Anda di halaman 1dari 6

Peran serta Indonesia dalam menghadapi Globalisasi Perdagangan

Internasional

A. Keterlibatan Indonesia dalam Perundingan GATT- WTO


Adanya liberalisasi perdagangan internasional atau yang lebih dikenal dengan
perdagangan bebas baik dalam tataran global (GATT-WTO) maupun regional
(AFTA, ACFTA, APEC) diharapkan dapat memperlancar arus barang, jasa, maupun
modal dari suatu negara ke negara lain, sehingga dapat mempermudah setiap negara
dalam memasarkan produknya ke negara lain tanpa ada hambatan.

1. Pro dan Kontra Terhadap Perdagangan Bebas


Sebagai salah satu dari sejumlah negara yang menjadi “original member” dari World
Trade Organization” (WTO) Indonesia telah menerima hasil Putaran Uruguay
dengan keluarnya Undang Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Persetujuan
Berdirinya WTO. Keberadaan undang undang ini diharapkan memberikan manfaat
bagi pembangunan ekonomi, khususnya di dalam sector sector industri, pertanian dan
perdagangan. Undang undang ini tentunya sangat mendukung upaya Indonesia dalam
mengembangkan perdagangan luar negeri, khususnya ekspor non migas, yang
merupakan pendukung utama pembangunan perekonomian nasional. Melalui
keanggotaan di WTO, Indonesia berharap dapat berperan dalam mendorong
perwujudan tatanan baru di bidang perdagangan internasional. Namun disamping itu
terdapat hal pro dan kontra yang harus kita pahami. Beberapa kontroversi menurut Sri
Edi Swasono dalam Nursalam Sianipar yaitu:
a. Pasar bebas akan menggagalkan cita cita mencapai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
b. Pasar bebas dapat mengganjal cita cita Proklamasi Kemerdekaan untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
c. Pasar bebas tidak mampu memihak kepada bekas kaum Inlander (kaum terjajah)
yang jauh di bawah martabat kaum Eropa dan Timur Asing
d. Pasar bebas menutup hak demokrasi ekonomi rakyat, yang miskin tanpa daya beli
dakan menjadi penonton belaka, berada di luar pagar pagar transaksi ekonomi.
e. Pasar bebas melahirkan swastanisasi yang memberikan cabang cabang produksi
yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak ke tangan
partikelir dan asing.
f. Pasar bebas mencari keuntungan ekonomi. Pasar bebas menggeser, dan
menggusur rakyat dan tanah dan usaha usaha ekonominya.
g. Pasar bebas memperkokoh ketimpangan structural, lantas mendorong
terbentuknya polarisasi sosial ekonomi, memperenggang persatuan nasional.
h. Pasar bebas melihat sistem ekonomi subordinasi yang eksploitatif dan
diskriminatif terhadap yang lemah
i. Kemudian pasar bebas mengacau pikiran kita, melumpuhkan misi misi muia dan
mendorong lidah kita berbicara palsu, membabi buta anti subsidi, anti proteksi
demi efisiensi yang jarang memberi manfaat bagi si lemah…
Memang pendapat diatas tersebut terlihat termasuk dalam paham yang tidak
meyetujui negara negara berkembang terlalu terlibat dalam perdagangan bebas karena
hanya akan menyengsarakannya. Namun menurut H.S Kartadjoemena, jika kita
melihat masalah dalam konteks yang lebih fundamental lagi dapat ditemukan dan
dikemukakan bahwa Indonesia memiliki kepentingan mengapa akhirnya bergabung
dengan WTO yakni:
a. Pembangunan nasional secara menyeluruh merupakan tujuan utama Pemerintah
Indonesia.
b. Di bidang ekonomi, tujuan pembangunan hanya dapat tercapai apabila Indonesia
