Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSILIASI

DOSEN PENGAMPU : Dr. FITRIYAH ALKAFF, M.A

DISUSUN OLEH
NAMA : MUHAMMAD ANDRI
NIM : 19.047.74234

PROGRAM STUDI
HUKUM EKONOMI SYARI’AH (HES)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MAMBA’UL ULUM JAMBI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke Hadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas makalah
yang berjudul Konsiliasi. Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Alternatif Penyelesaian Sengketa yang di bimbing oleh Ibu Dr. Fitriyah Alkaff, M.A dan
Penulis mengucapkan trimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat di selesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang bersifat membangun. Kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya untuk penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Jambi, 04 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Pengertian Sengketa............................................................................................3
B. Penyebab Terjadinya Sengketa...........................................................................3
C. Konsiliasi..............................................................................................................5
D. Konsiliasi di Dunia Internasional..........................................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi di mana ada pihak yang merasa
dirugikan oleh pihak lain. Perasaan tidak puas akan muncul ke permukaan apabila
terjadi conflict of interest. Pihak yang merasa dirugikan akan menyampaikan ketidak
puasannya kepada pihak kedua, apabila pihak kedua dapat menanggapi dan
memuaskan pihak pertama, selesailah konflik tersebut, sebaliknya jika reaksi pihak
kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau memiliki nilai – nilai yang berbeda, akan
terjadilah apa yang dinamakan sengketa.
Jika di dalam masyarakat terjadi sengketa yang tidak dapat diselesaikan dengan
jalan musyawarah, maka pihak yang dirugikan haknya dapat pengajukan gugatan
melalui lembaga pengadilan. Pihak ini disebut penggugat. Gugatan tersebut diajukan ke
pengadilan yang berwenang menyelesaikan sengketa tersebut. Penyelesaian sengketa
alternatif dalam sistem hukum Indonesia menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 1999
dikenal berbagai tipologi yaitu, Arbitrase, Mediasi, Konsiliasi, Negosiasi, Konsultasi dan
Penilaian Ahli.1
Dari beberapa tipologi tersebut, pemakalah kali ini hanya akan membahas pada
penyelesaian alternatif sengketa tipologi KONSILIASI

B. Rumusan Masalah
Dalam hal ini, pemakalah dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu sengketa dan penyebab terjadinya sengketa?
2. Apa itu konsiliasi? dan
3. Bagaimana konsiliasi dalam ruang lingkup Internasional?

1
Nyoman Satyayudha Dananjaya dkk, Buku Ajar Penyelesaian Sengketa Alternatif, (Denpasar;
Universitas Udayana, 2007)
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/f3a5453d682ed652293ea714d7cbebb3.pdf diakses
pada 3Juni 2022, hlm.2

1
C. Tujuan
Dengan penjelasan rumusan masalah diatas, makalah ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui penjelasan tentang sengketa dan penyebab terjadinya sengketa.
2. Mengetahui penjelasan tentang konsiliasi.
3. Mengetahui konsiliasi dalam ruang lingkup Internasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sengketa
Berikut ini beberapa pengertian sengketa dari beberapa buku:
1. Menurut Chomzah, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih
yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak
milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi keduanya. 2
2. Menurut amriani, sengketa adalah suatu situasi dimana ada pihak yang merasa
dirugikan oleh pihak lain, yang kemudian pihak tersebut menyampaikan
ketidakpuasan ini kepada pihak kedua. Jika situasi menunjukkan perbedaan
pendapat, maka terjadilah apa yang dinamakan dengan sengketa. 3
3. Menurut rahmaadi, konflik atau sengketa merupakan situasi dan kondisi dimana
orang-orang saling mengalami perselisihan yang bersifat faktual maupun
perselisihan yang ada pada persepsi mereka saja. 4
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sengketa dapat diartikan
sebagai; sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat; pertengkaran; perbantahan:
perkara yang kecil dapat juga menimbulkan – besar; daerah --, daerah yang menjadi
rebutan (pokok pertengkarang); pertikaian; perselisihan dan perkara dalam pengadilan. 5
Dari penjelasan diatas, pemakalah dapat menarik kesimpulan bahwasanya
sengketa itu adalah sebuah perselisihan antara satu pihak dengan pihak lainnya untuk
mempertahankan hak keperdataannya yang dapat menimbulkan akibat hukum.

