Anda di halaman 1dari 14

Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No.

1, Januari 2017, Halaman 55-68 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

PERLINDUNGAN HUKUM KONTRAK DALAM PERSPEKTIF


HUKUM KONTRAK KONTEMPORER
M. Natsir Asnawi
Pengadilan Agama Banjarbaru
Jalan Trikora No.4 Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan
natsirasnawi@rocketmail.com

Abstract

There are two main doctrine in contract law, classical and contemporary doctrine. The classical
doctrin emphasize the legal certainty to be the core of legal issue in contract law. The doctrine noted
that every single purpose of parties should be stated in contract in order to put binding effect to the
parties. It also distinguish the concept of breach of contract and tort. The petition for breach of
contract should be based on the concept of breach of contract instead tort. In reverse, the
contemporary doctrine emphasize the justice and appropriateness aspect in a contract. It recognized
the contract as the whole process held by pre-contractual phase, contractual phase, and post-
contractual phase. Hence, it realize the existence of impact toward promises stated by one party to
others which is distinctly different to the classical doctrine that neglect the impact of pre-
contractual. The contemporary doctrine eliminates the distinguishing of breach of contract and tort
as the basic of the sue because breach of contract was the specific genus of tort.

Keywords: legal doctrine, contract law, per-contractual, justice.

Abstrak

Doktrin hukum pada prinsipnya terbagi atas dua, yaitu doktrin klasik dan doktrin kontemporer.
Doktrin hukum kontrak klasik menekankan pada aspek kepastian hukum. Aspek ini tergambar dari
penekanannya bahwa setiap pernyataan kehendak harus dituangkan dalam kontrak yang
ditandatangani para pihak agar memiliki kekuatan mengikat. Doktrin klasik membedakan secara
tegas wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Tuntutan atas pelanggaran kontrak harus
dengan dasar wanprestasi, bukan perbuatan melawan hukum. Sebaliknya, doktrin kontemporer
lebih menekankan pada aspek keadilan dan kepatutan. Doktrin kontemporer mengenal kontrak
sebagai konstruksi yang terdiri atas tahap pracontractual, contractual, dan postcontractual.
Karenanya, doktrin kontemporer menganggap janji-janji pra kontrak memiliki akibat hukum
tertentu, hal mana berbeda dengan doktrin klasik yang tidak mengakui adanya akibat hukum pra
kontrak. Doktrin kontemporer juga tidak lagi membedakan secara tegas wanprestasi dan perbuatan
melawan hukum sebagai dasar gugatan pelanggaran kontrak karena wanprestasi pada prinsipnya
merupakan specific genus dari perbuatan melawan hukum.

Kata kunci: doktrin hukum, hukum kontrak, pra kontrak, keadilan

A. Pendahuluan perjanjian yang bersifat ekonomis (dalam


1. Latar Belakang Permasalahan bidang perniagaan) maupun perjanjian non
Manusia adalah makhluk sosial. ekonomis, misalnya dalam perjanjian
Eksistensinya terangkum dalam suatu jagat pengerjaan suatu proyek sosial keagamaan.
sosial yang mempersyaratkan interaksi Interaksi yang terwujud dalam suatu
dengan sesamanya. Interaksi antar sesama perjanjian yang disepakati oleh dua pihak atau
manusia melahirkan dinamika-dinamika lebih lahir dari adanya kebutuhan saling
yang sedikit banyak terkait dengan melengkapi satu sama lain. Kodrat manusia
pembuatan suatu perjanjian (kontrak), baik adalah ia tidak dapat hidup sendiri, melainkan

55
M. Natsir Asnawi, Perlindungan Hukum Kontrak

membutuhkan bantuan atau keterlibat pihak sesederhana yang dibayangkan. Banyak


lain dalam mewujudkan tujuan-tujuan konsep berkeliaran dalam hukum kontrak
hidupnya. Secara primordial, manusia telah yang masing-masing memiliki konteks dan
mempraktikkan perjanjian-perjanjian implikasi berbeda, misalnya konsep
sederhana dalam kerangka pemenuhan perbuatan melawan hukum, wanprestasi,
kebutuhan sehari-hari, misalnya pertukaran keadaan memaksa (force majeur), asas-asas
barang (goods exchange). perikatan, dan sebagainya. Makalah ini
Pada praktiknya, dalam membuat dan berupaya memaparkan, sejauh kemampuan
melaksanakan suatu perjanjian yang penulis, secara komprehensif konsep
melahirkan kontrak (perikatan), sering kali perlindungan hukum dalam hukum kontrak.
ditemukan permasalahan. Permasalahan Sesuai dengan judul makalah ini,
dalam kontrak dapat muncul ketika salah satu penulis merumuskan beberapa permasalahan
pihak tidak menjalankan suatu prestasi atau sebagai berikut:
kewajiban sesuai dengan yang disepakati atau 1. Doktrin hukum dalam hukum kontrak;
adanya perselisihan mengenai makna-makna 2. Perlindungan hukum kontrak dalam
redaksi dalam kontrak. Permasalahan yang perspektif hukum kontrak kontemporer;
berakar dari dua hal tersebut sering
menimbulkan kerugian pada salah satu atau 2. Kerangka Teori
kedua belah pihak. Pada titik inilah terjadi a. Definisi kontrak (perikatan)
persengketaan antara pihak-pihak yang Istilah kontrak atau perikatan
mengikatkan diri pada kontrak tersebut. (overenkomst) sering dipadankan dengan
Hukum kontrak sebagai bagian dari perjanjian (verbintenissen). Sekalipun
hukum perdata mengalami perkembangan memiliki perbedaan dari sisi makna
yang demikian pesat. Salah satu aspek yang etimologis, namun dalam tataran operasional,
sangat menonjol dalam perkembangan ketika menyebut perjanjian maka
hukum kontrak adalah doktrin hukum konotasinya adalah kontrak atau perikatan.
kontrak. Dalam konteks studi ilmiah hukum Ini dapat dimaklumi karena perjanjian
kontrak, doktrin hukum kontrak dapat sebenarnya merupakan alasan atau dasar
dibedakan menjadi dua, yaitu doktrin klasik adanya kontrak. Makalah ini tidak untuk
dan doktrin kontemporer. Doktrin hukum mempertentangkan kedua hal itu, karenanya,
kontrak klasik lebih menekankan pada ketika menyebut istilah kontrak atau
dimensi normatif dari hukum kontrak. perikatan, maka terkandung pula makna
Karakteristik dari doktrin klasik adalah perjanjian, vice versa.
mempertahankan status quo aturan dan/atau Perjanjian dalam bahasa Inggris disebut
kaidah hukum sekalipun konteks perkara dengan contract. Kata contract dalam Black's
telah berubah. Sementara itu, doktrin Law Dictionary didefinisikan sebagai berikut:
kontemporer menekankan pada upaya “A promissory agreement between two
menegakkan keadilan substantif, alih-alih or more persons that creates, modifies, or
terjebak dalam status quo keadilan destroys a legal relation” (Henry Campbell
prosedural. Untuk menegakkan keadilan Black, 1968).
substantif, aturan dan/atau kaidah hukum Definisi tersebut menekankan bahwa
yang dianggap membelenggu ditinggalkan suatu perjanjian (contract) merupakan
dan beralih kepada penerapan hukum yang persetujuan perjanjian antara dua pihak atau
mengedepankan pendekatan kontekstual. Di lebih. Suatu persetujuan yang diperjanjikan
sini, ruang kebebasan berpikir para yuris membawa akibat hukum pada lahir, berubah,
maupun para pihak mendapatkan tempatnya, atau berakhirnya suatu hubungan hukum.
karena penekanannya adalah bagaimana Definisi ini lebih menekankan pada akibat
menegakkan keadilan substantif. dari suatu persetujuan.
Isu terpenting dalam perlindungan Perikatan yang lahir dari perjanjian
hukum kontrak adalah bagaimana (Untuk menyederhanakan penyebutan), diatur
memulihkan hak-hak para pihak yang dalam Buku III KUHPerdata Pasal 1313 –
dirugikan. Menjawabnya ternyata tidak 1351. Pengaturan mengenai perjanjian dalam

