Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmad dan
karunia nya kepda penulis serta dengan izinnyalah makalah ini dapat disusun dan
diselesaikan. Shalawat dan salam buat junjungan alam nabi Muhammad saw yang
telah memberikan penerangan dari yang gelap menjadi bercahaya dan seorang
tokoh revolusioner yang patut di teladani manusia.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas HUKUM
DAGANG yang diberikan oleh dosen pengajar. adapun judul makalah ini adalah
JUAL BELI PERUSAHAAN
Selanjutnya ucapan terima kasih kepada seluruh komponen yang telah
memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun bahan bahan dalam
menyekesaikan makalah ini. Serta tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada
teman teman mahasiswa yang telah memberikan aspirasinya untuk yelesaikan
makalah ini . penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan disana
sini dan penulispun telah berusaha menyajikan yang terbaik, namun kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diaharapkan.semoga makalah ini
bermamfaat bagi kita semua.

Palangkaraya, 19 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah .............................................................................. 1


B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
C. Metode Penulisan ............................................................................... 2

BABII PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli Perusahaan .................................................... 3


B. Peraturan Nasional Dan Internasional Yang
Berlaku Bagi Jual Beli Perusahaan ................................................... 3
C. Hubunagn Jual Beli Perusahaan Dengan E kspor Dan Import ...... 5
D. Syarat-Syarat Jual Beli Perusahaan .................................................... 5
E. Perwasitan Dalam Jual Beli Perusahaan .......................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 7
B. Saran ................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik yang dalam hal ini pihak
yang satu (penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang,
sedangkan pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang
terdiri atas jumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.
Pengertian jual beli perdata (umum) diatur dalam pasal 1457-1540 KUH Perdata.
Perdagangan Intermasional atau bisnis Internasional terutama
dilaksanakan melalui jual beli. Perjanjian jual beli internasional dikenal dengan
perjanjian ekspor impor.
Dipandang dari sudut Indonesia kata ekspor adalah perbuatan mengirimkam
barang ke luar Indonesia, sedangkan impor yaitu memasukkan barang darinluar
negeri ke Indonesia. Dari sudut jual beli perusahaan ekspor impor merupakan
perikatan yang timbul dari perjanjian jual beli perusahaan yang telah ditutup.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian jual beli perusahaan ?
b. Bagaimana peraturan nasional dan internasional yang berlaku bagi jual
beli perusahaan ?
c. Bagaimana hubungan jual beli perusahaan dengan ekspor dan impor ?
d. Bagaimana berlakunya syarat-syarat pada jual beli perusahaan ?
e. Bagaimana perwasitan dalam jual beli perusahaan ?
B. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian jual beli perusahaan.


b. Untuk mengetahui peraturan nasional dan internasional yang berlaku bagi
jual beli perusahaan.
c. Untuk mengetahui hubungan jual beli perusahaan dengan ekspor dan
impor.
d. Untuk mengetahui berlakunya syarat-syarat pada jual beli perusahaan.
e. Untuk mengetahui perwasitan dalam jual beli perusahaan.
C. Metode Penulisan

1
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan
telaah Kepustakaan (Library Research) dan telusur Internet (Web Search) sebagai
referensi yang ada kaitannya atau hubungannya dengan pembuatan makalah ini
dan kami simpulkan dalam bentuk makalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jual Beli Perusahaan

Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik antara penjual dan pembeli,
dimana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda,
sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga benda sebagai
yang sudah diperjanjikan, (Pasal 1457 KUHP). Jual beli perdata ini sudah diatur
dalam KUHPER. Buku ketiga, Bab V pasal 1457 sampai dengan pasal 1540.
Menurut Zeylemaker jual beli perusahaan merupakan suatu perjanjian jual beli
sebagai perbuatan perusahaan, yakni perbuatan dagang atau perusahaan lainnya,
yang berdasarkan perusahaannya atau jabatannya melakukan perjanjian jual beli.1

Karena jual beli juga merupakan suatu perjanjian, jual beli yang terjadi
juga harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320
KHUPerdata. Adapun syarat sahnya jual beli adalah adanya suatu sebab yang
halal , yakni tidak bertentangan dengan undang-undang, serta tidak berlawanan
dengan kesusilaan atau ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPerdata).Jual beli yang
dilakukan oleh orang yang tidak berhak (bukan pemilik atau bukan orang yang
dikuasakan oleh pemilik untuk melakukan jual beli) adalahdilarang oleh undang-
undang, sehingga perjanjian jual beli tidam memenuhi syarat objektif sahnya
suatu perjanjiana dan demikian seharusnya jual beli tersebut batal demi hukum.
Namun dalam praktik, pihak yang merasa dirugikan terlebih dahulu meminta
dilakukan pembatalan perjanjian jual beli ke pengadilan.2 Maka perjanjian jual
beli perusahaan bersifat khusus, kekhususannya terletak pada beberapa hal, yaitu :

