tempat Tinggal

: .....................................................................................................
.....................................................................................................

Menimbang, bahwa untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini dengan
Acara Cepat perlu ditunjuk Hakim Tunggal sebagai tersebut di bawah ini :
Memperhatikan Pasal 133 dan 134 Undang-undang tentang PERATUN.
Menunjuk

M EN E TAPKAN :
: ..

sebagai Hakim Tunggal

Untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini.


Ditetapkan di : .......................
Pada tanggal : .......................
PENGADILAN TUN (LOKASI)
KETUA,
________________________
NIP :
Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan TUN tersebut di atas, untuk
mendampingi Hakim Tunggal yang memeriksa perkara ini, perlu ditunjuk Panitera
Pengganti sebagaimana di bawah ini :
Memperhatikan Pasal 137 jo. 138 Undang-undang tentang PERATUN.
Menunjuk

: sebagai PANITERA PENGGANTI.

96

PENGADILAN TUN (LOKASI)


P A N I T E R A,
_________________________
NIP :
Form. : Penetapan Penentuan Hari Pemeriksaan Persiapan
PENETAPAN
Nomor : ../PEN-HS/TAHUN/PTUN-(LOKASI)
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Kami, Ketua Majelis Hakim Pengadilan TUN (lokasi), membaca :
- Surat Gugatan Penggugat tertanggal yang telah didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan TUN Jakarta pada tanggal dengan register Nomor............................
- Surat Penetapan Ketua Pengadilan TUN (lokasi) tentang Penunjukan Majelis Hakim
tertanggal Nomor ....................................................................................................
Dalam perkara antara :
Nama
: ...........................................................................................................
Kewarganegaraan : ...........................................................................................................
Pekerjaan
: ...........................................................................................................
Tempat Tinggal
: ...........................................................................................................
...........................................................................................................
Untuk selanjutnya disebut sebagai ................................................................ PENGGUGAT;
M ELAWAN :

Nama Jabatan
: ............................................................................................................
Tempat Kedudukan : ............................................................................................................
Untuk selanjutnya disebut sebagai ................................................................... TERGUGAT;
Menimbang, bahwa mengenai hari Pemeriksaan Persiapan dalam perkara tersebut,
perlu ditetapkan.
Memperhatikan : Ketentuan dari Pasal 58 ayat (3) dan (4), Pasal 63, Pasal 34 dan
Pasal 65 Undang-undang tentang PERATUN.
M ENETAPKAN

Memerintahkan untuk memanggil kedua belah pihak untuk menghadap Majelis Hakim
dalam pemeriksaan persiapan Pengadilan TUN (lokasi), , Pada :
Hari
: ...........................................................................................................
Tanggal : ...........................................................................................................
Jam
: ...........................................................................................................
Dengan membawa surat-surat bukti/saksi yang perlu didengar/diajukan dalam
Pemeriksaan Perkara Persidangan tersebut.

97

Menetapkan, bahwa tenggang waktu untuk memanggil kedua belah pihak dengan
waktu pemeriksaan persiapan paling sedikit 6 (enam) hari.
Ditetapkan di :
Pada tanggal : .

Pemeriksaan Persiapan
Dilakukan oleh Hakim :

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA (LOKASI)


HAKIM KETUA MAJELIS,
___________________
NIP :

___________________
NIP :

SU RAT PAN G GI LAN


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Kami, Panitera Pengganti Pengadilan TUN (lokasi), atas nama Panitera
Pengadilan TUN (Lokasi), dan berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Nomor :
../PEN-HS/../PTUN.(lokasi), tertanggal .., dan sesuai dengan
Pasal 63 Undang-undang Tentang PERATUN, memanggil :
Nama Jabatan
Berkedudukan

: ...........................................................................................................
: ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT;

Agar datang menghadap Hakim Ketua Majelis Pengadilan TUN (lokasi), dalam perkara
Nomor : ./G/PTUN-(LOKASI)/., untuk didengar keterangannya dalam acara
Pemeriksaan Persiapan pada :
Hari
Tanggal
Jam
Tempat

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

Sehubungan dengan gugatan yang diajukan oleh :


Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT;
,..
PANITERA PENGGANTI,
_____________________
NIP .

Catatan :
................................................
................................................
................................................

98

99

Pasal 63 UU tentang PERATUN

Pemeriksaan Persiapan : Form A.

SU RAT PAN G GI LAN


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Kami, Panitera Pengganti Pengadilan TUN (lokasi), atas nama Panitera
Pengadilan TUN (Lokasi), dan berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Nomor :
../PEN-HS/../PTUN.(lokasi), tertanggal .., dan sesuai dengan
Pasal 63 Undang-undang tentang PERATUN, memanggil :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT;

Agar datang menghadap Hakim Ketua Majelis Pengadilan TUN (lokasi), dalam perkara
Nomor : ./G/PTUN-(LOKASI)/., untuk didengar keterangannya dalam acara
Pemeriksaan Persiapan pada :
Hari
Tanggal
Jam
Tempat

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

Sehubungan dengan gugatan yang saudara ajukan terhadap :


Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Selaku Pihak TERGUGAT ;

, ..
PANITERA PENGGANTI,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................
...........................................................

