Anda di halaman 1dari 12

250

REFORMASI HUKUM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN


INDUSTRIAL SECARA MEDIASI
Yetniwati, Hartati, dan Meriyarni
Dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi
E-mail: yetniwatisamad@yahoo.co.id

Abstract

Dispute settlement of Industrial Relations through mediation stipulated in article 8 of the Act
Number 2 Year 2004 was assisted by a mediator of manpower officials. In addition, article 9 regula-
tes the qualifications of mediator. These two articles are very discriminatory as they are contrary to
the fact that mediator of government officer should also be subject to the Civil Service
Act. Besides, the government mediator would have superiors and subordinates according to the
hierarchy of their positions. This would open possibility of intervention of the superiors that would
interfere the mediator in performing his/her duties. Consequently, independent mediator would
never be reali-zed. In fact, mediator is not only from government officer but also from other field
such as lawyers, lecturers, National Commission of Human Rights (Komnas HAM), and any capable
and non-allign-ed mediators. This would be one of solutions for the government to solve the
shortage of mediators in Indonesia.

Key words: mediation, mediator, law reform

Abstrak

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial melalui mediasi yang diatur dalam Pasal 8 UU No.2
Tahun 2004 adalah penyelesaian yang dibantu oleh seorang mediator yang berasal dari pegawai
dibidang ketenagakerjaan. Kemudian Pasal 9, mengatur syarat-syarat menjadi mediator. Kedua pasal
ini sangat diskriminatif. Mediator seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang harus tunduk juga kepada
Undang-undang Kepegawaian. Mediator sebagai seorang pegawai negeri sipil tentu mempunyai
atasan maupun bawahan sesuai hierarkhi jabatannya, hal ini tidak menutup kemunkinan adanya
intervensi dari atasan, sehingga akan mengganggu mediator dalam melaksanakan tugasnya, dan
independent mediator tidak terwujud. Orang yang akan menjadi mediator dapat saja diperluas selain
Pegawai Negeri Sipil dibidang ketenagakerjaan, diantaranya advokat, dosen, komnas HAM, mediator
lain yang dianggap mampu dan netral. Hal ini juga merupakan salah satu solusi bagi pemerintah
untuk mengatasi kekurangan mediator di Indonesia.

Kata kunci: mediasi, mediator, reformasi hukum

Pendahuluan secara implisit diatur dalam Pasal 27 ayat 2 UUD


Manusia sebagai mahkluk sosial (zoon po- 1945 yang mengatur bahwa tiap-tiap warga ne-
liticon) mempunyai kebutuhan yang beraneka gara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
ragam, yang diantaranya adalah sandang, pa- yang layak. Pencapai kehidupan yang layak da-
pan, pangan. Demi terpenuhi semua kebutuhan lam hubungan kerja tersebut tidak begitu mu-
itu manusia perlu bekerja, agar mendapatkan dah diperoleh, banyak permasalahan yang diala-
penghasilan.1 Dalam hal ini hak untuk bekerja mi antara pekerja dengan pihak pengusaha dite-
mukan dalam hubungan kerja.
Bervariasinya permasalahan yang menim-

Dibiayai oleh DIPA Universitas Jambi Tahun 2012 Nomor
0682/023-04.2.01/05/2012 tanggal 9 Desember 2011.
bulkan konflik, tentunya tidak selalu dapat dise-
Sesuai de-ngan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian lesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
Unggulan Perguruan Tinggi (UPT) Nomor: 24/UN.21.6/
PL/2012. Tanggal 15 Februari 2012.
1
Siti Kunarti, “Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (Out- mika Hukum, Vol.9 No.1, Januari 2009, Purwokerto: FH
sorcing) dalam Hukum Ketenagakerjaan”, Jurnal Dina- Unsoed, hlm. 67.
Reformasi Hukum Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial secara Mediasi 251

dengan hasil dari pemecahan masalah yang da- lisihan, yaitu: perselisihan hak, perselisihan ke-
pat diterima bagi para pihak yang berselisih, pentingan, perselisihan pemutusan hubungan
bahkan tidak jarang berujung pada munculnya kerja (PHK), perselisihan antar serikat pekerja/
sengketa.2 Perselisihan antara pekerja dengan serikat buruh dalam perusahaan. Penyelesaian
pengusaha tidak dapat diselesaikan dengan pe- perselisihan ini dapat dilakukan melalui: negó-
mutusan hubungan kerja atau pengunduran diri siasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase, pengadilan
saja, hal ini dapat berakibat memperburuk kon- perselisihan hubungan industrial dan Mahkamah
disi hubungan pekerja dengan pengusaha.3 Be- Agung. Masing-masing lembaga penyelesaian
berapa literatur menyebutkan, bahwa faktor- akan menyelesaikan sengketa sesuai dengan je-
faktor pendorong terjadinya konflik adalah ka- nis perselisihan yang diatur dalam perundang-
rena perbedaan pendapat dan pandangan, per- undangan ini.
bedaan tujuan, ketidak sesuaian cara pencapai- Penyelesaian perselisihan secara mediasi
an tujuan, pengaruh negatif dari pihak lain, merupakan penyelesaian perselisihan yang dila-
per-saingan,4 adanya keinginan dari salah satu kukan dengan bantuan mediator yang berada di
pihak untuk menyampaikan keinginannya secara setiap kantor instansi yang bertanggung jawab
ber-lebihan, kurangnya pemahaman terhadap dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota (Pa-
suatu peraturan perundang-undangan.5 sal 8 UU No. 2 Tahun 2004). Mediator merupa-
Penyelesaian perselisihan hubungan seri- kan pihak ketiga sebagai pihak penengah yang
kat pekerja dengan pengusaha yang dulu atur harus bersifat netral dalam menyelesaikan per-
dalam UU No. 22 Tahun 1957 dikenal dengan is- selisihan. Ketentuan Pasal 9 UU No. 2 Tahun
tilah penyelesaian perselisihan perburuhan, sek- 2004 mengatur syarat-syarat menjadi mediator,
arang menurut UU No. 2 Tahun 2004 dikenal de- yakni beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
ngan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Indus- Maha Esa; warga negara Indonesia, berbadan se-
trial. Proses penyelesaian menurut UU No. 2 Ta- hat; menguasai peraturan ketenagakerjaan;
hun 2004 diawali dengan penyelesaian di luar berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak
pengadilan penyelesai-an senketa di luar penga- tercela; berpendidikan sekurang-kurangnya stra-
dilan menghasilkan kesepakatan maka dibuatlah ta satu (S1); memiliki legitimasi dari menteri te-
surat perjanjian bersama dan jika tidak meng- naga kerja dan transmigrasi. Berarti disini me-
hasilkan kesepakatan, maka proses selanjutnya diator seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang
diteruskan ke pengadilan hubungan industrial. harus tunduk juga kepada Undang-undang Kepe-
Perselisihan Hubungan Industrial menurut gawaian.
UU No. 2 Tahun 2004 terlihat ada 4 jenis perse- Mediasi sebagai salah satu parnata penye-
lesaian senketa bisnis mulai dikenal di Indonesia
2
Riska Fitriyani, Proses Mediasi di Kabupaten Siak, Jurnal sejak tahun 1990-an, mediasi mempunyai karak-
Ilmu Hukum, Vol. 3 No.1, Tahun 2013, Pekanbaru: FH teristik yang khas, yaitu mempunyai jalan kom-
Universitas Riau, tersedia di website: ejournal.unri.ac.
id/index.php/JIH/article/…/1024, diakses tanggal 9-2- promi dengan melibatkan pihak ketiga yang di-
3
2014 sebut mediator.6 Mediator sebagai seorang pe-
Mila Karmila Adi, “Masa Depan Arbitrase Sebagai Meka-
nisme Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di gawai negeri sipil tentu mempunyai atasan mau-
Indonesia”, Jurnal Hukum FULTEX, Vol. 17 No. 2, April pun bawahan, tidak menutup kemungkinan ada-
2010, hlm.295, Fakultas Hukum Universitas Islam Indon-
esia, hlm. 295. nya intervensi dari atasan. UU No. 2 Tahun 2004
4
Dahlia dan Agatha Jumiati, “Penyelesaian Perselisihan yang mengatur tentang mediator kelihatannya
Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-undang Nomor
2 Tahun 2004”, Jurnal Wacana Hukum, Vol. IX No.2, Ok- kabur, diskriminatif, karena tidak ada keten-
tober Tahun 2011, Surakarta: Fakultas Hukum Unisri, tuan yang memperbolehkan mediator lain selain
hlm. 39.
5
Frendy Sinaga, “Tinjauan Yuridis Terhadap Anjuran Yang dari PNS dibidang ketenagakerjaan.
Dikeluarkan Mediator Hubungan Industrial Di Dinas Tena-
ga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur”,
6
Jurnal Beraja Niti, Vol. 2 no.12 Tahun 2013, Fakultas Bambang Heri Supriyanto, “Mediasi Sebagai Salah Satu
Hukum Universitas Mulawarman. Tersedia di website: Penyelesaian Senketa Bisnis Di Pusat Mediasi Nasional”,
http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja/arti- Jurnal Reformasi Hukum, Vol. XIV NO.1 Januari –Juni
cle/view/142 diakses 12-2-2014. 2010, Jakarta: Universitas Islam Jakarta.
252 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