56
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 55-68

Buku III tersebut mencakup: hukum yang lain dalam bidang harta
a. Ketentuan umum (Pasal 1313 – 1319); kekayaan, dimana satu subjek hukum berhak
b. Syarat sah perjanjian (Pasal 1320 – atas prestasi dan subjek hukum lainnya
1337); berkewajiban untuk melaksanakan prestasi
c. Akibat perjanjian (Pasal 1338 – 1341); tersebut sesuai dengan kesepakatan di antara
d. Penafsiran perjanjian (Pasal 1342 – mereka (Salim HS, 2008).
1351). M. Yahya Harahap mendefinisikan
Pada umumnya, untuk mendefinisikan perjanjian sebagai suatu hubungan hukum
perjanjian, acuan utamanya adalah Pasal 1313 kekayaan atau harta benda antara dua orang
KUHPerdata. Menurut Pasal 1313 (pihak) atau lebih yang member kekuataan
KUHPerdata, perjanjian adalah: hak pada satu pihak untuk memperoleh
“Suatu persetujuan adalah suatu prestasi dan sekaligus mewajibkan pihak lain
perbuatan dimana satu orang atau lebih untuk menunaikan prestasi tersebut. Definisi
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau tersebut menggambarkan bahwa dalam suatu
lebih” perjanjian ada beberapa unsur
Definisi perjanjian dalam Pasal 1313 membangunnya, yaitu 1) hubungan hukum;
tersebut di atas dikritik oleh Subekti. Definisi 2) hak; dan 3) kewajiban (prestasi).
tersebut mengaburkan makna esensial Hubungan hukum dalam perjanjian adalah
perjanjian karena Pasal 1313 seolah-olah hubungan hukum yang dikehendaki para
mendefinisikan perjanjian sebagai perbuatan pihak, bukan hubungan hukum yang lahir
sepihak padahal secara umum perjanjian dengan sendirinya atau lahir karena adanya
merupakan perbuatan timbal balik dari para undang-undang. Sebagai contoh, hubungan
pihak yang mengikatkan diri di dalamnya hukum dalam harta benda kekeluargaan.
( Suharnoko ,. Dalam perjanjian jual beli Dalam hubungan hukum harta benda
misalnya, maka perjanjian jual beli keluarga, dengan sendirinya timbul hubungan
merupakan perjanjian yang mengandung hukum antara anak dengan kekayaan orang
perbuatan secara timbal balik, yaitu penjual tuanya sebagaimana diatur dalam hukum
melakukan penjualan barang atau jasa waris, baik hukum waris Islam maupun
tertentu dan pembeli melakukan pembelian hukum waris perdata barat (M. Yahya Harahap,
dengan membayar sejumlah uang atau alat 1968).
pembayaran lainnya. Hubungan hukum yang lahir dari suatu
Masih dalam definisi yang bersifat perjanjian adalah hubungan hukum yang
normatif, perjanjian dalam hukum Islam dikehendaki. Adanya hubungan hukum
disebut aqd atau akad. Pasal 20 Angka (1) tersebut didahului dengan suatu tindakan
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 hukum (rechtshandeling). Hubungan hukum
Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum dalam perjanjian adalah hubungan timbal
Ekonomi Syariah menyatakan: balik antara hak dan kewajiban pada masing-
“Akad adalah kesepakatan dalam suatu masing pihak ( M. Yahya Harahap, 1968 ).
perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk Penulis menyebutnya sebagai hubungan
melakukan dan/atau tidak melakukan resiprokal dalam perjanjian, hak pada salah
perbuatan hukum tertentu” (Kompilasi Hukum satu pihak menjadi kewajiban pada pihak
Ekonomi Syariah). lainnya, vice versa.
Perjanjian menurut Riduan Syahrani b. Asas-asas kontrak (perikatan)
adalah hubungan hukum antara dua pihak di Dalam perjanjian, termuat beberapa
dalam lapangan harta kekayaan dimana salah asas yang menjadi landasan suatu perjanjian.
satu pihak bertindak sebagai kreditur yang Asas tersebut merupakan pedoman bagi para
berhak atas prestasi (kewajiban) tertentu dan pihak dalam melakukan suatu perjanjian,
pihak lain sebagai debitur berkewajiban sehingga perjanjian yang dibuat memiliki
memenuhi prestasi tersebut (Riduan Syahrani, kekuatan mengikat bagi para pihak yang
2006 ). Salim HS, dkk, mendefinisikan membuat perjanjian. KUHPerdata
perjanjian sebagai hubungan hukum antara menetapkan beberapa asas dalam perjanjian
subjek hukum yang satu dengan subjek sebagai koridor bagi para pihak yang

57
M. Natsir Asnawi, Perlindungan Hukum Kontrak

membuat perjanjian hingga menjadi suatu “Semua perjanjian yang dibuat secara sah
perikatan yang dapat dipaksakan pelaksanaan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
atau pemenuhannya. Asas-asas dalam yang membuatnya”. Berdasar ketentuan
perjanjian tersebut adalah: tersebut, maka dapat dipahami bahwa
a. Asas personalia perjanjian yang telah dibuat secara sadar dan
Asas personalia dapat ditemukan dalam berdasar atas kesepakatan masing-masing
ketentuan dalam ketentuan pasal 1315 pihak merupakan undang-undang (peraturan)
KUHPerdata yang menyatakan bahwa “pada yang mengikat masing-masing pihak yang
umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan membuat perjanjian tersebut.
diri atas nama sendiri atau meminta f. Wanprestasi
ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya Wanprestasi adalah suatu keadaan
sendiri”. Berdasar rumusan tersebut, dapat dimana pihak-pihak atau salah satu pihak
diketahui bahwa pada dasarnya perjanjian tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang
yang dibuat oleh seseorang sebagai subjek telah ditentukan dalam perjanjian (Riduan
hukum hanya berlaku untuk dirinya sendiri. Syahrani, 200). Dalam bahasa yang lebih
Secara spesifik, ketentuan tersebut menunjuk sederhana, wanprestasi adalah kelalaian
pada kewenangan bertindak sebagai individu pihak atau salah satu pihak untuk
pribadi untuk bertindak atas namanya sendiri menjalankan kewajiban-kewajibannya
(Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, 2003). (prestasi) seperti yang tertuang dalam butir-
c. Asas konsensualitas butir perjanjian yang telah disepakati.
Substansi asas konsensualitas adalah Kelalaian atau tidak dipenuhinya
pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat kewajiban dimaksud merupakan condition
secara lisan antara dua pihak atau lebih telah
sine qua non bagi dikualifikasinya satu pihak
mengikat dan karena itu melahirkan
melakukan wanprestasi. Pasal 1234 KUHPdt
kewajiban bagi salah satu pihak atau lebih
menyatakan:
dalam perjanjian tersebut setelah para pihak
“Perikatan ditujukan untuk memberikan
mencapai kesepakatan. Berdasar asas ini,
sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau
perjanjian yang mengikat dan berlaku sebagai
untuk tidak berbuat sesuatu”
perikatan bagi para pihak yang berjanji tidak
memerlukan formalitas. Berdasar klausul pasal tersebut, dapat
d. Asas kebebasan berkontrak
dipahami bahwa dalam suatu perikatan (yang
Asas ini mengatur ketentuan bahwa lahir dari perjanjian maupun karena
pada dasarnya para pihak dapat membuat ditetapkan undang-undang) melahirkan
perjanjian atau kesepakatan yang melahirkan pretasi-prestasi atau kewajiban-kewajiban
kewajiban apa saja sepanjang prestasi yang yang mewujud, sebagai berikut:
wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu a. Kewajiban untuk memberikan sesuatu
yang terlarang. Ketentuan pasal 1337 oleh satu pihak kepada pihak lain
menyebutkan “Suatu sebab adalah terlarang, b. Kewajiban untuk melakukan suatu
apabila dilarang oleh undang-undang, atau perbuatan (hukum) wujud dan
apabila berlawanan dengan kesusilaan baik kualitasnya telah disepakati bersama
atau ketertiban umum”. Ketentuan tersebut c. Kewajiban untuk tidak melakukan suatu
memberikan gambaran bahwa pada dasarnya perbuatan, termasuk di dalamnya untuk
semua perjanjian dapat dibuat dan menghentikan suatu perbuatan
diselenggarakan oleh setiap orang. Perjanjian Dari penjelasan atas pasal tersebut,
yang dilarang adalah perjanjian yang dapat diketahui bahwa jika salah satu atau
mengandung prestasi atau kewajiban pada beberapa pihak tidak melakukan salah satu
salah satu pihak yang melanggar undang- dari tiga kualifikasi kewajiban tersebut, maka
undang atau kesusilaan (Kartini Muljadi & dapat dikatakan bahwa telah terjadi
Gunawan Widjaja, 2003). wanprestasi atau cidera janji yang
e. Asas pacta sunt servanda menyebabkan adanya hak yang tidak
Asas ini diatur dalam pasal 1338 ayat terpenuhi pada pihak lain. Terjadinya
(1) KUHPdt yang menyatakan bahwa