100

Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 UU tentang PERATUN

Persidangan : Form A.

SU RAT PAN G GI LAN


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di
berdasarkan perintah Hakim Ketua Majelis dalam persidangan tanggal ....
sesuai dengan Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 Undang-undang tentang PERATUN, memanggil :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Selaku Pihak PENGGUGAT;
Lawan

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Selaku Pihak TERGUGAT;
Dalam perkara Nomor :..........................................................................................................
agar hadir pada persidangan perkara tersebut, dengan membawa bukti-bukti dan saksisaksi yang diperlukan pada :
Hari
Tanggal
Jam
Tempat

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Gedung Pengadilan TUN(LOKASI)
Jalan .................................................................................................
di .......................................................................................................

.., 20
Panitera/Panitera Pengganti,
_____________________
NIP .

101

Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 UU tentang PERATUN

Persidangan : Form B.

SU RAT PAN G GI LAN


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di
berdasarkan perintah Hakim Ketua Majelis dalam persidangan tanggal ....
sesuai dengan Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 Undang-undang Tentang PERATUN, memanggil:
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Selaku Pihak TERGUGAT,
Lawan
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Selaku Pihak PENGGUGAT;

Dalam perkara Nomor :......................................................................................................


agar hadir pada persidangan perkara tersebut, dengan membawa bukti-bukti dan saksisaksi yang diperlukan pada :
Hari
Tanggal
Jam
Tempat

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Gedung Pengadilan TUN ...................................................................
Jalan .................................................................................................
di .......................................................................................................

Panggilan ini dilakukan dengan surat tercatat dan bersama ini disampaikan pula Salinan
Gugatan dalam perkara tersebut, dengan pemberitahuan bahwa gugatan dijawab secara
tertulis.
.., 20
Panitera/Panitera Pengganti,
_____________________
NIP .

102

Pasal 62 ayat (2) huruf a dan b

Dissmisal Prosedur : Form A.

SU RAT PAN G GI LAN


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di
..
atas perintah ketua Pengadilan sesuai dengan Pasal 62 ayat (2) b, Undang-undang
Tentang PERATUN, memanggil :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Selaku Pihak PENGGUGAT;

Dalam perkara Nomor :..........................................................................................................


untuk mendengar ucapan Penetapan Ketua Pengadilan pada :
Hari
Tanggal
Jam
Tempat

:
:
:
:

..........................................................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................
Pengadilan Tata Usaha Negara .........................................................
Jalan ................................................................................................
di ......................................................................................................

Sehubungan dengan gugatan yang Saudara ajukan terhadap pihak Tergugat :


Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................

.., 20
Panitera/Panitera Pengganti,
_____________________
NIP .

103

Pasal 62 ayat (2) b UU tentang PERATUN


B.

Dissmisal Prosedur : Form

SU RAT PAN G GI LAN


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di
..
atas perintah ketua Pengadilan sesuai dengan Pasal 62 ayat (2) b, Undang-undang
Tentang PERATUN, memanggil :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Selaku Pihak TERGUGAT;
Dalam perkara Nomor :..........................................................................................................
untuk mendengar ucapan Penetapan Ketua Pengadilan pada :
Hari
Tanggal
Jam
Tempat

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Ruang Rapat Ketua Pengadilan di Gedung Pengadilan Tata Usaha
Negara .................................................................................................
Jalan .................................................................................................
di .......................................................................................................

Sehubungan dengan gugatan yang diajukan :


Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

.., 20
Panitera/Panitera Pengganti,
_____________________
NIP .

104

Pasal 125 ayat (1) jo. Pasal 59 ayat (1) jo. Pasal 139 UU tentang PERATUN

AKTA PERMOHONAN BANDING


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , menghadap saya , Panitera
Pengadilan TUN (lokasi), seorang bernama .., Kewarganegaraan ,
Pekerjaan . beralamat di , berdasarkan Surat Kuasa
Khusus Nomor : .. tertanggal .., bertindak
untuk dan atas nama . (PENGGUGAT), yang menerangkan bahwa ia
menyatakan Banding terhadap Putusan Pengadilan TUN (lokasi) Nomor : ...
. Tanggal .., Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Demikian dibuat Akta Permohonan Banding ini yang ditandatangani oleh saya
.., Panitera Pengadilan TUN (lokasi) dan Pemohon Banding/Kuasa
Pembanding.
Yang Menyatakan Banding

P A N I T E R A.

_____________________

_______________
NIP :

105

Pasal 125 ayat (2) UU tentang PERATUN

SURAT PEMBERITAHUAN PERNYATAAN BANDING


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera
Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 125 ayat (2) Undang-undang Tentang
PERATUN.
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Bahwa pada tanggal , pihak PENGGUGAT telah menyatakan
Banding terhadap Putusan Pengadilan TUN (lokasi) Nomor : ., tanggal
. Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya ..
Panitera Pengadilan TUN (lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................
...........................................................