Ketentuan mediasi dalam UU No. 2 Tahun berkembang di Amerika Utara, keadaan seperti
2004 kelihatannya kabur, karena tidak ada ke- ini dapat dilihat dan dibuktikan dengan lahir,
tentuan yang memperbolehkan mediator lain dan berkembangnya profesi mediator seperti
selain dari PNS dibidang ketenagakerjaan. Pe- pengacara, dokter, akuntan dan sebagainya.
nyelesaian perselisihan hubungan industrial ti- Ketiga tipe meditor tersebut dapat dika-
dak terlalu signifikan perbedaannya dengan per- takan bahwa meditor yang ditetapkan oleh UU
selisihan perdata pada umumnya. Penyelesaian No. 2 Tahun 2004 termasuk tipe authoritative
perselisihan hubungan industrial secara litigasi mediators, yaitu pihak penengah dari instansi
berpedoman kepada ketentuan Hukum Acara pemerintah yang kekuasaannya ditetapkan oleh
Perdata yang berlaku dalam peradilan umum undang-undang, apakah ketiga tipe ini dapat
(Pasal 57). Mediator pada peradilan perdata se- menjadi mediator?, maka disini tim peneliti
cara umum dapat dilakukan oleh siapa saja, se- akan meneliti dan menelaah lebih lanjut, agar
panjang dia mampu sebagai pihak penengah adanya reformasi hukum penyelesaian perseli-
yang netral dan dipercaya oleh para pihak yang sihan hubungan industrial secara mediasi.
bersengketa. Bergulirnya reformasi disegala aspek, se-
Mediator sebagai pihak penengah dalam bagai bentuk pembaharuan akibat dari perma-
alternatif penyelesaian sengketa terdiri atas 3 salahan dan kelemahan berbagai aspek kehidup-
(tiga) tipologi, sebagaimana yang dikemukakan an di zaman sebelumnya. Hukum ketenagkerja-
oleh Christopher W.Moore.7 Pertama, social an di zaman reformasi sudah melakukan pemba-
net-work mediators, mediator berperan dalam haruan undang-undang yaitu: UU No. 21 tahun
se-buah sengketa atas dasar adanya hubungan 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, UU
so-sial antara mediator dengan para pihak yang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
bersengketa, misalnya: tokoh agama, tokoh ma- UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Per-
syarakat. selisihan Hubungan Industrial. Ketiga undang-
Kedua, authoritative mediators, yaitu undang tersebut telah membawa dampak terha-
mereka yang berusaha membantu pihak yang dap dinamika masyarakat pekerja dan pengusa-
bersengketa untuk menyelesaikan perbedaan ha, serta peran pemerintah sebagai penegak
dan memiliki posisi yang kuat sehingga mereka hukum dan pengayom masyarakat, namun subs-
memiliki potensi atau kapasitas untuk mem- tansi peraturan tersebut masih banyak menda-
pegaruhi hasil akhir dari sebuah proses mediasi, patkan kritikan dari berbagai masyarakat.
akan tetapi mediator tipe ini selama menjalan- Menurut Asri Wijayanti, pada masa pasca
kan perannya tidak menggunakan kewe-nangan reformasi seharusnya kondisi ketenagakerjaan
atau pengaruhnya, hal ini didasarkan keyakinan menjadi lebih baik, tetapi sangat disayangkan,
atau pandangan bahwa pemecahan masalah ter- kenyataan pemerintah kurang berpihak pada
baik untuk sebuah kasus bukanlah ditentukan pekerja, terutama pekerja unskilllabour8. Kebi-
oleh dirinya selaku pihak yang perpengaruh, jakan ekonomi nasional lebih mementingkan sis-
melainkan dihasilkan oleh upaya pihak yang ber- tem pertumbuhan ekonomi dengan investasi, se-
sengketa sendiri. hingga menekan pekerja. Dengan kata lain, ke-
Ketiga, indenpendent mediators. Media- adaan seperti ini harus dipikirkan lebih jauh
tor dapat menjaga jarak antar pihak manapun lagi.
dengan persoalan yang dihadapi, mediator tipe
ini lebih banyak ditemukan dalam masyarakat, Permasalahan
budaya yang mengembangkan tradisi kemandi- Berangkat dari permasalahan hukum ten-
rian akan menghasilan mediator yang profesio- tang mediator dalam penyelesaian perselisihan
nal, model mediator ini mulai dipraktekan dan hubungan industrial, maka disini peneliti mem-