58
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 55-68

wanprestasi perlu dipahami secara menyeluruh; tidak menyelesaikan


menyeluruh bahwa tidak semua keadaan semua kewajiban yang telah disepakati;
dimaksud menyebabkan satu pihak c. Te r l a m b a t m e m e n u h i a t a u
terkualifikasi melakukan wanprestasi. Dalam melaksanakan prestasi;
keadaan tertentu, kualifikasi terhadap d. Salah dalam melaksanakan prestasi
keadaan tersebut tidak masuk ke dalam (Riduan Syahrani, 2006).
kategori wanprestasi, antara lain: g. Perbuatan melawan hukum
a. Overmacht, sering disebut sebagai force Istilah perbuatan melawan hukum
majeure, yaitu keadaan memaksa (onrechtmatigedaad) dalam bahasa Belanda
( Riduan Syahrani , 2006). Keadaan lazimnya mempunyai arti yang sempit, yaitu
memaksa dapat dimaknai secara lebih arti yang dipakai dalam Pasal 1365 Burgerlijk
luas sebagai suatu keadaan yang Wetboek (BW). Untuk selanjutnya akan
memaksa salah satu atau beberapa digunakan istilah Kitab Undang-Undang
pihak tidak dapat memenuhi Hukum Perdata (KUHPerdata) sebagai
kewajiban-kewajibannya sebagai pengganti BW. Pasal ini diartikan berbeda-
disepakati dalam perikatan yang telah beda di antara ahli hukum, ada yang
dibuat, dan keadaan tersebut diluar mengartikannya sebagai Perbuatan
prediksi, kendali, maupun Melanggar Hukum dan ada pula yang
mengartikannya sebagai Perbuatan Melawan
kemampuannya secara fisik, psikis,
Hukum. Pasal 1365 KUHPerdata
maupun teknis.
selengkapnya berbunyi:
b. Rechtsverwerking (Pengaturan tentang
“Als onrechtmatige daad worden
rechtsverwerking), yaitu lepasnya satu
aangemerkt een inbreuk op een recht en een
atau beberapa pihak dari kewajiban doen of nalaten in strijd met een wettelijke
tertentu, karena pihak lain, baik secara plichtof met hetgeen volgens ongeschreven
diam, lisan, maupun tertulis recht in het maatschappelijk verkeer betaamt,
membebaskan atau disimpulkan een ander behoudens de aanwezigheid van
membebaskan yang bersangkutan dari een rechtvaardigingingsgrond”
kewajiban dimaksud (Riduan Syahrani, Salah satu perkembangan penting dalam
2006). konsep perbuatan melawan hukum adalah
c. Non adimpleti contractus, yaitu tidak perluasan makna perbuatan melawan hukum
dipenuhinnya janji atau kewajiban oleh dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Jika pada
salah satu atau beberapa pihak karena awalnya perbuatan melawan hukum hanya
pihak lain yang terikat dalam perjanjian perbuatan yang melanggar undang-undang,
dimaksud juga tidak melaksanakan maka setelah tahun 1919 perbuatan melawan
kewajiban-kewajiban atau janji- hukum diperluas maknanya. Putusan Hoge
janjinya. Non adimpleti contractus ini Raad tahun 1919 dalam perkara antara
dalam pemeriksaan perkara perdata Lindenbaum melawan Cohen memperluas
sering dijadikan sebagai alasn untuk makna perbuatan melawan hukum sebagai
mengajukan keberatan atau eksepsi perbuatan yang tidak hanya melanggar
terhadap gugatan wanprestasi yang undang-undang. Perbuatan melawan hukum
diajukan. Dalam jargon hukum acara adalah berbuat atau tidak berbuat yang:
perdata, eksepsi tersebut jamak dikenal a. Melanggar hak subjektif orang lain (hak
dengan istilah exceptio non adimpleti yang ditentukan undang-undang);
contractus. b. Bertentangan dengan kewajiban hukum
Terjadinya wanpretasi atau sidera janji si pelaku (kewajiban yang ditentukan
(breach of contract) dalam suatu perikatan undang-undang); atau
dapat berupa: c. Bertentangan dengan tata susila atau
a. Sama sekali tidak memenuhi atau bertentangan dengan kepatutan,
melaksanakan prestasi (kewajiban); ketelitian, dan kehati-hatian yang
b. Tidak melaksanakan prestasi secara seharusnya dimiliki seseorang dalam

