Anda di halaman 1dari 12

Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal.

75-86

STAGNASI KINERJA BADAN PENYELESAIAN


SENGKETA KONSUMEN( BPSK) SEMARANG PASCA
PENETAPAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Gunarto W Taslim1

Abstract

Consumer protection is a human right that must be protected. The Government has
the Consumer Protection Law number 8 of 1999 on Consumer Protection (UUPK) which
protects consumers from various threats in transactions and in using goods and services. The
law is also mandated by an institution in charge of consumer protection, namely the National
Consumer Protection Agency, as well as an existing institution of local government, namely the
Consumer Dispute Settlement Agency (BPSK). Since Law 23 of 2014 the local government
regulates the authority to handle consumer disputes applied in the provincial government, the
role of BPSK Kabupaten / Kota stagnates. January 2017 to October 2017, there is no single
matter handled by BPSK Kota Semarang. This is not solely due to the absence of budget, but
BPSK Kota Semarang is afraid that if the resulting decision is considered invalid because there
is no formal juridical proof that BPSK is no longer BPSK Semarang City Government but BPSK
Central Java.

Keywords: consumer protection, BPSK, stagnation, UUPA

Abstrak

Perlindungan konsumen adalah hak asasi yang harus dilindungi. Pemerintah telah
menerbitkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK) yang melindungi konsumen dari berbagai ancaman dalam
bertransaksi maupun dalam menggunakan barang dan jasa. Dalam UUPA tersebut juga
diamantak sebuah lembaga yang bertugas melakukan perlindungan konsumen yaitu Badan
Perlindungan Konsumen Nasional, serta sebuah lembaga yang ada pemerintah daerah yaitu
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 yang
menetapkan kewenangan penanganan sengketa konsumen berada di pemerintah provinsi
mengakibatkan peran BPSK kabupaten/kota mengalami stagnasi. Sejak Januari 2017 sampai
dengan bulan Oktober 2017, praktis tidak ada satu perkarapun yang ditangani oleh BPSK
Kota Semarang. Hal ini bukan semata-mata disebabkan oleh tidak adanya anggaran namun
para anggota BPSK Kota Semarang khawatir jika keputusan yang dihasilkan dianggap tidak
sah karena belum ada bukti yuridis-formal bahwa BPSK tidak lagi BPSK Pemerintah Kota
Semarang namun BPSK Jawa Tengah di Kota Semarang.

Kata kunci: perlindungan konsumen, BPSK, stagnasi, UUPA

1MantanAnggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) periode 2004-2007 dan 2009-2013, Peneliti pada
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Pembangunan (LPPSP).
Stagnasi Kinerja BPSK Semarang
Pasca Penetapan UU No. 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah (Gunarto W. Taslim)

Pendahuluan pengadilan sebagai upaya mencari


Tidak ada negara yang secara penyelesaian. Sebelum UUPK itu
sadar atau tidak sadar mengabaikan disahkan, ketentuan hukum yang
kepentingan konsumen. Hal ini dapat mengatur kepentingan konsumen diatur
diperdebatkan berdasarkan berlakunya dalam Kitab Undang-undang Hukum
undang-undang perlindungan konsumen Pidana (KUHP), yakni Pasal 204, 205,
yang cepat di hampir seluruh bagian 359, 360, dan 386. Selain itu, dapat pula
dunia. Terlepas dari undang-undang kita temui dalam ketentuan pasal 25
perlindungan konsumen di negara maju, sampai pasal 31 Undang-undang (UU)
kita dapat menemukan tingkat Nomor 2 Tahun 1981 tentang
percepatan pembuatan undang-undang Metrologi Legal. Pengaturan mengenai
untuk konsumen di negara berkembang kepentingan konsumen itu baru
seperti Thailand, Sri Lanka, Korea, terbatas pada upaya untuk sekadar
Mongolia, Filipina, Mauritius, China, melarang dan memberikan sanksi
Taiwan, Nepal, Indonesia, Malaysia dan kepada pelaku usaha. Pengaturan dalam
negara-negara lain. India tidak terkecuali UU ini tanpa memberikan hak kepada
dengan peraturan ini. Tujuan utama dari konsumen yang dirugikan untuk
Undang-Undang Perlindungan mendapatkan kompensasi atau ganti
Konsumen adalah untuk menjamin rugi atas kerugian yang dideritanya.
perlindungan konsumen yang lebih baik. Dalam UUPK makin luas cakupan
Tidak seperti undang-undang lain yang terhadap perlindungan konsumen yaitu
bersifat menghukum atau preventif, dijaminnya hak-hak dasar konsumen
ketentuan dalam UU konsumen ini secara eksplisit, diaturnya pembentukan
bersifat kompensasi. Undang-undang ini Badan Penyelesaian Sengketa
juga dimaksudkan untuk memberikan Konsumen (BPSK) maupun Badan
pengurangan biaya yang sederhana, Perlindungan Konsumen Nasional
cepat dan murah terhadap keluhan (BPKN), serta beberapa pasal
konsumen, dan menghilangkan sifat khas memberikan ruang yang berhubungan
dan pemberian kompensasi di manapun dengan class action. Dengan
sesuai dengan konsumen. 2 adanya class action, konsumen tidak
Indonesia juga menetapkan perlu lagi maju sendiri-sendiri dalam
undang-undang untuk melindungi kasus-kasus yang merugikan banyak
konsumen yaitu Undang-Undang konsumen. Keputusan class
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun action berlaku untuk semua, sehingga
1999 tentang Perlindungan Konsumen konsuman tidak banyak menghabiskan
(UUPK). Undang-undang perlindungan tenaga, biaya, dan dan waktu.
konsumen di banyak negara memiliki BPSK diadopsi dari model Small
kestimewaan yaitu melindungi Claim Tribunal (SCT) yang telah berjalan
konsumen dengan mekanisme yang efektif di negara-negara maju, namun
tidak rumit yaitu penyelesaian sengketa BPSK temyata tidak serupa dengan
antara penjual dan pembeli atau antara SCT. Sebagaimana diketahui SCT
konsumen dengan produsen dengan berasal dari negara-negara yang
cara-cara negosiasi yang saling bertradisi atau menganut sistem hukum
menguntungkan hingga gugatan di Common Law atau Anglo Saxon memiliki
cara berhukum yang sangat dinamis
dimana yurisprodensi menjadi hal utama
2Consumer Protection - Problems and Prospects dalam penegakan hukum. Sedangkan
https://www.researchgate.net/publication/228237355
_Consumer_Protection diunduh tanggal 9 Desember Indonesia tradisi atau sistem hukumnya
2017. adalah civil law atau Eropa Kontinental

