NAMA KELOMPOK II
ILHAM YOGA KARUNIAWAN, A.Md.S.I
LIA AKMALIA, A.Md
NANA TARYANA, AMK
NINING SURYANI, Am.Keb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kelompok kami bisa
menyelesaikan makalah “Hak Atas Tanah”. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas kelompok Pendidikan dan Pelatihan Dasar CPNS PPSDM
Regional Bandung 2021.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada akhir tahun 1999, Menteri Agraria/ Kepala BPN menerbitkan Peraturan
Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Pedoman Penyelesaian masalah hak ulayat masyarakat hukum adat. Dalam
permen tersebut disebutkan antara lain keberadaan hak ulayat berkenaan dengan
subyek, obyek dan kewenangannya.7 Pasal 2 Peraturan Menteri tersebut
menyebutkan tentang kriteria penentu keberadaan hak ulayat yang terdiri dari tiga
unsur, yakni: adanya masyarakat hukum adat tertentu, adanya hak ulayat tertentu
yang menjadi lingkungan hidup dan tempat mengambil keperluan hidup
masyarakat hukum adat itu, dan adanya tatanan hukum adat mengenai
pengurusan, penguasaan dan penggunaan tanah yang berlaku dan ditaati oleh
masyarakat hukum adat.
B. Rumusah Masalah
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dijelaskan maka tujuan dari
analisis makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui permasalahan mengenai hak penguasaan atas tanah
dalam hukum adat di Indonesia.
2. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan Pemerintah dalam menghadapi
masalah hilangnya tanah adat di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
• Hak atas tanah yang bersifat primer. Hak atas tanah ini berasal dari tanah
negara, yang meliputi; hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atas tanah
negara dan hak pakai atas tanah negara.
• Hak atas tanah yang bersifat sekunder, yakni hak atas tanah yang berasal dari
tanah pihak lain yang meliputi hak guna bangunan atas tanah hak pengelolaan,
hak guna bangunan atas tanah hak milik, hak pakai atas tanah hak pengelolaan,
hak pakai atas tanah hak milik, hak sewa untuk bangunan, hak gadai, hak usaha
bagi hasil, hak menumpang dan hak sewa tanah pertanian (Urip Santoso, 2007:
89).
Tanah Adat atau tanah ulayat dalam masyarakat hukum adat disebut
dengan berbagai istilah. Hal ini disesuaikan dengan letak geografis dan kebiasaan
adat setempat, tanah ulayat mempunyai batas-batas sesuai dengan situasi alam
sekitarnya, seperti puncak bukit atau sungai. Istilah Tanah Ulayat diberbagai
daerah antara lain : patuanan (ambon), panyampeto dan pawatasan (kalimantan),
wewengkon (jawa), prabumian dan payar (bali), totabuan (bolaang mongondow),
torluk (angkola), limpo ( sulawesi selatan), nuru (buru), paer (lombok), ulayat
(minangkabau), lingko (Manggarai) Bzn. Ter Haar (1999:63).
Sementara itu Imam Sudiyat (2002:1), berpendapat Tanah ulayat juga dapat
di artikan tanah wilayah masyarakat hukum adat tertentu. Hak Ulayat menurut
Pasal 1 ayat (1) PMA/Ka.BPN No.5 tahun 1999 adalah: ”Kewenangan yang
menurut hukum adat dimiliki oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah
tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk mengambil
manfaat dari sumber daya alam termasuk tanah dalam wilayah tersebut bagi
kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara lahiriah
dan batiniah turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat
tersebut yang bersangkutan”. Selanjutnya Hak Ulayat sebagai istilah teknis yuridis
yaitu hak yang melekat sebagai kompetensi khas pada masyarakat hukum adat,
berupa wewenang / kekuasaan mengurus dan mengatur tanah seisinya dengan
daya laku kedalam maupun keluar.
Konflik sebagai akibat adanya pemindahan hak atas tanah dapat terjadi
terhadap tanah-tanah yang awalnya dikuasai menurut hukum adat dan kemudian
dikonversi menurut UUPA. Tentang pengakuan terhadap keberadaan hak ulayat,
UUPA tidak memberikan kriterianya. Boedi Harsono menyebutkan alasan para
perancang dan pembentuk UUPA untuk tidak mengatur tentang hak ulayat adalah
karena pengaturan hak ulayat, baik dalam penentuan kriteria eksistensi maupun
pendaftarannya, akan melestarikan keberadaan hak ulayat, sedangkan secara
alamiah terdapat kecenderungan hak.
Perlu dilakukan strategi fishbone yang didalam nya terdapat sebuah metode
yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang ada dengan
melakukan analisis sebab dan akibat dari suatu keadaan dalam sebuah diagram
yang terlihat seperti tulang ikan. Berikut ada strategi pemecahan Masalah Hak
Atas Tanah menggunakan Metode Fishbone yang terlihat seperti tulang ikan.
Berikut ada strategi pemecahan Masalah Hak Atas Tanah menggunakan Metode
Fishbone.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis pada permasalahan hak atas tanah adat, maka
diperoleh strategi rekomendasi terkait permasalahan tersebut sebagai berikut;
Haba, John. Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 12 No. 2 Tahun 2010.