59
M. Natsir Asnawi, Perlindungan Hukum Kontrak

pergaulan dengan sesame warga hukum merupakan patronase dalam


masyarakat atau terhadap harta benda melindungi kepentingan-kepentingan hukum
orang lain (Suharmoko, 2008) . para pihak yang terikat dalam suatu
Putusan Hoge Raad tersebut kemudian perjanjian. Perundang-undangan dan asas-
menjadi patron bagi pengadilan-pengadilan asas hukum ini yang kemudian
di Belanda, tidak terkecuali di Indonesia. diimplementasikan oleh pranata-pranata
Pemahaman tentang perbuatan melawan hukum yang ada, misalnya Pengadilan
hukum tidak lagi dapat dipandang sebagai sebagai pemutus perkara atau lembaga
hanya melanggar hukum saja, tetapi penyelesaian sengketa di luar Pengadilan
perbuatan yang melanggar hak dan kewajiban (alternative dispute resolution).
hukum serta kepatutan dalam msyarakat.
Dengan demikian, hemat penulis, dapat B. Pembahasan
dipahami bahwa substansi perbuatan 1. Doktrin hukum kontrak
melawan hukum adalah perbuatan yang Doktrin hukum adalah pendapat-
pendapat yang dikemukakan oleh para pakar
menimbulkan kerugian nyata pada pihak lain,
hukum yang mengandung kaidah-kaidah
dengan tidak memperhatikan variabel hukum
hukum tertentu dan dipedomani oleh para
apa yang dilanggarnya.
Yuris (Hakim) dalam memutus perkara
h. Perlindungan hukum
maupun oleh akademisi hukum dalam
Perlindungan hukum merupakan meneliti dan mengembangkan pemahaman
elemen mendasar dalam hukum. Ia berkenaan mengenai hukum. Bahwa memang tidak
dengan upaya menegakkan dan memulihkan semua doktrin dapat dikategorikan sebagai
hak-hak keperdataan subjek hukum tertentu. doktrin hukum, namun menjadi kesepakatan
Karenanya, perlindungan hukum dapat bahwa doktrin hukum menjadi penting
dimaknai sebagai upaya untuk menegakkan sebagai salah satu sumber hukum yang
dan/atau memulihkan hak-hak keperdataan penting (Achmad Ali, 1996).
subjek hukum tertentu. Hukum kontrak sebagai bagian dari
Wahyu Sasongko mendefinisikan hukum perdata merupakan salah bidang
perlindungan hukum sebagai suatu tindakan hukum yang kompleks. Kompleks karena di
perlindungan atau tindakan melindungi dalamnya terkandung banyak pengaturan
pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk mengenai dinamika kontrak (perjanjian) dan
pihak tertentu dengan menggunakan cara- terbukanya ruang penafsiran bagi
cara tertentu. Dari definisi itu, maka ada tiga perancangan, pembuatan, dan pelaksanaan
unsur dalam perlindungan hukum, yaitu: suatu perjanjian.
a. Unsur tindakan melindung; Doktrin hukum kontrak pada dasarnya
b. Unsur pihak yang melindungi; dapat dikulaifikasikan menjadi dua, yaitu
c. Unsur cara atau mekanisme melindungi. doktrin lama dan doktrin baru (Bandingkan
(Wahyu Sasongko, 2007) dengan Salim HS). Doktrin hukum kontrak
Konsep perlindungan hukum yang lama menekankan kontrak atau
sebenarnya merupakan konsep yang telah perjanjian dari sisi normatif, dalam hal ini
lama dikenal dalam studi hukum. Karena kepastian hukum. Doktrin hukum kontrak
pada dasarnya dalam setiap hubungan yang lama melihat kontrak sebagai satu
keperdataan berpotensi memunculkan konstruksi yang di dalamnya mengandung
permasalahan, maka konsep perlindungan consideration (kewajiban, prestasi) dan hak
hukum merupakan condition sine qua non (rights) para pihak yang mengikatkan diri di
dalam konsep hukum perdata. Perlindungan dalamnya. Doktrin lama tidak mengakui
hukum melibatkan banyak sarana dan pranata tahapan-tahapan pra kontrak sebagai kontrak
hukum. Sarana hukum yang digunakan dalam itu sendiri atau setidak-tidaknya sebagai
perlindungan hukum antara lain adalah sebuah kesepahaman yang mengikat dan
perundang-undangan, selain tentunya asas- melahirkan hak dan kewajiban.
asas hukum yang berkaitan dengan hukum Sementara itu, doktrin hukum kontrak
perdata. Perundang-undangan dan asas-asas kontemporer melihat kontrak dalam

60
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 55-68

perspektif yang lebih luas. Salim HS dkk t a h a p a n p r a k o n t r a k ( p re l i m i n a r y


mengemukakan bahwa jika mengacu pada negosiation) yang di dalamnya terkandung
definisi perjanjian yang dikemukakan Van janji-janji (promissory) mengikat dan
Dunne bahwa perjanjian merupakan suatu membawa akibat hukum bagi para pihak yang
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih melakukan negosiasi. Sejalan dengan hal
berdasarkan kesepakatan untuk menimbulkan tersebut, Suharnoko ( Suharnoko , 2008)
akibat hukum, maka doktrin kontemporer menegaskan bahwa doktrin hukum kontrak
melihat perjanjian dalam pengertian an sich modern cenderung menghapuskan syarat-
semata, melainkan perbuatan-perbuatan syarat formil bagi kepastian hukum dan lebih
sebelumnya atau yang mendahuluinya menekankan terpenuhinya rasa keadilan. Jika
(Bandingkan dengan Salim HS). dalam tahap pra kontrak salah seorang pihak
Doktrin kontemporer telah mengundurkan tanpa alasan yang dapat
mengintrodusir adanya tiga tahapan dalam dibenarkan menurut hukum atau menurut
membuat suatu perjanjian, yaitu: kepatutan dan menimbulkan kerugian pada
a. Tahap pracontractual, yaitu proses pihak lainnya, maka hal itu membawa akibat
tawar-menawar atau negosiasi oleh hukum bagi pihak yang mengundrukan diri
pihak-pihak yang akan mengikatkan diri dan wajib mengganti kerugian yang diderita
dalam perjanjian; pihak lainnya.
b. Tahap contractual, yaitu adanya Pengadilan di Amerika Serikat telah
persesuaian pernyataan kehendak dari mengembangkan doktrin promissory
para pihak yang mengikatkan diri dalam estoppel untuk mengatasi situasi dimana
perjanjian; perjanjian belum memenuhi syarat formil
c. Ta h a p p o s t c o n t r a c t u a l , y a i t u tertentu (misalnya syarat mengenai hal
pelaksanaan perjanjian oleh para pihak tertentu atau objek tertentu), tetapi salah satu
dengan dilandasi iktikad baik pihak karena percaya dan menaruh harapan
kepada janji-janji yang diberikan pihak lawan
(Bandingkan dengan Salim HS).
dalam proses negosiasi melakukan perbuatan
Salah satu definisi yang pernah
hukum tertentu, seperti melakukan investasi
dikemukakan terkait dengan doktrin
atau penanaman modal sebagai syarat
kontemporer adalah definisi yang
pendahuluan dari akan disepakatinya suatu
dikemukakan oleh Charles M. Knapp dan
perjanjian di antara mereka. Implementasi
Nathan M. Crystal, sebagaimana dikutip oleh
doktrin promissory estoppel dapat dilihat
Salim HS dkk (Bandingkan dengan Salim HS).
misalnya dalam kasus Hoffman melawan Red
Charles M. Knapp dan Nathan M. Crystal
Owl Stores (1965) 26 Wis.2d.683,133
mendefinisikan kontrak (contract) sebagai
NW.2d.267. Dalam kasus tersebut, para pihak
berikut:
merundingkan tentang kemungkinan
“an agreement between two or more
pemberian franchise dari Tergugat suatu
persons – not merely a shared belief, but
perusahaan supermarket yang
common understanding as to something
mengoperasikan beberapa toko di berbagai
that is to be done in the future by one or
wilayah kepada Penggugat. Dalam proses
both of them”
perundingan, Tergugat berjanji akan
Terjemahan bebas: membangun toko di Chilton dan mengisinya
“persetujuan di antara dua pihak atau dengan barang-barang dagangan untuk dijual
lebih, persetujuan yang tidak hanya oleh Hoffman jika Hoffman bersedia
melibatkan kepercayaan di antara mereka, menginvestasikan uang sebesar USD 18.000.
namun juga kesepahaman mengenai hal-hal Karena percaya dengan janji tersebut, maka
yang diperjanjikan dan dilaksanakan pada Penggugat (Hoffman) membeli sebuah
masa yang akan datang, baik oleh salah satu bangunan di Chilton dan menyewa rumah
pihak maupun kedua belah pihak” tempat tinggal untuk dirinya beserta
Definisi tersebut membawa perubahan keluarganya di Chilton. Akan tetapi,
perspektif dalam memahami perjanjian. kemudian Tergugat menarik janjinya dan
Definisi demikian menyebabkan tahapan- meminta jumlah investasi yang lebih besar

