75-86
Gunarto W Taslim1
Abstract
Consumer protection is a human right that must be protected. The Government has
the Consumer Protection Law number 8 of 1999 on Consumer Protection (UUPK) which
protects consumers from various threats in transactions and in using goods and services. The
law is also mandated by an institution in charge of consumer protection, namely the National
Consumer Protection Agency, as well as an existing institution of local government, namely the
Consumer Dispute Settlement Agency (BPSK). Since Law 23 of 2014 the local government
regulates the authority to handle consumer disputes applied in the provincial government, the
role of BPSK Kabupaten / Kota stagnates. January 2017 to October 2017, there is no single
matter handled by BPSK Kota Semarang. This is not solely due to the absence of budget, but
BPSK Kota Semarang is afraid that if the resulting decision is considered invalid because there
is no formal juridical proof that BPSK is no longer BPSK Semarang City Government but BPSK
Central Java.
Abstrak
Perlindungan konsumen adalah hak asasi yang harus dilindungi. Pemerintah telah
menerbitkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK) yang melindungi konsumen dari berbagai ancaman dalam
bertransaksi maupun dalam menggunakan barang dan jasa. Dalam UUPA tersebut juga
diamantak sebuah lembaga yang bertugas melakukan perlindungan konsumen yaitu Badan
Perlindungan Konsumen Nasional, serta sebuah lembaga yang ada pemerintah daerah yaitu
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 yang
menetapkan kewenangan penanganan sengketa konsumen berada di pemerintah provinsi
mengakibatkan peran BPSK kabupaten/kota mengalami stagnasi. Sejak Januari 2017 sampai
dengan bulan Oktober 2017, praktis tidak ada satu perkarapun yang ditangani oleh BPSK
Kota Semarang. Hal ini bukan semata-mata disebabkan oleh tidak adanya anggaran namun
para anggota BPSK Kota Semarang khawatir jika keputusan yang dihasilkan dianggap tidak
sah karena belum ada bukti yuridis-formal bahwa BPSK tidak lagi BPSK Pemerintah Kota
Semarang namun BPSK Jawa Tengah di Kota Semarang.
1MantanAnggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) periode 2004-2007 dan 2009-2013, Peneliti pada
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Pembangunan (LPPSP).
Stagnasi Kinerja BPSK Semarang
Pasca Penetapan UU No. 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah (Gunarto W. Taslim)
76
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 75-86
yang cara berhukumnya bersumber dari dalam dalam UUPK sendiri. Salah
hukum tertulis (peraturan perundang- satunya adalah BPSK tidak memiliki
undangan)3 BPSK nampaknya didesain wewenang untuk melaksanakan
dengan memadukan kedua sistem putusannya, sebagaimana wewenang
hukum tersebut, dimana model SeT yang dimiliki oleh suatu badan peradilan.
diadaptasikan dengan model pengadilan BPSK hanya memutuskan dan
dan model ADR (Alternative Dispute menetapkan ada atau tidak kerugian di
Resolution) khas Indonesia. Hal ini pihak konsumen, dan wewenang
nampak dari konsep BPSK yang menentukan besamya ganti kerugian
berdasarkan UUPK merupakan salah yang harus dibayar oleh pelaku usaha
satu lembaga penyelesaian sengketa di dan mewajibkan pelaku usaha untuk
luar pengadilan, namun dalam proses membayar ganti kerugian kepada
penyelesaian perkara diatur dengan konsumen, tetapi BPSK tidak diberikan
hukum acara yang amat prosedural kewenangan untuk melaksanakan
layaknya hukum acara perdata di sendiri putusan yang dihasilkan. Untuk
Pengadilan Negeri.4 melaksanakan putusannya, BPSK harus
Tujuan pembentukan BPSK lebih dahulu meminta penetapan
adalah untuk melindungi konsumen eksekusi kepada pengadilan negeri
maupun pelaku usaha dengan berdasarkan ketentuan pasal 56 UUPK.
menciptakan sistem perlindungan BPSK bagaikan sapi ompong, dan inilah
konsumen yang mengandung unsur yang sering menjadi kendala bagi
kepastian hukum dan keterbukaan konsumen untuk meinta keadilan jika
informasi. Keberadaan BPSK diharapkan dirugikan.
