Anda di halaman 1dari 2

Pemahaman Mengenai Hubungan Eksternal yang Dilakukan Persekutuan Perdata,

Firma, dan Commanditaire Vennotschap (CV)

Sebagai suatu pelaksanaan dari menjalankan usaha, sebuah perusahaan pastinya tidak
akan lepas dari apa yang disebut sebagai hubungan internal dan hubungan eksternal. Jika
hubungan internal banyak berbicara mengenai struktur dan proses perjanjian pembentukan
persekutuan, maka hubungan eksternal menjelaskan mengenai aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan dengan para pihak lain. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, akan banyak berbicara
mengenai hubungan eksternal yang dilakukan oleh perusahaan. Setiap penjelasan akan
diberikan contoh sebagai penjelasan lebih lanjut mengenai aspek hubungan eksternal yang
terjadi di persekutuan perdata, firma, dan Commanditaire Vennotschap (CV).

Aspek hubungan eksternal yang pertama, yaitu Persekutuan Perdata atau (Maatschap).
Pasal 1642 KUHPerdata menyebutkan aturan sebagai berikut : “Masing-masing peserta tidak
terikat untuk seluruh utang perseroan dan tidak boleh mengikatkan para peserta lain jika
mereka ini tidak memberi kuasa untuk itu kepadanya.” Melalui penjelasan tersebut, maka dapat
disimpulkan dua hal. Hal pertama, yaitu tindakan hukum yang dilakukan oleh seorang sekutu
baik berupa perikatan utang atau perikatan lain, tidak mengikat anggota lainnya. Hal kedua,
seorang sekutu dapat melakukan tindakan hukum yang melibatkan sekutu lainnya, jika dalam
melakukan tindakan tersebut sekutu yang hendak mengikatkan diri dengan pihak ketiga diberi
kuasa terlebih dahulu oleh sekutu lainnya. Contohnya, A, B , dan C membentuk sebuah
persekutuan perdata dengan perjanjian tertentu di mana persekutuan perdata ini berdagang alat
elektronik. Suatu hari A hendak membeli CCTV guna mengamankan toko tempat mereka
berdagang. Untuk itu, A membeli CCTV dari D, di mana dalam perjanjian yang dilakukan D
juga termasuk dengan pemasangan CCTV tersebut. Diketahui bahwa A membeli CCTV
tersebut dengan pilihan angsuran. Oleh karena itu, akibat hukum yang timbul dari perjanjian
jual – beli antara A dan D hanya terikat pada A, tidak terhadap B dan C sebagai sekutu lainnya.

Selanjutnya mengenai aspek hubungan eksternal dalam Firma. Mengenai hubungan


eksternal firma, telah diatur dalam Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD) pada
Pasa1 17 – 18 KUHD. Melalui Pasal 17 KUHD, terdapat beberapa hal yang dapat dipahami.
Berbeda dengan persekutuan perdata (Maatschaap), sekutu di dalam firma dapat melakukan
tindakan atas nama perusahaan atau firma tersebut. Namun, pasal ini terdapat pengecualian,
jika ditemukan di dalam Anggaran Dasar terdapat aturan di mana sekutu tertentu tidak dapat
melakukan tindakan atas nama perusahaan, maka sekutu tersebut haruslah tunduk pada aturan
AD dari perusahaannya. Selain itu, terdapat pula aturan dalam Pasal 18 KUHD, yang
menyatakan bahwa di dalam persekutuan firma, maka sifat dari tanggung jawab atas akibat
hukum yang dilakukan oleh tindakan seorang sekutu sifatnya saling tanggung menanggung,
yang lebih lanjut dibahas oleh Pasal 1280 KUHPer. Contohnya, suatu hari si X yang memiliki
Firma bersama dengan Y dan Z melakukan pembelian Bus baru untuk kebutuhan kantor kepada
Q. Pembelian dilakukan dengan cara angsuran sehingga menimbulkan tanggung jawab berupa
pemenuhan utang dari Firma milik X,Y dan Z. Namun ternyata setelah diketahui, ternyata X
tidak memiliki kewenangan dari Anggaran Dasar Firma tersebut untuk melakukan hubungan
eksternal sesuai dengan isi Pasal 17 KUHD.

Tidak berbeda secara prinsipil dengan Firma, CV juga memiliki masalah hubungan
eksternal yang juga meliputi persoalan : i. Siapa yang berwenang mewakili CV melakukan
perbuatan hukum? ii. Siapa yang harus bertanggung jawab atas pelaksanaan atau pelunasan
kewajiban – kewajiban CV terhadap pihak ketiga.1 Contoh, sebuah CV milik A, B, dan C
digugat oleh D ke pengadilan negeri atas objek gugatan, yaitu wanprestasi. Oleh karena itu,
pihak pengadilan memanggil hadir CV yang digugat oleh D. Dalam hal ini, ketiga A, B, C
sama – sama memiliki kewenangan untuk hadir memenuhi panggilan pengadilan. Jika hanya
A yang hadir, maka sudah dapat dikatakan bahwa A mewakili CV yang juga dimiliki oleh B
dan C. Hal ini sesuai dengan aturan dalam Pasal 17 KUHD, yang menyebutkan bahwa tiap –
tiap sekutu berhak untuk bertindak

1
Agus Sardjono, “Pengantar Hukum Dagang”, (Jakarta : Rajawali Pers, 2018), hlm. 67

Anda mungkin juga menyukai