7
Suyud Margono, 2004, Alternative Dispute Resolution
8
dan Arbitrase, Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Asri Wijayanti. 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Re-
Bogor: Ghalia Indonesia, hlm. 62. formasi, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 35.
Reformasi Hukum Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial secara Mediasi 253

bahas mengenai: pertama, Pengaturan penye- an penyelesaian perselisihan hubungan indus-


lesaian perselisihan hubungan industrial secara trial secara mediasi menurut UU No. 2 Tahun
mediasi dalam perspektif UU No. 2 Tahun 2004; 2004 dapat diuraikan dari aspek beberapa as-
dan kedua, Konsep pengaturan mediasi yang pek, yaitu: aspek kelembagaan, dan aspek pro-
ideal untuk menyelesaikan perselisihan hubung- sedur penyelesaian.
an industrial dengan adil dan objektif. Berkaitan dengan aspek pengaturan medi-
asi dari aspek kelembagaan yang berwenang
Metode Penelitian menyelesaian perselisihan hubungan industrial
Tipe penelitian yuridis normatif, dengan dapat dijelaskan sebagai berikut. Penyelesaian
pendekatan konseptual (conceptual approach), perselisihan hubungan industrial secara mediasi
pendekatan perundang-undangan (normative merupakan lanjutan dari kegagalan penyelesai-
approach) dan sinkronisasi hukum. Bahan hukum an secara bipartit, dan para pihak tidak memilih
primer terdiri dari: Undang-undang dasar tahun lembaga konsiliasi atau arbitrase untuk menye-
1945 yang diamandemen, UU No. 2 Tahun 2004 lesaikan perselisihan mereka, maka para pihak
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan In- akan menyelesaikan perselisihan melalui media-
dustrial, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru si. Penyelesaian secara mediasi hubungan indus-
dan Dosen, UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Ad- trial sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Butir 11
vokat, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi UU No. 2 Tahun 2004 yaitu penyelesaian perseli-
Manusia, Peraturan Mahka-mah Agung No. 01 sihan hak, perselisihan kepentingan, perselisi-
Tahun 2008 Tentang Mediasi di Pengadilan, Per- han pemutusan hubungan kerja dan perselisihan
aturan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya da-
Transmigrasi (Kepmenakertrans) No. Kep: 92/ lam satu perusahaan, melalui musyawarah yang
Men/VI/2004 tentang Peng-angkatan dan Pem- ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang
berhentian Mediator serta Tata Kerja Mediasi. netral. Artinya semua jenis perselisihan dapat
Bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku, diselesaikan melalui mediasi.
jurnal dan makalah hukum yang relevan dengan Mediator sebagaimana ketentuan Pasal 9
judul, bahan hukum tertier yaitu kamus hukum. UU No. 2 Tahun 2004 harus memenuhi beberapa
Data yang ditemukan, kemudian diinterprestasi- persyaratan, namun jika diperhatikan Pasal 9
kan, dievaluasi dan secara deduktif ditarik ke- UU No. 2 Tahun 2004 belum mengatur secara
simpulan. Hasil penelitian ini diharapkan bisa rinci syarat untuk dapat diangkat menjadi me-
menjadi bahan masukan dalam perubahan atau diator dalam penyelesaian hubungan industrial.
revisi UU No. 2 Tahun 2004. Hal itu dapat dimaklumi jika memperhatikan
ke-tentuan Pasal 9 huruf g yaitu syarat-syarat
Pembahasan lain yang ditetapkan oleh menteri, selain itu,
Pengaturan Penyelesaian Perselisihan Hubu- Pasal 16 UU No. 2 Tahun 2004 juga mengama-
ngan Industrial secara Mediasi dalam Perspek- natkan bahwa ketentuan mengenai tata cara
tif UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Pengadilan pengangkatan dan pemberhentian mediator,
Hubungan Industrial serta tata kerja mediasi diatur dengan Keputus-
Penyelesaian kasus-kasus perselisihan hu- an Menteri. Sebagai aturan pelaksana Pasal 9
bungan industrial merupakan masalah yang sa- huruf g dan Pasal 16 UU No. 2 Tahun 2004, ma-
ngat penting dalam hubungan industrial . Hu- ka dikeluarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
bungan industrial yang harmonis akan mencipta- No. Kep/ 92/VI/2004 tentang Pengangkatan dan
kan ketenangan bekerja, yang akan berpenga- Pemberhentian Mediator serta Tata Kerja Me-
ruh pula pada peningkatan produktifitas dan ke- diasi (selanjutnya disebut Kepmenaker No. Kep/
sejahteraan pekeja.9 Analisis tentang pengatur-
2004”, Jurnal Arika, Vol. 06. No. 1. Februari 2012, Ter-
9
Diana Putong, 2012, “Penyelesaian Perselisihan Tenaga sedia di website: http://www.paparisa.unpati.ac.id/pa-
Kerja Kasus Adam Air Melalui Mediasi Pada Tahap Perun- perrepo/ppr-iteminfo_ink.php?id=243. Diakses 25 Ma-ret
dingan Tripartit Berdasarkan Undang-udang No.2 Tahun 2012
254 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

92/VI/2004). Pasal 3 Kepmenaker No. Kep/92/ mengintervensi itu adalah pejabat mengusul-
VI/2004, menentukan syarat-syarat seseorang kannya dia menjadi mediator, tentu akan bera-
untuk menjadi mediator yaitu: kibat mediator PNS tidak nyaman dalam melak-
1) Pegawai Negeri Sipil pada instansi/di- sanakan tugasnya, dan Ketentuan Pasal 1 (11)
nas yang bertanggung jawab di bidang UU No. 2 Tahun 2004 yang mengatur: “… me-
ketenagakerjaan; diasi hubungan industrial melalui musyawarah
2) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa; yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator
3) Warga negara Indonesia; yang netral” itu sulit terlaksana. Kewenangan
4) Berbadan sehat menurut surat kete- mediator sebagaimana diatur pada Ketentuan
rangan dokter; Pasal 9 Kepmenakertrans No. Kep-92/Men/VI/
5) Menguasai peraturan perundangan di 2004, adalah sebagai berikut:
bidang ketenagakerjaan;
6) Berwibawa, jujur, adil, dan berkela- a. Menganjurkan kepada para pihak yang
kuan tidak tercela; berselisih untuk berunding terlebih
7) Berpendidikan sekurang-kurangnya dahulu dengan beritikad baik sebelum
Strata Satu (S1); dan dilaksanakan mediasi.
8) Memiliki legitimasi dari Menteri Tena- b. Meminta keterangan, dokumen dan
ga Kerja dan Transmigrasi. surat-surat yang berkaitan dengan
perselisihan.
Ketentuan Pasal 4 Kepmenaker No. Kep/ c. Mendatangkan saksi atau saksi ahli da-
lam mediasi apabila diperlukan.
92/VI/2004 mengatur tata cara untuk memper- d. Membuka buku dan meminta surat-su-
oleh legitimasi mediator sebagai berikut: rat yang diperlukan dari para pihak
a) Calon mediator pada Departemen dari instansi atau lembaga terkait.
Tenaga Kerja dan Transmigrasi diusul- e. Menerima atau menolak wakil dari pa-
kan oleh Direktur Jenderal Pembinaan ra pihak yang berselisih apabila ter-
Hubungan Industrial; nyata tidak meiliki surat kuasa. Ke-
b) Calon mediator pada instansi yang wenangan ini akan terganggu apabila
bertanggung jawab di bidang ketene- ada intervensi dari atasan berdasar-
gakerjaan Provinsi diusulkan oleh Gu- kan hirarkhi jabatan.
bernur;
c) Calon mediator pada instansi yang Kedua, Ketentuan Pasal 8 UU No. 2 Tahun
bertanggung jawab di bidang ketene- 2004 inkonsistensi dengan Pasal 27 ayat (2) UUD
gaker-jaan Kabupaten/Kota diusulkan 1945 dan Pasal 28 ayat (2) UUD 1945, yang
oleh Bupati/ Walikota.
menganut prinsip persamaan hak, persyaratan
Ketentuan mediator tersebut di atas da- untuk menjadi mediator yang diatur dalam Pa-
pat dipahami, bahwa secara kelembagaan yang sal 8 dan Pasal 9 UU No. 2 Tahun 2004 bersifat
berwenang menyelesaikan perselisihan hubung- diskriminatif, karena membedakan mediator da-
an industrial melalui mediasi hanya mediator lam hubungan industrial hanya PNS dari dinas
yang berasal dari PNS di instansi pemerintah bidang ketenagakerjaan dengan mediator dalam
yang bertanggung jawab dibidang ketenagaker- penyelesaian perkara perdata umumnya. Keti-
jaan. Artinya tidak ada mediator lain selain PNS ga, Mediator yang diatur dalam UU No. 2 Tahun
yang telah mendapat sertifikasi mediator dari 2004, merupakan salah satu perwujudan inter-
Menteri Tenagakerja. Semua peraturan ini akan vensi pemerintah dalam hubungan industri-
berakibat: al”.10
Pertama, adanya peluang tidak netralnya Berkaitan dengan aspek pengaturan medi-
mediator PNS sebagaimana yang diatur dalam asi dari aspek prosedur atau tahapan mediasi,
Pasal 8 UUNo.2 Tahun 2004, mediator PNS Dis-
naker yang tentu mempunyai hirarkhi jabatan, 10
Lanny Ramli, Ratio PNS Sebagai Mediator Dalam Penye-
apabila ada oknum pejabat diatasnya, mengin- lesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Jurnal Magis-
tervensi dirinya agar dapat berpihak ke salah sa- ter Hukum, Vol. 1 No. 2, Tahun 2010, Malang: Program
Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Wisnuwardhana,
tu pihak yang berselisih, apalagi pejabat yang hlm. 298
Reformasi Hukum Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial secara Mediasi 255