B. Penyebab Terjadinya Sengketa


Menurut Rahmadi, terdapat enam teori penyebab terjadinya sengketa di
masyarakat, yaitu:6

2
Ali Achmad Chomzah, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri
Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003), hlm. 14
3
Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012), hlm.12
4
Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Pendekatan Mufakat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm.1
5
https://kbbi.web.id/sengketa diakses pada 3 Juni 2022
6
Takdir Rahmadi, op.cit, hlm. 8

3
1. Teori hubungan masyarakat, menitikberatkan adanya ketidakpercayaan dan
rivalisasi kelompok dalam masyarakat. Para penganut teori ini memberikan solusi-
solusi terhadap konflik-konflik yang timbul dengan cara peningkatan komunikasi
dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik, serta
pengembangan toleransi agar masyarakat lebih bisa saling menerima
keberagaman dalam masyarakat.
2. Teori negosiasi prinsip, menjelaskan bahwa konflik terjadi adanya perbedaan-
perbedaan diantara para pihak. Para pengatur teori ini berpendapat bahwa agar
sebuah konflik dapat diselesaikan, maka pelaku harus mampu memisahkan
perasaan pribadinya dengan masalah-masalah dan mampu melakukan negosiasi
berdasarkan kepentingan dan bukan pada posisi yang sudah tetap.
3. Teori identitas, menjelaskan bahwa konflik terjadi karena sekelompok orang merasa
identitasnya terancam oleh pihak lain. Penganut teori identitas mengusulkan
penyelesaian konflik karena identitas yang terancam dilakukan melalui fasilitasi
lokakarya dan dialog antara wakil-wakil kelompok yang mengalami konflik dengan
tujuan mengidentifikasikan ancaman-ancaman dan kekhawatiran yang mereka
rasakan serta membangun empati dan rekonsiliasi. Tujuan akhirnya adalah
pencapaian kesepakatan bersama yang mengakui identitas pokok semua pihak.
4. Teori kesalahpahaman antar budaya, menjelaskan bahwa konflik terjadi karena
ketidakcocokan dalam berkomunikasi diantara orang-orang dari latar belakang
budaya yang berbeda. Untuk itu, diperlukan dialog antara orang-orang yang
mengalami konflik guna mengenal dan memahami budaya masyarakat lainnya,
mengurangi stereotip yang mereka miliki terhadap pihak lain.
5. Teori transformasi, menjelaskan bahwa konflik dapat terjadi karena adanya
masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan serta kesenjangan yang
terwujud dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat baik sosial, ekonomi
maupun politik. Penganut teori ini berpendapat bahwa penyelesaian konflik dapat
dilakukan melalui beberapa upaya seperti perubahan struktur dan kerangka kerja
yang menyebabkan ketidaksetaraan, peningkatan hubungan, dan sikap jangka
panjang para pihak yang mengalami konflik, serta pengembangan proses-proses

4
dan sistem untuk mewujudkan pemberdayaan, keadilan, rekonsiliasi dan
pengakuan keberadaan masing-masing.
6. Teori kebutuhan atau kepentingan manusia, mengungkapkan bahwa konflik dapat
terjadi karena kebutuhan atau kepentingan manusia tidak dapat
terpenuhi/terhalangi atau merasa dihalangi oleh orang/ pihak lain. Kebutuhan dan
kepentingan manusia dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu substantif,
prosedural, dan psikologis. Kepentingan substantif (substantive) berkaitan dengan
kebutuhan manusia yang yang berhubungan dengan kebendaan seperti uang,
sandang, pangan, papan/rumah, dan kekayaan. Kepentingan prosedural
(procedural) berkaitan dengan tata dalam pergaulan masyarakat, sedangkan
kepentingan psikologis (psychological) berhubungan dengan non-materiil atau
bukan kebendaan seperti penghargaan dan empati.

C. Konsiliasi
Salah satu bentuk penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah konsiliasi.
Konsiliasi diatur dalam pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Pasal 33 ayat (1) Piagam PBB,
dan The International Chamber of Commerce (ICC).7
Konsiliasi berasal dari bahasa inggris, yaitu “conciliation” yang berarti
“permufakatan”.8 Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia, konsiliasi dapat
diartikan sebagai usaha mempertempukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mencapai persetujuan perselisihan itu.
Menurut oppenheim, konsiliasi adalah:
“Suatu proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkannya kepada suatu komisi
orang-orang yang bertugas untuk menguraikan/menjelaskan fakta-fakta dan
(biasanya setelah mendengar para pihak dan mengupayakan agar mereka mencapai
suatu kesepakatan). Membuat usulan-usulan untuk suatu penyelesaian, namun

7
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), cet. 1,
hlm. 155
8
Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis: Solution dan Antisipasi bagi Peminat Bisnis dan
Menghadapi Sengketa Kini dan Mendatang, (Yogyakarta: Citra Media Hukum, 2009), hlm. 92

5
keputusan tersebut tidak mengikat” (dalam Huala Adolf dan A. Chanderawulan,
1995:186).9
Konsiliasi merupakan kombinasi antara penyelidikan (enquiry) dan mediasi
(mediation). Pada prakteknya, proses penyelesaian sengketa melalui konsiliasi
mempunyai kemiripan dengan mediasi. Pembedaan yang dapat diketahui dari kedua
cara ini adalah konsiliasi memiliki hukum acara yang lebih formal jika dibandingkan
dengan mediasi. Karena dalam konsiliasi ada beberapa tahap yang biasanya harus
dilalui, yaitu penyerahan sengketa kepada komisi konsiliasi, kemudian komisi akan
mendengarkan keterangan lisan para pihak, dan berdasarkan fakta-fakta yang
diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut komisi konsiliasi akan menyerahkan
laporan kepada para pihak disertai dengan kesimpulan dan usulan penyelesaian
sengketa.
Perbedaan diantaranya yaitu konsiliator memiliki peran intervensi yang lebih
besar daripada mediator. Dalam konsiliasi pihak ketiga (konsiliator) secara aktif
memberikan nasihat atau pendapatnya untuk membantu para pihak menyelesaikan
sengketa, sehingga para pihak memiliki kebebasan untuk memutuskan atau menolak
syarat-syarat penyelesaian sengketa yang diusulkan. Sedangkan mediator hanya
mempunyai kewenangan untuk mendengarkan, membujuk dan memberikan inspirasi
bagi para pihak. Mediator tidak boleh memberikan opini atau nasihat atas suatu fakta
atau masalah (kecuali diminta oleh para pihak). Jadi konsiliasi merupakan proses dari
suatu penyelidikan tentang fakta-fakta dimana para pihak dapat menerima atau
menolak usulan rekomendasi resmi yang telah dirumuskan oleh badan independen.
Pertemuan konsiliasi adalah pertemuan sukarela. Jika pihak yang bersangkutan
mencapai perdamaian, perjanjian perdamaian yang ditandatangani oleh pihak yang
bersangkutan merupakan kontrak yang mengikat secara hukum. Perdamaian dalam
pertemuan konsiliasi dapat berupa permintaan maaf, perubahan kebijaksanaan dan
kebiasaan, memeriksa kembali prosedur kerja, memperkerjakan kembali, ganti rugi
uang, dan sebagainya.10

9
Salim H.S, loc.cit.
Nyoman Satyayudha Dananjaya dkk, Buku Ajar Penyelesaian Sengketa Alternatif, (Denpasar;
10

Universitas Udayana, 2007), hlm. 116

6
Istilah konsiliasi (conciliation) mempunyai arti yang luas dan sempit. Pengertian
luas konsiliasi mencakup berbagai ragam metode di mana suatu sengketa diselesaikan
secara damai dengan bantuan negara-negara lain atau badan-badan penyelidik dan
komite-komite penasehat yang tidak berpihak. Pengertian sempit, konsiliasi berarti
penyerahan suatu sengketa kepada sebuah komite untuk membuat laporan beserta
usul-usul kepada para pihak bagi penyelesaian sengketa tersebut. 11