106

Pasal 125 ayat (1) jo. Pasal 59 ayat (1) jo. Pasal 139 UU tentang PERATUN

AKTA PERMOHONAN BANDING


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , menghadap saya , Panitera
Pengadilan TUN (lokasi), seorang bernama .., Kewarganegaraan ,
Pekerjaan . beralamat di , berdasarkan Surat Kuasa
Khusus Nomor : .. tertanggal .., bertindak
untuk dan atas nama . (TERGUGAT), yang menerangkan bahwa ia
menyatakan Banding terhadap Putusan Pengadilan TUN (lokasi) Nomor : ...
. Tanggal .., Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/................................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Demikian dibuat Akta Permohonan ini yang ditandatangani oleh saya ..,
Panitera Pengadilan TUN (lokasi) dan Pemohon Banding/Kuasa Pembanding.
Yang Menyatakan Banding

P A N I T E R A.

_____________________

_______________
NIP :

107

Pasal 125 ayat (2) UU tentang PERATUN

SURAT PEMBERITAHUAN PERNYATAAN BANDING


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera
Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 125 ayat (2) Undang-undang Tentang
PERATUN.
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Tempat Tinggal

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................

Bahwa pada tanggal , pihak TERGUGAT telah menyatakan Banding


terhadap Putusan Pengadilan TUN (lokasi) Nomor : ., tanggal
. Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya ..
Panitera Pengadilan TUN (lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................
...........................................................

108

Pasal 125 ayat (3)

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN


MEMORI BANDING
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera
Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 126 ayat (3) Undang-undang Tentang
PERATUN.
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/...............................................................
Tentang memori Banding tertanggal .., yang diajukan oleh :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................

Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (LOKASI) pada Tanggal ..


, Salinan Memori Banding mana telah diserahkan kepadanya dengan
diberitahukan bahwa Memori Banding tersebut dapat dijawab olehnya serta disampaikan ke
Pengadilan TUN (lokasi).

Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya ..


Panitera Pengadilan TUN (lokasi).
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................
...........................................................

109

Pasal 126 ayat (3) UU tentang PERATUN.

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN


KONTRA MEMORI BANDING
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera
Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 126 ayat (3) Undang-undang Tentang
PERATUN.
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/..........................................................

Tentang Surat Kontra Memori Banding tertanggal ., yang diajukan


oleh :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak
TERGUGAT/...............................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN .. tanggal ... Salinan
Kontra Memori Banding mana telah diserahkan kepadanya.
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya .. Panitera
Pengadilan TUN (lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................
...........................................................

110

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN


MEMORI BANDING
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera
Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 126 ayat (3) Undang-undang Tentang
PERATUN.
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/............................................................

Tentang surat Memori Banding tertanggal ., yang diajukan oleh :


Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/..............................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (LOKASI) pada Tanggal ..
, Salinan Memori Banding mana telah diserahkan kepadanya dengan
diberitahukan bahwa Memori Banding tersebut dapat dijawab olehnya serta disampaikan ke
Pengadilan TUN (lokasi)..........................................................................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya ..
Panitera Pengadilan TUN (lokasi).
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................
...........................................................

111

Pasal 126 ayat (3) UU tentang PERATUN

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN


KONTRA MEMORI BANDING
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera
Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan Pasal 126 ayat (3) Undang-undang Tentang
PERATUN.
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Tentang Surat Kontra Memori Banding tertanggal,.., yang diajukan oleh :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/ ............................................................

Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN .. tanggal ... Salinan


Kontra Memori Banding mana telah diserahkan kepadanya..................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya .. Panitera
Pengadilan TUN (lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................

112

Form. : Untuk Penggugat

SURAT PEMBERITAHUAN UNTUK MELIHAT BERKAS PERKARA


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera


Pengadilan TUN Jakarta, atas perintah Ketua Pengadilan TUN (Lokasi).
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/ ..........................................................

Bahwa berkas perkara tengah dipersiapkan untuk dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN
.., oleh karenanya pada para pihak dapat melihat berkas perkara tersebut sebelum
dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN . (lokasi).
DALAM PERKARA ANTARA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/ ..........................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/ ..............................................................

Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya .. Panitera


Pengadilan TUN (lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................
...........................................................

113

Form. : Untuk Tergugat

SURAT PEMBERITAHUAN UNTUK MELIHAT BERKAS PERKARA


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera


Pengadilan TUN Jakarta, atas perintah Ketua Pengadilan TUN (Lokasi).
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Bahwa berkas perkara tengah dipersiapkan untuk dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN
.., oleh karenanya pada para pihak dapat melihat berkas perkara tersebut sebelum
dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN . (lokasi).
DALAM PERKARA ANTARA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/ ..........................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya .. Panitera
Pengadilan TUN (lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................
...........................................................