61
M. Natsir Asnawi, Perlindungan Hukum Kontrak

dan Hoffman menyatakan tidak sanggup mengakomodir perkembangan (dinamika)


memenuhi permintaan tersebut yang pada dalam hukum kontrak modern.
akhirnya kontrak franchise yang 2. Perlindungan hukum kontrak dalam
dinegosiasikan sebelumnya tidak terwujud. perspektif hukum kontrak
The Wisnoncin Supreme Court mengadopsi kontemporer
pandangan hukum kontrak modern dengan a. Perlindungan hukum terhadap
mengabaikan syarat kepastian hukum demi perjanjian
mencapai keadilan yang substansial dan Hukum perdata Indonesia mengenal
memutuskan bahwa Penggugat berhak dua jenis perikatan, yaitu perikatan yang lahir
mendapatkan ganti atas kerugian yang dari perjanjian dan perikatan yang lahir
dideritanya karena percaya dan menaruh karena ditetapkan oleh undang-undang.
pengharapan pada janji-janji Penggugat Perikatan yang lahir dari perjanjian
untuk memberikan kontrak waralaba merupakan perikatan yang lahir dari upaya
(franchise contract) (Suharnoko, 2008). sadar dari dua pihak atau lebih untuk
Hal menarik dalam putusan tersebut mengikatkan diri dalam suatu perjanjian
adalah penggantian kerugian yang ditetapkan dengan memperhatikan syarat-syarat sah
Pengadilan adalah kerugian nyata (reliance suatu perjanjian sebagai diatur dalam pasal
loss) dikarenakan tidak adanya iktikad baik 1320 KUHPdt. Sementara itu, perikatan yang
dari Tergugat yang telah memberikan janji lahir karena ditetapkan oleh undang-undang
kepada Penggugat dalam perundingan adalah perikatan yang lahir karena undang-
kontrak waralaba (franchise contract). undang menetapkan itu, antara lain
Pengadilan menetapkan ganti rugi bukan atas onrechtmatigedaad (perbuatan melawan
ganti hilangnya keuntungan yang diharapkan hukum) dan rechtmatigedaad (perbuatan
(expectation loss) namun kerugian nyata yang sesuai dengan hukum) yang meliputi
(reliance loss) dikarenakan secara normatif zaakwarneming (mewakili secara sukarela
memang belum ada perjanjian, namun secara untuk mengurus urusan orang lain),
faktual ada suatu perbuatan yang natuurlijke verbintenis (perikatan alam), dan
bertentangan dengan kepatutan, yaitu onverschuldigde betaling (pembayaran yang
dilanggarnya janji-janji yang telah tidak diwajibkan) (Ketentuan mengenai hal
disampaikan dan karena janji itu pihak lain tersebut dapat dilihat dalam Pasal 1233).
mengharapkan sesuatu namun tidak dipenuhi Sengketa perdata dapat dipahami
dan timbullah kerugian nyata pada pihak yang sebagai suatu keadaan yang muncul akibat
dijanjikan (Suharnoko, 2008). adanya ketimpangan antara hak dan
Doktrin hukum kontrak kontemporer kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam
tampaknya ingin menjembatani jurang yang suatu perikatan/perjanjian. Sengketa muncul,
memisahkan antara consideration dalam selain karena adanya ketimpangan antara hak
perjanjian dengan promissory atau janji-janji dan kewajiban dimaksud, juga disebabkan
dalam pra kontrak. Consideration adalah karena salah satu pihak tidak sungguh-
prestasi tertentu yang disepakati oleh para sungguh menaati dan melaksanakan isi
pihak dalam perjanjian (Suharnoko, 2008). perjanjian, sehingga menimbulkan kerugian
Consideration kepustakaan hukum nasional, bagi pihak lain, baik yang bersifat kerugian
consideration dikenal istilah prestasi dan jika nyata (real loss) maupun hilangnya
mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata, maka keuntungan yang diharapkan dari
consideration dipadankan maknanya dengan dipenuhinya suatu perjanjian (expectation
“objek tertentu” yang diperjanjikan para loss).
pihak. Tidak adanya kekuatan normatif dari Dalam Pasal 1338 KUHPdt, disebutkan
suatu perjanjian yang mendasari suatu janji bahwa perjanjian berlaku sebagai undang-
atau promise diatasi dengan kehendak undang bagi pihak-pihak yang terlibat atau
mewujudkan keadilan substantif atas terikat di dalamnya (pacta sunt servanda).
kerugian yang diderita oleh pihak yang Suatu perjanjian yang dibuat akan melahirkan
dijanjikan, alih-alih terpaku pada prinsip kewajiban sekaligus hak bagi pihak-pihak
kepastian hukum yang kaku dan tidak mampu yang mengikatkan diri di dalamnya.

62
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 55-68

Munculnya sengketa dari suatu perbuatan melawan hukum disebut dengan


perjanjian pada dasarnya disebabkan oleh tort, yaitu perbuatan yang bertentangan
beberapa keadaan, yaitu adanya cacat (baik norma hukum maupun norma kepatutan dan
nyata maupun tersembunyi) dalam perjanjian, kesusilaan di masyarakat. Dalam tort, para
wanprestasi (cidera janji) dan perbuatan pihak sebelumnya tidak terikat dalam
melawan hukum (onrechtmatigedaad). perjanjian, namun karena suatu peristiwa
Perikatan yang lahir, baik dari perjanjian yang lahir dari perbuatan atau pembiaran
maupun karena ditetapkan oleh undang- salah satu pihak menyebabkan kerugian nyata
undang melahirkan hak dan kewajiban di pada pihak lain. Disinilah kemudian konsep
antara pihak-pihak yang terikat di dalamnya. tort melahirkan akibat hukum berupa
Jika salah satu pihak tidak mematuhi klausul penggantian kerugian nyata atau reliance loss
dalam perjanjian, maka akan muncul dari pihak yang menimbulkan kerugian
sengketa di antara para pihak. Pun demikian, kepada pihak yang menderita kerugian.
jika dalam suatu keadaan seseorang Doktrin klasik mengenai hukum
melakukan suatu tindakan yang secara kontrak memang tegas membedakan hal-hal
melawan hukum telah menyebabkan mendasar mengenai perjanjian dan akibat
kerugian pada pihak lain, maka akan terjadi hukumnya. Sebagai pengantar pembahasan
sengketa karena undang-undang telah bagian ini, penulis mengidentifikasi
menetapkan hal tersebut. setidaknya dua hal utama dalam doktrin
Perlindungan hukum kontrak di klasik hukum kontrak, baik di Negara yang
Indonesia pada dasarnya mengacu pada satu menganut civil law maupun common law,
tujuan, yaitu mengembalikan atau yaitu:
memulihkan hak-hak pihak yang dirugikan 1) Perjanjian berbeda dengan pra kontrak
dalam suatu perjanjian. Pemulihan hak-hak atau pra perjanjian (sering disebut pula
para pihak akibat tidak ditepatinya suatu dengan negosiasi atau memorandum of
perjanjian (breach of contract) didasarkan understanding). Perjanjian memuat
pada adanya kerugian yang diderita salah satu consideration atau prestasi yang tegas
pihak berdasarkan expectation loss atau dan disepakati sementara dalam pra
hilangnya keuntungan yang diharapkan kontrak, tidak ada consideration
maupun kerugian nyata yang diderita melainkan promise atau janji satu pihak
(reliance loss). Di sini terlihat adanya kepada pihak lain yang menimbulkan
pergeseran pemahaman dari doktrin klasik harapan akan ditandatanganinya suatu
mengenai ganti rugi atas cidera janji. Semula, perjanjian. Perbedaan tersebut
doktrin klasik membedakan secara tegas
membawa akibat hukum berbeda.
lembaga ganti rugi akibat cidera janji, yaitu
Pelanggaran terhadap perjanjian
expectation loss bukan reliance loss. Menurut
menyebabkan ia dapat diminta
doktrin klasik, reliance loss adalah lembaga
ganti rugi atas perbuatan melawan hukum pertanggungjawaban mengganti
pihak-pihak yang sebelumnya tidak terikat kerugian yang diderita pihak lain,
suatu perjanjian tertentu. sementara pelanggaran atau menarik
Dalam tradisi common law (doktrin janji dalam pra kontrak tidak
klasik mengenai hukum kontrak), konsep- menyebabkan yang bersangkutan dapat
konsep tersebut merupakan implikasi dari dimintai pertanggungjawaban atas
hubungan sebab akibat. Cidera janji dikenal kerugian yang diderita pihak lain
dengan istilah breach of contract yang karena memang belum ada kontrak
menimbulkan expectation loss dan pemulihan yang disepakati;
haknya didasarkan pada doktrin “put the 2) Doktrin klasik membedakan secara
plaintiff to the position if he would have been tegas lembaga meminta
in had the contract been performed”, yaitu pertanggungjawaban akibat cidera janji
menempatkan Penggugat pada posisi atau breach of contract dengan
seandainya perjanjian dilaksanakan oleh pertanggungjawaban akibat perbuatan
Tergugat (Suharnoko, 2008). Sementara itu, melawan hukum atau tort. Menurut