D. Konsiliasi di Dunia Internasional


Konsiliasi sebagai suatu cara untuk menyelesaikan sengketa internasional
mengenai keadaan apapun dimana suatu Komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik
yang bersifat tetap atau ad hoc untuk menangani suatu sengketa berada pada
pemeriksaan yang tidak memihak atas sengketa tersebut dan berusaha untuk
menentukan batas penyelesaian yang dapat diterima oleh pihak-pihak, atau memberi
pihak-pihak pandangan untuk menyelesaikannya seperti bantuan yang mereka pinta.
Perjanjian pertama untuk mengatur konsiliasi diadakan antara Swedia dan Chili
1920. Tahun 1975 ditandai dengan dua perkembangan penting. Pertama suatu
perjanjian antara Prancis - Swiss mendefinisan fungsi komisi konsiliasi permanen yaitu “
tugas komisi konsiliasi permanen ialah untuk menjelaskan masalah dalam sengketa,
dengan mengumpulkan semua keterangan yang berguna melalui penyelidikan atau
dengan cara lain, dan berusaha untuk membawa pihak-pihak pada persetujuan. Komisi
ini, setelah mempelajari kasus itu, dapat mendekatkan pada pihak-pihak batas
penyelesaian yang kelihatannya sesuai dan menetapkan batas waktu kapan mereka
harus membuat keputusan. Pada akhir pemeriksaannya komisi konsiliasi akan
membuat suatu laporan yang menyatakan bahwa pihak-pihak harus mencapai
persetujuan dan jika perlu, batas persetujuan, atau bahwa terbukti tidak mungkin untuk
melakukan penyelesaian. Pemeriksaan komisi, kecuali jika pihak-pihak tidak setuju,
harus diakhiri dalam waktu enam bulan terhitung sejak hari diserahkannya sengketa itu
pada komisitersebut”. Periode antara tahun 1925 dan Perang Dunia Kedua konsiliasi

J.G Starke, An Introduction To International Law, saduran: F. Isjwara, Pengantar Hukum Internasional
11

Edisi Keempat, (Bandung: Alumni), hlm.253

7
berkembang luas dan hampir dibuat 200 perjanjian pada tahun 1940. Sebagian 5 besar
berdasarkan pada perjanjian antara Prancis-Swiss tahun 1925. 12

12
Nyoman Satyayudha Dananjaya dkk, op.cit., hlm. 118

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari
persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum bagi keduanya.
Terdapat enam teori penyebab terjadinya sengketa:
1. Teori hubungan masyarakat.
2. Teori negosiasi prinsip
3. Teori identitas
4. Teori kesalahpahaman antar budaya
5. Teori kebutuhan atau kepentingan manusia
6. Teori transfirmasi
Konsialiasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa dengan
menyerahkannya kepada suatu komisi orang-orang yang bertugas untuk
menguraikan/menjelaskan fakta-fakta dan (biasanya setelah mendengar para pihak dan
mengupayakan agar mereka mencapai suatu kesepakatan). Membuat usulan-usulan
untuk suatu penyelesaian, namun keputusan tersebut tidak mengikat.
Pada periode antara tahun 1925 dan Perang Dunia Kedua konsiliasi
berkembang luas dan hampir dibuat 200 perjanjian pada tahun 1940. Sebagian 5 besar
berdasarkan pada perjanjian antara Prancis-Swiss tahun 192

9
DAFTAR PUSTAKA

Amriani Nurnaningsih. 2012, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di


Pengadilan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Chomzah Ali Achmad.2003 Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak
Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah
Jakarta: Prestasi Pustaka
Dkk. Nyoman Satyayudha Dananjaya. 2007, Buku Ajar Penyelesaian Sengketa
Alternatif,Denpasar; Universitas Udayana
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/f3a5453d682ed652293ea714d7cb
ebb3.pdf diakses pada 3Juni 2022
H.S. Salim. 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar
Grafika, cet. 1
Rahmadi Takdir. 2011, Mediasi Penyelesaian Sengketa Pendekatan Mufakat, Jakarta:
Rajawali Pers
Sutiyoso. Bambang. 2009, Penyelesaian Sengketa Bisnis: Solution dan Antisipasi bagi
Peminat Bisnis dan Menghadapi Sengketa Kini dan Mendatang, Yogyakarta: Citra
Media Hukum

iv

Anda mungkin juga menyukai