Gunarto
• Mantan Wakil Ketua BPSK Kota Semarang
• Angota Badan Pengawas LP2K Jawa Tengah (LPKSM)
• Mantan Ketua Komisi III Badan Perlindungan Konsumen
Nasional (BPKN RI)
1.Pengantar
Simulasi Penyelesaian Kasus Sengketa Konsumen
Penyelesiaan Sengketa Konsumen
(pasal 52 UUK jo Pasal 4 Kepmenperindag No. 350/2001)
1. Konsiliasi
Mempertemukan para pihak yang
bersengketa, dan penyelesaiannya
diserahkan kepada para pihak.
2. Mediasi
BPSK sebagai “penasehat/mediator” dan
penyelesaiannya diserahkan kepada para
pihak.
3. Arbitrase
Para pihak yang bersengketa meyerahkan
sepenuhnya keputusan penyelesaian
sengketa kepada BPSK
Prosedur Standar Penyelesaian Sengketa
Konsumen oleh BPSK (Kepmenperindag 350/2001)
2. Konsiliasi
Simulasi Penyelesaian Kasus Sengketa Konsumen
Tugas Majelis
Pada cara Penyelesaian Konsiliasi
(pasal 28 Kepmenperindag No. 350/2001)
No Tugas Majelis
1. Memanggil konsumen dan pelaku usaha yang
bersengketa;
2. Memanggil saksi dan saksi ahli bila diperlukan;
3. Menyediakan forum bagi konsumen dan pelaku usaha
yang bersengketa;
4. Menjawab pertanyaan konsumen dan pelaku usaha,
perihal peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan konsumen.
Tatacara Peyelesaian Sengketa
Dengan cara Konsiliasi
(pasal 29 Kepmenperindag No. 350/2001)
Catatan Penting :
• Putusan BPSK final dan mengikat ? (kontradiksi antara
pasal 54 ayat 3 dengan pasal 56 ayat 3 UUPK)
• Putusan majelis yang bisa dajukan keberatan ke PN hanya
putusan arbitrase. (pasal 2 PerMA No. 1/2006)
Tatacara Pengajuan Keberatan Terhaap Putusan BPSK telah diatur dalam
Per-MA No. 1 Tahun 2006
Catatan : Penyelesaian dengan cara konsiliasi tidak
disimulasikan, yang disimulasikan adalah cara
mediasi, mengingat tatacaranya hampir sama.
Perbedaanya terletak pada peran/keaktifan majelis
3.Mediasi
Simulasi Penyelesaian Kasus Sengketa Konsumen
Tugas Majelis
Pada cara Penyelesaian Mediasi
(pasal 30 Kepmenperindag No. 350/2001)
•.
Separate Meetings (Kaukus)
Jika proses mediasi alot, bersitegang, pertemuan terpisah
merupakan salah satu solusi dalam memperlancar proses
mediasi.
Pertemuan terpisah bisa secara paralel : anggota majelis
bisa berbagi melakukan pertemuan terpisah, atau
Pertemuan terpisah dilakukan berurutan pada masing-
masing pihak, semua anggota majelis bisa mengikuti
pertemuan terpisah ini.
Banyaknya pertemuan terpisah tergantung pada
kebutuhan.
Kegunaan Separate Meetings
• Memungkinkan salah satu pihak mengungkapkan
kepentingan yang tidak ingin mereka ungkapkan didepan
pihak lainnya .
• Mediator bisa menggali informasi tambahan.
• Membantu mediator dalam memahami motivasi dan
prioritas para pihak dan membangun empati serta
kepercayaan secara individual.
• Memberikan pada para pihak waktu dan kesempatan
untuk menyalurkan emosi kepada mediator tanpa
membahayakan kemajuan hasil mediasi.
Kegunaan Separate Meetings
• Memungkinkan mediator untuk menguji seberapa realistis
opsi-opsi yang diusulkan.
• Memungkinkan mediator untuk mengarahkan para pihak
untuk melaksanakan perundingan yang konstruktif.