76
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 75-86

yang cara berhukumnya bersumber dari dalam dalam UUPK sendiri. Salah
hukum tertulis (peraturan perundang- satunya adalah BPSK tidak memiliki
undangan)3 BPSK nampaknya didesain wewenang untuk melaksanakan
dengan memadukan kedua sistem putusannya, sebagaimana wewenang
hukum tersebut, dimana model SeT yang dimiliki oleh suatu badan peradilan.
diadaptasikan dengan model pengadilan BPSK hanya memutuskan dan
dan model ADR (Alternative Dispute menetapkan ada atau tidak kerugian di
Resolution) khas Indonesia. Hal ini pihak konsumen, dan wewenang
nampak dari konsep BPSK yang menentukan besamya ganti kerugian
berdasarkan UUPK merupakan salah yang harus dibayar oleh pelaku usaha
satu lembaga penyelesaian sengketa di dan mewajibkan pelaku usaha untuk
luar pengadilan, namun dalam proses membayar ganti kerugian kepada
penyelesaian perkara diatur dengan konsumen, tetapi BPSK tidak diberikan
hukum acara yang amat prosedural kewenangan untuk melaksanakan
layaknya hukum acara perdata di sendiri putusan yang dihasilkan. Untuk
Pengadilan Negeri.4 melaksanakan putusannya, BPSK harus
Tujuan pembentukan BPSK lebih dahulu meminta penetapan
adalah untuk melindungi konsumen eksekusi kepada pengadilan negeri
maupun pelaku usaha dengan berdasarkan ketentuan pasal 56 UUPK.
menciptakan sistem perlindungan BPSK bagaikan sapi ompong, dan inilah
konsumen yang mengandung unsur yang sering menjadi kendala bagi
kepastian hukum dan keterbukaan konsumen untuk meinta keadilan jika
informasi. Keberadaan BPSK diharapkan dirugikan.
akan menjadi bagian dari pemerataan
keadilan, terutama bagi konsumen yang Tantangan BPSK
merasa dirugikan oleh pelaku usaha, UUPK mengamanatkan kepada
karena sengketa di antara konsumen Pemerintah (Pemerintah Pusat)
dan pelaku usaha biasanya nominalnya membentuk Badan Penyelesaian
kecil sehingga konsumen enggan untuk Sengketa Konsumen (BPSK) di seluruh
mengajukan sengketanya di pengadilan kabupaten/kota untuk menyelesaikan
karena tidak sebanding antara biaya sengketa konsumen di luar pengadilan.
perkara dan besarnya kerugian yang di Pada saat UUPK ini tetapkan iklim
alami.5 politik saat itu masih sentralistis, oleh
Banyak kendala yang dihadapi karena itu kebijakannyamembentuk
oleh BPSK, lemahnya sumberdaya BPSK di setiapkabupaten/kota oleh
manusia, terbatasnya sarana dan Pemerintah Pusat. Selang dua minggu
prasarana, belum optimalnya setelah terbit UUPK tepatnya tanggal 7
kepercayaan masyarakat, keterbatasan Mei 1999, iklim politik penyelenggaraan
dana dalam operasionalisasi kegiatan pemerintahan berubah drastis dari
juga beberapa kelemahan yang terdapat sentralistik ke desentralistik, tepatnya
sejak ditetapkannya Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang
3 Henry Campbell, "Black Law Dictional),", Abridged
Sixth Edition, 1990 Pemerintahan Daerah, dimana otonomi
4Kurniawan. luas diberikan kepada pemerintah dati II
PenyelesaianSengketaKonsumenMelaluiBadanPenyele yang saat itu berubah nama menjadi
saianSengketaKonsumen (BPSK) Di Indonesia
(KajianYuridisTerhadapPermasalahan Dan pemerintah kabupaten/kota.
KendalakendalaBpsk), Jumal Hukum dan Kewenangan penyelenggaraan
Pembangllnan Tahun ke-41 No.3 Juli-September pemerintahan yang lebih luas diberikan
2011.
5www.compas.co.id/Harapan Segar kepada daerah dan diikuti pula
dariKehadiranUndangUndangPerlindunganKonsumen pemberian keuangan dalam bentuk
diaksestanggal7 desember 2017 Dana Perimbangan yang terdiri dari : (1)
77
Stagnasi Kinerja BPSK Semarang
Pasca Penetapan UU No. 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah (Gunarto W. Taslim)