akan menjadi bagian dari pemerataan
keadilan, terutama bagi konsumen yang Tantangan BPSK
merasa dirugikan oleh pelaku usaha, UUPK mengamanatkan kepada
karena sengketa di antara konsumen Pemerintah (Pemerintah Pusat)
dan pelaku usaha biasanya nominalnya membentuk Badan Penyelesaian
kecil sehingga konsumen enggan untuk Sengketa Konsumen (BPSK) di seluruh
mengajukan sengketanya di pengadilan kabupaten/kota untuk menyelesaikan
karena tidak sebanding antara biaya sengketa konsumen di luar pengadilan.
perkara dan besarnya kerugian yang di Pada saat UUPK ini tetapkan iklim
alami.5 politik saat itu masih sentralistis, oleh
Banyak kendala yang dihadapi karena itu kebijakannyamembentuk
oleh BPSK, lemahnya sumberdaya BPSK di setiapkabupaten/kota oleh
manusia, terbatasnya sarana dan Pemerintah Pusat. Selang dua minggu
prasarana, belum optimalnya setelah terbit UUPK tepatnya tanggal 7
kepercayaan masyarakat, keterbatasan Mei 1999, iklim politik penyelenggaraan
dana dalam operasionalisasi kegiatan pemerintahan berubah drastis dari
juga beberapa kelemahan yang terdapat sentralistik ke desentralistik, tepatnya
sejak ditetapkannya Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang
3 Henry Campbell, "Black Law Dictional),", Abridged
Sixth Edition, 1990 Pemerintahan Daerah, dimana otonomi
4Kurniawan. luas diberikan kepada pemerintah dati II
PenyelesaianSengketaKonsumenMelaluiBadanPenyele yang saat itu berubah nama menjadi
saianSengketaKonsumen (BPSK) Di Indonesia
(KajianYuridisTerhadapPermasalahan Dan pemerintah kabupaten/kota.
KendalakendalaBpsk), Jumal Hukum dan Kewenangan penyelenggaraan
Pembangllnan Tahun ke-41 No.3 Juli-September pemerintahan yang lebih luas diberikan
2011.
5www.compas.co.id/Harapan Segar kepada daerah dan diikuti pula
dariKehadiranUndangUndangPerlindunganKonsumen pemberian keuangan dalam bentuk
diaksestanggal7 desember 2017 Dana Perimbangan yang terdiri dari : (1)
77
Stagnasi Kinerja BPSK Semarang
Pasca Penetapan UU No. 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah (Gunarto W. Taslim)
Dana Bagian Daerah dari PBB, BPHTB alasannya karena sudah mamasuki era
dan Penerimaan dari Sumberdaya otonomi luas pada daerah
Alam; (2) Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota, dimana kepada daerah
dan (3) Dana Alokasi Khusus (DAK), kabupaten/kota tersebut telah
sebagaimana tercantum dalam UU No. ditransfer dana perimbangan berupa
25 Tahun 1999 tentang Perimbangan DAU untuk banyak kepentingan
Keuangan antara Pemerintah Pusat termasuk operasional BPSK, disinilah
dengan Pemerintah Daerah. permasalahan tentang pengoperasioan
Pembentukan BPSK merupakan BPSK mulai muncul. UUPK belum
amanat UUPK yang wajib dijalankan. diubah, apalagi dicabut, desentralissi
Sejak UUPK diundangkan, proses dengan otonomi luas pada daerah
pembentukan BPSK terus dijalankan kabupaten/kota, telah berjalan,
oleh pemerintah, dan pada tanggal 21 kewenangan yang besar telah diberikan
Juli 2001 diterbitkan Keputusan termasuk dalam perlidungan konsumen,
Presiden Nomor 90 Tahun 2001 sehingga bayi yang baru lahir bernama
tentang Pembentukan BPSK pada 10 BPSK yang saat itu baru terbentuk pada
Kota, meliputi Medan, Palembang, 10 kabupaten/kota, ibu kandungnya
Jakarta pusat, Jakarta Barat, Bandung, menyerahkan kepada orang lain yang
Semarang, Yogjakarta, Malang dan bernama pemerintah kabupaten/kota
Makassar. Berdasarkan Kepres tersebut yang selanjutnya akan menjadi ibu tiri.