63
M. Natsir Asnawi, Perlindungan Hukum Kontrak

doktrin klasik, dalam suatu perjanjian, melawan hukum mendasari gugatan


kerugian yang diderita oleh salah satu pelanggaran perjanjian yang dilakukan secara
pihak adalah “hilangnya keuntungan diam-diam (silent agreement).
yang diharapkan” atau expectation loss, Pada tahun 1987 tercapai kesepakatan
sehingga untuk menuntut ganti antara Lee Kum Kee co. ltd dengan PT. Dua
kerugian tersebut, maka lembaga yang Berlian Jakarta. PT. Dua Berlian Jakarta
digunakan adalah breach of contract, ditunjuk oleh Lee Kum Kee untuk menjadi
bukan tort. Dalam sejarahnya, distributor tunggal saos makanan merek Lee
Pengadilan di Indonesia cenderung Kum Kee di seluruh wilayah Indonesia
mengikuti doktrin ini sehingga jika dengan cara mengimpor menggunakan
tuntutan meminta ganti rugi atas fasilitas letter of credit oleh PT. Dua Berlian
pelanggaran suatu perjanjian Jakarta. Perjanjian distributorship ini berlaku
hingga Januari 1993. Meski pada
didasarkan pada perbuatan melawan
kenyataannya perjanjian berlaku sampai
hukum (tort, onrechtmatige daad) atau
Januari 1993, namun setelahnya Lee Kum
mencampur aduk cidera janji dengan
Kee tetap mengirimkan produk saosnya
perbuatan melawan hukum, maka kepada PT. Dua Berlian Jakarta dan PT. Dua
gugatan tersebut dianggap cacat formil Berlian Jakarta menerimanya dengan
dan dinyatakan tidak dapat diterima. menerbitkan puluhan letter of credit yang
Perlindungan hukum kontrak di berlangsung sampai dengan Juni 1994. Pada
Indonesia, sesuai dengan karakter civil law, Juni 1994 ini terjadi ketidaksepahaman antara
mengedepankan aspek kepastian hukum. Hal Lee Kum Kee dengan PT. Dua Berlian Jakarta
ini terlihat dari beberapa putusan Pengadilan yang berakibat Lee Kum Kee memutuskan
yang mendasarkan pada doktrin klasik hukum kontrak dengan PT. Dua Berlian Jakarta dan
kontrak yang membedakan secara tegas sekaligus menunjuk distributor baru, yaitu
perbuatan melawan hukum dengan cidera PT. Promex. Pemutusan perjanjian secara
janji serta menegasi adanya akibat hukum sepihak ini dianggap oleh PT. Dua Berlian
mengikat bagi janji-janji pra kontrak. Jakarta sebagai perbuatan melawan hukum
Yurisprudensi pada mulanya membedakan dan menimbulkan kerugian, baik kerugian
secara sifat dan akibat hukum wanprestasi operasional (reliance loss) sejumlah Rp.
dengan perbuatan melawan hukum. 1.585.322.135,-, hilangnya keuntungan yang
Implikasinya, jika suatu gugatan didasarkan diharapkan sejumlah Rp. 11.834.129.362,-
pada adanya hubungan kontraktual, maka dan kerugian akibat kehilangan nama baik
posita dan petitum gugatan harus sejumlah Rp. 10.000.000.000,- (Suharnoko,
menggambarkan wanprestasi, bukan 2008).
perbuatan melawan hukum. Jika Perkara ini diperiksa dalam tiga tahap
menggunakan dasar perbuatan melawan peradilan, peradilan tingkat pertama,
hukum dalam gugatan atau mencampur banding, dan kasasi. Di Pengadilan tingkat
wanprestasi dengan perbuatan melawan pertama, Pengadilan Negeri Jakarta Utara
hukum, maka gugatan dianggap cacat formil. mengabaikan eksepsi dari Tergugat yang
Namun demikian, dalam menyatakan bahwa gugatan kabur karena
perkembangannya, terjadi pergeseran dasar gugatan adalah pelanggaran perjanjian
pemikiran mengenai dasar gugatan namun gugatan Penggugat justeru menuntut
pelanggaran suatu perjanjian (breach of ganti rugi atas dasar perbuatan melawan.
contract). Mahkamah Agung melakukan Putusan dengan register
terobosan dengan tidak mempertentangkan 2/Pdt.G/1995/PN.Jkt.Ut. mengabulkan
lagi sifat dan akibat dari perbuatan melawan gugatan Penggugat (PT. Dua Berlian Jakarta)
dengan cidera janji dalam suatu hubungan dengan menyatakan Lee Kum Kee
kontraktual (perjanjian). Kasus gugatan melakukan perbuatan melawan hukum. Akan
perjanjian distributorship antara PT. Dua tetapi, putusan ini dibatalkan di tingkat
Berlian dengan Lee Kum Kee co, ltd. banding dengan register putusan Nomor
merupakan gambaran bagaimana perbuatan 301/Pd/1996/PT.DKI dengan pertimbangan

