Anda di halaman 1dari 4

NAMA : HELMI DEWI NIKITASARI

NIM : 170711636073
JURUSAN/OFFERING : HKN/C

1. Jelaskan pengertian filsafat dan kenapa manusia khususnya dalam pengembangan ilmu
membutuhkan metode berfikir filsafat!
Poedjawijatna (1974:11) mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang
berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
belaka. Hasbullah Bakry (1971:11) mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan
yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta,
dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang menyelidiki
2. Jelaskan beberapa karakteristik berfikir filsafat!
Berdasarkan buku “Filsafat Pendidikan” karya Drs. Soegiono, M.M. & Dr. Tamsil Muis
(2012:10-11) karakteristik berfikir filsafat terbsgi menjadi beberapa, diantaranya sebagai
berikut :
a. Pemikiran filsafat bersifat teoritik dalam arti orang yang berfilsafat dapat
melepaskan diri dari apa yang tampak dan membuat bangunan baru atas dasar
yang tampak tersebut. Berpikir konkret dapat dilakukan sejak balita, misalnya
menaruh benda yang lebih besar di bawah dan yang lebih kecil di atasnya agar
dapat disusun. Berpikirnya anak langsung terkait dengan benda konkret.
Sedangkan berpikir teoritik tidak langsung terkait dengan benda atau peristiwa
konkret. Orang dapat melihat bumi, matahari, dan bulan seperti yang ditangkap
oleh indranya. Dengan berpikir orang dapat mengetahui hubungan antara 3 benda
langit itu dan mampu menjelaskan tentang gerhana matahari, gerhana bulan, dan
sebagainya.
b. Berpikir kritis merupakan tingkat kualitas berpikir melalui alur yang logis, masuk
akal, sehingga tidak terjadi kejanggalan dalam proses maupun dalam hasil yang
dicapai. Orang yang berpikir kritis dengan cepat melihat apabila terjadi sesuatu
yang tidak masuk akal. Kalau diketahui bahwa air dengan gayanya sendiri pasti
mengalir ke tempat yang lebih rendah, maka orang akan merasa janggal kalau
ada orang yang akan mengalirkan air dari sungai ke tempat yang lebih tinggi dari
sungai tanpa adda penyedot air.
c. Berpikir yang mendalam atau mendasar diartikan sebagai proses berpikir yang
berupaya memahami sesuatu tidak hanya terbatas pada fenomena atau proses
yang tampak, tetapi igin memahami sesuatu sampai tidak dapat digali lebh lanjut.
Kalau ada orang meninggal tertabrak mobil apa atau siapa yang menyebabkan
matinya orang tersebut. Apakah mobilnya? Apa pengemudinya? Kalau yang
dianggap penyebab kematian karena pengemudinya dan ternyata pengemudinya
mabuk, dan mabuknya karena diajak temannya minum minuman keras, apakah
penyebab kematian orang tadi teman si pengemudi? Dan seterusnya sampai orang
yang bertanya tadi tidak bertanya lagi.
d. Berpikir menyeluruh berarti bahwa dalam memikirkan sesuatu tidak hanya
memikirkan suatu hal yang dipikirkan saja, tetapi memikirkan juga semua hal
yang terkait dengan satu hal yang dipirkan itu. Berpikir tentang hidup manusia
tidak lepas dari benda dan makhluk hidup yang lain. Berpikir bebas artinya
berpikir yang tidak terpengaruh atau teriakt oleh ketentuan-ketentuan atau
kekuasaan di luar orang yang berfilsafat. Orang yang berfilsafat bebas dari
campur tangan penguasa, bebas dari aturan adat, aturan hukum, dan bahkan bebas
dari aturan agama. Socrates mempertaruhkan nyawanya demi mempertahankan
salah satu ajaran filsafatnya yang dianggap bertentangan dengan hukum di
negaranya waktu itu.
Sedangkan berdasarkan sumber dari PDF, karakteristik berfikir filsafat terbsgi menjadi
beberapa, diantaranya sebagai berikut :
a. Komprehensif (menyeluruh)
Memandang obyek penelitian secara totalitas. Filsafat ingin mengetahui “apanya”
atau hakikat dari obyek tersebut. Filsafat tidak puas kalau hanya menyelidiki dari
sudut tertentu seperti yang dilakukan ilmu-ilmu lain.
Menyeluruh di sini berarti bahwa filsafat juga menyelidiki konsep-konsep abstrak
seperti manusia, keadilan, kebaikan, kejahatan, dan kebebasan. Berarti pula berfikir
tentang hal-hal atau proses-proses yang bersifat umum (universal). Filsafat selalu
menyangkut pengalaman umum umat manusia (common experience of mankind).
Cara pemikiran seperti itu menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang universal.
(Tim UGM : 14)
b. Spekulatif
Artinya apa yang diselidiki filsafat didasarkan pada dugaan-dugaan yang masuk akal
dan tidak berdasarkan bukti empiris. Ini bukan berarti bahwa dugaan filsafat tidak
ilmiah, tapi pemikiran filsafat memang tidak termasuk dalam lingkup kewenangan