Kementerian Perindustrian dan Tragisnya si ibu tiri juga tidak dengan
Perdagangan pada tanggal 29 Agustus senang hati menerima kehadiran BPSK
2002 mengangkat Anggota BPSK pada ini karena amanat pendiriannya secara
10 kota yang telah disebutkan dalam tegas dicantumlan dalam undang-
Kepres No. 90 Tahun 2001. Selanjutnya undang (UUPK) yang masih berlaku
Kemenperindag membentuk dan sampai saat ini. Sehingga dengan
menetapkan Sekretariat BPSK, khusus terpaksa si ibu tiri menganggarkan
untuk Kota Semarang pembentukan dengan ala kadarnya. Bayangkan untuk
sekretariat baru ditetapkan oleh operasional BPSK ini selama satu tahun
Menperindag tanggal 31 Maret 2003, di Kota Semarang berkisar antara 60
sehingga BPSK baru mulai beroperasi juta rupiah, ini pun masih dianggap
akhir tahun 2003 dengan dana lumayan, karena ada satu kabupaten di
operasional dari APBN (DIP- Jawa Barat yang mengalokasikan
Kemenperindag). Sayangnya dana anggaran untuk BPSK sebesar 15 juta
operasional dari DIP APBN hanya bisa rupiah, meskipun ada satu kota yaitu
dimanfaatkan beberapa bulan di tahun Kota Batam yang menganggarkan 500
2003 sesuai bulan pelantikan dan juta rupiah lebih selama satu tahun
pengambilan sumpah oleh (Gunarto, 2012)
bupati/walikota atas nama Menteri Dalam kondisi pengaturan yang
Perindustrian dan Perdagangan. Khusus tidak jelas, pemerintah daerah lainya
Kota Semarang dana operasional (selain yang 10 kota) banyak yang
tersebut hanya bisa dimanfaatkan berkeinginan membentuk BPSK, karena
selama 2 bulan (November dan terbentuknya BPSK suatu daerah
Desember 2003), karena pelantikan menjadi salah satu tolok ukur daerah
anggota BPSK baru dilaksanakan bulan menerimadana DAK pembangunan
Oktober 2003. pasar dari Kementerian Perdagangan
Menginjak tahun 2004, disatu sisi, disisi yang lain terbentuknya
Pemerintah (Pusat) tidak lagi BPSK juga menjadi indikator kinerja
menganggarkan dana operasional BPSK, Kementerian Perdagangan, sebagai
78
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 75-86
Dalam laporan kinerja tahun kasus yang masuk sebesar 671 ksus dan
2015 dan 2016, selanjutnya Kemendag yang bisa diselesaikan sebanyak 594
tidak mencantumkan akumulasi Kasus. Jumlah kasus yang ditangnai
berdirinya BPSK sebagai indikator sebesar tersebut diatas sangat kecil
kinerja, namun Badan Perlindungan dibangingkan jumlah konsumen
Konsumen Nasional (BPKN) tahun Indonesia sebesar 250 juta jiwa.
2017 berhasil mencatat bahwa tahun Berdasarakan data hasil survey hanya 4
2015 dan 2016 telah terjadi orang dari 1 juta penduduk Indonesia
penambahan jumlah BPSK menjadi 171 yang mengadukan sengketa konsumen
unit di tahun 2015 dan 190 unit di tahun jika mengalami kerugian akibat
2016. Dari 190 unit yang telag bertransaksi barang maupun jasa,
terbentuk 166 diantaranya telah bandingkan jika di Korea Selatan 64
memiliki alat kelengkapan berupa orang dari 1 juta orang. Kenapa
sekretariat, sisanya belum. Dari 166 konsumen Indonesia tidak mengadu,
BPSK atau sama dengan 33,33% dari BPKN (217) mencatat alasannya bahwa
514 kabupaten/kota di Indonesia, 24% tidak mengetahui tempat
ternyata hanya 78 BPSK (65,5%) yang pengaduan; 39,2% tidak mengetahui
beroperasi. Jumlah kasus yang bisa Lembaga Perlindungan Konsumen
dieselesikan oleh BPSK seluruh (termasuk BPSK), 38,6% mengenal tapi
Indonesia tahun 2011-2016 adalah tidak tahu fungsinya dalam perlindungan
sebanyak 6.905 kasus, pada tahun 2016 konsumen dan lebih dari 42 %
79
Stagnasi Kinerja BPSK Semarang
Pasca Penetapan UU No. 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah (Gunarto W. Taslim)
80
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 75-86
40 bahwa jika gugatan dikabulkan dalam label barang tidak sesuai dengan barang;
amar putusannya ditetapkan kewajiban (4) kedaluarsa barang. MA juga
yang harus dilakukan oleh pelaku usaha memberi rambu-rambu soal materi
yaitu berupa pemenuhan : (a) ganti rugi gugatan. Berikut ini yang dilarang MA
berupa pengembalian uang; (b) dalam perkara sengketa konsumen
penggantian barang dan/atau jasa yang dilarang menuntut : (1) kerugian
sejenis atau setara nilainya; atau (c) imateriil; (2) dwangsom/uang paksa ; (3)
perawatan kesehatan dan/atau sita jaminan.
