Anda di halaman 1dari 27

UPAYA ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN

HUBUNGAN INDUSTRIAL DIDASARKAN ADANYA KESEPAKATAN


PARA PIHAK

Andika Dwi Yuliardi1, Imam Budi Santoso2

Fakultas Hukum, Universitas Singaperbangsa Karawang


1
andikadwiyuliardi@gmail.com , 2ibskrw@yahoo.co.id

Abstrak
Salah satu upaya penyelesaian diluar pengadilan ialah arbitrase dengan menekankan
prinsip win-win solution. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui prosedur
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui arbitrase, dan untuk mengetahui
faktor penyebab arbitrase kurang diminati. Tipe penelitian yang digunakan adalah
penelitian yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Hasil penelitian
menunjukkan Arbiter wajib menyelesaikan perselisihan hubungan industrial paling
lama 30 hari, dapat diperpanjang maksimal 14 hari kerja atas kesepakatan para pihak.
Terlebih dahulu diupayakan perdamaian, jika gagal maka sidang arbitrase dilanjutkan.
Salah satu atau para pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan putusan
arbitrase kepada Mahkamah Agung dengan jangka waktu 30 hari sejak ditetapkannya
putusan arbiter. Faktor penyebab arbitrase kurang diminati, yakni Arbitrase Hubungan
Industrial tidak memiliki kewenangan untuk menyelesaikan perselisihan hak,
penyelesaian melalui arbitrase belum cukup familiar, arbitrase hanya dapat bermanfaat
bagi para pihak yang jujur dan dapat dipercaya, ketergantungan mutlak pada arbiter,
tidak terdapat preseden putusan arbitrase terdahulu, tidak memungkinkan untuk
mengajukan keberatan.

Kata Kunci: arbitrase, penyelesaian perselisihan, penyebab tidak diminatinya


penyelesaian melalui arbitrase

Abstract
One of the efforts to settle out of court is arbitration by emphasizing the principle of a
win-win solution. The purpose of this paper is to find out the procedure for resolving
industrial relations disputes through arbitration, and to find out the factors that cause
arbitration to be less attractive. The type of research used is normative juridical
research with a statutory approach. The results of the study indicate that the Arbitrator
is obliged to settle industrial relations disputes within a maximum of 30 days, which
can be extended to a maximum of 14 working days upon the agreement of the parties.
Prior to that, peace is sought, if that fails, the arbitration trial will continue. One or
the parties may apply for the cancellation of the arbitration award to the Supreme
Court within a period of 30 days from the stipulation of the arbitrator's decision.
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

Factors causing arbitration to be less desirable, namely Industrial Relations


Arbitration does not have the authority to settle disputes over rights, settlement through
arbitration is not yet familiar enough, arbitration can only be beneficial for honest and
trustworthy parties, absolute dependence on arbitrators, there is no precedent for
previous arbitration decisions, not possible to object.

Keywords: arbitration, dispute resolution, causes of disinterest in arbitration


settlement

PENDAHULUAN
Dengan berlakunya Undang- Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Daerah (P4D). Jika putusan dari P4D
Penyelesaian Perselisihan Hubungan dirasakan kurang adil, maka para pihak
Industrial yang menggambarkan proses dapat mengajukan “banding” kepada
penyelesaian perselisihan hubungan Panitia Penyelesaian Perselisihan
industri dapat ditempuh melalui (2) dua Perburuhan tingkat Pusat (P4P).
jalur, yaitu: Pertama, Jalur Peradilan Putusan P4P bersifat mengikat, jika
(litigasi): Penyelesaian perselisihan Menteri tenaga kerja tidak
melalui jalur peradilan hubungan membatalkan putusan atau menunda
industrial, yang pada prosesnya pelaksanaan putusan itu. Penundaan
berjalan di tingkat pertama dan tingkat dan pembatalan putusan P4P dapat
kasasi. Adanya perubahan yang secara dilakukan oleh Menteri Tenaga Kerja
konkrit yakni mengganti sistem untuk memelihara ketertiban umum
peradilan semu yang tercantum dalam serta melindungi kepentingan negara1.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun Dapat dilihat, bahwa prosedur dalam
1957 tentang Penyelesaian Perselisihan penyelesaian atas perselisihan
Perburuhan yang semula perselisihan hubungan industrial yang terjadi,
perburuhan ditangani Panitia melalui prosedur yang sangat panjang
akan tetapi tidak ada jaminan kepastian

1
Sutedi, Adrian, 2009, Hukum
Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika. Hlm 104
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

hukumnya. Terciptanya Peraturan Undang-Undang No. 22 Tahun 1957


peundang-undangan, yakni Undang- tentang Penyelesaian Perselisihan
Undang Nomor 2 Tahun 2004 Perburuhan dan Undang-undang No. 12
diharapkan lebih efektif karena Hakim Tahun 1964 tentang Pemutusan
dalam peradilan hubungan industrial Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta
sudah menerapkan aspek keadilan sudah tidak berlaku, yang kemudian
hukum terhadap kaum buruh maupun penyelesaian perselisihan hubungan
pengusaha. Jalur Kedua dalam industrial ini diatur secara khusus
menyelesaikan perselisihan hubungan dalam Undang-Undang Nomor 2
industrial adalah melalui penanganan Tahun 2004 tentang Penyelesaian
perselisihan di Luar Pengadilan (non Perselisihan Hubungan Industrial.
litigasi), yaitu: (a) konsiliasi; (b) Sistem penyelesaian
arbitrase; (c) mediasi. 2 perselisihan hubungan industrial
Undang-Undang Nomor 2 bertujuan untuk meningkatkan
Tahun 2004 mengatur secara khusus kesejahteraan pekerja serta derajatnya
mengenai penyelesaian perselisihan sesuai dengan martabat manusia,
hubungan industrial, sesuai dengan asas menciptakan ketenangan atau
hukum lex specialis derogate lex ketentraman dalam kerja serta
generali3, dimana pengaturan terkait ketenangan usaha,4 yang oleh karena
dengan penyelesaian perselisihan itu dalam menjalankan hubungan
hubungan industrial diatur dalam industrial harus dilaksanakan sesuai

2
Niagara G. Serena, Candra Nur Lembaga Arbitrase Hubungan Industrial”
Hidayat, Penyelesaian Sengketa Non-Litigasi PERSPEKTIF Volume XVI No. 1 Tahun 2011
Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 10 Edisi Januari
4
Tahun 1998 Tentang Perbankan Dan Undang Safrudin C Sarif, Joi Rikardo
Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Siahaan Gita Yulianti, Alif Duwi Hanavi, Fitri
Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Rezeki, “Analisis Produktivitas Sumber Daya
Sengketa”, Jurnal Surya Kencana Dua: Manusia Dalam Hubungan Industrial Pancasila
Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Vol. 7 di Indonesia” Prosiding EMAS: Ekonomi
Nomor 1 Juli 2020, h. 80. Manajemen Akuntansi Kewirausahaan Vol.1
3
Bambang Yunarko, “Penyelesaian No.1 -Juni 2021, h. 163
Perselisihan Hubungan Industrial melalui

141
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

dengan asas three partnership (tri pekerja/serikat buruh akibat perbedaan


kemitraan) yaitu kemitraan dalam pendapat karena adanya perselisihan
tanggung jawab (partnership in mengenai hak, perselisihan
responsibility), kemitraan dalam kepentingan, perselisihan pemutusan
produksi (partnership inproduction), hubungan kerja serta perselisihan antar
dan kemitraan dalam keuntungan serikat pekerja/buruh dalam satu
(partnership in profit).5 Dalam perusahaan.6 Di dalam Undang-
menyelesaikan perselisihan hubungan Undang Nomor 2 Tahun 2004
industrial, upaya terbaik adalah mengatur tata cara penyelesaian
penyelesaian yang dilakukan oleh para perselisihan hubungan industrial, yaitu
pihak yang berselisih, sehingga dapat dimana para pihak yang berselisih
diperoleh hasil yang menguntungkan terlebih dahulu wajib mengupayakan
bagi kedua belah pihak. Maka dari itu, penyelesaiannya melalui perundingan
pemerintah berkewajiban memfasilitasi secara bipartit, yaitu dimana para pihak
penyelesaian perselisihan hubungan yang berselisih berupaya untuk
industrial tersebut. Upaya fasilitasi menyelesaikan secara musyawarah
dilakukan dengan menyediakan tenaga untuk mencapai mufakat dengan
ahli selaku pihak penengah yang tenggang waktu selama 30 hari.
bertugas untuk mempertemukan Apabila salah satu pihak menolak untuk
kepentingan kedua belah pihak yang berunding atau hasil dari musyawarah
berselisih, salah satunya dapat melalui tidak mencapai kata mufakat maka
arbitrase. perundingan bipartit dianggap gagal.
Perselisihan Hubungan Jika perundingan bipartit gagal, maka
Industrial ialah pertentangan antara salah satu pihak atau kedua belah pihak
pengusaha atau gabungan pengusaha dapat mencatatkan perselisihannya
dengan pekerja/buruh atau serikat kepada instansi yang bertanggung

5 6
Ibid. Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

jawab di bidang ketenagakerjaan serikat pekerja dalam satu perusahaan


setempat dengan melampirkan bukti dengan melalui arbitrase, maka
bahwa upaya penyelesaian perundingan dibuatlah surat perjanjian arbitrase
secara bipartit telah dilakukan. yang berisikan kesepakatan para pihak.
Kemudian, ditawarkan kepada para Surat perjanjian tersebut dibuat
pihak untuk memilih penyelesaian rangkap 3 (tiga) dan masing-masing
melalui Konsiliasi atau Arbitrase, yang pihak mendapatkan 1 (satu) yang
dilakukan oleh instansi yang mempunyai kekuatan hukum yang
bertanggung jawab di bidang sama. Surat perjanjian arbitrase
ketenagakerjaan.7 sekurang-kurangnya memuat 9
: 1)
Dalam hal ini, Arbitrase adalah Nama lengkap dan alamat atau tempat
penyelesaian melalui arbiter yang kedudukan para pihak yang berselisih;
putusannya mengikat para pihak dan 2) Pokok persoalan yang menjadi
bersifat final di luar pengadilan perselisihan dan yang diserahkan
hubungan industrial dalam hal kepada arbitrase untuk diselesaikan dan
perselisihan kepentingan, dan diambil keputusan; 3) Jumlah arbiter
perselisihan antar serikat yang disepakati; 4) Pernyataan para
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu pihak yang berselisih untuk tunduk dan
perusahaan, atas dasar kesepakatan menjalankan putusan arbitrase; dan 5)
tertulis dari para pihak yang berselisih Tempat, tanggal pembuatan surat
untuk memilih jalur arbitrase.8 Apabila perjanjian, tanda tangan para pihak
para pihak sepakat memilih untuk yang berselisih.
menyelesaikan perselisihan Pengaturan Arbitrase dalam
kepentingan atau perselisihan antar Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004,

7 9
Ketentuan Pasal 4 ayat (3) Undang- Ketentuan Pasal 32 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
8
Ketentuan Pasal 1 angka 15 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

143
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

dimaksudkan agar para pihak yang 2. Apa Faktor Penyebab


berselisih tidak hanya menyelesaikan Penyelesaian Perselisihan
perselisihan yang terjadi melalui jalur Hubungan Industrial Melalui
pengadilan (Pengadilan Hubungan Arbitrase Kurang Diminati Oleh
Industrial/PHI), akan tetapi juga dapat Para Pihak?
memilih untuk menyelesaikan
perselisihan di luar pengadilan melalui METODE PENELITIAN
Arbitrase yang didasarkan pada “win- Penelitian hukum merupakan
win solution”. Sebagaimana diketahui, kegiatan ilmiah yang dilandasi oleh
apabila perselisihan yang terjadi metode, sistematika dan pemikiran
diselesaikan melalui pengadilan, maka tertentu dengan tujuan agar dapat
akan berakhir dimana ada pihak yang mempelajari suatu gejala hukum
dimenangkan dan ada pihak yang tertentu dengan jalan menganalisisnya.
dikalahkan, berbeda halnya, jika Tipe penelitian yang digunakan adalah
penyelesaian perselisihan ditempuh pendekatan yuridis normatif. Tipe
melalui upaya Arbitrase. penelitian yuridis normatif dilakukan
Berdasarkan uraian latar dengan cara memfokuskan kajian
belakang yang sudah dikemukakan penerapan kaidah-kaidah atau norma-
oleh penulis, maka terdapat beberapa norma dalam hukum positif.10 Metode
pokok permasalahan yang dapat penelitian yuridis normatif adalah
dirumuskan sebagai berikut: metode yang mengaitkan peraturan
1. Bagaimana Prosedur perundang-undangan yang berlaku
Penyelesaian Perselisihan dengan praktek pelaksanaan hukum
Hubungan Industrial yang positif yang menyangkut
Disepakati Para Pihak Melalui permasalahan. Adapun pendekatan
Arbitrase ? dalam penelitian ini adalah pendekatan

10
Johnny Ibrahim, 2006, Teori dan
Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
Malang: Bayumedia Publishing, hlm. 295.
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

perundang-undangan yang penyelesaian secara bipartit.11 Undang-


memfokuskan kepada aturan hukum Undang Nomor 2 Tahun 2004
sebagai landasannya. Maksud dari menyatakan bahwa mekanisme
penelitian ini adalah untuk memberikan penyelesaian perselisihan hubungan
gambaran secara rinci, sistematis, dan industrial haruslah secara cepat, adil,
menyeluruh mengenai hal-hal yang murah dan sederhana, baik
berhubungan dengan upaya arbitrase penyelesaian melalui Pengadilan
dalam penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial maupun
hubungan industrial didasarkan adanya penyelesaian di luar pengadilan, yakni
kesepakatan para pihak. Sumber melalui alternatif penyelesaian
penelitian ini adalah buku, jurnal, dan sengketa.
peraturan perundang-undangan yang Salah satu upaya secara damai
berlaku. di luar pengadilan yaitu Arbitrase atas
dasar kesepakatan para pihak dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN menyelesaikan perselisihan yang
a. Prosedur Penyelesaian timbul antara para pihak yang secara
Perselisihan Hubungan hukum putusannya bersifat final dan
Industrial yang Disepakati Para mengikat. Pengertian Arbiter
Pihak Melalui Arbitrase berdasarkan Undang-Undang Nomor 2
Asas dari penyelesaian Tahun 2004 adalah seorang atau lebih
perselisihan hubungan industrial adalah yang dipilih oleh para pihak yang
berdasarkan prinsip musyawarah dan berselisih dari daftar arbiter yang
mufakat, dimana para pihak yang ditetapkan oleh Menteri untuk
berselisih haruslah mengedepankan memberikan putusan bersifat final dan
dialog dan bermusyawarah guna mengikat mengenai perselisihan
mencari jalan keluar guna mencari kepentingan, dan perselisihan antar

11
Herawati N, Ro'fah Setiawati, Irma Cerminan Asas Keseimbangan”. Jurnal
Cahyaningtyas, “Perwujudan Penyelesaian NOTARIUS, Volume 14 Nomor 1 (2021)
Perselisihan Hubungan Industrial Sebagai

145
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

serikat pekerja/serikat buruh hanya hubungan kerja; ketiga, tidak ada


dalam satu perusahaan yang kesesuaian pendapat; keempat,
penyelesaiannya melalui mekanisme mengenai pembuatan dan atau
arbitrase. Arbiter bukan merupakan perubahan syarat-syarat kerja; kelima,
Pegawai Negeri Sipil (PNS), karena didalam perjanjian kerja, peraturan
Arbiter bekerja untuk sebuah lembaga perusahaan, atau perjanjian kerja
independen seperti halnya Advokat. bersama. 13Dalam hubungan industrial,
Profesi arbiter juga mempunyai perselisihan kepentingan dapat
kewenangan untuk mengeluarkan berhubungan dengan penyusunan
putusan arbitrase, namun arbiter bukan syarat-syarat kerja dan kondisi kerja
merupakan seorang Hakim. baru, tuntutan/usulan pekerja atau
Sebagaimana telah disebutkan, serikat pekerja mengenai jaminan kerja,
perselisihan kepentingan ialah kenaikan upah tunjangan atau
perselisihan yang timbul dalam perbaikan syarat-syarat kerja dan
hubungan kerja karena tidak adanya kondisi kerja lainnya
kesesuaian pendapat mengenai Selanjutnya yang dimaksud
pembuatan dan/atau perubahan syarat- dengan Perselisihan antar Serikat
syarat kerja yang ditetapkan dalam Pekerja dalam satu perusahaan ialah
perjanjian kerja, atau dalam peraturan perselisihan yang terjadi antara serikat
perusahaan atau dalam perjanjian kerja pekerja dengan serikat pekerja lainnya
bersama.12 Berdasarkan pengertian dalam satu perusahaan, karena tidak
tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya kesamaan pendapat mengenai
unsur-unsur pembentuk perselisihan keanggotaan, pelaksanaan hak dan
kepentingan adalah; pertama, adanya kewajiban keserikat pekerjaan.14
suatu perselisihan; kedua, dalam Berdasarkan pengertian tersebut dapat

12
Ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang- Sengketa Perburuhan.” Jurnal Legal
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Reasoning Vol. 3, No. 2, Juni 2021, h. 4
14
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang-
13
Adnan Hamid, 2021. “Arbitrase Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Sebagai Alternatif Dalam Penyelesaian Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

disimpulkan bahwa unsur-unsur umum atas dasar kehendak bebas para


pembentuk perselisihan antar serikat pihak yang berselisih dengan
pekerja adalah: Pertama, adanya menentukan sendiri secara sukarela
15
perselisihan antar serikat pekerja; tanpa adanya paksaan . Kehendak
kedua, yang terjadi dalam dalam satu bebas ini sesuai dengan asas kebebasan
perusahaan; ketiga, tidak adanya berkontrak yang dituangkan dalam
kesamaan pendapat mengenai perjanjian tertulis para pihak baik itu
keanggotaan, atau mengenai sebelum atau sesudah terjadinya
pelaksanaan hak dan kewajiban sengketa. Sedangkan Menurut Sudargo
16
keserikat pekerjaan. Dalam hubungan Gautama , arbitrase adalah cara-cara
industrial, perselisihan antar serikat penyelesaian hakim partikulir yang
pekerja/buruh dalam satu perusahaan tidak terkait dengan berbagai
misalnya berkaitan dengan jumlah formalitas, cepat dalam memberikan
keanggotaan, hak berunding dalam keputusan, karena dalam instansi
pembuatan perjanjian kerja bersama, terakhir serta mengikat, yang mudah
hak mewakili dalam kelembagaan, untuk dilaksanakan karena akan ditaati
kewajiban membela dan melindungi para pihak. Maka dapat disimpulkan
anggota dari pelanggaran hak-hak dan bahwa arbitrase adalah suatu cara
memperjuangkan kepentingannya penyelesaian sengketa berdasarkan
Pengertian arbitrase kesepakatan dari para pihak yang
berdasarkan pendapat Abdulkadir dituangkan dalam suatu perjanjian
Muhammad adalah badan peradilan tertulis melalui suatu badan atau
swasta diluar lingkungan peradilan lembaga peradilan swasta diluar
umum, yang dikenal khusus dalam Peradilan Umum.
dunia perusahaan. Arbitrase adalah
penyelesaian sengketa diluar peradilan

15
Tampubolon, WS. “Peranan Melalui Arbitrase”,Jurnal Ilmiah “Advokasi”
Seorang Arbiter Dalam Penyelesaian Sengketa Vol. 07. No. 01 Maret 2019, h. 24
16
Ibid.

147
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

Dalam menjalankan tugasnya, lembaga atau institusi dimana ia


seorang arbiter/majelis arbiter perlu terdaftar agar setiap fakta dan
menerapkan 2 (dua) prinsip dasar yaitu: keadaan yang mungkin akan
1) Dalam mekanisme penyelesaian menimbulkan keragu-raguan atas
perselisihan hubungan industrial independensi dan
melalui arbitrase, perlu didasarkan keberpihakannya.
pada penyelesaian yang cepat, 3. Dalam berkomunikasi dengan
mandiri, dan adil; para pihak, arbiter harus
2) Penyelesaian perkara diluar menghindari hal-hal yang tidak
pengadilan atas dasar perdamaian, patut.
terjaminnya kerahasiaan sengketa, 4. Para arbiter harus menyelesaikan
terhindar dari kelambatan karena dan memberi putusan dalam
prosedural dan administrasi, serta waktu sesingkat-singkatnya dan
penyelesaian menekankan konsep sesuai jangka waktu yang telah
win-win-solution pada perselisihan ditetapkan.
kepentingan, dan perselisihan antar 5. Para arbiter harus membuat
serikat pekerja/serikat buruh hanya keputusan yang adil, independen
dalam satu perusahaan. dan dengan pertimbangan yang
Arbiter harus melaksanakan matang.
kewajibannya agar dapat menjalankan 6. Para arbiter haruslah dapat
tugasnya dengan baik, kewajiban- dipercaya terhadap hal-hal yang
kewajiban tersebut ialah: bersifat rahasia. Beberapa
1. Para Arbiter harus independen, pertimbangan etis lainnya yang
menegakkan integritas dan khusus berlaku untuk para arbiter
keadilan dari proses arbitrase serta yang diangkat oleh salah satu
menunjukkan sikap tidak pihak
memihak 7. Arbiter tidak bisa dituntut karena
2. Harus menyampaikan kepada para proses arbitrase atau isi
pihak dan tentunya kepada
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