ilmu khusus. (Achmadi : 9-10)
Misalnya, filsafat menemukan jawaban untuk pertanyaan apa itu benar (logika), apa
itu baik (etika), apa itu indah (estetika). Itulah yang dilakukan filsafat. Tidak lebih
dari itu. Ilmu-ilmu lain dapat memanfaatkan pemikiran filosofis tersebut. (Dardiri :
15-16)
Dengan kata lain, berpikir secara filsafat bersifat konseptual. Karena konseptual
maka ia merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari hal-hal konkrit dan
individual. Berfilsafat tidak berpikir tentang manusia tertentu, tapi manusia secara
umum. Ciri ini melampaui batas pengalaman empiris sehari-hari. (Tim UGM : 14)
c. Mendasar atau Radikal
Filsafat bertanya sampai ke dasar atau akar terdalam dari segala sesuatu. Berfikir
secara filsafat berarti berpikir sampai ke esensi,hakikat, dan substansi benda-benda.
Orang yang berfilsafat tidak puas dengan hasil pengamatan indera, tapi berusaha
sampai kepada pengetahuan paling dalam yang mendasari pengetahuan inderawi.
(Tim UGM : 13)
d. Konsisten (Runtut)
Bagan konsepsional, hasil perenungan, harus bersifat runtut (konsisten). Lawannya
adalah bagan konsepsional yang kontradiktif alias saling bertentangan. Pernyataan-
pernyataan yang tidak runtut pada dasarnya tidak masuk akal. Perhatikan contoh
berikut, yang terdiri dari dua pernyataan.
a) Hujan turun
b) Tidak benar bahwa hujan turun
Kalau kalimat a) benar, maka kalimat b) otomatis tidak benar. Demikian pula
sebaliknya, kalau kalimat a) tidak benar, maka kalimat b) benar. Suatu perenungan
filsafat tidak boleh mengandung pernyataan- pernyataan yang saling bertentangan.
Mengapa? Sebab filsafat berusaha mencari penyelesaian atau jawaban atas
pertanyaan- pertanyaan agar dapat dipahami. Jawaban atau penyelesaian adalah
pernyataan yang terbukti benar, atau terbuukti didasarkan pada bahan-bahan bukti
yang lebih mendekati kebenaran. Tidak mungkin diperoleh penyelesaian kalau kita
mengatakan bahwa suatu pernyataan benar dan kemudian mengatakan bahwa
pernyataan yang bertentangan dengan pernyataan di atas juga benar. (Kattsoff : 8-
10).
e. Koheren atau Logis
Bagan konsepsional harus bersifat logis. Kesimpulan harus diperoleh dari premis-
premis yang mendahuluinya. Premis-premis itu harus diuji kebenarannya. Jadi,
antara satu kalimat dan kalimat lain harus ada hubungan logis. Dalam rangkaian
tersebut, bagian satu harus terkandung pada bagian lainnya. (Kattsoff : 10-12).
Contoh : Semua manusia akan mati (premis mayor)
Mandra seorang manusia (premis minor)
Jadi, Mandra akan mati (kesimpulan)
Sebuah kesimpulan itu benar, kalau ditarik dari premis-premis yang benar. Oleh
karena itu, untuk menarik kesimpulan yang benar, kita harus memeriksa isi premis-
premis tadi. Dalam contoh di atas, kesimpulan benar sebab premis-premisnya benar.
f. Sistematis
Artinya dalam menjawab suatu permasalahan digunakan pendapat-pendapat sebagai
wujud dari proses berfikir filsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan
secara teratur, dan mempunyai maksud dan tujuan tertentu. (Tim UGM : 14).
g. Bebas
Setiap filsafat adalah hasil pemikiran yang bebas. Bebas dari prasangka-prasangka
sosial, historis, kultural, ataupun religius. Socrates, misalnya, memilih minum racun
daripada mengorbankan kebebasannya untuk berfikir menurut keyakinan. Spinoza
menolak pengangkatan sebagai guru besar filsafat di Universitas Heidelberg karena
khawatir akan kehilangan kebebasannya untuk berfikir.
Kebebasan berfikir adalah kebebasan yang berdisiplin, bukan kebebasan yang
anarkis. Jadi, ada unsur keterikatan dalam kebebasan itu. Ikatan itu tidak berasal dari
luar, melainkan dari dalam, yakni dari kaidah dan disiplin pikiran. Dari luar berfikir
itu sangat bebas, tapi dari dalam justru sangat terikat. (Tim UGM : 15).
h. Bertanggungjawab
Orang yang berfilsafat berfikir sambil bertanggungjawab. Bertanggungjawab
terhadap siapa? Pertama-tama, terhadap hati nuraninya. Jadi, ada hubungan antara
kebebasan berfikir dalam filsafat dan etika. Selanjutnya, orang yang berfilsafat harus
mampu merumuskan fikiran-fikirannya sedemikian agar mampu dikomunikasikan
kepada orang lain. (Kattshoff : Tim UGM : 13-15)
3. Jelaskan cabang-cabang filsafat metafisika, etika, dan logika, berikan contohnya!

4. Jelaskan perbedaan aliran filsafat monisme dan pluralisme, serta berikan contohnya!

5. Jelaskan aliran filsafat materialisme menurut pandangan Marx dan Hegel!

Anda mungkin juga menyukai