Dana Bagian Daerah dari PBB, BPHTB alasannya karena sudah mamasuki era
dan Penerimaan dari Sumberdaya otonomi luas pada daerah
Alam; (2) Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota, dimana kepada daerah
dan (3) Dana Alokasi Khusus (DAK), kabupaten/kota tersebut telah
sebagaimana tercantum dalam UU No. ditransfer dana perimbangan berupa
25 Tahun 1999 tentang Perimbangan DAU untuk banyak kepentingan
Keuangan antara Pemerintah Pusat termasuk operasional BPSK, disinilah
dengan Pemerintah Daerah. permasalahan tentang pengoperasioan
Pembentukan BPSK merupakan BPSK mulai muncul. UUPK belum
amanat UUPK yang wajib dijalankan. diubah, apalagi dicabut, desentralissi
Sejak UUPK diundangkan, proses dengan otonomi luas pada daerah
pembentukan BPSK terus dijalankan kabupaten/kota, telah berjalan,
oleh pemerintah, dan pada tanggal 21 kewenangan yang besar telah diberikan
Juli 2001 diterbitkan Keputusan termasuk dalam perlidungan konsumen,
Presiden Nomor 90 Tahun 2001 sehingga bayi yang baru lahir bernama
tentang Pembentukan BPSK pada 10 BPSK yang saat itu baru terbentuk pada
Kota, meliputi Medan, Palembang, 10 kabupaten/kota, ibu kandungnya
Jakarta pusat, Jakarta Barat, Bandung, menyerahkan kepada orang lain yang
Semarang, Yogjakarta, Malang dan bernama pemerintah kabupaten/kota
Makassar. Berdasarkan Kepres tersebut yang selanjutnya akan menjadi ibu tiri.
Kementerian Perindustrian dan Tragisnya si ibu tiri juga tidak dengan
Perdagangan pada tanggal 29 Agustus senang hati menerima kehadiran BPSK
2002 mengangkat Anggota BPSK pada ini karena amanat pendiriannya secara
10 kota yang telah disebutkan dalam tegas dicantumlan dalam undang-
Kepres No. 90 Tahun 2001. Selanjutnya undang (UUPK) yang masih berlaku
Kemenperindag membentuk dan sampai saat ini. Sehingga dengan
menetapkan Sekretariat BPSK, khusus terpaksa si ibu tiri menganggarkan
untuk Kota Semarang pembentukan dengan ala kadarnya. Bayangkan untuk
sekretariat baru ditetapkan oleh operasional BPSK ini selama satu tahun
Menperindag tanggal 31 Maret 2003, di Kota Semarang berkisar antara 60
sehingga BPSK baru mulai beroperasi juta rupiah, ini pun masih dianggap
akhir tahun 2003 dengan dana lumayan, karena ada satu kabupaten di
operasional dari APBN (DIP- Jawa Barat yang mengalokasikan
Kemenperindag). Sayangnya dana anggaran untuk BPSK sebesar 15 juta
operasional dari DIP APBN hanya bisa rupiah, meskipun ada satu kota yaitu
dimanfaatkan beberapa bulan di tahun Kota Batam yang menganggarkan 500
2003 sesuai bulan pelantikan dan juta rupiah lebih selama satu tahun
pengambilan sumpah oleh (Gunarto, 2012)
bupati/walikota atas nama Menteri Dalam kondisi pengaturan yang
Perindustrian dan Perdagangan. Khusus tidak jelas, pemerintah daerah lainya
Kota Semarang dana operasional (selain yang 10 kota) banyak yang
tersebut hanya bisa dimanfaatkan berkeinginan membentuk BPSK, karena
selama 2 bulan (November dan terbentuknya BPSK suatu daerah
Desember 2003), karena pelantikan menjadi salah satu tolok ukur daerah
anggota BPSK baru dilaksanakan bulan menerimadana DAK pembangunan
Oktober 2003. pasar dari Kementerian Perdagangan
Menginjak tahun 2004, disatu sisi, disisi yang lain terbentuknya
Pemerintah (Pusat) tidak lagi BPSK juga menjadi indikator kinerja
menganggarkan dana operasional BPSK, Kementerian Perdagangan, sebagai