dapat dijelaskan sebagai berikut. Penyelesaian dilan negeri di wilayah hukum pekerja/buruh
perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh me- bekerja.
diator yang berada di setiap kantor instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagaker- Konsep Pengaturan Mediasi yang Ideal untuk
jaan Kabupaten/Kota. Dalam waktu selambat- Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah meneri- yang Adil dan Objektif
ma pelimpahan penyelesaian perselisihan me- Reformasi hukum penyelesaian perselisih-
diator harus sudah mengadakan penelitian ten- an hubungan industrial, termasuk dalam kate-
tang duduknya perkara dan segera mengadakan gori reformasi hukum ekonomi, karena para pih-
sidang mediasi. Adapun mekanisme penyelesai- ak yang bersenketa adalah pelaku usaha yang
an perselisihan hubungan industrial melalui me- akan berperan dalam pembangunan ekonomi.
diasi dilaksanakan sebagai berikut. Pertama, Pengertian reformasi hukum ekonomi menurut
Penyelesaian melalui mediasi dilaksanakan pa- Peter Mahmud Marzuki sebagaimana dikutib Asri
ling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung se- Wijayanti, bahwa reformasi ekonomi mencakup
jak menerima pelimpahan penyelesaian perseli- tiga komponen yaitu: pertama, komponen pe-
sihan. Kedua, bilamana ternyata dalam sidang ngembangan hukum yang kegiatannya memberi-
mediasi tercapai kesepakatan, dibuat Perjanjian kan sumbangan naskah akademik perundang-un-
Bersama yang ditandatangani oleh para pihak, dangan baru atau perubahan perubahan undang-
dengan disaksikan oleh mediator untuk kemudi- undang dalam kegiatan ekonomi; kedua, sistem
an didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industri- informasi hukum yang canggih; ketiga, pendi-
al pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum pi- dikan hukum yang mampu meningkatkan ke-
hak-pihak yang berselisih. Ketiga, Bila ternyata mampuan sumber daya manusia di bidang hu-
dalam mediasi tidak tercapai kesepakatan, me- kum”.11
diator membuat anjuran tertulis. Keempat, Me- Ketentuan Pasal 6 UU No. 12 Tahun 2011,
diator harus sudah mengeluarkan anjuran ter- menetapkan bahwa peraturan perundang-un-
tulis selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sete- dangan itu harus berasaskan keadilan yang me-
lah sidang mediasi dilaksanakan. rata, artinya peraturan perun-dang-undangan
Kelima, Pihak-pihak yang berselisih harus itu harus mencerminkan keadilan bagi setiap
sudah menyampaikan tanggapan atau jawaban warga negara tanpa kecualinya. Adil disini harus
secara tertulis atas anjuran mediator selambat- terdapat dalam hukum materil dan hukum for-
lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah anjuran mil atau dengan kata lain adil dalam proses pe-
mediator diterima. Keenam, Apabila ternyata negakan hukumnya.
pihak-pihak yang berselisih tidak memberikan Satjipto Rahardjo sebagaimana dikutip
tanggapan atau jawaban tertulis, dianggap me- oleh Rusli Muhammad mengatakan, bahwa pada
nolak anjuran mediator. Ketujuh, Dalam hal pi- hakekatnya hukum mengandung ide atau kon-
hak-pihak yang berselisih dapat menerima an- sep-konsep dan dengan demikian boleh digo-
juran mediator selambat-lambatnya 3 (tiga) ha- longkan kepada suatu yang abstrak, termasuk
ri harus dibuatkan perjanjian bersama untuk ke- ide tentang keadilan, kepastian hukum dan ke-
mudian didaftarkan di pengadilan hubungan In- manfaatan sosial.12 Seorang penegak hukum
dustrial pada pengadilan negeri di wilayah do- dapat menghasilkan putusan yang adil dan ber-
misili hukum pihak-pihak yang berselisih untuk keadilan manakala aturan hukum yang akan di-
mendapatkan akta bukti pendaftaran. Kedelap-
an, Dalam hal tidak tercapai kesepakatan dan 11
Asri Wijayanti, “Reformasi Hukum Dalam Penyeleng-
atau pihak-pihak menolak anjuran mediator, garaan Jamsostek Bagi Pekerja Swasta”, Yustitia, Vol. 1
salah satu pihak dapat melanjutkan penyele- 12
No. 1, April 2007, Surabaya: UM Surabaya.
Rusli Muhammad, “Kemadirian Pengadilan Dalam Proses
saian perselisihan dengan mengajukan gugatan Penegakan Hukum Pidana Menuju Sistem Peradilan Yang
ke pengadilan hubungan industrial pada penga- Bebas Dan Bertanggung Jawab”, Jurnal Hukum, Vol. 16
No. 4, Oktober 2009, Yogyakarta: FH UII Yogyakarta,
hlm. 470.
256 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