114

Form. : Untuk Penggugat

SURAT PEMBERITAHUAN PUTUSAN BANDING


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera


Pengadilan TUN (LOKASI), atas perintah Ketua Pengadilan TUN (Lokasi).
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/ ...........................................................

Tentang isi Putusan Pengadilan Tinggi TUN .. tertanggal ., Nomor :


Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/...........................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Bahwa atas putusan tersebut di atas para pihak atau wakilnya yang dikuasakan untuk
mengajukan permohonan ini, dapat mengajukan permohonan Kasasi pada Mahkamah
Agung dengan Surat yang disampaikan kepada Panitera Pengadilan TUN yang
bersangkutan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak pemberitahuan
ini diterima dan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah permohonan dicatat,
permohonan kasasi harus menyampaikan alasan-alasan permohonan Kasasi pada
Panitera tersebut.

115

Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya .. Panitera


Pengadilan TUN (lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................
...........................................................
Tembusan disampaikan kepada Yth. :
1. Ketua Pengadilan Tinggi TUN
2. Arsip.

116

Form. : Untuk Tergugat

SURAT PEMBERITAHUAN PUTUSAN BANDING


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera


Pengadilan TUN (LOKASI), atas perintah Ketua Pengadilan TUN (Lokasi).
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Tentang isi Putusan Pengadilan Tinggi TUN .. tertanggal ., Nomor :
Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Sebagai Pihak PENGGUGAT/ ..........................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Sebagai Pihak TERGUGAT/ ............................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Bahwa atas putusan tersebut di atas para pihak atau wakilnya yang dikuasakan untuk
mengajukan permohonan ini, dapat mengajukan permohonan Kasasi pada Mahkamah
Agung dengan Surat yang disampaikan kepada Panitera Pengadilan TUN yang
bersangkutan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak pemberitahuan
ini diterima dan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah permohonan dicatat,
permohonan kasasi harus menyampaikan alasan-alasan permohonan Kasasi pada
Panitera tersebut.

117

Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya .. Panitera


Pengadilan TUN (lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
...........................................................
...........................................................
Tembusan disampaikan kepada Yth. :
1. Ketua Pengadilan Tinggi TUN
2. Arsip.

118

Pasal 131 jo. UU tentang PERATUN

AKTA PERMOHONAN KASASI


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , menghadap saya


, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), seorang bernama :
.., Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan ..,
beralamat di .., bertindak untuk dan atas nama : ....................................
(PENGGUGAT), berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : ., tertanggal
. menerangkan bahwa ia menyatakan Kasasi terhadap putusan
Pengadilan Tinggi TUN (lokasi) Nomor : ../B//PT.TUN-(LOKASI), tanggal
..
Dalam Perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
.......................................................
Melawan:
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :

............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

Demikian Akta permohonan Kasasi ini dibuat yang ditandatangani oleh Panitera Pengadilan
TUN (lokasi) dan Kuasa Pemohon Kasasi.
PEMOHON KASASI/KUASA PEMOHON KASASI

( )

P A N I T E R A.

_______________

119

NIP :
Pasal 131 jo. UU tentang PERATUN

AKTA PERMOHONAN KASASI


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , menghadap saya


,
Panitera
Pengadilan
TUN,
seorang
bernama
:
.., Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan ..,
beralamat di .., bertindak untuk dan atas nama : ............................
(TERGUGAT), berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : ., tertanggal
. menerangkan bahwa ia menyatakan Kasasi terhadap putusan
Pengadilan Tinggi TUN (lokasi) Nomor : ../B//PT.TUN-(LOKASI), tanggal
..
Dalam Perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
.......................................................
Melawan:
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :

............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

Demikian Akta permohonan Kasasi ini dibuat yang ditandatangani oleh Panitera Pengadilan
TUN (lokasi) dan Kuasa Pemohon Kasasi.
PEMOHON KASASI/KUASA PEMOHON KASASI

P A N I T E R A.

120

( )

_______________
NIP :

121

Form. : Untuk Tergugat/Termohon Kasasi

SURAT PEMBERITAHUAN PERMOHONAN KASASI


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera


Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan TUN tersebut.
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Bahwa ....................., semula sebagai PENGGUGAT sekarang sebagai PEMOHON
KASASI dalam perkara Nomor : ../G/../PTUN-(lokasi), pada tanggal
, telah menyatakan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi TUN
(Lokasi) tanggal ., Nomor : /B/........../PT.TUN-(lokasi).
Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
.......................................................
Melawan:
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya .. Panitera
Pengadilan TUN (lokasi).
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Dikuasakan kepada :
...........................................................

122

Form. : Untuk Penggugat/Termohon Kasasi

SURAT PEMBERITAHUAN PERMOHONAN KASASI


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera


Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan TUN tersebut.
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
.......................................................
Bahwa ....................., semula sebagai TERGUGAT sekarang sebagai PEMOHON KASASI
dalam
perkara
Nomor
:
../G/../PTUN-(lokasi),
pada
tanggal
, telah menyatakan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi TUN
(Lokasi) tanggal ., Nomor : /B/........../PT.TUN-(lokasi).
Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
.......................................................
Melawan:
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................

Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya .. Panitera


Pengadilan TUN (lokasi).
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Dikuasakan kepada :

123

...........................................................

124

Form. : Untuk Tergugat/Termohon Kasasi

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN


MEMORI KASASI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada
hari
ini,
.
tanggal
,
saya
, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan
TUN tersebut.
TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Dalam perkara Nomor : /G//PTUN-(lokasi), tentang Surat Memori Kasasi
tertanggal ., yang diajukan oleh :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
.......................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (Lokasi) pada tanggal ..
, bahwa memori kasasi tersebut dapat dijawab dalam tenggang waktu 14
(empat belas) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi ini dan disampaikan
kepada Panitera Pengadilan TUN (lokasi).
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya .., Panitera
Pengadilan TUN (Lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Dikuasakan kepada :
...........................................................

125

Form. : Untuk Penggugat/Termohon Kasasi

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN


MEMORI KASASI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada
hari
ini,
.
tanggal
,
saya
, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan
TUN tersebut.
TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
.......................................................
Dalam perkara Nomor : ../G//PTUN-(lokasi), tentang Surat Memori Kasasi
tertanggal ., yang diajukan oleh :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (Lokasi) pada tanggal ..
, bahwa memori kasasi tersebut dapat dijawab dalam tenggang waktu 14
(empat belas) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi ini dan disampaikan
kepada Panitera Pengadilan TUN (lokasi).
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya .., Panitera
Pengadilan TUN (Lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Dikuasakan kepada :
...........................................................

126

Form. : Untuk Tergugat/Termohon Kasasi

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN


KONTRA MEMORI KASASI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada
hari
ini,
.
tanggal
,
saya
, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan
TUN tersebut.
TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Dalam perkara Nomor : ../G//PTUN-(lokasi), tentang Surat Kontra Memori
Kasasi tertanggal ., yang diajukan oleh :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
.......................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (Lokasi) pada tanggal ..
,.
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya .., Panitera
Pengadilan TUN (Lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Dikuasakan kepada :
...........................................................

127

Form. : Untuk Penggugat/Termohon Kasasi

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN


KONTRA MEMORI KASASI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada
hari
ini,
.
tanggal
,
saya
, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan
TUN tersebut.
TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
.......................................................
Dalam perkara Nomor : ../G//PTUN-(lokasi), tentang Surat Kontra Memori
Kasasi tertanggal ., yang diajukan oleh :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (Lokasi) pada tanggal ..
,.
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya .., Panitera
Pengadilan TUN (Lokasi)
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*) Dikuasakan kepada :
...........................................................

128

Pasal 53 ayat (2) UU tentang PERATUN

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN SALINAN PUTUSAN


MAHKAMAH AGUNG RI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera


Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan perintah Ketua Pengadilan TUN (Lokasi).
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang .........................................................
Tentang isi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : ......K/TUN/......,
tertangal ..................
DALAM PERKARA ANTARA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
......................................................
Melawan:
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang .........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :

............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya .. Panitera


Pengadilan TUN (lokasi)
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
Tembusan disampaikan kepada Yth :
Panitera Mahkamah Agung RI
Jl. Medan Merdeka Utara No. 9 13
Jakarta Pusat

P A N I T E R A,
NIP.

129

Pasal 53 ayat (2) UU tentang PERATUN

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN SALINAN PUTUSAN


MAHKAMAH AGUNG RI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , saya , Panitera
Pengadilan TUN (lokasi), berdasarkan perintah Ketua Pengadilan TUN (Lokasi).
TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
......................................................
Tentang isi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : ........K/TUN/......,
tertangal ..................
DALAM PERKARA ANTARA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Beralamat di

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang
......................................................
Melawan:
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang .........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :

............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

Demikian Surat Pemberitahuan ini dibuat oleh saya .. Panitera


Pengadilan TUN (lokasi)
*) Memberikan Kuasa kepada Yth. :
...........................................................
Tembusan disampaikan kepada Yth :

P A N I T E R A,
NIP.

130

Panitera Mahkamah Agung RI


Jl. Medan Merdeka Utara No. 9 13
Jakarta Pusat
Pasal 116 ayat (1) UU tentang PERATUN
PEN E TAPAN
No :.......
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

1.
2.
3.

Kami, Ketua Pengadilan TUN .. telah membaca :


Putusan Pengadilan TUN . No :........................... Tanggal :
.
Putusan Pengadilan Tinggi TUN . No :............ Tanggal :

Putusan Mahkamah Agung RI No : . Tanggal : ............

