Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Filsafat Hukum

Filsafat Hukum dalam Bahasa Inggris terdapat dua istilah yaitu Philosophy of Law dan Legal
Philosophy. Sedangkan dalam Bahasa Belanda terdapat pula dua istilah yaitu Rechtfilosofie dan
Wijsbegeerte van het Recht. Dalam Bahasa Jerman terdapat istilah Filosofie des Recht.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja dalam R. Otje Salman dalam I Dewa Gede Atmadja (2014),
berpendapat bahwa lebih tepat untuk menerjemahkan “Filsafat Hukum” sebagai padanan kata
dari Philosophy of Law atau Rechtsfilosofie daripada Legal Philosophy yang berarti lega atau
resmi, sehingga kurang tepat untuk menjadi padanan kata dari Filsafat Hukum. Ada pula yang
menyebutkan FIlsafat hukum ini sebagai Falsafah Hukum karena dipengaruhi oleh oleh Bahasa
Arab yakni dari kata Falsafah yang dikemukakan oleh Mahadi dalam Atmadja (2014) tetapi
istilah itu tidak banyak dipakai di Indonesia. Filsafat Hukum sendiri merupakan cabang dari
filsafat yang menjadikan hukum sebagai objek dalam kajian masalahanya. Filsafat Hukum ini
sendiri merupakan displin yang berdiri sendiri dan tidak dapat diklasifikasikan dalam Ilmu
Hukum.
Menurut Bellefroid dalam “Inleiding tot de Rechtswettenschap in Nederland” antara lain
menuliskan bahwa Filsafat Hukum dan Sosialogi Hukum tidak dapat diperhitungkan sebagai
Ilmu Hukum melainkan sebagai Pembantu bagi Ilmu Hukum.
Dalam Paham Bellefroid terdapat lima bidang Ilmu Hukum dalam bukunya yaitu :
1. Rechtsdogmatiek (Ilmu Hukum Dogmatik), obyeknya adalah hukum positif ()hukum
yang ditetapkan oleh otoritas negara. Menguraikan isi hukum positif, mensistematisasi
peraturan-peraturan hukum itu menurut sistem hukum. Dalam rechtsdogmatiek terdapat
penggolongan hukum seperti Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi, Hukum Pidana
(digolongkan ke dalam hukum public) dan hukum pidana, serta hukum dagang
(digolongkan sebagai hukum privat).
2. Rechtsgeschiedenis (Sejarah Hukum) obyeknya adalah sistem hukum masa lampau.
Banyak factor yang perlu untuk dipelajari pada masa lampau yang sangat berpengaruh
pada hukum positif masa kini.
3. Rechtsvergelijking (Ilmu Hukum Perbandingan), obyeknya adalah dua atau lebih sistem
hukum untuk mengkaji persaman dan perbedaan sehingga dapat dilakukan pengalihan
sistem hukum (resepsi hukum) atau pencangkokan (transplantasi hukum) dari sistem
hukum asing.
4. Rechtspoltiek (Politik hukum), adalah kebijakan hukum. Mengkaji arah pembentukan,
perubahan, dan kewenangan hukum agar dapat memenuhi tutntutan masyarakat akan tipe
hukum yang dicita-citakan. Menurut paham Bellefroid bahwa politik hukum
mengembangkan ius constitutum (hukum yang berlaku) dan ius constituendum (hukum
yang dicita-citakan).
5. Argemene Rechtsleer (Ajaran Hukum Umum), obyeknya adalah pengertian dasar hukum
sehingga kasus kajiannya berfokus pada subyek hukum, obyek hukum hak dan kewajiban
hukum, kecakapan bertindak dalam hukum dan asas-asas hukum umum.
Sedangkan menurut Meuwissen dan Achmad Ali menyebutkan bahwa FIlsafat Hukum
masuk ke dalam klasifikiasi Ilmu Hukum. Meuwissen menyebutkan bahwa Filsafat hukum
merupakan taaran abstraksi teoritikal yang peringkat peringhkat keabstrakannya berada pada
tataran tertinggi. Sedangkan menurut Achmad Ali membedakan Ilmu Hukum menjadi bagian
berikut :
1. Ius Constitutum, mengkaji secara normative aturan-aturan hukum, dan asas-asas hukum
yang ada dalam berbagai perundang-undangan.
2. Ius Constituendum, merupakan kajian hukum tentang hal-hal ideal dalam hukum.
Lazimnya dinamakan sebagai Filsafat Hukum.
3. Ius Operatum, merupakan kajian empiris terhadap hukum, yang fokus pada bagaimana
hukum bekerja dalam kenyataanya.

Dari pendapat Ali tersebut jelas bahwa menyebutkan Filsafat huku yang merupakan hukum
yang ideal masuk ke dalam klasifikasi Ilmu Hukum.
Sedangkan pengertian Filsafat Hukum yang diartikan dari kata Jurisprudence yang
merupakan khasanah dari Bahasa Latin. Jurisprudence (yang seharusnya ditulis iusprudence)
berasal dari dua kata yaitu iuris dan prudence.
Iuris yang berasal dari kata ius yang diterjemahkan sebagai adil. Makna kata ini juga dapat
diartikan benar (kebenaran). Dalam Bahasa Sanskrit (Sansekerta) kata ini memiliki padanan
yaitu yoh yang berarti sehat (kesehatan). Mirip dengan Bahasa Ibrani yang yod yang berarti
sumber cahaya. Pada Bahasa Persia dalam tradisi Zoroastrian, yaozadadaiti yang berarti
murni (telah dimurnikan).
Kata yang kedua adalah prudens (tis) yang berarti kebijaksanaan dalam artian pemahaman
akan praksis kehidupan (kearifan dalam laku). Prudens membuat kita menjadi arif dalam
melaksanakan hidup. Hidup kita dikendalikan oleh keutamaan. Prudens adalah kebijakan
yang tertinggi.
Dengan demikian maka Jurisprudence adalah praksis hidup yang adil dan benar. Dalam Ilmu
Hukum Indonesia Jurisprudence diterjemahkan sebagai disiplin hukum atau ajaran hukum.
Sebagai sebuah ajaran maka menjadi sebuah ilmu yang mengorientasikan seseorang pada
keahlian praktis dibandingkan teoritis.
Jurisprudence merupakan filsafat, tetapi filsafat yang mengarahkan seseorang untuk menjadi
arif dalam praksis hidup yang faktanya hukum hidup dalam praksis hidup masyarakat. Oleh
karena itu Jurisprudence atau Filsafat Hukum merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk
menjawab pertanyaan “apa yang harus kita lakukan ?”.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dari tim penulis lebih condong atau lebih
mengarah pada pembedaan antara FIlsafat Hukum dan Ilmu Hukum dikarenakan Ilmu
Hukum lebih pada disiplin ilmu yang kebanyak dari obyeknya adalah mempelajari hukum
postif atau hukum yang berlaku dan hukum yang akan dibentuk di masa yang akan datang.
Sedangkan dalam FIlsafat Hukum akan dipelajari tentang berbagai pemikiran tetang idealnya
hukum beserta dengan implementasinya serta cakupan kekuatan dan eksistensinya dalam
kehidupan masayarat

Anda mungkin juga menyukai