78
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 75-86

contoh stahun 2010-2014 Kementerian dengan dukungan dana yang memadai


Perdagangan menargetkan berdirinya adalah lebih penting meskipun lebih sulit
BPSK secara akumulatif sebanyak 70 dari sekedar mendirikan atau
unit dan yang mengejutkan realisasinya melahirkan. Jika dilihat dari Buku
sebanyak 159 unit (227%). Prestasi Laporan Kinerja Kementerian
semacam ini dapat dikatatakan prestasi Perdagangan yang mengatakan bahwa
semu, karena seharusnya bukan prestasi capaian akumulatif pendirian
seberapa banyak terbentuk BPSK tetapi BPSK ditahun 2014 sebesar 227%,
seberapa banyak BPSK yang terbentuk betul-betul prestasi yang semu, karena
dan sehat, serta aktif dalam indikator pendirian BPSK adalah
menjalankan fungsi fasilitas indikator output, seharusnya indikator
penyelesaian sengketa konsumen pada level laporan kinerja adalah level
dengan pelaku usaha. Membuat BPSK outcome atau impact. Indikator yang lebih
hidup sehat, normal sebagai Lembaga baik dari angka-angka semacam ini
Penyelesaian Sengketa di Luar adalah persentase kabupaten/kota yang
Pengadilan atau sebagai Alternatif Dispute telah terbentuk BPSK atau persentase
Resolution (ADR) dituntut kinerja BPSK sehat dan berkinerja baik.

Perbandingan Target,Realisasi dan Persentase Capaian Kinerja


Akumulasi Jumlah BPSK yang Terbentuk Seluruh Indonesia
2010-2014 (unit)

Sumber : Laporan Kinerja Kemendag 2014 hal 81.

Dalam laporan kinerja tahun kasus yang masuk sebesar 671 ksus dan
2015 dan 2016, selanjutnya Kemendag yang bisa diselesaikan sebanyak 594
tidak mencantumkan akumulasi Kasus. Jumlah kasus yang ditangnai
berdirinya BPSK sebagai indikator sebesar tersebut diatas sangat kecil
kinerja, namun Badan Perlindungan dibangingkan jumlah konsumen
Konsumen Nasional (BPKN) tahun Indonesia sebesar 250 juta jiwa.
2017 berhasil mencatat bahwa tahun Berdasarakan data hasil survey hanya 4
2015 dan 2016 telah terjadi orang dari 1 juta penduduk Indonesia
penambahan jumlah BPSK menjadi 171 yang mengadukan sengketa konsumen
unit di tahun 2015 dan 190 unit di tahun jika mengalami kerugian akibat
2016. Dari 190 unit yang telag bertransaksi barang maupun jasa,
terbentuk 166 diantaranya telah bandingkan jika di Korea Selatan 64
memiliki alat kelengkapan berupa orang dari 1 juta orang. Kenapa
sekretariat, sisanya belum. Dari 166 konsumen Indonesia tidak mengadu,
BPSK atau sama dengan 33,33% dari BPKN (217) mencatat alasannya bahwa
514 kabupaten/kota di Indonesia, 24% tidak mengetahui tempat
ternyata hanya 78 BPSK (65,5%) yang pengaduan; 39,2% tidak mengetahui
beroperasi. Jumlah kasus yang bisa Lembaga Perlindungan Konsumen
dieselesikan oleh BPSK seluruh (termasuk BPSK), 38,6% mengenal tapi
Indonesia tahun 2011-2016 adalah tidak tahu fungsinya dalam perlindungan
sebanyak 6.905 kasus, pada tahun 2016 konsumen dan lebih dari 42 %
79
Stagnasi Kinerja BPSK Semarang
Pasca Penetapan UU No. 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah (Gunarto W. Taslim)

konsumen memilihuntuk diam tidak Disinilah letak kontradiksi itu,


melakukan pengaduan. Mungkin 42% Pemerintah Pusat masih merasa
inilah yang merupakan ciri khas memiliki kewenangan mendirikan BPSK
konsumen Indonesia, “nrimo” atau karena masih tercantum dalam UUPK,
“sabar ing pandum” yaitu menerima oleh karenanya masuk dalam indikator
semua hal yang menimpa dirinya kinerjanya (perlu ditegaskan hanya
termasuk dirugikan oleh pedagang pendirian), sementara operasionalisasi
(pelaku usaha) dan mengembalikan menjadi tanggungan pemerintah
bahwa semua yang terjadi atas dirinya kabupaten/kota yang notabene
sudah merupakan kehendak nasib yang tergantung kemauan politik kepala
harus diterimanya. daerah dan DPRD.
pelaksanaanmetrologi legal berupatera,
Stagnan 1: Akibat Transisi teraulangdanpengawasan. Dengan