putusannya, kecuali terbukti dengan demikian putusan arbitrase


melakukan pelanggaran pidana. bersifat terakhir (final) dan mengikat
Adapun syarat-syarat untuk bagi para pihak yang membuatnya.
menjadi seorang arbiter adalah sebagai Dapat disimpulkan, bahwa tidak
17
berikut : 1) Beriman dan bertaqwa adanya upaya hukum apapun bagi para
kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) pihak yang tidak puas terhadap putusan
Cakap melakukan tindakan hukum; 3) arbitrase yang dibuat oleh arbiter.
WNI; 4) pendidikan sekurang- Dalam hal para pihak memilih
kurangnya Strata Satu (S1); 5) berumur penyelesaian perselisihan kepentingan
sekurang-kurangnya 45 tahun; 6) atau perselisihan antar serikat pekerja
berbadan sehat sesuai dengan surat dalam satu perusahaan melalui
keterangan dokter; 7) menguasai arbitrase dapat memilih arbiter yang
peraturan perundang-undangan di tepat, kompeten, jujur dan memiliki
bidang ketenagakerjaan yang integritas bukan saja pribadinya akan
dibuktikan dengan sertifikat atau bukti tetapi juga kemampuan dan
kelulusan telah mengikuti ujian keahliannya dibidang Hukum Arbitrase
arbitrase; dan memiliki pengalaman di serta dapat memahami inti sengketa
bidang hubungan industrial sekurang- yang dihadapinya, para pihak memilih
kurangnya 5 (lima) tahun. arbiter dari daftar arbiter yang telah
Penyelesaian yang dilakukan ditetapkan oleh Menteri. Jumlah arbiter
oleh profesi arbiter dalam hal yang akan dipilih tergantung dari
perselisihan hubungan industrial di keinginan pihak, dapat hanya arbiter
Indonesia, dengan adanya itikad dari tunggal atau majelis arbiter yang
para pihak untuk mengesampingkan berjumlah 3 orang (masing-masing
penyelesaian di pengadilan, serta pihak berhak memilih seorang arbiter
adanya perjanjian arbitrase, sehingga dalam waktu selambat-lambatnya tiga

17
Ketentuan Pasal 31 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

149
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

hari kerja, sedangkan arbiter ketiga pokok yang menjadi persoalan,


ditentukan oleh para arbiter yang perselisihan dan yang diserahkan
ditunjuk dalam jangka waktu paling kepada arbiter untuk diselesaikan dan
lambat tujuh hari kerja untuk diangkat diputuskan; Ketiga, Biaya arbitrase dan
menjadi Ketua Majelis Arbitrase). honorarium (imbalan) arbiter;
Apabila para pihak tidak sepakat untuk Keempat, Pernyataan para pihak yang
menunjuk arbiter baik tunggal maupun berselisih untuk tunduk dan
majelis arbiter, maka berdasarkan menjalankan keputusan arbitrase;
permohonan salah satu pihak, Ketua Kelima, Tempat, tanggal pembuatan
Pengadilan dapat mengangkat arbiter surat perjanjian, dan tandatangan para
dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh pihak yang berselisih dan arbiter;
Menteri. Keenam, Pernyataan arbiter atau para
Jika arbiter yang arbiter untuk tidak melampaui
ditunjuk/dipilih bersedia untuk kewenangannya dalam penyelesaian
memberikan putusan mengenai perkara yang ditandatanganinya; dan
perselisihan kepentingan, dan Ketujuh, Tidak mempunyai hubungan
perselisihan antar serikat keluarga sedarah atau semenda sampai
pekerja/serikat buruh dalam satu dengan derajat kedua dengan salah satu
perusahaan, maka para pihak beserta pihak yang berselisih.
arbiter yang dipilih membuat perjanjian Perjanjian penunjukan arbiter
penunjukan arbiter. Dalam perjanjian sebagaimana dipaparkan sebelumnya
penunjukan arbiter oleh para pihak dibuat dalam rangkap 3 (tiga), yang
yang berselisih dapat dimuat18: kemudian masing-masing pihak dan
Pertama, Nama lengkap dan alamat arbiter mendapatkan 1 (satu), yang
atau tempat kedudukan para pihak yang mempunyai kekuatan hukum yang
berselisih dan arbiter; Kedua, Pokok- sama. Dalam hal arbitrase dilakukan

18
Ketentuan Pasal 34 Ayat (2)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

oleh beberapa arbiter, maka surat 53 Undang-Undang Nomor 2 Tahun


perjanjian asli tersebut diberikan 2004). Proses pemeriksaan perselisihan
kepada ketua majelis arbiter. Jika hubungan industrial dilakukan secara
arbiter telah menerima penunjukan dan tertutup, namun apabila para pihak
menandatangani surat perjanjian yang berselisih menyepakati
tersebut, pihak yang berselisih tidak pemeriksaannya secara terbuka, hal itu
dapat menarik diri, kecuali atas diizinkan19. Para pihak yang berselisih
persetujuan para pihak. dapat diwakili oleh kuasanya dengan
Setelah penanda-tanganan surat melampirkan surat kuasa khusus, pada
perjanjian penunjukan arbiter, dalam saat persidangan arbitrase.20
waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari Dalam proses penyelesaian
kerja, Arbiter baik tunggal ataupun perselisihan hubungan industrial
majelis harus memulai pemeriksaan melalui arbitrase, langkah pertama
atas perselisihan kepentingan atau yang harus dilakukan oleh arbiter
perselisihan antar serikat pekerja dalam adalah mengupayakan perdamaian para
satu perusahaan. Selanjutnya, arbiter pihak yang berselisih. Bila upaya ini
tersebut wajib menyelesaikan berhasil, maka arbiter wajib membuat
perselisihan tersebut paling lama 30 akta perdamaian yang ditanda tangani
hari, dan dapat diperpanjang oleh olehnya dan juga para pihak yang
arbiter maksimal 14 hari kerja yang berselisih. Akta perdamaian yang sudah
didasarkan kesepakatan para pihak dibuat tersebut didaftarkan pada
yang berselisih. Dalam proses Pengadilan Hubungan Industrial pada
perselisihan hubungan industrial yang Pengadilan Negeri di wilayah arbiter
sedang atau telah diselesaikan melalui mengadakan perdamaian. Pendaftaran
arbitrase tidak dapat diajukan ke akta perdamaian dilakukan sebagai
pengadilan hubungan industrial (Pasal

19 20
Ketentuan Pasal 41 Undang- Ketentuan Pasal 42 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