tegakkan nyata-nyata tidak bertentangan de- pihak yang berselisih, contohnya dalam penye-
ngan konsep keadilan, kecuali penegak hukum lesaian perselisihan pemutusan hubungan kerja
itu berani bertindak tidak hanya sekedar seba- (PHK) yang disebabkan oleh pekerja yang lalai
gai corong undang-undang. Seperangkat aturan melakukan pekerjaan, sehingga merugikan peru-
hukum yang baik dan adil akan menghasilkan sahaan maka mediator melakukan penemuan
putusan yang adil dan berkeadilan, manakala di- hukum dalam menghitung kerugian perusahaan.
pegang oleh penegak hukum yang baik. Konsep pengaturan mediasi yang ideal,
Berdasarkan konstruksi argumentasi di penyelesaian yang adil dan objektif tentu akan
atas, maka yang maksud dengan “Pengaturan diselesaikan oleh kelembagaan yang adil dan ti-
Mediasi yang ideal untuk Penyelesaian Perselisi- dak diskriminasi, pihak yang bersenketa dapat
han Hubungan Industrial yang adil dan objektif” memilih mediator di anggap para pihak netral
adalah proses mediasi yang dapat memberikan mampu berbuat adil dan prosedur penyelesaian
jaminan anjuran dan/atau penyelesaian perse- yang adil sebagaimana uraian selanjutnya.
lisihan hubungan industrial yang adil dan objek-
tif. Kata “adil” dan “objektif” dalam kalimat Aspek Kelembagaan Mediator yang Berwenang
“Pengaturan Mediasi yang ideal untuk Penyele- Menyelesaikan Perselisihan Hubungan Indus-
saian Perselisihan Hubungan Industrial yang adil trial
dan objektif” merupakan kata yang saling ber- Mediator sebagai pegawai negeri sipil ten-
talian satu sama lainnya. Putusan yang adil ti- tu tidak lepas dari hierarki jabatan. Meskipun ia
dak akan tercipta, manakala dipegang oleh pe- memangku jabatan fungsional, namun dari awal
negak hukum yang tidak objektif dalam mem- pencalonan mediator yang akan dilegitimasi
berikan penilaian dan pertimbangan hukum. Pe- oleh Menteri Tenaga Kerja. Hal ini akan beraki-
negak hukum yang adil dan objektif tersebut bat adanya keterkaitan antara mediator dengan
dapat lahir oleh beberapa faktor yaitu: adanya pejabat struktural, sehingga prinsip netralnya
aturan hukum yang adil dan objektif; tidak ada bisa terganggu dalam pelaksanaan tugas mediasi
peluang intervensi dari berbagai pihak terhadap apabila ada intervensi dari pejabat struktural
penegakan hukum; tidak diskriminasi dalam sebagai atasannya. Posisi PNS sebagai mediator
melakukan negosiasi atau musyawah; arif dan dalam penyelesaian perselisihan hubungan in-
bijaksana mendengarkan argumen yang di- dustrial seperti ini merupakan perwujudan in-
sampaikan pihak yang bersenketa; mempunyai tervensi pemerintah dalam hubungan indus-
pengetahuan yang cukup dalam bidang ketena- trial,14 karena diragukannya prinsip netralnya
gakerjaan atau objek perselisihan. Proses medi- seorang mediator.
asi merupakan salah satu bentuk penegakan hu- Menurut ketentuan ini UU No. 2 Tahun
kum, maka kelima faktor diatas juga akan verla- 2004 serta Kepmenakertrans No. Kep.92/MEN/
ku pada proses mediasi dalam penyelesaian hu- VI/2004 menutup peluang bagi lembaga lain
bungan industrial. menjadi mediator untuk menyelesaikan perseli-
Anjuran yang diberikan oleh mediator ti- sihan secara mediasi seperti pengacara, akade-
dak menutup kemunkinan memberikan restora- misi dan mediator tipe lain. Mediator yang dia-
tive justice. Restorative justice adalah peradil- tur dalam UU No. 2 Tahun 2004 merupakan sa-
an yang menekankan perbaikan atas kerugian lah satu perwujudan intervensi pemerintah da-
yang disebabkan atau terkait dengan tindak pi- lam hubungan industrial.15 Sementara masih ba-
dana.13 Artinya restorative justice dapat dilaku- nyak lembaga lain yang bisa dijadikan mediator
kan oleh mediator sepanjang disetujui oleh para
14
Lanny Ramli, Ratio Legis PNS Sebagai Mediator Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Jurnal
13
Kuat Puji Prayitno, Restorative Justice Untuk Peradilan Magister Hukum Vol. 1 No. 2, Tahun 2010, Universitas
Di Indonesia (Perspektif Yuridis Filosofis Dalam Pene- Wisnuwardhana Malang, tersedia dalam website: http://
gakan Hukum In Concreto), Jurnal Dinamika Hukum, isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1210296338_2086_652
Vol. 12 No. 3, September 2012, Purwokerto: FH Unsoed, 6.pdf
15
hlm. 409. Lannny Ramli, log.cit.
Reformasi Hukum Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial secara Mediasi 257