Kewenangan demikian, sejak undang-undang ini


Pada tanggal 30 September 2014 ditetapkan yaitu tanggal 30 September
Pemerintah menetapkan UU No. 23 2014 pemerintah kabupaten/kota sama
Tahun 2014 tentang Pemerintah sekali tidak berwewenang dan
Daerah, didalamnya terdapat klasula berkewajiban menghidupi BPSK, karena
peralihan kewenangan sub urusan sudah beralih ke provinsi. Namun dalam
standarisasi dan perlindungan konsumen pasal 404 UU No 23 Tahun 2014
tidak lagi menjadi kewenangan disebutkan bahwa: “Serah terima
pemerintah provinsi. Dalam lampiran personel, pendanaan, sarana dan
UU No. 23 Tahun 2014 tersebut prasarana, serta dokumen sebagai
disebutkan bahwa dalam Urusan akibat pembagian urusan pemerintahan
Perdagangan Sub Urusan Standardisasi antara pemerintah pusat, daerah
dan Perlindungan Konsumen, provinsi dan daerah kabupaten/kota
Pemerintah Provinsi memiliki yang diatur berdasarkan undang-undang
kewenangan : ini dilakukan paling lama 2 (dua) tahun”
pelaksanaanperlindungankonsume (sampai dengan tanggal 30 September
n, pengujianmutubarang, 2016).
danpengawasanbarangberedardan/atauja Mengingat bunyi pasal 404, pada
sa di seluruhdaerahkabupaten/kota. tahun 2017 pemerintah kab/kota
Sementara Pemerintah kabupaten/kota termasuk Pemerintah Kota Semarang
hanya memiliki kewenangan : tidak lagi mengakui keberadaan BPSK

80
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 75-86

dan tidak menganggarkan operasional dapat mengajukan keberatan


BPSK), meskipun SK keanggotaan BPSK kepada Pengadilan Negeri paling
tidak pernah dicabut, bahkan kantor lambat 14 (empat belas) hari kerja
BPSK dan ruang rapat serta ruang setelah menerima pemberitahuan
sidangpun tidak lagi disediakan oleh putusan BPSK. Berikutnya dalam pasal
Pemerintah Kota Semarang, karena 57 disebutkan bahwa putusan majelis
memang secara legal formal tidak ada sebagaimana dimintakan penetapan
lagi hubungan dengan Pemerintah Kota eksekusinya kepada pengadilan
Semarang. Sementara pemerintah negeridi tempat konsumen yang
provinsi belum siap. Seperti kita ketahui dirugikan. Berdasarkan perintah pasal
bersama bahwa proses penganggaran 55 ayat 4 bahwa ketentuan teknis lebih
dimulai dari penyusunan RKPD, Renja lanjut mengenai pelaksanaan tugas
OPD, KUA-PPAs, RAPBD hingga majelis diatur dalam surat keputusan
menjadi APBD yang waktunya satu menteri. Keputusan menteri yang
tahun sebelum APBD ditetapkan. Bagi dimaksud adalah KepmenPerindag
pemerintah provinsi pun punya alasan Nomor : 350/MPP/Kep/12/2001 tentang
belum menganggarkan karena Menteri Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Perdagangan baru mengeluarkan BPSK, yang ternyata didalamnya juga
Permen No. 6 Tahun 2017 tentang mengandung banyak kelemahan.
BPSK pada tanggal 13 Februari 2017, Dalam pasal 4 Kepmenprindag
dimana dalam pasal 3 disebutkan bahwa 350 Tahun 2001 disebutkan bahwa
(1) Pemerintah Pusat membentuk BPSK cara penyelesaian sengketa dengan cara
di provinsi khusus DKI Jakarta dan konsiliasi, mediasi dan arbitrase,
kabupaten/kota. (2) Pembentukan BPSK dilakukan berdasarakan pilihan para
sebagaimana dimaksud diusulkan oleh pihak dan bukan merupakan proses
gubernur kepada pemerintah pusat penyelesaian sengketa secara berjenjang
melalui menteri disertai kesanggupan . Kelemahan yang terjadi terkait dengan
penyediaan pendanaan. Berikutnya pengatuan ini adalah bahwa konsumen
dalam pasal 31 ayat 2 bahwa: “Biaya dan pelaku usaha harus dipertemukan
penyelenggaraan BPSK yang terdiri dari atau diundang terlebih dahulu untuk
biaya operasional, honorarium anggota menentukan pilihan. Banyak kasus
dan sekretariat dibebankan pada pelaku usaha tidak datang pada saat
Anggaran Pendapatan dan Belanja diundang untuk menentukan pilihan
Daerah (APBD) provinsi sesuai dengan karena pelaku usaha berkeinginan
kemampuan keuangan daerah. Jika menghindar dari penyelesaian sengketa
penerbitan Permendag ini dijadikan di BPSK, dan pelaku usaha (PU) secara
pijakan awal pengelolaan BPSK maka tidak langsung mengajak penyelesian
anggaran BPSK paling cepat bisa sengeta di pengadilan yang notabene
dianggarkan di tahun 2018. harus mengeluarkan biaya. Dalam kasus
lain yang juga sering terjadi adalah
Stagnan 2 : Implikasi Cacat pelaku usaha datang tetapi memilih
Bawaan penyelesaian sengketa yang berbeda
Pengaturan tentang kewenangan dengan pilihan konsumen untuk
BPSK dalam UUPK mengandung banyak menghindari terjadinya kesepakatan
sekali kelemahan. Kelemahan utama penyelesaian sengketa (PU berkeinginan
pengaturan yang terjadi pada BPSK agar tidak terjadi penyelesaian sengketa
adalah bahwa meskipun disebutkan di BPSK).
dalam pasal 54 ayat (3) UUPK bahwa Kelemahan berikutnya adalah bahwa
putusan Majelis BPSK bersifal final skala kasus di BPSK tidak dibatasi
dan mengikat namun dalam pasal 56 namun ada “pembatasan” dikabulkannya
ayat (3) disebutkan bahwa para pihak gugatan, dimana disebutkan dalam pasal
81
Stagnasi Kinerja BPSK Semarang
Pasca Penetapan UU No. 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah (Gunarto W. Taslim)