151
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

berikut21: Pertama, Akta perdamaian negeri tempat pendaftaran akta


yang telah didaftar diberikan akta bukti perdamaian
pendaftaran karena bukti pendaftaran Jika upaya perdamaian yang
tersebut merupakan satu kesatuan yang telah dilakukan mengalami kegagalan,
tidak terpisahkan dari akta perdamaian; maka sidang arbitrase dilanjutkan oleh
Kedua, Apabila akta perdamaian tidak arbiter atau majelis arbiter. Dalam
dilaksanakan oleh salah satu pihak, persidangan arbitrase, para pihak diberi
pihak yang dirugikan dapat kesempatan untuk menjelaskan secara
mengajukan permohonan eksekusi agar lisan maupun tertulis pendirian masing-
mendapatkan penetapan eksekusi masing dan para pihak yang berselisih
kepada pengadilan hubungan industrial dapat menyertakan bukti untuk
pada pengadilan negeri di wilayah akta menguatkan pendiriannya dalam
perdamaian didaftar; Ketiga, Pihak jangka waktu yang ditetapkan oleh
yang dirugikan dapat mengajukan arbiter atau majelis arbiter22. Atas
permohonan eksekusi kepada permintaan arbiter atau majelis arbiter,
pengadilan hubungan industrial di para pihak dapat mengajukan
wilayah domisilinya untuk diteruskan penjelasan tambahan secara tertulis,
ke pengadilan hubungan industrial pada dokumen atau bukti lainnya yang
pengadilan negeri yang berkompeten dianggap perlu dalam jangka waktu
melaksanakan eksekusi, jika pihak yang ditentukan oleh arbiter atau
yang dirugikan tersebut berdomisili di majelis arbiter.23
luar wilayah hukum pengadilan Dalam persidangan, saksi-saksi
hubungan industrial pada pengadilan dapat dihadirkan untuk didengar
keterangannya atas perintah arbiter atau

21 23
Ketentuan Pasal 44 ayat (4) Ketentuan Pasal 45 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
22
Ketentuan Pasal 45 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

majelis arbiter dan saksi-saksi tersebut b. Mencantumkan nama lengkap dan


wajib mengucapkan sumpah atau janji alamat arbiter atau majelis arbiter
sesuai dengan agama dan kepercayaan beserta para pihak yang berselisih;
24
masing-masing . Sebagaimana Pasal c. Memuat hal-hal dalam surat
47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 perjanjian yang diajukan oleh para
Tahun 2004, menegaskan bahwa saksi pihak yang berselisih;
yang dimintai keterangan oleh arbiter d. ikhtisar dari tuntutan, jawaban,
atau majelis arbiter wajib memberikan dan penjelasan lebih lanjut para
keterangan tersebut, termasuk pihak yang berselisih;
membukakan buku dan e. pertimbangan yang menjadi dasar
memperlihatkan surat-surat yang putusan;
diperlukan. Dalam hal ini, arbiter wajib f. pokok putusan;
merahasiakan semua keterangan yang g. tempat dan tanggal putusan;
diminta. h. mulai berlakunya putusan; dan
Putusan arbitrase yang telah i. tanda tangan arbiter atau majelis
ditetapkan mengacu kepada peraturan arbiter.
perundang-undangan yang berlaku, Dalam putusan, ditetapkan
perjanjian, kebiasaan, keadilan dan selambat lambatnya 14 (empat belas)
kepentingan umum. Dalam putusan hari harus sudah dilaksanakan.
arbitrase haruslah memuat, antara lain : Selanjutnya putusan arbiter didaftarkan
a. Dalam bagian awal putusan pada Pengadilan Hubungan Industrial
arbitrase harus dimuat irah-irah pada Pengadilan Negeri di wilayah
putusan yang berbunyi "DEMI arbiter menetapkan putusan. Jika
KEADILAN BERDASARKAN terdapat pihak yang tidak bersedia
KETUHANAN YANG MAHA melaksanakan isi putusan arbitrase,
ESA"; maka pihak yang dirugikan dapat

24
Ketentuan Pasal 46 ayat (1) dan ayat tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
(2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Industrial

153
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

mengajukan permohonan fiat eksekusi arbitrase bertentangan dengan


agar perintah putusan arbitrase peraturan perundang-undangan. Jika
dijalankan di pengadilan hubungan putusan arbitrase mengandung unsur-
industrial pada Pengadilan Negeri yang unsur sebagaimana disebutkan diatas,
daerah hukumnya meliputi tempat maka salah satu pihak atau para pihak
kedudukan para pihak. Pengadilan dapat mengajukan permohonan
Negeri harus sudah mengeluarkan pembatalan kepada Mahkamah Agung
perintah pelaksanaan eksekusi dengan dengan jangka waktu 30 hari sejak
jangka waktu maksimal 30 hari setelah ditetapkannya putusan arbiter tersebut.
permohonan fiat eksekusi didaftarkan Lebih lanjut, Mahkamah Agung
di pengadilan negeri setempat. memutuskan permohonan pembatalan
Kemudian, dalam hal putusan putusan arbitrase dalam jangka waktu
arbiter mengandung unsur-unsur25: maksimal 30 (tiga puluh) hari kerja
Pertama, dokumen atau surat yang terhitung sejak menerima permohonan
dinyatakan atau diakui palsu setelah pembatalan. Apabila permohonan
putusan sudah dijatuhkan; Kedua, pembatalan putusan arbitrase
Setelah arbiter mengambil putusan, dikabulkan oleh Mahkamah Agung,
ditemukan dokumen yang sifatnya maka putusan arbitrase sebelumnya
menentukan yang disembunyikan oleh akan dibatalkan dengan menyebut
pihak lawan; Ketiga, Keputusan akibat hukum dari pembatalan.
diambil dari tipu muslihat yang Putusan arbitrase tidak dapat
dilakukan oleh salah satu pihak dalam diajukan gugatan ke pengadilan, karena
pemeriksaan perselisihan; Keempat, putusan tersebut telah mempunyai
Putusan yang dikeluarkan telah kekuatan hukum yang mengikat para
melewati batas kekuasaan arbiter pihak, dan merupakan putusan akhir
hubungan industrial; Kelima, Putusan yang berkekuatan tetap. Dalam hal ini,

25
Ketentuan Pasal 52 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

arbiter atau majelis arbiter tidak dapat Perselisihan pendapat, paham, dan
dikenakan tanggung jawab hukum kepentingan antara para pihak tersebut
apapun atas segala tindakan yang tidak dapat dibiarkan berlarut-larut dan
diambil selama proses persidangan harus segera diselesaikan, dimana
berlangsung, kecuali dapat dibuktikan penyelesaian itu dapat memuaskan
adanya itikad tidak baik dari tindakan semua pihak. Dengan adanya peraturan
tersebut.26 perundang-undangan yang dibuat
b. Faktor Penyebab berdasarkan perkembangan dunia
Penyelesaian Perselisihan usaha secara universal dan global
Hubungan Industrial Melalui
Arbitrase Kurang Diminati melahirkan bentuk-bentuk
Oleh Para Pihak penyelesaian sengketa yang dapat
Sengketa perselisihan memberikan keadilan, rasa aman dan
hubungan industrial umumnya tidak menguntungkan bagi para pihak yang
diharapkan terjadi oleh kaum buruh, berselisih.
karena akan merugikan mereka sebagai Perselisihan hubungan
pihak yang bersengketa. Kemungkinan industrial ialah perbedaan pendapat
terjadinya sengketa hubungan karena adanya perselisihan mengenai
industrial perlu diminimalisasi atau hak, perselisihan kepentingan,
dihindari,27 meskipun demikian perselisihan pemutusan hubungan kerja
terkadang sengketa tidak dapat dan perselisihan antar serikat
dihindari karena adanya pekerja/buruh dalam satu perusahaan,
kesalahpahaman, dan pelanggaran oleh yang menimbulkan pertentangan antara
salah satu pihak, atau timbul pengusaha atau gabungan pengusaha
kepentingan yang berlawanan. (perusahaan) dengan tenaga

26 27
Roziana, Erinda & Heri Hartanto. Nursanti Y. Putri, Rahayu Subekti.
"Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap 2021. “Peranan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Kedudukan Badan Arbitrase Nasional Blitar Dalam Menangani Masalah Phk Melalui
Indonesia (Bani) Sebagai Termohon Dalam Pelaksanaan Pembinaan Hubungan Industrial
Putusan Pembatalan Putusan Dan Mediasi”. Jurnal Komunitas
Arbitrase." JURNAL VERSTEK VOL. 8 NO. Yustisia, 4(2), h. 3.
3 (2020).