Menimbang, bahwa dengan adanya Putusan Mahkamah Agung RI No :..


tanggal
:,
maka
Putusan
Pengadilan
Tinggi/TUN ................................... No :.. Tanggal : telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal 116 ayat (1) Undang-undang
tentang PERATUN terhadap Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap tersebut haruslah dikirimkan kepada para pihak.
Menimbang, bahwa oleh karena itu perlu diperintahkan kepada Panitera Pengadilan
Tinggi/TUN Untuk mengirimkan salinan Putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut kepada para pihak dengan surat tercatat
selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak dikeluarkan Penetapan ini.
Membebankan biaya pengiriman tersebut pada biaya pelaksanaan Putusan.
Mengingat, akan Pasal-pasal 115, Pasal 116, Pasal 119 Undang-undang Tentang
PERATUN serta pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
M EN E TAPKAN :
1. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Tinggi/TUN . Untuk
mengirimkan salinan Putusan Pengadilan Tinggi/TUN No:..................
Tanggal . Kepada para pihak dengan surat tercatat selambat-lambatnya
dalam waktu 14 (empat belas) hari dihitung sejak dikeluarkannya Penetapan ini.
2. Membebankan biaya pengiriman ini kepada biaya pelaksanaan Putusan (Eksekusi)
yang ada.
Ditetapkan di
Pada Tanggal

: ..
: ..

Pengadilan Tinggi/TUN

K E T U A,

NIP :

131

Pasal 116 ayat (1) UU tentang PERATUN

SURAT PENGANTAR PENGIRIMAN SALINAN PUTUSAN PENGADILAN


YANG TELAH MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini tanggal .. Saya .. Panitera
Pengadilan Tinggi/TUN . Berdasarkan Perintah Ketua Pengadilan
Tinggi/TUN ............. sebagaimana disebutkan di dalam Penetapannya tertanggal
No:
Telah mengirimkan Salinan Putusan Pengadilan Tinggi/TUN . No :
. Tanggal : . Yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
(terlampir).
KEPADA :
Nama Jabatan
Tempat Kedudukan

: ................................................................................
: ....................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..............................................

Surat Pengantar beserta Pengiriman Salinan Putusan ini dilaksanakan dengan


surat tercatat.
Demikian surat ini dibuat oleh Saya, .. Panitera Pengadilan
Tinggi TUN .. (Lokasi)/Panitera Pengadilan TUN (Lokasi).
PANITERA,

NIP.

132

Pasal 116 ayat (1) UU tentang PERATUN

SURAT PENGANTAR PENGIRIMAN SALINAN PUTUSAN PENGADILAN


YANG TELAH MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini tanggal .. Saya .. Panitera
Pengadilan Tinggi/TUN . Berdasarkan Perintah Ketua Pengadilan
Tinggi/TUN ................ sebagaimana disebutkan di dalam Penetapannya tertanggal
No:
Telah mengirimkan Salinan Putusan Pengadilan Tinggi/TUN . No :
. Tanggal : . Yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
(terlampir).
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat

K E PADA:
: ................................................................................
: ....................................................................................
: ........................................................................
: ................................................................
Semula PENGGUGAT sekarang .........................................

Surat Pengantar beserta Pengiriman Salinan Putusan ini dilaksanakan dengan


surat tercatat.
Demikian surat ini dibuat oleh Saya, .. Panitera Pengadilan
Tinggi TUN .. (Lokasi)/Panitera Pengadilan TUN (Lokasi).
PANITERA,

NIP.

133

Form. : Penggugat/Pemohon PK

AKTA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , menghadap saya :
, Panitera Pengadilan TUN (lokasi) seorang bernama : .
. Warganegara Indonesia, Pekerjaan , beralamat
di .., bertindak untuk dan atas nama : .,
selaku PENGGUGAT, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : .
tertanggal , yang menerangkan bahwa ia menyatakan Peninjauan
Kembali terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : /K/TUN/
, tanggal ..
Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
..........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang ...................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
..........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :

............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

Demikian Akta Peninjauan Kembali ini dibuat yang ditandatangani oleh Panitera
Pengadilan TUN (lokasi) dan Kuasa Pemohon Peninjauan Kembali.

PEMOHON /KUASA PENINJAUAN KEMBALI

( )

P A N I T E R A.

_______________

134

NIP :

135

Form. : Penggugat/Termohon PK

AKTA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI


Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, . tanggal , menghadap saya :
, Panitera Pengadilan TUN (lokasi) seorang bernama : .
. Warganegara Indonesia, Pekerjaan , beralamat
di .., bertindak untuk dan atas nama : .,
selaku TERGGUGAT, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : .
tertanggal , yang menerangkan bahwa ia menyatakan Peninjauan
Kembali terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : /K/TUN/
, tanggal ..
Dalam perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
..........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang .......................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ......................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :

............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

Demikian Akta Peninjauan Kembali ini dibuat yang ditandatangani oleh Panitera
Pengadilan TUN (lokasi) dan Kuasa Pemohon Peninjauan Kembali.

