Abstrak
Salah satu upaya penyelesaian diluar pengadilan ialah arbitrase dengan menekankan
prinsip win-win solution. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui prosedur
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui arbitrase, dan untuk mengetahui
faktor penyebab arbitrase kurang diminati. Tipe penelitian yang digunakan adalah
penelitian yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Hasil penelitian
menunjukkan Arbiter wajib menyelesaikan perselisihan hubungan industrial paling
lama 30 hari, dapat diperpanjang maksimal 14 hari kerja atas kesepakatan para pihak.
Terlebih dahulu diupayakan perdamaian, jika gagal maka sidang arbitrase dilanjutkan.
Salah satu atau para pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan putusan
arbitrase kepada Mahkamah Agung dengan jangka waktu 30 hari sejak ditetapkannya
putusan arbiter. Faktor penyebab arbitrase kurang diminati, yakni Arbitrase Hubungan
Industrial tidak memiliki kewenangan untuk menyelesaikan perselisihan hak,
penyelesaian melalui arbitrase belum cukup familiar, arbitrase hanya dapat bermanfaat
bagi para pihak yang jujur dan dapat dipercaya, ketergantungan mutlak pada arbiter,
tidak terdapat preseden putusan arbitrase terdahulu, tidak memungkinkan untuk
mengajukan keberatan.
Abstract
One of the efforts to settle out of court is arbitration by emphasizing the principle of a
win-win solution. The purpose of this paper is to find out the procedure for resolving
industrial relations disputes through arbitration, and to find out the factors that cause
arbitration to be less attractive. The type of research used is normative juridical
research with a statutory approach. The results of the study indicate that the Arbitrator
is obliged to settle industrial relations disputes within a maximum of 30 days, which
can be extended to a maximum of 14 working days upon the agreement of the parties.
Prior to that, peace is sought, if that fails, the arbitration trial will continue. One or
the parties may apply for the cancellation of the arbitration award to the Supreme
Court within a period of 30 days from the stipulation of the arbitrator's decision.
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
PENDAHULUAN
Dengan berlakunya Undang- Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Daerah (P4D). Jika putusan dari P4D
Penyelesaian Perselisihan Hubungan dirasakan kurang adil, maka para pihak
Industrial yang menggambarkan proses dapat mengajukan “banding” kepada
penyelesaian perselisihan hubungan Panitia Penyelesaian Perselisihan
industri dapat ditempuh melalui (2) dua Perburuhan tingkat Pusat (P4P).
jalur, yaitu: Pertama, Jalur Peradilan Putusan P4P bersifat mengikat, jika
(litigasi): Penyelesaian perselisihan Menteri tenaga kerja tidak
melalui jalur peradilan hubungan membatalkan putusan atau menunda
industrial, yang pada prosesnya pelaksanaan putusan itu. Penundaan
berjalan di tingkat pertama dan tingkat dan pembatalan putusan P4P dapat
kasasi. Adanya perubahan yang secara dilakukan oleh Menteri Tenaga Kerja
konkrit yakni mengganti sistem untuk memelihara ketertiban umum
peradilan semu yang tercantum dalam serta melindungi kepentingan negara1.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun Dapat dilihat, bahwa prosedur dalam
1957 tentang Penyelesaian Perselisihan penyelesaian atas perselisihan
Perburuhan yang semula perselisihan hubungan industrial yang terjadi,
perburuhan ditangani Panitia melalui prosedur yang sangat panjang
akan tetapi tidak ada jaminan kepastian
1
Sutedi, Adrian, 2009, Hukum
Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika. Hlm 104
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak
2
Niagara G. Serena, Candra Nur Lembaga Arbitrase Hubungan Industrial”
Hidayat, Penyelesaian Sengketa Non-Litigasi PERSPEKTIF Volume XVI No. 1 Tahun 2011
Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 10 Edisi Januari
4
Tahun 1998 Tentang Perbankan Dan Undang Safrudin C Sarif, Joi Rikardo
Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Siahaan Gita Yulianti, Alif Duwi Hanavi, Fitri
Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Rezeki, “Analisis Produktivitas Sumber Daya
Sengketa”, Jurnal Surya Kencana Dua: Manusia Dalam Hubungan Industrial Pancasila
Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Vol. 7 di Indonesia” Prosiding EMAS: Ekonomi
Nomor 1 Juli 2020, h. 80. Manajemen Akuntansi Kewirausahaan Vol.1
3
Bambang Yunarko, “Penyelesaian No.1 -Juni 2021, h. 163
Perselisihan Hubungan Industrial melalui
141
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
5 6
Ibid. Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak
7 9
Ketentuan Pasal 4 ayat (3) Undang- Ketentuan Pasal 32 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
8
Ketentuan Pasal 1 angka 15 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
143
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
10
Johnny Ibrahim, 2006, Teori dan
Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
Malang: Bayumedia Publishing, hlm. 295.