dapat mencapai dan mempertahankan laju pertumbuhan yang cukup tinggi,
dengan tingkat inflasi yang terkendali, serta tetap mempertahankan aspek
pemerataan.
c. Dalam upaya untuk mencapai laju pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut, sector
luar negeri telah memegang peranan penting. Hal ini akan tetap berlaku sampai
tahun tahun mendatang karena pasar dalam negeri dengan tingkat pendapatan
nasional perkapita yang relative masih terlalu rendah, tidak dapat menjadi motor
pendorong laju pertumbuhan pendapatan nasional yang cukup tinggi.
d. Berbeda dengan tahun 1970-an. Ketika penghasilan dari sector migas menjadi
andalan dari program pembangunan, dan sejak tahun 1980-an, Indonesia
memusatkan perhatian terutama pada sector non-migas.
e. Agar ekspor non-migas dapat terus berkembang dengan pesat, maka pemerintah
telah mengambil serangkaian Langkah deregulasi dan debirokratisasi untuk
meningkatkan efisiensi dalam perekonomian. Program tersebut akan terus
dilakukan, karena kepentingan nasional menunjukkan bahwa Langkah Langkah
tersebut merupakan suatu hal yang strategis dan sangat tepat untuk mencapai
tujuan pembangunan jangka Panjang yang telah ditentukan oleh pihak Indonesia.
f. Di luar negeri upaya pengamanan ekspor non-migas tergantung pada keterbukaan
pasar nasional agar kepentingan ekspor non-migas Indonesia tetap terjamin. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka Indonesia Bersama negara negara anggota lainnya
berupaya untuk menjaga keterbukaan sistem perdagangan internasional tersebut
yang hingga sekarang ini dipertahankan melalui GATT.
Bahwa pada intinya perdagangan bebas memang memiliki sisi pro dan kontra, namun
Indonesia tidak dapat menutup diri dari arus globalisasi yang sangat berperan penting
dalam perdagangan internasional.
2. Peranan Indonesia dalam Pertemuan WTO 1994
Pada konferensi perdagangan Internasional Putaran Uruguay tahun 1994, Indonesia
merupakan salah satu dari sejumlah negara yang menjadi “original member” dari
World Trade Organization. Terlepas dari masih adanya kontroversi tentang
perdagangan bebas, dari sudut hukum bahwa ratifikasi yang dilakukan pemerintah
Indonesia terhadap WTO merupakan suatu fakta hukum yang terbentuk berdasarkan
kemauan politik pemerintah untuk mendorong sistem perdagangan bebas yang tidak
dapat dihindari. Hubungan perdagangan internasional sudah saatnya ditempatkan
pada sistem yang didasarkan pada peraturan, mengingat bahwa kemampuan ekonomi
setiap ekonomi negara itu tidak sama, maka tanpa adanya kepatuhan terhadap aturan
aturan yang disepakati bersama hanya mempertimbangkan kekuatan setiap negara
untuk bertindak atau tidak bertindak, situasi yang dicita citakan tidak akan terwujud.
Dalam suatu dunia yang saling ketergantungan, negara kuat dan negara yang kurang
kuat mempunyai kepentingan yang sama untuk tegaknya suatu sistem multilateral di
mana hak hak dan kewajiban semua pihak sudah ditentukan secara jelas serta
dilaksanakan dan dihormati oleh semua pihak. Negara yang lemah membutuhkan
kemitraan dari negara yang kuat demikian negara yang kuat tidak mungkin bisa
berperan serta tanpa eksistensi negara lain.
3. Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendukunghg Perdagangan Internasional
Komitmen Indonesia dalam mendukung perdagangan internasional diwujudkan
melalui kerja sama internasional menjadi sebuah bangsa yang mampu dan mandiri