PEMOHON /KUASA PENINJAUAN KEMBALI

( )

P A N I T E R A.

_______________
NIP :

136

Pasal 67 b jo. Pasal 69 b UU tentang PERATUN


BERITA ACARA SUMPAH
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, ... tanggal .., telah
menghadap kami : .., Ketua Pengadilan TUN
(lokasi), seorang Laki-laki / Perempuan :
Nama
Kewarganegaraan
Agama
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

Bahwa sesuai dengan Surat Permohonan Nomor : ...............................................................,


tertanggal , Perihal : ........................................................,
yang pada pokoknya mohon agar diletakkan sumpah atas diketemukannya surat bukti,
pada :
Hari
Tanggal
Berasal dari
Berupa

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

Bukti mana akan dipergunakan untuk persyaratan permohonan Peninjauan Kembali (PK) di
Mahkamah Agung RI, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 67 huruf b jo. Pasal 69 huruf b
Undang-undang tentang Mahkamah Agung.
Adapun lafal Sumpah yang telah diucapkan sesuai dengan Agama yang dianutnya yaitu
Islam, yang berbunyi sebagai berikut :
DEMI ALLAH, Saya bersumpah bahwa surat yang akan diajukan sebagai bukti
dalam perkara Peninjauan Kembali (PK), Perkara Nomor : ................................/G.TUN/
/ . / PTUN.JKT., jo. Peninjauan Kembali Nomor : ....................
/ PK- . / PTUN.JKT., adalah saya temukan pada hari : ...............
., tanggal
Sumpah ini dilakukan di hadapan Kami,.................................................................................,
Ketua Pengadilan TUN (lokasi), sesuai dengan ketentuan Pasal 67 huruf b, jo. Pasal 69
huruf b Undang-undang tentang Mahkamah Agung.
Yang diambil Sumpah

__________________

Pejabat Yang membacakan Sumpah,


PENGADILAN TUN (lokasi)
KETUA,

_________________________
NIP :

137

Pasal 67 b jo. Pasal 69 b UU tentang PERATUN


BERITA ACARA JANJI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.
Pada hari ini, ... tanggal .., telah
menghadap kami : .., Ketua Pengadilan TUN
(lokasi), seorang Laki-laki / Perempuan :
Nama
Kewarganegaraan
Agama
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

Bahwa sesuai dengan Surat Permohonan Nomor : ...............................................................,


tertanggal , Perihal : ........................................................,
yang pada pokoknya mohon agar diletakkan sumpah atas diketemukannya surat bukti,
pada :
Hari
Tanggal
Berasal dari
Berupa

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................

Bukti mana akan dipergunakan untuk persyaratan permohonan Peninjauan Kembali (PK) di
Mahkamah Agung RI, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 67 huruf b jo. Pasal 69 huruf b
Undang-undang tentang Mahkamah Agung.
Adapun lafal Sumpah yang telah diucapkan sesuai dengan Agama yang dianutnya yaitu
KRISTEN, yang berbunyi sebagai berikut :
DEMI ALLAH, Saya bejanji bahwa surat yang akan diajukan sebagai bukti dalam
perkara Peninjauan Kembali (PK), Perkara Nomor : .........................................../G.TUN/
/ . / PTUN.JKT., jo. Peninjauan Kembali Nomor : ....................
/ PK- . / PTUN.JKT., adalah saya temukan pada hari : ...............
., tanggal , semoga Tuhan menolang saya
Sumpah ini dilakukan di hadapan Kami,.................................................................................,
Ketua Pengadilan TUN (lokasi), sesuai dengan ketentuan Pasal 67 huruf b, jo. Pasal 69
huruf b Undang-undang tentang Mahkamah Agung.
Yang diambil Sumpah

__________________

Pejabat Yang membacakan Sumpah,


PENGADILAN TUN (lokasi)
KETUA,

_________________________
NIP :

138

Form. : Tergugat/Termohon PK

SURAT PEMBERITAHUAN PENINJAUAN KEMBALI DAN


PENYERAHAN MEMORI PENINJAUAN KEMBALI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya


:
, Panitera Pengadilan TUN ., atas Perintah Ketua
Pengadilan TUN tersebut.
TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Dalam Perkara Nomor : ../G.TUN ./PTUN-(lokasi), tentang Memori
Peninjauan Kembali tertanggal ., yang diajukan oleh :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:

........................................................................................................*)
.......................................................................................................
........................................................................................................
........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang ................................................

Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (lokasi), pada tanggal ..


. Bahwa memori Peninjauan Kembali tersebut dapat dijawab dengan
tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori
Peninjauan Kembali ini dan disampaikan kepada Panitera Pengadilan TUN (lokasi).
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya .., Panitera
Pengadilan TUN (lokasi).
PENGADILAN TUN (lokasi)
P A N I T E R A,

_____________________
NIP .

139

Form. : Penggugat/Termohon PK

SURAT PEMBERITAHUAN PENINJAUAN KEMBALI DAN


PENYERAHAN MEMORI PENINJAUAN KEMBALI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya


:
, Panitera Pengadilan TUN ., atas Perintah Ketua
Pengadilan TUN tersebut.
TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:

........................................................................................................*)
.......................................................................................................
........................................................................................................
........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang ....................................................

Dalam Perkara Nomor : ../G.TUN ./PTUN-(lokasi), tentang Memori


Peninjauan Kembali tertanggal ., yang diajukan oleh :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula TERGUGAT, sekarang ..........................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN (lokasi), pada tanggal ..
. Bahwa memori Peninjauan Kembali tersebut dapat dijawab dengan
tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori
Peninjauan Kembali ini dan disampaikan kepada Panitera Pengadilan TUN (lokasi).

Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya .., Panitera


Pengadilan TUN (lokasi).
PENGADILAN TUN (lokasi)
P A N I T E R A,

_____________________
NIP .

140

Form. : Tergugat/Termohon PK

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN


KONTRA MEMORI PENINJAUAN KEMBALI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya


:
, Panitera Pengadilan TUN ., atas Perintah Ketua
Pengadilan TUN tersebut.
TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula
TERGUGAT,
sekarang
...........................................................
Dalam Perkara Nomor : ../G.TUN ./PTUN-... (lokasi) jo. Nomor :
.../PK- ..../PTUN (lokasi), tentang Kontra Peninjauan
Kembali tertanggal .., yang diajukan oleh :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:

........................................................................................................*)
.......................................................................................................
........................................................................................................
........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang ..................................................

Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN . pada tanggal ..


.

Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya .., Panitera


Pengadilan TUN .
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*)

Memberi Kuasa kepada Yth :


..................................................

141

Form. : Penggugat/Termohon PK

SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYERAHAN


KONTRA MEMORI PENINJAUAN KEMBALI
Nomor : ........../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/.

Pada hari ini, . tanggal , saya


:
, Panitera Pengadilan TUN ., atas Perintah Ketua
Pengadilan TUN tersebut.
TELAH MEMBERITAHUKAN DAN MENYERAHKAN KEPADA :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:

........................................................................................................*)
.......................................................................................................
........................................................................................................
........................................................................................................
Semula PENGGUGAT, sekarang ..................................................

Dalam Perkara Nomor : ../G.TUN ./PTUN-... (lokasi) jo. Nomor :


.../PK- ..../PTUN (lokasi), tentang Kontra Peninjauan
Kembali tertanggal .., yang diajukan oleh :
Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
Semula
TERGUGAT,
sekarang
...........................................................
Yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan TUN . pada tanggal ..
.
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya .., Panitera
Pengadilan TUN .
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*)

Memberi Kuasa kepada Yth :


..................................................

142

Form. : Tergugat/Termohon PK

SURAT PEMBERITAHUAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI


Nomor : ../PK/TUN-(lokasi)

Pada hari ini, . tanggal , saya :


, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan
TUN (lokasi).

TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :


Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
........................................................................Semula TERGUGAT,
sekarang ...........................................................
Tentang isi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : ./PK/TUN/.,
tertanggal
Dalam Perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.....................................................................Semula PENGGUGAT,
sekarang ........................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
........................................................................Semula TERGUGAT,
sekarang ...........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :

............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

143

Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya .., Panitera


Pengadilan TUN (lokasi).
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*)

Memberi Kuasa kepada Yth :


..................................................
..................................................

Tembusan disampaikan kepada Yth.


Panitera Mahkamah Agung RI,
Jl. Medan Merdeka Utara No. 9-13,
Jakarta Pusat

144

Form. : Penggugat/Termohon PK

SURAT PEMBERITAHUAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI


Nomor : ../PK/TUN-(lokasi)

Pada hari ini, . tanggal , saya :


, Panitera Pengadilan TUN (lokasi), atas Perintah Ketua Pengadilan
TUN (lokasi).

TELAH MEMBERITAHUKAN KEPADA :


Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.....................................................................Semula PENGGUGAT,
sekarang ........................................................

Tentang isi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : ./PK/TUN/.,


tertanggal
Dalam Perkara antara :
Nama
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat

:
:
:
:

...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.....................................................................Semula PENGGUGAT,
sekarang ........................................................
Melawan:

Nama Jabatan
: ...........................................................................................................
Tempat Kedudukan : ...........................................................................................................
........................................................................Semula TERGUGAT,
sekarang ...........................................................
Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :
M E N GAD I LI :

............................................................................................................................................

145

............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
Demikian Surat pemberitahuan ini dibuat oleh saya .., Panitera
Pengadilan TUN (lokasi).
P A N I T E R A,
_____________________
NIP .
*)

Memberi Kuasa kepada Yth :


..................................................
..................................................

Tembusan disampaikan kepada Yth.


Panitera Mahkamah Agung RI,
Jl. Medan Merdeka Utara No. 9-13,
Jakarta Pusat

146

Anda mungkin juga menyukai