pemberian santunan; dan atau (B) sanksi Terkait dengan hal ini diskusi para
administratif berupa penetapan ganti pakar hukum perlindungan konsumen
rugi paling banyak Rp200.000.000,00 yang tergabung dalam komunitas BPKN
(dua ratus juta rupiah). (mantan dan anggota aktif BPKN)
Terkait dengan kelemahan- tanggal 7 November 2017,
kelemahan tersebut banyak pihak menyimpulan bahwa kesimpulan
beranggapan bahwa beracara di BPSK wanprestasi tidak termasuk lingkup
tidak menarik karena : (1) Tidak final kewenangan BPSK, oleh MA merupakan
dan mengikat: (2.) Tidak murah dan suatu kesalahan karena dalam UUPK
gratis karena permintaan fiat eskskusi pasal 18 dicantumkan larangan bahwa :
atas putusan BPSK ke pengadilan negeri pelaku usaha dalam menawarkan barang
mengeluarkan biaya yang tidak murah; dan/atau jasa yang ditujukan untuk
(3). Waktu penyelesaian sengketa yang diperdagangkan dilarang membuat atau
dibatasi selama 21 hari tidak banyak mencantumkan klausula baku pada
berguna karena meskipun telah setiap dokumen dan/atau perjanjian
diputuskan kurang dari 21 hari namun apabila: (a) menyatakan pengalihan
pelaku usaha bisa mengajukan banding tanggung jawab pelaku usaha; (b)
sehingga waktu menjadi tidak terbatasi. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak
menolak penyerahan kembali barang
Stagnan 3. Akibat Pembatasan yang dibeli konsumen; (c) menyatakan
Kewenangan oleh MA bahwa pelaku usaha berhak menolak
Berdasarkan putusan kasasi yang penyerahan kembali uang yang
dilansir website MA, Rabu (4/10/2017), dibayarkan atas barang dan/atau jasa
majelis kasasi telah menganulir yang dibeli oleh konsumen; (d)
127 keputusan BPSK sepanjang menyatakan pemberian kuasa dari
lima bulan terakhir. Konsumen konsumen kepada pelaku usaha baik
umumnya menggugat bank, leasing, atau secara langsung maupun tidak langsung
asuransi. Menurut Majlis Kasasi yang untuk melakukan segala tindakan
terdiri dari Syamsul Maarif, sepihak yang berkaitan dengan barang
Abdurrahman, dan I Gusti Agung yang dibeli oleh konsumen secara
Sumantaha menilai perbuatan sengketa angsuran; (e) dst. Dengan demikian
konsumen bank, lleasing dan asuransi BPSK berwewenang meyelesaikan
merupakan sengketa perdata biasa atau sengketa konsumen degan pelaku usaha
ingkar janji, bukan sengketa konsumen. dalam perkaran perjanjian atau
kewenangan BPSK limitatif dan hanya wanprestasi.
mengadili perkara konsumen-produsen Masalahnya adalah kesimpulan
terkait perbuatan melawan hukum, terebut yang membuat adalah MA,
bukan wanprestasi. Seperti: (1) adanya lembaga peradilan tertinggi di Indonesia,
kerusakan, pencemaran, kerugian akibat meskipun secara teoritis banyak
mengonsumsi barang/jasa; (2) iklan kalangan menganggap salah namun
yang tidak sesuai dengan barang; (3). pendapat MA itulah yang dipergunakan
82
Riptek Vol. II, No. 2, Tahun 2017 Hal. 75-86
85
Stagnasi Kinerja BPSK Semarang
Pasca Penetapan UU No. 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah (Gunarto W. Taslim)
86