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak
11
Herawati N, Ro'fah Setiawati, Irma Cerminan Asas Keseimbangan”. Jurnal
Cahyaningtyas, “Perwujudan Penyelesaian NOTARIUS, Volume 14 Nomor 1 (2021)
Perselisihan Hubungan Industrial Sebagai
145
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
12
Ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang- Sengketa Perburuhan.” Jurnal Legal
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Reasoning Vol. 3, No. 2, Juni 2021, h. 4
14
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang-
13
Adnan Hamid, 2021. “Arbitrase Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Sebagai Alternatif Dalam Penyelesaian Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak
15
Tampubolon, WS. “Peranan Melalui Arbitrase”,Jurnal Ilmiah “Advokasi”
Seorang Arbiter Dalam Penyelesaian Sengketa Vol. 07. No. 01 Maret 2019, h. 24
16
Ibid.
147
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
17
Ketentuan Pasal 31 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
149
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
18
Ketentuan Pasal 34 Ayat (2)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak
19 20
Ketentuan Pasal 41 Undang- Ketentuan Pasal 42 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
151
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
21 23
Ketentuan Pasal 44 ayat (4) Ketentuan Pasal 45 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
22
Ketentuan Pasal 45 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak
24
Ketentuan Pasal 46 ayat (1) dan ayat tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
(2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Industrial
153
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
25
Ketentuan Pasal 52 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak
arbiter atau majelis arbiter tidak dapat Perselisihan pendapat, paham, dan
dikenakan tanggung jawab hukum kepentingan antara para pihak tersebut
apapun atas segala tindakan yang tidak dapat dibiarkan berlarut-larut dan
diambil selama proses persidangan harus segera diselesaikan, dimana
berlangsung, kecuali dapat dibuktikan penyelesaian itu dapat memuaskan
adanya itikad tidak baik dari tindakan semua pihak. Dengan adanya peraturan
tersebut.26 perundang-undangan yang dibuat
b. Faktor Penyebab berdasarkan perkembangan dunia
Penyelesaian Perselisihan usaha secara universal dan global
Hubungan Industrial Melalui
Arbitrase Kurang Diminati melahirkan bentuk-bentuk
Oleh Para Pihak penyelesaian sengketa yang dapat
Sengketa perselisihan memberikan keadilan, rasa aman dan
hubungan industrial umumnya tidak menguntungkan bagi para pihak yang
diharapkan terjadi oleh kaum buruh, berselisih.
karena akan merugikan mereka sebagai Perselisihan hubungan
pihak yang bersengketa. Kemungkinan industrial ialah perbedaan pendapat
terjadinya sengketa hubungan karena adanya perselisihan mengenai
industrial perlu diminimalisasi atau hak, perselisihan kepentingan,
dihindari,27 meskipun demikian perselisihan pemutusan hubungan kerja
terkadang sengketa tidak dapat dan perselisihan antar serikat
dihindari karena adanya pekerja/buruh dalam satu perusahaan,
kesalahpahaman, dan pelanggaran oleh yang menimbulkan pertentangan antara
salah satu pihak, atau timbul pengusaha atau gabungan pengusaha
kepentingan yang berlawanan. (perusahaan) dengan tenaga
26 27
Roziana, Erinda & Heri Hartanto. Nursanti Y. Putri, Rahayu Subekti.
"Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap 2021. “Peranan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Kedudukan Badan Arbitrase Nasional Blitar Dalam Menangani Masalah Phk Melalui
Indonesia (Bani) Sebagai Termohon Dalam Pelaksanaan Pembinaan Hubungan Industrial
Putusan Pembatalan Putusan Dan Mediasi”. Jurnal Komunitas
Arbitrase." JURNAL VERSTEK VOL. 8 NO. Yustisia, 4(2), h. 3.
3 (2020).
155
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
28
Gindo L. Tobing, “Pemberdayaan 29
Latip, A., & Ainiyah (2018).
Arbitrase Sebagai Lembaga Penyelesaian “Mediasi sebagai Penyelesaian Permasalahan
Perselisihan Hubungan Industrial Di Luar Tenaga Kerja di Kabupaten
Pengadilan Dalam Perspektif Politik Hukum”, Bangkalan”. Competence: Journal of
Jurnal Hukum tô-râ, Vol. 1 No. 3, Desember Management Studies, 12(2), h. 81
2015, h. 3
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak
157
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
30 31
R.M. Gatot P. Soemartono, Suyud Ariprabowo T, R. Nazriyah.2017,
Margono, 2017. “Arbitrase, Mediasi, dan Pembatalan Putusan Arbitrase oleh Pengadilan
Negosiasi”, (Tangerang Selatan: Universitas dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
Terbuka), h. 22. 15/PUU-XII/2014, Jurnal Konstitusi, Vol 14,
No 4 (2017), h. 9
Andika Dwi Yuliardi dan Imam Budi Santoso, Upaya Arbitrase Dalam
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Didasarkan Adanya
Kesepakatan Para Pihak
hubungan industrial, karena substansi yang berbobot dari para arbiter terkenal
perkara dalam arbitrase tidak dapat di bidangnya.