40 bahwa jika gugatan dikabulkan dalam label barang tidak sesuai dengan barang;
amar putusannya ditetapkan kewajiban (4) kedaluarsa barang. MA juga
yang harus dilakukan oleh pelaku usaha memberi rambu-rambu soal materi
yaitu berupa pemenuhan : (a) ganti rugi gugatan. Berikut ini yang dilarang MA
berupa pengembalian uang; (b) dalam perkara sengketa konsumen
penggantian barang dan/atau jasa yang dilarang menuntut : (1) kerugian
sejenis atau setara nilainya; atau (c) imateriil; (2) dwangsom/uang paksa ; (3)
perawatan kesehatan dan/atau sita jaminan.
pemberian santunan; dan atau (B) sanksi Terkait dengan hal ini diskusi para
administratif berupa penetapan ganti pakar hukum perlindungan konsumen
rugi paling banyak Rp200.000.000,00 yang tergabung dalam komunitas BPKN
(dua ratus juta rupiah). (mantan dan anggota aktif BPKN)
Terkait dengan kelemahan- tanggal 7 November 2017,
kelemahan tersebut banyak pihak menyimpulan bahwa kesimpulan
beranggapan bahwa beracara di BPSK wanprestasi tidak termasuk lingkup
tidak menarik karena : (1) Tidak final kewenangan BPSK, oleh MA merupakan
dan mengikat: (2.) Tidak murah dan suatu kesalahan karena dalam UUPK
gratis karena permintaan fiat eskskusi pasal 18 dicantumkan larangan bahwa :
atas putusan BPSK ke pengadilan negeri pelaku usaha dalam menawarkan barang
mengeluarkan biaya yang tidak murah; dan/atau jasa yang ditujukan untuk
(3). Waktu penyelesaian sengketa yang diperdagangkan dilarang membuat atau
dibatasi selama 21 hari tidak banyak mencantumkan klausula baku pada
berguna karena meskipun telah setiap dokumen dan/atau perjanjian
diputuskan kurang dari 21 hari namun apabila: (a) menyatakan pengalihan
pelaku usaha bisa mengajukan banding tanggung jawab pelaku usaha; (b)
sehingga waktu menjadi tidak terbatasi. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak
menolak penyerahan kembali barang
Stagnan 3. Akibat Pembatasan yang dibeli konsumen; (c) menyatakan
Kewenangan oleh MA bahwa pelaku usaha berhak menolak
Berdasarkan putusan kasasi yang penyerahan kembali uang yang
dilansir website MA, Rabu (4/10/2017), dibayarkan atas barang dan/atau jasa
majelis kasasi telah menganulir yang dibeli oleh konsumen; (d)
127 keputusan BPSK sepanjang menyatakan pemberian kuasa dari
lima bulan terakhir. Konsumen konsumen kepada pelaku usaha baik
umumnya menggugat bank, leasing, atau secara langsung maupun tidak langsung
asuransi. Menurut Majlis Kasasi yang untuk melakukan segala tindakan
terdiri dari Syamsul Maarif, sepihak yang berkaitan dengan barang
Abdurrahman, dan I Gusti Agung yang dibeli oleh konsumen secara
Sumantaha menilai perbuatan sengketa angsuran; (e) dst. Dengan demikian
konsumen bank, lleasing dan asuransi BPSK berwewenang meyelesaikan
merupakan sengketa perdata biasa atau sengketa konsumen degan pelaku usaha
ingkar janji, bukan sengketa konsumen. dalam perkaran perjanjian atau
kewenangan BPSK limitatif dan hanya wanprestasi.
mengadili perkara konsumen-produsen Masalahnya adalah kesimpulan
terkait perbuatan melawan hukum, terebut yang membuat adalah MA,
bukan wanprestasi. Seperti: (1) adanya lembaga peradilan tertinggi di Indonesia,
kerusakan, pencemaran, kerugian akibat meskipun secara teoritis banyak
mengonsumsi barang/jasa; (2) iklan kalangan menganggap salah namun
yang tidak sesuai dengan barang; (3). pendapat MA itulah yang dipergunakan

82
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 75-86

untuk menganulir putusan arbitrase untuk mengendalikan kualitas,


BPSK, hanya keputusan arbitrase karena keandalan dan daya tahan berbagai
keputusan BPSK dengan cara produk di pasar.
penyelesaian mediasi dan konsilialiasi Konsumen India dihadapkan tidak
tidak bisa diajukan kebertatan ke PN adanya mesin yang efektif dan cepat
sehingga tidak akan sampai ke MA. untuk mengganti keluhan mereka,
Inilah penyebab stagnasi karena bahkan konsumen dianggap sebagai
menimbulkan kegamangan pada anggota masalah dan atas keluhan yang
majelis BPSK karena dihantui oleh dideritanya. Konsumen sering
keputusan BPSK dianulir MA. mengalami frustrasi di pasar dan
terkadang juga terhina, karena perilaku
Belajar Perlindungan Konsumen di penjual yang sombong, yang merupakan
India produk dari kondisi kelangkaan dan
Konsumen India sangat menyadari kecenderungan penimbunan kanker di
bahwa ada banyak hal yang tidak baik di India. Masalah konsumen diciptakan di
dunia ini, pemalsuan makanan, pasar dari berbagai kecurangan dan
timbangan yang tidak ditera, penipuan penipuan sampai penolakan langsung
jasa, harga terus naik dan pada saat terhadap protes mereka dan hak atas
kekurangan, pencatutan terjadi, bahkan informasi tentang barang. Apapun solusi
ransum untuk kaum marginal juga yang tersedia di India untuk
dengan kualitas rendah. Setiap individu perlindungan konsumen di pasar sama
adalah konsumen yang mempengaruhi sekali tidak mencukupi dan konsumen
dan dipengaruhi oleh hampir semua mendapati diri mereka tidak berdaya.6
keputusan ekonomi swasta dan publik. Tahun 1952 India membuat
Bisnis modern harusnya undang-undang standarisasi yang
digambarkan dengan mempelajari bertujuan utuk perlindungan
kebutuhan dan preferensi konsumen konsumen7. Undang-undang tersebut
untuk memproduksi dan memasok menetapkan standarisasi dan penandaan
barang sesuai dengan tuntutan yang barang yang merupakan prasyarat untuk
terus berubah. Sayangnya konsumen pembentukan perdagangan yang sehat
India mendapati dirinya dikenai segala dan untuk membandingkannya dengan
jenis eksploitasi. Konsumen terus- produk asing yang dibuat.8Undang-
menerus mengalami kekurangan barang- undang tersebut telah diubah pada
barang penting, produk yang dipalsukan, tahun 1961 dan 1976 agar lebih efektif
berbagai masalah yang terkait dengan untuk mencapai tujuannya disertai
layanan utilitas publik dan berbagai berbagai undang-undang yang
praktik penipuan yang diterapkan oleh melindungi konsumen seperti
produsen. Konsumen terus menderita pengaturan tentang obat-obatan. Upaya
dalam diam. yang terus dilakukan untuk penegakan
Ada dua hal penting dalam hukum gayung bersambut, manakala UU
perlindungan konsumen yang tidak Perlindungan Konsumen India (India
tersentuh saat itu yaitu tanggung jawab Consumer Protections Act No. 68 of
yang berat pada pemerintah dan 1986). Undang-undang ini juga
industri di sisi lain. Lingkaran industri
dan pemerintah belum menyadari 6Rajendra Kumar Nayak, Consumer Protection Law
bahwa preferensi konsumen sudah in India: An Eco- Legal Treatise on Consumer Justice,
muncul di cakrawala di banyak wilayah New Delhi: The Indian Law Institute, 1991)
metropolitan dan masa depan sebelum. 7 The Indian Standards Institutions (Certification

Marks) Act, 1952 at


Mereka baru sadar ada Badan http://www.bis.org.in/org/Officemanual_I.pdf.
Konsumen di India yang mendapatkan Accessed on 02-02-09.
kekuatan sama seperti di negara lain, 8 Statement of Objects and Reasons, 32 A.I.R.

Manual 667 (4th ed.1979)


83
Stagnasi Kinerja BPSK Semarang
Pasca Penetapan UU No. 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah (Gunarto W. Taslim)