64
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 55-68

bahwa pemutusan hubungan keagenan disamping hilangnya keuntungan yang


Tergugat terhadap Penggugat bukan diharapkan (expectation loss).
merupakan perbuatan melawan hukum M. Yahya Harahap mengemukakan
penunjukan suatu agen merupakan perbuatan bahwa wanprestasi pada prinsipnya
sepihak dan pihak penunjuk dapat merupakan specific genus (bentuk khusus)
memutuskan secara sepihak keagenan dari perbuatan melawan hukum. Wanprestasi
dimaksud. dalam perjanjian kredit dapat dipandang
Pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung sebagai perbuatan yang bertentangan atau
membatalkan putusan banding yang melawan hak kreditur atas pembayaran
membatalkan putusan pengadilan tingkat sejumlah piutangnya (M. Yahya Harahap,
pertama. Mahkamah Agung berpendapat 1986 ). Sifat melawan hak inilah yang
bahwa judex facti dalam hal ini Pengadilan merupakan ratio legis dari berkembanganya
Tinggi DKI Jakarta salah dalam menerapkan suatu pemahaman yang tidak lagi
hukum. Antara Penggugat dan Tergugat membedakan secara tegas antara perbuatan
terjadi perjanjian secara diam-diam (silent melawan hukum dengan cidera janji.
agreement), karena setelah berakhirnya Penafsiran secara luas atas pengertian
perjanjian distributorship sesuai dengan perbuatan melawan hukum sejalan dengan
jangka waktu yang tetulis, Tergugat tetap perkembangan teori atau doktrin dalam
mengirimkan produknya kepada Penggugat hukum kontrak (perjanjian) bahwa perjanjian
selama lebih dari satu tahun. Dengan harus dibuat dengan iktikad baik yang berarti
demikian, antara Penggugat dan Tergugat harus memperhatikan asas kepatutan.
dianggap tetap melanjutkan suatu perjanjian Perjanjian yang memuat prestasi yang tidak
distributorship, meskipun menurut formil berimbang tidak selaras dengan prinsip
perjanjian, perjanjian dimaksud telah kepatutan sehingga klausula yang tidak
berakhir. Tindakan pemutusan secara sepihak berimbang tersebut dapat dinyatakan batal
oleh Tergugat secara nyata menimbulkan demi hukum dan tidak mengikat para pihak
kerugian besar terhadap Penggugat yang telah yang terlibat dalam perjanjian (Suharnoko,
menginvestasikan modal dalam jumlah besar. 2008).
Pemutusan perjanjian secara sepihak Salah satu isu yang sangat menarik
bertentangan dengan perundang-undangan terkait perlindungan hukum kontrak adalah
dan kepatutan dalam kegiatan bisnis. Atas perlindungan konsumen. Perlindungan
dasar itu, Tergugat (Lee Kum Kee) dianggap konsumen merupakan konsep yang lahir dari
telah melakukan perbuatan melawan hukum kelaziman fakta yang menunjukkan bahwa
dan karenanya wajib mengganti sejumlah hubungan antara produsen dan konsumen
kerugian yang diderita Penggugat sering kali tidak seimbang dengan konsumen
((Suharnoko, 2008). sebagai pihak yang paling sering berada
Terlihat jelas adanya pergeseran dalam kedudukan lemah atau inferior.
pemikiran mengenai relasi antara Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
pelanggaran kontrak dengan perbuatan tentang Perlindungan Konsumen
melawan hukum. Mahkamah Agung memberikan pengaturan yang dapat
mengintrodusir doktrin hukum kontemporer dikatakan cukup lengkap dan protektif
yang tidak lagi membedakan secara tegas terhadap hak-hak konsumen. Salah satu
pelanggaran kontrak atau cidera janji penekanan dalam Undang-Undang ini adalah
(wanprestasi, breach of contract) dengan dilarangnya mencantumkan beberapa
perbuatan melawan hukum. Adanya klausula dalam kontrak baku yang dianggap
hubungan kontraktual bukan lagi menjadi tidak adil dan melanggar hak-hak konsumen
penghalang diajukan gugatan perbuatan serta tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
melawan hukum. Lagi pula, dalam kepatutan.
pelanggaran perjanjian, sangat terbuka Eksistensi kontrak baku (standard
kemungkinan kerugian yang ditimbulkan contract) memang telah diakui dan diterima
merupakan kerugian nyata atau kerugian dalam hukum Indonesia. Namun demikian,
akibat kegiatan operasional (reliance loss), kontrak baku yang dibuat atau disusun secara

65
M. Natsir Asnawi, Perlindungan Hukum Kontrak

sepihak sangat rentan dengan muatan baku antara produsen dan konsumen batal
kalusula yang berat sebelah dan memberatkan demi hukum (nietig).
konsumen. Karena itu, Pasal 18 Undang- b. Perlindungan hukum terhadap pra
Undang Nomor 8 Tahun 1999 menegaskan kontrak
larangan-larangan klausula dalam kontrak Seperti yang telah dikemukakan
baku, yaitu klausula yang: tersebut di atas bahwa dalam doktrin kontrak
1) Menyatakan pengalihan tanggung jawab modern, para pihak yang akan melakukan
(klausula eksonerasi, exemption suatu perjanjian, terlebih dalam kontrak
clause); bisnis skala besar, lazim dilakukan negosiasi
2) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak pra kontrak atau kontrak pendahuluan
menolak penyerahan kembali barang (preliminary contract). Negosiasi pra kontrak
yang dibeli konsumen; pada prinsipnya bertujuan menjajagi berbagai
3) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak kemungkinan atas rencana diadakannya
menolak penyerahan kembali uang perjanjian di antara para pihak. Dalam tahap
yang dibayarkan atas barang dan/atau ini sering muncul atau disampaikan berbagai
jasa yang dibeli oleh konsumen; janji satu pihak kepada pihak lain dengan
4) Menyatakan pemberian kuasa dari harapan pihak lain setuju untuk mengadakan
konsumen kepada pelaku usaha baik perjanjian sebagai tindak lanjut negosiasi.
secara langsung maupun tidak langsung Pihak lain yang dijanjikan menaruh harapan
atas janji tersebut yang ditandai dengan
untuk melakukan segala tindakan
kesediaan melakukan beberapa tindakan
sepihak yang berkaitan dengan barang
h u k u m ( re c h t s h a n d e l i n g ) , m i s a l n y a
yang dibeli oleh konsumen secara
menyerahkan uang atau barang sebagai tanda
angsuran; jadi. Permasalahan muncul ketika salah satu
5) Mengatur perihal pembuktian atas pihak yang menaruh kepercayaan dan telah
hilangnya kegunaan barang atau menyerahkan sejumlah uang sebagai
pemanfaatan jasa yang dibeli oleh prasyarat dalam melakukan perjanjian
konsumen; kemudian ternyata tidak memperoleh hak-
6) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk hak yang diharapkan sebagaimana dijanjikan
mengurangi manfaat jasa atau oleh pihak lain dalam negosiasi. Apakah
mengurangi harta kekayaan konsumen pihak yang dirugikan dapat meminta ganti
yang menjadi obyek jual beli jasa; kerugian terhadap pihak yang mengingkari
7) Menyatakan tunduknya konsumen janjinya sementara di antara mereka belum
kepada peraturan yang berupa aturan ada kontrak atau perjanjian yang
baru, tambahan, lanjutan dan/atau ditandatangani?.
pengubahan lanjutan yang dibuat Permasalahan mengenai akibat hukum
sepihak oleh pelaku usaha dalam masa pra kontrak di Indonesia tergambar dalam
konsumen memanfaatkan jasa yang kasus Jeffry Binalay dkk melawal Kepala Staf
dibelinya; Angkatan Laut. Posisi kasusnya adalah
8) Menyatakan bahwa konsumen memberi sebagai berikut:
kuasa kepada pelaku usaha untuk - Jeffry Binalay dkk adalah penghuni dari
pembebanan hak tanggungan, hak rumah dinas TNI-AL. Almarhum orang
gadai, atau hak jaminan terhadap barang tua Jeffry Binalay dkk adalah
yang dibeli oleh konsumen secara purnawirawan TNI-AL. Mereka
angsuran. menghuni rumah dinas TNI-AL
Klausula-klausula tersebut merupakan berdasarkan Surat Izin Perumahan (SIP)
klausula yang bersifat melawan hak-hak yang dikeluarkan oleh Dinas TNI-
subjektif konsumen, baik yang ditetapkan AL.Pada tahun 1992 KASAL
oleh undang-undang maupun menurut mengeluarkan Surat Keputusannya
kepatutan. Oleh karena sifatnya melawan hak Nomor : 1212/III/1992 tanggal 23 Maret
(onrechtmatigeheid), maka klausula-klausula 1992 yang menetapkan bahwa rumah
tersebut jika dicantumkan dalam kontrak Dinas TNI-AL Di Wilayah Jakarta
66
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 55-68