1. Perbuatan perusahaan

1
Dijan Widijowati, Hukum Dagang, (Yogyakarta: C.V Andi Offset), hal. 121
2
Hukum Online.com, Tanya Jawab Seputar Hukum PerusahaanI, (Visi Media,2009),
Hlm.61

3
2. Para pihak dalam perjanjian
3. Barang-barang yang diperjual belikan
4. Pengangkutan
5. Syarat-syarat dalam perjanjian jual beli perusahaan (bedingan)3
B. Peraturan Nasional dan Internasional yang berlaku bagi jual beli perusahaan

Dalam KUHD tidak ada peraturan mengenai jual beli perusahaan, apalagi
dalam KUHPER. Ketentuan-ketentuan dalam Bab V, buku III, KUHPER
dipergunakan untuk jual beli perusahaan, selain banyak unsur yang berbeda antara
jual beli perdata dan jual beli perusahaan, juga karena mengandung unsur
international. Tidak adanya peraturan nasional yang lengkap, bukan hanya terjadi
di Indonesia, tetapi juga terjadi di Belanda atau negara lainnya.
Menurut Dorhout Mees,4 telah ada beberapa peraturan international
tentang jual beli perusahaan, dengan maksud untuk menciptakan kesatuan hukum
internasional bagi jual beli perusahaan, yaitu :
a. Waesaw-Oxford RULES 1932-1932, Mengenai syarat-syarat jual beli
perusahaan, yang ditinjau kembali pada tahun 1953.
b. Inco-Terms, mengenai syarat-syarat jual beli perusahaan yang paling
banyak dipergunakan, yang ditinjau kembali pada tahun 1962 dan 1974.
c. Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (Uniform
Customs) yang ditinjau kembali pada tahun 1962 dan 1974.
Pada bulan April 1964 di Gravenhage (NEGERI Belanda) diadakan
konferensi internasional yang dihadiri oleh 28 negara. Ada 4 negara dan 6
organisasi internasional mengirimkan peninjauannya. Konforensi tersebut
menghasilkan dua perjanjian, yaitu :

1. Mengenai jual beli internasional benda bergerak.


2. Mengenai terjadinya perjanjian jual beli semacam itu.
Masing-masing dari dua buah perjanjian itu dibuat kesatuan undang-
undang. Undang-undang yang terpenting adalah mengenai materi pertama, yang
judul resminya adalah “Loi uniforme sur la vente internationale des objets
mobilier corporels”, disingkat : L.U.V.I. Undang-undang ini khusus mengenai
3
Dijan Widijowati, Hukum Dagang.Hlm.121
4
Dorhout mecs ned, hanles, III, druk, hal. 447

4
jual beli benda bergerak yang bersifat internasional. Untuk itu, para pihak harus
bertempat tinggal di negara yang berlainan dan memenuhi salah satu syarat seperti
dibawah ini :

1. Jual beli harus mempergunakan pengankutan internasional untuk


pengiriman barangnya.
2. Penawaran dan penerimaan harus terjadi di ngara-negara yang berlainan,
atau
3. Penyerahan harus dilakukan di negara lain dari tempat di mana penawaran
dan penerimaan terjadi.
C. Hubungan jual beli perusahaan dengan Ekspor Impor
Ekspor impor adalah prestasi penjual dalam usahanya untuk menyerahkan
barang kepada pembeli di seberang lautan.
Ekspor dilakukan oleh penjual di Indonesia (dalam negeri). Sedangksn impor
dilakukan oleh penjual di luar negeri. Jadi, ekspor impor adalah perbuatan
penyerahan oleh penjual kepada pembeli. Ini merupakan unsur pertama
pembayaran. Unsur kedua ini pada umumnya dilkukan dengan mempergunakan
“devisa”, yaitu alat pembayaran luar negeri mengenai “Ekspor-Impor” dan “lalu
lintas devisa”, dan PP (L.N.1964-131), tentang “peraturan lalu lintas devisa”, dan
PP no.11 tahun 1976 (L.N.1976-17), tentang “perubahan ekspor-impor dan lalu
lintas devisa”, serta perubahan yang akan terjadi. Sedangkan peraturan
internasional “Uniform Customs and practice for documentary credits” disingkat
Uniform Customs) merupakan peratuean tentang “cara-cara pembayaran yang
harus dilakukan oleh pembeli melalui bank”.5
D. Berlakunya syarat-syarat dan kebiasaan pada jual beli perusahaan
Jual beli perusahaan adalah perjanjian antara orang-orang ahli. Dari itu
mereka dapat memperhitungkan semua kemungkinan yang timbul berhubung
dengan telah ditutupnya perjanjian jual beli perusahaan itu. Mereka
memperhitungkan persoalan, bagaimana mengangkut barang-barang itu, kualitas
dari barang yang akan dibeli/dijual, pembayaran harga barang yang paling aman,
dan lain-lain hal yang dalam jual beli perdata biasanya tidak atau kurang
mendapatkan perhatian.
5
Dijan Widijowati, Hukum Dagang.Hlm.127

5
Kemungkinan-kemungkinan di atas telah diperhitungkan masak-masak
oleh para pihak merupakan kebiasaan yang ditaati oleh semua pihak, baik dalam
lingkungan nasional maupun dalam lingkungan internasional. Disinilah timbul
syarat-syarat(beding-beding), yang meskipun dinyatakan dalam huruf atau kata-
kata pendek seperti f.o.b., c.i.f. dan franco, tetapi mengandung pengertian yang
luas dan dalam. Ini semua hanya dimengerti oleh para ahlinya.
E. Perwasitan dalam jual beli perusahaan

Sekarang, tiap-tiap kontrak baku jual beli perusahaan selalu tercantum


klausul “pactum de compromittendo”, dengan penemuan wasit-wasit tetapnya.
Dalam hal ini kadin Indonesia telah membentuk suatu lembaga perwasitan yang
disebut “B.A.N.I. tersebut.

Lembaga perwasitan itu diperbolehkan adanya undang-undang no 14


Tahun 1970 (L.N. 1970-74), meskipun tidak dinyatakan dalam dictum undang-
undang tersebut, tetapi dalm penyelesaian pasal demi pasal, pasal 3 ayat (1)
adakalimat yang berbunyi : “penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar
peradilan atau melalui wasit (arbitrase) tetap diperbolehkan.” Adapun arti
pentingnya peradilan wasit untuk penyelesaian sengketa yang timbul dari
perjanjian jual beli perusahaan ialah:
1. Persengketaan dapat diselesaikan dengan cepat.
2. Putusan lebih sesuai dengan perusahaan keadilan para pengusaha.
3. Adanya peradilan wasit mendorong perkembangan hukum perdata
materiil.6

Kemanfaatan ini semua terwujud karena para wasit biasanya terdiri dari
orang-orang ahli dalam bidang yang sedang dipersengketakan, termasuk seorang
ahli hukum yang juga mengerti dalam persoalan tersebut.

6
Ibid. hlm. 132

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik antara penjual dan pembeli,
dimana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda,
sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga benda
sebagai yang sudah diperjanjikan.
2. Dalam KUHD tidak ada peraturan mengenai jual beli perusahaan, apalagi
dalam KUHPER. Ketentuan-ketentuan dalam Bab V, buku III, KUHPER
dipergunakan untuk jual beli perusahaan.Menurut Dorhout Mees, telah ada
beberapa peraturan internasional yaitu, Waesaw-Oxford RULES 1932-1932,
Inco-Terms dan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits.
3. ekspor impor adalah perbuatan penyerahan oleh penjual kepada pembeli. Ini
merupakan unsur pertama pembayaran.
4. “Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas
dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu, yang menurut sifat
perjanjian, diharuskan oleh keadilan, kebiasaan, atau undang-undan”. Dengan
ini jelas bahwa syarat-syarat dan kebiasaan yang berlaku pada jual beli
perusahaan mempunyai dasar hukumnya dalam pasal 1339 KUHPER,
termasuk dalam pengertian “keadilan dan kebiasaan”, seperti yang dimaksud
dalam pasal 1339 KUHPER tersebut.
5. Lembaga perwasitan itu diperbolehkan adanya undang-undang no 14 Tahun
1970 (L.N. 1970-74), meskipun tidak dinyatakan dalam dictum undang-
undang tersebut, tetapi dalm penyelesaian pasal demi pasal, pasal 3 ayat (1).
B. Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
penyusun, maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar dan luas lagi
disarankan kepada pembaca untuk membaca referensi-referensi lain yang lebih baik.
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca agar terus

7
mempelajari dan mengkaji ilmu-ilmu agama terutama ilmu fiqh yang berkaitan erat
dengan kehidupan sehari hari baik hubungan sesama manusia, kepada Allah, ataupun
kepada alam.

DAFTAR PUSTAKA
Widijowati, dijan 2012 HUKUM DAGANG. Penerbit Andi: Yogyakarta
AK, Syahmin 2006 HUKUM DAGANG INTERNASIONAL (dalam
kerangka studi analisis). PT Raja Gravindo Persada: jakarta
Hukum Online.com. 2009.Tanya Jawab Seputar Hukum
Perusahaan.Visi

Anda mungkin juga menyukai