mengatur lembaga seperti BPSK yang Urusan Pemerintahan dari Pemerintah


melakukan perlindungan. Tugas lembaga kabupaten/kota ke provinsi. Sejak
ini meluas yaitu: (1) mendidik Januari 2017 sampai dengan bulan
konsumen untuk mengembangkan Oktober 2017, praktis tidak ada satu
pemahaman tentang tanggung jawab perkarapun yang ditangani oleh BPSK
mereka sebagai konsumen dan Kota Semarang. Hal ini bukan semata-
mengatur bersama untuk mata disebabkan oleh tidak adanya
mengembangkan kekuatan dan anggaran namun para anggota BPSK
pengaruh untuk mempromosikan dan Kota Semarang khawatir jika keputusan
melindungi kepentingan mereka sendiri; yang dihasilkan dianggap tidak sah
(2) bersinergi dengan pemerintah karena belum ada bukti yuridis-formal
membuat dan menerapkan peraturan bahwa BPSK tidak lagi BPSK Pemerintah
hukuman yang lebih keras sehingga Kota Semarang namun BPSK Jawa
prousen tidak menerapkan praktik Tengah di Kota Semarang. Meskipun
curang; (3) melakukan kampanye demikian pelayanan BPSK selain
dengan melibatkan setiap konsumen penyelesaian sengketa berupa pelayanan
agar lebih sadar akan hak dan tanggung perpustakaan, pelayanan narasumber
jawab mereka; (4) mengawasi kinerja seminar diklat dan bintek, pelayanan
pemerintah dalam menerapkan hukum wawancara, penelitian dan sebagianya
dan konsumen khususnya negara tetap dijalankan.
bagian dan badan kehakiman nasional Sampai dengan Oktober 2017
untuk perlindungan konsumen sehingga secara resmi BPSK Kota Semarang tidak
membuat konsumen semakin sadar memiliki kantor, karena Pemerintah
tentang mesin untuk keterlibatan Provinsi Jawa Tengah tidak memberikan
mereka yang lebih besar dan untuk fasilitas kantor aset milik provinsi
mencari keadilan dalam kasus dari kepada BPSK Kota Semarangsehingga
keluhan, dan (5) mengembangkan nebeng pada kantor Perindustrian Kota
prosedur ganti rugi harus dilakukan Semaramg (dh Kantor Perindustrian
lebih logis, cukup mudah dipahami oleh dan Perdagangan). Pinjam ruangan
sejumlah besar konsumen yang kantor pun untuk kepentingan
dirancang sedemikian rupa sehingga penyelesaian sengketa konsumen.
mudah ditangani dan pembuangan kasus Sehingga betul-betul mengalami stagnan.
yang cepat.9 Persoalannya bukan pada kelangsungan
BPSK yang perlu dipertanyakan tetapi
Implikasi bagi BPSK Kota pada nasib konsumen kecil yang
Semarang mendambakan peradilan murah, mudah,
Transisi perpindaahan singkat dan cepat-lah yang perlu
kewenangan perlindungan konsumen diperjuangkan. Karena dengan tidak
dari kabupten/kota ke provinsi telah beroperasinya BPSK Kota Semarang
membawa dampak pada kinerja BPSK Konsumen kecil yang mencari keadilan
Kota Semarang. Pada tahun 2017 harus pergi ke pengadilan, yang oleh
Pemerintah Kota Semarang tidak masyarakat kecil masih dianggap terlalu
mengganggarkan biaya operasional mahal dan menakutkan.
BPSK dengan alasan karena tanggal 30
September 2016 adalah batas akhir DAFTAR PUSTAKA
serah terima personel, pendanaan,
sarana dan prasarana, serta dokumen Campbell, Henry. (1990). Black Law
sebagai akibat perpindahan kewenangan Dictional. Abridged Sixth Edition.
9Rajendra Kumar Nayak, opcit
84
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 75-86

Miru, Ahmadi dan Yodo, Sutarman Statement of Objects and Reasons, 32


(2004). Hukum Perlindungan A.I.R. Manual 667 (4th ed.1979)
Konsumen. Jakarta : Rajawali Susanti Adi Nugroho. (2008) Proses
Press. Penyelesaian Sengketa Konsumen
Parman, Ardiansyah. (2017) Perlindungan Ditinjau dari Hukum Acara Serta
Konsumen dalam Penerapan UU Kendala Implementasinya. Jakarta
No. 23 Tahun 2014 tentang : Kencana Prenada Media.
Pemerintahan Daerah. BPKN.
The Indian Standards Institutions
Gunarto. (2016). Prospek Penyelesaian (Certification Marks) Act, 1952
Sengketa di BPSK Pasca at
Terbitnya Perma No. 2 Tahun http://www.bis.org.in/org/Office
2015 Tentang Tatacara manual_I.pdf. Accessed on 02-
Penyelesaian Gugatan Sederhana. 02-09.
Makalah. BPKN. Yusuf Shofie. (2009). Perlindungan
Gunarto. (2017) Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Instrumen-
Konsumen Stagnan : Adakah yang instrumen Hukumnya. Bandung:
Peduli ? Makalah. BPKN. Jakarta. Citra Aditya Bakti.
Yusuf Shofie.(2013). Optimalisasi Peran
Gunarto dan Pratomo, Setyohadi.
Badan Penyelesaian Sengketa
(2015) Kajian Kelembagaan
Konsumen (BPSK) Dalam
Perlindungan Konsumen Di
Penyelesaian Sengketa
Indonesia. Laporan Hasil
Pembiayaan Konsumen Di
Penelitian. BPKN. Jakarta.
Tengah Terjadinya
Gunarto. (2012) Perencanan Disharmonisasi Pengaturan.
Penganggaran BPSK. Laporan Makalah. BPKN. Jakarta.
Hasil Penelitian. BKPK. Jakarta. www.compas.co.id/Harapan Segar dari
Kurniawan. Penyelesaian Sengketa Kehadiran Undang Undang
Konsumen Melalui Badan Perlindungan Konsumen diakses
Penyelesaian Sengketa Konsumen tanggal 7 desember 2017
(BPSK) Di Indonesia (Kajian Consumer Protection-Problems and
Yuridis Terhadap Permasalahan Prospects
Dan Kendalakendala Bpsk), Jumal https://www.researchgate.net/pu
Hukum dan Pembangunan Tahun blication/228237355_Consumer_
ke-41 No.3 Juli-September 2011. Protection diunduh tanggal 9
Desember 2017.
Miru, Ahmadi dan Yodo, Sutarman
(2004). Hukum Perlindungan
Konsumen. Jakarta : Rajawali
Press.
Nayak, Rajendra Kumar. (1991)
Consumer Protection Law in India:
An Eco- Legal Treatise on Consumer
Justice. New Delhi : The Indian
Law Institute.
Parman, Ardiansyah. (2017) Perlindungan
Konsumen dalam Penerapan UU
No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. BPKN.

85
Stagnasi Kinerja BPSK Semarang
Pasca Penetapan UU No. 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah (Gunarto W. Taslim)

86

Anda mungkin juga menyukai