dalam penyelesaian perselisihan hubungan in- yang membutuhkan orang-orang yang profesi-
dustrial seperti advokat, dosen, Komnas HAM onal di bidangnya.
dan sebagainya. Independent mediators memiliki keung-
Ketentuan Pasal 3 huruf a dan huruf g gulan utama yakni mediator dapat menjaga ja-
Kepmenakertrans No. Kep/92/VI/2004, mengha- rak antar pihak manapun dengan persoalan yang
dapi berbagai persoalan yang pada pokoknya dihadapi. Tradisi kemandirian yang mendasari
meliputi tiga hal: Pertama pengaturan yang me- atau membentuk Independent mediators akan
letakan hanya PNS sebagai mediator yang dapat menghasilkan mediator yang professional, arti-
mempengaruhi prinsip netralitas seorang media- nya Independent mediators adalah orang yang
tor, karena besarnya kemungkinan timbulnya in- benar-benar memahami bidang pekerjaannya
tervensi; Kedua terbatasnya jumlah mediator; dan tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun. Bi-
Ketiga tingginya beban anggaran yang ditang- dang pekerjaan tersebut meliputi aspek yang
gung APBN atau APBD. Keadaan di atas jika te- sangat luas, misalnya: musisi, jurnalistik, arsi-
rus dipertahankan maka akan menimbulkan ke- tek, tenaga pengajar, akademisi dan praktisi.
tidakefektifnya mediator dan kurangnya keper- Dalam bidang ilmu hukum misalnya ada beberá-
cayaan masyarakat terhadap penyelesaian mela- pa jenis tenaga profesional antara lain akade-
lui mediasi, jika hal itu terjadi maka tujuan un- misi hukum seperti Dosen dan praktisi hukum
tuk mengurangi tunggakan perkara di pengadil- antara lain Advokat dan Komnas HAM.
an tidak akan terwujud. Berkaitan dengan reformasi/ rekonstruksi
Salah satu upaya yang dapat ditempuh ulang konsep mediator dalam UU No. 2 Tahun
untuk mengatasi persoalan ini adalah dengan ja- 2004 perlu dipertimbangkan untuk memasukan
lan melakukan pembaharuan atau reformasi ter- independent mediators untuk mendampingi me-
hadap materi hukum UU No. 2 Tahun 2004, ter- diator yang berasal dari PNS di instansi pemerin-
utama ketentuan pasal yang langsung terkait tah yang bertanggung jawab dibidang ketenaga-
dengan pengaturan tentang eksistensi tunggal kerjaan. Pertanyaan selanjutnya Independent
PNS sebagai mediator dalam proses mediasi un- mediators bagaimana yang dapat menjadi medi-
tuk menyelesaikan perselisihan hubungan Indus- ator dalam penyelesaian perselisihan hubungan
trial. Penting diingat pokok reformasi tersebut industrial? Menurut hemat penulis advokat, do-
haruslah bertujuan untuk mengarahkan tercip- sen, Komnas HAM dan profesi lain yang dianggap
tanya pengaturan mediasi yang dapat menjamin para pihak menguasai atau berpengalaman da-
netralitas dan objektivitas mediator, dengan lam pokok sengketa, dapat dipertimbangkan un-
demikian diharapkan dapat menghasilkan anjur- tuk menjadi mediator sebagai berikut.
an dan keputusan hukum yang adil dan objektif. Pertama, advokat sebagai mediator. Ar-
Menurut peneliti salah satu bentuk refor- gumentasi yang dimungkinkan memperbolehkan
masi yang penting dilakukan adalah merekons- advokat sebagai mediator dalam perselisihan
truksi ulang konsep mediator. Saat ini mediator hubungan industrial. Argumentasi pertama ada-
yang ditetapkan oleh UU No. 2 Tahun 2004 ter- lah bahwa berdasarkan hukum positif di Indone-
masuk tipe Authoritative mediator. Berdasar- sia salah satunya UU No. 18 Ta-hun 2003 Ten-
kan pendapat Christopher W. Moore, maka ada tang Advokat, Pada Pasal 1 ayat (1) UU No. 18
dua alternatif tipologi mediator yaitu social net- Tahun 2003 mengatur bahwa advokat adalah
works mediators dan independent mediators. orang yang berprofesi memberikan jasa hukum,
Kedua bentuk tipologi ini tentunya dapat diper- baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
timbangkan satu persatu, sehingga dapat dite- memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
mukan tipologi dapat menyelesaikan persoalan undang-undang ini. Pengertian jasa hukum ada-
bangsa kita. Oleh karena itu tipologi social net- lah jasa yang diberikan oleh advokat berupa
work mediators menurut hemat peneliti kurang memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum,
begitu tepat untuk dapat digunakan dalam pe- menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi,
nyelesaian perselisihan hubungan industrial membela, dan melakukan tindakan hukum lain
258 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

untuk kepentingan hukum klien (ayat (2)). Per- ban pokok dosen adalah melaksanakan Tridarma
buatan mediator sebagai penengah dalam me- Perguruan Tinggi, yaitu: pengajaran, penelitian
nyelesaikan sengketa merupakan salah satu per- dan pengabdian kepada masyarakat.
buatan konsultasi hukum atau tindakan hukum Argumentasi ketiga adalah bahwa dalam
lainnya untuk kepentingan kliennya. Ketentuan rangka kegiatan pengabdian masyarakat, di ma-
Pasal 5 UU No. 18 Tahun 2003 juga mengatur na salah satu bentuk kegiatannya memberikan
bahwa advokat berstatus sebagai penegak hu- pelayanan hukum kepada masyarakat yaitu se-
kum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hu- bagai mediator sebagimana dijelaskan pada Ke-
kum dan peraturan perundang-undangan. Ar- putusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pe-
tinya advokat itu sebagai penegak hukum, maka ngawasan Pembangunan dan Pendayagunaan
ia harus memenuhi kode etik penegak hukum. Aparatur Negara No. 38/KEP/MK.WASPAN/8/
Bebas dan mandiri artinya menunjukan inden- 1999 tentang Jabatan Fungsional Dosen Dan
pensi advokat yang bisa mendapat tekanan dari Angka Kredit. Ketentuan Pasal 4 mengatur bah-
manapun. Advokat itu dapat saja menjadi medi- wa salah satu kegiatan pengabdian kepada ma-
ator semua konflik. syarakat yaitu memberi pelayanan kepada ma-
Argumentasi kedua adalah bahwa tidak syarakat atau kegiatan lain yang menunjang pe-
ada satu ketentuan pun dalam UU No. 18 Tahun laksanaan tugas umum pemerintah dan pemba-
2003 yang melarang seorang advokat, untuk ngunan. Pada ketentuan semula ditentukan ha-
menjadi mediator harus juga memiliki sertifikat nya PNS yang dapat menjadi mediator dalam
akreditasi sebagai mediator, ini hanya untuk penyelesaian perselisihan hubungan industrial,
menunjukkan kredibilitas mediator yang berkua- sebagai wujud pelaksanaan tugas umum peme-
liatas. Argumentasi ketiga adalah bahwa ber- rintah, maka dosen yang mempunyai kegiatan
dasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1) Peraturan lain berupa pelaksanaan tugas umum pemerin-
Mahkamah Agung No. 01 Tahun 2008 Tentang tahan juga dimungkinkan untuk menjadi media-
Mediasi di Pengadilan mengatur bahwa para pi- tor sebagai wujud pelaksanaan tugas umum pe-
hak berhak memilih mediator di antara adalah merintahan di bidang ketenagakerjaan.
advokat. Penulis berpendapat selayaknya advo- Ketiga, Komnas HAM sebagai mediator.
kat dapat menjadi mediator dalam penyelesaian Beberapa argumentasi yang memungkinkan
perselisihan hubungan industrial. Komnas HAM sebagai mediator dalam penyele-
Kedua, dosen sebagai mediator. Ada be- saian perselisihan hubungan industrial. Argu-
berapa argumentasi memungkinkan dosen seba- mentasi pertama, ketentuan Pasal 75 UU No. 39
gai mediator dalam penyelesaian perselisihan Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, adanya
hubungan industrial. Argumentasi pertama, ber- suatu lembaga Komnas HAM yang kegiatannya
dasrkan Pasal 1 ayat (2) UU No. 14 Tahun 2005 bertujuan: mengembangkan kondisi yang kondu-
tentang Guru dan Dosen yang mengatur bahwa sif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai
dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan Pancasila, Undang-undang Dasar 1945,
dengan tugas utama mentransformasikan, me- dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta
ngembangkan menyebarluaskan ilmu pengeta- Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia; dan me-
huan, teknologi dan seni melalui pendidikan, ningkatkan perlindungan dan penegakan hak
penelitian, dan peng-abdian kepada masyara- asasi manusia, guna berkembangnya pribadi ma-
kat. Argumentasi kedua, ketentuan Pasal 72 UU nusia Indonesia seutuhnya, dan kemampuannya
No. 14 Tahun 2005 yang mengatur bahwa beban dalam berbagai bidang kehidupan.
kerja dosen mencakup kegiatan pokok yaitu me- Argumentasi kedua, ketentuan Pasal 76
rencanakan pembelajaran, melaksanakan proses ayat (1) yang mengatur bahwa untuk mencapai
pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajar- tujuannya, Komnas HAM melaksanakan fungsi
an, membimbing dan melatih, melakukan pene- pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantau-
litian, melakukan tugas tambahan, serta mela- an dan mediasi tentang hak asasi manusia. Kom-
kukan pengabdian kepada masyarakat”. Kewaji- nas HAM beranggotakan tokoh masyarakat yang
Reformasi Hukum Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial secara Mediasi 259