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini tertuang dalam Ketetapan MPR RI
Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN 1999-2004, khususnya mengenai “Hubungan
Luar Negeri” antara lain dijelaskan bahwa arah politik luar negeri yang bebas aktif
dan berorientasi pada kepentingan, menitikberatkan pada solidaritas antar negara
berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa bangsa, menolak
penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerja
sama internasional bagi kesejahteraan masyarakat. Manfaat keikutsertaan Indonesia
dalam persetujuan perdagangan internasional pada dasarnya bukan saja
memungkinkan terbukanya peluang pasar internasional yang lebih luas, tetapi juga
menyediakan kerangka perlindungan multilateral yang lebih baik lagi kepentingan
nasional dalam perdagangan internasional, khususnya dalam menghadapi mitra
dagang.
Adapun langkah langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam
menghadapi dan mendukung era globalisasi perdagangan internasional menurut J.
Sedradjad Djiwandono adalah sebagai berikut:
a. Dalam era perdagangan bebas dan era globalisasi setiap pembuat kebijakan di
perdagangan internasional, demikian juga para pelaksana di lapangan dituntut
untuk memiliki wawasan internasional. Dalam praktik, hal ini berarti penguasaan
instrumen instrumen hukum internasional yang terkait dengan perumusan
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di lapangan.
b. Dari kecenderungan kecenderungan yang tengah berlangsung di arena
internasional. Haruslah disadari bahwa kepentingan nasional perlu diperjuangkan
dengan lebih baik dan aman dalam konteks saling ketergantungan yang
menguntungkan semua bangsa, bukan dengan cara saling melemparkan masalah
kepada bangsa lain.
c. Dalam era globalisasi, konsep kedaulatan harus dipergunakan dengan kearifan
yang tinggi mengingat konsep ini telah mengalami perubahan yang substansial
argumentasi negara berdaulat tidak dapat digunakan hanya sebagai alat untuk
menolak kewajiban internasional yang timbul dari suatu kesepakatan multilateral,
sebab jika dianut secara ekstrem argumentasi tersebut akan mencetuskan konflik
bahkan anarki di arena internasional
d. Keanggotaan Indonesia dalam WTO merupakan suatu kenyataan hukum yang
membawa konsekuensi dalam hak dan kewajiban. Untuk mengamankan hak hak
yang diperoleh dari keanggotaan WTO dalam jangka panjang adalah dengan cara
memperkuat sistem perdagangan multilateral yang telah disepakati mayoritas
bangsa bangsa ini. Salah satu cara untuk memperkuat sistem tersebut, adalah
dengan bersikap konsisten terhadapnya.
e. Sebagai negara berkembang Indonesia sangat berkepentingan agar hukum yang
mengatur lalu lintas perdagangan internasional benar benar ditegakkan. Cara
terbaik dalam menangkal tindakan sepihak negara maju yang sering merugikan
negara lemah adalah dengan berlindung di balik norma norma hukum. Namun
untuk itu Indonesia sendiri harus terlebih dahulu menyiapkan norma norma
hukumnya yang sangat mendasar bagi kegiatan ekonomi yaitu mengenai hak milik
dan lain lain hak kebendaan serta hukum kontrak di samping lain lain di bidang
hukum sektoral.
f. Salah satu penegakan norma norma hukum internasional adalah dengan
mengoperasionalkan mekanisme penyelesaian sengketa serta menerapkan putusan
putusan yang dicapai dengan secara efektif.