Sebagai Rumah Dinas TNI-AL Non lambatnya tanggal 24 Pebruari 2007


Strategis. harus sudah meninggalkan rumah dinas
- Pertimbangan KASAL mengeluarkan yang dihuninya. Dengan surat
surat keputusan Nomor : 1212 tersebut keputusan diatas, maka perihal proses
adalah untuk meningkatkan pelepasan rumah dinas yang sudah
kesejahteraan anggota TNI AL dan dilakukan menjadi tidak jelas;
umumnya rumah dinas tersebut sudah - Atas hal-hal diataslah Para Penggugat,
berusia lebih dari tiga puluh tahun dan Jeffry Binalay dkk menggugat KASAL
ditempati sebagian besar oleh para dkk ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara;
Purnawirawan/Warakawuri. Surat - Dalam putusannya tanggal 8 Oktober
keputusan KASAL diatas kemudian 2007 yang diucapkan tanggal 9 Oktober
dijadikan dasar hukum untuk surat-surat 2007, Majelis Hakim Pengadilan Negeri
keputusan dan surat-surat serta Jakarta Utara "Menolak gugatan para
kebijakan-kebijakan yang lain sebagai Penggugat untuk seluruhnya", dimana
pedoman pelaksanaan proses pada salah satu pertimbangannya
pelepasan/jual beli rumah dinas; Majelis Hakim menyatakan “...akan
- Atas surat keputusan diatas, TNI-AL tetapi berdasarkan fakta-fakta yang
mengeluarkan kebijakan untuk terungkap di persidangan telah ternyata
melepaskan rumah-rumah dinas bahwa antara para Penggugat dengan
tersebut kepada para anggota yang para Tergugat tidak ada kesepakatan
menghuni rumah dinas tersebut. atau perjanjian jual beli rumah dinas,
Selanjutnya kebijakan ini telah maka menurut Majelis Hakim para
diteruskan kepada Menhankam/Pangab. Tergugat ...”
Kakanwil Dirjen Anggaran Jakarta Putusan Pengadilan pada tingkat
menunjuk suratnya telah menyetujui pertama hingga peninjauan kembali
dan Kepala BPN Jakarta Utara menunjukkan bahwa sampai tahun
menunjuk suratnya, menyatakan bahwa diputuskannya perkara tersebut, pengadilan
proses pelepasan rumah dinas tersebut Indonesia masih menganut doktrin hukum
dapat dilaksanakan; kontrak klasik yang mengedepankan aspek
- Atas kebijakan tersebut, anggota yang kepastian hukum. Dalam kasus ini, oleh
menghuni rumah dinas tersebut karena belum ada perjanjian yang disepakati
menyambutnya dengan suka cita dan dan/atau ditandatangani oleh Jeffry dkk
menindak lanjuti dengan menyiapkan dengan KASAL, maka dianggap belum ada
serta melengkapi berkas-berkas yang hal mengikat bagi keduanya dan tidak
dipenuhinya janji-janji untuk melakukan
disyaratkan oleh TNI-AL, diantaranya
penjualan tanah rumah dinas seperti yang
adalah mengajukan permohonan secara
dijanjikan oleh KASAL bukanlah suatu
tertulis kepada TNI-AL hingga
perbuatan melawan hukum (hak), karenanya
melakukan pengukuran atas tanah yang KASAL tidak dapat dimintai
dihuninya, yang dilakukan oleh TNI-AL pertanggungjawaban. Hal ini jelas
bekerjasama dengan BPN Jakarta Utara mengabaikan kerugian yang diderita oleh
dll; Jeffry dkk yang telah menaruh pengharapan
- Namun hingga diawal tahun 2003 proses kepada KASAL dengan telah melakukan
pelepasan rumah dinas tersebut belum beberapa tindakan hukum untuk kepentingan
juga dapat terealisasikan, bahkan pembebasan tanah.
dengan surat keputusannya Nomor : Doktrin hukum klasik menekankan
Skep/344/II/2003 tanggal 24 Pebruari bahwa asas iktikad baik hanya dapat
2003, Tentang Peraturan Pokok diterapkan dalam situasi dimana perjanjian
Perumahan Dinas TNI Angkatan Laut, telah memenuhi syarat hal tertentu.
KASAL mengeluarkan kebijakan, bagi Implikasinya, ajaran ini tidak melindungi
anggota yang telah pensiun, selambat- pihak yang menderita kerugian dalam tahap

67
M. Natsir Asnawi, Perlindungan Hukum Kontrak

pra kontrak atau tahap perundingan karena N o m o r 8 Ta h u n 1 9 9 9 t e n t a n g


dalam tahap ini perjanjian belum memenuhi Perlindungan Konsumen;
syarat “hal tertentu” (Suharnoko, 2008). 2. Terkait dengan akibat hukum pra
Seperti yang telah dikemukakan kontrak, praktik peradilan di Indonesia
sebelumnya bahwa dalam negosiasi pra masih berpegang pada doktrin hukum
kontrak, sangat memungkinkan adanya janji- klasik yang membedakan secara tegas
janji yang disampaikan oleh salah satu pihak akibat hukum suatu perjanjian dengan
yang berakibat pihak lain menaruh pra kontra (pra perjanjian). Padahal.
kepercayaan dan pengharapan bahwa kelak Dalam banyak kasus, ada pihak-pihak
perjanjian akan disepakati dan yang dirugikan dalam pra kontrak
ditandatangani. Di Negara common law telah akibat tidak dipenuhinya janji oleh
berkembang doktrin promissory estoppels, pihak lain. Seharusnya konsep
yaitu suatu doktrin yang melarang pihak yang
perlindungan hukum kontrak di
telah berjanji menarik kembali janjinya tanpa
Indonesia mengadopsi doktrin
alasan yang dapat dibenarkan menurut hukum
kotemporer yang mengakui adanya
dan/atau kepatutan. Dengan doktrin ini, maka
pihak-pihak dalam negosiasi tidak boleh akibat hukum dari pra kontrak dalam
mengingkari janjinya begitu saja tanpa ada rangka mewujudkan keadilan
alasan yang sah dan patut, terlebih jika hal itu substantif.
nyata-nyata menimbulkan kerugian pada
DAFTAR PUSTAKA
pihak lain. Indonesia tampaknya belum
menerapkan konsep ini secara utuh dan Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum,
cenderung masih berkutat pada doktrin klasik Jakarta: Chandra Pratama, 1996.
yang menganggap belum ada akibat hukum Black, Henry Campbell, Black's Law
dari suatu negosiasi. Padahal, ketentuan Dictionary, Fourth Edition, Minnesota: West
mengenai iktikad baik dalam KUHPerdata Publishing Co., 1968.
seharusnya dapat menjadi pintu masuk dalam Harahap, M. Yahya, Segi-Segi Hukum
menerapkan doktrin promissory estoppels Perjanjian, Bandung: Alumni, 1986.
untuk melindungi kepentingan pihak yang Kartini Muljadi, Kartini & Widjaja,
dirugikan akaibat janji yang tidak Gunawan, Perikatan yang Lahir dari
dilaksanakan oleh pihak lain. Perjanjian. Jakarta: Rajawali Pers. 2003.
Salim HS, et.al, Perancangan Kontrak
C. Simpulan & Memorandum of Understanding (MoU),
Sebagai penutup, penulis Jakarta Sinar Grafika, 2008.
menyimpulkan beberapa hal berikut: S a s o n g k o , Wa h y u , K e t e n t u a n -
1. Perlindungan hukum terhadap kontrak Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan
(perjanjian) di Indonesia didasarkan Konsumen, Lampung: Unila, 2007.
pada asas kepastian hukum yang Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab
menekankan formalitas dari suatu Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta:
perjanjian. Namun demikian, dalam PT. Pradnya Paramita, 2002.
perkembangannya, perlindungan Suharnoko, Hukum Perjanjian: Teori
hukum kontrak telah memperhatikan dan Analisa Kasus, Jakarta: Kencana, 2008.
secara lebih signifikan aspek keadilan ----------------, Kompilasi Hukum
substantif. Terkait dengan kontrak Ekonomi Syariah (Edisi Revisi), Jakarta:
baku, perlindungan hukum kontrak Pusat Pengkajian Hukum Islam dan
lebih menekankan prinsip keadilan Masyarakat Madani, 2009.
dan/atau keseimbangan kedudukan, Syahrani, Riduan, Seluk Beluk dan
hak, dan kewajiban antara produsen Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung:
dengan konsumen maupun kreditur 56Alumni, 2006.
dengan debitur. Klausula dalam
kontrak baku tidak boleh melanggar
ketentuan Pasal 18 Undang-Undang
68

Anda mungkin juga menyukai