155
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

kerja/buruh atau serikat pekerja/buruh. kurang diminati oleh para pihak,


Berdasarkan Undang-Undang No. 2 sebagai berikut:
Tahun 2004 tentang Penyelesaian 1) Arbitrase Hubungan Industrial
Perselisihan Hubungan Industrial (UU tidak memiliki kewenangan untuk
PPHI), dalam menyelesaikan menyelesaikan perselisihan hak
perselisihan hubungan industrial antara Mekanisme penyelesaian
tenaga kerja/buruh dengan pemberi hubungan industrial melalui arbitrase,
kerja/perusahaan atau antar serikat hanya memiliki kewenangan untuk
buruh dalam satu perusahaan, dapat menyelesaikan perselisihan
ditempuh melalui perundingan bipartit, kepentingan dan perselisihan antara
tripartit, arbitrase dan Pengadilan serikat pekerja/buruh dalam satu
Hubungan Industrial.28 Upaya perusahaan. Pada Undang-Undang No.
penyelesaian perselisihan hubungan 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
industrial melalui arbitrase seharusnya Perselisihan Hubungan Industrial, tidak
dapat menjadi solusi alternatif bagi diatur secara rinci dan tidak terdapat
tenaga kerja dan perusahaan dalam penjelasan mengapa arbitrase dibatasi
menyelesaikan sengketa. Namun kewenangannya. Prosedur
demikian, arbitrase hubungan industrial penyelesaian melalui arbitrase
kurang diminati untuk digunakan diserahkan sepenuhnya kepada
dalam menyelesaikan perselisihan kesepakatan para pihak yang berselisih,
hubungan industrial.29 dimana hal tersebut dapat
Maka, terdapat beberapa menimbulkan berbagai prosedur yang
penyebab penyelesaian perselisihan didasarkan pada beberapa hal, yaitu
hubungan industrial melalui arbitrase keadilan, perjanjian, peraturan

28
Gindo L. Tobing, “Pemberdayaan 29
Latip, A., & Ainiyah (2018).
Arbitrase Sebagai Lembaga Penyelesaian “Mediasi sebagai Penyelesaian Permasalahan
Perselisihan Hubungan Industrial Di Luar Tenaga Kerja di Kabupaten
Pengadilan Dalam Perspektif Politik Hukum”, Bangkalan”. Competence: Journal of
Jurnal Hukum tô-râ, Vol. 1 No. 3, Desember Management Studies, 12(2), h. 81
2015, h. 3
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

perundang-undangan, kebiasaan, dan datanganan surat perjanjian penunjukan


kepentingan umum. arbiter, hal ini sebagaimana dijelaskan
Perselisihan hak tidak dapat dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-
diselesaikan melalui mekanisme Undang Nomor 2 Tahun 2004. Lain
arbitrase, padahal perselisihan hak halnya, jika para pihak menyelesaikan
merupakan perselisihan yang sering perselisihannya melalui putusan
terjadi dalam hubungan kerja antara pengadilan hubungan industrial yang
tenaga kerja dengan perusahaan. terbuka bagi peninjauan sehingga
Perselisihan hak ini bisa terjadi saat memakan waktu yang lebih lama.
pekerja menolak gaji yang diberikan Kemudian, apabila arbitrase hubungan
oleh perusahaan karena gaji tersebut industrial dapat berwenang untuk
tidak sesuai dengan peraturan menyelesaikan perselisihan hak, maka
perundang-undangan, dan perjanjian biaya dan waktu yang dikeluarkan oleh
kerja. Untuk menyelesaikan para pihak dapat lebih hemat dibanding
perselisihan ini pihak pekerja dapat melalui proses Pengadilan Hubungan
menempuh upaya bipartit, tripartit, atau Industrial, terlebih jika yang
pengadilan hubungan industrial. mewakilkan pihak yang berselisih
Apabila pihak pekerja menempuh adalah pengacara yang kurang
melalui jalur pengadilan, akan bertanggung jawab yang dengan itikad
memakan waktu yang lama dan buruk diperpanjang selama mungkin.
membutuhkan biaya yang mahal, 2) Penyelesaian melalui arbitrase
sehingga memberatkan pihak pekerja. belum cukup familiar
Jika UU PHI mengatur Mayoritas tenaga kerja/buruh
penyelesaian perselisihan hak dapat belum begitu mengenal atau
ditempuh melalui arbitrase hubungan memahami mekanisme penyelesaian
industrial, akan memberikan melalui arbitrase dan belum percaya
kemudahan bagi pihak tenaga kerja, dengan kehadiran arbitrase hubungan
karena arbitrase harus selesai dalam industrial. Dengan minimnya
waktu 30 hari kerja, sejak penan- pengetahuan terkait dengan arbitrase

157
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

hubungan industrial yang dimiliki oleh putusan) dengan membawa perkaranya


pihak tenaga kerja/buruh atau ke pengadilan, sehingga hal ini dapat
kurangnya kepercayaan untuk merugikan pihak tenaga kerja.30
menyelesaikan perselisihan melalui 4) Ketergantungan mutlak pada
arbitrase menyebabkan tidak Arbiter Hubungan Industrial.
diminatinya dan sepinya proses Putusan arbitrase selalu
penyelesaian melalui arbitrase. bergantung kepada kemampuan teknis
3) Hanya untuk para pihak Bonafide. arbiter, baik arbiter tunggal maupun
Pihak bonafide merupakan majelis arbiter dalam memberikan
pihak-pihak yang patuh terhadap putusan yang paling tepat dan sesuai
31
kesepakatan karena memiliki dengan rasa keadilan para pihak .
kredibilitas dan integritas. Upaya Meskipun arbiter memiliki kemampuan
penyelesaian melalui arbitrase dan keahliannya dibidang Hukum
hubungan industrial terkesan hanya Arbitrase serta dapat memahami inti
dapat bermanfaat bagi para pihak yang sengketa yang dihadapinya, namun
jujur dan dapat dipercaya (bonafide). tidaklah mudah bagi arbiter atau
Sehingga apabila salah satu pihak majelis arbitrase untuk memenuhi
dengan itikad tidak baik, maka hal itu kehendak para pihak yang berselisih.
akan merugikan pihak lainnya dalam Pihak yang merasa tidak puas akan
menjalankan putusan arbitrase. putusan arbitrase akan mengatakan
Misalnya, pengusaha/perusahaan yang bahwa putusan arbitrase tidak adil.
tidak setuju dengan suatu putusan Ketergantungan secara mutlak terhadap
arbitrase, maka ia dapat melakukan arbiter tunggal maupun majelis arbiter
berbagai cara untuk mendapatkan stay dapat menjadi suatu kelemahan
of execution (penundaan pelaksanaan penyelesaian melalui arbitrase