professional, berdedikasi dan berintegrasi ting- diator, adalah diadakan perbaikan atau revisi
gi, menghayati cita-cita negara hukum dan ne- terhadap ketentuan UU No. 2 Tahun 2004 dan
gara kesejahteraan yang berintikan keadilan, peraturan pelaksananya. Bentuk perbaikan/revi-
menghormati hak asasi manusia dan kewajiban si tersebut adalah sebagai berikut. Pertama,
dasar manusia juga bisa menjadi mediator seba- mediator dalam konsep ketentuan Pasal 1 ayat
gaimana diatur pada Pasal 76 UU No. 39 Tahun (12) UU No. 2 Tahun 2004 direvisi menjadi kon-
1999. Dalam praktiknya di masya-rakat banyak sep: “Mediator Hubungan Industrial selanjutnya
ditemukan kasus pelanggaran HAM yang dilaku- disebut mediator adalah pegawai instansi pe-
kan pengusaha, seperti pekerja tidak diberi hak merintah di bidang ketenagakerjaan yang me-
libur melakukan ibadah keagamaan, cuti tahun- menuhi syarat atau pihak ketiga yang netral
an dengan alasan pekerja pada tahun yang sama yang ditunjuk oleh para pihak berdasarkan per-
telah menikmati cuti melahirkan ini terdapat janjian dan mampu menyelesaikan perselisihan
pada kasus nomor: 17/G/2010/PHI.Jbi, di kota hubungan industrial untuk menghasilkan anjur-
Jambi. an”. Dalam konteks ini, peneliti berharap ada-
Advokat, dosen, Komnas HAM dan profesi nya perluasan pada jenis lembaga yang dapat
lain yang dianggap para pihak menguasai atau menjadi mediator. Perluasan kesempatan bagi
berpengalaman dalam pokok sengketa juga lembaga atau institusi lain menjadi mediator
patut dipertimbangkan untuk dapat menjadi adalah sebagai penerapan dari asas kesamaan
mediator. Hal ini didasarkan pada pertimbangan kedudukan dalam hukum bagi lembaga peradil-
sebagai berikut. Pertama, ditunjuknya seorang an untuk menyelesaikan perselisihan dan pene-
mediator dalam penyelesaian perselisihan hu- rapan asas kebebasan bagi para pihak yang ber-
bungan industrial pada pokoknya ditentukan o- selisih untuk memilih lembaga peradilan yang
leh dua faktor yaitu: kesepakatan para pihak mereka percayai netral dan mampu menyelesai-
yang terlibat perselisihan untuk menunjuk sese- kan perselisihan. Kedua, ketentuan Pasal 8 UU
orang dan orang tersebut memiliki kemampuan No. 2 Tahun 2004 perlu direvisi menjadi ”Pe-
dan pengetahuan terhadap persoalan yang me- nyelesaian perselisihan hubungan industrial me-
reka tengah hadapi, maka dengan demikian sa- lalui mediasi dapat dilakukan oleh mediator dari
ngat dimungkinkan seseorang yang bukan ber- pegawai negeri sipil di bidang ketenagakerjaan
profesi sebagai akademisi atau praktisi hukum yang dilegitimasi oleh Menteri atau mediator
namun ia menguasai dan berpengalaman dalam yang dipilih oleh pihak yang berselisih berdasar-
penyelesaian perselisihan hubungan industrial kan perjanjian tertulis.”
dijadikan sebagai mediator. Misalnya pensiunan Perubahan rumusan kedua pasal tersebut
pegawai negeri sipil di instansi pemerintah yang diharapkan akan tercipta pengaturan mediasi
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan, yang ideal untuk penyelesaian perselisihan hu-
di mana ia tidak berprofesi sebagai advokat a- bungan industrial yang adil dan objektif. Perlu-
taupun dosen, tetapi integritas, penguasaan a- asan jenis lembaga yang dapat menjadi media-
kan pokok perkara, pengalaman dan obyektivi- tor tidak akan lengkap jika tidak diikuti peru-
tasnya telah teruji dibidang penyelesaian perse- bahan aspek prosedur mediasi.
lisihan hubungan industrial oleh berbagai pihak,
termasuk para pihak yang tengah berselisih. Ke- Prosedur mediasi dalam UU No. 2 tahun 2004
dua, sebagaimana halnya seorang advokat, Pro- yang perlu direvisi dalam rangka reformasi hu-
fesi bukan hukum yang dianggap para pihak me- kum
nguasai atau berpengalaman dalam pokok seng- Prosedur mediasi sebagaimana yang di-
keta juga di akui keberadaannya menurut Pasal atur dalam UU No. 2 Tahun 2004 dan peraturan
8 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung No. 01 pelaksana pada dasarnya dapat diterapkan un-
Tahun 2008. tuk prosedur mediasi pada mediator tipe inde-
Langkah selanjutnya, setelah ditentukan pendent. Mengutip pendapat Galenter bahwa
pihak-pihak mana saja yang dapat menjadi me- kehadiran pengadilan alternatif tidak perlu ter-
260 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