• Memungkinkan mediator dan para pihak untuk
mengembangkan dan mempertimbangkan alternatif-
alternatif baru.
• Memungkinkan mediator untuk mempengaruhi para
pihak untuk menerima alternatif penyelesaian yang
ditawarkan.
Putusan Majelis
(pasal 37 dan 42 Kepmenperindag No. 350/2001)
Penolakan Putusan
4.Arbitrase
Simulasi Penyelesaian Kasus Sengketa Konsumen
Persidangan Dengan Cara Arbitrase
(pasal 32 dan 36 Kepmenperindag No. 350/2001)
Catatan Penting:
Dalam cara arbitrase ini didalamnya mengandung cara
perdamaian, yaitu Majelis wajib mendamaikan terlebih dahulu,
dengan demikian meskipun cara yang desepakati adalah arbitrase,
namun keluarannya bisa berupa kesepakatan dengan keputusan
BPSK tentang peguatan kesepakatan tersebut.
Proses Persidangan
• Penyelesaian sengketa di BPSK termasuk dalam
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, sebaiknya
format dibuat lebih “kekeluargaan” tidak seperti sidang di
Pengadilan
• Sidang dibuka oleh ketua majelis (tidak perlu mengetuk
palu, meskipun tidak dilarang)
• Ketua majelis memperkenalkan satu per satu anggota
majelis dan panitera yang ditugaskan pada hari tersebut
dan menyebutkan jenis penyelesaian sengketa yang telah
dipilih yaitu arbitrase
• Selanjutnya “rapat” dimulai dengan terlebih dahulu
memberikan kesempatan kepada konsumen untuk
menjelaskan duduk perkaranya dan “tuntutan” yang
diharapkan
Proses Persidangan
• Berikutnya kepada pelaku usaha untuk menjawab atau
membacakan jawaban yang telah dipersiapkan
• Kepada Konsumen dan PU dipersilahkan terlebih dahulu
untuk berdamai
• Jika tidak disepakati perdamaian maka dilanjutkan
dengan tahap berikutnya yaitu pendalaman atas kasus
oleh masing-masing majelis
• Sidang ditunda maksimal 5 hari untuk selanjutnya
dilakukan sidang yang kedua untuk membacakan putusan
arbitrase
• Mejelis bersidang membuat putusan
• Sidang II dimulai dengan agenda pembacaan putusan
• Sidang ditutup
Putusan Majelis
(pasal 37 dan 42 Kepmenperindag No. 350/2001)
Catatan Penting :
• Putusan BPSK final dan mengikat ? (lihat catatan terdahulu
kontradiksi antara pasal 54 ayat 3 dengan pasal 56 ayat 3
UUPK)
• Penetapan eksekusi kepada pengadilan tidaklah gratis,
sehingga akhirnya di BPSK pun membutuhkan biaya.
Putusan Arbitasi
Penerimaan Putusan
Penolakan Putusan
Ilustrasi Susasana Sidang penyelesaian sengketa
konsumen di BPSK Kota Semarang
Ilustrasi Sidang penyelesaian sengketa konsumen
di BPSK Kota Semarang
Sidang penyelesaian sengketa konsumen
di BPSK DKI Jakarta
Ilustrasi Sidang penyelesaian sengketa konsumen
di BPSK Kota Tangsel
Ilustrasi Sidang penyelesaian sengketa konsumen
di BPSK Kota Padang
Bermain Peran Penyelesaian Sengketa
Peserta dibagi secara proporsional dalam kelompok masing-masing
beranggotakan 6 orang .
No Peran Unsur
1. Ketua Majelis Unsur Pemerintah
2. Anggota Majelis 1 Unsur Pelaku Usaha
3. Anggota Majelis 2 Unsur Konsumen
4. Konsumen Unsur Konsumen
5. Pelaku Usaha Unsur Pelaku Usaha
6. Panitera Unsur Pemerintah
Kepada peserta diberikan file templete surat perjanjian perdamaian dan akta
perdamaian.
Pembagian Kasus dan Peran
No Kasus Jenis Jml Waktu
Pemeran