30 31
R.M. Gatot P. Soemartono, Suyud Ariprabowo T, R. Nazriyah.2017,
Margono, 2017. “Arbitrase, Mediasi, dan Pembatalan Putusan Arbitrase oleh Pengadilan
Negosiasi”, (Tangerang Selatan: Universitas dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
Terbuka), h. 22. 15/PUU-XII/2014, Jurnal Konstitusi, Vol 14,
No 4 (2017), h. 9
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

hubungan industrial, karena substansi yang berbobot dari para arbiter terkenal
perkara dalam arbitrase tidak dapat di bidangnya.
diuji kembali melalui proses banding Hilangnya legal precedence
atau kasasi, namun merupakan putusan terhadap putusan-putusan arbitrase
yang bersifat final dan mengikat. sebelumnya juga dapat menimbulkan
5) Tidak terdapat preseden putusan putusan yang dikeluarkan saling
arbitrase terdahulu bertentangan/berlawanan terhadap
Putusan arbitrase dan seluruh penyelesaian sengketa serupa di masa
pertimbangan arbiter dalam yang akan datang. Dengan demikian,
menjatuhkan putusan bersifat rahasia dapat mengurangi kepastian hukum dan
dan tidak dipublikasikan. Hal itu bertentangan dengan asas similia
mengakibatkan putusan tersebut similibus, yaitu asas yang
bersifat mandiri dan terpisah dengan mengharuskan untuk memutuskan hal
putusan arbitrase yang lainnya, yang sama, sesuai dengan putusan
sehingga tidak ada keterikatan (legal sebelumnya dalam perkara yang sejenis
precedence) terhadap putusan-putusan atau dalam kasus yang sama.32
arbitrase sebelumnya. Dapat 6) Tidak memungkinkan untuk
disimpulkan bahwa putusan-putusan mengajukan keberatan.
arbitrase hubungan industrial atas suatu Dalam penyelesaian
perselisihan/perkara menjadi tidak perselisihan melalui arbitrase tidak
terpakai, dengan kata lain menjadi dapat mengajukan keberatan-keberatan
terbuang tanpa memiliki manfaat, terhadap fakta-fakta hukum yang
padahal di dalam suatu putusan- sebenarnya terjadi yang dapat
putusan arbitrase sebelumnya dinyatakan konkritnya melalui proses
33
terkandung pendapat atau argumentasi banding atau adanya tingkatan

32
R.M. Gatot P. Soemartono, Suyud 33
Mustakim, M. (2022). “Kajian
Margono, 2017. “Arbitrase, Mediasi, dan Hukum Peniadaan Peninjauan Kembali Dalam
Negosiasi”, (Tangerang Selatan: Universitas Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Terbuka), h. 24 Industrial”. ADHAPER: Jurnal Hukum Acara
Perdata, 8(1), h. 136.

159
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

penyelesaian untuk mengajukan penanda-tanganan surat perjanjian


keberatan lainnya. Penyelesaian penunjukan arbiter, dalam waktu 3
melalui arbitrase ini dianggap dapat (tiga) hari kerja, Arbiter harus sudah
menyulitkan pihak-pihak yang tidak memulai pemeriksaan atas perselisihan
puas atau keberatan terhadap isi para pihak. Perselisihan tersebut wajib
putusan arbiter atau majelis arbiter. terselesaikan paling lama 30 hari, dan
PENUTUP dapat diperpanjang 14 hari kerja oleh
Kesimpulan arbiter atas dasar kesepakatan para
Upaya arbitrase dapat dilakukan oleh pihak yang berselisih. Upaya
arbiter atas dasar kesepakatan para perdamaian wajib dilakukan oleh
pihak dalam menyelesaikan arbiter dalam proses penyelesaian
perselisihan kepentingan atau perselisihan hubungan industrial. Jika
perselisihan antar serikat pekerja/buruh upaya perdamaian berhasil, arbiter
dalam satu perusahaan. Para pihak yang membuat akta perdamaian yang ditanda
berselisih dapat memilih arbiter dari tangani olehnya dan juga para pihak
daftar arbiter yang telah ditetapkan oleh yang kemudian didaftarkan pada
Menteri, baik arbiter tunggal atau Pengadilan Hubungan Industrial pada
majelis arbiter yang berjumlah 3 orang. Pengadilan Negeri di wilayah arbiter
Apabila para pihak tidak sepakat untuk mengadakan perdamaian, namun jika
menunjuk arbiter, Ketua Pengadilan upaya perdamaian gagal, maka sidang
dapat mengangkat arbiter dari daftar arbitrase dilanjutkan oleh arbiter atau
arbiter yang ditetapkan oleh Menteri majelis arbiter. Kemudian, dalam
atas permohonan salah satu pihak. persidangan arbitrase para pihak dapat
Kemudian para pihak beserta arbiter menjelaskan secara lisan maupun
yang telah ditunjuk wajib membuat tertulis pendirian masing-masing serta
perjanjian penunjukan arbiter dalam para pihak dapat menyertakan bukti-
rangkap 3 (tiga), yang kemudian bukti (secara tertulis, dokumen atau
masing-masing pihak dan arbiter bukti lainnya). Setelah putusan
mendapatkan 1 (satu). Setelah arbitrase ditetapkan, selambat
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

lambatnya 14 (empat belas) hari, isi hubungan kerja antara tenaga kerja
putusan harus sudah dilaksanakan. dengan perusahaan; 2) penyelesaian
Putusan tersebut didaftarkan pada melalui arbitrase belum cukup familiar,
Pengadilan Hubungan Industrial pada karena banyak kalangan buruh yang
Pengadilan Negeri di wilayah arbiter belum mengenal, memahami
menetapkan putusan. Jika satu pihak mekanisme arbitrase hubungan
tidak melaksanakan isi putusan, maka industrial; 3) Upaya penyelesaian
pihak yang dirugikan dapat melalui arbitrase hubungan industrial
mengajukan permohonan fiat eksekusi terkesan hanya dapat bermanfaat bagi
pada pengadilan negeri. para pihak yang jujur dan dapat
Arbitrase hubungan industrial dipercaya (bonafide). Sehingga apabila
seharusnya dapat menjadi solusi salah satu pihak tidak beritikad baik,
alternatif penyelesaian perselisihan maka hal itu akan merugikan pihak
antara pihak perusahaan dengan tenaga lainnya (khususnya kaum tenaga kerja)
kerja. Namun justru, upaya arbitrase dalam menjalankan putusan arbitrase:
hubungan industrial kurang diminati. 4) Ketergantungan secara mutlak
Terdapat beberapa faktor penyebab terhadap arbiter tunggal maupun
penyelesaian perselisihan hubungan majelis arbiter dalam memberikan
industrial melalui arbitrase kurang putusan yang paling tepat dan sesuai
diminati oleh para pihak: 1) Arbitrase dengan rasa keadilan para pihak,
Hubungan Industrial tidak memiliki dimana tidak mudah bagi arbiter untuk
kewenangan untuk menyelesaikan memenuhi kehendak para pihak yang
perselisihan hak antara tenaga kerja berselisih; 5) Tidak terdapat preseden
dengan pihak perusahaan. UU PHI putusan arbitrase terdahulu dan seluruh
tidak memberikan kewenangan kepada pertimbangan arbiter dalam
lembaga arbitrase hubungan industrial menjatuhkan putusan bersifat rahasia
untuk menyelesaikan perselisihan hak, dan tidak dipublikasikan 6) Tidak
padahal perselisihan hak merupakan memungkinkan untuk mengajukan
perselisihan yang sering terjadi dalam