jadi dalam bentuk fisik, tetapi (juga) dalam pro- prosedur penyelesaian. Aspek kelembagaan me-
ses-proses yang berlansung.16 Hal ini berarti, nunjukan bahwa secara kelembagaan yang ber-
bahwa jika para pihak menyepakati selain yang wenang menyelesaikan perselisihan hubungan
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, industrial melalui mediasi hanya mediator yang
asalkan tidak bertentangan dengan peraturan berasal dari pegawai negeri sipil di instansi pe-
perundang-undangan, maka prosedur dapat di- merintah yang bertanggung jawab dibidang ke-
serahkan saja kepada mediator (selain PNS Disn- tenagakerjaan. Aspek prosedur penyelesaian ya-
aker) tentu saja dengan kesepakatan para pi- itu dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hak. Penyelesaian perselisihan secara mediasi hari kerja setelah menerima pelimpahan pe-
meskipun dibantu oleh mediator, namun media- nyelesaian perselisihan mediator harus sudah
tor tetap memakai prinsip musyawarah untuk mengadakan penelitian tentang duduknya per-
mufakat. kara dan segera mengadakan sidang mediasi dan
Musyawarah untuk mufakat merupakan penyelesaian melalui mediasi dilaksanakan pa-
prinsip yang dipakai dalam menyelesaikan per- ling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung se-
selisihan diluar pengadilan. Beberapa hal yang jak menerima pelimpahan penyelesaian perse-
perlu diperhatikan para pihak sebagai pedoman lisihan
yaitu: adanya perjanjian tertulis dari para pi- Konsep pengaturan mediasi yang ideal un-
hak, yang disebut perjanjian mediasi, materi tuk menyelesaikan perselisihan hubungan indus-
minimum yang harus diatur dalam perjanjian ini trial dengan adil dan objektif. Mediator,secara
antara lain meliputi: identitas para pihak yang kelembagaan, dapat juga dari pihak ketiga yang
berselisih, tempat mediasi yang dipilih,nama independent, seperti advokat, akademisi atau
mediator yang dipilih, honorarium dan biaya dosen, Komnas HAM, atau pihak ketiga lain yang
perjalanan mediator, penyelesaian memprio- mampu menyelesaikan perselisihan hubunngan
ritaskan prinsip musyawarah untuk mufakat, pa- industrial.
ra pihak berhak menerima atau menolak anju- Aspek prosedur mediasi perlu diadakan
ran dari mediator, batasan jangka waktu pe- reformasi yakni prosedur mediasi sebagaimana
nyelesaian, dapat ditentukan sesuai kesepakat- yang diatur dalam UU No. 2 Tahun 2004 dan
an, namun idealnya tidak melebih batas waktu peraturan pelaksana pada dasarnya dapat dite-
30 (tiga puluh) hari sebagaimana yang diatur da- rapkan untuk prosedur mediasi pada mediator
lam UU No. 2 Tahun 2004, kesepakatan untuk tipe Independent. Para pihak, jika menyepakati
melaksanakan hasil musyawarah antara media- selain yang ditentukan oleh peraturan perun-
tor dengan para pihak yang berselisih dan apabi- dang-undangan, asalkan tidak bertentangan de-
la kesepakatan tidak tercapai para pihak dapat ngan peraturan perundang-undangan maka pro-
mengajukan penyelesaian, perselisihan ke peng- sedur dapat diserahkan saja kepada mediator-
adilan hubungan industrial sesuai peraturan nya tentu saja dengan kesepakatan para pihak.
yang berlaku, dengan disertai risalah telah per-
nah diupayakan penyelesaian secara mediasi. Saran
Pembentuk undang-undang segera merevisi
Penutup UU No. 2 Tahun 2004 khususnya berkenaan de-
Simpulan ngan aspek mediasi. Hal ini dimaksudkan untuk
Pengaturan penyelesaian perselisihan hu- dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan huk-
bungan industrial secara mediasi dalam pers- um masyarakat.
pektif UU No. 2 Tahun 2004, dapat diuraikan
dari beberapa aspek, yaitu kelembagaan, dan
Daftar Pustaka
Adi, Mila Karmila. “Masa Depan Arbitrase Seba-
16
Galenter dalam Satjipto Raharjo, “Melihat Kembali Pe- gai Mekanisme Penyelesaian Perselisihan
ran Mahkamah Agung”, Jurnal Hukum Pantarei, Vol. 1
No. 3, Februari 2009, Jakarta: Konsorsium Reformasi
Hubungan Industrial di Indonesia”. Jurnal
Hukum Nasional, hlm.13.
Reformasi Hukum Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial secara Mediasi 261

Hukum FULTEX. Vol. 17 No. 2. April 2010. Vol. 1 No. 3. Februari 2009. Jakarta: Kon-
Yogyakarta: FH UII; sorsium Reformasi Hukum Nasional;
Dahlia dan Agatha Jumiati. “Penyelesaian Per- Ramli, Lanny. Ratio Legis PNS Sebagai Mediator
selisihan Hubungan Industrial Berdasarkan Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubung-
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004”. an Industrial. Jurnal Magister Hukum Vol.
Jurnal Wacana Hukum. Vol. IX No. 2. Ok- 1 No. 2 Tahun 2010. Universitas Wisnu-
tober Tahun 2011. Surakarta: Fakultas wardhana Malang. tersedia dalam website
Hukum Unisri; http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1
Fitriyani, Riska. Proses Mediasi di Kabupaten Si- 210296338_2086_6526.pdf;
ak. Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 3 No.1. Ta- -------. Ratio PNS Sebagai Mediator dalam Pe-
hun 2013. Pekanbaru: FH Universitas Ri- nyelesaian Perselisihan Hubungan Indus-
au; trial. Jurnal Magister Hukum. Vol. 1 No.
Kunarti, Siti. “Perjanjian Pemborongan Peker- 2. Tahun 2010. Malang: Program Studi Ma-
jaan (Outsorcing) dalam Hukum Ketenaga- gister Ilmu Hukum Universitas Wisnuwar-
kerjaan”. Jurnal Dinamika Hukum. Vol.9 dhana. Tersedia di website isjd.pdii.lipi.
No. 1. Januari 2009. Purwokerto: FH Un- go.id/admin/jurnal/1210296338_2086_65
soed; 26.pdf;
Margono, Suyud. 2004. Alternative Dispute Re- Sinaga, Frendy. “Tinjauan Yuridis Terhadap An-
solution dan Arbitrase. Proses Pelemba- juran Yang Dikeluarkan Mediator Hubung-
gaan dan Aspek Hukum. Bogor: Ghalia In- an Industrial Di Dinas Tenaga Kerja Dan
donesia; Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur”.
Jurnal Beraja Niti. Vol. 2 No. 12 Tahun
Muhammad, Rusli. “Kemadirian Pengadilan Da- 2013. Fakultas Hukum Universitas Mula-
lam Proses Pebegakan Hukum Pidana Me- warman. Tersedia di website http:// e-
nuju Sistem Peradilan Yang Bebas Dan journal.fhunmul.ac.id/index.php/bera-
Bertanggung Jawab”. Jurnal Hukum. Vol. ja/article/view/142 diakses 12-2-2014;
16 No. 4. Oktober 2009. Yogyakarta: FH
UII Yogyakarta; Supriyanto, Bambang Heri. “Mediasi Sebagai Sa-
lah Satu Penyelesaian Senketa Bisnis Di
Prayitno, Kuat Puji. Restorative Justice Untuk Pusat Mediasi Nasional”. Jurnal Reformasi
Peradilan Di Indonesia (Perspektif Yuridis Hukum. Vol. XIV No.1 Januari–Juni 2010.
Filosofis Dalam Penegakan Hukum In Con- Jakarta: Universitas Islam Jakarta;
creto). Jurnal Dinamika Hukum. Vol. 12
No. 3. September 2012. Purwokerto: FH Wijayanti, Asri. “Reformasi Hukum Dalam Pe-
Unsoed; nyelenggaraan Jamsostek Bagi Pekerja
Swasta”. Yustitia. Vol. 1 No. 1. April
Putong, Diana. 2012. “Penyelesaian Perselisihan 2007. Surabaya: UM Surabaya. diakses
Tenaga Kerja Kasus Adam Air Melalui Me- melalui http://apps.um.surabaya.ac.id/
diasi Pada Tahap Perundingan Tripartit gdl.php?mod=browse&op=read&id=umsura
Berdasarkan Undang-udang No.2 Tahun baya-1912-asriwijayanti-30;
2004”. Jurnal Arika. Vol. 06. No. 1. Feb-
ruari 2012; -------. 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Re-
formasi. Jakarta: Sinar Grafika.
Raharjo, Satjipto. “Melihat Kembali Peran Mah-
kamah Agung”. Jurnal Hukum Pantarei.

Anda mungkin juga menyukai