diuji kembali melalui proses banding Hilangnya legal precedence
atau kasasi, namun merupakan putusan terhadap putusan-putusan arbitrase
yang bersifat final dan mengikat. sebelumnya juga dapat menimbulkan
5) Tidak terdapat preseden putusan putusan yang dikeluarkan saling
arbitrase terdahulu bertentangan/berlawanan terhadap
Putusan arbitrase dan seluruh penyelesaian sengketa serupa di masa
pertimbangan arbiter dalam yang akan datang. Dengan demikian,
menjatuhkan putusan bersifat rahasia dapat mengurangi kepastian hukum dan
dan tidak dipublikasikan. Hal itu bertentangan dengan asas similia
mengakibatkan putusan tersebut similibus, yaitu asas yang
bersifat mandiri dan terpisah dengan mengharuskan untuk memutuskan hal
putusan arbitrase yang lainnya, yang sama, sesuai dengan putusan
sehingga tidak ada keterikatan (legal sebelumnya dalam perkara yang sejenis
precedence) terhadap putusan-putusan atau dalam kasus yang sama.32
arbitrase sebelumnya. Dapat 6) Tidak memungkinkan untuk
disimpulkan bahwa putusan-putusan mengajukan keberatan.
arbitrase hubungan industrial atas suatu Dalam penyelesaian
perselisihan/perkara menjadi tidak perselisihan melalui arbitrase tidak
terpakai, dengan kata lain menjadi dapat mengajukan keberatan-keberatan
terbuang tanpa memiliki manfaat, terhadap fakta-fakta hukum yang
padahal di dalam suatu putusan- sebenarnya terjadi yang dapat
putusan arbitrase sebelumnya dinyatakan konkritnya melalui proses
33
terkandung pendapat atau argumentasi banding atau adanya tingkatan
32
R.M. Gatot P. Soemartono, Suyud 33
Mustakim, M. (2022). “Kajian
Margono, 2017. “Arbitrase, Mediasi, dan Hukum Peniadaan Peninjauan Kembali Dalam
Negosiasi”, (Tangerang Selatan: Universitas Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Terbuka), h. 24 Industrial”. ADHAPER: Jurnal Hukum Acara
Perdata, 8(1), h. 136.
159
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
lambatnya 14 (empat belas) hari, isi hubungan kerja antara tenaga kerja
putusan harus sudah dilaksanakan. dengan perusahaan; 2) penyelesaian
Putusan tersebut didaftarkan pada melalui arbitrase belum cukup familiar,
Pengadilan Hubungan Industrial pada karena banyak kalangan buruh yang
Pengadilan Negeri di wilayah arbiter belum mengenal, memahami
menetapkan putusan. Jika satu pihak mekanisme arbitrase hubungan
tidak melaksanakan isi putusan, maka industrial; 3) Upaya penyelesaian
pihak yang dirugikan dapat melalui arbitrase hubungan industrial
mengajukan permohonan fiat eksekusi terkesan hanya dapat bermanfaat bagi
pada pengadilan negeri. para pihak yang jujur dan dapat
Arbitrase hubungan industrial dipercaya (bonafide). Sehingga apabila
seharusnya dapat menjadi solusi salah satu pihak tidak beritikad baik,
alternatif penyelesaian perselisihan maka hal itu akan merugikan pihak
antara pihak perusahaan dengan tenaga lainnya (khususnya kaum tenaga kerja)
kerja. Namun justru, upaya arbitrase dalam menjalankan putusan arbitrase:
hubungan industrial kurang diminati. 4) Ketergantungan secara mutlak
Terdapat beberapa faktor penyebab terhadap arbiter tunggal maupun
penyelesaian perselisihan hubungan majelis arbiter dalam memberikan
industrial melalui arbitrase kurang putusan yang paling tepat dan sesuai
diminati oleh para pihak: 1) Arbitrase dengan rasa keadilan para pihak,
Hubungan Industrial tidak memiliki dimana tidak mudah bagi arbiter untuk
kewenangan untuk menyelesaikan memenuhi kehendak para pihak yang
perselisihan hak antara tenaga kerja berselisih; 5) Tidak terdapat preseden
dengan pihak perusahaan. UU PHI putusan arbitrase terdahulu dan seluruh
tidak memberikan kewenangan kepada pertimbangan arbiter dalam
lembaga arbitrase hubungan industrial menjatuhkan putusan bersifat rahasia
untuk menyelesaikan perselisihan hak, dan tidak dipublikasikan 6) Tidak
padahal perselisihan hak merupakan memungkinkan untuk mengajukan
perselisihan yang sering terjadi dalam
161
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
163
Perspektif Hukum, Vol.22 No.1 Mei 2022:139-165
165