161
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

keberatan, karena putusan arbitrase mengikat tersebut tidak merugikan


bersifat final dan mengikat para pihak. salah satu pihak.
Saran Diharapkan pemerintah, khususnya
Arbitrase hubungan industrial Kementerian Ketenagakerjaan
merupakan penyelesaian Perselisihan melakukan sejumlah kegiatan berupa
kepentingan dan perselisihan antar sosialisasi, pemberitahuan, serta
Serikat Pekerja dalam satu perusahaan rekayasa sosial untuk lebih
yang timbul antara para pihak atas meningkatkan penggunaan arbitrase
dasar kesepakatan mereka untuk dalam penyelesaian perselisihan
memilih upaya penyelesaian melalui kepentingan atau perselisihan antar
arbitrase. Putusan arbitrase mempunyai serikat pekerja dalam satu perusahaan.
kekuatan hukum yang mengikat para Tindakan-tindakan tersebut berfungsi
pihak, dan merupakan putusan akhir untuk mengenalkan kelebihan dan sisi
yang berkekuatan tetap. Atas dasar hal positif arbitrase agar dapat dikenal oleh
tersebut, para pihak baik pihak pekerja kalangan buruh secara luas, dan
ataupun pihak perusahaan harus mengkampanyekan sisi positif dari
mampu memilih arbiter yang arbitrase.
berkompeten, adil, jujur serta DAFTAR BACAAN
menekankan konsep win-win-solution Undang-Undang Nomor 22 Tahun
dalam menyelesaikan perselisihan 1957 tentang Penyelesaian
kepentingan atau perselisihan antar Perselisihan Perburuhan
serikat pekerja dalam satu perusahaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
agar keputusan yang diberikan oleh tentang Penyelesaian
arbiter atau majelis dapat sesuai dengan Perselisihan Hubungan
harapan atau tuntutan para pihak. Industrial
Seorang arbiter juga diharapkan dapat Adnan Hamid, 2021. “Arbitrase
memberikan putusan seadil-adilnya Sebagai Alternatif Dalam
kepada para pihak yang berselisih, agar Penyelesaian Sengketa
putusan yang bersifat final dan Perburuhan.” Jurnal Legal
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

Reasoning Vol. 3, No. 2, Juni “Perwujudan Penyelesaian


2021. Perselisihan Hubungan
Ariprabowo T, R. Nazriyah. 2017, Industrial Sebagai Cerminan
Pembatalan Putusan Arbitrase Asas Keseimbangan”. Jurnal
oleh Pengadilan dalam Putusan NOTARIUS, Volume 14 Nomor
Mahkamah Konstitusi Nomor 1 (2021)
15/PUU-XII/2014, JURNAL Johnny Ibrahim, 2006, Teori dan
KONSTITUSI, Vol 14, No 4 Metodologi Penelitian Hukum
(2017). Normatif, Malang: Bayumedia
Bambang Yunarko, 2011. Publishing.
“Penyelesaian Perselisihan Latip, A., & Ainiyah (2018). “Mediasi
Hubungan Industrial melalui sebagai Penyelesaian
Lembaga Arbitrase Hubungan Permasalahan Tenaga Kerja di
Industrial” PERSPEKTIF KabupatenBangkalan”. Compet
Volume XVI No. 1 Tahun 2011 ence: Journal of Management
Edisi Januari. Studies, 12(2).
Gindo L. Tobing, (2015) Moch. Salam, Faisal, 2009,
PEMBERDAYAAN Penyelesaian Perselisihan
ARBITRASE SEBAGAI Hubungan Industrial di
LEMBAGA PENYELESAIAN Indonesia, Bandung: Mandar
PERSELISIHAN Maju.
HUBUNGAN INDUSTRIAL Mustakim, M. (2022). “Kajian Hukum
DI LUAR PENGADILAN Peniadaan Peninjauan Kembali
DALAM PERSPEKTIF Dalam Penyelesaian
POLITIK HUKUM, Jurnal Perselisihan Hubungan
Hukum tô-râ, Vol. 1 No. 3, Industrial”. ADHAPER: Jurnal
Desember 2015. Hukum Acara Perdata, 8(1).
Herawati N, Ro'fah Setiawati, Irma Niagara G. Serena, Candra Nur
Cahyaningtyas, 2021. Hidayat, (2020). “Penyelesaian

163
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165

Sengketa Non-Litigasi Ditinjau R.M. Gatot P. Soemartono, Suyud


Dari Undang Undang Nomor 10 Margono, 2017. “Arbitrase,
Tahun 1998 Tentang Perbankan Mediasi, dan Negosiasi”,
Dan Undang Undang Nomor 30 (Tangerang Selatan:
Tahun 1999 Tentang Arbitrase Universitas Terbuka).
Dan Alternatif Penyelesaian Safrudin C Sarif, Joi Rikardo Siahaan
Sengketa”, Jurnal Surya Gita Yulianti, Alif Duwi
Kencana Dua: Dinamika Hanavi, Fitri Rezeki, (2021).
Masalah Hukum dan Keadilan “Analisis Produktivitas Sumber
Vol. 7 Nomor 1 Juli 2020. Daya Manusia Dalam
Nursanti Y. Putri, Rahayu Subekti. Hubungan Industrial Pancasila
2021. “Peranan Dinas Tenaga di Indonesia” Prosiding EMAS:
Kerja Kabupaten Blitar Dalam Ekonomi Manajemen Akuntansi
Menangani Masalah Phk Kewirausahaan Vol.1 No.1 -
Melalui Pelaksanaan Juni 2021.
Pembinaan Hubungan Sutedi, Adrian. Hukum Perburuhan.
Industrial Dan Mediasi”. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Jurnal Komunitas Tampubolon, W S “Peranan Seorang
Yustisia, 4(2). Arbiter Dalam Penyelesaian
Roziana, Erinda, and Heri Hartanto. Sengketa Melalui Arbitrase”,
"Analisis Pertimbangan Hakim Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol.
Terhadap Kedudukan Badan 07. No. 01 Maret 2019.
Arbitrase Nasional Indonesia Tunggal, Setia Hadi. Memahami
(Bani) Sebagai Termohon Hukum Ketenagakerjaan
Dalam Putusan Pembatalan Indonesia. Jakarta: Harvaindo,
Putusan Arbitrase." JURNAL 2013
VERSTEK VOL. 8 NO. Uwiyono dkk, Asas Asas Hukum
3 (2020). Perburuhan, Jakarta: Penerbit
Raja Grafindo 2009
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak

Umam, Khotibul, 2010, Penyelesaian


Sengketa di Luar Pengadilan.
Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

165

Anda mungkin juga menyukai