B. Keterlibatan Indonesia dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2003


Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut serta aktif menjalin hubungan kerja
sama perdagangan dengan berbagai negara termasuk dalam rangka terbentuknya AFTA
(Asean Free Trade Area). Bergabungnya Indonesia dalam berbagai organisasi
internasional telah menciptakan citra Indonesia sebagai negara yang terbuka dan
demokratis di bidang ekonomi.
1. Peranan Indonesia dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA)
Kesiapan menghadapi AFTA tentu saja merupakan tantangan tersendiri bagi Indonesia
dan negara anggota ASEAN lainnya. Bagi negara negara yang ekonominya lebih kuat dan
sudah siap, akan menjadi suatu keuntungan besar, sebaliknya hal ini akan menjadi
ancaman bagi negara yang tidak kuat. Indonesia sebagai salah satu negara peserta AFTA
tentu saja mempunyai komitmen untuk menghadapi AFTA, walaupun keadaan ekonomi
Indonesia yang kini masih belum stabil. Sebagai salah satu negara yang tingkat
pertumbuhan industrinya masih dalam masa perkembangan, Indonesia masih
menjalankan kebijakan proteksi yang cukup tinggi terhadap barang barang impor untuk
melindungi industri dalam negeri.
2. Pengarunh AFTA bagi Perkembangan Ekonomi Indonesia
Perkembangan yang sangat pesat di bidang ekonomi dalam lingkup regional ASEAN
khusunya sector perdagangan akan mengarah kepada persaingan yang semakin ketat,
sebab komoditi yang akan bersaing dalam pasar nasional, tidak hanya berupa produk
produk atau barang dan jasa dari negara negara anggota ASEAN melainkan dari negara
negara lain di luar ASEAN. Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap perdagangan
bebas, namun kenyataannya Indonesia masih sangat bergantung pada perdagangan luar
negeri, baik untuk tujuan memasarkan produk industri domestic di pasar global maupun
untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri dan keperluan bahan baku industri
domestic. Pengaruh perdagangan luar negeri terhadap Indonesia di Kawasan ASEAN
dengan terbentuknya AFTA terlihat dari data BPS tentang perkembangan nilai ekspor
Indonesia dalam lingkup ASEAN dan luar ASEAN. Dengan terbentuknya AFTA
diharapkan dapat menciptakan perdagangan yang dinamis di Kawasan ASEAN yang
sekaligus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
C. Keterlibatan Indonesia dalam Pembentukan ASEAN – Cina Free Trade Area
(ACFTA) 2010
ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang mulai berlaku tahun 2010
merupakan kesepakatan Bersama antara negara negara anggota ASEAN dengan China
untuk mewujudkan suatu Kawasan perdagangan bebas dengan mengurangi hambatan
hambatan perdagangan barang. Baik tarif ataupun non tarif peningkatan akses pasar jasa,
pengaturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerja sama ekonomi
untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak ACFTA dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.
1. Peranan Indonesia dalam ASEAN – China Free Trade Area (ACFTA) 2010
Peranan Indonesia dalam ASEAN Cina Free Trade Area terlihat dari proses awal
pembentukan ACFTA, yang mana para Kepala Negara Anggota ASEAN dan China telah
menandatangani ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation pada tanggal 6
November 2001 di Bandar Sri Begawan (Brunei Darusallam). Keikutsertaan Indonesia
dalam proses pembentukan ACFTA telah diratifkasi dengan Keputusan Presiden Nomor
48 Tahun 2004 pada tanggal 15 Juni 2004 tentang Ratification of Framework on
Comprehensive Economic Cooperation Between the Association South East ASEAN
Nation and People’s Republic of China. Pengesahan ini membawa implikasi terhadap
keterikatan Indonesia sebagai anggota ASEAN untuk membuka akses pasar bagi
masuknya produk RRC ke pasar nasional Indonesia dan menghilangkan hambatan
hambatan impor baik tarif maupun non tarif.
2. Pengaruh ACFTA bagi Perkembangan Ekonomi Indonesia
Dengan terbentuknya suatu Kawasan perdagangan bebas antara China dan ASEAN akan
memberikan dampak terhadap perkembangan industri Indonesia, hal ini tidak dapat
dielakkan lagi. Oleh karena itu, Indonesia harus memperkuat daya saing guna menaikkan
posisi tawar produk produk local. Perjanjian ini membawa konsekuensi bahwa Indonesia
seharusnya tetap berkomitmen dan tidak akan menunda pelaksanaan perjanjian. Namun
demikian Indonesia hendaknya paham untuk bisa meminta pengertian Cina untuk
memberikan pengecualian terhadap industri tertentu.
D. Keterlibatan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
1. Peranan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau dalam bahsa Inggris disebut pula dengan
ASEAN Economic Community mulai berlaku pada tanggal 31 Desember 2015 dengan
maksud untuk mengintegrasikan kekuatan ekonomi di Kawasan ASEAN dengan cara
membentuk sistem perdagangan bebas (Free Trade Area/FTA) antara negara negara
anggota ASEAN. Dengan disepakatinya MEA, maka negara negara anggota ASEAN
termasuk Indonesia telah menyepakati untuk membentuk suatu kelompok masyarakat
yang mendukung sistem ekonomi Bersama yang dilandaskan pada empat pilat yaitu:
menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi; menjadi Kawasan
ekonomi yang kompetitif; menciptakan pertumbuhan ekonomi yangh seimbang dan pilar
teraknhir adalah integrasi ke ekonomi global.

2. Pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Perkembangan Ekonomi Indonesia


a. Pengembangan sector Perindustrian
Ada dua strategi dalam pengembangan sector perindustrian yaitu ofensif dan
defensive. Ofensif adalah penyiapan produk produk unggulan meliputi, industri agro
seperti kakao, karet, minyak sawit , industri tekstil seperti industri alas kaki kulit,
industri mebel dsb. Adapaun strategi defensive adalah dilakukan melalui penyusunan
Standar Nasional Indonesia terutama pada produk produk manufaktur,
b. Pengembangan sector Perdagangan
Salah satunya adalah dengan mencanangkan Nawacita Kementrian Perdagangan,
dengan menetapkan target ekspor sebesar tiga kali lipat selama lima tahun kedepan.
Cara tersebut bisa dilakukan dengan membangun 5000 pasar, pengembangan UMKM
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai